I. JUDUL
PENENTUAN CADANGAN MINYAK SISA DENGAN METODE DECLINE CURVE ANALYSIS PADA
RESERVOIR "X" LAPANGAN "Y".
II. LATAR BELAKANG MASALAH.
Salah satu fungsi teknik reservoir adalah menghitung secara periodik
mengenai perkiraan cadangan minyak yang masih tersisa dan meramalkan waktu
produksi dimasa yang akan datang dari suatu reservoir . Hal ini penting
dilakukan karena suatu reservoir yang telah diproduksikan akan mengalami
penurunan laju produksinya seiring dengan waktu.
Analisa penurunan laju produksi dapat menggunakan metode Decline Curve
berdasarkan data laju produksi dalam jangka waktu tertentu. Metode Decline
Curve, yaitu salah satu metode analisa kurva penurunan produksi dengan
menggunakan persamaan-persamaan yang dikembangkan oleh Arps yang telah
banyak digunakan untuk memperkirakan cadangan (reserve) dan meramalkan
waktu produksi yang akan datang. Sehingga dapat digunakan sebagai dasar
untuk memperkirakan jumlah cadangan minyak yang dapat diproduksikan
(Ultimate Recovery) sesuai dengan teknologi yang ada.
III. PERMASALAHAN
Seberapa besar jumlah cadangan minyak sisa yang masih dapat
diproduksikan dari Reservoir "X" Lapangan "Y" ?.
IV. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari penelitian adalah untuk menentukan besarnya
cadangan minyak sisa pada Reservoir "X" Lapangan "Y" dengan metode Decline
Curve dengan data-data produksi yang telah didapat dalam kurun waktu
tertentu, kemudian akan diketahui kecenderungan penurunan kurva produksi
sehingga dapat diperkirakan cadangan minyak sisa dan umur dari reservoir
tersebut.
V. TINJAUAN PUSTAKA
Peramalan produksi di masa mendatang sangat penting didalam analisa
ekonomi suatu lapangan. Metode Decline Curve adalah salah satu metode yang
dapat digunakan untuk menghitung sisa cadangan minyak atau gas dari suatu
reservoir yang telah mengalami penurunan produksi dan tidak mengalami
perubahan pada metode produksinya, juga dapat dipakai untuk memperkirakan
besarnya produksi pada waktu tertentu, serta sebagai bahan analisa untuk
pengembangan lapangan. Penggunaan metode Decline Curve akan memerlukan data-
data produksi, baik data produksi per sumur ataupun produksi kumulatif per
reservoir, sepanjang masa produksi reservoir tersebut.
Sejarah produksi harus mencerminkan produktivitas formasi atau
karakteristik reservoir, dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor seperti :
perubahan kondisi operasi produksi, kerusakan sumur (damage), kegagalan
atau kerusakan peralatan dan sebagainya. Dalam hal ini penurunan kurva
produksi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
Laju aliran awal atau laju aliran pada waktu tertentu.
Bentuk kurva.
Laju (kecepatan) penurunan produksi.
5.1. Penentuan Original Oil In Place (OOIP)
Perhitungan jumlah minyak ditempat (OOIP) pada reservoir adalah untuk
menentukan berapa banyak fluida yang terkandung dalam reservoir tersebut.
Adapun salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode Volumetrik,
dengan persamaan sebagai berikut:
OOIP = ………………...................................(5-1)
Dimana:
Vb = bulk volume reservoir, acre-ft
= porositas rata-rata, fraksi
Swavg = saturasi air rata-rata, fraksi
Bo = faktor volume formasi minyak, RB/STB.
OOIP = original oil in place,STB.
1acre-ft= 7758 bbl
2. Analisa Decline Curve
Pada prinsipnya peramalan jumlah cadangan minyak atau gas sisa dengan
metode decline curve adalah memperkirakan hasil ekstrapolasi (penarikan
garis lurus) yang diperoleh dari suatu grafik (kurva) yang dibuat
berdasarkan plotting antara laju produksi terhadap produksi kumulatif atau
terhadap waktu produksinya. Sedangkan untuk peramalan cadangan dan produksi
minyak atau gas pada waktu yang akan datang dapat digunakan beberapa macam
tipe grafik, yaitu sebagai berikut :
1. Rate produksi versus waktu,
2. Rate produksi versus produksi kumulatif,
3. Persen minyak versus produksi kumulatif,
4. Produksi gas kumulatif versus produksi minyak kumulatif,
5. Persen air versus produksi kumulatif,
6. Tekanan reservoir versus produksi minyak kumulatif.
Dari beberapa tipe grafik tersebut diatas, yang paling umum digunakan
adalah tipe grafik pertama (qo vs t) dan tipe kedua (qo vs Np), dimana
kedua tipe grafik tersebut akan memberikan pendekatan grafis yang dinamakan
decline curve, seperti yang terlihat pada Gambar 5.1 dibawah ini:
Gambar 5.1.
Beberapa Tipe Grafik Antara (q0 vs t) dan (qo vs Np) Pada Ketiga Jenis
Decline Curve 3)
Beberapa tipe decline curve mempunyai perbedaan kurva seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 5.1, dimana bentuk karakteristik dari tiap tipe
decline ketika laju produksi (q) diplot versus waktu ( t ) atau versus
produksi kumulatif (Np) pada skala Cartesian, Semilog dan Log-log:
Untuk Exponential Decline: Hubungan garis lurus akan dihasilkan ketika
q versus t pada skala semi log dan juga pada q versus Np yang diplot
pada skala Cartesian.
Untuk Harmonic Decline: q versus Np akan membentuk garis lurus pada
skala semi log dengan semua tipe decline curve yang mempunyai banyak
curvature. Ada berbagai teknik pergeseran dibuat untuk hasil kurva
lurus plot antara laju produksi versus waktu pada skala Log-log.
Untuk Hyperbolic Decline: Tidak ada skala plot dengan Cartesian, Semi
log, atau Log-log yang akan menghasilkan hubungan garis lurus untuk
hyperbolic decline. Jika q diplot versus t pada kertas log-log,
menghasilkan kurva yang bisa dijadikan lurus dengan teknik pergeseran.
Tahun 1927 R.H. Johansen telah menemukan Metode Loss Ratio untuk
meramalkan produksi masa datang dan umur produksi. Kemudian pada tahun 1935
S.J. Pirson atas dasar Metode Loss Ratio telah mengemukakan suatu
klasifikasi decline curve menurut analisa matematik yang terbagi menjadi
tiga, yaitu : Exponential Decline, Hyperbolic Decline, dan Harmonic Decline
berdasarkan harga exponen declinenya (b). Definisi dari exponen decline
(b) adalah fungsi turunan pertama dari loss ratio. Sedangkan loss ratio
merupakan fungsi invers dari rate of decline (D). Definisi dari rate of
decline (D) adalah perubahan dalam laju relatif dari produksi per unit
waktu, tanda (-) menunjukkan arah slope yang dihadirkan plot antara laju
produksi dan waktu dari kurva logaritma. Menentukan harga rate of decline
menggunakan persamaan dibawah ini :
……(5-1)
Dimana :
q = laju produksi, BOPD.
t = waktu, hari.
dq/dt = perubahan laju produksi terhadap waktu, BOPD.
Definisi dari loss ratio (a) adalah fungsi invers dari rate of
decline. Untuk menentukan harga loss ratio menggunakan persamaan dibawah
ini :
a =
............................................................................
..(5-2)
Definisi dari exponen decline (b) adalah fungsi turunan pertama dari
loss ratio. Untuk menentukan harga exponen decline menggunakan persamaan
dibawah ini :
b = -
.......................................................................
.....(5-3)
Untuk menentukan persamaan umum metode decline curve diperoleh dari
persamaan hyperbolic decline (b>0, b 1):
1. Hyperbolic Decline
Adanya data-data produksi kumulatif terhadap waktu yang diplot pada
kertas semi-log tidak membentuk garis tegas lurus tapi sebagai gantinya
akan melengkung atau cekung keatas, situasi ini biasanya dimodelkan dengan
persamaan hyperbolic. Dalam kasus tipe ini dikatakan sebagai hyperbolic
decline dengan harga (b>0, b 1). Persamaan hyperbolic decline dapat
diuraikan seperti dibawah ini :
= K qb =
K =
dimana :
K = konstanta
Untuk kondisi awal :
= ……..…..……………………....................….(5-4)
Lalu mengintegralkan persamaan (5-4) :
Kedua ruas dikali qib
- 1
1+ b Di t =
Dimana : a x = n (1 + b Di t)1/b =
a = n1/x
Sehingga diperoleh persamaan umum metode decline curve adalah :
…………………………………......……..…(5-5)
Dimana :
q = laju produksi pada waktu t, BOPD.
qi = laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial),
BOPD.
b = exponen decline (turunan pertama dari loss ratio).
Di = initial nominal decline rate, 1/waktu.
t = waktu, hari.
Harga kumulatif produksi pada hyperbolic decline didapat dari
mengintegrasikan persamaan rate – time :
,…………………....................................................(5-
6)
Mensubstitusikan persamaan (5-5), untuk harga q :
Integralkan (b), menjadi :
Lalu disederhanakan menjadi :
Kemudian substitusikan qib.qi1-b untuk qi, menjadi :
Pindahkan qi1-b ketanda kurung:
Persamaan ax.bx = (ab)x, dan axy= (ax)y
dimana harga
,.......................................................(5-7)
Dengan mengalikan dan membagi persamaan (5-7) dengan (-1) , maka hasil
persamaan kumulatif produksi untuk hyperbolic decline adalah :
,..........................................................(5-8)
2. Exponential Decline
Jika log rate produksi diplot terhadap waktu maka akan terjadi
straight line (garis lurus) pada kertas semilog, hal ini dinamakan dengan
exponential decline. sering disebut juga sebagai constant percentage
decline yang dicirikan dengan kenyataan bahwa penurunan laju produksi per
satuan waktu adalah sebanding dengan laju produksi. Kurva penurunan yang
konstan ini hanya diperoleh bila exponen decline adalah nol (b=0). Maka
pada exponential decline ini digunakan penggunaan limit sebagai rumusan
matematis (differensiasi fungsi exponensial) , sehingga akan diperoleh :
…………….…...……………(5-9)
dimana : m = Di.t dan n =
Dengan harga m dan n disubstitusikan sehingga persamaannya menjadi :
……...…………………….....…………(5-10)
Secara matematis bentuk kurva penurunannya menjadi sebagai berikut :
,.................................................................
...................(5-11)
Dimana :
q = laju produksi pada waktu t, BOPD.
qi = laju produksi minyak pada saat terjadi decline
(initial), BOPD.
Di = initial nominal decline rate, 1/waktu.
t = waktu, hari.
e = bilangan logaritma (2,718).
Persamaan (5-11) merupakan persamaan untuk menentukan besarnya nominal
decline rate (D). Untuk menentukan besarnya efektif decline rate (De) yaitu
sesuai dengan persamaan dibawah ini:
………………..…..………………….....………...(5-12)
Hubungan antara D dan De ditunjukkan pada persamaan dibawah ini sebagai
contoh diambil waktu pada periode t (misal 1 tahun) dan besar q adalah sama
sehingga persamaan (5-11) dan (5-12) dapat disederhanakan menjadi :
q = q
= qi – qi.De ………………….…………………..........(5-13)
= qi(1 – De)
Nominal decline rate merupakan fungsi dari efektif decline, sehingga :
D = - ln(1 – De)…………………………...…………………..….(5-14)
atau
Efektif decline sebagai fungsi dari nominal decline :
De = 1 – e-D
Untuk menentukan besarnya kumulatif produksi minyak pada setiap waktu
dapat dilihat dalam persamaan dibawah :
,......................................................................
...............(5-15)
Mensubstitusikan persamaan (5-11), untuk harga q :
Mengintegralkan,
=>
Sehingga menghasilkan :
Dimana
,......................................................................
............(5-16)
3. Harmonic Decline
Pada harmonic decline ini penurunan laju produksi persatuan waktu
berbanding lurus terhadap laju produksinya sendiri. Bentuk harmonic curve
merupakan bentuk khusus dari bentuk hyperbolic, yaitu untuk harga b = 1.
Secara matematis bentuk persamaan dari harmonic decline dapat ditulis :
,………….……………………...……………………(5-17)
Harga kumulatif produksi pada hyperbolic decline didapat dari
mengintegrasikan persamaan rate – time :
Mengintergralkan variabel yang sama dan menggunakan rumus intergral :
,......................................................................
.(5-18)
dimana :
sehingga persamaan harmonik decline untuk kumulatif produksi adalah :
…………….......................................……….......(5-19)
Tabel V-I, meringkas hubungan tiga tipe dari kurva decline.
Tabel V-1.
Persamaan-persamaan Decline Curve 5)
3. Teknik Ekstrapolasi Data
Metode decline curve ini dilakukan dengan cara mengekstrapolasi
perilaku produksi yang lalu sehingga sama dengan kecenderungan (trend)
perilaku dimasa mendatang, untuk itu diperlukan kurva-kurva yang sesuai.
Ada 3 (tiga) teknik guna mendapatkan dan menentukan harga exponen
declinenya (b), yaitu:
1. Metode Loss-Ratio (Arps)
2. Metode Trial-Error
3. Metode X2- Chi Square
5.3.1. Metode Loss-Ratio (Arps)
Arps J.J. (1944) mengembangkan teknik ekstrapolasi kurva decline
dengan menggunakan metode loss-ratio (a). Loss-ratio didefinisikan sebagai
laju produksi pada akhir periode waktu produksi dibagi dengan kehilangan
produksi (loss) produksi selama periode tersebut, yaitu merupakan kebalikan
dari decline rate q/Δq/Δt dan digunakan dalam bentuk tabulasi untuk
keperluan ekstrapolasi dan identifikasi daripada jenis decline. Pada
constant-precentage decline, loss-rationya adalah konstan, sedangkan pada
hyperbolic decline, penurunan pertama dari loss-ratio adalah konstan dan
sebanding dengan eksponen declinenya (b). Pada harmonik decline turunan
pertama daripada loss-ratio adalah konstan dan sebanding dengan 1.
Langkah-langkah perhitungan eksponen decline (b) dengan metode loss
ratio adalah sebagai berikut:
1. Buat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), Δt, qo, Δqo, a (loss
ratio), a, dan b (exponen decline).
2. Untuk kolom t (month), perhitungan :
t = t0 - t1
3 Untuk kolom q (bbl/month), perhitungan :
qn = q0 – q1
4. Untuk kolom a (loss ratio), perhitungan :
an = -
5. Untuk kolom Δa, perhitungan :
Δan = a2 - a1
6. Untuk kolom b (exponen decline), perhitungan :
bn =
7. Ulangi prosedur perhitungan pada langkah 3 sampai langkah 6 untuk
menghitung data-data selanjutnya.
8. Kemudian untuk penentuan jenis kurva yaitu :
5.3.2. Metode Trial-Error
Metode Trial-Error adalah salah satu cara untuk menyelaraskan data-
data kurva hyperbolic, dimana akan lebih cepat dan praktis bila menggunakan
bantuan komputer atau spreadsheet. Penentuan nilai b (exponen decline)
dengan menggunakan metode Trial and error, prosedur perhitungannya sebagai
berikut:
1. Buat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), Δt, qo, Δqo, D (rate of
decline), incremental recovery dan Np (produksi kumulatif).
2. Untuk kolom t (month), perhitungan :
t = t0 - t1
3. Untuk kolom q (bbl/month), perhitungan :
qn = q0 – q1
4. Untuk kolom D (1/month), perhitungan :
Dn =
5. Untuk kolom incremental recovery (bbl), perhitungan :
(Incremental recovery)n = (qo) ( t)
6. Untuk kolom Np (bbl), perhitungan :
(Np)n = (incremental recovery)n
(Np)n+1 = (incremental recovery)n + (incremental recovery)1
7. Ulangi prosedur perhitungan pada langkah 3 sampai langkah 6 untuk
menghitung data-data selanjutnya.
8. Kemudian ambil harga pada kondisi yaitu :
q1 (pada awal produksi) dan t1 (waktu mulai produksi) dan q2 (pada
akhir produksi) dan t2 (waktu akhir produksi) kemudian harga ΔNp
(kumulatif produksi) pada tabulasi.
9. Perkirakan harga b dengan memplot harga X dan Y diplot ke grafik
semilog, (dimana harga estimasi bisa didapat dari kurva Gentry pada
Gambar 5.2. dan Gambar 5.3.), dimana harga b ini merupakan harga b
awal untuk perhitungan:
a. X = dan Y = ,any time on decline.
atau
b. X = (Di t) dan Y = ,any time on decline.
dimana : Di =
Gambar 5.2.
Hubungan Antara Laju Produksi Dan Kumulatif Produksi 5)
\
Gambar 5.3.
Hubungan Antara Laju Produksi Dan Waktu 5)
10. Harga b pada langkah 9 bukanlah harga yang paling fit untuk mewakili
titik-titik data yang sedang dianalisa, maka perlu pertimbangan yaitu
mengasumsi harga b dari 0 sampai 1 untuk menghitung harga q yang
mendekati qactual. Hitung harga D dan q(t) dengan rumus :
Jika nilai b = 0, maka persamaannya:
Di = , dan qt= qi. e-D.t, bbl/month.
Jika nilai b dari 0.1 sampai 0.9, maka persamaannya:
, 1/month dan ,bbl / month.
Jika nilai b = 1, maka persamaannya:
Di = , qt = , bbl /month.
3. Metode X2 Chisquare
Metode trial and error tidak cukup untuk menghitung nilai b, maka
digunakan metode X2 Chi-Square. Pada metode ini memperkirakan harga qo pada
asumsi berbagai macam harga b, dan kemudian menentukan selisih terkecil
dari qactual dengan qforecast yang sudah dihitung sebelumnya. Prosedur
perhitungannya sebagai berikut :
1. Buat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), qo actual, kemudian qo
forecast serta D (rate of decline) dengan berbagai harga b, dan terakhir
X2 (selisih antara qo actual dengan qo forecast).
2. Asumsikan harga b mulai 0 sampai 1 (b = 0 untuk exponential, b = 0,1 –
0,9 untuk hyperbolic, b = 1 untuk harmonic).
3. Hitung Di dengan perumpamaan :
Pada b = 0, hitung Di :
D =
Pada b = 0.1 – 0.9, hitung Di :
Pada b = 1, hitung Di :
D =
4. Hitung qo forecast yaitu :
Pada b = 0, hitung qo forecast :
qn = qi e-D.t
Pada b = 0.1 – 0.9, hitung qo forecast :
qn = qi (1+b D.t)-1/b
Pada b = 1, hitung qo forecast :
qn = qi (1 + D.t)-1
dimana untuk harga qi = harga qo actual, harga D didapat dari langkah 3
dan harga dari t = t.
5. Hitung X2 (selisih antara qo actual dengan qo forecast) dengan
menggunakan rumus Chi-Square Test, seperti persamaan dibawah ini:
dimana :
fi = data laju produksi observasi (aktual), bbl/month.
Fi = data laju produksi forecast (perkiraan), bbl/month.
untuk setiap harga dari :
b = 0
o b = 0.1 – 0.9
o b = 1
6. Ulangi prosedur perhitungan pada langkah 3 sampai langkah 5 untuk
menghitung data-data selanjutnya.
7. Tentukan Σ harga X2 yang paling kecil. Harga X2 yang paling kecil
menunjukkan kurva yang paling fit untuk mewakili titik-titik data yang
sedang dianalisa dengan harga :
Exponential Decline : b = 0
Hyperbolic Decline : b > 0, b 1
Harmonic Decline : b =1
5.4. Penentuan Economic Limit Rate
Economic Limit Rate adalah batas dimana laju produksi minyak yang
dihasilkan akan memberikan penghasilan bersih yang besarnya sama dengan
biaya operasional yang dikeluarkan untuk segala keperluan sumur atau
lapangan yang bersangkutan. Jadi besarnya economic limit rate tergantung
dari selisih antara biaya yang dikeluarkan atau biaya operasional dengan
harga Crude Oil yang dihasilkan. Maka makin besar selisihnya, maka semakin
besar harga economic limit rate-nya. Selanjutnya untuk mendapatkan
perhitungan besarnya economic limit rate, maka akan dibahas mengenai dua
hal, yaitu: perhitungan biaya operasional dan harga minyak.
1. Perhitungan Biaya Operasional
Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk semua
keperluan mulai dari pembuatan sumur, pengangkatan minyak dari dalam sumur
kepermukaan hingga minyak tersebut sampai ke tempat penampungannya. Jadi
seluruh biaya operasional lapangan pada suatu reservoir minyak akan
dibebankan kepada sumur-sumur yang produktif (menghasilkan minyak), yang
besarnya bervariasi dengan kedalaman sumur, jumlah sumur pada lapangan
atau reservoir yang bersangkutan, tipe fluida yang diproduksikan, metode
produksinya, perawatan sumur dan lain-lain.
Adapun besarnya biaya operasional keseluruhan sumur-sumur dari suatu
lapangan dalam satu tahun, secara garis besar dapat dibagi menjadi:
1. Personal cost.
2. Over head Cost.
3. Other Cost, yang terdiri dari biaya antara lain:
Material
Kontrak
Perawatan
Uang Bonus
Dan lain-lain.
2. Harga Minyak
Harga minyak dihitung menurut harga standar yang berlaku saat itu. Dan
harga minyak akan ikut menentukan besarnya harga economic limit rate.
Penentuan besarnya harga economic limit rate dapat ditentukan dengan
persamaan:
atau dengan persamaan:
ql (economic limit rate, bbl/day) =
Dimana:
OPC = Monthly operating cost, ($/month)
WI = Working Interest
PTR = Production Tax Rate
SP = Sales Price, $/BBL
NRI = Net Revenue Interest
D = Rate of Decline, 1/time.
5.5. Perhitungan Cadangan Minyak Sisa
5.5.1. Penentuan Jenis Tipe Decline Curve
Tahap awal analisa decline curve adalah menentukan harga eksponen
decline (b) dari data laju produksi dan waktu. Jika b = 0, Exponential
Decline; b > 0, b 1, Hyperbolic Decline; b =1, Harmonic Decline. Dari
hasil perhitungan dan grafik yang diperoleh maka akan dapat ditentukan
jenis tipe decline curve-nya untuk perhitungan selanjutnya.
5.5.2. Penentuan Waktu untuk Pengambilan Cadangan Minyak Sisa
Penentuan waktu yang diperlukan untuk pengambilan cadangan minyak
sisa sampai batas ekonomisnya, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
secara perhitungan dan grafis.
5.5.2.1. Secara Perhitungan dengan Rumus
Setelah diketahui tipe decline curve dari reservoir yang dikaji, maka
penentuan waktu yang diperlukan untuk pengambilan cadangan minyak sisa
dapat dihitung dengan persamaan dari tiap-tiap tipe decline curve:
Jika tipe Exponential Decline (b = 0),
Jika tipe Hyperbolic Decline (b > 0, b 1) ,
Jika tipe Harmonic decline (b = 1) ,
Dimana:
qi = laju produksi minyak awal pada saat dilakukan analisa decline,
Bbl/day atau Bbl/Bulan.
q = Economic Limit Rate,Bbl/day.
b = Eksponen Decline
Di = Decline Rate, 1/time
t = Waktu untuk pengambilan Cadangan minyak sisa, bulan atau hari.
5.5.2.2. Secara Grafis Antara Laju Produksi Versus Waktu
Penentuan waktu yang diperlukan untuk pengambilan cadangan
minyak sisa secara grafis dapat diperoleh dari plotting antara laju
produksi versus waktu yang dibuat pada kertas semilog seperti pada Gambar
5.4. Dari grafik tersebut kemudian ditarik garis lurus (ekstrapolasi)
diatas titik-titik data sampai berpotongan pada garis economic limit rate-
nya. Dari hasil perpotongan ini akan diperoleh suatu titik yang menunjukkan
waktu yang diperlukan untuk pengambilan cadangan sampai batas ekonomisnya.
Gambar 5.4.
Contoh grafik Plot antara Laju Produksi dengan Waktu 6)
5.5.3. Penentuan Ultimate Recovery dan Recovery Factor
Penentuan ultimate recovery (UR) dilakukan untuk memperkirakan
besarnya cadangan minyak yang dapat diproduksikan sampai batas ekonomisnya.
Dan hal ini perlu dilakukan secara periodik, sehingga dapat digunakan
sebagai dasar untuk pengembangan lapangan ataupun untuk mengetahui kapan
suatu lapangan minyak atau reservoir harus ditinggalkan karena dianggap
sudah tidak produktif lagi.
Ultimate recovery adalah jumlah keseluruhan (kumulatif) minyak
yang akan dapat diproduksikan sampai batas ekonomisnya (abandont). Dengan
demikian ultimate recovery merupakan akumalasi antara kumulatif produksi
minyak yang sudah diperoleh () dengan kumulatif produksi minyak yang
akan datang sampai batas ekonomisnya . Untuk penentuan
menggunakan persamaan yang sesuai dengan tipe Decline Curve. Persamaan-
persamaannya sebagai berikut:
Tipe Exponential Decline:
Tipe Hyperbolic Decline:
Tipe Harmonic Decline:
Estimated Ultimate Recovery (EUR) = +
Penentuan EUR dari grafik plot antara laju produksi minyak (qo)
versus produksi kumulatif minyak (Np), dapat dilihat seperti pada Gambar
5.5. EUR didapat dari perpotongan antara q limit dengan trend line dari
grafik plot qo vs Np.
Gambar.5.5.
Contoh Grafik Plot antara Laju Produksi Minyak (qo) dengan Produksi
Kumulatif Minyak (Np) 6)
Recovery factor (RF) adalah angka perbandingan antara hidrokarbon yang
dapat diproduksikan (recoverable reserve) dengan jumlah minyak mula-mula di
tempat (Ni) dalam suatu reservoir. Dengan persamaan:
RF = x 100 %
Cadangan Sisa (Remaining Reserve) adalah jumlah cadangan yang dapat
diambil, yang masih tertinggal dalam reservoir atau belum
diproduksikan.Dapat dihitung dengan persamaan:
Remaining Reserve (RR) = EUR –
VI. METODOLOGI
Metode yang digunakan untuk menghitung cadangan minyak sisa dari suatu
reservoir adalah salah satunya menggunakan metode decline curve. Metode
decline curve memerlukan data produksi (q, Np) dan waktu, yang berarti
hanya dapat diaplikasikan pada lapangan yang telah berproduksi sekian waktu
tertentu. Metodologi penulisan sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah mula-mula minyak ditempat (OOIP) dengan menggunakan
metode Volumetrik.
2. Membuat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), t, qo(Bbl/D), qo
(Bbl/M), qo, D (rate of decline, 1/time), dan Np (produksi kumulatif
minyak, STB).
3. Menentukan jenis tipe Decline Curve berdasarkan nilai eksponen decline-
nya (b).
4. Menentukan harga Economic Limit Rate.
5. Menentukan waktu untuk pengambilan cadangan minyak sisa.
6. Menentukan Ultimate Recovery dan Recovery Factor dari reservoir yang
dikaji.
7. Menghitung cadangan minyak sisa (Remaining Reserve) dari reservoir yang
dikaji.
VII. DATA YANG DIBUTUHKAN
Peta Net Oil Isopach
Porositas (Ф)
Saturasi Air (Sw)
Faktor Volume formasi Minyak (Boi)
Data Produksi ( q, t dan Np)
VII. KESIMPULAN SEMENTARA
1. Cadangan minyak mula-mula ditempat pada reservoir "X" Lapangan "Y"
dapat diperhitungkan dengan menggunakan metode Volumetris.
2. Perkiraan cadangan minyak sisa pada reservoir "X" Lapangan "Y"
dilakukan dengan metode Decline Curve berdasarkan nilai eksponen
decline-nya (b).
VII. RENCANA DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
RINGKASAN
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN
1. Letak Geografis
2. Keadaan Geologi
1. Stratigrafi
2. Struktur
3. Sejarah Singkat Lapangan
4. Perkembangan Produksi Lapangan
BAB III. TEORI DASAR METODE DECLINE CURVE
1. Analisa Decline Curve
2. Laju Decline
3. Exponential Decline Curve
1. Grafik Rate Produksi versus Waktu
2. Grafik Rate Produksi versus Produksi Kumulatif
4. Hyperbolic Decline Curve
1. Grafik Rate Produksi versus Waktu
2. Grafik Rate Produksi versus Produksi Kumulatif
5. Harmonic Decline Curve
1. Grafik Rate Produksi versus Waktu
2. Grafik Rate Produksi versus Produksi Kumulatif
6. Teknik Ekstrapolasi Data
1. Metode Loss –Ratio (Arps)
2. Metode Trial-Error
3. Metode X2 Chisquare
BAB IV. PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK SISA
MENGGUNAKAN METODE DECLINE CURVE
1. Penentuan Jumlah Original Oil In Place (OOIP)
1. Penentuan Volume Bulk Batuan (Vb)
2. Penentuan Jumlah OOIP
2. Penentuan Economic Limit
1. Biaya Operasional Lapangan
2. Harga Minyak
3. Penentuan Harga Economic Limit
3. Penentuan Besarnya Cadangan Minyak Sisa
1. Penentuan Nilai Exponen Decline (b)
2. Penentuan Jenis Decline Curve
3. Penentuan Waktu untuk Pengambilan Cadangan sisa
1. Perhitungan berdasarkan rumus
2. Secara grafis antara Rate Produksi(qo)
versus t
3. Secara grafis antara Rate Produksi(qo)
versus Np
4. Penentuan Ultimate Recovery dan Recovery Factor
5. Perhitungan Cadangan Minyak Sisa
BAB V. PEMBAHASAN
BAB VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Amyx, J.W., Pass, M.D and Whiting,R.I. , "Petroleum Reservoir
Engineering", Me. Graw Hill Book Company, New York, 1960.
2. Arps. J.J.,: "Analysis Decline Curve", Trans. AIME, Volume 160, 1960.
3. Chikoku, "Natural Gas Reservoir Engineering", the Pensylvania State
University, Canada, 1984.
4. McKinney Paul D, Ahmed Tarek " Advanced Reservoir Engineering", gulf
Professional Publishing, Elsevier, USA, 2005.
5. Thompson, RS.," Oil Property Evaluation ", Thompson-wright
Associates, Colorado,2nd edition,1985.
6. Wibowo Agus D, Tugas Akhir,"Evaluasi Cadangan Minyak Sisa dengan
Metode Decline Curve Pada Reservoir Lapisan D1 Blok III Struktur
Jatibarang DO PERTAMINA Karangampel", UPN "Veteran" Yogyakarta, 2002.