CONTOH PROPOSAL PTK MATEMATIKA SD KELAS IV A. JUDUL PENELITIAN
Penggunaan Media Lidi Untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Pada Penjumlahan Bilangan Bulat Di Kelas IV SD Negeri 1 Jungutan
B. BIDANG KAJIAN
Mata pelajaran
: Matematika
Bidang kajian
: Pembelajaran inovatif
C. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu permasalahan yang menyangkut pengelolaan proses belajar mengajar mata pelajaran matematika di SD adalah ada lah kurangnya pengetahuan p engetahuan bagi guru SD, serta terbatasnya dana dan sarana tentang bagaimana cara membuat dan menggunakan media/alat peraga dalam d alam pembelajaran matematika. Di sisi lain pentingnya media/alat peraga dalam pembelajaran matematika telah diakui oleh semua jajaran pengelola pendidikan dan para ahli pendidikan. Kompetensi guru dalam pelaksanaan interaksi belajar mengajar mempunyai indikator,
mampu
membuka
pelajaran,
mampu
menyajikan
materi,
mampu
menggunakan metode/strategi, mampu menggunakan media/ alat peraga, mampu menggunakan
bahasa
yang
komutatif,
mampu
memotivasi
siswa,
mampu
mengorganisasi kegiatan, mampu menyimpulkan pelajaran, mampu memberikan umpan balik, mampu melaksanakan penilaian, dan mampu menggunakan waktu. (Departemen Pendidikan Nasional, 2004 ; 13 – 14).
Agar pembelajaran yang akan diberikan oleh guru kepada siswa berhasil sesuai dengan kompetensi dasar, maka guru diharapkan dapat menyusun langkahlangkah pengembangan silabus pembelajaran, diantaranya merumuskan pengalaman belajar siswa meliputi; 1). Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik dan mental yang perlu dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan sumber belajar dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan standar kompetensi. 2). Pengalaman belajar dapat dilaksanakan di dalam dan di luar kelas. Kegiatan yang diberikan sebagai pengalaman belajar siswa harus berorientasi agar siswa aktif dalam belajar, iklim belajar menyenangkan, fungsi guru lebih ditekankan sebagai fasilitator dari pada sebagai pemberi informasi, siswa siswa terbiasa mencari mencari sendiri informasi
(dengan
bimbingan guru) dari berbagai sumber, siswa dibekali dengan kecakapan hidup dan dibiasakan
memecahkan
permasalahan
yang
kontektual
yaitu
terkait
dengan
lingkungan (nyata maupun maya) dari siswa. 3). Pada hakekatnya pengalaman belajar memberikan pengalaman kepada siswa untuk menguasai kompetensi dasar secara ilmiah dan ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai pengalaman belajar meliputi pengalaman untuk mencapei kompetensi pada ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Selanjutnya pengalaman belajar dirumuskan dengan kata kerja
yang
opersional.(Pengembangan
Silabus
dan
Penilaian
Mata
Pelajaran
Matematika, Dit. PMU, Ditjen Dikdsmen, Depdiknas, 2003 ; 3) Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia Sekolah Dasar berada pada tahap konkret operasional, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1)Pola berpikir dalam memahami konsep yang abstrak masih terikat pada benda konkret (2)Jika (2)Jika
diberikan diberikan
permasalah permasalahan an
belum
mampu
memikirkan memikirkan
segala segala
alternatif alternatif
pemecahannya (3)Pemahaman terhadap konsep k onsep yang berurutan melalui tahap demi tahap, misal
pada konsep panjang, luas, volum, berat, dan sebagainya.(4)Belum sebagainya.(4)Belum
mapu menyelesaikan masalah yang melibatkan kombinasi
urutan operasi pada
masalah yang kompleks. (5)Mampu mengelompokkan objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat tertentu, dapat mengadakan korespondensi satu-satu dan dapat berpikir membalik.(6) Dapat mengurutkan unsur-unsur atau kejadian (7) Dapat memahami ruang dan d an waktu. wa ktu. (8) Dapat menunjukkan pemikiran yang abstrak. Selain itu, menurut Pujiati (2004 ; 1) yang menyarikan pada Bruner bahwa untuk memahami pengetahuan yang baru, maka diperlukan tahapan-tahapan yang runtut, yaitu: enactive, ikonik, dan simbolik. Tahap enactive, yaitu tahap belajar dengan memanipulasi benda atau objek yang kongkret, tahap ikonik, yaitu tahap belajar dengan menggunakan gambar, dan tahap simbolik, yaitu tahap belajar melalui
manipulasi
lambang
atau
simbul. (Penggunaan
Alat
Peraga
dalam
Pembelajaran Berhitung di SD, Pujiati, 2004) Berdasarkan pada uraian diatas, siswa pada usia sekolah dasar dalam memahami konsep-konsep matematika masih sangat memerlukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan berhubungan dengan benda nyata (pengalaman(pengalaman-pengal pengalaman aman konkret) konkret) yang dapat diterima akal mereka. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencoba mengetengahkan salah satu bentuk pembelajaran aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan. Dalam
penyampaian pembelajaran ini peneliti menggunakan media/alat peraga lidi dalam penjumlahan
bilangan
bulat
di
kelas
IV
SDN
1 Jungutan,
dengan
urutan
pembelajaranya sebagai berikut: Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (berpasangan dalam satu bangku), kemudian lidi kita bagikan kepada k epada masingmasing
kelompok
sebanyak
20
biji.
Guru
memperagakan
lidi
itu
untuk
menjumlah dua bilangan bulat. Siswa diberi lembar tugas untuk dikerjakan dengan cara memperagakan lidi itu itu sebagai alat untuk menjawab lembar tugas tersebut, tersebut, sedangkan guru mengamati proses penggunaan lidi itu untuk menjawab tugas yang telah
diberikan.
Setelah
waktu
yang
ditentukan
habis,
siswa siswa
disuruh
memperagakan hasil kerjanya di depan kelas, begitu seterusnya sampai siswa trampil menggunakan lidi itu untuk menjumlah dua bilangan bulat. Pada
akhir
pengajaran,
menggunakan
guru
mengadakan
tanya
jawab
agar
siswa
terampil
lidi itu sebagai alat bantu untuk menjumlah menjumlah dua bilangan bulat
sekaligus sebagai alat evaluasi ev aluasi .
D. PERUMUSAN MASALAH
Bertolak
dari
permasalahan
diatas,
maka
penelitian ini adalah : Bagaimana penggunaan
perumusan
masalah
pada
dan penerapan media lidi dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam menjumlah dua bilangan bulat di kelas IV SD ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Penulisan keterampilan
penelitian
penggunaan
ini media
bertujuan lidi
agar
dalam
berhubungan dengan penjumlahan bilangan bulat.
siswa
mampu
menyelesaikan
meningkatkan soal-soal
yang
F. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi semua pihak, antara lain: 1. Memberikan pembelajaran secara langsung bagi guru tentang pembelajaran yang menggunakan media lidi guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap operasi penjumlahan bilangan bulat, sehingga menambah wawasan dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. 2.
Meningkatkan keterampilan keterampilan bagi siswa tentang penggunaan media lidi dalam proses pembelajaran
sehingga siswa dapat berperan aktif dan kreatif terutama pada
penjumlahan bilangan bulat. 3.
Memberikan pengalaman langsung bagi peneliti dalam menerapkan pembelajaran dengan
menggunakan
media
lidi
dalam
penjumlahan
bilangan
bulat
serta
memberikan dorongan untuk melaksanakan penelitian lagi dengan pembelajaran pembelajaran matematika yang lain. 4.
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi sekolah untuk meningkatkan pemahaman tentang fungsi penelitian tindakan kelas.
G. KAJIAN PUSTAKA G.1. Pembelajaran Matematika
Mengajarkan matematika tidaklah mudah, oleh karena itu tidak dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Maka dari itu perlu adanya desain khusus untuk mningkatkan kualitas belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran matematika. “Mat “Matem emat atik ikaa adal adalah ah (1) (1) stud studii pola pola dan dan hubu hubung ngan an (stu (study dy of patt patter erns ns and and relationsh relationships) ips) dengan demikian demikian masing-mas masing-masing ing topik itu akan saling saling berjalinan berjalinan satu dengan dengan yang yang lain lain yang yang membent membentukny uknya, a, (2). (2). Cara Cara berpik berpikir ir (way (way of thinki thinking) ng) yaitu yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari, (3). Suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal, dan (4) sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, serta (5) (5) seba sebaga gaii alat alat (a tool tool)) yang yang dipe diperg rgun unaka akan n oleh oleh seti setiap ap oran orang g dala dalam m meng menghad hadap apii kehidupan kehidupan sehari-hari sehari-hari.. Sedangkan Sedangkan mengenai mengenai pengertian pengertian matematika matematika sekolah.” sekolah.” (Reyt.,et (Reyt.,et al, 1998 :4 )
“Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbanga pertimbangan n atau berorentasi berorentasi pada pendidikan. pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.” (Soedjadi (Soedjadi 199 : 1).
Berdasarkan Berdasarkan paparan tersebut di atas jelas terlihat bahwa konsep pembelajaran pembelajaran matematika harus diberikan sesuai dengan tingkat itelektual siswa. Hal ini didasarkan pada pemberian konsep harus tahap demi tahap guna untuk menyesuaikan taraf kemampuan intelektual siswa. Maka dari itu guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai dengan acuan yang berlaku sehingga proses pembelajaran khususnya pemblajaram matematika dijadikan suatu mata pelajaran yang tidak dianggap sulit oleh siswa. Dengan kata lain guru harus membangun konsep yang dapat menggugah siswa agar bisa menguatkan metode penerapan pembelajaran guna untuk menciptakan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang menyenangkan dan tidak sulit untuk dipelajari.
“Dalam “Dalam belaja belajarr aktif aktif siswa siswa harus harus melaku melakukan kan sesuat sesuatu u yang yang lebih lebih dari dari sekeda sekedar r mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan CBSA guru harus berusaha mencari metode mengajar yang dapat dapat menyeb menyebabka abkan n siswa siswa aktif aktif belaja belajar. r. Pembel Pembelaja ajaran ran matema matematik tikaa hendakn hendaknya ya menganut kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-kebnaran terdahulu yang yang tela telah h dite diteri rima ma,, atau atau seti setiap ap stru strukt ktur ur dala dalam m mate matema mati tika ka tida tidak k bole boleh h terd terdap apat at kontradiksi. (Bonwell dan Eison, 1991:1).
Dengan melihat paparan tersebut di atas maka penulis dapat memberikan penjelasan yaitu untuk menciftakan suasana pembelajaran yang aktif, maka siswa dalam proses
pembelajaran
tidak
hanya
mendengarkan,
tetapi
harus
terjun
dalam
aktivitas
pembelajaran yang disampaikan. Maka dari itu proses pembelajaran harus didesain sedemi sedemikia kian n rupa rupa agar agar supaya supaya proses proses pembel pembelaja ajaran ran dapat dapat diteri diterima ma dengan dengan cepat cepat oleh oleh siswa. Adapun tujuan pembelajaran matematika disebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai
dari
pembelajaran
matematika
sekolah
adalah:
Menumbuhkan Menumbuhkan dan mengembangkan mengembangkan keterampil keterampilan an berhitung berhitung (menggunakan (menggunakan bilangan) bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialih dialihguna gunakan kan melalu melaluii kegiata kegiatan n matema matematik tika, a, dan memaham memahamii konsep konsep matema matematik tika, a, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan pemecahan masalah.
G.2 Strategi Belajar Mengajar
Secara umum strategi strategi mempunyai mempunyai pengertian pengertian suatu garis-gari garis-gariss besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak an ak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Menurut Newman dan Logan, dalam bukunya yang berjudul Strategy Policy and Central Management (1971 (1971 : 8), strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup keempat hal sbb : a.
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi kualifikasi hasil hasil seperti seperti apa yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha itu yang sesuai dengan aspirasi dan selera masyarakat.
b.
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama manakah yang dipandang paling efektif guna mencapai sasaran tersebut.
c.
Memper Mempertim timbang bangkan kan dan meneta menetapka pkan n langkah-l langkah-langk angkah ah apa saja saja yang akan ditemp ditempuh uh untuk mencapai sasaran tersebut.
d.
Memp Memper erti timb mban angk gkan an dan dan mene meneta tapk pkan an krit kriter eria ia dan dan pato patoka kan n ukur ukuran an yang yang haru haruss dipergunakan untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha tersebut. Melihat paparan tersebut di atas, maka strategi belajar mengajar dapat disimpulkan sebagi suatu proses upaya untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Dengan demikian tidak lepas dari peran serta guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu memberikan suatu metode yang cepat dan tepat sehingga dengan cepat siswa akan menangkap hasil pembelajaran yang disampaikan.
G.3 Media
Untuk
mengembangkan
pemahaman
dan
keterampilan
secara
optimal
dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang media. Pengetahuan itu meliputi: 1. Media sebagai
alat komunikasi
guna lebih
mengefektifkan proses belajar
mengajar, 2. Fungsi Fu ngsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, pen didikan, 3. Tentang proses-proses
mengajar, 4.
Hubungan
antara
metode
mengajar dan
media
pendidikan, 5. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran, 6. Memilih dan
menggunakan menggunakan
pendidikan, pendidikan,
7. Berbagai Berbagai
jenis
alat alat
dan
teknik teknik
media
pendidikan, 8. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran dan 9. Usaha inovasi dalam media pendidikan dan lain-lain. Dititik dari beberapa pokok yang telah di
kemukakan diatas, jelaslah bahwa media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan
yang
bersifat
melengkapi
dan
merupakan
bagian
integral
demi
berhasilnya proses pendidikan dan usaha pengajaran di sekolah. (Hamalik, 1980 : 15-16).
G.4
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata, yang memiliki pengertian sebagai berikut : 1.
Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara cara dan atur aturan an meto metodo dolo logi gi tert terten entu tu untu untuk k memp memper erol oleh eh data data atau atau info inform rmas asii yang yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2.
Tindakan, Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3.
Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dari Dari keti ketiga ga kata kata di atas atas dapat dapat disi disimp mpul ulka kan n bahw bahwaa PTK PTK meru merupa paka kan n suat suatu u pencermatan
terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Pada intiny intinyaa PTK bertuj bertujuan uan untuk untuk memper memperbai baiki ki berbag berbagai ai persoa persoalan lan nyata nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.
Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut : 1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah 2.
Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas
3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan 4.
Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan. Agar Agar peneli peneliti ti memper memperole oleh h inform informasi asi atau atau kejela kejelasan san yang lebih lebih baik baik tentan tentang g penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah : 1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin, karena jika penelitian dilakukan dalam kondisi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu, penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada. 2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja Didasarkan pada sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka dengan hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul
menyusul. Penelitian tindakan sifatnya sifatnya bukan menyangkut hal-hal statis, statis, tetapi dinamis, dinamis, yaitu yaitu adanya adanya peruba perubahan. han. Peneli Penelitia tian n tindak tindakan an bukan bukan menyang menyangkut kut materi materi atau atau topik topik bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan, metode, atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen. 3. SWOT sebagai dasar pijakan PTK harus dimulai dengan analisis SWOT, sehingga dalam memilih sebuah tindakan peneliti harus mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan subyek tindakan yang kiranya dapat dimanfaatkan dimanfaatkan,, juga sebaliknya sebaliknya berpikir berpikir tentang “bahaya” di luar diri dan subyekn subyeknya ya sehing sehingga ga dapat dapat mendat mendatangk angkan an resiko resiko.. Hal ini terkai terkaitt dengan dengan prinsi prinsip p pertama, bahwa penelitian tindakan tidak boleh mengubah situasi asli, yang biasanya tidak mengudang resiko. 4. Upaya empiris dan sistemik Merupakan Merupakan penerapan penerapan prinsip prinsip ketiga. ketiga. Dengan telah dilaksanakan dilaksanakannya nya analisis analisis SWOT, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait.
5. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan SMART merupakan akronim dari Spesific (khusus, tidak terlalu umum), Managable (dapat dikelola, dilaksanakan), Acceptable/Achievable (dapat diterima lingkungan, dapat
dicapai, dijangkau), Realistic (operasional, tidak di luar jangkauan), dan Time bound (diikat oleh waktu, terencana). Diantara unsur dalam SMART, unsur ketiga acceptable adalah yang paling paling terkait terkait dengan subyek yang akan dikenai tindakan. Oleh karena itu, sebelum guru menentukan lebih lanjut tindakan yang akan diberikan, mereka harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan oleh guru dan akan mereka lakukan harus disepakati dengan suka rela. Dengan Dengan demiki demikian, an, guru guru dapat dapat menghar mengharapka apkan n tindaka tindakan n yang yang dilaku dilakukan kan oleh oleh siswa siswa dilandasi atas kesadaran dan kemauan penuh. Dampaknya adalah akan menghasilkan semangat atau kegairahan yang tinggi. Secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui : 1.
Meny Menyus usun un ranca rancang ngan an tind tindak akan an planning (planning /peren /perencan canaan) aan),, dalam dalam tahap tahap ini peneli peneliti ti menjelaskan menjelaskan tentang apa, mengapa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakn dan pihak yang mengamati proses yang dijalankan.
2. Pelaksanaan Tindakan (acting (acting ), ), tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. 3. Pengamatan (observing (observing ), ), yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Dalam tahap ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. 4. Refleksi (reflecting (reflecting ), ), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakuk dilakukan. an. Dalam Dalam tahap tahap ini, ini, guru guru berusa berusaha ha untuk untuk menemu menemukan kan hal-ha hal-hall yang sudah dirasa dirasakan kan memuas memuaskan kan hati hati karena karena sudah sudah sesuai sesuai dengan dengan rancan rancangan gan dan secar secar cermat cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan
lain.
Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah sebagai berikut : 1. Harus tertuju tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi terjadi di dalam pembelajaran pembelajaran dan diharapkan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan sistematis. Hasil pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang harus diambil segera oleh peneliti 3. Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan. 4. Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku. 5. Harus betul-betul betul-betul disadari disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya. 6. Harus benar-benar benar-benar menunjukkan adanya tindakan tindakan yang dilakukan oleh sasaran sasaran tindakan, tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar. Objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan obje objek k yang yang seda sedang ng diam diam dan dan tanp tanpaa gera gerak. k. Unsu Unsurr-un unsu surr yang yang dapa dapatt dija dijadi dika kan n sasara sasaran/o n/obje bjek k PTK tersebu tersebutt adalah adalah : (1) siswa, siswa, (2) guru, (3) materi materi pelajara pelajaran, n, (4) peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara perseorangan, peralatan yang yan g disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang ya ng disediakan
dan digunakan di kelas dan di laboratorium, (5) hasil pembelajaran, (6) lingkungan, dan (7) pengelolaan, hal yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, dan lainlain. Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian tindakan kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang guru melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan yang kedua, adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru. Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK akan berhasil baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang guru harus sudah mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari pengertian PTK, tujuan, prinsip, model, persayaratan, dan sasaran/objek yang bisa dikenai tindakan.
H. METODE PENELITIAN
H.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di d i kelas IV SDN 1 Jungutan I kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem
H.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama dua bulan dari tanggal 15 September s.d 24 Oktober 2011
H.3 Materi Pembelajaran
Untuk menentukan mata pelajaran dan materi pokok yang akan
digunakan dalam
penelitian ini dipilih mata pelajaran matematika dengan materi pokok penjumlahan bilangan bulat di kelas IV semester I. Berdasarkan kurikulum 2004, materi ini dipilih
dengan
pertimbangan
sebagai berikut : 1. Materi ini selalu mengalami kesulitan di kelas kelas V dan VI. 2. Sekolah mempunyai buku paket yang relevan Materi pembelajaran pembelajaran ini dilaksanakan dalam waktu 3 pertemuan dengan setiap pertemuan 2 x 40 menit,
dan
masing-masing
pertemuan
ditutup dengan tes
tertulis.
H.4 Pelaksanaan Penelitian 1. Siklus I
a. Rancangan Pembelajaran Sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti telah menyiapkan/ menyusun perangkat pembelajaran antara lain: 1).
Silabus,
yang
memuat
standar
kompetensi,
kompetensi
dasar,
hasil
belajar,
indicator, pengalaman belajar, alokasi waktu, sumber/ alat/ bahan belajar dan penilaian. 2). Rencana pembelajaran, yang memuat mata pelajaran, kelas/
semester, materi pokok,
alokasi waktu,
kompetensi dasar,
langkah- langkah
pembelajaran, sarana, sumber, bahan belajar dan penilaian. 3). Lembar penilaian proses, lembar pengamatan dan lembar soal tes. tes. 4). Lidi sejumlah 220 buah.
b. Pelaksanaan Pembelajaran 1). Kegiatan awal meliputi : a). Guru mengucapkan salam di depan kelas. b). Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil kecil (berpasangan) c). Guru membagi lidi lidi kepada tiap-tiap kelompok sebanyak 20 buah. d). Guru mengadakan tanya jawab tentang penjumlahan
bilangan cacah dengan
tujuan untuk merangsang siswa agar termotivasi.
2).
Kegiatan inti inti meliputi meliputi :
a). Guru menginfomasikan kepada siswa bahwa masing-masing harus memengang 10 lidi. b). Guru dan siswa siswa mengadakan kesepakatan, lidi lidi yang dipegang oleh siswa yang duduk di sebelah kanan adalah positif dan di sebelah kiri adalah negatif. c). Guru memberi contoh cara menjumlah menjumlah bilangan bulat dengan menggunakan lidi.
Misalnya : 4
+ ( -7 ) = . . . . Langkah-langkah penggunaan :
(a). Siswa yang duduk disebelah kanan, meletakkan 4 lidi di atas mejanya. (b). Siswa yang duduk disebelah kiri, meletakkan meletakkan 7 lidi lidi
di atas mejanya.
(c) Kemudian kedua lidi itu digabung menjadi satu, sehingga posisinya menjadi :
I I I I
I I I I
Lidi yang diambil dari siswa yang duduk di sebelah kanan ( lidi yang menunjuk bilangan positif )
III
Lidi yang diambil dari siswa yang duduk di sebelah kiri ( lidi yang menunjuk bilangan
negatif )
(d). Lidi yang tidak punya pasangan (yang berada diluar kotak) sebanyak 3 lidi dari siswa disebelah kiri. (e). Jadi 4 + (-7) = -3
3). Kegiatan Akhir : a). Pengecekan keterampilan siswa, tentang penggunaan lidi dalam menjumlah bilangan bulat dengan cara tanya jawab. b). Pemberian tugas ( PR terdiri dari 5 soal )
c. Observasi Aktivitas observasi dilakukan ketika peneliti melakukan pembelajaran, pe mbelajaran, Observer melakukan
observasi
untuk
melihat
seberapa
jauh
keefektifan
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran ketika diterapkan.
d. Evaluasi 1). Evaluasi proses, pada p ada saat siswa menggunakan lidi dalam penjumlahan bilangan bulat. 2). Evaluasi tertulis, pada saat siswa mengerjakan lembar tes.
e. Refleksi
perencanaan,
Data-data dari observasi dan evaluasi dikumpulkan, kemudian berdasarkan hasil ini peneliti melakukan refleksi diri tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini , peneliti akan tahu kelebihan dan kekurangan dari skenario pembelajaran yang telah direncanakan dan dilaksanakan. Setelah mengetahui kekurangan dari skenario pembelajaran pada pad a siklus ini, peneliti merencanakan perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya, sampai peneliti menemukan hasil yang terbaik sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.
2. Siklus II
a. Rancangan Pembelajaran Sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti telah menyiapkan/ menyusun perangkat pembelajaran antara lain: 1). Silabus, yang memuat standar kompetensi, kompetensi hasil belajar, indikator, pengalaman belajar, alokasi waktu,
dasar,
sumber/ alat bahan
belajar dan penilaian. 2). Rencana pembelajaran, yang memuat mata pelajaran, kelas/
semester,
materi
pokok,
alokasi
waktu,
kompetensi
dasar,
langkah-langkah
pembelajaran, sarana, sumber, bahan belajar dan penilaian. 3). Lembar penilaian proses, lembar pengamatan dan lembar soal
tes.
4). Lidi sejumlah 220 buah, yang berwarna merah 110 buah dan yang tidak berwarna 110 buah.
b. Pelaksanaan Pembelajaran 1). Kegiatan awal meliputi : a). Guru mengucapkan salam di depan kelas. b). Mengerjakan tugas PR. c). Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil
(berpasangan)
d). Guru membagi lidi kepada tiap-tiap kelompok sebanyak 10
buah berwarna merah
dan 10 buah tidak berwarna. e). Guru mengadakan tanya jawab tentang penjumlahan bilangan bulat b ulat dengan tujuan untuk merangsang siswa agar termotivasi. 2. Kegiatan inti meliputi : a. Guru menginfomasikan kepada siswa bahwa masing-masing kelompok harus memengang 10 lidi berwarna merah dan 10
lidi tidak berwarna.
b).Guru dan siswa mengadakan kesepakatan, lidi yang berwarna
merah adalah
positif dan lidi yang tidak berwarna adalah negatif. c). Guru memberi contoh cara menjumlah bilangan bulat dengan menggunakan lidi. Misalnya : 4
+ ( -7 ) = . . . .
Langkah-langkah penggunaan :
(a). Siswa yang memegang lidi berwarna merah, meletakkan 4 lidi di atas meja. (b).Siswa yang memegang lidi lidi yang tidak berwarna,
meletakkan 7 lidi di atas
mejanya. (c). Kemudian kedua lidi lidi itu digabung menjadi satu, satu,
sehingga
posisinya menjadi :
I I I I (lidi merah)
I I I I Lidi yang berwarna merah sebanyak 4 buah. ( lidi yang menunjuk menun juk bilangan positif )
III
Lidi yang tidak berwarna sebanyak 7 buah. ( lidi yang menunjuk menun juk bilangan negatif )
(d). (d). Lidi Lidi yang tidak punya pasangan (yang berada diluar kotak) sebanyak 3 lidi yang tidak berwarna (negatif). (e). Jadi
4 + (-7) = -3
b. Kegiatan Akhir : 1). Pengecekan Pengecekan
keterampil keterampilan an
siswa, siswa,
tentang tentang
penggunaan penggunaan
lidi dalam
menjumlah menjumlah
bilangan bulat dengan cara tanya jawab. 2).Pemberian tugas ( PR terdiri dari 5 soal )
c. Observasi Aktivitas observasi dilakukan ketika peneliti melakukan pembelajaran pada siklus I, Observer
melakukan
observasi
untuk
melihat
seberapa
jauh
keefektifan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran ketika diterapkan pada siklus II.
d. Evaluasi 1). Evaluasi proses, pada p ada saat siswa menggunakan lidi dalam penjumlahan bilangan bulat. 2). Evaluasi tertulis, pada saat siswa mengerjakan lembar tes.
e. Refleksi Data-data dari observasi dan evaluasi pada siklus II dikumpulkan, kemudian berdasarkan hasil ini peneliti melakukan refleksi diri tentang
pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil
refleksi ini, peneliti akan tahu kelebihan dan kekurangan dari skenario pembelajaran yang telah telah direncanakan dan dilaksanakan pada silkus II. II. Setelah mengetahui kekurangan dari skenario pembelajaran pada siklus ini, peneliti merencanakan perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus III, sampai peneliti menemukan hasil yang terbaik sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.
3. Siklus III
a. Rancangan Pembelajaran Sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti telah menyiapkan / menyusun perangkat pembelajaran antara lain: 1).Silabus,
yang
memuat
standar
kompetensi,
kompetensi
dasar,
hasil
belajar,
indikator, pengalaman peng alaman belajar, alokasi waktu, sumber/ alat/ bahan belajar dan penilaian. 2).Rencana pembelajaran, yang memuat mata pelajaran, kelas/ semester,
materi
pokok,
alokasi
waktu,
kompetensi
dasar,
langkah-langkah
pembelajaran, sarana, sumber, bahan belajar dan penilaian. 3).Lembar penilaian proses, lembar pengamatan dan lembar soal tes.
4)..Lidi sejumlah 420 buah, 210 lidi berwarna merah dan 210 lidi tidak berwarna . b. Pelaksanaan Pembelajaran 1). Kegiatan awal meliputi : a). Guru mengucapkan salam di depan kelas. b). Mengerjakan tugas PR. c). Guru membagi lidi kepada tiap-tiap anak sebanyak 10 lidi berwarna merah dan 10 lidi tidak berwarna. d).Guru mengadakan tanya jawab tentang penjumlahan bilangan bulat dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum mendapat pembelajaran.
b. Kegiatan inti meliputi : 1). Guru
menginfomasikan kepada
siswa
bahwa, lidi
yang
berwarna merah adalah positif dan lidi yang tidak berwarna adalah negatif. 2). Guru memberi contoh cara menjumlah bilangan bulat
dengan menggunakan lidi.
Misalnya : 4
+ ( -7 ) = . . . . Langkah-langkah penggunaan :
a). Siswa
meletakkan 4 lidi berwarna merah diatas mejanya
b). Siswa meletakkan 7 lidi yang tidak berwarna, di atas mejanya. c). Kemudian kedua lidi itu digabung menjadi satu, sehingga posisinya menjadi :
I I I I (lidi merah)
I I I I Lidi yang berwarna merah sebanyak 4 buah. ( lidi yang menunjuk menun juk bilangan positif )
III
Lidi yang tidak berwarna sebanyak 7 buah. ( lidi yang menunjuk menun juk bilangan negatif )
d). Lidi yang tidak punya pasangan adalah hasilnya (yang berada diluar kotak) sebanyak 3 lidi yang tidak berwarna (negatif). e). Jadi
4 + (-7) = -3
c. Kegiatan Akhir : 1). Pengecekan keterampilan siswa, tentang penggunaan lidi bilangan bulat dengan cara tanya jawab. 2). Pemberian tugas ( PR terdiri dari 5 soal )
dalam penjumlahan
c. Observasi Aktivitas observasi dilakukan ketika peneliti melakukan pembelajaran, pe mbelajaran, Observer melakukan
observasi
untuk
melihat
seberapa
jauh
keefektifan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran ketika diterapkan pada siklus III. d. Evaluasi 1. Evaluasi proses, pada saat siswa menggunakan lidi dalam penjumlahan bilangan bulat. 2. Evaluasi tertulis, pada saat siswa mengerjakan lembar tes. e. Refleksi Data-data dari observasi dan
evaluasi pada siklus II dikumpulkan, kemudian
berdasarkan hasil ini peneliti melakukan refleksi diri tentang pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus III. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus ini peneliti akan tahu kelebihan dan kekurangan dari skenario pembelajaran yang telah direncanakan dan dilaksanakan pada siklus III. Setelah mengetahui kekurangan dari skenario pembelajaran pembelajaran pada siklus
ini, peneliti merencanakan perbaikan untuk
dilaksanakan pada siklus III, sampai peneliti menemukan hasil yang terbaik sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. direncanakan.
I. JADWAL PENELITIAN Penelitian dilaksanakan selama dua bulan dari tanggal 15 September s.d 25 Oktober 2011 bertempat di SD N 1 Jungutan.
J. BIAYA PENELITIAN
……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………
K. PERSONALIA PENELITIAN 1.Judul Penelitian
Penggunaan Media Lidi Untuk Meningkatkan Keterampilan Keterampilan Siswa Pada Penjumlahan Bilangan Bulat di Kelas IV SDN 1 Jungutan
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap
Ida Ayu Putu Dipeningrat,S.Pd.
b. Jenis Kelamin
Perempuan
c. Pangkat/gol/NIP Pangkat/gol/NIP
Pembina / IV.A / 197503081997032003
d. Asal Sekolah
SDN 1 Jungutan
e. Alamat Kantor
Jl. Telaga Tista, Jungutan
dan No.Telp. f. Alamat Rumah
Dsn Jungutan, Desa Jungutan
dan No. Telp.
g. Lama Lama Pene Peneli liti tian an
h. Biaya yang
diperlukan
2 bula bulan n ( Septe Septemb mber er s.d s.d Okto Oktobe berr 2011 2011 )
-
L. DAFTAR PUSTAKA
Djoko Moesono & Sujono, Su jono, 1998. 199 8. Matematika 4, Jakarta: Depdibud.
Depdiknas, 2004. Pedoman Pengembangan Silabus, Silabus, Jakarta.
Depdiknas, 2003. Pengembangan 2003. Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika, Matematika, Jakarta.
Pujiati, 2004. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Berhitung di SD, SD, Jogjakarta: PPPG JOGJAKARTA.
Depdiknas, 2006. Manajemen Berbasis Sekolah, Sekolah, Jakarta.
Oemar Hamalik, 1980. Media 1980. Media Pendidikan, Pendidikan, Jakarta
Elly Elly E,
1996. 1996. Metoda
Pengajaran
Matematika
di
JOGJAKARTA.
Karim Muchtar A, 1999. Metodologi Pembelajaran, Jakarta.
Sekolah
Dasar , Jogj Jogjak akar arta ta:: PPPG PPPG
M. LAMPIRAN – LAMPIRAN
……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… …………………………………………………………