Proyek Inovasi Stase Manajemen Keperawatan Di Ruang Baitul Izzah 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
Di Susun Oleh: SERLINA 690.160.389
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kegiatan stase manajemen “Program penyuluhan tata cara ta’yamum dan sholat selama sakit di ruang Baitussalam 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang”. Dalam penyusunan laporan kegiatan stase manajemen ini, penulis sangat berterima kasih karena telah banyak mendapatkan bimbingan dan saran yang bermanfaat dari berbagai berbagai pihak, sehingga penyusunan penyusunan laporan kegiatan manajemen ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang telah penulis rencanakan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih pada: 1.
Ibu Ns. Dyah Wiji Puspita Sari, M.Kep selaku pembimbing dan koordinator stase manajemen yang memberikan banyak masukan dalam penyelesaian laporan kegiatan stase manajemen ini
2.
Bapak Ns. Moh. Abdul Rouf, M.Kep selaku Dosen Pembimbing Stase Manajemen Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
3.
Ibu Ns. Maya Dwi Yustini, M.Kep selaku Pembimbing Klinik Stase Manajemen Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
4.
Para perawat di ruang Baitussalam II yang sudah sangat membantu
5.
Teman-teman kelompok 5 Profesi Ners IX yang telah bekerja sama dengan baik. Penulis menyadari bahwa laporan kegiatan manajemen ini masih sangat
membutuhkan saran dan kritik demi kesempurnaannya. Penulis berharap proyek inovasi ini bermanfaat bagi banyak pihak. Wassalamualaikum Wr. Wb Semarang, 17 Mei 2017 Penulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan sebagai pelayanan kesehatan yang profesional memiliki kesempatan yang paling besar untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia secara holistik yaitu bio-psiko-sosio dan spiritual (Potter & Perry, 2009). Pada keperawatan menyeluruh ( Holistic Nursing ) aspek spiritual merupakan salah satu komponen yang ada dalam diri individu yang dapat mengharmonisasi aspek fisik (body), pikiran/psikologi (mind ), dan spirit ( spirit ) (Dossey, 2005). Aspek spiritual dapat mendorong seseorang untuk melakukan upaya yang lebih besar, lebih kuat dan lebih fokus untuk melakukan yang terbaik ketika menghadapi keadaan stres emosional, penyakit, atau bahkan menjelang kematian dengan demikian pasien dapat mencapai kualitas hidup yang terkait dengan kesehatannya (Rajinkan, 2009). Kebutuhan akan aspek spiritual terutama sangat penting selama periode sakit, karena ketika sakit, energi seseorang akan berkurang dan spirit orang tersebut akan terpengaruhi, oleh karena itu kebutuhan spiritual pasien perlu dipenuhi (Potter & Perry, 2005). Penerapan spiritual care di ruang Baitussalam 2 Rumah sakit Islam sultan agung sudah cukup baik, yang dimanisfestasikan dalam program rumah sakit peduli ibadah ( Hospital ibadah friendly). Namun menurut penulis penerapan sebatas mengingatkan waktu sholat (reminding ) tanpa diikuti dengan tindakan mendorong pasien untuk melakukan ibadah ( supporting ), hal ini juga diperburuk dengan ketidaktahuan pasien akan kewajiban sholat 5 waktu walaupun saat sakit. Upaya mendorong dan mengarahkan pelaksanaan ibadah kepada pasien selama sakit ini merupakan bagian dari Amar Ma’ruf & Nahi Munkar berdasarkan perintah Allah SWT yang tertulis dalam dalam Al-
Qur’an: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung ”. (Ali Imran: 104). Penyuluhan tata cara tayamum dan sholat selama sakit merupakan sebuah program yang relevan dengan firman Allah SWT dalam Surah Az Zariyat : 56
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada- Ku.”(Q.S Az Zariyat (51) : 56) Ayat diatas kembali mengingatkan pada semua pelaku upaya kesehatan dan pengguna upaya kesehatan, khususnya di Rumah Sakit bahwa tujuan dihadirkannya kita tidak lain adalah untuk beribadah kepada Nya, serta menyadari bahwa setiap muslim merupakan agen dakwah yang selalu mengingatkan sesama akan kewajiban beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu, penulis tergerak untuk mencanangkan suatu program mingguan tentang penyuluhan tata cara tayamum dan sholat selama sakit kepada pasien, yang di lakukan oleh perawat di setiap ruang pasien baitussalam 2.
B. Tujuan Program
1. Tujuan Umum Meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah pasien selama di Rumah Sakit. 2. Tujuan Khusus Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan di ruang Baitul Izzah 2, mahasiswa mampu : a. Memfasilitasi sarana dan prasarana ibadah pasien dalam melakukan ibadah sholat di rumah sakit b. Memotivasi dan mendorong pasien untuk menjalankan ibadah selama di Rumah Sakit. c. Mengaplikasikan penyuluhan tata cara tayamum dan sholat.
d. Meningkatkan mutu RS syariah C. Manfaat
1.
Instusi Rumah sakit Sebagai masukan manajemen keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan spiritual care bagi pasien di rumah sakit khususnya ruang Baitussalam 2 RSI Sultan Agung Semarang.
2.
Perawat Ruangan a.
Meningkatkan motivasi perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
b.
Sebagai bentuk ibadah kepada Allah dengan mengajak kepada kebaikan.
3.
Mahasiswa a. Sebagai sarana belajar dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien. b. Sebagai bentuk ibadah kepada Allah dengan mengajak kepada kebaikan.
4.
Bagi pasien dan keluarga pasien a. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang kewajiban sholat 5 waktu b. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan spiritual. c. Terpenuhinya kebutuhan spiritual pasien.
BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
A. Sejarah Singkat Rumah Sakit
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang merupakan salah sat u rumah sakit swasta yang terletak di Jalan Raya Kaligawe km. 4. RSI Sultan Agung berdiri pada tahun 1970, dan pada tanggal 23 Oktober 1973 dengan SK dari Menteri kesehatan no I 024/Yan Kes/I.O.75 diresmikan sebagai Rumah sakit Umum. Pada tanggal 16 Juli 2014 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang dinyatakan lulus dengan predikat rumah sakit tipe B tingkat paripurna oleh ketua Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) yaitu Dr. dr. Sutoto, M.kes. Seiring dengan kebutuhan pelayanan kesehatan saat ini, Rumah sakit Islam Sultan Agung telah memperluas pelayanan dengan pelayanan unggulan adalah Semarang Eye Center , Jantung, diabet, Urologi, lasik, dan lain-lain.
B. Visi, Misi, Falsafah dan Motto RS
1) Visi dari RS Islam Sultan Agung Semarang :
Rumah
Sakit
Islam
terkemuka
dalam
pelayanan
kesehatan,
pendidikan dan pembangunan peradaban islam menuju masyarakat sehat sejahtera yang dirahmati Allah. 2) Misi dari RS Islam Sultan Agung Semarang :
Menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
yang
selamat
menyelamatkan dijiwai semangat mencintai Allah menyayangi sesama.
Menyelenggarakan pelayanan pendidikan dalam rangka membangun generasi khaira ummah
Membangun peradaban islam menuju masyarakat sehat seja htera yang dirahmati Allah.
3)
Motto dari RS Islam Sultan Agung Semarang :
“ Mencintai Allah, Menyayangi Sesama” 4)
Meaning Statements : Berkhidmat menyelamatkan kehidupan manusia (Q.S. Al-Maidah 32).
5)
Values :
Integritas
Profesional
Kasih sayang
Kerja sama
Inovatif
C. Visi, Misi, dan Tujuan Pelayanan Keperawatan
Ruang Baitussalam 2 merupakan salah satu ruangan yang melayani kasukasus penyakit bedah yang terletak di gedung B lantai 2 di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Di ruang Baitussalam 2 terdapat 6 kamar yang terdiri dari 1 kamar kelas III dan 5 kamar kelas II. Visi dan Missi ruangan Baitussalam 2 sama dengan Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang serta mempunyai tujuan yaitu meningkatkan penyembuhan pasien dengan perawatan secara terpadu dan menyeluruh dan meningkatkan keterlibatan keluarga dalam upaya mendukung pasien dalam perawatannya penyembuhan.
di
Rumah
sakit,
sehingga
akan
mempercepat
proses
D. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Ruang Baitussalam 2
DIREKTUR PELAYANAN
MANAJER KEPERAWATAN
KEPALA BAG. RAWAT
PENANGGUNG JAWAB BAITUSSALAM 2 CI
PP
P
P
P
P
PP
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
E. Konsep Materi
1. Shalat Shalat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadah, dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan
syara’. Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi umat muslim, diantaranya yaitu shalat fardhu atau shalat lima waktu merupakan shalat yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim apabila telah memenuhi syaratsyarat untuk melaksanakannya. a. Tata cara shalat orang sakit 1) wajib bagi orang yang sakit mengerjakan shalat fardhu dalam keadaan berdiri, walaupun tidak bisa berdiri tegak (berdiri miring), atau bersandar pada dinding atau tongkat. 2) jika tidak mampu shalat sambil berdiri, dia diperbolehkan shalat sambil duduk. Ketika shalat sambil duduk, yang paling utama jika
ingin melakukan gerakan berdiri (qiyam) dan ruku’ adalah dengan duduk mutarobi’an (duduk dengan kaki bersilang di bawah paha). Sedangkan jika ingin melakukan gerakan sujud, yang lebih utama adalah jika dilakukan dengan duduk muftarisyan (duduk seperti ketika tasyahud awwal). 3) jika tidak mampu mengerjakan shalat sambil duduk, boleh shalat sambil tidur menyamping (yang paling utama tidur menyamping pada sisi kanan) dan badan mengarah ke arah kiblat. Jika tidak mampu diarahkan ke kiblat, boleh shalat ke arah mana saja. Jika memang terpaksa seperti ini, shalatnya tidak perlu diulangi. 4) jika tidak mampu mengerjakan shalat sambil tidur menyamping, maka
dibolehkan
tidur
terlentang.
Caranya
adalah:
kaki
dihadapkan ke arah kiblat dan sangat bagus jika kepala agak sedikit diangkat supaya terlihat menghadap ke kiblat. Jika kakinya tadi
tidak mampu dihadapkan ke kiblat, boleh shalat dalam keadaan bagaimanapun. Jika memang terpaksa seperti ini, shalatnya tidak perlu diulangi. 5) wajib bagi orang yang sakit melakukan ge rakan ruku’ dan sujud. Jika tidak mampu, boleh dengan memberi isyarat pada dua gerakan tadi dengan kepala. Dan sujud diusahakan lebih rendah daripada
ruku’. Jika mampu ruku’, namun tidak mampu sujud, maka dia melakukan ruku’ sebagaimana ruku’ yang biasa dilakukan dan sujud dilakukan dengan isyarat. Jika dia mampu sujud, namun
tidak mampu ruku’, maka dia melakukan sujud sebagaimana yang biasa dilakukan dan ruku’ dilakukan dengan isyarat. 6) jika tidak mampu berisyarat dengan kepala ketika ruku’ dan sujud, boleh berisyarat dengan kedipan mata. Jika ruku’, mata dikedipkan sedikit. Namun ketika sujud, mata lebih dikedipkan lagi. Adapun isyarat dengan jari sebagaimana yang biasa dilakukan oleh sebagian orang yang sakit, maka ini tidaklah benar. Aku sendiri tidak mengetahui kalau perbuatan semacam ini memiliki landasan dari Al Kitab dan As Sunnah atau perkataan ulama. 7) jika tidak mampu berisyarat dengan kepala atau kedipan mata, maka dibolehkan shalat dalam hati. Dia tetap bertakbir dan membaca surat, lalu berniat melakukan ruku’, sujud, berdiri dan duduk dengan dibayangkan dalam hati. Karena setiap orang akan memperoleh yang dia niatkan. 8) wajib bagi setiap orang yang sakit untuk mengerjakan shalat di waktunya (tidak boleh sampai keluar waktu), dia mengerjakan sesuai dengan kemampuannya sebagaimana yang telah dijelaskan dan tidak boleh mengakhirkan satu shalat dari waktunya. 2. Tayamum Tayammum secara bahasa diartikan sebagai Al Qosdu (
) yang berarti maksud.
Sedangkan secara istilah dalam syari’at adalah sebuah peribadatan kepada Allah berupa mengusap wajah dan kedua tangan dengan menggunakan sho’id yang
bersih. Sho’id adalah seluruh permukaan bumi yang dapat digunakan untuk bertayammum baik yang terdapat tanah di atasnya ataupun tidak.
a. Tata cara tayamum 1) Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan bumi dengan sekali pukulan kemudian meniupnya. 2) Kemudian menyapu punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya. 3) Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan. 4) Semua usapan baik ketika mengusap telapak tangan dan wajah dilakukan sekali usapan saja. 5) Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak tangan sampai pergelangan tangan saja atau dengan kata lain tidak sampai siku seperti pada saat wudhu. 6) Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal janabah, demikian juga untuk hadats kecil.
3. Manfaat shalat dan tayamum bagi kesehatan a. Menurut penelitian Prof. Dr. Muhammad Soleh dalam desertasinya
yang berjudul “Pengaruh Shalat Tahajud terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan
Neuroimunologi” Shalat tahajud bukan hanya sekedar shalat tambahan (sunah muakkad), tetapi jika dilakukan secara rutin dan ikhlas akan bisa mengatasi penyakit kanker. Secara medis, shalat tahajud mampu menumbuhkan respons ketahanan tubuh (imunologi) khususnya pada imunoglobin M, G, A, dan limfositnya yang berupa persepsi serta motivasi positif. Selain itu, juga dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi. 4. Peran perawat dalam spiritual care Peran perawat sangat dibutuhkan pasien dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya selama dirawat di rumah sakit. Perawat dituntut harus memahami tentang konsep keperawatan spiritual. Perawatan spiritual mencakup usaha meningkatkan integritas pribadi, relasi antar pribadi dan pencarian makna hidup.
Balldacchino (2006) menyimpulkan bahwa perawat berperan dalam proses keperawatan yaitu melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana dan implementasi keperawatan serta melakukan evaluasi kebutuhan spiritual pasien, perawat juga berperan dalam komunikasi dengan pasien, tim kesehatan lainnya dan organisasi klinis/pendidikan, serta menjaga masalah etik dalam keperawatan.
BAB III MASALAH PENGKAJIAN, ANALISIS DAN PRIORITAS MASALAH
Program rumah sakit peduli ibadah yang di canangkan oleh RSISA sudah sangat baik, namun penerapannya masih kurang di lapangan, khususnya pada ruangan dengan jumlah tenaga perawat yang terbatas ditambah beban kerja yang padat yang mengharuskan perawat bekerja secara efisien waktu dan tenaga. Sehingga program seperti mengingatkan sholat 5 waktu terlaksana kadang-kadang atau hanya sekali sehari, yang berdampak kebutuhan pasien akan spiritual menjadi nomor kesekian. Berdasarkan hasil observasi, sebagian besar pasien Ruang baitussalam 2 RSISA tidak melaksanan sholat 5 waktu, saat di kaji, sebagian pasien beralasan bahwa sakit merupakan suatu udzur yang memperbolehkan seseorang untuk absen dalam melaksanakan sholat, sedangkan lainnya mengatakan ingin melakukan shalat namun tidak tahu caranya, dan sebagian lainnya mengatakan bahwa memang biasanya tidak sholat sejak sebelum sakit. No
Keterangan Nama
Penyuluhan tata cara tayamum dan sholat selama
kegiatan
sakit.
Deskripsi
Perawat atau mahasiwa melakukan kunjungan
kegiatan
per-ruangan ke pasien untuk menjelaskan terkait pentingnya sholat 5 waktu, demonstrasi tata cara melakukan tayamum dan sholat saat sakit dengan dibantu tayamum pad, leaflet dan lembar balik.
Penanggung
Perawat ruangan / mahasiswa
jawab Sifat kegiatan
Rutin (min. Seminggu sekali)
Analisa SWOT
Bobot
Rating
0,4
4
Bobot x Rating
Kekuatan/ strength
a. Tersedianya fasilitas yang
1,6
mendukung kegiatan ibadah
S-W = 2,72,4 = 0,3
pasien b. Perawat baitussalam 2 merupakan perawat religius
0,2
2
0,4
0,3
3
0,6
0,1
1
0,1
yang melaksanakan shalat 5 waktu c. Program didukung oleh karu baitussalam 2 d. Perawat bersedia melakukan pengisian dokumentasi Total
1,0
2,7
a. jumlah perawat yang terbatas
0,4
3
1,2
b. beban kerja meningkat.
0,3
3
0,6
c. mahasiswa tidak bersedia/ lupa
0,3
3
0,6
Kelemahan/weakness
menjalankan program Total
1,0
2,4
Peluang/opportunity
a. Adanya kerjasama yang baik
0,2
2
0,4
antara perawat dan rumah sakit b. Lingkungan rumah sakit yang
2,0 = 0,9 0,1
2
0,1
0,2
3
0,6
bernuansa religius c. Adanya mahasiswa FIK praktik keperawatan yang koperatif
O-T = 2,9 -
d. keinginan
pasien
untuk
0,3
4
1,2
0,2
3
0,6
melakukan ibadah selama di rumah sakit. e. Meningkatkan
mutu
rumah
sakit syariah
Total
1,0
2,9
Ancaman/Threatment
a. Tuntutan untuk melakukan
0,4
2
0,8
0,6
4
1,2
banyak tindak keperawatan dengan mengefisienkan waktu b. Pasien tidak bersedia untuk melaksanakan shalat
Total
1,0
2,0
A. Diagram Layang
S
T
O
W Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan SWOT maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1)
Ketidaktahuan pasien tentang pentingnya ibadah sholat selama sakit
2)
Ketidakmampuan pasien untuk ibadah sholat
3)
Kurang terpenuhinya kebutuhan spiritual pasien selama sakit
B. Prioritas Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diambil prioritas masalah yang akan diselesaikan yaitu ketidakmampuan pasien untuk menjalankan ibadah sholat selama sakit.
C. Plan Of A ction (POA) No
1
Masalah
ketidakmampuan
Tujuan
1. Memberikan
Program /
Indikator
Target
Kegiatan
Keberhasilan
sasaran
Penyuluhan
Perawat
perawat
Media
Lembar
Minggu ke-2
pasien untuk
pemenuhan
tata cara
melakukan
jadwal
menjalankan
kebutuhan
tayamum dan
penyuluhan
penyuluhan
ibadah sholat
spiritual pasien
sholat
tata cara sholat
tata cara
dan tayamum
tayamum dan
kepada seluruh
sholat
pasien
mingguan
selama sakit
2. Peningkatan mutu RS syariah 3. Meningkatkan kesehatan mental dan fisik pasien
minggu.
setiap
Waktu
P.Jawab
Serlina
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No
Masalah
Tujuan
Implementasi
Indikator
Evaluasi
Keberhasilan 1
ketidak
Memenuhi
Merancang
Perawat
Perawat
yang
mampuan
kebutuhan
program
melakukan
ada di ruangan
pasien untuk
spiritual pasien penyuluhan tata
penyuluhan
dimudahkan
tetap
cara tayamum dan
tata cara
dengan adanya
menjalankan
sholat selama
sholat dan
buku
sholat
sakit minimal
tayamum
penjadwalan
selama sakit
sekali seminggu,
kepada
penyuluhan.
disertai
seluruh
pembuatan format pasien setiap pembukuan
minggu.
jadwal penyuluhan
Implementasi dilakukan mulai tanggal 24 Mei 2017 s/d 2 Juni 2017. Format yang dibuat sebelumnya telah dipaparkan dalam seminar atau presentasi proposal pada 22 Mei 2017 dan dikonsultasikan terlebih dahulu kepada penanggung jawab ruang Baitussalam 2. Format yang dibuat kemudian diterapkan pada semua perawat yang ada di ruang Baitussalam 2 untuk melakukan penyuluhan. Dengan format pembukuan yang telah dibuat, sudah dapat mulai diterapkan kepada perawat secara perlahan untuk mengoptimalkan penyuluhan. Namun demikian kendala yang didapatkan selama penerapan f ormat pembukuan ini kepada perawat adalah kurangnya motivasi dari perawat dalam melakukan penyuluhan dikarenakan baik dari segi waktu yang tidak memadai yaitu banyak melakukan tindakan selama shift. Dari hasil implementasi dan evaluasi yang dilakukan dapat ditetapkan untuk rencana tindak lanjut khususnya pada pelaksanaan tayamum dan pembuatan buku
jadwal penyuluhan adalah memotivasi perawat dalam melaksanakan penyuluhan terkait tata cara tayamum dan sholat selama sakit. Format yang dibuat dengan adanya kolom tanggal, tanda tangan penanggung jawab penyuluhan, serta tanda tangan pasien cukup membantu untuk memantau jalannya program.
BAB V PEMBAHASAN
Sholat merupakan kewajiban setiap muslim, dan mengajarkan tata cara sholat termasuk dalam bagian dakwah amar makruf (mengajak kepada kebaikan). Kurangnya aktivitas ibadah sholat oleh pasien ruang baitussalam 2 selama sakit disebabkan oleh 3 faktor, yaitu ketidakmauan pasien untuk melaksanankan shalat, ketidaktahuan pasien akan tata cara sholat s elama sakit serta ketidak mampuan pasien untuk menjalankan ibadah sholat, untuk faktor ketidaktahuan dan ketidakmampuan pasien dapat di berikan
intervensi
berupa penyuluhan tata cara sholat dan tayamum selama sakit, sedangkan untuk faktor ketidak mauan tidak ada intervensi selain mengingatkan kepada pasien tentang pentingnya menjalankan ibadah shalat walaupun sakit. Program penyuluhan tata cara tayamum dan sholat selama sakit kepada pasien merupakan program baru yang mensyaratkan perawat untuk datang ke setiap ruang pasien minimal 1 kali seminggu dengan sebagai imbas bahwa beban kerja perawat semakin bertambah, sedangkan format buku penjadwalan penyuluhan yang dibuat penulis diharapkan mampu untuk tetap mengawal dan memantau jalannya program secara konsisten.
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan
Pembuatan buku jadwal penyuluhan yang telah dibuat cukup membantu dan memudahkan perawat dalam melakuka penyuluhan kepada setiap pasien terkait tata cara tayamum dan sholat selama sakit. Namun demikian motivasi perawat dalam melakukan penyuluhan masih kurang karena kondisi nyata yang ada bahwa perawat memiliki beban kerja yang padat sepanjang shift yang berlangsung serta banyaknya implementasi yang lebih prioritas dilakukan kepada seluruh pasien yang ada di bangsal rawat inap.
B. Saran
1. Motivasi perawat dalam melakukan penyuluhan terkait tata cara tayamum dan sholat kepada pasien semakin ditingkatkan. 2. Penyuluhan dilaksanakan sebaik mungkin dan secara maksimal pada setiap pasien sehingga tercakup semua dari pasien masuk sampai pasien pulang.
Daftar Pustaka
Asmadi, (2008).
Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuahan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Arifah, S., Saseno (2014). Efektifitas terapi psikospiritual terhadap penurunan Tingkat depresi lansia di panti sosial Tresna Werdha Abiyoso Sleman Yogyakarta. Jurnal keperawatan jiwa, kemenkes Semarang. Volume 2 No. 1, mei 2014; 80-85 Sianturi, N.J,( 2014). Persepsi perawat dan manajer perawat tentang spiritual care Di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai. Tesis program studi magister ilmu Keperawatan
fakultas
keperawatan.
Universitas Sumatera Utara. Medan 2014 https://rumaysho.com/983-shalat-bagi-orang-sakit.html. Diakses pada tanggal 18 mei 2017 https://muslim.or.id/1918-panduan-tata-cara-tayammum.html. Diakses pada tanggal 18 mei 2017 http://www.khowas.com/index.php/wudhu-dan-sholat-dari-segi-kesehatan.pdf Diakses pada tanggal 18 mei 2017