PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
PADA KURIKULUM 2013 DAN KTSP
DI SMP N 1 TIKUNG DAN SMP ISLAM TIKUNG
KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN
Oleh : M. Ibad Sang Babil dan Putri Arum Sari
PBSI 2 SORE UNISDA LAMONGAN 2018
Abstrak
Salah satu kegagalan dalam pengajaran Bahasa Indonesia di SMP N 1 Tikung dan SMP ISLAM Tikung terletak pada orientasi pembelajaran yang hanya bertujuan untuk mencapai target penguasaan materi semata, sementara aspek keterampilan berbahasa yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa agar mampu dan terampilan dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan terabaikan. Seiring dengan perkembangan kurikulum problematika pengajaran Bahasa Indonesia semakin bertambah. Sesuai dengan kondisi yang ditemukan perubahan pembelajaran Bahasa Indonesia dari KTSP ke Kurikulum 2013 terkendala oleh Sumber Daya Manusia (SDM) guru yang mengajar. Rata-rata guru di SMP tersebut belum memiliki kesiapan dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang diharapkan pada Kurikulum 2013 dan masih terbiasa dengan pola KTSP. Guru lebih banyak berceramah sehingga timbul kesan guru aktif dan siswa pasif.
Kata kunci : problematika, pengajaran, Kurikulum 2013, KTSP
Pendahuluan
Adanya reformasi dalam sistem pendidikan, semua elemen pendidikan dituntut untuk meningkatkan kualitasnya. Tidak tertutup kemungkinan dalam proses ke arah yang lebih baik akan ditemukan berbagai problematika, salah satunya adalah problematika dalam bidang pembelajaran siswa mata pelajaran bahasa Indonesia. Pelajaran bahasa Indonesia di sekolah masih menghadapi kendala baik internal maupun eksternal. Otonomi penyelenggaraan pendidikan mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap sekolah terutama guru. Hal ini menuntut guru terutama guru bahasa Indonesia untuk lebih memiliki kompetensi berbahasa Indonesia yang tinggi.
Konsep keberhasil dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan Kurikulum 2013 maupun KTSP tidak akan tercapai bila kurikulum diartikan sempit, tidak termasuk metodologi pembelajaran. Kurikulum 2013 yang merupakan pengembangan dari KTSP diharapkan dapat menjawab tantangan peserta didik pada abad ke-21 dan penyiapan generasi tahun 2045. Mengatakan tidak ada kendala pada Kurikulum 2013 untuk pengajaran bahasa Indonesia adalah tidak tepat, karena problematika selalu ada untuk perubahan yang lebih baik.
Problematika dapat diartikan sebagai permasalahan atau masalah. Adapun masalah itu sendiri adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan atau dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik agar tercapai hasil yang maksimal. Problematika pembelajaran bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 dan KTSP di SMPN 1 Tikung dan SMP ISLAM Tikung merupakan salah satu contoh masalah yang perlu dipecahkan dan dicari solusinya.
Permasalahan
Adapun permasalahan pembelajaran bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 dan KTSP di SMPN 1 Tikung dan SMP ISLAM Tikung adalah sebagai berikut :
Problematika di SMPN 1 Tikung
Pada Kurikulum 2013
Karena terdesaknya pelaksanaan kurikulum 2013, kendalanya adalah terbatasnya waktu guru dalam membuat perangkat pembelajaran yang sesuai dangan tuntutan kurikulum, guru belum memiliki perangkat pembelajaran bahasa Indonesia yang lengkap, guru masih menggunakan perangkat RPP pola lama.
Guru belum begitu memahami penerapan pendekatan saintifik yang disarankan kurikulum 2013 sehingga pembelajaran bahasa Indonesia masih berpusat pada guru, bukan berpusat pada siswa. Hal ini terjadi karena siswa dan guru sudah terbiasa menggunakan metode mengajar dengan pola KTSP, sulit bagi guru mengubahnya.
Materi yang ada dalam buku siswa cukup sulit bagi siswa yang wawasan pengetahuannya terbatas atau siswa yang daya nalarnya katagori C (lambat berpikir) untuk memahami buku teks pelajaran, siswa katagori ini harus dibantu oleh guru secara penuh agar siswa dapat memahami pelajaran dengan baik dan sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Siswa memiliki keberagaman kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan semua kompetensi tersebut dalam kurikulum 2013 harus terayomi dengan baik dan sesuai dengan kondisi siswa yang ada di kelas. Apabila hal tersebut tidak terlaksana, komponen penting dalam kurikulum 2013 tidak akan tercapai maka siswa mengalami kendala dalam mengikuti pelajaran.
Dalam kurikulum baru, siswa ditekankan pada keaktifan siswa dalam melaksanakan tugas-tugas karena pada kurikulum 2013 ini ada banyak tugas yang dilakukan oleh siswa. Siswa yang tidak terbiasa dengan tugas-tugas atau latihan yang selalu ada dalam kurikulum ini, dia akan merasa keberatan atau paling tidak ada semacam keluhan.
Untuk sarana dan prasarana pembelajaran di SMPN 1 Tikung sudah cukup memadai dan dapat mendukung proses pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013. Hanya saja yang menjadi kendala adalah kemampuan gurunya dalam menggunakan sarana dan prasarana tersebut terbatas.
Problematika di SMP ISLAM Tikung
Pada KTSP
Siswa kurang mampu dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, saat pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung banyak siswa yang menggunakan bahasa daerah dan bahasa gaul sehari-hari.
Dalam pembelajaran menulis siswa kurang memahami bahasa baku dan tidak baku. Siswa sering menggunakan singkatan yang tidak sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia.
Kemampuan siswa dalam menyimak dan menceritakan kembali sebuah cerita yang sudah diperdengarkan juga salah satu kendala pembelajaran bahasa dalam mendengar dan berbicara, siswa tidak bisa fokus pada materi menyimak dan malu untuk bercerita atau berbicara.
Peran aktif guru dalam pelaksanaan belajar mengajar membuat siswa kurang bertanggung jawab dan sering berbicara sendiri saat KBM berlangsung, ketika guru memberi tugas semua siswa kembali bertanya sehingga guru harus menerangkan kembali materi yang sama.
Guru belum memaksimalkan media belajar yang tersedia pengajaran hanya berpedoman pada buku ajar dan LKS sebagai penunjang sehingga siswa kurang tertarik.
Pemecahan Masalah atau Solusi
Pada Kurikulum 2013
Disarankan guru membuat perangkat pembelajaran khususnya RPP yang sesuai dengan kurikulum. Jika guru belum mampu membuat RPP yang sesuai dapat dilaksanakan bimbingan teknis atau diklat pembuatan RPP pada guru yang bersangkutan agar kompetensi guru sesuai dengan standar kurikulum.
Guru harus bisa bersikap profesional dalam mengajar, jika kurikulum sudah berubah maka guru juga harus mengikutinya dan segera mempelajarinya. Seperti pada kurikulum 2013 guru harus bisa memilih media belajar sesuai dengan minat dan karakteristik siswa, agar semangat dan motivasi siswa dalam pembelajaran semakin tinggi. Siswa perlu dipancing oleh guru mencari media lain, seperti koneksi internet, media surat kabar, majalah, dan lingkungan sekitar, sehingga siswa belajar tidak terasa monoton.
Terbatasnya materi yang terdapat dalam buku siswa membuat guru kesulitan dalam mengembangkan materi pelajaran bahasa Indonesia. Dalam buku siswa hanya terdapat sedikit penjelasan materi, untuk itu perlu inisiatif guru untuk menambah materi di buku lain sebagai pelengkap agar guru dapat memberikan penjelasan kepada siswa sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan siswa. Materi bahasa Indonesia dalam buku siswa sangat terbatas dan singkat, serta istilah-istilah yang digunakan belum dipahami oleh siswa dan guru. Untuk itu disarankan siswa dan guru lebih banyak membaca buku-buku referensi untuk menambah pemahaman dan kompetensi dalam belajar-mengajar. Guru juga dihimbau agar selalu memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu membaca dan mencari bahan atau materi yang ada di perpustakaan.
Guru harus memiliki kesabaran untuk membimbing siswa sampai tuntas, baik siswa memiliki kemampuan berpikir cepat, sedang, dan lambat. Sehingga komponen dalam kurikulum 2013 dapat terlaksana dan siswa tidak ada kendala dalam pembelajaran.
Guru harus pandai dalam memotivasi siswa karena tanpa dimotivasi siswa akan malas mengerjakan tugas-tugas yang harus diselesaikannya. Untuk itu, guru harus pandai menyiasati dan memotivasi siswa agar dalam mengerjakan tugas akan lebih terarah dan bersemangat.
Perlu diadakan bimbingan terhadap guru yang belum mampu menguasai alat dan media pembelajaran yang berbasis teknologi seperti menggunakan komputer, LCD dan media pembelajaran dengan power point atau vidio.
Pada KTSP
Saat pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung guru sebaiknya mewajibkan siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar saat berkomunikasi dengan teman ataupun bertanya kepada guru. Agar siswa semangat guru perlu memberi penghargaan kepada siswa yang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.
Materi menulis perlu mendapat perhatian dari guru khususnya guru bahasa Indonesia. Guru harus lebih teliti dalam mengoreksi tulisan siswa. Apabila ditemukan ejaan atau tanda baca yang salah sebaiknya tulisan dikembalikan kepada siswa untuk diperbaiki.
Sebelum pembelajaran berlangsung sebaiknya dijelaskan tujuan pembelajaran dan manfaat pembelajaran menyimak dan berbicara. penggunaan media yang menarik dalam menyimak seperti menggunkan tanyangan vidio atau pengeras suara juga perlu dilakukan untuk menarik perhatian siswa.
Pada awal pembelajaran dimulai harus dibuat kesepakatan bahwa saat guru menerangkan semua siswa harus mendengarkan dengan baik. Jika tidak memperhatikan guru memberi teguran dan tidak akan mengulang penjelasan.
Guru perlu memaksimalkan pengajaran dengan memanfaatkan sarana yang ada dan memilih media belajar sesuai minat dan karakteristik siswa saat itu.
Simpulan dan Saran
Problematika pembelajaran bahasa merupakan masalah atau kendala yang perlu mendapat penyelesaian agar pembelajaran bahasa dapat maksimal. Masalah itu timbul bukan hanya dari faktor internal (guru dan siswa) tapi juga dari faktor eksternal (media pemebelajaran dan bahan ajar). Pengembangan kurikulum juga bisa menjadi salah satu kendala pembelajaran bahasa Indonesia. Kedidaksiapan guru menggunakan kurikulum baru dalam pelaksanaan pembelajaran dapat menggangu proses belajar siswa. Penggunaan kurikulum lama juga terasa tidak sesuai dengan perkembangan zaman seperti sekarang.
Diharapkan problematika dan penyelesaian diatas dapat membantu mengatasi permasalahan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah terkait.