TERBATAS 1
DINAS KESEHATAN ANGKATAN UDARA RSPAU Dr. ESNAWAN ANTARIKSA
BAB I
TEHNIK RADIOGRAFI Adalah ilmu yang mempelajari tata cara pemotretan dengan menggunakan sinar - x ( sinar Roentgen ) untuk membuat gambar Radiografi ( gambar Roentgen ) yang baik, yang dapat di pakai untuk menegakkan Diagnosa. Istilah “memotret” kecuali di kenal dalam Fotografi, juga dikenal dalam Radiografi. Tetapi untuk membedakan dua hal tersebut maka perlu dilihat dari tiga hal sebagai berikut : 1. Dalam penggunaan sinarnya, Fotografi menggunakan cahaya biasa sedang dalam Radiografi yang di gunakan adalah sinar - x ( sinar Roentgen ).
Dalam m prin prinsi sip p pemo pemotr tret etan anny nya, a, Foto Fotogr graf afii meng menggu guna naka kan n lens lensa a untu untuk k 2. Dala menangkap cahaya yang di pantulkan oleh obyek, untuk kemudian diteruskan ke film. film. Seda Sedang ngkan kan dalam dalam Radi Radiogr ografi afi,, sinar sinar - x menem menembu bus s obyek obyek dan dan ditangkap oleh film. 3. Dalam Dalam peral peralata atanny nnya, a, radio radiogra grafi fi memb membut utuh uhkan kan jenis jenis perala peralatan tan yamg yamg lebih lebih besar dan lebih rumit lagi. SINAR - X
:
Ditemuk Ditemukan an oleh seorang seorang ahli ahli fisika fisika berkeb berkebangs angsaan aan jerman jerman yang yang bernama bernama WILHELM CONRAD RONTGEN pada tahun 1895. Olehkarena Olehkarena itu maka Sinar - x kemudian di sebut sebut juga sebagai sebagai sinar Rontgen. Rontgen. Sinar - x dihasilkan dihasilkan oleh oleh tabung tabung hampa, yang terjadi akibat adanya interaksi antara electron kecepatan tinggi dan bahan target didalam tabung itu. Sinar - x tidak dapat dilihat oleh mata, dapat menembus menembus bahan dan termasuk termasuk gelombang gelombang elektromagnetik. elektromagnetik. Sinar - x dapat pula menimbulkan menimbulkan bayangan bayangan latent latent pada lapisan lapisan emulsi emulsi film. Sifat yang disebut terakhir terakhir inilah yang sangat erat hubunagnnya dengan panggambaran didalam Radiografi. Sin Sinar - x menja enjad di alat alat utam utama a dala dalam m radi radiog ogre refi fi.. Sela Selanj njut utny nya a untu untuk k melaksanakan melaksanakan pekerjaan radiografi, radiografi, maka diperlukan “tatacara pemotretan” pemotretan” dengan urutan sebagai berikut : I. Peng Pengatu aturan ran pend penderi erita ta ( obye obyek k) II. II. Peng Pengat atau aura ran n sinar sinar III. Pengatu Pengaturan ran film film ( asesoris asesoris ) IV. Pengaturan Pengaturan factor ekpos ekpos ( factor penyinaran penyinaran ) I.
Pengaturan Penderita
:
Dalam melakukan pemotretan, maka penderita perlu diatur sedemulian rupa baik secara secara keseluru keseluruhan han maupun maupun bagian bagian demi bagian, bagian, sehingg sehingga a memuda memudahkan hkan pelaksa pelaksanaan naan pemotret pemotretan an pada pada bagian bagian yang yang di di perluk perlukan. an. Untuk Untuk itu itu penga pengatura turan n penderita digolongkan dalam dua hal, yaitu :
TERBATAS
TERBATAS 2
1.
Posisi penderita
Yang Yang dimaks dimaksud ud deng dengan an posis posisii pend pender erita ita adal adalah ah letak letak atau atau kedudukan kedudukan penderita penderita secara keseluruhan keseluruhan dalam dalam suatu pemotret pemotretan. an. Posisi penderita penderita secara keseluruhan keseluruhan dalam suatu pemotretan. pemotretan. Posisi penderita dapat disebut dengan berbagai istilah, antara lain :
Supine Supine = Tidur telenta telentang ng
Pron Pronee = Tid Tidur ur telu telungk ngkup up
Lateral = miring menyamping ke kiri kiri / kanan ( membentuk sudut 90º ) TERBATAS
TERBATAS 3
Oblique
=
Miring ( membentuk sudut lebih kecil dari 90º )
Istila Istilah h obliq oblique ue pada pada umum umumny nya a meru merupak pakan an letak letak atau atau kedud keduduka ukan n penderita terhadap film dalam suatu pemotretan. Ada 4 macam kedudukan oblique,yaitu : Right Anterior Oblique ( RAO ) . Artinya Artinya letak letak penderi penderita ta miring dengan tepi kanan depan dekat terhadap film. Right Posterior Obique ( RPO ) . Artinya letak penderita penderita miring dengan tepi kanan belakang dekat dengan film. Left Anterior Oblique ( LAO ) . Artinya letak penderita penderita miring dengan tepi kiri depan dekat terhadap film. Left Posterior Oblique ( LPO ) . Artinya penderita penderita miring dengan tepi kiri belakang dekat terhadap film. TERBATAS
TERBATAS 4
2).
Posisi obyek.
Yang dimaksud dengan posisi obyek adalah letak atau kedudukan dari sebagian dari tubuh penderita yang perlu diatur dalam suatu pemotretan. Misalnya Misalnya seorang penderita penderita akan akan di foto tanganny tangannya, a, maka yang disebut disebut obyek obyek adal adalah ah posi posisi si dari dari tanga tangan n pende penderit rita a yang yang akan akan di foto. foto. Pada Pada umumny umumnya a untuk untuk mengatu mengaturr posisi posisi obyek obyek perlu perlu dilakuk dilakukan an suatu suatu pergerak pergerakan an agar obyek tersebut berada pada posisi yang dikehendaki. Beberapa istilah pergerakan yang penting antara lain :
Inversion
Eversion
Addukasi = gerakan merapat ke tubuh.
-
Endo Endoro rota tasi si Inspirasi Eksp Ekspir iras asii
Fleksio Fleksio = gerakan melipa melipatt sendi. Ekstensio = gerakan membuka sendi.
= = =
Eversion = gerakan membuka sendi kaki Inversion = gerakan menutup sendi kaki
gera geraka kan n memu memuta tarr ke dala dalam. m. gerakan menarik napas. gera gerak kan meng mengel elua uark rkan an nafa nafas. s.
Didal Didalam am peme pemerik riksaa saan n Radiog Radiogra rafi fi medi medis, s, yang yang di perik periksa sa adala adalah h manu manusia sia,, sehin sehingg gga a penga pengatur turan an pend penderi erita ta harus harus benar benar-be -benar nar diland dilandas asii dengan sendi-sendi sendi-sendi kesopana kesopanan. n. Jika mungkin mungkin penderita penderita diajak diajak memahami memahami hal-hal yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan, pemeriksaan, sehingga sehingga dengan demikian dapat dapat diharapk diharapkan an kerja kerja sama sama dari dari pender penderita ita dalam dalam rangka rangka memper memperlanc lancar ar jalannya pemeriksaan. pemeriksaan. Disamping Disamping itu itu perlu perlu pula di usahaka usahakan n pengaturan pengaturan posisi posisi yang yang paling paling mengena mengenakan kan bagi penderit penderita a dalam dalam batas-ba batas-batas tas yang yang dimungk dimungkinka inkan, n, sehingga sehingga pender penderita ita dapat dapat merasa merasa tetap tetap nyaman nyaman meskipu meskipun n dalam pemeriksaan. TERBATAS
TERBATAS 5
Pergerakan obyek yang terjadi sewaktu dilakukan penyinaran, akan mengakibatkan mengakibatkan kekaburan kekaburan pada foto roentgen yang dihasilkan. dihasilkan. Untuk itu perlu disediakan beberapa alat yang dapat mengurangi pegerakan obyek selama penyinaran. Disamping itu alat tersebut berfungsi untuk memberikan rasa senang senang atau kenyaman kenyamanan an bagi bagi penderita. penderita. Alat yang yang dimaksud dimaksud antara lain adalah : bantal dengan berbagai ukuran, kantong pasir ( sand bag ), karet busa ( spon ), kain untuk pengikat/ penarik, dan perlengkapan- perlengkapan perlengkapan lain yang di perlukan. II.
Pengaturan sinar
:
Sinar - x yang akan digunakan dalam pemotretan perlu di arahkan secara tepat tepat pada obyek obyek yang yang akan di foto. foto. Disampi Disamping ng itu kekuata kekuatan n sinar serta serta jumlah jumlah sinar sinar perlu perlu diatur diatur agar agar sesuai sesuai dengan dengan besar besarnya nya obyek obyek yang yang akan akan di foto. foto. Oleh Oleh karena itu maka pengaturan sinar dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu : 1.
Pengatura turan n Fo Focus Fi Film dista istan nce ( FFD )
Jarak antara sumber sinar ( Focus ) ke Film, perlu diatur pada setiap mela melaksa ksanak nakan an pemo pemotr treta eta oleh oleh karen karena a hal hal terseb tersebut ut akan akan berpe berpeng ngaru aruh h terha terhada dap p kuali kualita tas s gamb gambar, ar, factor factor eksp eksposi osi dan lain lain sebag sebagai ainya nya.. Pada Pada umumnya FFD untuk pemotretan Radiografi berkisar antara (40 – 200) cm, tergantung dengan jenis pemeriksaan yang dilakukan. a. Distance
FFD = Focus Film ilm Dis Distan tance
c.
FOD = Fokus kus Object ect
FFD FOD
TERBATAS
TERBATAS 6
b.
OFD = Object Film Distance
OFD
2.
Pengaturan Central Ra Ray ( CR CR )
Yang dimaksud dengan Central Ray adalah pusat dari berkas sinar yang digunaka digunakan n dalam dalam pemo pemotret tretan. an. Central Central ray meru merupaka pakan n garis garis lurus lurus tengah-tengah berkas sinar yang menunjukan arah/ jalannya sinar tersebut. Selan Selanjut jutny nya a istila istilahh-ist istila ilah h arah arah sinar sinar selal selalu u disebu disebutt sesua sesuaii denga dengan n arah arah datangnya dan perginya sinar. Contohnya sebagai berikut :
-
Antero-Posterior Postero-Anterior
: :
sinar dari depan ke belakang sinar dari belakang ke depan
Trans – Lateral : sinar dari tepi yang yang satu ke tepi yang lain lain TERBATAS
TERBATAS 7
( tangan/kaki ( tangan/kaki -
Dorso-Ventral Ventro-Dorsal Dorso-Plantar ) Planto-Dorsal ) Supero-Inferior Infero-Superior Latero-Medial Medio-Lateral Caudo-Cranial Cranio-Caudial Axial Axial : Tang Tangen ensi sial al -
: : :
sinar dari punggung ke perut sinar dari perut ke punggung sinar dari punggung ke
:
sinar
dari
telapak
ke
telapak punggung
: sinar dari atas ke bawah : sinar dari bawah ke atas : sinar dari tepi ke bawah : sinar dari tengah ke tepi : sinar dari kaki ke kepala : sinar dari kepala ke kaki sinar sinar menuj menuju u ke poro poros s send sendii : sin sinar membe embent ntuk uk gari garis s sing singgu gung ng terh terhad adap ap obyek.
Selanjutnya didalam pemotretan maka Central Ray akan diarahkan ke suatu titik pada obyek. Titik tersebut dinamakan “Central Point (CP)”. (CP)” .
III III.
Pengaturan ran Fakto ktor Eksposi
:
Faktor eksposi ( factor penyinaran ) terdiri dari KV ( kilo volt ), mA ( mili Amper ) dan s ( second ) . KV adalah satuan beda potensial yang diberikan antara katoda katoda dan dan anoda anoda didal didalam am tabun tabung g Roentg Roentgen. en. KV akan akan menen menentuka tukan n kekuatan ( Kualitas ) sinar - x yang akan dihasilkan. MA adalah suatu arus tabung, tabung , dan S adalah adalah satuan satuan waktu penyinaran penyinaran.. mAS mAS ( mill millii Ampe Amperr Seco Second nd ) akan akan menentukan jumlah menentukan jumlah sinar - x yang dihasilkan. dihasilkan . Besarny Besarnya a factor factor eksposi eksposi berbed berbeda-be a-beda da untuk untuk tiap tiap jenis jenis pemotre pemotretan, tan, oleh karena adanya beberapa factor yang mempengaruhi, antara lain yaitu : 1. Ketebalan obyek : Semakin tebal obyek yang di foto, semakin tinggi factor eksposi yang di butuhkan dalan pemotretan tersebut. 2. Focus Film Di D istance : Pada Pada peng penggun gunaa aan n FFD FFD yang yang lebih lebih besar, besar, membutuhkan factor eksposi yang lebih tinggi. 3. Tehnik pe pemotretan ya yang di dilakukan : Misalnya soft tissue technique,high technique,high KV techniqu technique, e, membutu membutuhka hkan n factor factor eksposi eksposi yang yang berbeda berbeda dengan dengan tehnik tehnik biasa biasa meskipun pada obyek yang sama. 4. Penggunaan pe peralatan te tertentu : Penggunaan Penggunaan screen film, non screen film, film, grid, grid, dan lain-lai lain-lain, n, masingmasing-mas masing ing akan akan membut membutuhka uhkan n factor factor ekspos eksposii yang yang berbeda satu sama lain.
IV.
Pengaturan Film
:
Dalam Dalam radio radiogr grafi afi ada ada dua dua jenis jenis film, film, Scre Screen en Film Film dan dan Non Non Scre Screen en Film, Film, dimana peda pemakaian pemakaian jenis screen film menggunakan menggunakan kaset radiografi. radiografi. Baik secara screen film maupun maupun non screen film, pengatura pengaturan n didalam didalam pemotreta pemotretan n di tempatkan di belakang obyek dengan urutan : sumber sinar obyek film. Sinar diarahkan ke obyek, kemudian menembus obyek mengenai film sehingga terbentuklah bayangan Latent. Latent . TERBATAS
TERBATAS 8
Penemp Penempatan atan film dalam dalam pemotret pemotretan an dapat dapat diatur diatur horizon horizontal, tal, vertikal vertikal atau atau menyudu menyudut, t, sesuai sesuai dengan dengan tehnik tehnik posisi posisi yang dilakuka dilakukan. n. Perlu Perlu pula pula untuk untuk di perhatikan agar film tidak mengalami kerusakan baik oleh karena pencahayaan sebelum atau sesudah di pakai dalam pemotretan, oleh karena double expose atau oleh karena sebab-sebab lainnya.
GAMBARAN RONTGEN YANG BAIK
:
Tujuan dari pemotretan Radiografi adalah untuk mendapatkan gambaran Roent Roentgen gen yang yang baik baik.. Gamb Gambara aran n Roe Roentg ntgen en yan yang g baik baik adala adalah h yan yang g mam mampu pu memberi informasi sebanyak-banyaknya untuk menentukan diagnosa secara tepat. Sedangkan kriteria penilaiannya akan dilihat dari kualitas Radiografinya serta seni Fotografinya.
/ ALASAN …..
ALASAN-ALASAN PEMOTRETAN
:
Untuk melakukan suatu pemotretan, terlebih dahulu harus diketahui alasanalasan alasan yang yang mendoro mendorong ng dilakuk dilakukanya anya pemotre pemotretan tan tersebut tersebut.. Ada 4 alasan alasan pemotretan yaitu : yaitu patah patah atau retak tulang tulang akibat akibat bentura benturan/ n/ 1. Fraktura ( ruda paksa ) ; yaitu kekerasan. Foto Roentgen yang di butuhkan harus dapat memperlihatkan lokasi, bentuk serta kedudukan dari faktura tersebut. 2. Dislokasi ( luksasi ));; yaitu terlepasnya atau bergesernya sendi dari mangkok sendi. Foto Roentgen yang harus dibutuhkan harus dapat memperlihatkan kearah mana dislokasi tersebut terjadi. 3. Corpus alienum ( foreign body ) ; yaitu adanya benda asing di dalam tubuh. Foto Roentgen yang dibutuhkan harus dapat mamperlihatkan letak benda asing tersebut dari berbagai sisi.
Patologis ; yaitu kelainan akibat sesuatu penyakit. 4. Kelainan Patologis; Untuk Untuk beberap beberapa a organ organ yang yang berp berpas asan angan gan pada pada umum umumnya nya dilak dilakuk ukan an foto perbandingan untuk memperoleh perbandingan kelainan di satu sisi terhadap sisi yang lain. Yang dimaksud foto perbandingan adalah pemotretan dari kedua bagian tubuh yang berpasangan (missal tangan kanan dan tangan kiri), dengan posisi pemotretan yang sama, serta factor kondisi yang sama pula.
BEBERAPA PRINSIP DIDALAM PEMOTRETAN
:
1. Untuk tuk mengura urangi magn agnifik ifika asi hend henda aklah lah pada setiap tiap pem pemotre tretan tan diusahakan agar obyek di tempatkan sedekat-dekatnya terhadap film. Kecuali pada tehnik Makro Radiografi, magnifikasi justru diperlukan.
TERBATAS
TERBATAS 9
2. Pengaturan sinar ( Central Ray ) yang tidak tegak lurus terhadap film akan mengakibatkan distorsi gambar/ parubahan bentuk .
3. Luas lapanga lapangan n penyinaran penyinaran hendak hendaklah lah dibuat dibuat sekecil sekecil mungkin mungkin sesuai sesuai dengan dengan kebutuhan pemeriksaan. 4. Didalam Didalam melakukan melakukan suatu suatu pemerik pemeriksaa saan n hendak hendaklah lah dipilih tehnik-te tehnik-tehnik hnik yang paling paling mengunt menguntungk ungkan an baik baik untuk untuk kepenti kepentingan ngan pemerik pemeriksaan saan ( diagnos diagnosa a ), maupun untuk kanyamanan penderita, maupun untuk Proteksi. 5. Hindari Hindari pengulang pengulangan an penyinara penyinaran n akibat akibat kesalahan kesalahan dalam melakuk melakukan an posisi ( tehnik ), ataupun dalam menentukan factor kondisi.
I.
IS (I (INTENSIFYING SC SCREEN)
LUMINESENSI : Kesangg Kesanggupa upan n dari group materi materi ( Phospor Phospor ) untuk untuk memanc memancarka arkan n cahaya cahaya (radiasi gelombang panjang) bila dikenakan radiasi gelombang pendek (sinar – x).
/ Luminesensi …..
Luminesensi terbagi 2 jenis : 1.
FLUOROSENSI :
Caha Cahaya ya dipa dipanca ncarka rkan n setel setelah ah terjad terjadiny inya a penye penyera rapan pan energ energii dari dari radia radiasi si gelombang pendek, cahaya dipancarkan hanya selama adanya radiasi gelombang pendek (sinar – x). 2.
Phosporesensi (After Glow) :
Cahaya Cahaya yang yang dipanca dipancarkan rkan setelah setelah terjadi terjadi penyera penyerapan pan energi energi dari radiasi radiasi gelombang pendek, pemancaran cahaya masih diteruskan beberapa saat walaupun radiasi gelombang pendek sudah berhenti menyinari. Efek dari Fluorosensi dalam Radiografi digunakan pada : 1. 2. 3. 4.
Fluoroskopi Intensifying Image ( II ) Photo Fl Fluoroskopi IS jen jenis phosph ospho or Cals alsium ium Tung ungstat tate
Keuntungan IS :
Kerugian IS :
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3.
Dosisi radiasi rendah Beban kerja pesawat minimal Waktu eskpose pendek Kontras foto lebih baik
Harganya mahal Artefact IS kotor Kabur dengan IS Dosis rendah
Perawatan IS : 1.
Permuk rmuka aan jan jangan gan serin ring di sen sentuh. tuh. TERBATAS
TERBATAS 10
2. 3. 4. 5. 6.
Tidak boleh dilipat. Kaset harus selalu te tertutup. Tidak dak te terke rkena pe percik rcika an lar laru utan tan kim kimia ia.. Bersi Bersihka hkan n sec secara ara regul regular ar deng dengan an kapas kapas dan air air hang hangat at dan dan sabu sabun n luna lunak. k. Dis Disimpa impan n pada pada temp tempat at yang yang ding dingin in dan dan ker kerin ing. g.
II
KASET
Konsrtuksi Kaset : 1. Bagi Bagian an atas atas kase kasett ter terbu buat at dari dari baha bahan n Ra Radiol dioluc ucen ent. t. 2. Intensifying Screen 3. Film Rontgen. 4. Pad Pad bant bantal alan an yang yang terb terbua uatt dari dari kare karett busa. usa. 5. Kaset bagi bagia an belak lakang ang terb erbuat uat dari ari bahan han stea teal campur lea lead (Pb (Pb) yang gunanya untuk mencegah radiasi hambur balik.
III
GRID
Scatter Grid (GRID) terdiri dari :
/ 1.
1. 2.
Lead …..
Lead Strip (Pb) Tran Transp spar aran an inte inters rspa pace ce mater ateria iall (A (Al / Plas Plasti tik) k)
Kegunaan Grid yaitu untuk mengurangi radiasi hamburan. Jenis Grid : 1.
Stasioner Grid (Lysolm) a. b.
2.
bisa isa digu igunak nakan diman imanaa-m mana. na. Grid Line terlihat.
Moving Grid (Bucky) a. b.
IV
Keunt untungan gan Kerugian
Keunt untungan gan Kerug rugian ian
Grid bergerak pada saat di ekspose Grid rid Lin Line tidak idak ter terliha lihatt. tidak idak bias ias dibaw ibawa a kemana-m na-man ana. a.
FILM RONTGEN Baha Bahan n yang yang peka peka terhad terhadap ap sinar sinar – x dan cahay cahaya a (Pera (Perak k Halog Halogen) en) serta serta sens sensiti itive ve terha terhada dap p radia radiasi si elektr elektro o magn magnet etic ic yang yang memp mempuny unyai ai panja panjang ng gelombang 460 nm.
SUPER COAT EMULSI LAYER GELATIN TERBATAS
TERBATAS 11
SUB STRATUM LAYER
PEREKAT
FILM BASE
FILM ditinjau dari Emulsi terbagi : 1. 2.
Double Emulsi Film Rontgen Singel side Emulsion : a. MCS / MMR (Mass Miniatur Radiography) b. Cine Film c. Substraction Film d. Duplicating Fi Film.
Film ditinjau dari jenisnya : 1.
Screen Film :
/ a.
a. b. 2.
Kontras …..
Kont Kontra ras s lebi lebih h baik baik Deta Detail il ren rendah dah (Hig (High h Velo Veloc city) ity) Pemotret treta an bagian ian tubuh ubuh yan yang teba ebal.
Non Screen Film : a. b. c. d.
Kont Kontra ras s lebi lebih h ren rendah dah Detai etaill ting tinggi gi (Slo (Slow w Velo Veloci city ty)) Pemotret treta an bagian ian tubuh ubuh yan yang tipis ipis.. Tanpa IS Emulsi lebih tebal.
Keuntungan Double Emulsi Film : 1.
Kepekaan Film : a. Fakt Faktor or eksp ekspos osii min minim imal al maka maka Dosis osis mini minima mal. l. b. “t” “t” eksp ekspos osii mini minima mall maka maka kua kuali lita tas s maks maksim imal al kar karen ena a move moveme ment nt leb lebih ih
kecil. c. 2. 3.
Pesawat ak akan te terawatt.
Kontras da dari ba bayangan le lebih ba baik. Menc encegah ter terjad jadiny inya ge gelom lombang pada pada fil film.
Kerugiannya : 1. 2.
Cairan Processing cepat lemah. Film lebih mahal.
CARA PENYIMPANAN FILM : 1.
Di gudang : TERBATAS
TERBATAS 12
a. b. c. d. e. f. g.
Suhu ± 10 º C Kering / Humidity 4 % Ventilasi yang baik Posi Posisi si film film haru harus s ber berdi diri ri untu untuk k men mence cega gah h Pre Press ssur ure e Mar Marks ks.. Disusun be berdasarkan Ex Expose Da Date. Hinda ndari kontam taminas nasi te terhada adap ba bahan kim kimia. ia. Terhindar dari radiasi.
2.
Di kamar periksa : a. Di masu masuka kan n dal dalam am kase kasett dan dan terh terhin inda darr dar darii rad radia iasi si prim primer er dan dan hamburan. b. Bila Bila perlu erlu disi disimp mpan an dala dalam m Rad Radia iati tion on Proo Prooff Box Boxes es.. 3.
Di kamar gelap : a. Jauh da dari pi pintu ma masuk ka kamar ge gelap. b. Letakkan di diatas me meja ke kering. c. Bila Bila perl perlu u Film Film Box Box ber berad ada a dil dilac acii den denga gan n pos posis isii ber berdi diri ri..
CARA PENYIMPANAN PENYIMPANAN ARSIP FILM : 1. 2. 3.
Suhu ruangan 27 º C Humidity 25 % - 68 % Untu Untuk k men mence cega gah h jam jamur ur bias bias dicu dicuci ci deng dengan an cair cairan an 5 % Sulf Sulfat ate. e.
TEHNIK KAMAR GELAP I
TAHAPAN PENCUCIAN 1.
Developing (Pembangkit) a. b. c.
Meru Meruba bah h Per Perak ak Halo Haloge gen n men menja jadi di Pera Perak k log logam am hita hitam m (ba (baya yang ngan an hitam) Meto Metod da pembangkita kitan n : 5 mt suhu 20 º C Insp Inspek eksi si : Meto Metoda da ini ini kura kurang ng mengu engunt ntun ungk gkan an kare karena na : Waktu kurang efisien Kemungkinan terjadinya oksidasi Kemungkinan terjadinya Light Fongging Kemungkinan cairan akan terbuang
d.
Agitasi : Menghindari “Air Bubbles” Proses pembangkitan lebih merata Kekura urangan agit agita asi aka akan me menimb imbulka lkan “ed “edge effe effec ct” dan dan “Bromid “Bromide e flow lines” lines” (garis (garis hitam hitam didaerah didaerah yang densita densitasny snya a tinggi)
e.
HalHal-ha hall yang yang meni menim mbulk bulkan an kele kelema maha han n Deve Develo lope perr : Aerial Ox Oxidation me menigkat Temperatur larutan PH larutan melemah TERBATAS
TERBATAS 13
2.
Rinsing Menghilangkan sisa-sisa Developer yang masih menempel pada film dengan air bersih yang mengalir dan dingin supaya tidak masuk ke larutan larutan Fixer. Fixer. Bila sisa-si sisa-sisa sa Developer Developer masuk masuk ke Fixer maka yang terjadi : a. b.
c. 3.
Konsentrasi Bromium meningkat
Keas Keasam aman an Fixer ixer akan akan menu menuru run n seh sehin ingg gga a cep cepat at lem lemah Pembangkit bayangan masih berlanjut di Fixer sehingga menimbulkan Dichroic Fog (noda berwarna pink pada foto dan berwarna biru atau hijau bila dilihat melalui cahaya). Timb Timbul ul noda noda cokl coklat at akib akibat at oksi oksida dasi si dari dari sisa sisa-s -sis isa a Dev Devel elop oper er..
Fixer, berfungsi untuk : a. b. c.
Mend Mendap apat atka kan n gam gamba bara ran n yan yang g per perm manen anentt dan dan jela jelas s Menghentikan pe pembangkitan Meng Menger eras aska kan n em emulsi ulsi film film untu untuk k me menceg ncegah ah keru kerusa saka kan n
Faktor yang mempengaruhi waktu fiksasi : a. b. c. d. e. f.
Jeni Jenis s Fixi Fixing ng Agen Agentt : Deng Dengan an baha bahan n Amon Amoniu ium m Thio Thiosu sulf lfat at wakt waktu u fiksasi lebih cepat dibanding dengan Natrium Thiosulfat. Konsentrasi dari Fixing Agent Temperat eratu ur : Suhu berkis rkisa ar (16 (16 – 21) 21) º C Jenis Emulsi Agitasi Umur Fixing
/ Faktor …..
Faktor yang mempengaruhi umur larutan Fixer : a. b. c. d.
Juml Jumlah ah dan dan jen jenis is sert serta a uku ukura ran n fil film m yan yang g dip dipro rose ses s Subs ubstan tansi Perak rak Haloge ogen pada emulsi Juml Jumlah ah “Und “Undev evel elop oped ed”” per perak ak Halog alogen en dala dalam m em emuls ulsi Tiri Tirisa san n air air pembi embila las s yan yang g mas masuk uk laru laruta tan n fix fixer er..
Efek menggunakan Fixer yang lemah : a. b. c. 4.
II
Clea Cleari ring ng time time akan akan lama lama dan dan pro prose ses s fik fiksa sasi si kura kurang ng semp sempur urna na Fungs ngsi pen peng geras eras emulsi ulsi tida idak se sempurn urna Akan timbul noda pada film
Washing Memb Member ers sihka ihkan n sisa sisa-s -sis isa a laru laruta tan n Fixer ixer yang yang menem enempe pell pada ada permukaan film dengan menggunakan air yang mengalir, dingin dan bersih.
DRYING
Mengeringkan film dengan : 1.
Driy Driyin ing g cab cabin inet et deng dengan an tem tempera peratu turre sek sekit itar ar 50 º C TERBATAS
TERBATAS 14
2. 3.
Rapid Film Drying Automatic Processor
BAB II PROTEKSI RADIASI RADIASI : Pemanpancaran energi dalam bentuk gelombang atau partikel
Sumber Radiasi Radiasi dibagi 2 yaitu : 1.
Sumber Radiasi Alam : Berasal Berasal dari sina sina kosmos, kosmos, sinar Gamma Gamma dari kulit bumi, bumi, hasil hasil peluruha peluruhan n Radon Radon dan Thorium Thorium di udara, udara, serta serta berbaga berbagaii Radionu Radionuklid klida a yang yang terdapat terdapat dalam bahan makanan.
2.
Sumber Radiasi Buatan : Radiasi Radiasi yang timbul karena karena atau berhubu berhubungan ngan dengan dengan kegiatan kegiatan manusia manusia seperti penyinaran dibidang medik, jatuhan Radioaktif, Radioaktif, radiasi yang diperoleh
TERBATAS
TERBATAS 15
pekerja radiasi di fasilitas Nuklir, Radiografi, Logging, pabrik kas lampu dan sebagainya.
Pembangkit Radiasi Sinar – X Sinar – x ditemukan oleh Wilhelm C. Roentgen pada tahun 1895, secara sederhana bahwa sinar – x dihasilkan oleh tabung sinar – x yaitu tabung gelas hampa udara yang dilengkapi dengan 2 buah elektroda, yaitu Anoda dan dan Katod Katoda. a. Sehi Sehingg ngga a akiba akibatt intera interaksi ksi anta antara ra elec electro tron n cepat cepat yan yang g dipancar dipancarkan kan dari Katoda ke target target dipanca dipancarka rkan n sinar sinar –x dari permukaan permukaan target.
Berdasarkan proses terjadinya sinar – x dapat dibagi 2 : 1.
Radi Radias asii yang yang dih dihasil asilk kan akib akibat at per perlam lambata batan n berk berkas as elec electr tron on cepa cepatt yang ang meng mengen enai ai targ target et dise disebu butt Brem Bremst stra rahl hlun ung g dan dan meng mengha hasi silk lkan an spec spectr trum um Kontinyu.
2.
Radias iasi yang ang dih dihasil asilk kan akiba ibat tumbu umbuk kan berk erkas elect ectron ron cepat deng engan electron orbit dari atom target, dikenal dengan sinar – x Karakteristik yang memiliki spectrum garis.
Sifat-sifat Sinar - X : 1. Dapa Dapatt mene menemb mbus us bah bahan an (KV (KV sem semak akin in ting tinggi gi maka maka day daya a tembu tembus s sema semaki kin n besar) 2. Mangalami At Atenuasi (p (pelemahan) 3. Men Menimbu imbulk lkan an radi radias asii seku sekund nder er (rad (radia iasi si ham hambur, bur, Karat arater eris isti tik k dan dan elec electr tron on)) dalam bahan yang dilalui. 4. Meny Menyeb ebab abka kan n gar garam am loga logam m mem meman anc carka arkan n cah cahay aya. a. 5. Meng Menghi hita tam mkan kan emul emulsi si film film ( AgBr AgBr Radi Radiog ogra rafi fi ) 6. Menimbulkan efek Biologis.
/ I.
I
AZAS …..
AZAS-AZAS PROTEKSI RADIASI
SOMATIK NON STOKASTIK PD MANUSIA
SOMATIK STOKASTIK GENETIK
PERISAI
PROTEKSI RADIASI :
TERBATAS
TERBATAS 16
Suatu Suatu caban cabang g ilmu ilmu pengt pengtahu ahuan an atau atau tehni tehnik k yang yang memp mempela elajar jarii masa masalah lah keseh kesehat atan an lingk lingkung ungan an yang yang berka berkaita itan n denga dengan n pemb pember erian ian perli perlind ndun unga gan n kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan terkena akibat yang merugikan dari radiasi.
Tujuan Proteksi Radiasi : a.
Menc Menceg egah ah terj terjad adin inya ya efek efek non non stok stokas asti tik k yan yang g mem memba baha haya yaka kan. n.
b.
Meng Mengur uran angi gi fre freku kuen ensi si ter terja jadi diny nya a efek efek sto stoka kast stik ik ke ke ting tingka katt yang yang cuk cukup up rendah yang masih dapat diterima oleh setiap anggota masyarakat.
II. II.
3 PRI PRINS NSIP IP UNTU UNTUK K MEN MENGE GEND NDAL ALIK IKAN AN BAHA BAHAYA YA RADI RADIAS ASII EKS EKSTE TERN RNA A
1
WAKTU : Dosis yang diterima seseorang berbanding lurus dengan waktu pada laju dosis tertentu.
2.
JARAK : Menurut hokum Kuadrat jarak nilai sinar akan menurun dengan bertambah jarak dari sumber radiasi.
3.
PERISAI / PELINDUNG
½x
¼x
-μx
It
Io
Perisai
It = Io . e
Perisai
/ It It It μ x
= = = =
= …..
Intensitas awal Intens Intensita itas s setel setelah ah mele melewat watii perisa perisaii Koefis Koefisien ien jenis jenis bahan bahan peris perisai ai tebal ba bahan
HVL ( Half Valau Layer ) Ketebalan perisai yang diperlukan untuk mengurangi intensitas radiasi foton atau dosis serap menjadi ½ dari nilai sebelum memasuki perisai. Jadi jumlah Intensitas ( It ) radiasi setelah melewati perisai tergantung pada : a. Teba ebal ba bahan han b. Koef Koefis isie ien n baha bahan n TERBATAS
TERBATAS 17
c. Ener Energ gi rad radia iasi si
TEHNIK PROTEKSI RADIASI I.
TEHNIK PROTEKSI PADA FLUOROSKOPI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9. 10. 11. II. II.
Pint Pintu u ruan ruanga gan n peme pemeri riks ksaa aan n haru harus s terk terkun unc ci. Hany Hanya a ang anggo gota ta team team yang yang bera berada da di dala dalam m rua ruang ng Fluo Fluoro rosk skop opi. i. Guna Gunaka kan n Apr Apron on dan dan sar sarun ung g tan tanga gan n tim timba bale le (Pb) (Pb).. Berd Berdir irii dib dibel elak aka ang peri perisa saii yan yang g dis dised edia iaka kan. n. Mani Manipu pula lasi si pas pasie ien n dan dan alat alat han hanya ya dil dilak akuk ukan an pad pada a “Swi “Switc tch h Off Off Time Time”. ”. Luas lapangan penyinaran sesuai kebutuhan / organ yang akan diperiksa. Mengendalikan “Swithc On Time” sehingga sedapat mungkin jumlah mAs Fluoroskopi tidak jauh berbeda dari mAs Radiografi organ yang sama. Hinda ndari Fluo luoros roskop kopi jika ika inf inform ormasi kelain ainan orga rgan dapat diper iperol ole eh dengan Radiografi. FSD ≥ 40 cm. Yakin kinkan Filt ilter ≈ ≥ 3 mm Al. Tube dan Explorator hendaknya mudah digerakan.
TEHN TEHNIK IK PRO PROTEKS TEKSII PADA PADA RADI RADIOG OGRA RAFI FI DENT DENTAL AL 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7.
8. 9.
Dos Dosis kul kulit it pad pada a umum umumny nya a lebi lebih h besa besarr kare karena na pen pengg ggun unaa aan n KV yang yang kecil, dengan FSD yang lebih pendek. Gunakan Apron ≈ 0,5 mm Pb saat melakukan pemeriksaan baik pasien maupun Radiografer. Usah Usahak akan an ber berdiri diri pada pada jar jarak 2 m dari dari pasie asien. n. Jika Jika fil film m gig gigii haru harus s dipe dipega gang ng,, usah usahak akan an aga agarr pasi pasien en yan yang g meme memega gang ng film. Harus Harus diper diperhat hatika ikan n fung fungii Conus Conus sebag sebagai ai pemb pembat atas as berk berkas as sinar. sinar. Diameter luas lapangan yang dihasilkan oleh Conus tersebut pada permukaan kulit tidak lebih 6 cm. Seba Sebaik ikny nya a Co Conus nus dap dapat at menye enyera rap p sin sinar ar hamb hambur ur.. Pada Pada pen penem empa pata tan n pesa pesawa watt Pano Panora rami mic c hend hendak akny nya a diat diatur ur sed sedem emik ikia ian n rupa sehingga arah putaran radiasi yang keluar selama penyinaran sedapat mungkin menjauh ruang operator. Perlu adanya Ruang Operator untuk Ruang Panoramic. Satu Satu kal kalii peny penyin inar aran an men mengg ggun unak akan an Pano Panora rami mic c ≈ 10 10 – 14 14 x pen penyi yina nara ran n pesawat Radiografi Dental biasa.
/ III. III. III.
TEHNIK …..
TEHN TEHNIK IK PROTE PROTEKS KSII RAD RADIA IASI SI PADA PADA PENG PENGGU GUNA NAAN AN “MOB “MOBIL ILE E UNI UNIT” T” 1.
Bias Biasan anya ya dip dipak akai ai pad pada a ruan ruang g pera perawa wata tan, n, tan tanpa pa sys syste tem m Prot Protek eksi si yan yang g memadai, sehingga : a. b. c.
Hendaknya mengarah sinar secara aman sehingga dapat melindungi pasien lainnya. Guna Gunaka kan n Apro Apron n baik baik itu itu per perso sone nell yan yang meme memega gang ng pas pasie ien n dan dan Radiografer. Bagi Bagi yang yang tida tidak k ter terli liba batt dal dalam am peme pemeri riks ksaa aan n unt untuk uk meni mening ngga galk lkan an ruangan. TERBATAS
TERBATAS 18
d.
2
Jauh auh dari ari kamar amar pencucia cian film, lm, sehin ehing gga : a. b. c.
3.
Perl Perlu u pen penem empa pata tan n kas kaset et agar gar tid tidak ak terk terken ena a sin sinar ar.. Sedia ediak kan kase aset deng denga an jumlah lah yang memadai dai untu ntuk pemeriksaan. Di jaga tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan pencucian.
Tehnik posisi hendaknya : a. b. c. d.
4.
Dipilih tehnik posisi secara tepat sesuai kebutuhan pemeriksaan. Dipil ipilh h factor tor expos posi sec secara ara tepat pat, dengan gan waktu pen penyin yinara aran yang singkat. Sed Sediaka iakan n kele keleng ngk kapan apan Rad Radio iogr graf afii yang yang dib dibut utuh uhka kan. n. Tida Tidak k ter terja jadi di peng pengul ulan anga gan n fot foto o aki akib bat a, b dan dan c.
Prote oteksi ksi Radias iasi untuk Radio adiogr graf afe er : a. b.
IV
Luas Luas lapa lapan ngan gan peny penyin inar aran an seke sekeci cill mungk mungkin in sesu sesuai ai kebu kebutu tuha han n klinis.
Guna Gunaka kan n Apron pron / peri perisa saii pelin elindu dun ng radi radias asi. i. Hand Hand swi switc tch h XX- Ray Ray dap dapat dia diatu turr jara jarak k 2 – 4 m dar darii pas pasie ien n dan dan sumber radiasi.
TEHNIK PROTEKSI RADIASI PADA RADIOGRAFI KONVENSIONAL 1. 2.
Pint Pintu u kam kamar ar pem pemer erik iksa saan an har harus us dit ditut utup up dan dan dik dikun unci ci.. Jang Jangan an men menga gara rahk hkan an ber berka kas s sina sinarr – x ke jend jendel ela a kama kamar, r, pan panel el con contr trol ol atau dinding kamar gelap. 3. Petu Petuga gas s haru harus s beri beridi diri ri dibe dibela laka kang ng mej meja a cont contro roll jika jika pemot pemotre reta tan n seda sedang ng berlangsung atau berlindung di tempat yang terlindung oleh bahan pelindung radiasi dan mengawasi pasien melalui jendela timbale. 4. Luas Luas lap lapan anga gan n haru harus s seke sekeci cill mung mungki kin n sesu sesuai ai den denga gan n kebu kebutu tuha han n klin klinis is dan bila perlu pasang pelindung gonad pada pasien. 5. Guna Gunaka kan n penom enompa pang ng atau atau bant bantua uan n secar secara a mekan ekanik ik jika jika dipe diperl rluk ukan an untuk menompang kaset / pasien. 6. Jika ika dipe iperlu rlukan kan bantuan uan seseo seorang unt untuk mem memegang kas kaset ata atau pasien, pasien, maka maka perlu perlu menggun menggunaka akan n Apron Apron dan sarung sarung tangan tangan serta serta PROSEDUR menghin menghindari dari berkas berkTETAP as sinar sinar langsun langsung g dengan dengan cara berdiri berdiri disampi disamping ng PEMERIKSAAN OS HUMERUS sinar berkas utama. 7. Peng Pengatu aturan ran facto factorr expo exposi si seca secara ra tepat tepat,, denga dengan n wakt waktu u exp expos osii sin singka gkat. t. Pe8. rsiapanGuna p a s i e n : Tidak ada. Gunaka kan n pemb pembat atas as luas luas lap lapan anga gan n den denga gan n “Lig “Light ht Bea Beam m Indi Indica cato tor” r”.. FFD Radiografi ≥ 70 cm, tidak boleh terjadi pengulangan penyinaran, 9. Persiapan Alat/Bahan : Tidak ada. khususnya untuk “Short Distance Technique (Contact Radiografi). 10 Pe lihan op dapa dapatt men mengu guran rangi gi dosis dosis sera serap. p. Po10. sis.i pemPemi erimilih ksa anan KV optim : timum AP um / Lateral. Penggunaan filter Radiografi secara tepat. 11. Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Posisi AP
BAB III
Pasien tiduTEHNIK r posisi PEMERIKSAAN supine diatas RADIOLOGI meja pemer pemeriks iksaan aan.. Kepala Kepala diganj diganjal al dengan dengan bantal bantal,, kedua kedua tangan lurus disamping tubuh dengan posisi tangan true AP. Os Humerus Humerus yang sakit sakit menempel pada pada pertengahan pertengahan kaset, beri marker pada kaset sesuai Os Humerus yang akan diperiksa. -
CR CP Kaset FFD
: : : :
TERBATAS
Tegak lurus Kaset. Pertengahan Os Humerus. (24 x 30) cm. 90 90 cm.
TERBATAS 19
90 cm
90 cm 2.
Posisi Lateral :
Pasi Pasien en tidu tidurr posi posisi si supi supine ne diat diatas as meja meja pemeriksaan. Kepala diganjal dengan bantal, kedua kedua PROSEDUR TETAP tangan tangan lurus disamp disamping ing tubuh. tubuh. Os Humerus Humerus yang yang PEMERIKSAAN SHOULDER JOINT sakit menempel pada pertengahan kaset dengan posisi Gambar Prosedur tetap pemeriksaan Os Humerus true true Late Latera ral, l, beri beri mark marker er pada pada kase kasett sesu sesuai ai Os posisi AP dan Lateral Persiapan pasien : Sebelum Sebelum dilakukan dilakukan Humerus peme- yang akan diperiksa. riksaan, riksaan, pasien pasien dianjurk dianjurkan an untuk untuk mengga mengganti nti pakaia pakaian n - CR : Tegak lurus Kaset. yang telah disediakan. - CP : Pertengahan Os Humerus - Kaset : (24 x 30) cm. Persiapan Alat/Bahan : Tidak ada. - FFD : 90 90 cm. Posisi pemeriksaan : AP. Prosedur pemeriksaan
:
Pasi Pasien en berdi erdiri ri tega tegak k posi posisi si AP, AP, kase kasett dile dileta takk kkan an dibela dibelakan kang g pung punggun gung g pasien pasien.. Should Shoulder er yang yang akan akan diperiksa diperiksa menempel menempel pada kaset. kaset. Kedua tangan tangan lurus disa disamp mpin ing g tubu tubuh h deng dengan an posis posisii true true AP. Mark Marker er ditempelkan pada ujung 90 kaset. cm - CR : Horizontal tTERBATAS egak lurus Kaset. - CP : Pada Shoulder. Gambar Shoulder Joint - prosedur Kaset tetap :pemeriksaan (24 x 30) cm . posisi True - FAP FD : 90 90 cm.
Gambar Gambar Shoulder Sendi Bahu Jointpada pada posisi posisi True True APAP dengan foto perbandingan kanan dan kiri.
TERBATAS 20
TERBATAS
TERBATAS 21
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Os Clavicula posisi AP
c m 9 0
10 °
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN OS CLAVICULA Persiapan pasien
Sebelu lum m dila dilaku kuka kan n peme peme-: Sebe riksaa riksaan, n, pasien pasien dianj dianjurk urkan an untu untuk k meng mengga gant ntii paka pakaia ian n yang yang tela telah h dise disedi diak akan an dan dan mele-pa -paskan perhiasan disekitar leher.
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: AP.
Prosedur pemeriksaan
:
Pasien Pasien berdi berdiri ri tegak tegak posisi posisi dibelakan dibelakang g punggung punggung pasien. pasien. Os diperi diperiksa ksa menemp menempel el pada pada kaset. kaset. disa disamp mpin ing g tubu tubuh h deng dengan an posi posisi si ditempelkan pada ujung kaset. -
CR CP Kaset FFD
: : : :
AP, kaset kaset dileta diletakk kkan an Clavicula Clavicula yang akan Kedua Kedua tang tangan an lurus lurus true true AP. AP. Mark Marker er
Horizontal ∟ (5 – 10)° Cranialy Os Clavicula. (24 x 30) cm. 90 90 cm.
TERBATAS
Gambar Os Clavicula posisi AP
TERBATAS 22 PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN ELBOW JOINT / ARTICULATIO CUBITI
90 cm
Persiapan pasien
: Tidak ada
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: AP dan Lateral.
Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Posisi AP
Pasien duduk sejajar dengan meja pemeriksaan, siku yang yang diperi diperiksa ksa dileta diletakka kkan n pada pada perten pertengah gahan an kaset kaset dalam dalam posisi posisi true true AP, tangan tangan posisi posisi exsoro exsorotasi. tasi. Usahakan Usahakan pasien pasien dalam posisi senyaman mungkin, marker ditempelkan pada ujung kaset. 2.
CR CP Kaset FFD
: : : :
Posisi Lateral
Tegak lurus kaset. Pada sendi siku. (18 x 24) cm. 90 90 cm. :
Pasien duduk sejajar dengan meja pemeriksaan, siku yang yang diperi diperiksa ksa dileta diletakka kkan n pada pada perten pertengah gahan an kaset kaset dalam dalam posisi true Lateral. Usahakan pasien dalam posisi senyaman mungkin, marker ditempelkan pada ujung kaset.
90 cm
-
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Pada sendi siku. (18 x 24) cm. 90 90 cm.
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Elbow Joint posisi AP dan Lateral
Gambar Elbow Joint posisi AP dan Lateral
TERBATAS
TERBATAS 23 PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN OS ANTEBRACHI
90 cm
Persiapan pasien
: Tidak ada
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: AP dan Lateral.
Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Posisi AP
Pasien duduk sejajar dengan meja pemeriksaan, Os Antebrachi yang diperiksa diletakkan pada pertengahan kaset dalam dalam posi posisi si true true AP. Usahak Usahakan an pasi pasien en dala dalam m posi posisi si senyaman mungkin, marker ditempelkan pada ujung kaset. 2.
CR CP Kaset FFD
: : : :
Posisi Lateral
Tegak lurus kaset. Pertengahan Os Antebrachi. (24 x 30) cm. 90 90 cm. :
Pasien duduk sejajar dengan meja pemeriksaan, Os Antebrachi yang diperiksa diletakkan pada pertengahan kaset dalam posisi posisi true true Lateral Lateral.. Usahakan Usahakan pasien pasien dalam posisi posisi senyaman mungkin, marker ditempelkan pada ujung kaset.
90 cm
-
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Pertengahan Os Antebrachi. (24 x 30) cm. 90 90 cm.
Gambar pposedur tetap pemeriksaan Os Antebrachi posisi AP dan Lateral
Gambar Os Antebrachi posisi AP dan Lateral
TERBATAS
TERBATAS 24 PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN WRIST JOINT
90 cm
Persiapan pasien
Pasien dianj dianjurk urkan an untuk untuk : Pasien melepas perhiasan / gelang.
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: AP dan Lateral.
Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Posisi AP
Pasien duduk sejajar dengan meja pemeriksaan, perge pergelan langan gan tangan tangan yang yang diperi diperiksa ksa dileta diletakka kkan n pada pada perte pertenga ngahan han kaset kaset dalam dalam posi posisi si true true AP. AP. Usahak Usahakan an pas pasie ien n dala dalam m posi posisi si seny senyam aman an mung mungki kin, n, mark marker er ditempelkan pada ujung kaset. 2.
CR CP Kaset FFD
Posisi Lateral
: : : :
Tegak lurus kaset. Pergelanganyang diperiksa. (18 x 24) cm. 90 90 cm. :
Pasien duduk sejajar dengan meja pemeriksaan, perge pergelan langan gan tangan tangan yang yang diperi diperiksa ksa dileta diletakka kkan n pada pada pertengahan kaset dalam posisi true Lateral. Usahakan pas pasie ien n dala dalam m posi posisi si seny senyam aman an mung mungki kin, n, mark marker er ditempelkan pada ujung kaset.
90 cm
-
CR CP
-
Kaset FFD
: Tegak lurus kaset. : Pergelangan yang diperiksa : (18 x 24) cm. : 90 90 cm.
akan
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Wrist Joint posisi AP dan Lateral
TERBATAS
TERBATAS 25 PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN OS MANUS Persiapan pasien
: Pasi Pasien en dian dianju jurk rkan an untu untuk k melepas perhiasan / gelang.
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: AP , Lateral dan Oblique
Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Posisi AP
Pasien duduk sejajar sejajar dengan dengan meja pemeriksaa pemeriksaan, n, telapak tangan yang diperiksa diletakkan pada pertengahan kaset dalam dalam posisi posisi true AP. Usahakan pasien dalam dalam posisi posisi senyaman mungkin, marker ditempelkan pada ujung kaset.
90 cm
2.
CR CP Kaset FFD
: : : :
Posisi Lateral
Tegak lurus kaset. Os Metacarpal III. (24 x 30) cm. 90 90 cm. :
Pasien duduk sejajar sejajar dengan dengan meja pemeriksaa pemeriksaan, n, telapak tangan yang diperiksa diletakkan pada pertengahan kaset kaset dalam dalam posisi posisi true true Latera Laterall (pemer (pemeriks iksaan aan ini ini bias bias dilaku dilakukan kan untuk untuk meliha melihatt benda benda asing asing / foreig foreign n body). body). Usahakan pasien dalam posisi senyaman mungkin, marker ditempelkan pada ujung kaset. -
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Os Metacarpal II. (24 x 30) cm. 90 90 cm.
90 cm
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Os Manus posisi True AP dan Lateral.
Gambar Os Manus posisi AP dan Lateral
TERBATAS
TERBATAS 26
3.
Posisi Oblique
:
Pasien duduk sejajar sejajar dengan dengan meja pemeriksaa pemeriksaan, n, telapak tangan yang diperiksa diletakkan pada pertengahan kaset dalam posisi Oblique Oblique (miring 30°). Usahakan pasien dalam posisi senyaman mungkin, marker ditempelkan pada ujung kaset. -
90 cm
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Os Metacarpal III. (24 x 30) cm. 90 90 cm.
Untuk pemeriksaan masing-masing Finger (jari-jari tangan) Digiti I – V, posisi true AP dan Lateral, CP pada daerah yang sakit.
Gambar Os Manus Posisi Oblique Gambar prosedur tetap pemeriksaan Os Manus posisi Oblique.
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN OS FEMUR
90 cm
Persiapan pasien
Pasien en dian dianju jurk rkan an meng meng-: Pasi ganti pakaian dengan pak pakai aian an yang yang tela telah h dise dise-diakan.
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: AP dan Lateral.
Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Posisi AP
Pasien tidur diatas meja pemeriksaan posisi Supine, kepala kepala diganj diganjal al dengan dengan bantal bantal dan kedua kedua tangan tangan lurus lurus disamp disamping ing tubuh. tubuh. Os Femur Femur yang yang diper diperiks iksaa dileta diletakka kkan n diatas kaset, tepat ditengah kaset posisi true AP, marker ditempelkan pada ujung kaset.
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Os Femur posisi True AP.
TERBATAS
-
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Pertengahan Os Femur. (30 x 40) cm. 90 90 cm.
TERBATAS 27
2.
Posisi Lateral
:
Pasien tidur diatas meja pemeriksaan posisi Supine, kepala miring ke kanan atau ke kiri diganjal dengan dengan bantal bantal dan kedua kedua tangan tangan berimpit berimpit didepan dada, dada, Os Femur Femur yang yang diper diperiks iksaa dileta diletakka kkan n diatas diatas kaset, tepat ditengah kaset posisi true Lateral, marker ditempelkan pada ujung kaset. -
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Pertengahan Os Femur. (30 x 40) cm. 90 90 cm.
90 cm
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Os Femur posisi True Lateral. PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN KNEE JOINT / ARTICULATIO GENU
90 cm
Persiapan pasien
: Pasien dianjurkan meng mengga gant ntii paka pakaia ian n dengan dengan pakaia pakaian n yang yang telah disediakan.
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: AP dan Lateral.
Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Posisi AP
Pasien tidur diatas meja pemeriksaan posisi Supine Supine,, kepala kepala diganj diganjal al dengan dengan banta bantall dan kedua kedua tangan lurus disamping tubuh. tubuh. Lutut yang diperiksa diperiksa diletakkan diletakkan diatas kaset, kaset, tepat ditengah kaset posisi posisi true AP, marker ditempelkan pada ujung kaset.
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Knee Joint posisi True AP.
TERBATAS
-
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Os Patella. (18 x 24) cm. 90 90 cm.
TERBATAS 28 2.
Posisi Lateral
:
Pasien tidur diatas meja pemeriksaan posisi Supine, kepala miring ke kanan atau ke kiri diganjal dengan dengan bantal bantal dan kedua kedua tangan tangan berimpit berimpit didepan dada, dada, lutut lutut yang yang diperi diperiksa ksa dileta diletakka kkan n diatas diatas kaset kaset dalam dalam posisi posisi ± 30° 30° medio medio lateral lateral.. Lutut Lutut yang yang lain lain disila disilangk ngkan an ke depan depan lutut lutut yang yang akan akan diperi diperiksa ksa,, marker ditempelkan pada ujung kaset. -
90 cm
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Pada Art. Genu. (18 x 24) cm. 90 90 cm.
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Knee Joint posisi Lateral. Gambar Knee Joint posisi True AP dan Lateral. PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN OS CRURIS
90 cm
Persiapan pasien
dianjurkan : Pasien meng mengga gant ntii paka pakaia ian n dengan dengan pakaia pakaian n yang yang telah disedia-kan.
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: AP dan Lateral.
Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Posisi AP
Pasien tidur diatas meja pemeriksaan posisi Supine Supine,, kepala kepala diganj diganjal al dengan dengan banta bantall dan kedua kedua tangan tangan lurus lurus disamping disamping tubuh. Tungkai kaki yang diperiksa diletakkan diatas kaset, tepat ditengah kaset posisi true AP, marker ditempelkan pada ujung kaset.
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Os Cruris posisi True AP.
TERBATAS
-
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Pertengahan Os Cruris. (30 x 40) cm. 90 90 cm.
TERBATAS 29 2.
Posisi Lateral
:
Pasien tidur diatas meja pemeriksaan posisi Supine, kepala miring ke kanan atau ke kiri diganjal dengan dengan bantal bantal dan kedua kedua tangan tangan berimpit berimpit didepan dada, tungkai kaki yang diperiksa diletakkan diatas kaset dalam posisi true true Lateral. Tumgkai kaki kaki yang lain lain disila disilangk ngkan an ke depan depan tungk tungkai ai kaki kaki yang yang akan akan diperiksa, marker ditempelkan pada ujung kaset.
90 cm
-
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Pertengahan Os Cruris. (30 x 40) cm. 90 90 cm.
Gambar Os Cruris posisi True AP dan Lateral.
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Os Cruris posisi True Lateral.
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN ANKLE JOINT / ARTICULATIO TALOCRURALIS
90 cm
Persiapan pasien
: Pasien dianjurka dianjurkan n un-tuk un-tuk melepas penutup kaki.
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: AP dan Lateral.
Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Posisi AP
Pasien Pasien tidur tidur diatas diatas meja meja pemeri pemeriksa ksaan an posisi posisi Supine (duduk diatas meja pemeriksaan), kepala diganjal dengan bantal dan kedua tangan lurus disamping tubuh diatas diatas dada. Ankle Ankle Joint Joint yang diperiksa diperiksa diletakkan diletakkan diatas kaset, tepat ditengah kaset posisi true AP, marker ditempelkan pada ujung kaset.
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Ankle Joint posisi True AP.
TERBATAS
-
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Ankle Joint. (18 x 24) cm. 90 90 cm.
TERBATAS 30 2.
Posisi Lateral
:
Pasien tidur diatas meja pemeriksaan posisi Supine Supine (duduk (duduk diatas diatas meja pemeriksaa pemeriksaan) n) kepala kepala miring ke kanan atau ke kiri diganjal dengan bantal dan kedua tangan tangan berimpit berimpit didepan dada, Ankle Joint yang diperiksa diletakkan diatas kaset dalam pos posis isii true true Latera Laterall (Med (Medio io Latera Lateral) l).. mark marker er ditempelkan pada ujung kaset. -
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Maleolus Lateralis. (18 x 24) cm. 90 90 cm.
90 cm
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Ankle Joint posisi True Lateral.
Gambar Ankle Joint posisi True AP dan Lateral.
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN 0S CALCANEUS
90 cm
Persiapan pasien
dianjurkan : Pasien untu ntuk mele melepa pass penutup kaki.
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: Lateral dan Axial
Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Posisi Lateral
Pasi Pasien en dudu duduk k diat diatas as meja meja pemer pemerik iksa saan an.. Kedua Kedua tangan tangan disamp disamping ing tubuh tubuh meyang meyangga ga berat berat badan badan.. Os Calcaneu Calcaneuss yang diperik diperiksa sa diletak diletakkan kan diatas kaset, tepat ditengah kaset posisi true Lateral, marker ditempelkan pada ujung kaset. Gambar prosedur tetap pemeriksaan Os Calcaneus posisi True Lateral.
TERBATAS
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Os Calcaneus. (18 x 24) cm. 90 90 cm.
TERBATAS 31 2.
Posisi Axial
:
Pasien duduk duduk diatas meja pemeriksaan. Kedua tangan tangan disamping disamping tubuh tubuh meyangga meyangga berat badan. badan. Os Calcaneus yang diperiksa diletakkan diatas kaset, tepat ditengah kaset posisi true AP, marker ditempelkan pada ujung kaset. -
10º
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tangensial 10° Cranialy. Os Calcaneus. (18 x 24) cm. 90 90 cm.
90 cm
Gambar Os Calcaneus Bilateral posisi True Lateral dan Axial. Gambar prosedur tetap pemeriksaan Os Calcaneus posisi Axial.
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN 0S PEDIS
90 cm
Persiapan pasien
: Pasien dianjurkan untuk melepas penutup kaki.
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: AP, Lateral dan Oblique.
Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Posisi AP
Pasi Pasien en dudu duduk k diat diatas as meja meja pemer pemerik iksa saan an.. Kedua Kedua tangan tangan disamp disamping ing tubuh tubuh menyan menyangga gga berat berat badan. badan. Os Pedis yang yang diperiks diperiksaa diletakkan diletakkan diatas diatas kaset, kaset, tepat tepat diteng ditengah ah kaset kaset posis posisii true true AP, marker marker ditempelkan pada ujung kaset.
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Os Pedis posisi True AP.
TERBATAS
-
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Os Metatarsal III. (24 x 30) cm. 90 90 cm.
TERBATAS 32
2.
Posisi Lateral
:
Pasien duduk diatas meja pemeriksaan. Kedua tangan tangan disamping disamping tubuh tubuh meyangga meyangga berat berat badan. Os Pedis Pedis yang yang diperi diperiksa ksa dilet diletakk akkan an diatas diatas kaset, kaset, tepat tepat dite diteng ngah ah kaset aset posi posisi si true true Late Latera rall / Ekso Eksoro rota tasi si (pemeriksaan ini juga dilakukan untuk melihat benda asing / foreign body dengan diberi tanda marker pada ujung ujung lubang lubang yang yang diper diperkir kiraka akan n masukn masuknya ya benda benda asing), marker R/L ditempelkan pada ujung kaset. -
90 cm 3.
CR CP Kaset FFD
: : : :
Posisi Oblique
Tegak lurus kaset. Os Metatarsal V. (24 x 30) cm. 90 90 cm. :
Pasien duduk diatas meja pemeriksaan. Kedua tangan tangan disamping disamping tubuh tubuh menyangga menyangga berat badan. badan. Os Pedis Pedis yang yang diperi diperiksa ksa dilet diletakk akkan an diatas diatas kaset, kaset, tepat tepat dite diteng ngah ah kase kasett posi posisi si Obli Obliqu quee (mir (mirin ing g ± 30°) 30°) / Endorotasi, marker R/L R/L ditempelkan pada ujung ujung kaset. -
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Os Metatarsal III. (24 x 30) cm. 90 90 cm.
Untuk pemeriksaan masing-masing Finger / jari kaki / Phalanx Digiti I – V, posisi true AP dan Lateral, CP pada daerah yang sakit saja.
90 cm
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Os Pedis posisi AP, Lateral dan Oblique. Gambar prosedur tetap pemeriksaan Os Pedis posisi Lateral dan Oblique.
TERBATAS
TERBATAS 33
150 cm 150 cm
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Thorax Foto posisi True PA dan Lateral PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN THORAX Persiapan pasien
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: AP, PA, Lateral, LLD / RLD dan Top Lordotik.
Posisi AP
:
-
CR CP Kaset
-
FFD
: Tegak lurus kaset. : Vertebrae Thoracalis IV. : (30 x 40 ; 35 x 35) cm tergantung bentuk tubuh pasien. : 15 1 50 cm.
: 3.
1.
Posisi PA
Pasi Pasien en berd berdir irii deng dengan an posi posisi si tru true PA dianjurkan dengan dengan dada menempel menempel kaset. kaset. Kaset diletakkan diletakkan : Pasien untuk mengganti setinggi ± 3 jari dari pundak. Tangan diletakkan diletakkan di pak pakai aian an deng dengan an papa- pinggang dengan posisi Os Manus AP kemudian kaian yang telah siku diarahkan ke depan agar Os Scapula terlempar tersedia tersedia dan me-lepas me-lepas keluar. Batas luas lapangan penyinaran atas pada (unt (untu uk wanit anitaa juga juga Vert. Cervicalis dan samping pinggir dada kanan mele melepa pass BH) BH) ser serta dan kiri. kiri. Saat exposi exposi pasien pasien dalam keadaan keadaan Full Full mele melepa pass perper-hi hias asan an Inspirasi. yang ada di leher. bentuk tubuh pasien.
Persiapan Alat/Bahan
Prosedur pemeriksaan
2.
Posisi Lateral
:
:
Pasien berdiri dengan posisi true lateral, Posisi Posisi ini dilakukan biasanya biasanya untuk untuk pasien pasien bagian sisi dada kiri atau kanan menempel kaset. yang tidak dapat berdiri atau dalam keadaan darurat. Kaset Kaset dilet diletakk akkan an seting setinggi gi ± 3 jari jari dari dari pundak pundak.. Pasien berdiri dengan posisi true AP dengan bagian Kedua Kedua tangan tangan diang diangka katt keatas keatas kepala kepala kemudi kemudian an punggung menempel kaset (pasien tidur tidur diatas meja siku dirapatkan. Batas luas lapangan penyinaran pemeriksa pemeriksaan an atau berada berada di tempat tempat tidur). tidur). Kaset mencakup mencakup Vert. Vert. Cervicalis Cervicalis sampai luas lapangan diletakka diletakkan n setingg setinggii ± 3 jari jari dari pundak. pundak. Tangan Tangan paru. paru. Saat Saat expo exposi si pasi pasien en dalam dalam kead keadaan aan Full Full diletakkan di pinggang dengan posisi Os Manus PA Inspirasi. kemudian siku diarahkan ke depan agar Os Scapula terlempar terlempar keluar. keluar. Batas luas lapangan lapangan penyinaran penyinaran - CR : Tegak lurus kaset. atas pada Vert. Cervicalis dan samping pinggir dada - CP : Axilaris Line setinggi kanan dan kiri. kiri. Saat exposi exposi pasien pasien dalam keadaan keadaan Vertebra Thoracalis VI. Full Inspirasi. - Kaset : (30 x 40 ) cm. - FFD : 15 1 50 cm. - CR : Tegak lurus kaset. - CP : Os Strenum. - Kaset : (30 x 40 ; 35 x 35) cm tergan tergantun tung g bentuk bentuk tubuh tubuh pasien. - FFD : 15 150 cm
TERBATAS
TERBATAS 34
150 cm 150 cm
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Thorax Foto posisi Top Lordotik dan RLD / LLD 4.
Posisi LLD/RLD :
Pasien tidur miring diatas meja pemeriksaan pada sisi yang sakit, tangan diangkat keatas kepala kemud kemudian ian siku siku dirapa dirapatka tkan, n, dada dada menemp menempel el pada pada kaset, luas lapangan penyinaran sama dengan posisi PA. Dianjurkan pasien untuk untuk menunggu menunggu (5 – 10) mt untuk mendapatkan udara naik keatas. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi.
5.
-
CR
-
CP Kaset FFD
A B
J
E
-
CR CP Kaset FFD
: : : :
G
I
D
:
Posisi berdiri pada jarak ± 30 cm dari stand Thorax dengan posisi AP. Pundak pasien diletakkan dengan dengan cara membungkuk membungkukkan kan ke belakang belakang dengan jarak jarak seti setingg nggii ± 3 jari jari dari dari kaset kaset.. Posisi Posisi kedua kedua tangan tangan berada berada pada pada pingga pinggang ng dan siku siku diarah diarahkan kan kedepa kedepan n agar agar kedua kedua Os Scapu Scapula la terlem terlempar par keluar keluar.. Usahaj Usahajan an posisi posisi pasien pasien senyam senyaman an mungki mungkin n untuk untuk menghindarkan pergerakan. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi.
H C
: Horizontal tegak lurus kaset. : Vertebrae Thoracalis VI. : (30 x 40) cm. : 15 1 50 cm.
Posisi Top Lordotik
F
K
Gambar 1: Thorax Foto posisi PA ; A= Lebel Nama, B= Marker, C= Costae, D= Sinus Costo Cardio Cardiopre prenic nicus us,, E= Sinus Sinus Costop Costopren renicu icus, s, F= Vert. Vert. Cervical VII, G= Os Scapula, H= Os Clavicula, I= Jantung, J= Hilus, K= Diagphragma.
Tegak lurus kaset. Os Strenum. (30 x 40) cm me melintang 15 150 cm
Gambar Thorax Foto posisi True Lateral dan Top Lordotik
TERBATAS
TERBATAS 35 PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN VERTEBRA CERVICALIS Persiapan pasien : Pasien dianjurkan untuk melepas perhiasan yang ada di leher dan daun telinga.
100 cm
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan Prosedur pemeriksaan
: AP, Lateral, RAO / LAO. :
1.
:
Posisi AP
Pasien berdiri dengan posisi true AP, Vert. Cervica Cervicalis lis I – VII mencak mencakup up kaset, kaset, kedua kedua tangan tangan berada ke bawah, agar bahu transversal leher sedikit extension extension.. Beri marker pada ujung ujung kaset. kaset. Saat exposi pasien dalam keadaan tahan nafas.
100 cm
2.
100 cm 15 °
45 °
CR CP Kaset FFD
: : : :
Posisi Lateral
∟ (15 – 20)° Cranially. Vertebrae Cervicalis IV (18 x 24) cm. 10 1 00 cm. :
Pasien berdiri berdiri dengan posisi posisi true lateral, bagian sisi tangan kanan atau kiri menempel pada stand kaset. kaset. Kaset mencakup mencakup seluruh seluruh Vertebra Vertebra Cervicalis I – VII, kedua tangan kebawah agar bahu transversa transversall dan leher sedikit sedikit extension extension.. Batas luas luas lapangan penyinaran mencakup Vertebra Cervicalis I – VII, VII, beri beri marker pada ujung ujung kaset. kaset. Saat exposi exposi pasien dalam keadaan tahan nafas. -
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Vert. Cervicalis posisi AP, Lateral dan LAO / RAO 3.
CR CP Kaset FFD
: : : :
Tegak lurus kaset. Vertebrae Cervicalis IV (18 x 24) cm. 10 1 00 cm.
Posisi Right Anter terior Oblique (RAO) :
Pas Pasien ien berd erdiri iri den dengan gan miri miring ng 45° 45° memb memben entu tuk k posi posisi si RAO, RAO, kedu keduaa tang tangan an bera berada da dibawah agar bahu transversal dan sisi tangan kanan menemp menempel el pada pada stand stand Thorax Thorax.. Letaka Letakan n kaset kaset dibe dibela lak kang ang lehe leherr samp sampai ai menc mencak akup up Vert Verteb ebra ra Cervicalis I – VII, leher sedikit extension dan saat exposi pasien dalam keadaan tahan nafas. -
CR CP Kaset FFD
: : : :
∟ (15 – 20)° Cranially. Vertebrae Cervicalis IV (18 x 24) cm. 10 1 00 cm.
Prosedur pemeriksaan Vertebra Cervicalis po posisi isi LAO LAO adala dalah h keba ebalik likan dar dari pro prosed sedur pemeriksaan posisi RAO.
TERBATAS
TERBATAS 36
100 cm
100 cm
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Vertebra Thoracalis posisi AP dan Lateral
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN VERTEBRA THORACALIS
Luas lapangan penyinaran mencakup Cervicothoracalis sampai Thoracolumbalis. Saat dianjurkan exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan Persiapan pasien : Pasien untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang telah nafas, marker diletakan pada ujung kaset. disediakan dan melepas BH serta perhiasan yang ada - CR : Vertical tegak lurus di leher. Kaset. - CP : Vertebrae Thoracalis Persiapan Alat/Bahan : Tidak ada. VI - Kaset : (30 x 40) cm. Posisi pemeriksaan : AP, Lateral. - FFD : 10 1 00 cm. Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Posisi AP
Pasien tidur supine diatas meja pemeriksaan dalam posisi true AP, kedua tangan lurus kebawah, kedu keduaa lutu lututt dite diteku kuk k deng dengan an kedu keduaa tela telapa pak k kaki kaki bertumpu bertumpu pada meja pemeriksaa pemeriksaan. n. Luas lapangan lapangan penyi penyinar naran an mencak mencakup up Cervic Cervicoth othora oracal calis is sampai sampai Thora-c Thora-colu olumba mbalis lis.. Saat Saat exposi exposi pasie pasien n dalam dalam keadaan expirasi dan tahan nafas, marker diletakan pada ujung kaset.
2.
-
CR
-
CP
-
Kaset FFD
Posisi Lateral
: Vertical tegak lurus Kaset. : Vertebrae Thoracalis VI : (30 x 40) cm. : 10 1 00 cm. :
Pasien tidur miring miring dengan sisi tubuh kanan atau kiri menempel meja pemeriksaan, kedua tangan berada diatas kepala dengan siku ditekuk dan kedua kaki ditekuk kedepan sehingga dapat menahan berat badan badan,, usahak usahakan an buat buat posisi posisi senyam senyaman an mungk mungkin. in. Untuk Untuk mendapatka mendapatkan n posisi posisi Vertebra Vertebra Thoracali Thoracali true Lateral, Lateral, sisi pinggang pinggang pasien pasien yang menempel pada meja pemeriksaan dinaikan keatas.
TERBATAS
Gambar Vertebra Thoracalis posisi AP dan Lateral
TERBATAS 37
1.
Posisi AP
:
Pasien tidur supine diatas diatas meja pemeriksaan pemeriksaan dalam posisi true AP, kedua tangan lurus kebawah, kedu keduaa lutu lututt dite diteku kuk k deng dengan an kedu keduaa tela telapa pak k kaki kaki bertumpu bertumpu pada meja pemeriksaa pemeriksaan. n. Luas lapangan lapangan penyi penyinar naran an mencak mencakup up Thorac Thoraco-u o-umba mbalis lis sampai sampai Lumbosacr Lumbosacral. al. Saat exposi exposi pasien pasien dalam keadaan keadaan expirasi dan tahan nafas, marker diletakan pada ujung kaset.
100 cm
100 cm
2.
-
CR
-
CP Kaset FFD
Posisi Lateral
: Vertical tegak lurus Kaset. : Vertebrae Lumbalis III. : (24 x 30) cm. : 10 1 00 cm. :
Pasien tidur miring dengan sisi tubuh kanan atau kiri menempel meja pemeriksaan, kedua tangan berada diatas kepala dengan siku ditekuk dan kedua kaki ditekuk kedepan sehingga dapat menahan berat badan badan,, usahak usahakan an buat buat posisi posisi senyam senyaman an mungki mungkin. n. Untuk Untuk mendapatkan mendapatkan posisi Vertebra Vertebra Lumbalis Lumbalis true Lateral, sisi pinggang pasien yang menempel pada meja pemeriksaan dinaikan keatas. Luas lapangan penyi penyinar naran an mencak mencakup up Thorac Thoracolu olumba mbalis lis sampai sampai Lumbosacr Lumbosacral. al. Saat exposi exposi pasien pasien dalam keadaan keadaan expirasi dan tahan nafas, marker diletakan pada ujung kaset.
100 cm
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Vertebra Lumbalis posisi AP, Lateral dan LAO / RAO
3.
-
CR
-
CP Kaset FFD
: Vertical tegak lurus Kaset. : Vertebrae Lumbalis III. : (30 x 40) cm. : 10 1 00 cm.
Posisi Right Anterior Oblique (RA (RAO) :
Pasien Pasien tidur tidur dimana dimana sisi sisi kanan kanan miring miring 45° membentuk posisi RAO, kedua tangan berada diatas PROSEDUR TETAP kepala dengan kedua sisi ditekuk, kaki kanan sedikit PEMERIKSAAN VERTEBRA LUMBALIS ditekuk dan menempel meja pemeriksaan sedangkan kaki kiri ditekuk dengan telapak kaki menumpu m eja. Pasien dianjurka dianjurkan n untuk untuk Usahakan posisi Vertebra Lumbalis berada di tengah Persiapan pasien : Pasien meng mengga gant ntii paka pakaia ian n deng dengan an paka pakaia ian n yang yang tela telah h kaset yang telah terpasang pada Caset Try dengan disediakan. Bucky. Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas. Persiapan Alat/Bahan : Tidak ada. - CR : Vertical tegak lurus Kaset. Posisi pemeriksaan : AP, Lateral, RAO / - CP : Vertebrae Lumbalis III. LAO. - Kaset : (30 x 40) cm. - FFD : 10 1 00 cm. Pros Prosed edur ur peme pemeri riks ksaa aan n :
TERBATAS
TERBATAS 38
Gambar Vertebra Lumbalis posisi AP, Lateral, RAO dan LAO
4.
Posisi Left Anterior Oblique (RAO) :
Prosed Prosedur ur pemeri pemeriksa ksaan an Verteb Vertebra ra Lumbal Lumbalis is posisi posisi LAO adalah adalah kebali kebalikan kan dari dari prosed prosedur ur pemeriksaan posisi RAO.
TERBATAS
TERBATAS 39 PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN PELVIS
Persiapan pasien meng mengga gan nti paka pakaia ian n disediakan.
100 cm
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Os Pelvis posisi AP.
: Pasien deng dengan an paka pakaia ian n
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: AP
Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Posisi AP
dianjurkan yang yang tela telah h
Pasien tidur diatas meja pemeriksaan dengan posis posisii tubuh tubuh true AP. Lengan Lengan tangan tangan dipos diposisi isikan kan sejaja sejajarr dengan dengan kepala kepala., ., kaki kaki di extens extensika ikan n sejaja sejajar r dengan dengan tubuh, tubuh, sehing sehingga ga Pelvis Pelvis tidak tidak berota berotasi si agar agar tulang tulang paha, Upper Upper Femora Femora dan sendi panggul panggul serta Trochanter terlihat dengan jelas. Marker ditempelkan pada ujung kaset. -
CR CP
-
Kaset FFD
Gambar Os Pelvis Pelvis posisi AP.
TERBATAS
: Tegak lurus kaset. : Pertengahan sagital dengan tubuh. : (35 x 35) cm. : 90 90 cm.
TERBATAS 40 PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN SCHEDELL Persiapan pasien : Pasien dianjurka rkan untuk untuk melepa melepass perhia perhiasan san atau atau bendabenda-be benda nda yang yang megandung logam disekitar kepala.
100 cm
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: AP, PA, Lateral.
Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Posisi AP
Pasien tidur terlentang dalam posisi true AP (berdiri membelakangi stand Thorax), kepala diatur sedemikian sehingga Mid Sagital Plane tegak lurus (MSP) bidang kaset, garis Orbita Meatal Base Line (OMB (OMBL) L) memb memben entu tuk k sudu sudutt 90° 90° terh terhad adap ap gari gariss Meatus Meatus Acusti Acusticc Exte Externa rnall (MAE (MAE). ). Garis Garis OMBL OMBL sejajar dengan MAE, usahakan pasien menutup mata. Beri Beri marker marker pada pada ujung ujung kaset, kaset, saat saat expos exposii pasien pasien dalam keadaan tahan nafas.
100 cm
100 cm
2.
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Schedell posisi AP, PA dan Lateral
-
CR
-
CP Kaset
-
FFD
Posisi PA
: Vertical tegak lurus Kaset. : Glabella. : (24 x 30) cm c m de d engan Lysolm (Grid) : 10 1 00 cm. :
Pasien Pasien tidur tidur Prone Prone dalam dalam posisi posisi true true PA, kepala diatur sedemikian sehingga Mid Sagital Plane tegak lurus (MSP) bidang kaset, garis Orbita Meatal Base Line (OMBL) membentuk sudut 90° terhadap garis Meatus Acustic External (MAE). Garis OMBL sejajar dengan MAE, usahakan pasien menutup mata. Beri Beri marker marker pada pada ujung ujung kaset, kaset, saat saat expos exposii pasien pasien dalam keadaan tahan nafas. -
CR CP Kaset
-
FFD
Gambar Schedell posisi AP
TERBATAS
: Vertical tegak lurus kaset : Os Occipital. : (24 x 30) cm c m de d engan Lysolm (Grid). : 10 1 00 cm.
TERBATAS 41 3.
Posisi Lateral
:
Pasi Pasien en tidu tidurr ten tengk gkur urup up posi posisi si Prone Prone,, kep kepal alaa dimir dimiring ingkan kan kekiri kekiri atau kekanan. kekanan. Bila Bila kepala kepala miring miring ke kanan , maka tangan sebelah kiri lurus ke bawah dan tangan kanan berada berada didepan didepan kepala kepala dengan dengan siku ditekuk. ditekuk. Kaki sebelah kanan yang mengarah kepala sedikit dibengkokkan sehing sehingga ga memben membentuk tuk badan badan dalam dalam posisi posisi sediki sedikitt miring miring.. MSP dan kepala sejajar dengan bidang kaset. Beri marker pada ujung kaset, saat exposi pasien dalam keadaan tahan nafas. -
CR CP Kaset FFD
: : : :
Vertical tegak lurus ka kaset. Sella Tursica. (24 x 30) cm de dengan Lysolm (G (Grid). 100 cm.
Gambar Schedell posisi PA dan LateralAP
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL (SPN)
45 °
Persiapan pasien : Pasien dianjurkan un-tuk melepas melepas perhiasan perhiasan atau benda-bend benda-bendaa yang mengandung logam di-sekitar kepala.
100 cm
100 cm
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: Waters, rs, Lateral Cadwell.
Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Posisi Waters
dan
Pasien Pasien tidur tidur tengku tengkurup rup,, diharap diharapkan kan pasien pasien dapat berdiri atau duduk (hasil gambaran Waters akan lebih baik) posisi PA, dalam posisi tidur kedua tangan dilet diletakk akkan an disamp disamping ing kepala kepala dengan dengan siku siku ditek ditekuk uk sehing sehingga ga dapat dapat sediki sedikitt menaha menahan n berat berat badan, badan, buat buat posis posisii pasi pasien en senyam senyaman an mungki mungkin. n. Kepala Kepala diatur diatur sedemikian rupa sehingga MSP tegak lurus kaset, OML memben membentuk tuk sudut sudut 37° terhad terhadap ap bidan bidang g kaset kaset pada pada tengah-tengah kaset setinggi acantion.
Gambar prosedur tetap pemeriksaan SPN posisi Waters dan True Lateral.
TERBATAS
-
CR CP Kaset
-
FFD
: Tegak lurus kaset. : Pada Outher : (18 x 24) cm dengan Lysolm (Grid) : 10 1 00 cm.
TERBATAS 42 2.
100 cm
Posisi Lateral
:
Pasien Pasien berdiri berdiri atau tidur tengkurup, tengkurup, kepala dimiringk dimiringkan an kekiri kekiri atau kekanan dalam dalam posisi posisi true Lateral, MSP dan kepala sejajar dengan bidang kaset. Bila pasien prone, tangan yang satu berada kebawah yaitu diarah belakang kepala dan tangan yang lain didepan didepan kepala kepala dengan dengan siku diteku ditekuk. k. Beri marker marker pada ujung kaset.
Gambar prosedur tetap pemeriksaan SPN posisi Cadwell. 3.
-
CR CP Kaset
-
FFD
: Tegak lurus kaset. : Pe Pelipis : (18 x 24) cm c m de d engan Lysolm (Grid). : 10 1 00 cm.
Posisi Cadwell
:
Pasi Pasien en tidu tidurr teng tengku kuru rup p posi posisi si Pron Prone, e, dihara diharapka pkan n pasien pasien dapat dapat berdir berdirii (hasil (hasil gambar gambaran an Cadwel Cadwelll akan akan lebih lebih baik) baik) posis posisii PA, dalam dalam posisi posisi tidur -
CR CP Kaset
: 15° Caudally. : Mengarah ke Glabella : (18 x 24) cm c m de d engan Lysolm (Grid).
-
FFD
: 10 1 00 cm.
Gambar SPN posisi Waters, Lateral dan Cadwell.
TERBATAS
TERBATAS 43 PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN ORBITA
: Pasi Pasien en dian dianju jurk rkan an untu untuk k mele melepa pass perperhias hiasan an atau atau bend bendaa benda yang menganung logam logam disek disekita itar r kepala.
Persiapan pasien
-
CP
-
Kaset
-
FFD
: Perpotongan antara M SP dengan Interpupilaria Line (2 cm inferior Nasion). : (24 x 30) cm cm deng dengan an Lyso Lysolm lm (Grid). : 10 1 00 cm.
Persiapan Al Alat/Bahan
: Tidak ada.
3.
Posisi pemeriksaan
: Cadwell / PA (untuk melihat melihat cavum cavum orbiorbita), Refers Cadwell / AP dan Lateral
Prosedur pemeriksaan
:
Pasi Pasien en tidu tidurr teng tengku kuru rup p (Pro (Prone ne)) diatas diatas meja meja pemeri pemeriksa ksaan, an, tangan tangan diatu diatur r sedemikia sedemikian n rupa sehingga sehingga pasien nyaman, kepala diatur True Lateral dan daerah Outer Cant Canthu huss dite ditemp mpat atka kan n pada pada titi titik k teng tengah ah kaset. sehingga pasien nyaman. Beri marker pada ujung kaset.
I.
Untuk melihat CAvum Orbita : 1.
Posisi Cadwell / PA :
Pasi Pasien en tidu tidurr teng tengku kuru rup p (Pro (Prone ne)) diatas meja pemeriksaan dengan MSP pada tengah meja, tangan diatur dengan siku di Flexio Flexio sehingga sehingga pasien pasien nyaman. nyaman. Kepala Kepala pas pasie ien n diat diatur ur deng dengan an hidu hidung ng dan dan dahi dahi menempel oada meja pemeriksaan sehingga OMBL tegak lurus kaset. kaset. Beri marker pada ujung kaset. -
2.
CR CP
-
Kaset
-
FFD
: 30° Caudally. : Perpotongan antara M SP dengan Interpupilaria Line Line dileta diletakka kkan n pada titik tengah kaset. : (24 x 30) cm cm deng dengan an Lyso Lysolm lm (Grid). : 10 1 00 cm.
Posisi AP / Referse Cadwell :
Posisi Posisi dilak dilakuka ukan n apabil apabilaa dengan dengan proyeksi PA tidak memungkinkan misalnya adanya tumor. Pasien Supine, MSP pada gari gariss teng tengah ah meja meja peme pemeri riks ksaa aan, n, tang tangan an disamping tubuh sehingga pasien nyaman. Beri marker pada ujung kaset. -
CR
: 30° Cranially.
TERBATAS
II.
Posisi Lateral :
-
CR
-
CP
-
Kaset
-
FFD
: Te Tegak lurus kaset. : Diarahkan pa p ada Outer Canthus. : (24 x 30) cm cm deng dengan an Lyso Lysolm lm (Grid). : 10 1 00 cm.
Untuk melihat Foramen Optikum : 1.
Posisi Rhese AP
:
Pasien Pasien tidur tidur Supine Supine dengan dengan MSP pada pertengahan meja, kedua bahu diatur dalam bidang Transfer fer yang sama. Dibawah Knee dan Ankle diganjal dengan sandbag. Kepala diputar kearah sisi yang diperiksa sehingga MSP membentuk sudut 55° dengan dengan bidang bidang horizonta horizontal. l. Ekstensi Ekstensi kepala diatur sehingga Acantio Meatal Line tegak tegak lurus lurus kaset. kaset. Saat Saat ekspos eksposii pasien pasien tahan nafas. -
CR
-
CP Kaset
-
FFD
: Tegak lurus kaset. : Or Orbita. : (24 x 30) cm cm deng dengan an Lyso Lysolm lm (Grid). : 10 1 00 cm.
TERBATAS 44 2.
Posisi Rhese PA :
Pasien tidur Prone, tangan tangan diletakka diletakkan n dalam posisi nyaman, Orbita yang akan diperiksa diperiksa ditempatkan pada pada titik tengah kaset. Kaset ditempatkan ditempatkan dengan Zigoma, hidung dan dagu menempel pada kaset. Flexio kepala diatur sehingga Acantio Meatal Line tegak lurus kaset. Kemudian kepala diatur kearah sisi yang diperiksa sehingga MSP kepala membentuk 55° dengan bidang horizontal, dilakukan perbandingan perbandingan kanan dan kiri. Saat eksposi pasien tahan nafas. III. III.
CR CP Kaset FFD
: Tegak lurus kaset. : : (24 x 30) cm dengan Lysolm (Grid). : 10 1 00 cm.
Untu Untuk k meli meliha hatt Fiss Fissur ura a Or Orbi bita tali liss Supe Superi rior or : Posisi PA
:
Pasien tidur Prone, mid sagital tubuh pada pertengahan meja pemeriksaan, kepala diletakkan diatas meja pemeriksaan pemeriksaan dengan dengan dahi dahi dan hidung menempel pada pada meja pemeriksaan. Flexio kepala diatur sehingga OMBL tegak lurus kaset, tengah-tengah kaset diletakkan setinggi inferior margin orbita. IV. IV.
CR CP Kaset FFD
: (20 – 25)° Cranially. : : (24 x 30) cm dengan Lysolm (Grid). : 10 1 00 cm.
Untu Untuk k meli meliha hatt Fiss Fissur ura a Or Orbi bita tali liss Infe Inferi rior or : Posisi PA
:
Pasien tidur posisi Prone, MSP tubuh pada pertengahan meja pemeriksaan, tangan diatur dalam posisi menyenangkan, kepala diatur sedemikian ABL tegak lurus kaset, titik tengah film diatur sedemikian dilalui CR. -
CR CP Kaset FFD
: (20 – 25)° Cranially. : : (18 x 24) cm dengan Lysolm (Grid). : 10 1 00 cm.
TERBATAS
TERBATAS 45 PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN MASTOID
Pasien dianju dianjurka rkan n un-tu un-tuk k Persiapan pasien : Pasien melepas perhiasan atau benda-benda yang mengandung logam disekitar kepala.
30 ° 100 cm
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Mastoid posisi Schullers
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: Schullers ( Dilakukan foto perbandingan ).
Prosedur pemeriksaan
:
Pasien Pasien tidur tidur tengkurup tengkurup atau berdiri berdiri disamping disamping Bucky Stand, posisi tangan diatur diatur dimana dimana satu tangan disamping kepala dan tangan yang lain diletakkan lurus disamping tubuh. Kepala pasien diatur dalam dalam posisi posisi true Lateral, Acantio Meatal Line tepat diatas Transfer Axis dari kaset, Mastoid yang sakit dipusatkan ditengah kaset. Usahakan Usahakan daun telinga dilipat dilipat kedepan agar bayangan Mastoid Air Cell Cell pada film film tidak tidak tertutup. Beri marker pada ujung ujung kaset. kaset. Lakukan foto perbandingan perbandingan kanan dan dan kiri. -
CR CP
-
Kaset
-
FFD
: 30° Caudally. : 3 cm dibelakang MAE kemudian ditari arik keatas setinggi 3 cm. : (18 x 24) cm cm de dengan Ly Lysolm (Grid). : 10 1 00 cm.
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN TEMPORO MANDIBULAE JOINT (TMJ)
30 °
Persiapan pasien
: Pasien Pasien dianju dianjurka rkan n un-tu un-tuk k mele melepa pass perh perhia iasa san n atau atau benda-benda yang meng mengan andu dung ng loga logam m disekitar kepala.
Persiapan Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: Schul Schullers lers (Open (Open Mouth Mouth dan dan Clos Closee Mout Mouth h sert sertaa dila dilaku kuka kan n foto foto perb perban an-dingan).
Prosedur pemeriksaan
:
100 cm
Gambar prosedur tetap pemeriksaan TMJ posisi Schullers
Pasien Pasien tidur tidur tengkurup tengkurup atau berdiri berdiri disamping disamping Bucky Stand, posisi tangan diatur diatur dimana dimana satu tangan disamping kepala dan tangan yang lain diletakkan lurus disamping tubuh.
TERBATAS
TERBATAS 46
Kepala Kepala pasien pasien diatur diatur dalam dalam posisi posisi true true Latera Lateral, l, Acantio Meatal Line tepat diatas Transfer Axis dari kaset. kaset. TMJ TMJ yang sakit sakit menemp menempel el pada pada kaset, kaset, setelah setelah exposi exposi dengan dengan mulut mulut tertutup, tertutup, kemudian pasien dilakukan exposi sekali lagi dengan posisi mulut terbuka. Beri marker marker pada pada ujung ujung kaset, saat expo exposi si pasie asien n dalam alam kead keadaa aan n tahan ahan naf nafas. as. Lakukan foto perbandingan kanan dan kiri. -
CR CP
-
Kaset
-
FFD
: 30° Caudally. : Perpotongan antara MSP dang dangan an Inte Interp rpup upil ilar aria ia Line Line dile dileta takk kkan an pada pada titik tengah kaset. : (18 x 24) cm dengan Lysolm (Grid). : 10 1 00 cm.
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN OS NASAL Persiapan pasien : Pasi Pasien en dian dianju jurk rkan an untuk melepas perhiasan atau benda-ben benda-benda da yang mengandung logam disekitar kepala. Persiapan Al Alat/Bahan
: Tidak ada.
Posisi pemeriksaan
: Lateral.
Prosedur pemeriksaan
:
Gambar TMJ posisi Schullers Close dan Open Mouth.
Pasi Pasien en tidu idur ten tengku gkurup rup atau atau berd berdiiri disa disamp mpin ing g Buck Bucky y Stan Stand, d, posi posisi si tang tangan an diat diatur ur dimana satu tangan disamping kepala dan tangan yang yang lain lain dile dileta takk kkan an luru luruss disa disamp mpin ing g tubu tubuh. h. Kepala Kepala pasien pasien diatur diatur dalam dalam posisi posisi true true Latera Lateral, l, Acantio Meatal Line tepat diatas Transfer Axis dari kaset, kaset, Os Nasal Nasal yang yang sakit sakit dipusa dipusatka tkan n diten ditengah gah kaset. Beri marker pada ujung kaset. -
CR CP Kaset
: Tegak lurus kaset : Os Nasl : (18 x 24) cm dengan Lysolm (Grid).
-
FFD
: 10 1 00 cm.
100 cm
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Os Nasal posisi True Lateral
Gambar Os Nasal posisi True Lateral
TERBATAS
TERBATAS 47 PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN ABDOMEN 3 POSISI Persiapan pasien
100 cm
Prosedur pemeriksaan 1.
Pemer meriksaan Abdomen 3 posisi di dilakukan ba bagi pasien yang mengalami trauma (tumpul maupun tajam) Abdomen. Sebelum pelaksanaan pemeriksaan, pasien mengganti pakaian dengan pakaian yang telah tersedia.
:
Posisi AP
:
Persiapan Alat/Bahan Pasi Pasien en tidu tidurr posi posisi si Supi Supine ne diat diatas as meja meja pemeriksaan, MSP tegak lurus dengan garis tengah Posisi pemeriksaan meja pemeriksaan pemeriksaan,, kedua kedua lengan lengan pasien pasien disamping disamping tubuh pasien. Batas luas lapangan penyinaran yaitu batas batas atas atas seting setinggi gi Proces Processus sus Xipode Xipodeus us dan batas batas bawah bawah mencak mencakup up Sympis Sympisis is Pubis Pubis.. Saat exposi exposi pasien dalam keadaan Expirasi dan tahan tahan nafas. nafas. Beri marker pada ujung kaset. 100 cm
2.
-
CR CP
-
Kaset
-
FFD
: Vertical tegak lurus kaset. : Umbilicus atau titik perpoton perpotongan gan kedua kedua Crista Crista Illiaca dengan MSP. : (30 x 40) cm c m de d engan Lysolm (Grid) : 10 1 00 cm.
Posisi ½ Duduk
:
100 cm Pasien duduk diatas meja pemeriksaan dengan dengan posisi posisi ½ duduk duduk dan arah arah sinar AP. AP. Untuk Untuk pas pasie ien n yang yang kond kondis isin inya ya sang sangat at lema lemah h dan dan tida tidak k koope oopera rattif maka maka kase kasett dip dipegan egang g sala salah h satu atu pendampin pendamping g dengan dengan menggunaka menggunakan n Apron. Apron. Buat posisi pasien senyaman mungkin untuk menghindari Gambar pergeraka pergerakan n yangtetap tidak tidak diing diinginkan inkan.. kedua lengan lengan prosedur pasien disamping tubuh pasien dengan posisi telapak pemeriksaan Abdomen tang ta ngan an menu me nump mpu u pada pada meja meja pemer pemerik iksa saan an untu untuk k Polos posisi AP, ½ Duduk mena menaha han n bera beratt bada badan. n. Bata Batass luas luas lapa lapang ngan an dan LLD penyinaran yaitu batas atas setinggi Diagpragma dan batas bawah mencakup Vert. Lumbalis I. Exposi dilak dilakuka ukan n setela setelah h interv interval al waktu waktu 5 mt agar agar udara udara dalam Abdomen Abdomen naik keatas. keatas. Saat exposi exposi pasien pasien dalam dalam keadaa keadaan n Expi Expiras rasii dan dan tahan tahan nafas. nafas. Beri Beri Gambarpada Abdomen marker ujung Polos kaset. posisi AP, ½ Duduk dan LLD - CR : Tegak lurus kaset. - CP : Pertengahan kaset. - Kaset : (30 x 40) cm c m de d engan Lysolm (Grid) - FFD : 10 1 00 cm. 3.
Posisi LLD
:
:
Pasi Pasien en tidu tidurr miri miring ng deng dengan an sisi sisi kiri kiri menempel pada meja pemeriksaan, tangan diangkat keatas keatas kepala kepala kemudian kemudian siku dirapatkan dirapatkan,, punggug punggug menempel pada kaset dengan dengan posisi melintang, luas lapangan penyinaran batas atas setinggi Processus Xipodeus Xipodeus dan batas bawah. bawah. perpotong perpotongan an kedua Crista Illiaca dengan MSP.
TERBATAS
: Tidak ada. : AP, ½ Duduk dan Left Lateral Dicu-bitus (LLD).
TERBATAS 48
TERBATAS
-
CR
-
CP
-
Kaset
-
FFD
: Horizontal tegak lurus kaset. : Umbilicus atau titik perpoton perpotongan gan kedua kedua Crista Crista Illiaca dengan MSP. : (30 x 40) cm c m de d engan Lysolm (Grid).
: 10 1 00 cm.
TERBATAS 49 PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN FROG POSITION / ATRESIANI Persiapan pasien
:
-
-
CR
-
CP
: Vertical tegak lurus kaset. : Pertengahan Kaset dengan arah sinar Trans
Peme Pemeri rik ksaan saan Frog Frog Posi Positi tio on / Atre Atresi sian anii – Late Latera rall (sin (sinar ar dari dari dila dilaku kuka kan n unt untuk bayi ayi yan yang didia idiagn gnos osaa tidak idak tepi yang satu ke tepi mempunyai dubur atau Anus. yang lain) Pemeriksaan ini dianjurkan bayi didampingi - Kaset : (24 x 30 30) cm cm de dengan perawat. PROSEDUR TETAP Lysolm (Grid) Sebelum pemeriksaan dilakukan, beri tanda PEMERIKSAAN BNO - FFD : 10 1 00 cm. berupa marker 2 buah diletakan pada ujung dubur dan dengan jarak 1 cm kedalam marker yang lainnya. Persiapan pasien : 2. Posisi Frog (Kodok) : Persiapan Al Alat/Bahan : Sediakan marker. Pemeriksaan BNO dilaksanakan dalam kondisi Pasien Pasien posis posisii Prone Prone dengan dengan kedua kedua kaki kaki pasien puasa. ditekuk seperti posisi kodok dengan salah satu sisi Posisi pemeriksaan : AP, Frog Position. Satu ha hari se sebelum pe pemer meriksaan pa pasien ma makan bubur badan pasien pasien menempel Bucky. Untuk kenyaman kenyaman kecap + telor ) tanpa serat, makan terakhir pukul 19.00. dan keamanan pasien, bagian dada dan kedua kaki Prosedur pemeriksaan : Pukul 20.00 m in inum garam Inggris a ta tau D uc ucolax yang ditekuk dipegang 2 orang perawat yang telah dangan dosis yang telah ditentukan. menggunak menggunakan an Apron. Apron. Exposi Exposi dilakukan dilakukan setelah setelah 1. Posisi AP : Dianjurkan ba banyak mi minum air air put putih sa sampai puk pukul interval waktu ± 2 mt agar udara naik menuju 22.00, kemudian berhenti minum jika dalam keadaan haus batas dubur yang tersumbat. Usah Usahak akan an bayi bayi dida didamp mpin ingi gi pera perawa watt yang yang boleh minum sedikit saja. Untuk mendapatkan hasil foto dilengkap dilengkapii Apron. Apron. Pasien tidur posisi posisi Supine Supine diatas diatas BNO yang optimal pasien dilarang merokok dan banyak - CR : Vertical tegak lurus meja meja peme pemeri riks ksaa aan, n, MSP MSP tega tegak k luru luruss deng dengan an gari gariss bicara. kaset. teng tengah ah meja meja peme pemeri riks ksaa aan, n, kedu keduaa leng lengan an pasi pasien en Datang ke ke Ra Radiologi es esok har hariinya da dalam ke keadaaan - CP : Umbilicus atau titik disa disamp mpin ing g tub tubuh uh pasi pasien en.. Bata Batass lua luass lap lapan anga gan n puasa dan selanjutnya dilaksanakan pemeriksaan BNO. perpotongan kedua pen penyi yina nara ran n yait yaitu u bata batass atas atas seti seting nggi gi Proc Proces essu suss Sebelum pelaksanaan pemeriksaan, pasien Cris Crista ta Illi Illiac acaa deng dengan an Xipodeus dan batas bawah mencakup Sympisis Pubis. mengganti pakaian dengan pakaian yang telah tersedia. MSP. Saat exposi exposi pasien pasien dalam dalam kead keadaan aan Expira Expirasi si.. Beri Beri - Kaset : (24 x 30 30) cm cm de dengan marker pada ujung kaset. Persiapan Al Alat/Bahan : Tidak ada. Lysolm (Grid) Posisi pemeriksaan
: AP.
Prosedur pemeriksaan
:
Pasien tidur posisi Supine diatas meja pemeriksaan, MSP tegak lurus dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua lengan lengan pasien pasien disamp disamping ing tubuh tubuh pasien. pasien. Batas luas lapangan lapangan penyinaran penyinaran yaitu batas atas setinggi setinggi Processus Processus Xipodeus dan batas batas bawah mencakup Sympisis Pubis. Pubis. Saat exposi exposi pasien pasien dalam dalam keadaa keadaan n Expira Expirasi si dan tahan tahan nafas. nafas. Beri marker pada ujung kaset. -
CR CP
-
Kaset
-
FFD
: Vertical tegak lurus kaset. : Umbilicus atau titik perpotongan kedua Crista Illiaca dengan MSP. : (30 x 40 40) cm cm de dengan Ly Lysolm (Grid) : 10 1 00 cm.
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN ABDOMEN POLOS Persiapan pasien
:
Pemeriksaan Abdomen Polos sama dengan pemeriksaan BNO, hanya saja pada pemeriksaan Abdomen Polos tidak dilakukan persiapan puasa. Sebelum pelaksanaan pemeriksaan, pasien mengganti pakaian dengan pakaian yang telah tersedia.
Pers Persia iapa pan n Alat Alat/B /Bah ahan an
: Tidak ada. TERBATAS
Posisi pemeriksaan
: AP.
Pros Prosed edur ur emer emerik iksa saan an :
TERBATAS 50
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN BNO – IVP Persiapan pasien
:
Pemeriksaan dar dari Tra Tractus Uri Urinaris sec secara ara Rad Radiografi mula mulaii dari dari ginj ginjal al samp sampai ai ke Vesi Vesica ca Urin Urinar aria ia deng dengan an menggunakan kontras media yang diinjeksikan melalui Vena. Sebelum dil dilakukan pem pemeriksaan IVP IVP, pas pasien ter terlebih dahulu telah memeriksakan Ureum dan Creatinin. Seb Sebelu elum pel pelak akssanaa anaan n pem pemer eriiksaa ksaan n, pas pasiien men menggan gganti ti pakaian dengan pakaian yang telah tersedia. Sebelum dil dilaksanakan pem pemeriksaan RPG RPG, pas pasien ata atau salah satu keluarga keluarga kandung kandung mengisi mengisi Formulir Formulir persetuju persetujuan an dalam penyuntikan kontras media. Persiapan Alat/Bahan
: -
-
Kontras media (Omnipaque 300mg / Ultravist) Spuit 20 cc, spuit 5 cc, kapas kapas alcoho alcohol, l, stuwin stuwing, g, 2 buah bola kasti, kasti, kompresi kompresi set, set, time timerr dan dan obat obat anti anti Histamin.
Posisi pemeriksaan
: AP dan PA.
Prosedur pemeriksaan
:
1.
:
Menit ke 5’
Gamb Gambar ar BNO BNO ; tamp tampak ak gamb gambar aran an Abdomen Abdomen yang yang terbeb terbebas as dari dari feaces dan udara di Colon.
Pasien tidur posisi Supine diatas meja pemeriksaan, pada pada menit menit ke lima lima pemeri pemeriksa ksaan an difoku difokuska skan n pada pada kedua kedua ginjal, dengan batas luas lapangan penyinaran yaitu batas atas seting setinggi gi Proces Procesus us Xipode Xipodeus us dan batas batas bawah bawah garis garis yang yang ditari ditarik k kedu keduaa Crist Cristaa Illia Illiaca. ca. Dilaku Dilakukan kan pemben pembendun dungan gan jalan jalannya nya kontra kontrass dengan dengan cara cara mengko mengkompr mpresi esi pada pada daerah daerah distal distal Ureter Ureter seting setinggi gi Crista Crista Illiac Illiacaa dengan dengan menggu menggunak nakan an kedua bola kasti. Saat exposi pasien dalam keadaan Expirasi dan tahan nafas. Beri marker pada ujung kaset.
2.
-
CR CP
-
Kaset FFD
Menit ke 10’
: Vertical tegak lurus kaset. : Pertengahan luas lapangan yang akan diperiksa. : (24 x 30) cm dengan Lysolm (Grid) : 10 1 00 cm. :
Setelah 10’ post injeksi dilakukan pemotretan dengan posis posisii yang yang masih masih disert disertai ai dengan dengan stuwin stuwing g atau atau kompre kompresi si dengan bola kasti. Setelah exposi stuwing dapat dibuka.
TERBATAS
Gambar Abdomen Polos dalam posisi Supine dengan arah sina AP.
TERBATAS 51
Gamb Gambar ar BNO BNO ; tamp tampak ak gamb gambar aran an Abdomen Abdomen yang yang terbeb terbebas as dari dari feaces dan udara di Colon. Tampak ada batu di bagian ginajal sebelah kanan.
Gambar IVP menit ke 5 ; tampak kontras telah mengisi kedua ginjal.
Gambar IVP menit ke 7 ; tampak kontras telah mengisi kedua ureter.
TERBATAS
TERBATAS 52 3.
Menit ke 25’
:
Setela Setelah h 25’ post post injeks injeksii dilaku dilakukan kan pemotr pemotreta etan n dengan batas luas lapangan penyinaran yaitu batas atas setinggi Processus Xipodeus dan batas bawah mencakup Sympisis Pubis. Pemeriksaan sama dengan pemeriksaan BNO, hanya saja pasien tidur tengkurup dalam posisi Prone diatas meja pemeriksaan. 4.
Full Blass
:
Dilaku Dilakukan kan pemeri pemeriksa ksaan an dengan dengan kondisi kondisi pasien pasien Full Blass (pasien minum air putih semaksimal mungkin sehing sehingga ga dihara diharapka pkan n kondisi kondisi Blass Blass / Vesica Vesica Urinar Urinaria ia dalam dalam keadaan keadaan penuh). penuh). Tehnik Tehnik pemeri pemeriksa ksaan an sama sama dengan pemeriksaan BNO posisi Supine. 5.
Post Void
:
Bila Bila pemer pemerik iksa saan an IVP IVP dalam dalam kead keadaa aan n lanc lancer er,, maka pemeriksaan terakhir yaitu dilakukan pemotretan dalam keadaan Blass kosong (Post Void). Posisi pasien sama dengan posisi pada pemeriksaan BNO, hanya saja luas lapangan penyinaran seluas Vesica Urinaria dengan batas atas Crista Illiaca batas bawah Sympisis Pubis.
6.
-
CR CP
-
Kaset
-
FFD
Gambar IVP menit ke 25 ; tampak kontras telah mengisi seluruh Tractus Urinarius. Posisi Prone.
: Vertical tegak lurus kaset. : Pertengahan luas lapangan yang akan diperiksa. : (18 x 24 24) cm cm de dengan Ly Lysolm (Grid) : 10 1 00 cm.
Pemeriksaan tambahan :
Apabil Apabilaa terjad terjadii perlam perlambat batan an jalanny jalannyaa kontra kontrass media media masuk masuk ke ginjal ginjal,, maka maka dilaku dilakukan kan penamb penambahan ahan waktu waktu pemeri pemeriksa ksaan an dengan dengan arahan arahan atau atau petunj petunjuk uk dari dari Ahli Radiologi. . Gamb Gambar ar Full Full Blas Blasss tamp tampak ak kont kontras ras telah turun semuanya semuanya mengisi mengisi Blass. Blass. Vesica Urinaria dalam keadaan penuh
Gamb Gambar aran an Post Post Void Void tamp tampak ak Blas Blasss dalam keadaan kosong.
TERBATAS
TERBATAS 53 PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN OESOPHAGOGRAM OESOPHAGOGRAM Persiapan pasien
:
-
Tida Tidak k dila dilaku kuka kan n pers persia iapa pan n deng dengan an pua puasa sa,, sebe sebelu lum m dila dilaks ksan anak akan an peme pemeri riks ksaan aan,, pasien terlebih dahulu mengganti pakaian dan dianjurkan untuk melepas perhiasan atau atau bend bendaa-be bend ndaa yang yang meng mengan andu dung ng logam disekitar kepala. Sebelum dilaksanakan pemeriksaan Oesoph Oesophago agogra gram, m, pasien pasien atau atau salah salah satu satu keluar keluarga ga kandung kandung mengisi mengisi Formulir Formulir persetuju persetujuan an pemeriksaan pemeriksaan dengan kontras media. Persiapan Alat/Bahan
: - BaSO4 dicampur air dengan perbandingan 1 : 1. - Sprit rite (Adem sari) sebagai kontras negative. - Air Air put putih ih..
Posisi pemeriksaan
: AP, Lateral Oblique.
Prosedur pemeriksaan
:
dan
Posisi pasien berdiri miring dan tegak, kedua tangan tangan diatas diatas kepala. kepala. Kontras Kontras media diminumkan diminumkan sebanyak 2 sendok, pasien dianjurkan untuk menahan kont kontra rass yang yang tela telah h dimi diminu numk mkan an terl terleb ebih ih dahu dahulu lu didalam didalam mulut. mulut. Bila ada aba-aba aba-aba telan, telan, kontras kontras ditelan maksudnya Untuk melihat posisi dan kondisi dari Oesophagus Oesophagus sampai sampai Gaster. Gaster. Setelah Setelah terlihat terlihat Oesophagus sampai Gaster yang disertai Fluoroskopi, barulah barulah kontras kontras ditelan. ditelan. Perjalanan Perjalanan kontras kontras akan masuk mengisi Oesophagu Oesophaguss sampai sampai selanjutn selanjutnya ya ke usus usus halus halus.. Pada Pada daera daerah h ini ini diamb diambil il pemo pemotre tretan tan dengan dengan posisi posisi AP, kemudi kemudian an dilan dilanjut jutkan kan dengan dengan posisi Lateral dan Oblique. Jika kontras telah habis, maka kontras dapat ditambah lagi sebanyak sebanyak 2 sendok maka. Kaset Kaset yang yang digunak digunakan an ukuran ukuran (24 x 30) 30) cm dibuat 2 seri. Bila Bila peme pemeri riks ksaa aan n meme memerl rluk ukan an doub double le kontras, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan cara minum Sprite / Adem sari (sebagai kontras negative). Perjalanan kontras dari udara di dalam Oesophagus sama sama deng dengan an kont kontra rass BaSO BaSO4 4 dan dan peng pengam ambi bila lan n Radiografi dilakukan sama seperti diata atas. Keuntungan dari pemeriksaan dengan double kontras ini dapat mengetahui adanya kelainan pada mucosa Oesophagus.
TERBATAS
Pada Pada daer daerah ah yang yang dicu dicuri riga gaii adan adanya ya kela kelain inan an bias biasan anya ya diamb iambil il seri eri foto foto untu untuk k member memberika ikan n inform informasi asi yang yang lebih lebih banyak banyak dari dari suatu kelainan. -
CR CP
-
Kaset FFD
: Vertical tegak lurus kaset. : Menyesuaikan kelainan yang ditemukan. : (24 x 30) cm dibuat 2 seri. : 100 cm.
TERBATAS 54
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN APPENDIKOGRAM Persiapan pasien
:
Sehari sebelum pemeriksaan pasien boleh makan seperti biasa. Pukul 21 21.00 pa pasien mi minum Ba BaSO4 ya yang te telah dilarutkan dengan ½ gelas air putih (± 100 cc). Pukul 09 09.00 (s (setelah 24 24 ja jam) pa pasien da datang ke ke Klinik Radiologi untuk dilakukan pemeriksaan. Diusahakan pa pasien ti tidak bu buang ai air be besar pa pada pagi hari sampai pemeriksaan dilaksanakan. - Sebe Sebelu lum m dilak dilaksa sana naka kan n pemer pemerik iksa saan an,, pasie pasien n terleb terlebih ih dahulu dahulu mengga mengganti nti pakaia pakaian n dan dianjurka dianjurkan n untuk untuk melepas melepas perhiasan perhiasan atau ben benda da-b -ben enda da yang yang meng mengan andu dung ng loga logam m disekitar leher. Persiapan Alat/Bahan
yang telah : BaSO4 diserahkan kepada pasien seha sehari ri sebe sebelu lum m peme peme-riksaan.
Posisi pemeriksaan
: AP
Prosedur pemeriksaan
:
Pasi Pasien en tidu tidurr posi posissi Supi Supin ne diata iatass meja meja pemeriksaan, MSP tegak lurus dengan garis tengah meja pemer pemeriks iksaan aan,, kedua kedua lengan lengan pasien pasien disamp disamping ing tubuh tubuh pasien. Batas luas luas lapangan lapangan penyinaran penyinaran yaitu yaitu batas atas setinggi Processus Xipodeus dan batas bawah mencakup Sympisis Sympisis Pubis. Pubis. Saat exposi exposi pasien pasien dalam keadaan keadaan Expira Expirasi si dan dan tahan tahan nafa nafas. s. Beri Beri marker marker pada pada ujun ujung g kaset. Kontras yang yang telah diminum selama selama 12 jam akan terlihat jelas pada Appedix, bila kontras terlihat jelas pada pada Apendd Apenddix ix maka maka tidak tidak terjad terjadii perada peradanga ngan, n, bila bila kontra kontrass tidak tidak terlih terlihat at jelas jelas maka maka kemung kemungkin kinan an akan akan terjadi peradangan. -
CR CP
-
Kaset
-
FFD
: Vertical tegak lurus kaset. : Umbilicus atau titik per perpo poto tong ngan an kedu keduaa Cris Crista ta Illiaca dengan MSP. : (30 x 40) cm dengan Lysolm (Grid) : 10 1 00 cm.
TERBATAS
TERBATAS 55
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN COLON IN LOOP / BARIUM ENEMA Persiapan pasien
:
Persiapan pasien sama dengan persiapan pada pemeriksaan BNO. Sebelum dilaksanakan pemeriksaan, pasien terlebih terlebih dahulu dahulu mengganti mengganti pakaian pakaian dan dianjurka dianjurkan n untuk untuk melepa melepass perhia perhiasan san atau atau bendabenda-ben benda da yang yang mengandung logam disekitar leher. Sebelum dilaksanakan pemeriksaan Oesoph Oesophago agogra gram, m, pasien pasien atau atau salah salah satu satu keluar keluarga ga kandung kandung mengisi mengisi Formulir Formulir persetuju persetujuan an pemeriksaan pemeriksaan dengan kontras media. Persiapan Alat/Bahan
: - BaSO4 dicampur air dengan dengan perban perbandin dingan gan 1 : 10. - Irig Irigat ato or, Hand and Blolower dan vaselin.
Posisi pemeriksaan
: AP + meny menyes esua uaik ikan an kelainan yang ada.
Prosedur pemeriksaan
:
Pertam Pertamaa dibuat dibuatkan kan plain plain foto foto / BNO untuk untuk mengecek mengecek persiapan persiapan pasien pasien dan penyesuai penyesuaian an factor factor ekspos eksposii yang yang dilak dilakuka ukan n beriku berikutny tnya. a. Kemud Kemudian ian dilakukan pemeriksaan dengan kontras BaSO4, pasien tidur terlentang. Irigator digantungkan setinggi (1 – 1,5) m diatas diatas meje pemeriksaa pemeriksaan. n. Sebelum Sebelum canule canule dimasukkan kedalam anus, diadakan pengecekan dulu apakah kontras sudah bias keluar atau belum. Ujung canule diolesi dengan vaselin kemudian pasien tidur miring miring dengan dengan lutut lutut ditekuk ditekuk sehingga sehingga lubang lubang anus terlihat terlihat jelas. jelas. Canule Canule dimasukka dimasukkan n dengan dengan pelanpelan pelan pelan yang yang sebelu sebelumny mnyaa pasien pasien diberi diberitah tahu, u, setela setelah h canule canule masuk kedalam anus, pasien supine supine dengan dengan kaki lurus diusahakan slang irrigator jangan terjepit. Klem canule dilepas oleh dokter Radiologi sehingga kontras dapat masuk kedalam Colon dengan diikuti Fluorosko Fluoroskopi. pi. Pada saat kontras kontras mengisi mengisi Rectum Rectum dilak dilakuka ukan n pemotr pemotreta etan n untuk untuk meliha melihatt keselu keseluruh ruhan an Rectum Rectum dengan dengan posisi posisi supine supine (factor (factor kondisi kondisi sama deperti diatas). Perjalanan kontras selanjutnya menuju keatas meng mengis isii Colo Colon n Sigm Sigmoi oid, d, Ilia Iliaca ca Colo Colon, n, Colo Colon n Desendens dan Flexura Lienalis.
TERBATAS
TERBATAS 56
Perjalanan kontras selanjutnya menuju keatas mengisi Colon Colon Sigmoi Sigmoid, d, Iliaca Iliaca Colon Colon,, Colon Colon Desend Desendens ens dan Flexura Lienalis. Pada saat kontras sampai di Colon Desendens dan Flexura Lienalis dilakukan pemotretan dengan dengan posisi posisi Obliqu Obliquee (LAO (LAO dan RPO [30 – 40]°). 40]°). Kaset yang digunakan ukuran (24 x 30) cm. Kemudian perjalana perjalanan n kontras kontras dilanjutk dilanjutkan an ke ColonTrans ColonTransversu versum m dan terus ke Colon Asendens, pada daerah ini diambil lagi pemotretan dengan posisi pasien RAO atau LPO (30 – 40)° 40)° . Perjalanan Perjalanan kontras kontras selanjutn selanjutnya ya mengis mengisii penuh daerah Coecum dan Appendix Vernifornis. Pada saat kontras mengisi penuh Coecum dan Append Appendix ix Vermif Vermiforn ornis is dilak dilakuka ukan n pemotr pemotreta etan n untuk untuk melihat daerah ini tidak overlap dengan organ lain yang menghalanginya. Bila kontras telah sampai di Coecum dan mengisi sedikit Ilius Terminalis, maka pemeriksaan dengan dengan Fluorosko Fluoroskopi pi dianggap dianggap selesai selesai serta diadakan diadakan pemotretan secara keseluruhannya di daerah Colon (Full Filling). Kaset yang digunakan ukuran (30 x 40) 40) cm. Setelah itu kontras distop dengan menggunakan klem dan canule dicabut. Kemudian pasien diarahkan ke Toilet Toilet untuk untuk buang buang air besar besar guna guna mengel mengeluar uarkan kan kontras yang telah dimasukkanpada waktu pemeriksaan. Setelah Setelah selesai selesai buang air besar, besar, pasien pasien kembali kembali tidur tidur supine diatas meja pemeriksaan untuk diperiksa kembali dengan Fluoroskopi, bila kontras masih banyak, pasien kembal kembalii lagi lagi buang buang air besar besar ke Toile Toilet, t, dihara diharapka pkan n kontras kontras hanya hanya tertingga tertinggall sedik sedikit. it. Selanjutny Selanjutnyaa pasien pasien kembali tidur supine dan dilakukan pemotretan Colon secara keseluruh keseluruhannya annya (Post Evacuasi). Evacuasi). Kaset yang digunakan ukuran (30 x 40)cm. Bila pemeriksaan pemeriksaan memerlukan memerlukan double double kontras kontras maka maka pemeri pemeriksa ksaan an dilan dilanjut jutkan kan dengan dengan memasu memasukka kkan n kontras kontras negative negative (udara) (udara) yang dihasilkan dihasilkan dengan dengan alat Hand Hand Blower Blower dengan dengan cara cara memasuk memasukkan kan canule canule pada pada anus pasien dan Hand Blower ditekan atau dipompakan dengan tangan untuk menghasilkan udara. Perjalanan kontras dari udara di dalam Colon sama sama deng dengan an kont kontra rass BaSO BaSO4 4 dan dan peng pengam ambi bila lan n Radi Radiog ogra rafi fi dila dilaku kuka kan n deng dengan an seca secara ra Full Full Fill Fillin ing. g. Keuntungan dari pemeriksaan dengan double kontras ini yait yaitu u dapa dapatt meli meliha hatt adan adanya ya kela kelain inan an pada pada muco mucosa sa Colon, adanya kanker-kanker kecil. Daerah-daer Daerah-daerah ah yang rutin diambil diambil pada pemeriksaan pemeriksaan Colon In Loopd, yaitu : 1.
Daerah Rectum sampa mpai dengan Sigmoid. 2. Daerah Flexura Lienalis deng engan daerah rah Coecum, Appendix dan sebagian daerah Colon Transversum. 3. Pada Pada saat saat peng pengam ambi bila lan n Radi Radiog ogra rafi fi daer daerah ah-daerah tersebut, dimana keadaan kontras BaSO4
TERBATAS
pen penuh uh meng mengis isii daera daerah h ters terseb ebut ut dan dan pen peng gamb ambilan ilan Rad Radiog iografi rafi sete setela lah h pengisian BaSO4 di stop. Setelah itu pengi pengisia sian n BaSO4 BaSO4 diter diterusk uskan an sampai sampai mengisi daerah yang dilaluinya, setelah penuh penuh peng pengisi isian an kemudi kemudian an di stop stop sebelum sebelum dilakukan dilakukan pemotretan pemotretan,, begitu begitu seterusny seterusnyaa sampai sampai pemeriksaa pemeriksaan n Colon Colon In Loop dianggap selesai. 4. Pad Pada daera aerah h-dae -daera rah h yan yang dicur icurig igai ai adanya kelianan biasanya diambil seri foto untuk memberikan informasi yang lebih banyak dari suatu kelainan. 5. Sete Setela lah h peme pemeri riks ksaa aan n sele selesa sai, i, pasi pasien en diar diarah ahka kan n memb member ersi sihk hkan an sisa sisa-s -sis isaa BaSO4 pada tubuhnya (anus). Setelah semuanya bersih, pasien boleh pulang.
TERBATAS 57
PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN HSG Persiapan pasien
:
Pemeriksaan HSG dilakukan pada pasien untuk melihat bentuk anatomi dan fungsi dari Uterus, Tuba Falopi sampai ke Fimbrial dengan menggunakan bahan kontras. Terlebih dahulu ditanyakan pada pasien, kapan Menstruasi terakhir. Buat perjanjian dengan memberikan keterangan sebagai berikut : - Datan atang g pada ada hari ari ke 10 sete setela lah h Mens Mensttruas ruasii terakhir. - Memb Membaw awaa alat alat pemb pembal alut ut wani wanita ta.. - Tida Tidak k berh berhub ubun unga gan n inti intim m deng dengan an suam suamii mula mulaii dari bersih Men Menstruasi terakhir sampa mpai pemeriksaan dilakukan. Sebelum dil dilaksanakan pe pemer meriksaan HS HSG, pas pasien at atau salah satu keluarga keluarga kandung kandung mengisi mengisi Formulir Formulir persetuju persetujuan an pemeriksaan dengan kontras media. Persiapan Alat/Bahan
: -
-
Omnipaque atau Ultravist Aquabiden 20 cc. Folley cateter No. 8 (dengan mandarin) Kateter ti tip 50 cc. Spuit 10 cc. Speculum va vagina. Sonde Ut Uterus. Anti nti sept septic ic ex Bet Betadin adin.. Hand Scun. Marker.
Posisi pemeriksaan
: AP dan Oblique.
Prosedur pemeriksaan
:
Pasien tidur tidur supine diatas meja meja pemeriksaan dengan kaki lurus dan tangan disamping tubuh. Garis tengah tubuh sejaja sejajarr mid line line tabl table. e. Kaset Kaset dilet diletakk akkan an pada pada Caset Caset Try Try dengan memakai Bucky. -
CR CP Kaset FFD
: : : :
Vertical tegak lurus kaset. Pertengahan SIAS kanan dan kiri. (18 x 24) cm. 10 1 00 cm.
Sebe Sebelu lum m dipa dipasa sang ng kate katete ter, r, pasi pasien en dipo diposi sisi sika kan n Litotomi, kemudian sekeliling kemaluan dibersihkan dengan betadin. betadin. Daerah Daerah vagina vagina dimasukka dimasukkan n Speculum Speculum agar dapat terbuka, terbuka, setelah setelah itu dibersihkan dibersihkan dengan dengan betadin betadin sampai sampai ke mulut rahim.
TERBATAS
TERBATAS 58
Selanjutnya Folley Folley Cateter dimasukkan via mulut mulut rahim, bila bila posisi posisi kateter kateter sudah sudah tepat tepat benang benang yang yang ada pada pada kateter dicabut. Kemudian balon kateter dikembungkan dangan dangan menyun menyuntik tikan an Aquades Aquades sebany sebanyak ak 3 cc melalu melaluii katet kateter er denga dengan n maks maksud ud agar agar katet kateter er tida tidak k lepas lepas dari dari mulu mulutt rahi rahim, m, sela selanj njut utny nyaa pasi pasien en dian dianju jurk rkan an tidu tidur r terlentang kembali. Setelah Setelah posisi posisi kateter kateter fix, kemudian disuntikan disuntikan kontr kontras as dise disert rtai ai denga dengan n Fluo Fluoro rosk skop opii sesu sesuai ai denga dengan n perjalanan kontras menuju Uterus, Tuba Fallopi sampai ke Fimbrial. Fimbrial. Pada saat kontras kontras mengisi mengisi organ-organ organ-organ tersebut, ut, dilakukan kan pemotretan unt untuk melihat hat keseluruhan dengan posisi AP dan Oblique (LPO dan RPO [30 [30 – 40]°). 40]°). Kaset yang digunakan digunakan ukuran ukuran (18 x 24) cm. Setelah itu kontras di stop, pemeriksaan selesai bila bila kontr kontras as tela telah h mengi mengisi si selu seluru ruh h orga organ n yang yang akan akan diperiksa. Balon kateter dikempeskan kemudian kateter dicabut dicabut.. Pasien Pasien dianju dianjurka rkan n untuk untuk tidur tidur sejenak sejenak,, kemudian diarahkan ke Toilet untuk membersihkan sisasisa sisa betadi betadin n yang yang ada diseki disekitar tar vagina vagina dan memakai memakai pembalut pembalut wanita wanita yang yang sudah disiapkan. disiapkan. Pasien Pasien boleh pulang apabila keseluruhannya telah bersih.
TERBATAS
TERBATAS 59
BAB IV
Radiografi Intra Oral Radigrafi 1. 2. 3. 4. 5.
Intra Oral terdiri dari : Radiogra Radiografi fi Peria Periapik pikal al bidan bidang g bagi bagi Radiogra Radiografi fi Peria Periapik pikal al Para Paralleli lleling ng Radiogra Radiografi fi Proxima Proximall atau Radio Radiograf grafii Bite Wing Wing Radiogra Radiografi fi Oklusal Oklusal Topogr Topografik afik = Oblique Oblique Oklusa Oklusall Radiogra Radiografi fi True True Occlus Occlusal al = Cross Cross Sectio Section n
W. G. Morten DR. DR. H. H. Nume Numela la (19 (1933 33))
Horst Herger khususnya Saterlai Mc. Cormack DR. Gordo Gordon n Fitzge Fitzge’ra ’rald ld
: Orang pertama membuat Radiografi Intra Oral. : Oran Orang g mem membu buat at Rad Radio iogr gram am Extr Extra a Oral Oral,, namu namun n radiogram kurang kontras sehingga tidak mungkin dipakai untuk radio diagnosa dalam pemeriksaan klinik. : Menyempurnakan kemajuan teknik intra oral, teknik periapikal. : Membuat teknik periapikal bidang bagi. : Membuat teknik periapikal paralleling. : Menye Menyemp mpur urnak nakan an tekn teknik ik peri periap apika ikall paral paralel ellin ling. g.
Petunjuk Umum dalam Intra Oral Radiografi 1. Terangkan Terangkan kepada kepada penderita penderita tentang tentang prosedur prosedur kerja pembuatan pembuatan intra oral Ro. 2. Kenakan Kenakan baju baju pelindun pelindung g radiasi radiasi (apron) (apron) pada penderi penderita ta 3. Latih penderita penderita buka buka mulut dengan dengan bernafas bernafas melalui melalui hidung hidung untuk menghidari menghidari mual, menyesuaikan jar. mulut dan fixasi film. 4. Lepa Lepas s bara barangng-ba baran rang g yang yang mengg menggan angg ggu u pene penemp mpata atan n film, film, misa misalny lnya: a: gigi gigi tiruan lepas, alat orthodontie, dan perhiasan tertentu. 5. Atur pengatur pengatur aliran aliran listrik pada pesawat pesawat foto foto gigi : waktu, kilovolt, kilovolt, miliamper miliampere, e, dan perlengkapan penunjang lainnya. 6. Atur Atur sudut sudut arah proye proyeksi ksi sinar sinar X kepa kepada da gigi. gigi. 7. Tentukan Tentukan posisi posisi arah arah proyeksi proyeksi sinar sinar X pada anatomi muka. 8. Atur Atur sanda sandaran ran kepala kepala penderit penderita. a. 9. Periksa Periksa posisi posisi kepala kepala penderi penderita. ta. 10.Masukka 10. Masukkan n film ke dalam mulut pada regio yang diperlukan. diperlukan. Kemudian, fiksasi dengan: jari tangan, digigit, dan film holder. 11.Atur konus pesawat Ro gigi dengan teknik Radiografi yang dibutuhkan. 12.(Operato 12. (Operator) r) kenakan apron. 13.(Operato 13. (Operator) r) berdiri minimal 2 m di belakang konus konus pesawat Ro atau di sisi luar dinding penyekat lapisan timah hitam. 14.(Opera 14.(Operator tor)) Posi Posisik sikan an jari jari pada pada tombo tombol. l. Kemu Kemudia dian, n, tekan tekan on agar agar terjad terjadii exposure. 15.Keluarka 15. Keluarkan n film dari mulut penderita dan keringkan untuk mencegah mencegah terjadinya kelembaban dan memudahkan pembukaan bungkus. 16.Proses film di dalam kamar gelap/ tanpa kamar gelap. 17.Gantung dan jepit film pada gantungan film, kemudian beri identitas. 18.Lepas apron.
Kegunaan Ro Foto pada Kedokteran Gigi 1. 2. 3. 4.
Membant Membantu u menega menegakkan kkan diagnos diagnosa a Mengarah Mengarahkan kan rencana rencana perawat perawatan an Menge Mengeval valuas uasii hasil hasil perawat perawatan an Prognosa TERBATAS
TERBATAS 60
/ Mengetahui .....
5. Mengetah Mengetahui ui keadaa keadaan n patolog patologis is 6. Mengetah Mengetahui ui hubung hubungan an sinus sinus dan gigi impak impaksi si 7. Mengetah Mengetahui ui keadaan keadaan gigi gigi dan jaringan jaringan penyan penyangga gga 8. Mengetah Mengetahui ui pertumbu pertumbuhan han dan dan perkemba perkembangan ngan gigi gigi 9. Mela Melaku kuka kan n foren forensi sik k 10.Melakuka 10. Melakukan n survei dan penelitian
Pengaruh Radiasi Radiasi dapat menimbulkan: Efek Lokal: 1. Erythema Erythema pada kulit kulit tanpa tanpa keluhan keluhan 2. Erythema gatal dermatitis bengkak
ulcer
Efek Sistemik: 1. Kela Kelain inan an dar darah ah 2. Genetik steril 3. Mata katarak
Pembagian Film Film berdasarkan pemakaian terdiri dari Intra Oral film: 1. Periapik Periapikal al film: film: - Film no no 0 untuk anakanak-anak anak dan dan pasien pasien sensit sensitif if (7/8 x 1 3/8 3/8 inch) - Film no 1 untuk orang dewasa (1 ¼ x 1 5/8 inch) 2. Bite Wing Wing Film:Film:- No No 0 untuk untuk anak-an anak-anak ak - No 1 gigi anterior - No 2 seluruh gigi dewasa Film periapikal (standard) digunakan untuk Bite Wing dengan melekatkan sayap dari kertas pada sisi film. 3. Occlu cclusa sall Fil Film m •
•
Film Extra Oral :
-Panoramic
/ Tujuh .....
Tujuh Faktor yang menentukan hasil Radiografi 1. Jara Jarak k tar targe gett – fil film m TERBATAS
TERBATAS 61
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Volta Voltage ge dan dan mili miliam ampe pere re Posis Posisii kepa kepala la pasie pasien n Cara Cara melet meletakk akkan an film film Wakt Waktu u pem pemot otre reta tan n Angu Angula lasi si sina sinarr x Deve Develop loping ing / Proc Process essing ing
Radiografi Ideal Radiografi yang ideal harus menghasilkan: 1. Bayan Bayangan gan yang yang kontr kontras as 2. Bayan Bayangan gan sep sepert ertii objek objekny nya a 3. Bayanga Bayangan n yang yang ukurann ukurannya ya sama sama Letak film: Pembungkus warna putih menghadap gigi yang akan difoto karena sisi lainnya ada tin foil.
Cara Meletakkan Film 1. Gigi yang yang akan difoto difoto harus harus diposis diposisikan ikan di tengah tengah film. film. 2. Film dilet diletakan akan sedek sedekat at mungkin mungkin deng dengan an objek. objek. 3. Pada gigi gigi anterior, anterior, film diletakan diletakan vertikal. vertikal. Sedangkan, Sedangkan, pada gigi gigi posterior, posterior, film diletakkan horizontal. 4. Tepi Tepi film diletakk diletakkan an 0,5 cm dari dari garis oklus oklusi/ i/ incisal. incisal.
M1 kanan bawah, posisi film horizontal
I 1 Ka atas, posisi film vertikal
Cara Fiksasi Film
Fiksasi salah terlalu tinggi benar
Fiksasi di mahkota gingiva margin yang
TERBATAS
TERBATAS 62
Fiksasi film salah terlalu rendah benar
Fiksasi dimahkota gingiva margin yang
* Fiksasi film dengan telunjuk atau jempol pasien Atau bisa juga menggunakan alat pembantu: Plastik holder, kayu, dan metal.
A. Anterior XCP instrument B. Po Posterior XC XCP in instrument
A. Maxillary anterior teeth B. Ma Maxillary po posterior te teeth
Waktu Penyinaran/ Exposure Time RA
: Gigi anterior : 1 detik Gigi P :1 ¼ detik – 1 ½ detik Gigi M : 2 detik
RB
: Gigi anterior : ½ detik – 1 detik Gigi P : 1detik Gigi M :1 ¼ detik -1 ½ detik
Menggunakan: 10 mA / 65kVP RA lebih lama dari RB karena RA melalui beberapa tulang dan gigi RA lebih besar.
Indikasi Pembuatan Radiografi Periapikal Radiogra Radiograff Periapik Periapikal al sangat sangat memenuh memenuhii syarat syarat dalam dalam menunja menunjang ng diagnosa diagnosa klinis klinis dengan diagnosa radiografis khususnya karena mengenai 2 atau 3gigi serta jaringan sekitarnya.
/ Radiograf ..... TERBATAS
TERBATAS 63
Radiograf memiliki detail gambar yang sangat jelas: 1. Jari Jaring ngan an tula tulang ng 2. Jarin Jaringan gan ika ikatt period perioden ental tal 3. Jarin Jaringan gan Ceme Cement nt gigi gigi 4. Jarin Jaringan gan pulp pulpa, a, dent dentin, in, email email 5. Karie Karies s gigi, gigi, salur saluran an akar akar gigi gigi 6. Apik Apikal al (ke (kela lain inan an)) 7. Beni Benih h gigi gigi susu susu
Indikasi Pembuatan Radiografi Paralleling Dengan radiografi paralleling bisa diperoleh radiogram dengan gambaran yang lebih handal dalam: - Pengukuran panjang gigi - Pengukuran panjang saluran akar gigi - Adanya saluran tambahan dari saluran akar gigi - Hubungan antara mahkota dengan akar gigi
Indikasi Radiografi Proximal (Bite Wing) 1. Kebutuhan Kebutuhan pemeriksaan pemeriksaan proximal proximal RA RA dan RB yang terlihat terlihat dalam 1 film. 2. Gambara Gambaran n Radio Opague Opague jaringan jaringan email, dentin dentin dari permukaan permukaan bukal, bukal, tebal (kepadatan), Radiolucen: jaringan pulpa - Caries proximalis - Gambaran Radiolusen dari Resorbsi alveolar crest - Gambaran radio opaaque calculus (karang gigi) - Titik kontak - Tambalan Overhanging - Hasil perawatan - Proses penulangan dari penyembuhan terapi transplantasi bone graf
Indikasi Radiografik Oklusal Topografik (Oblique Oklusal) 1. 2. 3. 4. 5.
Melihat Melihat panda pandangan ngan kasar kasar dari dari panjan panjang g akar gigi. gigi. Melihat Melihat daera daerah h patolog patologis is yang yang luas. luas. Lokalisas Lokalisasii dan luas daerah daerah frakt fraktur. ur. Gigi impaksi impaksi dan gigi supernum supernumerac eracy. y. Pemerik Pemeriksaan saan RA dan dan RB RB secara secara umum. umum.
TERBATAS
TERBATAS 64
/ Indikasi ..... Indikasi .....
Indikasi Radiografik True Oklusal (Cross Section) 1. 2. 3. 4. 5.
Melokalisasi Melokalisasi akar akar gigi gigi tertinggal, tertinggal, gigi impaksi, supernumeracy supernumeracy Melokalis Melokalisasi asi benda-b benda-bend enda a asing asing Melokalis Melokalisasi asi batu-b batu-batu atu kelenja kelenjarr dari mandibu mandibula la Lokalisasi Lokalisasi hubungan hubungan bucco lingual keadaan keadaan patologis patologis frak fraktu turr RA RA ata atau u RB RB
Pembuatan Periapikal Radiografi dengan Teknik Bidang Bagi/ Bisection Pada teknik bidang bagi, proyeksi sinar X harus tegak lurus dengan bidang bagi untuk memperoleh gambaran gigi pada film Bidang bagi adalah bidang yang membagi 2 sama besar anatara bidang film dengan bidang sumbu panjang gigi
Patokan menentukan atau memperkirakan bidang bagi dengan mengamati secara extra oral.
Untuk gigi depan RA: RA : ditarik garis lurus dari pupil ke incisal edge. Gigi ki atas atas : ditarik ditarik dari pupil pupil ka ke incisa incisall edge edge gigi gigi ki ki atas atas Gigi ka atas atas : ditarik ditarik dari dari pupil pupil ki ki ke incis incisal al edge edge gigi gigi ka atas atas
TERBATAS
TERBATAS 65
Untuk gigi belakang RA: ditarik garis dari titik interpupil ke buccal cups gigi yang bersangkutan
Rahang Bawah : Untuk gigi depan dan gigi belakang lebih mudah memperkirakan bidang bagi karena sumbu sumbu panjan panjang g gigi gigi dan dan letak letak film film mudah mudah dilih dilihat at kira-k kira-kira ira hamp hampir ir tegak tegak lurus. lurus. Hubungan sumbu vertikal RB, bentuk anatomi RB, lengkung RB mudah meletakkan film.
Periapikal Foto Menurut Bidang Bagi A. Posisi pasien - Pasien dalam keadaan duduk - Posisi kepala diatur supaya: -Bidang sagital tetap vertikal -Bidang alanasi – tragus horizontal untuk RA -Bidang sudut mulut – tragis horizontal untuk RB TERBATAS
TERBATAS 66
B. Film: Bidang film diusahakan tetap datar atau merupakan 1 bidang datar C. Konus: Konus pendek ukuran 8 inch (short cone) D. Arah sinar X: Tegak lurus pada bidang bagi RA: Arah sinar positif dari atas ke bawah RB: Arah sinar negatif dari bawah ke atas
E. Fiksasi film: Film difiksasi dengan jati tangan atau menggunakan alat peganggan film (film holder)
Gigi: 21 12
• • • • • • •
Film diletakkan vertikal kontak dengan mahkota gigi dan palatum 0,5 cm jarak dari incisal edge ke tepi film Fiksasi dengan ibu jari pasien dengan jari berlawanan dengan gigi difoto Sinar diarahkan ke tengah film Ujung cone diletakkan di ujung hidung Sudut vertikal +45 o terhadap bidang horizontal Sudut horisontal tegak lurus film
TERBATAS
TERBATAS 67
Gigi: 3 3 1 ujung cone diletakkan di tepi hidung
TERBATAS
TERBATAS 68
Gigi: 5 4 4 5
• • • •
Sinar diarhkan di tengah fim Ujung cone di bawah pupil tegak lurus alanasi-tragus Sudut vertikal +40 o terhadap bidang horizontal Sudut horizontal sejajar bidang interproksimal gigi
Gigi: 876 678
TERBATAS
TERBATAS 69
• • • •
Berkas sinar ke tengah film Ujung cone di bawah sudut mata tegak lurus dari alanasi – tragus Sudut vertikal + 30 o terhadap bidang horizontal Sudut horizontal sejajar bidang interproximal dan tegak lurus film
Gigi: 321 123
Posisi kepala: Pasien didudukkan posisi bidang oklusal gigi RB sejajar lantai Midline / sagital plane tegak lurus lantai • •
Film: • • • •
Diletakkan di lingual secara vertikal Sinar diarahkan ke arah tengah film pada dagu Sudut vertikal -20 o terhadap bidang horizontal Sudut horizontal sejajar bidang interproximal gigidan tegak lurus film
TERBATAS
TERBATAS 70
Gigi: 5 4
4 5
Film: • • • •
Diletakkan horizontal di sebelah lingual Sinar diarahkan ke arah tengah film Sudut vertikal -15 o terhadap bidang horizontal Sudut horizontal sejajar bidang interproksimal dan tegak lurus film
TERBATAS
TERBATAS 71
Gigi: 876 678 Film: • • • •
Diletakkan horizontal di lingual Ditekan dengan telunjuk Sudut vertikal -5 o terhadap bidang horizontal Sudut horizontal sejajar bidang interproksimal dan tegak lurus film
Teknik paralel Prinsip pendekatan paralel: sudut vertikal sinar x diarahkan tegak lurus sumbu gigi dan sumbu film.
Untuk memudahkan kesejajaran sumbu film dengan sumbu gigi digunakan alat bantu: Cotton roll TERBATAS •
TERBATAS 72 • • •
Film holder kayu/plastik Cone indicator Hemostat
Gigi I dan C atas Posisi kepala: Permukaan oklusal gigi RA sejajar lantai Sagital / midline tegak lurus lantai • •
Film: • • •
Diletakkan vertikal Diletakkan bagian palatal Sejajar sumbu gigi depan RA
Sinar: • •
Tegak lurus film Sudut vertikal / sinar vertikal tegak lurus film
Menggunakan: film holder Gigi P & M Film: Diletakkan horizontal Diletakkan di sebelah palatal Mencangkup gigi Menggunakan film holder • • • •
TERBATAS
TERBATAS 73
Sinar: tegak lurus film Sudut vertikal: sudut yang dibentuk sinar x dari target ke arah film terhadap bidang horizontal
Sudut horizontal; sudut yang dibentuk berkas sinarx dari target ke arah film terhadap bidang sagital / transversal
Arah penyinaran (besarnya sudut): untuk orang dewasa Short cone RA I1, I2, C +40o sp +45o P1, P2, M1 +30o sp +35o M2, M3 +20o sp +25o RB I1, I2, C -15o sp -20o P1, P2, M1 -10o M2, M3 +5o sp 0o
Long cone +20o sp +25o +20o +15o -15o sp -20o -10o 0o
Gigi I & C RB Posisi kepala / Oklusal ......
•
Oklusal plane gigi RB sejajar lantai TERBATAS
TERBATAS 74 •
Sagital / midline tegak lurus lantai
Film: • • • • •
Diletakkan vertikal Diletakkan di sebelah lingual Sumbu film sejajar sumbu gigi Menekan ke apikal Menggunakan film holder
Sinar: tegak lurus sumbu filmdan gigi Gigi P & M RB Posisi kepala: sama Film: • •
Diletakkan horizontal Sumbu gigi sejajar sumbu film
TERBATAS
TERBATAS 75
Sinar: tegak lurus sumbu film
Short cone
Keuntungan Mudah meletakkan film dalam mulut Tidak memerlukan alat bantu •
•
Long cone
•
•
Gambaran radiogram akurat Tidak terjadi super impose
Kerugian Sering hasil kurang akurat Mudah terjadi superimpose terhadap os zygomaticum pada M atas Sulit mendapat kesejajaran dengan sumbu gigi Memerlukan alat bantu •
•
•
•
Bite Wing Posisi kepala: garis oklusi (alanasi-tragus) sejajar lantai Proyeksi sinar: Film dimasukkan dalam mulut hingga film tidak bengkok mengikuti lengkung rahang Pasien disuruh menggigit pada sayap (wing) Bidang oklusal RA horizontal sinar diarahkan dengan sudut 8-10 ke arah bawah lurus ke tengah film •
• •
Waktu penyinaran: 1,75 detik – 65 kvp – 10mA 0,75 detik – 90kvp – 10mA
TERBATAS
TERBATAS 76
Teknik Occlusal Prinsip arah sinar untuk topografik view : Arah sinar miring/ oblique dari sumbu gigi dan film diletakkan dengan salah satu sisinya menghadap bidang oklusi gigi.
Regio Anterior Rahang Atas: Sandaran kepala RA sejajar lantai, Midline tegak lurus lantai Pasien menutup mulut dan menggigit film Ujung cone pada ujung hidung dengan sudut vertikal 65 o dan sinar diarahkan ke midline. Regio Anterior Rahang Bawah: Posisi kepala digerakkan ke belakang membentuk sudut 25 o terhadap bidang vertikal Pasien menutup mulut dan menggigit film Ujung cone diletakkan 1 inch di bawah ujung dagu dengan sudut vertikal -25 o, berkas sinar diarahkan ke midline.
/ Prinsip ..... TERBATAS
TERBATAS 77
Prinsip arah sinar Cross Section View adalah sejajar sumbu gigi dan film diletakkan dengan salah satu sisinya menghadap bidang oklusi gigi. Regio Anterior Rahang Atas: Bidang oklusal sejajar lantai Midline tegak lurus lantai Pasien menutup mulut dan menggigit film Ujung cone diletakkan pada dahi dan sinar X tegak lurus film -
Regio Anterior Rahang Bawah: - Kepala pasien terangkat ke belakang dengan sudut 45 o - Ujung cone 1 inch di bawah ujung dagu dan berkas sinar X diarahakan tegak lurus film
Kesalahan (Distorsi) pada Teknik Biseksi Pemotretan Intra Oral 1.
Elongation: Bayangan yang terbentuk pada X ray film terlihat lebih panjang dari gigi aslinya. Terjadi karena: sudut vertikal lebih kecil dari normal. Misal: seharusnya 45 o digunakan sudut 30 o.
/ 2. Shortening: TERBATAS
TERBATAS 78
2. Shortening: Bayangan yang terbentuk pada X ray film terlihat lebih pendek dari gigi aslinya. Terjadi karena: sudut vertikal lebih besar dari normal. Misal: seharusnya 45 o kita gunakan 60 o.
3. Horizontal overlapping: Bayangan yang terbentuk pada X ray film terlihat tumpang tindih. Terjadi karena berkas sinar X arahnya tidak sejajar dengan interaproximal space
4. Cone cutting: Bayangan yang terbentuk hanya sebagian. Terjadi karena: sebagian film tidak kena sinar.
5. Excessive bending: Bayangan yang terbentuk mahkotanya normal tapi bagian akar memanjang. Terjadi karena: Palatum dangkal film melengkung waktu difiksasi Menfiksasi film dengan posisi film melengkung Sering pada daerah Caninus • • •
TERBATAS
TERBATAS 79
Metode Pencucian Film 1.
Dala Dalam m kama kamarr gela gelap p (Tek (Tekni nik k Visu Visual al / Manu Manual al)) Prosedurnya: a. dalam dalam laruta larutan n deve develop loper: er: terlih terlihat at baya bayanga ngan n dar darii oby obyek ek gigi gigi dan dan jarin jaringan gan sekitarnya b. pemb pembil ilas asan an air: air: sisa sisa-s -sis isa a dev devel elop oper er pada pada film film dibe dibers rsih ihka kan n c. pemr pemros oses esan an dal dalam am lar larut utan an fix fixir ir:: gara garam m pera perak k hali halida da yan yang g tida tidak k terk terken ena a sinar x larut d. pembil pembilas asan an air bers bersih ih meng mengali alir: r: meng menghil hilan angka gkan n sisa-s sisa-sisa isa bahan bahan kimia kimia 2. Time temperature method - ketepatan wa waktu - ketepatan temperatur larutan - >75o melunakkan gelatin film - <60o menghambat proses pembentukan gambar 3. Monobath system Film yang terexposure disuntik developer dan fixir yang bersifat alkalis 4. Memakai alat automatic (kamar gelap di dalam alat automatic): - Full Full auto automa matic tic:: Film Film kelua keluarr dalam dalam kea keada daan an keri kering ng - Semi Semi auto automa matic tic:: Film Film kelua keluarr dalam dalam kea keada daan an basa basah h
Kesalahan-Kesalahan yang Terjadi Waktu Pencucian 1. Roentge Roentgenogr nogram am yang yang terlalu terlalu terang terang karena karena:: Under exposure Under developing Larutan developer terlalu dingin 2. Roentge Roentgenogr nogram am yang yang terlalu terlalu gelap gelap karen karena: a: Over exposure Over developing Larutan developer terlalu panas 3. Roentge Roentgenogr nogram am dengan dengan gamba gambarr kabur kabur karena: karena: Kerusakan gelatin karena udara panas Bergeraknya pasien/ film waktu penyinaran 4. Roentge Roentgenogr nogram am dengan dengan bayanga bayangan n sebagian sebagian karena: karena: Film tertutup penjepit film Arah sinar tidak mengenai film Sebagai fil tidak mengenai larutan developer TERBATAS
TERBATAS 80
/ Roentgenogram .....
5. Roentgenogram Roentgenogram dengan bayangan bayangan benda benda asing asing pada pada film karena: Sidik jari operator Kaca mata pasien atau anting pasien terproyeksi 6. Roentgenogram Roentgenogram memiliki goresan atau cacat cacat pada pada film film karena: karena: Terkena larutan fixir Film sobek karena pembukaan pembungkus dengan tergesa-gesa Film yang masih basah tergore benda tajam, misalnya: kuku. -
Kesimpulan: Radiografi gigi adalah pertolongan diagnosa yang sangat berharga. Sebuah standar teknik teknik dari dari pengambi pengambilan lan / pengerj pengerjaan aan dan penafsi penafsirann rannya ya adalah adalah sangat sangat penting. penting. Walaupun diagnosis X ray yang diberikan untuk pasien gigi dan staf sangat kecil tetapi mempunyai efek kumulatif. Dokter gigi harus berhati-hati terhadap bahayabahayanya dan harus mengambil tindakan-tindakan yang memadai. TERBATAS
TERBATAS 81
Radiologi adalah salah satu bagian terpenting yang diperlukan untuk mendiagnosa perawata perawatan n dari penyaki penyakitt / kelainan kelainan dalam dalam mulut.S mulut.Suatu uatu pengetah pengetahuan uan teknik teknik dan menginterpretasik menginterpretasikan an radiografi radiografi adalah dasar dalam mendapatkan diagnosa yang akurat. Kursus ini bertujuan memberikan kepada operator suatu pengetahuan dasar dari penyinaran, resiko / bahaya dari penggunaannya, efek biologis dan prosedur praktis untuk mengurangi atau memperkecil akibatnya. Sebaikny Sebaiknya a dilengka dilengkapi pi pengeta pengetahuan huan analisa analisa hubungan hubungan dari interpre interpretas tasii radiogra radiografi fi untuk mendiagnosa dan dasar dari keseharan radiologi dan konsep radiobiologik yang berhubungan dengan ilmu kedokteran gigi.
Daftar pustaka: 1. Philp Philp W. W. Balling Ballinger, er, M.S., M.S., R.T. R.T. (R). (R). Merrill’s Atlas Radiographic Positions and Radiologic Radiologic Procedures. Procedures. 8 nd ed. Volume 1 and 2. The Ohio State University, Columbus, Ohio, 1995.
TERBATAS
TERBATAS 82
2. Materi Materi Kuli Kuliah ah APR APRO O Dep Dep Kes Kes RI. RI. Radiofotografi dan Proteksi Radiasi . Radiasi . Jakarta. 3. Standrad Standrad Operasional Operasional Prosedur Prosedur Klinik Klinik Radiologi Radiologi Ruspau Ruspau Antariksa, Antariksa, Prosedur Tetap Pemeriksaan Radiologi . Radiologi . Jakarta. ncoln R, Hing ing M. Fund Fundame ament ntal al of Dental Dental Radi Radiog ograp raphy hy . 2nd ed. 4. Linco Philadelphia: Lea & Febiger, 1985. McCall, Wald. Wald. Clinical Clinical Dental Dental Roentg Roentgeno enolog logy y .. 4th ed. ed. W.B. W.B. Saun Saunder ders s 5. McCall, Company. 6. O Brien. Dental Radiography . 4th ed. W.B. Saunders Company.
Radiology . 3rd ed. C.V. Mosby Company. 7. Wuehrmann, Hing M. Dental Radiology .
TERBATAS