PERBANDINGAN JUMLAH DAN MORFOLOGI GRANULOSIT DENGAN ANTIKOAGULAN K 2EDTA DAN
K 3EDTA
Proposal Karya Tulis Ilmiah
Disusun Oleh : DEVY ARIANTI LESTARI P27903114009
JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2017
PERBANDINGAN JUMLAH DAN MORFOLOGI GRANULOSIT DENGAN ANTIKOAGULAN K 2EDTA DAN
K 3EDTA
Proposal Karya Tulis Ilmiah
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III Analis Kesehatan
Disusun Oleh : DEVY ARIANTI LESTARI P27903114009
JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2017
PERBANDINGAN JUMLAH DAN MORFOLOGI GRANULOSIT DENGAN ANTIKOAGULAN K 2EDTA DAN
K 3EDTA
Proposal Karya Tulis Ilmiah
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III Analis Kesehatan
Disusun Oleh : DEVY ARIANTI LESTARI P27903114009
JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2017
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN ANALIS KESEHATAN LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul
PERBANDINGAN MORFOLOGI GRANULOSIT DENGAN ANTIKOAGULAN K 2EDTA DAN K 3EDTA
Disusun oleh : Devy Arianti Lestari P27903114009
Telah diperiksa dan disetujui Pada Sidang Proposal Karya Tulis Ilmiah
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Citra Trisna, MARS NIP. 19750415200512004 19750415200512004
Kadar Kuswandi, S.KM, M.KES NIP. 196607311986031002 196607311986031002
Mengetahui, Ketua Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten
Nining Kurniati, S.Pd, M.Kes NIP. 195909191980032002
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN ANALIS KESEHATAN LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini telah diujikan Sidang Proposal Karya Tulis Ilmiah
Program Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Tangerang
Politeknik Kesehatan Banten Tanggal : 01 Maret 2017
PERBANDINGAN MORFOLOGI GRANULOSIT DENGAN ANTIKOAGULAN K 2EDTA DAN K 3EDTA
Disusun oleh : Devy Arianti Lestari P27903114009
Penguji :
Tanda Tangan
Ketua Penguji
Anggota Penguji I
Anggota Penguji II
: Dr. Citra Trisna, MARS NIP. 19750415200512004 19750415200512004
(
)
: Kadar Kuswandi, SKM, M.Kes NIP. 196607311986031002 196607311986031002
(
)
(
)
: dr. Dyen Octavia, Sp.PK, M.Kes
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kepada Allah SWT penguasa semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada hamba-hamba Nya, terutama kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya yang mulia dan sahabatsahabatnya yang setia dan umatnya yang bertaqwa menjalankan seluruh perintah Nya dan menjauhi larangan-Nya. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Diploma III di Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten. Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
“PERBANDINGAN JUMLAH DAN MORFOLOGI
GRANULOSIT DENGAN ANTIKOAGULAN K 2EDTA DAN K 3EDTA”
Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mengalami hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1.
Ibu Een Sukaedah, S.KM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten.
2.
Ibu Nining Kurniati, S.Pd, M.Kes, sebagai Ketua Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten.
3.
Ibu dr. Citra Trisna, MARS, selaku dosen pembimbing I dan ketua penguji yang telah meluangkan banyak waktu dan telah memberikan masukan serta arahan dalam penyusunan maupun proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
4.
Bapak Kadar Kuswandi, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing II dan anggota penguji I yang telah meluangkan banyak waktu dan telah memberikan masukan serta arahan dalam penyusunan maupun proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
5.
Ibu dr. Dyen Octavia, Sp.PK, M.Kes, selaku anggota penguji II yang telah memberikan saran dan masukan untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. i
6.
Seluruh staff dan Dosen jurusan analis kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten.
7.
Orang tua tercinta yaitu Ibu Sulastri dan Ayahanda Alm. Mohammad Saman, yang telah memberikan do‟a restu dan dorongan baik moral maupun materiil.
8.
Kakak – kakakku tersayang Dian Ekawati, Haris Budi Susanto dan Hermawan Sutanto yang telah memberikan semangat dan motivasi selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
9.
Sahabat – sahabat tercinta “KOKANG” (Ayu, Dede, Dian, Eti, Fitri, Meli, Mega, Rara, Ria, Ratna, Putr i, Hara, dan Taqwani), “CHILDHOOD” (Tiara, Iin, dan Nanda), Rizki Nurannisa dan Ilham Rachmadi serta teman – teman angkatan ketujuh yang telah memberikan bantuan dan motivasi selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis menyadari penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya Mahasiswa Analis Kesehatan.
Tangerang, Maret 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI Halaman Lembar Judul ....................................................................................... Lembar Persetujuan Pembimbing ..................................................... Lembar Pengesahan Penguji ............................................................... Kata Pengantar............................................................................................. i Daftar Isi ....................................................................................................... iii Daftar Tabel .................................................................................................. iv Daftar Gambar ............................................................................................. v Daftar Lampiran .......................................................................................... vi BAB I
PENDAHULUAN
A. B. C. D. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. B. C. D. E. BAB III
Latar Belakang ...................................................................... 1 Rumusan Masalah ................................................................. 3 Tujuan Penelitian .................................................................. 4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4
Tinjauan Pustaka ................................................................... 5 Keragka Pemikiran ............................................................. 16 Kerangka Konsep ............................................................... 17 Hipotesis ............................................................................. 17 Definisi Operasional ........................................................... 18
METODE PENELITIAN
A. B. C. D. E. F. G. H. I. J.
Disain Penelitian ................................................................. 19 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 19 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................... 19 Instrumen Penelitian ........................................................... 20 Cara Pengumpulan Data ..................................................... 21 Cara Kerja ........................................................................... 21 Analisis Data ....................................................................... 24 Jadwal Penelitian ................................................................ 25 Anggaran Biaya .................................................................. 26 Sistematika Penulisan ......................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 27 LAMPIRAN ................................................................................................ 30
iii
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1 Tabel 2
Definisi Operasional .................................................................. 18 Rencana Jadwal Penelitian ........................................................ 25
iv
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1 Basofil .......................................................................................... 6 Gambar 2 Neutrofil Segmen dan Neutrofil Batang ...................................... 7 Gambar 3 Eosinofil....................................................................................... 8 Gambar 4 Monosit ........................................................................................ 8 Gambar 5 Limfosit ....................................................................................... 9 Gambar 6 Macam – macam Antikoagulan ................................................. 10 Gambar 7 Skema Diagram Preparat Apus Darah Tepi Metode Longitudinal .............................................................................. 15 Gambar 8 Ciri – ciri sediaan apus yang baik .............................................. 15 Gambar 9 Kerangka Pemikiran .................................................................. 16 Gambar 10 Kerangka Konsep ...................................................................... 17 Gambar 11 Pembuatan SADT ...................................................................... 23
v
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1 Lampiran 2
Surat – surat .......................................................................... 30 Lembar Bimbingan ............................................................... 32
vi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, 1
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Laboratorium klinik umummnya melaksanankan pelayanan pemeriksan spesimen klinik di bidang hematologi, kimia 1
klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, dan imunologi klinik.
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari tiga tahap yaitu : tahap preanalitik, analitik, dan pasca analitik. Kesalahan pada tahap preanalitik lebih sering terjadi dibandingkan kesalahan pada tahap analitik. Kesalahan pada proses preanalitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%.
2
Pemeriksaan hematologi rutin terdiri dari leukosit, eritosit, hemoglobin, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan hitung darah lengkap terdiri dari pemeriksaan rutin ditambah leukosit diferensial yang terdiri dari neutrofil ( segmented dan bands), basofil, eosinofil, limfosit dan monosit. Pemilihan antikoagulan yang tepat untuk pemeriksaan hematologi harus diperhatikan agar dapat memberi hasil yang maksimal. Tidak semua jenis antikoagulan dapat digunakan untuk pemeriksaan hematologi, khususnya untuk pemeriksaan hitung jenis sel dengan metode apusan darah tepi, karena beberapa jenis antikoagulan seperti heparin dapat memberi latar berwarna biru pada sediaan sehingga sulit untuk melihat morfologi sel. EDTA ( Ethylene Diamine Tetraacetic Acid ) adalah antikoagulan yang paling sering digunakan dalam pemeriksaan laboratorium hematologi sebab dapat mempertahankan komponen selular dan morfologik sel darah. EDTA dipakai dalam
1
2
2
bentuk garamnya seperti garam natrium (Na2EDTA), dikalium (K 2EDTA) dan 3
tripotassium (K 3EDTA). K 2EDTA dan Na2EDTA biasa digunakan dalam bentuk kering sedangkan K 3EDTA digunakan dalam bentuk cair. K 2EDTA dan K 3EDTA merupakan antikoagulan yang sering digunakan dalam kegiatan laboratorium sehari-hari karena penggunaannya yang sangat praktis. Antikoagulan tersebut sudah berada didalam tabung EDTA bertutup ulir ungu sehingga tidak perlu melakukan pemipetan dan penimbangan lagi sehinggadapat mengurangi kesalahan preanalitik. Penggunaan EDTA harus diperhatikan, karena apabila volumenya kurang dari ketentuan dapat menyebabkan darah membeku, sedangkan penggunaan lebih dari 6
ketentuan dapat menyebabkan perubahan sel. Batas waktu penyimpanan pun perlu diperhatikan mengingat perubahan - perubahan yang terjadi invitro selama penyimpanan maupun oleh karena pengaruh antikoagulan, maka penyimpanan bahan pemeriksaan sedapat mungkin dihindarkan artinya segera diperiksa setelah berhasil 3
ditampung.
Jika spesimen yang ditampung dengan menggunakan antikoagulan
K 3EDTA mengalami penundaan pemeriksaan kurang lebih 1 – 3 jam, hal ini dapat 13
menyebabkan sel eritrosit mengalami krenasi.
Dari ketiga jenis EDTA tersebut K 2EDTA merupakan antikoagulan yang direkomendasikan oleh ICSH ( International Council for Standardization in 4,5
Haematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standards Institute).
Selain
mencegah terjadinya koagulasi, EDTA tidak merusak sel darah dan tidak menyebabkan perubahan morfologi dalam sel darah dan jumlah sampel darah atau 4,5
pengenceran yang tidak berarti.
Tetapi perbedaan garam yang terkandung
didalamnya dapat memberikan hasil pemeriksaan yang berbeda pula. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Harun Nurrachmat yang berjudul Perbedaan Jumlah Eritrosit, Leukosit, dan Trombosit Pada Pemberian Antikoagulan EDTA Konvensional dengan EDTA Vacutainer. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan jumlah sel darah antara penggunaan
3
3
3
antikoagulan EDTA Konvensional dan EDTA Vacutainer.
Sedangkan, penelitian
yang dilakukan oleh Evalina Diodoran Malau dengan judul Perbedaan Jumlah dan Morfologi Neutrofil pada Penggunaan EDTA Konvensional dan EDTA Vacutainer, didapatkan hasil yaitu terdapat perbedaan yang bermakna pada morfologi Neutrofil antara penggunaan EDTA Konvensional dengan EDTA Vacutainer, sedangkan ditemukan perbedaan jumlah sel neutrofil yang tidak bermakna antara penggunaan 8
antikoagulan EDTA Konvensional dan EDTA Vacutainer. Dan dalam kasus lainnya, penggunaan
antikoagulan
EDTA
dapat
menyebabkan
terjadinya
pseudotrombositopenia sehingga menyebabkan hasil hitung jumlah trombosit menjadi 7
sangat rendah.
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan hal ini terjadi adalah 7
kesalahan penggunaan antikoagulan tersebut.
Oleh karena itu untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna antara jumlah dan morfologi sel darah dengan jenis antikoagulan yang digunakan, maka peneliti ingin mengadakan suatu penelitian dengan judul “PERBANDINGAN JUMLAH DAN MORFOLOGI GRANULOSIT DENGAN ANTIKOAGULAN K 2EDTA DAN K 3EDTA”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut; 1. Berapa jumlah sel granulosit dengan penggunaan antikoagulan K 2EDTA dan K 3EDTA ? 2. Bagaimana morfologi sel granulosit dengan penggunaan antikoagulan K 2EDTA dan K 3EDTA ? 3. Bagaimana perbandingan jumlah dan morfologi granulosit antara penggunaan antikoagulan K 2EDTA dengan K 3EDTA ?
4
4
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui tujuan penelitian sebagai berikut; 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pada penggunaan antikoagulan terhadap jumlah dan morfologi granulosit. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui adanya perbedaan jumlah granulosit antara penggunaan antikoagulan K 2EDTA dengan K 3EDTA. b. Mengetahui adanya perbedaan morfologi antara penggunaan antikoagulan K 2EDTA dengan K 3EDTA. c. Mengetahui adanya perbedaan antara Kontrol, K 2EDTA dengan K 3EDTA.
D.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan di bidang hematologi, khususnya tentang perbandingan jumlah dan morfologi granulosit dengan penggunaan antikoagulan K 2EDTA dengan K 3EDTA 2. Bagi Institusi Untuk menambah kepustakaan dan bahan informasi khususnya dalam bidang hematologi dan sebagai referensi untuk mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya. 3. Bagi Laboratorium Menambah informasi kepada petugas laboratorium mengenai penggunaan antikoagulan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Pustaka
1. Darah a. Pengertian Darah Darah merupakan jaringan yang terdiri dari dua komponen, plasma dan sel. Plasma merupakan komponen intraseluler yang berbentuk cair dan berjumlah sekitar 55% dari volume darah, sedangkan sel darah merupakan komponen padat yang terdapat di dalam plasma dengan jumlah 45% dari volume darah.
9
Komponen padat atau sering disebut korpuskula ini terdiri dari : 1) Sel darah merah atau eritrosit (99%) Eritrosit mengandung hemoglobin dan berperan dalam mengedarkan oksigen. 2) Keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%) Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. 3) Sel darah putih atau leukosit (0,2%) Leukosit berperan penting dalam sistem imun dan mempunyai tugas untuk memusnahkan benda asing yang dianggap berbahaya. Dalam sirkulasi, darah berfungsi sebagai media transportasi, pengaturan suhu, dan memelihara keseimbangan cairan. Warna darah berasal dari hemoglobin, protein pernapasan yang mengandung heme yang merupakan tempat melekatnya oksigen.
9
2. Leukosit Leukosit adalah sel yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5000 - 9000 sel/mm3,bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya homogen dengan inti yang
5
6
bervariasi, yang tidak mempunyai granula sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat tiga jenis leukosit granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (atau eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenisleukosit tertentu dan pada sebagian besar 10
precursor (pra zatnya).
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asing. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis lekosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung.
10
Pemakaian antikoagulan EDTA berlebihan menyebabkan perubahan pada morfologi neutrofil, seperti pembengkakan, hilangnya lobus neutofil, dan sel mengalami disintegrasi yang dapat menyebabkan penurunan jumlah leukosit.
4,5
a. Granulosit 1)
Basofil
Basofil jumlahnya 0-% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12µm, inti satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti, granul bentuknya ireguler berwarna metakromatik, dengan campuran jenis Romanowsky tampak lembayung. Sel ini tidak selalu dijumpai, kadang-kadang dapat dijumpai adanya vakuol kecil di sitoplasma. Granula basofil metakromatik dan mensekresi histamin dan heparin, dan keadaan tertentu, basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan ini dinamakan hipersesitivitas kulit basofil. Hal ini menunjukkan basofil mempunyai hubungan kekebalan.
Gambar 1 Basofil
11
10,11
7
2) Neutrofil Neutrofil berkembang dalam sum-sum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi, sel. Sel ini merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah sekitar 12 µm, satu inti dan 2-4 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh granula-granula spesifik (0;3-0,8um) mendekati batas resolusi optik, berwarna salmon pink oleh campuran jenis romanowsky. Granul pada neutrofil ada dua : (1) Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase. (2) Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin.
10
Neutrofil memiliki dua jenis, dikatakan batang apabila
lekukan inti melebihi setengah diameter inti atau seperti tapal kuda, berbentuk segmen bila inti terbagi menjadi beberapa bagian yang saling dihubungkan dengan benang kromatin. Sitoplasma bergranula warna keunguan.
11
dibawah
pengaruh zat toksik tertentu, seperti streptolisin toksin streptokokus membrane granula-granula neutrofil pecah, mengakibatkan proses pembengkakan diikuti oleh aglutulasiorganel – organel dan destruksi neutrofil.
11
Penurunan persentase neutrofil, dapat disebabkan oleh penurunan produksi neutrofil, peningkatan kerusakan sel, infeksi bakteri, infeksi virus, penyakit hematologi, gangguan hormonal dan infeksi berat. Sedangkan peningkatan neutral berkaitan dengan tingkat keganasan infeksi, stress, dan lainnya.
12
11
Gambar 2 Neutrofil Segmen dan Neutrofil Batan g 3)
Eosinofil
Jumlah eosinofil hanya 1-4 % leukosit darah, mempunyai garis tengah 9µm (sedikit lebih kecil dari neutrofil). Inti biasanya berlobus dua, Retikulum endoplasma mitokondria dan apparatus Golgi kurang berkembang. Mempunyai granula ovoid yang dengan eosin asidofkik. Eosinofil mempunyai pergerakan
8
amuboid, dan mampu melakukan fagositosis, lebih lambat tapi lebih selektif dibanding neutrofil.
10
Eosinofil memiliki kemampuan memfagosit, eosinofil aktif terutama pada tahap akhor inflamasi ketika terbentuk kompleks antigen-antibodi. Eosinofil aktif pada reaksi alergi dan infeksi parasit sehingga peninkatan nilai eosinofil dapat digunakan untuk mendiagnosa atau monitoring penyakit.
Gambar 3 Eosinofil
12
11
b. Agranulosit 1) Monosit Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10 µm tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20 µm, atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan sifat tetap momosit. Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wright berupa biru abu-abu pada sediaan kering.
10
Monosit berfungsi sebagai pertahanan lapis kedua dandapat
memfagositosis dengan baik dan termasuk kelompok makrofag.
Gambar 4 Monosit
12
11
2) Limfosit Limfosit merupakan sel darah putih kedua paling banyak jumlahnya. Sel ini kecil dan bergerak ke daerah inflamasi pada tahap awal dan tahap akhir proses
9
inflamasi. Merupakan sumber immunoglobulin yang penting dalam respon imun seluler tubuh. Kebanyakan limfosit terdapat di limfa, jaringan limfatikus dan nodus limfa. Hanya 5% dari total limfosit yang beredar pada sirkulasi.
Gambar 5 Limfosit
12
11
3. Antikoagulan a. Pengertian Antikoagulan Antikoagulan dipakai untuk menghambat pembentukan bekuan darah. Antikoagulan mencegah pembentukan bekuan darah yang menyumbat sirkulasi. Tidak seperti trombolitik, antikoagulan ini tidak melarutkan bekuan yang sudah ada tetapi bekerja sebagai pencegahan pembentukan bekuan baru. Antikoagulan merupakan zat yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembekuan pada darah dengan cara mengikat kalsium atau menghambat pembentukan thrombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan darah. Darah membeku bila berada di luar tubuh, apabila didiamkan bekuan akan mengkerut dan serum terperas keluar, sehingga antikoagulan digunakan untuk menghindarkan terjadinya pembekuan darah. Antikoagulan sering digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap.
13,14
b. Jenis-jenis Antikoagulan Agar darah yang diperiksa jangan sampai membeku dapat dipakai bermacam-macam antikoagulan. Tidak semua macam antikoagulan dapat dipakai karena terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit a tau leuosit yang akan diperiksa morfologinya. Yang dapat dipakai ialah : 14
1) EDTA ( Ethylene Diamine Tetraactic Acid)
Sebagai garam natrium atau kaliumnya. Garam-garam tersebut merubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion. Selain itu EDTA dapat
10
mencegah trombosit menggumpal, karena itu EDTA sangat baik digunakan sebagai antikoagulan pada hitung trombosit. Tiap 1 mg EDTA menghindarkan membentuknya 1 ml darah. Hindarkan memakai EDTA dalam jumlah berlebihan, bila dipakai EDTA lebih dari 2 mg per ml darah maka nilai hematokrit menjadi lebih rendah dari yang sebenarnya. 14
2) Heparin
Heparin berdaya seperti antitrombin, tidak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit dan leukosit. Dalam praktik sehari-hari heparin kurang banyak dipakai karena mahal harganya. Tiap 1 mg heparin menjaga membentuknya 10 ml darah heparin bisa dipakai sebagai larutan atau dalam bentuk kering. 14
3) Natrium sitrat
Natrium sitrat dalam larutan 3,8% yaitu larutan yang isotonik dengan darah. Dapat dipakai untuk beberapa macam percobaan hemoragik dan untuk laju endap darah degan cara Westergreen. 4)
Campuran Amoniumoxalat dan Kaliumoxalat
14
Menurut Paul dan Heller yang juga dikenal sebagai campuran oxalate seimbang. Dipakai dalam keadaan kering agar tidak menggencerkan darah yang 12
diperiksa.
Gambar 6 Macam – macam Antikoagulan Sumber : Agustun Nugroho. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kadar Hematokrit Mikro Pada Darah yang Mengandung Antikoagulansia EDTA dengan Darah Segar Tanpa Antikoagulansia. From. http://jurnalhealthyscience.com/wpcontent/uploads/2016/05/01-042013-agustina-nugroho.pdf, diakses pada 08 Februari 2017
11
4.
EDTA ( Ethylene Diamine Tetraacetate Acid)
Antikoagulan yang sering dipakai antara lain garam EDTA. Garam EDTA adalah chleating agent yang akan mengikat ion kalsium. EDTA yang dipakai tergantung dari jenis garam, konsentrasi garam dan lamanya penundaan ++
pemeriksaan. Garam EDTA bekerja sebagai chleating agent terhadap Ca
,
sehingga darah tidak membeku. Darah EDTA dalam bentuk garam natrium, kalium atau litium, dapat dipakai untuk beberapa macam pemeriksaan hematologi seperti ; penetapan kadar hemoglobin, hitung jumlah leukosit, eritrosit trombosit, retikulosit, hematokrit, penetapan laju endap darah menurut Westergreen dan Wintrobe, tetapi tidak dapat dipakai untuk percobaaan hemoragik dan pemeriksaan faal trombosit. Pemeriksaan dengan memakai darah EDTA 0
sebaiknya dilakukan segara, hanya kalau perlu boleh disimpan pada suhu 4 C selama 24 jam memberikan nilai hematokrit yang lebih tinggi. Pembuatan sediaan apus darah tepi dapat dipakai darah EDTA yang disimpan dengan waktu paling lama 2 jam. Darah EDTA dapat disimpan paling lama 24 jam di dalam lemari es tanpa mendatangkan penyimpanan yang bermakna, kecuali untuk jumlah trombosit dan nilai hematokrit.
13,14
Tabung EDTA dapat digunakan pada pengumpulan spesimen darah dengan memiliki penutup berwarna ungu lavender. Untuk penggunaan yang tepat harus dibolak-balikan sebanyak 8 sampai 10 kali agar spesimen darah dengan antikoagulan dapat homogeni. Kondisi tersebut dapat berubah tergantung dari pabrik yang memproduksi tabung tersebut. Spesimen dapat stabil dalam waktu 6 jam dalam suhu kamar pada pemeriksaan darah rutin.
13,14
Tipe EDTA yang biasa
digunakan dalam pengumpulan spesimen darah yaitu K 2EDTA, K 3EDTA dan Na2EDTA. Perbedaan antara K 2EDTA dan K 3EDTA : 6
a. Perbedaan Fisik
1) K 2EDTA berbentuk serbuk kering. 2) K 3EDTA berbentuk cair.
12
3) Perlu
duketahui
bahwa
semua
antikoagulan
EDTA
cara
pemakaiannya harus dibolak – balik sebanyak 8 - 10 kali untuk memastikan bahwa darah dan antikoagulan tercampur sempurna. b. Perbedaan Klinis
6
1) K 3EDTA terjadi lebih banyak penyusutan dari RBC. 2) K 3EDTA meningkatkan colume sel (1,6% kenaikan setelah 4 jam).
3) K 3EDTA menurunkan nilai MCV. 4) K 3EDTA adalah cairan aditif, karena itu akan mengakibatkan dilusi specimen atau penurunan jumlah sampel. 5) Dalam pengukuran pemeriksaan Hb, RBC, WBC dan jumlah trombosit telah diteliti 1-2% lebih rendah dari hasil yang diperoleh dengan K 2EDTA. 6) Dengan beberapa alat instrument atau alat pemeriksaan hitung jumlah sel, K 3EDTA memberikan jumlah RBC lebih rendah bila digunakan pada konsentrasi tinggi.
5. Skrining Tes Hematologi Skrining untuk pengendalian penyakit adalah pemeriksaan orang-orang asimptomatik untuk mengklasifikasikan mereka ke dalam kategori yang diperkirakan mengidap atau diperkirakan tidak mengidap penyakit.
19
Tujuan
skrining adalah untuk mengurangi morbiditas atau mortilitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus – kasus yang ditemukan. Dalam hal ini skrining tes dilakukan sebagai validasi sampel, untuk membuktikan bahwa sampel benar dalam keadaan normal dan tidak mengalami masalah.
19
Pada pemeriksaan ini
skrining tes hematologi yang dilakukan adalah H2TL atau Hemoglobin, Hematokrit, Hitung Jumlah Trombosit dan Hitung Jumlah Leukosit.
a. Hemoglobin Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat rantai
13
protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung atom besi dan porphyrin: suatu pigmen merah). Pigmen besi hemoglobin bergabung dengan oksigen. Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah (dalam arteri) berwarna merah terang sedangkan hemoglobin yang kehilangan oksigen (dalam vena) berwarna merah tua. Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL oksigen. Kapasitas angkut ini berhubungan dengan kadar Hb bukan j umlah sel darah merah.
11
Nilai Rujukan : Laki-laki : 13 – 18 g/dL Perempuan : 12 – 16 g/dL
a. Hematokrit Penetapan nilai hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan hematologi untuk mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml darah, yang dinyatakan dalam %. Nilai hematokrit digunakan untuk mengetahui ada tidaknya anemia dan digunakan juga untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro atau cara mikro. Pada cara makro digunakan tabung Wintrobe yang mempunyai diameter dalam 2,5 – 3 mm, panjang 110 mm dengan skala interval 1 mm sepanjang 100 mm. Volume tabung ini adalah 1 ml. Pada cara mikro digunakan pipet kapiler yang panjangnya 75 mm dan diameter dalam 1 mm.
11
Nilai rujukan : Laki-laki : 42% – 52% Perempuan : 36% – 46%
b. Hitung Jumlah Trombosit Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit diaktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia. Trombosit terbentuk dalam sumsum tulang. Masa hidup trombosit sekitar 7,5 hari. Sebesar 2/3 dari seluruh trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3 nya terdapat di limfa. Nilai rujukan : 170.000 – 380.000 sel/mm
3
14
c. Hitung Jumlah Leukosit Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan memfagosit
organisme
asing
dan
memproduksi
atau
mengangkut
/
mendistribusikan antibodi. Ada dua tipe utama sel darah putih yaitu granulosit dan agranulosit. Leukosit terbentuk di sumsum tulang (myelogenous), disimpan dalam jaringan limfatikus (limfa, timus, dan tonsil) dan diangkut oleh darah ke organ dan jaringan. Umur leukosit adalah 13-20 hari. Vitamin, asam folat dan asam amino dibutuhkan dalam pembentukan leukosit. Sistem endokrin mengatur produksi, penyimpanan dan pelepasan leukosit. Nilai Rujukan : 5.000 – 9.000 sel/mm
3
6. Sediaan Apus Darah Sediaan apus darah tepi (SADT) adalah pemeriksaan dengan cara mikroskopi, untuk mengamati morfologi sel darah dan komponen lain yang dapat memberikan informasi cukup banyak dan bermanfaat untuk mengetahui keadaan hematologic seseorang. Apusan
darah
18
tepi
dapat
memperlihatkan
trombositopenia
atau
trombositrosis yang jelas, tetapi jarang, pada pasien dengan diathesis perdarahan. Sediaan apus darah harus diambil dari ujung jari, karena antikoagulan dapat merubah morfologi trombosit (membengkak, besar).
15
Ciri-ciri sediaan yang baik yaitu : sediaan tidak melebar sampai pinggir kaca objek dan panjangnya ½ sampai ⅔ panjang kaca, pada sediaan harus ada bagian yang cukup tipis untuk diperiksa pada bagian itu eritsoit terletak berdekatan tanpa bertumpuk tidak menyusun gumpalan atau realoux, pinggir sediaan harus rata dan tidak boleh berlubang-lubang atau bergaris-garis, selain itu penyebaran leukosit tidak boleh buruk yaitu berhimpun pada pinggir-pinggir atau ujung-ujung sediaan dan berbentuk seperti peluru.
11,14
Tiap-tiap perhitungan lekosit harus di kontrol dengan pemeriksaan sediaan hapusan darahnya. Penaksiran jumlah lekosit harus di lakukan pada daerah
15
penghitungan (counting area) yaitu bagian untuk hapusan tempat eritrosit eritrosit terletak berdampingan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak saling bertumpukkan. Bila didapatkan 20 – 30 lekosit perlapang pandang ini kira kira sesuai dengan jumlah 5.000. Bila di dapatkan 30 – 40 lekosit perlapang pandang ini kira – kira sesuai dengan jumlah lekosit 7.500. Bila di dapatkan 40 – 50 per lapang pandang ini sesuai dengan jumlah lekosit kira – kira 10.000.
13,15,16
Gambar 7 Skema Diagram Preparat Apus Darah Tepi Metode Longitudinal
11
Gambar 8 Ciri – ciri sediaan apus yang baik
16
16
B.
Kerangka Pemikiran
Pemeriksaan Hematologi
Penggunaan dan Pemilihan
Lengkap
Antikoagulan yang tepat
Macam Jenis Antikoagulan :
Campuran Heparin
EDTA
Natrium Sitrat
Amoniumoxalat dan Kaliumoxalat
K 2EDTA
Antikoagulan yang paling bagus untuk
Darah + Antikoagulan dibuat Sediaan Apus Darah Tepi
K 3EDTA
pemeriksaan Hematologi
dengan pewarnaan Giemsa
Na2EDTA Dihitung jumlah sel dan morfologi granulosit
Membandingkan dengan nilai standar / kontrol : Yang diperiksa : Yang tidak diperiksa Gambar 9 Kerangka Pemikiran
17
C.
Kerangka Konsep
Antikoagulan K 2EDTA Jumlah dan morfologi Granulosit (Basofil, Eosinofil, dan Neutrofil) Antikoagulan K 3EDTA
Proses Pewarnaan
Gambar 10 Kerangka Konsep
D.
Hipotesis
H1 : Ada perbedaan pada jumlah dan morfologi leukosit pada sediaan apus darah dengan penggunaan antikoagulan antara penggunaan antikoagulan K 2EDTA dengan antikoagulan K 3EDTA.
18
E.
Definisi Operasional
Tabel 1 Definisi Operasional No
1.
Variabel
Definisi
Pemeriksaan
Granulosit
morfologi
merupakan
Granulosit
leukosit
Metode
Mikroskopik
Hasil
Skala
Mikroskop 1. Tidak Sesuai :
Nominal
Apabila jumlah yang
memiliki
Alat Ukur
granula
dan
morfologi
granulosit
yang
sitoplasma.
diperiksa
tidak
Berdasarkan
sesuai
atau
warna
tidak
sama
granula
dan
sitoplasm
dengan standar
saat
dilakuka
acuan / kontrol.
pewarnaan
2. Sesuai :
terdapat
3 jenis
granulosi
yaitu,
neutrofil,
Apabila jumlah dan
morfologi
granulosit
eosinofil
dan
basofil.
yang
diperiksa sesuai dengan standar acuan/ kontrol.
2.
Penggunaan
Sampel
yang Visual
Antikoagulan diperiksa
diberi
Mikroskop 1. K 2EDTA
Nominal
2. K 3EDTA
penambahan Antikoagulan K 2EDTA
atau
K 3EDTA 3.
Pemeriksaan
Sampel
SAD Tanpa
dengan
diperiksa Mikroskopik
Antikoagulan segar antikoaguan.
darah tanpa
Mikroskop 1. Jumlah
sel 1. Ratio
dalam satuan % 2. Morfologi granulosit
2. -
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Disain Penelitian
Disain penelitian yang digunakan yaitu penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah dan morfologi sel darah pada apusan darah tepi dengan menggunakan antikoagulan K 2EDTA dan K 3EDTA.
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian ini dilakukan di laboratorium Hematologi Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten. 2. Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan maret – juni 2017.
C.
Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa/I jurusan Analis Kesehatan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten. 2. Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Besaran sampel adalah besar kecilnya sampel atau banyak sedikitnya sampel yang diambil dari populasi Besarnya sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Rancang Acak Kelompok (RAK) :
( t – 1 ) ( r – 1 ) Keterangan :
> 15
t = pengulangan sampel r = banyaknya sampel
19
17
20
Maka : ( t – 1 ) ( r – 1 )
> 15
( 3 – 1 ) ( r – 1 )
> 15
2 ( r – 1 )
> 15
2r – 2
> 15
2r
> 15
r
> 17
+2
2 r
> 8,5 ( dibulatkan menjadi 15 )
Setiap orang diambil darah dari venanya secara ber kala yaitu 2x dengan volume masing-masing sampel sebanyak 3 ml dan dimasukkan ke dalam tabung tabung K 2EDTA, K 3EDTA dan dimasukkan ke tabung untuk kontrol. Kemudian dilakukan pembuatan apusan darah dan pengecatan giemsa dengan perbesaran 100x. Kriteria Inklusi :
D.
Laki – laki dan Wanita (yang tidak sedang menstruasi).
Sehat jasmani dan rohani.
Bersedia diteliti.
Wanita yang sedang menstruasi.
Memiliki penyakit, seperti anemia dan leukemia.
Tidak bersedia diteliti.
Instrumen Penelitian
1. Alat a)
Spuit 3 ml
e)
Kaca objek
b) Torniquet
f)
Pipet
c)
g)
Botol pencuci
Kapas steril
d) Kapas alkohol
h) Rak pewarnaan
21
i)
Jam
k) Tabung reaksi
j)
Mikroskop
l)
Rak tabung
2. Bahan a)
Tabung K 2EDTA
e)
Methanol
b)
Tabung K 3EDTA
f)
Minyak imersi
c)
Pewarna giemsa
g) Sampel darah
d) Aquadest
E.
Cara Pengumpulan Data
Data yang diperoleh merupakan data primer yang dikumpulkan berdasarkan hasil pemeriksaan langsung tentang morfologi sel leukosit pada darah dengan penggunaan antikoagulan K 2EDTA, K 3EDTA, dan tanpa antikoagulan sebagai kontrol.
F.
Cara Kerja
1. Metode Pemeriksaan Metode pemeriksaan yang digunakan pada penelitian ini adalah secara Mikroskopik dengan mengamati sediaan apus darah yang telah dibuat. 2. Prinsip Pemeriksaan Prinsip pemeriksaan sediaan apus darah yaitu dengan meneteskan darah lalu dipaparkan diatas kaca objek maka akan terbentuk satu lapisan tipis apusan/pulasan darah, kemudian difiksasi dengan methanol dan dilakukan pengecatan dengan Giemsa lalu diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
11
Prinsip pewarnaan didasarkan pada sifat kimiawi dalam sel. Zat warna yang bersifat asam akam bereaksi dengan komponen sel yang bersifat alkalis, demikian pula sebaliknya. Pewarnaan sediaan apus menguunakan prinsip Romanovsky yaitu menggunakan dua zat warna yang berbeda yang terdiri dari Azure B
22
(trimethylionin) yang bersifat basa dan eosin Y (tetrabromoflourescein) yang bersifat asam seperti yang dianjurkan oleh The International Council for Standardization in Hematology, dan pewarnaan yang dianjurkan adalah Wright11
Giemsa dan May Grunwald-Giemsa ( MGG). 3. Cara Kerja
a) Pengambilan sampel darah vena.
14
Pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam yaitu fossa cubiti yang berada pada daerah lipat siku. 1)
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat melakukan phlebotomy / pengambilan darah vena.
2)
Dicari letak vena dalam fossa cubiti pada sekitar lipat siku untuk memastikan lokasi penusukan.
3)
Dibersihkan daerah lipat siku dengan kapas alkohol 70% dan biarkan sampai kering.
4)
Jika memakai vena dalam fossa cubiti: maka digunakan ikatan pembendung (tourniquet) pada lengan atas dengan jarak 3 jari dari lipat siku agar vena terlihat dengan jelas.
5)
Ditusukkan jarum kedalam kulit dengan kemiringan 30-45
0
sampai ujung jarum masuk kedalam lumen vena. 6)
Dilepaskan atau regangkan pembendungan dan perlahan-lahan tarik pengisap semprit sampai jumlah darah yang dikehendaki.
7)
Dilepaskan pembendungan (tourniquet) jika masih terpasang.
8)
Diletakan kapas steril diatas jarum dan cabut semprit.
9)
Dilepaskan jarum dari semprit dan dialirkan (jangan disemprot) darah kedalam tabung K 2EDTA dan K 3EDTA yang tersedia melalui dinding lalu dihomogenkan 8-10 kali.
b) Membuat sediaan apus darah tepi Membuat sediaan apus darah dengan menggunakan kaca objek. Kaca objek yang akan dipakai harus kering, bebas debu dan bebas lemak.
23
Untuk menggeserkan dasar (penghapus) kepada kaca itu menggunakan kaca objek lain yang sisinya rata. 1)
11,14
Satu tetes kecil darah diletakkan pada + 2 – 3 mm dari ujung kaca objek. Kaca penghapus diletakkan dengan sudut 30 – 45 derajat terhadap kaca objek didepan tetes darah.
2)
Kaca penghapus ditarik ke belakang s ehingga tetes darah, ditunggu sampai darah menyebar pada sudut tersebut.
3)
Dengan gerak yang mantap, kaca penghapus di dorong sehingga terbentuk apusan darah sepanjng 3 – 4 cm pada kaca objek. Darah harus habis sebelum kaca penghapus mencapai ujung lain dari kaca objek. Apusan darah tidak boleh terlalu tipis atau terlalu tebal, ketebalan ini dapat diatur dengan mengubah sudut antara kedua kaca objek dan kecepatan menggeser. Makin besar sudut atau makin cepat menggeser, maka makin tipis apusan darah yang dihasilkan.
4)
Biarkan sediaan itu kering di udara. Lalu tulislah identitas pasien dan tanggal pada bagian sediaan yang tebal.
„
Gambar 11 Pembuatan SADT
11
c) Pewarnaan Giemsa 1) Sediaan yang sudah dibuat dikeringkan lalu diletakkan sediaan yang akan dipulas diatas rak tempat memulas dengan lapisan darah hadap ke atas. 2) Ditetesi dengan methanol absolut sehingga lapisan darah tertutupi 3-5 menit untuk merekatkan dan difiksasi.
24
3) Dibuang kelebihan methanol absolut dari kaca, lalu digenangi dengan giemsa yang sudah diencerkan (Giemsa stok 1:10 (1 tetes giemsa dan 10 tetes aquadest)) selama 20-30 menit. 4) Dibuang kelebihan giemsa dengan aquadest secara perlahan. 5) Diletakkan sediaan apus dengan posisi tegak pada rak dan keringkan diudara lalu amati morfologi sel darah dengan mikroskop pada perbesaran 100x dengan minyak imersi.
G.
11,14
Analisis Data
Dari hasil pengumpulan data, data akan diolah dengan cara ditabulasikan meliputi jumlah dan bentuk sel. Selanjutnya data dianalisa sec ara analitik dengan menggunakan uji beda dua rata – rata ( Paired T Test ) untuk membandingkan K 2EDTA dan K 3EDTA, lalu digunakan uji Anova untuk membandingkan antara Kontrol, K 2EDTA dan K 3EDTA.
25
H.
Jadwal Penelitian
Tabel 2 Rencana Jadwal Penelitian Tahun 2016-2017 No
Kegiatan
Jan – Feb
Maret
April
Mei
Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Studi Pustaka
2
Konsultasi dan Bimbingan
3
Penyusunan Proposal
4
Seminar Proposal
5
Perbaikan Proposal
6
Persiapan Penelitian dan Pembuatan Surat Izin
7
Penelitian dan Pengumpulan Data
8
Pengolahan Data dan Analisis Data
9
Penyusunan KTI
10 Sidang KTI
26
I.
J.
Anggaran Biaya
1. Pembuatan Proposal
: Rp.
100.000 ,-
2. Alat dan Bahan Penelitian
: Rp.
1.000.000,-
3. Penyusunan dan Penjilidan KTI
: Rp.
200.000,-
4. Transportasi
: Rp.
100.000,-
Total
Rp.
1.400.000,-
Sistematika Penulisan
Penyusunan dalam laporan penelitian ini dibagi menjadi lima bab, disusun sesuai dengan pedoman penyusunan yang telah ditentukan, yaitu sebagai berikut : BAB I
: Pendahuluan
BAB II
: Tinjauan Pustaka
BAB III
: Metode Penelitian
BAB IV
: Hasil dan Pembahasan
BAB V
: Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR
411/MENKES/PER/III/2010 TENTANG LABORATORIUM KLINIK. From. http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan-menterikesehatan-nomor-411-tahun-2010-tentang-laboratorium-klinik.pdf , diakses 08 Februari 2017 2. Riswanto. PEMANTAPAN MUTU PRA-ANALITIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
From.
https://www.scribd.com/doc/57806737/Pemantapan-Mutu-Pra-Analitik , diakses 08 Februari 2017 3. Nurrachmat R. Perbedaan Jumlah Eritrosit, Leukosit dan Trombosit Pada Pemberian Antikoagulan EDTA Konvensional dengan EDTA Vacuntainer [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro. 2005. 4. Am J Clin Pathol. Recommendations of the International Council for Standardization in Haematology for Ethylenediaminetetraacetic Acid Anticoagulation of Blood for Blood Cell Counting and Sizing. International Council for Standardization in Haematology: Expert Panel on Cytometry.
From.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8213631,
diakses 08 Februari 2017. 5. Narayanan, S. The Preanalytic Phase – An Important Component of Laboratory Medicine. Am J Clin Pathol. 2000 : 114 : 429 – 452. 6. Patel, Nayana. BD Global Technical Services receives many question about BD products. To address these questions, we have developed a periodic news bulletin called “Tech Talk”. 2009;7;1-2. 7. Boy
Kurniawan,
Liong. Konfirmasi
Apusan
Pseudotrombopenia. 2014;41 no. 6;422-424.
Darah
Tepi
untuk
28
8. Evalina DM. Perbedaan Jumlah dan Morfologi pada Penggunaan EDTA Konvensional dan EDTA Vacutainer [Artikel Karya Tulis Ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro. 2006. 9. Pearce C., Evelyn, 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis , Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 10. Effendi, Z, 2003. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh. Fakultas Kedokteran : Universitas Sumatera Utara. 11. Arif, Mansyur, 2015. Penuntun Praktikum Hematologi. Makassar: Universitas Hasanuddin. 12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. PEDOMAN INTERPRETASI DATA
KLINIK.
FROM.
https://www.researchgate.net/profile/Fauna_Herawati/publication/3035238 19_Pedoman_Interpretasi_Data_Klinik/links/5746c1db08ae298602fa0bb4 .pdf , diakses 08 Februari 2017 13. Ayu Dewi Sekarini. Gambaran Morfologi Eritrosit Pada Apusan Darah Tripotassium Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (K 3EDTA) Dengan Penundaan 1 jam, 2 jam, dan 3 jam [Karya Tulis Ilmiah]. Tangerang: Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten. 2015. 14. Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik . Cetakan 1. Jakarta: Dian Rakyat. 15. Waterburry, Larry. 1998. Buku Saku Hematologi. Edisi ketiga. Jakarta: EGC 16. Puji S, Rizqy. Kesesuaian Antara Hitung Jumlah Lekosit Menggunakan Estimasi dan Jumlah Lekosit Absolut [Karya Tulis Ilmiah]. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. 17. Sarwono, Jonathan. 2006. Metodologi
Penelitian
Kuantitatif
dan
Kualitatif . Yogyakarta: Graha Ilmu 18. Nugraha, Gilang. 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar . Cetakan 1. Jakarta: CV. Trans Info Media.
29
19. Harlan, Johan. 2006. Epidemiologi Kebidanan. Jakarta : Universitas Gunadarma.
30
Lampiran 1
31
31
DAFTAR ALAT YANG DIPINJAM
No. 1 2 3
Nama Alat Mikroskop Bak Pewarnaan Mikropipet 20µl
Jumlah 1 1 1
60 32 59
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN ANALIS KESEHATAN LEMBAR BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama
: Devy Arianti Lestari
NIM
: P 27903114009
Judul Penelitian
: Perbandingan Jumlah dan Morfologi Granulosit dengan Antikoagulan K 2EDTA, dan K 3EDTA.
Pembimbing
NO
: dr. Citra Trisna, MARS
Materi Bimbingan
Saran
Tanggal/Waktu
Tanda Tangan Mahasiswa
Tanda Tangan Pembimbing
1 2 3 4 5 6 7 8
Ketua Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten
Nining Kurniati, S.Pd, M.Kes NIP. 195909191980032002
61 33 59 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN ANALIS KESEHATAN LEMBAR BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama
: Devy Arianti Lestari
NIM
: P 27903114009
Judul Penelitian
: Perbandingan Jumlah dan Morfologi Granulosit dengan Antikoagulan K 2EDTA, dan K 3EDTA.
Pembimbing
NO
: Kadar Kuswandi, S.KM, M.Kes
Materi Bimbingan
Saran
Tanggal/Waktu
Tanda Tangan Mahasiswa
Tanda Tangan Pembimbing
1 2 3 4 5 6 7 8
Ketua Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten
Nining Kurniati, S.Pd, M.Kes NIP. 195909191980032002