PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL K ONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VIII MTs. MUHAMMADIYAH I KOTA SORONG – PAPUA BARAT
Disusun Oleh :
AYU EKA MEILIAWATI MEILIAWATI NIM : 12310720011005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH MUHAMMADIYAH SORONG TAHUN 2014
Page 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan proposal ini sesuai waktu yang ditentukan. Penyelesaian proposal yang berjudul BELAJAR
MATEMATIKA
“
PENINGKATAN HASIL
MELALUI
PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VIII MTs. MUHAMMADIYAH I KOTA SORONG – PAPUA BARAT” disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Penelitian Pendidikan Matematika semester VII tahun 2014. Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas proposal ini. Semoga proposal ini memberikan manfaat bagi para pembaca.
Sorong, Desember 2014
Penulis
Page 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan proposal ini sesuai waktu yang ditentukan. Penyelesaian proposal yang berjudul BELAJAR
MATEMATIKA
“
PENINGKATAN HASIL
MELALUI
PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VIII MTs. MUHAMMADIYAH I KOTA SORONG – PAPUA BARAT” disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Penelitian Pendidikan Matematika semester VII tahun 2014. Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas proposal ini. Semoga proposal ini memberikan manfaat bagi para pembaca.
Sorong, Desember 2014
Penulis
Page 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................. PENGANTAR............................................. ................................ .................................... ......................... ..... .2 DAFTAR ISI.......................................... ISI......................................................... ................................ ................................... .......................... ........ .3 BAB I PENDAHULUAN....................... PENDAHULUAN.............................................. ........................................... ................................. ............. .4 A. Latar belakang............................. belakang................................................. ................................... ................................... ...................... .. .4 B. Rumusan Masalah........................ Masalah............................................ ........................................ ..................................... ..................6 C. Cara Pemecahan Masalah......................... Masalah.......................................... ..................................... ........................... ....... .6 D. Tujuan Penelitian...................................... Penelitian..................................................... ................................... ............................. ......... .6 E. Ruang Lingkup........................... Lingkup........................................................ ................................................. ............................. ......... .7 F. Manfaat Penelitian................................ Penelitian................................................... ..................................... ............................. ........... .7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................. PUSTAKA.................................................. ...................................... .................. .9 A. Kajian Teori.......................................... Teori............................................................ ................................... .............................. ............. .9 B. Hipotesis Tindakan................................. Tindakan.................................................. ..................................... ............................. ......... .27 BAB III METODE PENELITIAN.......... PENELITIAN........................... ............................................... ...................................... ........ .28 A. Metode dan Desain Penelitian........................... Penelitian............................................... ................................... ............... .28 B. Subjek Penelitian........................... Penelitian............................................. ...................................... ..................................... ................. .29 C. Faktor – Faktor – Faktor Faktor yang akan diselidiki..................... d iselidiki....................................... ............................... ............. .29 D. Prosedur Penelitian................................... Penelitian.................................................... ................................... ........................... ......... .30 E. Teknik Pengumpulan Data.................. Dat a...................................... ..................................... ............................. ............ .30 F. Cara Pengambilan Dat a...................................... a....................................................... .................................. ................. .31 G. Teknik Analisis Data.......................................... Data........................................................... .................................. ................. .31 H. Indikator Keberhasilan............................... Keberhasilan................................................. ...................................... ......................... ......31 DAFTAR PUSTAKA.............................. PUSTAKA................................................ ...................................... ...................................... .................... .33
Page 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar matematika khususnya pokok relasi dan fungsi. Selain itu siswa tidak terampil mengkonstruksi atau meningkatkan konsep-konsep relasi dan fungsi yang dipelajari dengan hal-hal yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitarnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia. Sebuah bangsa yang besar bukanlah bangsa yang banyak penduduknya, tetapi bangsa yang besar adalah jika elemen masyarakatnya berpendidikan dan mampu memajukan negaranya. Pendidikan adalah kunci semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi kompetensi yang beragam, harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting bagi manusia karena pendidikan itu menyangkut kelangsungan hidup bagi manusia. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada dalam jenjang pendidikan dasar maupun menengah merupakan sarana berpikir ilmiah dan memberikan sumbangan yang besar pada ilmu fisik maupun ilmu-ilmu
Page 4
lainnya. Maka kualitas pengajaran matematika disetiap jenjang pendidikan perlu mendapatkan perhatian. Kualitas pengajaran dapat dilihat dari tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Dalam pengajaran matematika, guru seharusnya tidak mendominasi kelas dan pengajaran terpusat pada siswa, agar siswa aktif, gembira dan senang matematika. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan anggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan serta membuat pusing. Matematika diajarkan pada dasarnya bertujuan untuk membantu melatih pola pikir siswa agar dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis, cepat dan tepat. Siswa diharapkan benar-benar aktif dalam belajar, sebab dengan belajar aktif dapat menyimpan ingatan siswa mengenai apa yang dipelajari tersebut lebih lama dibandingkan belajar pasif. Belajar matematika tidak hanya mendengarkan guru menerangkan di depan kelas saja, tetapi diperlukan banyak latihan untuk mengembangkan keaktifan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari - hari, sehingga siswa tidak hanya bersikap pasif, menerima dan menelan begitu saja materi yang telah diberikan oleh guru. Dengan pembelajaran kontekstual ini, siswa diharapkan lebih mampu berfikir dengan bijak hubungan antara ilmu matematika yang diperoleh disekolah dengan hal – hal yang ada disekitar mereka. Peran guru sebagai instruktur yang memacu aktivitas fisik siswa untuk berdiri, bercakap-cakap, memerankan berbagai proses, mempertunjukkan benda sebagai objek atau terlibat dalam aktivitas langsung.
Page 5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah : “Apakah hasil belajar matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi bagi siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah I Kota Sorong dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kontekstual ?”
C. Cara Pemecahan Masalah
Masalah rendahnya hasil belajar matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi bagi siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah I Kota Sorong akan ditingkatkan dengan cara melaksanakan kontekstual, yang akan dilengkapi dengan instrument lembar observasi aktivitas siswa (LOAS).
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan bagi guru dan siswa untuk lebih memberdayakan pendekatan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini :
Page 6
Untuk mengetahui pembelajaran melalui pendekatan kontekstual pada pokok bahasan relasi dan
fungsi bagi siswa kelas VIII MTs.
Muhammadiyah I Kota Sorong.
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini akan dilaksanakan disatu sekolah yakni MTs. Muhammadiyah I Kota Sorong yang difokuskan pada siswa kelas VIII Semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 dan berkaitan materi pelajaran khususnya pokok bahasan relasi dan fungsi.
F.
Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan bermanfaat bagi : 1. MTs. Muhammadiyah I Kota Sorong Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu acuan pembelajaran di sekolah yang dapat dipakai untuk meningkatkan hasil belajar seluruh siswa di MTs. Muhammadiyah I Kota Sorong maupun sekolah lain yang ada di Papua Barat.
2. Guru Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat digunakan bagi salah satu alterntif pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika yang dirasa masih kurang memadai.
Page 7
3. Siswa Melalui penelitian ini diharapkan akan dapat berkaitan dan berinteraksi dengan kelompoknya serta mampu mengkonstruksikan (mengaitkan) materi pembelajaran matematika dengan materi pelajaran lain maupun dengan masalah yang dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari.
4. Bagi peneliti Hasil penelitian yang akan diperoleh diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti itu sendiri.
Page 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Matematika Istilah mathematica,
mathematics yang
(Inggris)
mulanya
berasal
diambil
dari
dari
perkataan
perkataan
latin
Yunani,
mathematike, yang berarti “relation to learning ”. Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir. Menurut Reys dalam Suherman (2003:17) bahwa “Matematika adalah telaah mengenai pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat”. Menurut Hudoyo dalam Nurmiati (2009:9) bahwa “Matematika merupakan
gagasan terstruktur yang hubungan-hubungannya diatur
secara logis dan bersifat sangat abstrak yaitu berkenaan dengan konsepkonsep abstrak dan penalarannya deduktif”. Berdasarkan uraian matematika di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah telaah mengenai pola dan hubungan yang diatur secara logis dan bersifat abstrak.
2. Pengertian Matematika Sekolah Mengajarkan matematika tidaklah mudah, oleh karena itu tidak dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Menurut Soedjadi
Page 9
dalam Syarif (2009) bahwa “Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan”. Pendapat lain mengenai pengertian matematika sekolah yang dikemukakan oleh Suherman (2003:55) bahwa “Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLTP) dan Pendidikan Menengah (SLTA dan SMK)”. Fungsinya yaitu sebagai alat, pola pikir dan ilmu pengetahuan. Sedangkan tujuan pembelajaran matematika di sekolah mengacu pada tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam GBHN. Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum diberikannya matematika pada pendidikan dasar dan menengah yaitu : a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien. b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika
dalam
kehidupan
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Page 10
sehari-hari
dan
dalam
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilih dan diajarkan di pendidikan dasar dan menengah.
3. Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Menurut Muslich (2008:163) “Belajar pada hakikatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan dan kepandaian”. Pendapat lain mengenai pengertian belajar dikemukakan oleh Gagne. Menurut Gagne dalam Riyanto (2010:5) bahwa “Be lajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pert umbuhan”. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:9) berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu perilaku, pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun”. Pengertian belajar yang dikemukakan oleh Surya dalam Sudrajat (2010) bahwa “Belajar dapat diartik an sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru
Page 11
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi pada diri seseorang untuk memperoleh perubahan perilaku.
4. Pengertian Prestasi Belajar Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan. Menurut Poerwadarmita, dalam Putri (2010) bahwa prestasi adalah “Apa yang telah dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja”. Akibat terjadinya proses belajar pada diri seseorang adalah terjadinya perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan (domain) kognitif, afektif maupun psikomotorik. Perubahan perilaku sebagai akibat terjadinya proses belajar disebut hasil belajar atau prestasi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu : a. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar). Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain
Page 12
yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya. b. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar) Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan,
penanaman
konsep
dan
keterampilan,
dan
pembentukan sikap. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan, keterampilan atau capaian yang diperoleh peserta didik dari hasil pekerjaan yang diperolehnya melalui pengalaman belajar.
5. Pengertian Keaktifan Belajar Keaktifan
belajar
pada
prinsipnya
adalah
belajar
berbuat,
mengubah tingkah laku. Jadi tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran. Selain itu, keaktifan siswa ditandai pula dengan berusaha mencari berbagai
informasi
yang
diperlukan
Page 13
untuk
pemecahan
masalah,
melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, menilai kemampuan
dirinya
dan
hasil-hasil
yang
sejenis,
kesempatan
menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Silberman dalam Badrujaman dan Dede (2010:78) menyatakan bahwa “Pembelajaran yang baik atau efektif adalah pembelajaran yang dapat membuat siswa dapat terlibat secara aktif”. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan
belajar
adalah
suatu
aktivitas
belajar
mengajar
yang
menekankan agar siswa dapat mengembangkan pengetahuannya guna memperoleh hasil belajar yang baik.
6. Pembelajaran kontekstual Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajarn dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh John Dewey tahun 1916 (Masnur Muslich, 2007: 41).
Page 14
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2003:1). Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual menghadapkan siswa dengan dunia nyata (real world) di mana mereka berada. Sehingga materi-materi yang mereka pelajari bukan hanya menjadi bayangan dalam pikiran mereka. Siswa dalam kelas kontekstual akan mengalami sendiri kegiatan belajar dan kaitannya dengan apa yang mereka pelajari. Siswa diajak untuk berpikir, bukan sekedar menerima apa kata guru. Siswa mwnjadi subjek dalam kelas kontekstual, artinya pusat dari proses pembelajaran adalah siswa sehingga harus aktif, kritis, dan kreatif menemukan sendiri pengetahuan dan pengalaman baru yang akan memberikan manfaat bagi mereka. Siswa duduk manis mendengarkan ceramah guru tidak berlaku dalam kelas kontekstual. Pembelajaran
dengan
pendekatan
kontekstual
memiliki
karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan lain. Dalam pembelajaran kontekstual ada kerjasama antar siswa, antara siswa dengan guru sebagai fasilitator dan motivator. Karakteristik yang kedua yaitu saling menunjang dalam kegiatan pembalajaran, menyenangkan dan tidak membosankan sehingga siswa lebih bergairah dalam belajar. Kelas kontekstual juga merupakan kelas
Page 15
yang terintegrasi, materi pembelajaran menggunakan beberapa sumber bukan satu sumber saja. Ada kecendurungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebuh baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakana jika anak “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali dan memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Guru memberikan aperesepsi dengan memberikan gambaran halhal yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan bangun ruang. Dalam hal ini pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen (Depdinas, 2003:10) yaitu: a. Konstruktivisme (Constructivisme) Konstruktivisme
merupakan
landasan
berpikir
(filosofit)
pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. b. Menemukan (Inquiry) Inkuiry pada dasarnya adalah suatu ide yang kompleks, yang berarti banyak hal, bagi banyak orang, dalam banyak konteks.
Page 16
c. Bertanya (Questioning) Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis pemodelan, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dari model yang ada, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang dipelajari yaitu bangun ruang sisi lengkung. d. Masyarakat Belajar (Learning Community) Siswa
dibagi
dalam
kelompok-kelompok
yang
anggotanya
heterogen, yang pandai pelajari yang lemah, yang tahu member tahu yang belum tahu dan seterusnya. Pada penelitian ini siswa dibentuk kelompok-kelompok, hasil belajar dapat diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. e. Pemodelan (Modeling) Pemodelan
adalah
suatu
pembelajaran
keterampilan
atau
pengetahuan, ada model yang bisa ditiru. Model yang digunakan pada meteri bangun ruang sisi lengkung ini adalah model-model alat peraga yang berbentuk contoh-contoh bangun ruang. f. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang harus dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima.
Page 17
g. Penialaian yang sebenarnya (Authentic Assesment) Penilaian yang sebenarnya adalah prosedur penilaian pada pembelajaran kontekstual pula, yaitu proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Sebuah kelas dikatakan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen itu tidak sulit karena CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja,
bidang studi apa saja dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya (Depdiknas, 2003:10). Karakteristik pembelajaran kontekstual antara lain : 1. Kerjasama 2. Saling menunjang 3. Menyenangkan, tidak membosankan 4. Belajar dengan bergairah 5. Pembelajaran terintegrasi 6. Menggunakan berbagai sumber 7. Siswa aktif 8. Dinding kelas penuh dengan hasil karya siswa 9. Sharing dengan teman 10. Siswa kritis, guru kreatif 11. Laporan kepada orang tua bukan hanya nilai raport, tetapi hasil karya laporan hasil pratikum dan lain-lain. Penerapan model pembelajaran CTL yang dilakukan oleh guru di kelas, memiliki langkah-langkah pembelajaran. Sebagaimana dijabarkan
Page 18
oleh Depdiknas (3003:10) secara garis besar langkah-langkah adalah sebagai berikut : 1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstuksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk se mua topik 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4. Ciptakan suasana belajar dalam kelompok-kelompok 5. Hadirkan model/media sebagai cintoh pembelajaran 6. Lakukan refleksi diakhiri pertemuan dan penilaian sebenarnya dengan berbagai cara. Dalam pembelajaran kontekstual hal-hal yang bisa digunakan sebagai
dasar
menilai
hasil
belajar
siswa
adalah
:
proyek
kegiatan/laporan, PR, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, jurnal, hasil tes tertulis dan karya tulis. Dengan penilaian yang sebenarnya siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara, salah satunya adalah tes tertulis sebagai sumber data untuk melihat kamampuan/prestasi siswa. Blanchard (2001) memandang pembelajaran kontekstual sebagai suatu konsepsi yang membantu guru menghubungkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia nyata yang berguna untuk memotivasi peserta didik dalam membuat hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan
Page 19
kehidupannya sebagai anggota keluarga, masyarakat dan lingkuan kerja. Dengan demikian inti pembelajaran kontekstual adalah melibatkan situasi dunia nyata sebagai sumber maupun terapan materi pelajaran. Dalam pembelajaran kontekstual dapat didefinisikan enam elemen kunci yaitu : a.
Belajar bermakna merupakan pemahaman, relevansi pribadi dan penilaian seorang pembelajar yang melekat pada isi yang dipelajari. Belajar dirasakan sebagai suatu kebutuhan yang sesuai dengan kehidupan.
b.
Aplikasi pengetahuan Kemampuan untuk mengetahui bagaimana sesuatu yang t elah dipelajari pada situasi dan fungsi lain di masa depan.
c.
Berpikir tingkat tinggi Pembelajaran diminta untuk berpikir kritis dan kreatif dalam pengumpulan data, pemahaman terhadap isu-isu atau memecahkan masalah.
d.
Kurikulum yang berkaitan dengan standar Isi pengajaran berkaitan dengan suatu keluasan dan jangkauan bermacam standar lokal, wilayah bagian, nasional dan perusahan atau industri.
e.
Respon terhadap budaya Pendidik harus memahami dan menghargai nilai-nilai, kepercayaan dan adat-istiadat peserta didik, sesama pendidik, dan masyarakat
Page 20
sekitar. Berbagai macam budaya individu maupun kelompok mempengaruhi belajar. Budaya-budaya dan hubungan antar budaya mempengaruhi bagaimana pendidik mengajarkannya. Sedikitnya ada empat perspektif yang harus dipertimbangkan, yaitu individu pembelajaran, kelompok pembelajaran (dalam kelas), situasi sekolah, dan situasi masyarakat yang lebih luas. f.
Penilaian autentik Penggunaan berbagai strategi penilaian yang menunjukan hasil nyata dari pembelajaran secara valid sangat diharapkan. Penilaian tersebut meliputi kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek peserta didik yang menggunakan portofolio, rubrik, dan pe tunjuk observasi. Penilaian tersebut sebaiknya melibatkan pesert a didik menjadi peserta yang aktif dalam penilaian belajarnya sendiri dan menggunakan setiap penilaian tersebut untuk meningkatkan kemampuan menulisnya Menurut Zahorik (Depdiknas, 2003: 7) ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual, yaitu : a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge). b. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
Page 21
c. Pemahaman pengetahuan (understading knowledge), yaitu dengan cara menyusun : 1. Konsep sementara (hipotesis) 2. Melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu. 3. Konsep tersebut direvisi dan dikembangkan. d. Mempraktekkan knowledge).
pengetahuan
Melakukan
dan
refleksi
pengalaman (reflekting
(applying knowledge)
terhadap strategi pengembangan pengetahuan. 7. Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi Relasi
Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu aturan yang memasangkan anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B. Relasi dapat dinyatakan dengan cara: a. Diagram Panah
b. Diagram Cartesius
Page 22
c. Himpunan Pasangan Berurutan {(Aldi,Basket),(Roni,Basket),(Roni,Voli),(Bimo,Basket),(Bimo,Voli), (Bimo,Tenis), (Edo,Tenis)} Fungsi
Fungsi atau pemetaan dari himpunan A ke B adalah relasi khusus yang memasangkan setiap anggota A dengan tepat satu pada anggota B. Fungsi dapat dinyatakan dengan cara:; a. Diagram Panah
b. Diagram Cartesius
c. Himpunan Pasangan Berurutan {(Aldi,Bola),(Roni,Voli),(Bimo,Basket)} Ciri-ciri Fungsi : a. Setiap anggota A mempunyai pasangan di B. b. Setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu anggota B.
Page 23
Diagram diatas menggambarkan fungsi yang memetakan x anggota himpunan A ke y anggota B. notasi fungsinya dapat di tulis
Dibaca “ fungsi f memetakan x anggota A ke y anggota B” Himpunan A disebut domain (daerah asal). Himpunan B disebut kodomain (daerah kawan). Himpunan C disebut range (daerah hasil). Banyak F ungsi
Jika A={a, b, c} dan B = {1, 2} untuk menentukan banyak fungsi dari n(A) himpunan A ke himpunan B adalah n(B) . Jika A={a, b, c} dan B = {1, 2} untuk menentukan banyak fungsi dari n(B) himpunan B ke himpunan A adalah n(A) . Kor espondensi satu – satu
Enam orang siswa bermain bola voli dengan nomor punggung 301 – 306. Ternyata Bonar bernomor punggung 301; Asti bernomor punggung 302; Reni bernomor punggung 303; Asep bernomor punggung 304; Buyung bernomor punggung 305; Beta bernomor punggung 306. Selanjutnya, jika kita misalkan A = {Bonar, Asti, Reni, Asep, Buyung, Beta} dan B = {301, 302, 303, 304, 305, 306} maka “bernomor punggung” adalah relasi dari A ke B.
Page 24
Relasi “bernomor punggung” dari himpunan A ke himpunan B pada kasus di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram panah berikut.
Banyak korespondensi satu – satu adalah n! = n x (n – 1) x (n – 2) x ... x3x2x1 Notasi
fungsi f memetakan setiap x anggota himpunan A ke y anggota himpunan B notasi untuk fungsi tersebut adalah dengan : f = nama fungsi x = anggota daerah asal ax+b = bayangan dari x bisa juga dan bilangan real, maka: Bayangan oleh dapat dinyatakan dengan Bentuk disebut bentuk rumus fungsi M enghitung Ni lai f ungsi
, maka fungsi f dapat Jika fungsinf memetakan dinyatakan dalam bentuk rumus fungsi yaitu . Dengan menggunakan rumus fungsi tersebut, dapat diperoleh nilai-nilai fungsi untuk setiap nilai x yng diberikan. Caranya dengan mensubtitusikan
Page 25
(mengganti) nilai x pada rumus fungsi tersebut dengan bilangan yang ditentukan, sehingga diperoleh hasil fungsi atau bayangan fungsi yaitu Fungsi merupakan bentuk khusus dari relasi. Misalkan {} dan { } Dengan f(x)=x-2 maka :
Himpunan pasangan berurut dari fungsi f tersebut adalah {(1,-1), (3,1), (5,3)}. Perhatikan setiap anggota A muncul tepat satu kali pada komponen pertama pada pasangan berurutan. Bentuk F ungsi
Jika suatu fungsi ditentukan dengan f(x) = ax + b. Diketahui nilai f (4) = 5 dan f (-2) = -7 maka bentuk fungsinya : f ( x ) ax b, maka : f (4) a (4) b 5
4a b 5.........(i)
f ( 2) a ( 2) b 7
-2a b 7..........(ii )
dari persamaan 1 dan 2 diperoleh : 4 a
b 5
2a b 7
6a 12 a=2 lalu subtitusikan nilai a ke persamaan 1 atau 2 : 4a b 5 4(2) b 5 8b 5 b 5 8 b 3 Maka bentuk fungsinya f (x) = 2 x - 3
Page 26
Grafik F ungsi
Misalnya diketahui fungsi dari himpunann P={0,1,2,3,4,5} ke himpunan bilangan cacah dinyatakan dengan
0 1 2 3 4 5
Fungsi
Pasangan berurutan (0,1) (1,3) (2,5) (3,7) (4,9) (5,11)
Dengan menggunakan pasangan berurutan dari table diatas, maka grafik fungsi dapat digambarkan pada bidang koordinat Cartesius sebagai berikut:
B. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoeri di atas maka hipotesis tindakan penelitian yang akan diteliti ini adalah sebagai berikut : “jika pembelajaran kontekstual diterapkan dalam proses pembelajaran maka hasil belajar matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi pada siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah I Kota Sorong dapat meningkat”
Page 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (c lass room action research) yang terdiri dari beberapa t ahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi refleksi. Penelitian
tindakan
kelas
yang
akan
dilaksanakan
di
MTs.
Muhammadiyah I Kota Sorong menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya (Best, 1982:119). Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Model penelitian tindakan kelas tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Page 28
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang akan diteliti adalah siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah I Kota Sorong jumlah siswa 19 orang, laki-laki 15 orang dan perempuan 4 orang dengan materi pelajaran pokok bahasan relasi dan fungsi yang dilaksanakan pada semester ganjil.
C. Faktor-faktor yang akan diselidiki
1. Faktor input, yaitu keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. 2. Faktor output, yaitu dilihat dari hasil belajar matematika yang diperoleh siswa dengan mengikuti tes disetiap akhir siklus.
Page 29
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini akan terdiri dari 2 (dua) siklus, setiap siklus terdiri dari 4 kali pertemuan dengan mengacu pada perubahan yang ingin dicapai sebagai mana yang telah didesain dalam factor yang akan diselidiki dan setiap pertemuan akan dibuat refleksi dengan lembar observasi aktivitas siswa (LOAS). Siklus I akan dilaksanakan pada minggu ke-4 bulan Oktober 20014 dan minggu ke-1 bulan November 2014. Siklus II akan dilaksanakan pada minggu ke-2 dan minggu ke-3 bulan November 2014.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber data Sumber data yang akan diteliti adalah subjek penelitian dari siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah I Kota Sorong.
2. Jenis data Jenis data yang akan didapatkan adalah data kuantitatif dan kualitat if yang terdiri : a. Tes hasil belajar (data kuantitatif) b. Lembar observasi (data kualitatif)
Page 30
F.
Cara Pengambilan Data
1. Data hasil belajar akan diambil dengan memberikan tes kepada s iswa 2. Data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakannya tindakan akan diambil dengan menggunakan lembar observasi 3. Data tentang tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan G. Teknik Analisis Data
Data yang akan diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang akan diperoleh dari observasi akan dianalitik secar kualitatif, sedangkan data mengenai hasil belajar matematika siswa akan ianalisis secara kuantitatif.
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan yang akan diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini adalah terjadinya peningkatan skor rata-rata hasil belajar matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi bagi siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah I Kota Sorong. JADWAL PENELITIAN NO
1
KEGIATAN
WAKTU
Persiapan Menelaah materi kelas XI IPA
Oktober (minggu kedua)
Penyusunan
Oktober (minggu ketiga)
pembelajaran,
rencana instrument
Page 31
pembelajaran Penyusunan alat evaluasi 2
Oktober (minggu ketiga)
Pelaksanaan Siklus I
Oktober (minggu keempat)
Refleksi
November (minggu pertama)
Siklus II
November (minggu kedua)
Refleksi
November (minggu ketiga)
dst 3
Laporan Analisis data
November (minggu keempat)
Penyusunan laporan
Desember (minggu pertamat)
Refleksi laporan
Desember (minggu kedua)
Page 32