Proyek Genom Manusia
Proyek Genom Manusia (bahasa Inggris: Human Genome Project, HGP) dilaksanakan untuk memetakan genom manusia sampai
tingkat nukleotid atau base pair dan untuk mengidentifikasi seluruh gen yang ada di dalamnya.
Tujuan Tujuan awal dari HGP adalah tidak hanya untuk menjelaskan seluruh 3 milyar "base pair" dalam genome manusia dengan sedikit kesalahan, tetapi juga untuk mengidentifikasi seluruh gen dalam data yang besar ini. Sebagian proyek ini masih berlangsung meskipun penghitungan awal mencatat sekitar 25.000 gen dalam genome manusia, yang lebih sedikit dari yang dikira oleh para ilmuwan. Tujuan lain dari HGP adalah mengembangkan lebih cepat lagi metode yang lebih efisien untuk mensekuens DNA dan analisis sekuens dan peralihan teknologi ini ke industri.
Keuntungan Keuntungan praktikal proyek ini keluar ketika projek ini belum selesai. Misalnya, sejumlah perusahaan seperti Myriad Genetics mulai menawarkan tes genetik yang murah dan mudah yang dapat menunjukan gejala ke berbagai penyakit, termasuk kanker payudara, blood clotting, cystic fibrosis, liver, dan lainnya.
Proyek genom manusia memiliki arti yang sangat penting karena katalog gen manusia mengandung sebuah gambaran pada sekuan setiap gen di dalam genom, hal ini akan menjadi sangat berharga bahkan untuk bertahun-tahun fungsinya pada beberapa gen lain yang belum diketahui. Selain itu tidak hanya berisi sekuan pada sebagian coding setiap gen, tetapi juga mengatur daerah masuknya gen ini. Salah satu dari beberapa gen ini memiliki kasalahan dalam menjalankan fungsinya sehingga menyebabkan sebuah penyakit genetik, berhubungan dengan hal ini katalog gen manusia akan secepatnya mengatasi gen ini dan menjadikan hal tersebut sebagai suatu pelajaran dalam mencapai strateginya untuk mencapai ketahanannya. Proyek genom manusia merupakan hal yang sangat penting, karena genom manusia telah menjadi fokus penelitian di bidang
perlu tambahan "reversed informed consent" yang dibuat peneliti untuk melindungi subyek pemberi data dari pembocoran informasi kode genetiknya. "Reversed informed consent" berisi jaminan perusahaan genetik bahwa individu-individu atau mereka yang mewakilinya telah membuat "reversed informed consent" dan akan menyimpan DNA dari pihak ketiga. Setiap peneliti yang secara ilegal mendapat atau membuka rahasia genetik didenda Rp 5 miliar rupiah, dan tidak akan melakukan "DNA sequencing" dari setiap aringan/makhluk hidup tanpa izin Depkes, serta tak akan membuat plasmid dan produknya. Seringnya pemburuan gen yang tidak melibatkan perusahaan tetapi mengatasnamakan yayasan penyelamat kepunahan suatu spesies, jangan membuat ilmuwan atau pejabat terlena. "Reversed informed consent" merupakan rambu-rambu yang harus dibuat oleh setiap peneliti asing. Kalau perlu setiap kerja sama pemerintah daerah yang melibatkan peneliti asing juga disertai Universitas setempat agar dapat membantu menjaga dari penyalahgunaan sampel jaringan baik darah, rambut ataupun air kumur subyek. Peni KS Mutalib, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0304/24/inspirasi/275374.htm
Genom Manusia Sudah Lengkap Dipetakan
HANYA dalam tempo tiga belas tahun-lebih cepat dua tahun dari target tahun 2005-para ilmuwan dunia yang bergabung dalam The Human Genom Project pekan lalu mengumumkan keberhasilan mereka memetakan genom manusia. Karena genom adalah suatu cetak biru informasi genetik yang menentukan sifat setiap makhluk hidup, maka pemetaan ini bakal menjadi kunci pembuka babak baru dalam memahami penyakit dan bagaimana mengobatinya. Informasi genetik setiap makhluk hidup disandi dalam bentuk pita molekul asam deoksiribonukleat yang dikenal sebagai DNA. Dengan pengumuman di atas, berarti proyek genom manusia telah berhasil memetakan tiga miliar nukleotida yang menyusun 100.000 gen dalam tubuh manusia. Dengan demikian, setiap individu memiliki kurang lebih 100.000 gen untuk diturunkan. Varian-varian dari gen inilah yang kemudian menentukan tinggi badan, warna mata, sidik jari, golongan darah, maupun kerentanan terhadap penyakit. Lembaga pertama-The Human Genom Project-membangun peta susunannya dari DNA yang diambil dari 24 individu anonim dari
berbagai grup ras dan etnisitas. Dari situlah dipahami adanya perbedaan rata-rata tiga juta antara satu orang dan orang lainnya. Tidaklah mengherankan bila James Watson, yang memenangkan hadiah Nobel karena menemukan struktur heliks ganda DNA bersama Francis Crick , menyebutkan, pemahaman terhadap "buku instruksi kehidupan manusia" ini akan merevolusi kehidupan masyarakat sebagaimana mesin cetak Gutenberg. SETELAH penemuan mesin cetak, terjadilah semacam ledakan informasi yang membuat masyarakat makin mudah mendapatkan informasi. Maka dengan adanya peta genom, manusia akan mengerti dirinya dengan lebih baik. Dengan demikian, ia akan memiliki ide lebih baik pula mengenai sifat dan keadaan alamiah manusia. Proyek riset genom memang masih akan berlanjut dengan upaya mencari mutasi gen-gen penyebab kanker yang mematikan maupun gen yang terlibat dalam pemunculan diabetes, leukimia, bahkan juga eksim yang suka muncul pada usia kanak-kanak. Seperti yang diberitakan Reuters, para peneliti di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Jepang, dan Cina mengungkapkan, mereka sebenarnya juga berminat menguak misteri protein yang menyusun jaringan dan mengatur fungsi metabolisme tubuh. Namun, kode genetiknya ternyata lebih kompleks dari yang dibayangkan. Memang harus diakui, masih perlu jalan panjang untuk mengaplikasikan hasil pemetaan genom manusia ini. Namun, pekerjaan memetakan genom manusia tentulah pantas dipandang sebagai ikhtiar ilmiah yang mengagumkan. (nes) http://www.kompas.com/kompas-cetak/0304/24/inspirasi/275401.htm
Proyek Penelitian Genom 1000 Manusia 1/3
Hampir semua kode genetika manusia sudah dapat diuraikan dalam proyek genom manusia. Kode genetik manusia 99 persen identik. Namun perbedaan yang hanya satu persen itu, amat menentukan dalam reaksi individu pada penyakit, obat -obatan dan pengaruh lingkungan.
Proyek Genom Manusia yakni penguraian kode genetika yang membentuk manusia, sudah tuntas pada tahun 2006 lalu, dan dianggap sebagai terobosan terbesar dalam bidang penelitian genetika. Kelompok peneliti internasional ketika itu sukses mengidentifikasi hampir seluruh kode genetika manusia. Sekarang sebuah konsorsium peneliti internasional menetapkan target ambisius baru. Yakni dalam waktu tiga tahun hendak mengidentifikasi kode genetika personal 1000 orang dari seluruh penjuru dunia. Tujuannya untuk membuat bank data variasi genom manusia paling lengkap dan rinci untuk kepentingan ilmu kedokteran. Memang diketahui, 99 persen kode genetika manusia itu identik. Hanya satu persen sisanya yang memiliki variasi. Tapi satu persen kode genetika inilah yang membeda-bedakan satu individu dengan yang lainnya.
Para peneliti genetika mengatakan, amatlah penting untuk lebih mengerti bagaimana sifat dari fraksi kecil perbedaan kode genetika manusia ini. Karena perbedaan kode genetika diantara berbagai etnis itu, akan dapat menjelaskan perbedaan individu menyangkut ketahanannya pada serangan penyakit, responsnya pada obat-obatan maupun reaksinya pada faktor lingkungan. Peneliti Jerman yang menjadi pimpinan tim riset dalam proyek penelitian 1000 genom tsb, Professor Hans Lehrach direktur Institut Max-Planck untuk Genetika di Berlin menggambarkan proyeknya : ³Proyek genom manusia pada awalnya bertujuan untuk dapat memahami biologi manusia. Sekarang kami mencoba memahami perbedaannya, dalam arti mengapa etnis yang berbeda-beda juga diserang penyakit yang berbeda pula. Juga variasinya, misalnya apa yang bertanggung jawab bagi penyakit langka bisa diidentifikasi.³
Katalog variasi genetika manusia yang baru saja disusun dan dikembangkan, seperti apa yang disebut katalog ³HapMap³, terbukti memiliki arti penting dalam penelitian genom manusia. Penelitian aktual menemukan lebih dari 100 kawasan dalam genom manusia yang mengandung variasi genetika, yang berasosiasi dengan risiko penyakit yang lazim pada manusia. Seperti penyakit diabetes, jantung koroner, kanker prostata dan kanker payudara, rematik arthtitis serta penyakit degenerasi kemampuan penglihatan yang berkaitan dengan semakin bertambahnya usia. Pengetahuan menyangkut genom yang lengkap amat penting untuk ilmu kedokteran. Khususnya untuk pengobatan berbagai penyakit. Misalnya saja penderita kanker bereaksi berbeda-beda terhadap obat yang biasa diberikan. Para peneliti memperkirakan penyebabnya berada dalam kode genetika masing-masing pasien. Juga kode genetika berkaitan dengan perbedaan parahnya dampak sampingan obat dalam kasus individual. Semakin banyak diketahui rincian genom manusia, maka semakin bagus peluangnya untuk mengembangkan obat-obatan yang disesuaikan dengan kode genetika individual. Prof Hans Lehrach mengungkapkan lebih lanjut : ³Kami sedang berada pada tahapan penelitian, menguraikan genom seorang pasienatau sebuah tumor, secara hampir komplit. Kami amat bahagia, jika dapat mengerti bagaimana caranya mengobati tumor lebih baik lagi.³
Para peneliti melakukan penguraian kode genetika ± DNA dengan cara memecah molekulnya menjadi rangkaian asam amino penyusunnya. Penelitian ini hanya dapat dilakukan dengan bantuan mesin pengurai DNA yang dikendalikan komputer dan bekerja secara otomatis melakukan pemecahan kode genetika menjadi rangkaian senyawa dasarnya. Saat ini mesinnya semakin cepat dan dapat mengolah data dalam volume amat besar.
Ketika proyek genom manusia dituntaskan pada tahun 2006 lalu, ongkos yang dikeluarkan mencapai sekitar 10 juta Dolar. Kini ongkosnya dapat ditekan lebih rendah lagi, yakni sekitar 10.000 Dolar untuk satu obyek penelitian. Tapi tim peneliti masih berusaha menekan ongkos penelitiannya. Prof Lehrach menjelaskan: ³Sasarannya adalah, menekan ongkos penguraian genom menjadi hanya seribu Dolar atau kurang. Hal ini bagi dunia kedokteran tentu
saja berarti sebuah revolusi. Dengan begitu, kami dapat mempelajari biologi sebuah tumor atau juga penyakit manusia dengan rinci, dengan harga yang setara dengan ongkos pemeriksaan kedokteran biasa.³
Yang dimaksud adalah ongkos diagnostik konvensional untuk penyakit kanker atau penyakit lainnya. Dengan menekan ongkos diagnostiknya, akan terbuka peluang untuk mengobati penyakit sesuai karakteristik genetika individual dengan tingkat kesuksesan lebih tinggi. Para ilmuwan di seluruh dunia, dewasa ini sudah mengumpulkan bank data menyangkut informasi genetika dalam volume amat besar. Tentu saja awam mempertanyakan apa risikonya? Sebab jika menyangkut istilah rekayasa genetika selalu muncul kekhawatiran publik. Misalnya muncul ketakutan, data mengenai DNA dapat disalah gunakan untuk memanipulasi manusia menurut standar genetika. Atau juga merampok rahasia personal seseorang, dalam hal ini kode genomnya. Akan tetapi direktur institut Max-Planck untuk genetika di Berlin Prof. Lehrach berpendapat lain : ³Saya hanya dapat menggambarkan dalam waktu dekat ini hasil p enguraian genom itu dimanfaatkan di studio kebugaran, untuk mengoptimalkan program fitness masing-masing peserta. Pada prinsipnya kita memperoleh banyak keuntungan, terutama di bidang pengobatan penyakit yang amat berbahaya. Seharusnya setiap orang memutuskan sendiri apakah saya perlu tahu hal ini atau tidak ? Ketakutan bahwa dari sekuens genom kami dapat mengidentifikasi semua sifat manusia, amat berlebihan.³ Para ilmuwan tetap meyakini, proyek penguraian kode genetika 1000 manusia itu akan memberikan lebih banyak keuntungan ketimbang kerugiannya. Sebab pada dasarnya proyek ini lebih ditekankan pada aspek kedokterannya. Dengan itu dapat dibuka peluang bagi seseorang, untuk memprediksi risiko indivualnya terhadap penyakit dan juga respons tubuhnya terhadap obat-obatan. Selain itu dengan memiliki katalog informasi genetika cukup lengkap, dapat dilakukan penelitian komprehensif menyangkut dua variasi kode genetika dengan sifat yang amat berbeda. Yakni variasi dari kode genetika yang lazim terdapat pada hampir setiap individu dengan kode genetika yang memicu penyakit langka, seperti Cystic Fibrosis
seperti tersebut di atas dikenal juga dengan pembelajaran bioetika menggunakan Dile ma Bioetika. Strategi pembelajaran bioetika yang juga banyak digunakan d i Inggris, Amerika dan negara lainnya adalah menggunakan kerangka kerja yakni: Pembuatan Peta Konsekuensi, Analisis Untung Rugi, dan Pengambilan Keputusan (Fullick & Ratcliffe, 1996). PETA KONSEKUENSI: berisi peta ´akibatµ, apa saja yang akan terjadi seb agai konsekuensi dari suatu tindakan atau isu terkait biologi dan teknologinya atau lingkungan. Misal, pembangunan PLTN, konsekuensi apa saja yang akan terjadi atau dihasilkan dengan pembangunan PLTN. Guru dapat mendaftar semua sumbangan pemikiran siswa (tidak perlu membenarkan dan menyalahkan yang dikemukakan siswa). ANALISIS UNTUNG RUGI: Guru mengajak siswa untuk menganalisis besarny a untung dan rugi dari ´akibatµ yang akan ditimbulkan oleh suatu tindakan yang terkait biologi. PENGAMBILAN KEPUTUSAN: Setelah melakukan analisis untung rugi s ecara cermat, guru memotivasi siswa untuk menentukan keputusan apa yang bisa diambil.
Model ABCDE sebagai Salah Satu Model Pengambilan Keputusan Etik dalam Pembelajaran Bioetika Model pengambilan keputusan etik ini memberikan peluang kepada suatu kelompok atau individu untuk mencapai suatu keputusan akhir dalam suatu konflik etika atau Dilema Bioetika. Model ABCDE ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memikirkan argumentasi yang mungkin bertentangan yang dap at muncul, kerugian dan manfaat yang diperoleh, y ang kesemuanya untuk mencapai keputusan terakhir yang berlandaskan pada kejujuran pribadi. Penjelasan model ini adalah sebagai berikut: A. Argumentasi. Meminta siswa mengemukakan solusi apa yang d apat diputuskan dalam menghadapi suatu kon flik etika, misal: Aborsi. Untuk melakukan hal ini siswa diminta berpegang teguh pada posisi sebelum diskusi tentang sisi lain dari argumentasinya. B. Both Sides. Meyakinkan siswa bahwa suatu argumentasi mempunyai dua atau lebih sisi yang dapat didekati dari perspektif konsekuensi. Mengingatkan para siswa untuk membuat suatu keputusan dengan konsekwensinya. Adalah penting untuk mendorong para siswa untuk melihat bahwa ada sisi lain dari argumentasinya, sungguhpun mereka boleh memprotes bahwa mereka hanya melihat dari satu sisi saja. C. Costs and Benefits. Menggunakan informasi yang tel ah mereka kembangkan terkait dengan keuntungan da n kerugian (Kemaslahatan dan Kemudlorotan) masing-masing argumentasi.
D. Decision. Penggunaan diskusi terbuka dan debat, agar para siswa dapat mencapai suatu keputusan atau kesimpulan. Tidak berarti seluruh kelas perlu setuju. Bagaimanapun, ini adalah suatu hal berharga untuk belajar mencapai keputusan terakhir, sebab hal inipun akan terjadi pada masyarakat yang lebih luas. Keputusan boleh jadi disetujui oleh mayoritas pemilih atau oleh konsensus. Atau tidak semua orang akan setuju. E. Evaluate. Dengan semua argumentasi, keuntungan dan kerugian, dan keputusan terakhir, apakah proses sudah berjalan dengan baik? Dalam hal ini, perlu dilakukan evaluasi sekali lagi terhadap keputusan akhir yang diambil. Model ini mempunyai keuntungan antara lain kemudahan untuk menawarkan suatu proses pengambilan keputusan secara langsung. Juga menyediakan suatu forum di mana masing-masing individu dapat menjelaskan nilai-nilai ya ng dimiliki dan juga memahami pendapat orang lain. Melalui proses ini, p ara siswa akan menemukan informasi baru, pandangan yang berbeda, mempertentangkan apa yang mereka miliki, dan mengembangkan argumentasi. Keputus an sebagai bagian dari proses ini memberikan peluang pada para siswa untuk belajar menerima secara sosial dan secara moral. Evaluasi sebagai langkah akhir, menyoroti konsekwensi dari keputusan yang telah diambil. Penggunaan model ini tidak akan membuat semua orang bahagia tetapi akan menawarkan kepada para siswa suatu kesempatan untuk menguji proses pengambilan keputusan yang etis dengan menyelidiki hal-hal di luar nilai-nilai yang mereka yakini. Kesimpulan Para guru biologi dapat mengembangkan siswa dengan b elajar untuk berpikir dan memprediksi konsekuensi dari apa yang dilakukan. Mendiskusikan pendapat-pendapat baik yang pro maupun kontra adalah hal yang sangat berharga untuk mengembangkan wawasan siswa. Proses memperoleh keputusan etik dari suatu fenomena dalam biologi perlu dibelajarkan kepada siswa dengan berlandaskan filosofi konstruktivistik, agar kelak s iswa sebagai ilmuwan biologi dapat mempertimbangkan tindakantindakan yang akan dilakukan dalam proses ilmiah.
Daftar Rujukan Amin, A. 1983. Etika (Ilmu Akhlaq). Terjemahan oleh Farid Ma·ruf. Jakarta: Bulan Bintang. Jenie, U.A. 1997. Perkembangan Bioteknologi dan Masalah-Masalah Bioetika yang
Muncul. Makalah disampaikan dalam Temu Ilmiah Regional Hasil Penelitian Biologi dan Pendidikan Biologi/IPA di IKIP Surabaya, Surabaya: 4 Januari 1997. Johansen, C.K. and Harris, D.E. 2000. Teaching the Ethics of Biology. The American Biology Teacher, 62 (5) : 352-358. Margono, D. 2003. Analisis Kemampuan Berpikir Moral terhadap Tes Dilema Bioetika pada Siswa SMU Jember. Teknobel, 4 (1) : 9-14. Shannon, T.A. 1995. Pengantar Bioetika. Terjemahan oleh K. Bertens. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Ya·qub, H. 1983. Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah. Bandung : Diponegoro. KEADILAN GLOBAL ETIKOLEGAL
- Vol.6 No.8, Maret 2007
Ilmu kedokteran yang bersendikan berbagai ilmu dasar di era supermodern ini seolah tak tertahankan supremasinya. Ilmu dasar seperti biologi, kimia dan fisika serta matematika menjadi ³tuan besar´ melalui cerobong ilmu kedokteran atau tepatnya ilmu biomedik. Sebagaimana ³kedigdayaan´ ilmu pengetahuan alam yang bertetangga dengan ilmu pasti, melalui ³tuan besar´ tadi kedokteran muncul sebagai ilmu penentu masa depan. Kedokteran menjadi peramal. Prediktif. Apalagi setelah dikemas dalam bentuk teknologi. Ini rumusan ³kesombongan´ segenap ilmuwan di jagad raya ini, khususnya yang pengikut sekularisme. Ilmu menjadi bebas nilai. Ketika para ilmuwan medik telah piawai dengan teknologi pemotongan gen, penggantian struktur di dalamnya melalui teknologi nano, lalu menggantinya dengan gen yang lain (memindahkan inti sel), maka sosok manusia dan segenap mahluk hidup di jagad raya ini tinggal menjadi ³hilir´ belaka. Kehidupan berpindah di sebelah ³hulu´, yakni dalam bentuk interaksi gen-gen. Jauh dari kasat mata. Informasi genetik yang terbungkus dalam genom atau proteomic menjadi daerah perburuan usaha baru. Sekaligus peta peta genetik tadi menimbulkan kehingar-bingaran kompetisi para ilmuwan biomedik dalam suatu kreativitas seolah tanpa batas. Namun mereka sering lengah, akibat keketatan persaingan untuk menemukan yang serba baru dari kotak-katik info genetik tersebut. Lengah bahwa teknologi nanogenetik manusia senantiasa dikritisi oleh seberapa jauh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut mampu menjawab persoalan etika, hukum dan implikasi sosialnya. Peta genetik manusia yang sebentar lagi akan tuntas diperoleh melalui human genome project karena letaknya di ³hulu´ akan terus dibombardir oleh kritik sejak tujuan dan cara
Taken from : /rubrik/one_news_print.asp?IDNews=413 | 1224 hits
Perlukah Bioetika ?
Etika memang tidak termasuk dalam domain ilmu dan teknologi yang bersifat otonom, tetapi dalam penerapan teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai sebuah pert imbangan. Pertimbangan ini akan mempunyai implikasi lebih lanjut dari perke mbangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya berfungsi untuk mengembangkan nilainilai kemanusiaan, bukan untuk menghancurkan nilainilai tersebut. Tanggung jawab etis bukanlah berkehendak mencampuri atau bahkan menghancurkan otoritas ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi bahkan dapat sebagai umpan balik bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan tekno logi itu sendiri, yang sekaligus akan lebih memperkoko h eksistensi manusia dan kemanusiaan itu sendiri. Bioetika
sebenarnya adalah bagian integral dari etika yang saya ungkap sebelumnya, tetapi saya memang menginginkan akan sebuah
penekanan etika terhadap masalah biologis. Hal ini disebabkan perkembangan ilmu biologi bersama-sama dengan bioteknologi berlalu sangat cepat terutama setelah tahun tujuh puluhan dengan ditemukannya teknologi rekombinasi DNA, kloning di tingkat DNA, aplikasi teknologi fertilisasi in vitro pada manusia, sehingga akhir tahun 90-an seperti teknologi kloning ESC perkembangan ilmu ini sangat signifikan. Perkembangan ini pada hakekatnya sangat positif sekali, tetapi sangat bisa secara langsung menghadapi masalah etis.
Sebagai ilmu pengetahuan, biologi adalah ilmu yang netral, bahkan ilmu ini justru akan memperkaya pemahaman manusia akan adanya sebuah proses penciptaan yang sangat cerdas. Pemahaman semacam ini seharusnya akan menyebabkan peningkatan proses penyadaran akan adanya sang Khalik Sang Maha Adil itu, sehingga akan menyebabkan manusia merasakan adanya sebuah makna kehidupan. Tetapi dalam kehidupan ini selalu saja ada kesenjangan antara apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi.
Kejadian pembuatan klon ESC pada manusia, begitu pula terhadap kelompok clonaids yang berusaha matimatian membela dan memproduksi kloning manusia. Hal ini menyadarkan kita akan perlunya ada suatu etika di bidang biologi yaitu bioetika.
Bioetika
tidak untuk mencegah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi menyadarkan bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologi mempunyai batas-batas dan tanggung jawab terhadap manusia dan kemanusiaan. Banyak ilmuan yang secara ambisius akan mengembangkan teknologi biologi tingkat tinggi namun tanpa memperhitungkan sebuah perkembangan sosial dan kultural masyarakat. Banyak ilmuwan sering mengabaikan baik dan buruk yang menjadi tata nilai masyarakat, karena mereka merasa bahwa ilmu pengetahuan tidak berada d i domain tersebut. Sehingga katagorisasi normatif sangat sulit untuk d idiskusikan oleh para ilmuwan, seolah-olah baik dan buruk bukan urusan mereka, mereka hanya menganggap itu urusan para kyai dan pendeta.
Di sisi lain, tidak bisa di pungkiri bahwa para Kyai dan pendeta selalu terlambat mengantisipasi perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi, karena mungkin mereka merasa berada di domain yang berbeda dengan para ilmuwan, mereka mencoba mendakwahkan misi ajaran-ajaran dari Tuhan yang mereka yakini pada masyarakat awam, tanpa disadari bahwa para ilmuwan bergerak jauh lebih cepat dibanding para pendeta dan kyai tersebut mempengaruhi masyarakat awam, terutama untuk membentuk suatu tatanan budaya tekno-sosial yang biasanya malah mengorbankan mereka. Sebagai contoh sederhana, bahwa masyarakat awam sangat aprisiatif sekali dengan perkembangan Iptek; hal ini dapat dilihat kursuskursus komputer yang merupakan pruduk teknologi canggih (hitech) telah berkembang sampai ke desa-desa, mereka mau mengorbankan sejumlah uangnya untuk mengikuti kursus-kursus semacam ini dengan sangat serius.
Di sisi lain, para kiyai dengan berapi-api khotbah di hadapan jamaah, tetapi ternyata sebagian besar jamaah terkantuk-kantuk mendengarkannya. Realitas ini menunjukkan bahwa tidak bisa di pungkiri kekuatan ilmu dan teknologi benar-benar telah memasuki ke relung kehidupan yang sangat hakiki dalam mempengaruhi tekno-sosial masyarakat, melebihi kemampuan para rohaniawan mempengaruhinya. Seharusnya para ilmuwan tanpa harus menunggu rohaniawan untuk menyadari akan perlunya bioetika, dari proses memahami fenomena alam yang setiap hari kita alami sudah seharusnya semakin menyadarkan kita akan keperluan itu. Pada hakekatnya seorang ilmuwan adalah seorang pemimpin umat manusia yang mempunyai kekuasaan luar biasa; dia bisa menghancurkan umat manusia, dia bisa membahagiakan umat manusia, tergantung kejujuran hatinya. Para ilmuwan memang bukan pemimpin struktural tetapi pemimpin kultural, hasil dan karyanya akan mempengaruhi budaya manusia. Saya termasuk orang yang sangat yakin bahwa ilmu itu selalu netral, dia t idak berpihak pada subyektifitas manusia, tetapi dia selalu berpihak pada hukum alam. Hukum alam ini dalam bahasa yang lebih religius sering disebut ³S unatullah´. Kebenaran S unatullah merupakan kebenaran yang tidak berpihak kepada keimanan seseorang, tetapi manusialah yang seharusnya mengimaninya, bahwa S unatullah adalah ayat ayat yang ditulis dan didesain oleh Sang Maha Pencipta dan Sang Maha Agung, Sang Maha Pencipta yang keberadaan-Nya tidak tergantung presepsi manusia, meskipun sering dipresepsikan oleh manusia. D ia tidak tergantung ³Teori of Everything ´-nya si Stephen Hawking, Dia juga tidak tergantung ³Teori Relativitas´-nya si Einstein, tetapi justru sega la sesuatunya tergantung kepadaNya, kesadaran semaca m ini akan menghasilkan tatanilai yang d ianut oleh para ilmuwan, tata-nilai yang akan mengilhami perilaku ilmuwan sebagai wujud tanggung jawab kemanusiaannya. Produk-produk teknologi hasil temuan mereka seharusnya sarat dengan tanggung jawab kemanusiaannya dan berorientasi pada pengabdian kepadaNya.
Daftar Pustaka
Cavazzana-calvo, M. 2000. Gene Therapy of human of Human severe Combined
immunodeficienc y ( SC ID)-X1 Disease. Science: 288,669-672.
Damjanov, I., A.Damjanov, dan D. Solter. 1987. Production Of Teratocar cinomas From Embryos Transplanted to Extra-Uterine S ites.
Teratocar cinomas and Embryonic S tem Cells. Appractical approach. Di edtit oleh E.J. Robertson. IRL Press.
Eynham,Oxford.England. hal 1-17.
Djati, M.S. 1998. Pengaruh S uplementasi PM SG dan hC G pada Proses Fertilisasi In Vitro dan Kultur Klon Embrio S api dengan I G F-1. Disertasi.
Djati, M.S.,G.Ciptadi, F.Fattah. 2002. S hort term Viability of goat embryonic S tem cells on vesiculart rophoblastic feeder cells in vitro. Presented on ³ 12th Federation of Asian Veterinary Associations Conggress and 14th Veterinary Association Malaysia Congress 2002. Subang. Kuala Lumpur.
Gearhart, J. 1998. New Potential for Human Embryonic S tem Cell . Science. 282: 1061.
Hartl,D.L., dan E.W. Jones. 1998. Genetic s Principles and Znalysis. Boston: Jones and Bartlett Publishers.
Ismail, Taufiq. 1980. Taufiq Ismail Membaca Puisi. Taman Ismail Marzuki. 30-31 Januari 1980. hal 23. Kaurany, J.A. 1987. Scientific Knoweledge, Basic Issues in The Philosopy of Science. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company Klug, W.S., dan M.R. Cummings. 2000. Concepts of Genetic s. New Jersey: Prentice Hall.
Mahzar, A., Suseno, F.M., Leksono, K.,Liang, O.B., Saswojo,S. Liong, T.H., Saidi, Z. 1998. Melaju menuju Kurun Baru: Respons Cendikiawan Indonesia Atas kuliah ³Melenium Evening´ S tephen Hawking . Bandung: Mizan
Paul,J.1975. Cell and Tissue Culture. London: Churchill Livingstone Quintanilla,M., Brown, K., Ramsden,M., Balmain, A. 1986. Car cinogen specific mutation and amplification of Ha-ras during mouse skin car cinogenesis. Nature 322:78-79.
Rideout W., dan Hochedlinger, K.2002. Combine therapeutic Cloning, Embryonic S tem Cells, and gene to Correct a Genetic defect in Mice. Proceeding of national Academy of Sciences. 98: 16726-30.
Young , M.2002. Neural stem cells cam repopulate damaged retina. Eye Research Institue and Havard Medical School.The Scientist, 16 (12):1.
Zubair, A.C. 2002. Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia kajian f ilsafat ilmu. Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam (LESFI)
sumber Jurnal Universitas Paramadina, Vol. 3 No. 1, September 2003: 102-123 http://www.paramadina.ac.id/index2.htm