BAB I PENDAHULUAN 1. Prin Prinsi sip p Uji Uji Seru Serulo logi gi Serologi adalah ilmu yang mempelajari reaksi kompleks kekebalan dalam
serum secara invitro. Dalam reaksi tersebut terjadi interaksi antara antigen(Ag) dan antibo antibody dy (Ab). (Ab). Uji serulo serulogol golii adalah adalah uji yang yang menggun menggunaka akan n serum serum darah darah yang mengandung antibody (Ab) dan Antigen (Ag) baik berupa virus, bakteri maupun benda yang dianggap asing oleh tubuh. Antige Antigen n merupak merupakan an suatu suatu substa substansi nsi yang bila bila memasu memasuki ki inang inang verteb vertebrat rataa menimb menimbulka ulkan n respon respon kekebal kekebalan an yang membawa membawa kepada kepada terben terbentuk tuknya nya kekebal kekebalan an padatan. espon ini mengakibatkan pembentukan antibodi spesi!ik yang beredar dalam aliran darah (imunitas humoral) atau merangsang peningkatan jumlah sel"sel reaksi khusus yang disebut lim!osit (#elc$ar and %han, & '). Antibo Antibodi di yaitu yaitu protei protein n yang yang diprod diproduks uksii sebagai sebagai akibat akibat pemberi pemberian an suatu suatu anti antigen gen dan memp mempuny unyai ai kemam kemampua puan n untuk untuk berg bergabu abung ng deng dengan an anti antige gen n yang yang mera merang ngsa sang ng produ produks ksin inya ya.. Antig ntigen en yaitu yaitu suat suatu u $at yang yang dapat dapat didet dideteks eksii bila bila dimasukkan ke dalam tubuh hewan serta dapat menginduksi respon imun (awet$, &'**). Uji serologis yang dapat dipakai antara lain hemaglutinasi (+A), hambatan hemaglutinas hemaglutinasii (+), (+), netralisasi netralisasi virus dalam embrio embrio ayam, netralisasi netralisasi virus dalam kultur sel, - test, /gg bit, /0SA, agar gel presipitasi (A1#). 2amun dalam praktikum ini uji yang dilakukan adalah uji +A, + dan A1#. A1#. Uji +A lambat digunakan untuk mengetahui titer virus, kemampuan virus dalam mengin!eksi mengin!eksi yang ditandai ditandai dengan adanya hemaglutinas hemaglutinasii eritrosit eritrosit.. iter iter virus dapat diketahui dengan melihat sumuran terakhir pada nomor tertinggi (end (end point ) yang menunjukkan adanya hemaglutinasi positi!. +al itu ditandai dengan adanya agregat"agregat di dasar sumuran (1rimes. 3443). #rinsip dari uji + lambat adalah mengetahui adanya antibodi yang mampu menghambat proses hemaglutinasi oleh virus. Uji ini untuk menentukan titik antibodi terhadap hemaglutinasi virus. 5ila terdapat antibodi dalam jumlah mencukupi untuk memb memben entu tuk k komp komple leks ks denga dengan n viri virion on,, hemag hemaglut lutin inas asii diham dihambat bat,, dan dan erit eritro rosi sitt
mengendap. Sebaliknya bila antibodi terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi maka eritrosit diaglutinasi oleh virus dan membentuk endapan (5eard.&''). #rinsip dari uji A1# yaitu adanya ikatan antibodi spesi!ik dengan antigen yang ditandai dengan adanya garis presipitat. +al ini disebabkan karena antigen virus berdi!usi melalui pori"pori puri!ied semisolid agar dan bereaksi dengan antibodi. #resipitasi antigen oleh antibodi dapat pula terjadi pada medium semisolid yang biasa dipakai yaitu pure agar dari Euchemia spinosum. #ermunian g6 dengan metode sederhana dengan menggunakan ammonium sul!at dan menggunakan membran nitrosellulosa sebagai dialysis. 7edua perlakuan tersebut bertujuan untuk mendapatkan protein murni tanpa adanya protein"protein lain, serta penambahan #/1 yang bertujuan untuk menghilangkan partikel lemak pada kuning telur. A. Tujuan &. Uji +a untuk mengetahui kemampuan virus mengaglutinasi eritrosit dan mengetahui jumlah titer virus. 3. Uji +i untuk menentukan titer antibodi yang ada dalam serum darah ayam dan mampu digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kekebalan ayam terhadap virus tersebut. 8. Uji A1# untuk mengetahui adanya antigen virus dan antibodi tubuh. 9. #uri!ikasi dilakukan untuk mendapatkan g6 murni.
BAB II METODE 2.1. Wa!u "an Te#pa!
#raktikum ini dilaksanakan mulai tanggal &: ;ktober < = Desember 34&3 bertempat di 0aboratorium erpadu dan 0aboratorium 7ultur aringan >akultas 7edokteran +ewan nstitut #ertanian 5ogor.
2.2 Ala! "an Ba$an
Ala! %
&. 3. 8. 9. =. *. :. .
-ikroplate ? dengan '* lubang -ikropipet &44 ul, =4 ul dan 3= ul Sentri!us Spuit abung reaksi dan tabung sentri!us imbangan /rlemeyer 0ampu.
'. 5aker gelas &4. #ipet bersekala &&. %awan petri &3. abung eppendor! &8. 7ompor gas &9. 1el puncher &=. 5askom bertutup &*. ;byek gelas
Ba$an%
&. 3. 8. 9. =. *.
0arutan 2a%l 4,=@ 2atrium sitrat 8,@ Akuades p+ :,9 (netral) Suspense sel darah merah ayam & @ 0arutan #5S ?irus A standar 9 +AU
:. Serum anti"A . Serum anti"5 '. Antigen A &4. Antigen 5 &&. Agarose untuk A1# &3. 7ertas timbang
2.& Prose"ur 'erja 1(. Pe#)ua!an *B+
Sel darah merah ayam yang diambil dari vena brachialis 3"8 ml SD-, dengan penambahan antikoagulan dapat berupa 2atrium sitrat 8,@ dengan perbandingan 9&, darah kemudian dihomogenkan perlahan"lahan. Setelah itu disentri!us &=444 rpm selama &4 menit, supernata dibuang kemudian endapan sel darah merah dicuci dnegan larutan 2a%l !isiologik ( 4,=) dengan volume yang sama. +al ini dilakukan sebanyak 8 kali, setelah itu endapan diberlakukan sebagai larutan dengan kosentrasi &44@.
2(. Uji He#aglu!inasi ,HA( Prose"ur%
1. -asukan 3= Bl #5S pada lubang pertama sampai lubang ke"&3 menggunakan
mikropipet 3= Bl, dengan mikropipet 3= Bl suspense virus atau antigen masukan ke tabung pertama. 2. Dengan mikropipet 3= Bl, homogenkan suspense virus dengan #5S pada tabung pertama dengan cara menghisap dan meneteskan cairan tersebut., lakukan cara ini paling tidak lima kali. &. Ambil 3= Bl suspense dari lubang pertama, kemudian pindahkan ke lubang kedua kemudian homogenkan seperti langkah no 3. Selanjutnya, pindahkan 3= Bl ke lubang 8, begitu seterusnya sampai lubang ke &&. Dari lubang ke"&& diambil 3= Bl suspense lalu dibuang. #ada tabung ke &3 sebagai control negative, jadi hanya berisi #5S. -. ambahkan 3= Bl suspense sel darah metah &@ ke dalam seluruh tabung.
Pe#)aaan Hasil%
#embacaan hasil uji dapat dilakukan apabila eritrosit pada tabung kontrol telah mengendap ke dasar lubang. 0ubang no. &3 tidak terjadi aglutinasi. +asil dikatakan positi! bila terjadi aglutinasi yang komplit dari sel darah merah, yang terlihat bentuk kasar seperti pasir pada pinggir dasar lubang. 5atas nilai dari titrasi adalah pengenceran tertinggi dari antigen yang masih menghsilkan aglutinasi komplit. #erhitungan +A dilakukan dengan cara menghitung lubang yang positi! dimulai dari lubang pertama. Apabila aglutinasi terjadi sampai pada lubang ke"*, maka titer +A dinyatakan dengan nilai 3* yaitu sama dengan *9 +A Pen/iapan An!igen AI - HAU
Untuk membuat enceran antigen 9 +A dilakukan dengan cara mengencerkan satu bagian dari stok antigen CCC..yang mempunyai titerCC+A dengan CC bagianC.. Ti!rasi 'e#)ali
&(. Uji Peng$a#)a! Aglu!inasi ,HI( Prose"ur 1. -asukan 3= Bl #5S pada lubang pertama sampai lubang ke &3 menggunakan
mikropipet 3= Bl. 2. Dengan mikropipet 3= Bl, ambil 3= Bl serum kebal A dan masukkan kedalam lubang pertama. &. Dengan mikropipet 3= Bl yang baru, lakukan penghomogenan serum dengan larutan #5S pada lubang pertama dengan cara menghisap dan meneteskan larutan tersebut, lakukan cara ini paling tidak lima kali -. Ambil 3= Bl dari lubang pertama lalu pindahkan ke lubang yang kedua, kemudian homogenkan. 5egitu seterusnya sampai lubang ke &4. Dari lubang ke"&4 diambil 3= Bl lau dibuang. #da lubang ke"&& sebagai control serum hanya berisi larutan #5S dan serum, sedangkan lubang &3 sebagai control virus berisi larutan #5S dan virus. 0. ambahkan 3= Bl virus standar kedalam semua lubang, kecuali lubang ke"&, kemudian inkubasi selama &= menit. . Setelah diinkubasi, tambahkan 3= Bl suspense sel darah merah &@ ke dalan seluruh lubang mikroplat. . 7ocok lubang dengan
menggoyang"goyangkan
mikroplat
kemudian
diinkubasikan pada suhu ruang selama 84"*4 menit, kemudian di baca hasilnya. Pe#)aaan Hasil%
#embacaan hasil dapat dilakukan apabila eritrosit pada lubang control telah mengendap ke dasar tabung. 0ubang no. && tidak terjadi aglutinasi sedangkan pada lubang &3 terjadi aglutinasi. +asil dikatakan positi! bila tidak terjadi aglutinasi sel darah merah, yang terlihat bentuk tetes air mata dilubang. 5atas nilai dari titrasi adalah pengenceran tertinggi dari antobodi yang masih dapat menghambat aglutinasi dikalikan titervirus standar. -(. Uji A3PT ,Agar Preipi!a!ion( Pen/iapan Me"ia Agar
&. #embuatan agar buat agarose &@ dalam #5S aEuades (&&) dan 2a acide 4,4&Fml, masukkan magnet stirrer dan aduk campuran tersebut samapai larut. 3. #anaskan hingga mendididh samapi terlihat bening semua yang berarti agar sudah larut sempurna menggunakan penangas air. 8. 5uat preparat agar dengan menuang 8 ml larutan agar hangat ke atas objek gelas (tuang dengan cepat dan ratakan). 9. Setelah dingin buat sumur dengan melubangi agar menggunakan cetakan khusus untuk A1# (1el #uncher). Usahakan supaya pinggiran sumur tidak retakFpecah. Pengisian
&. -edia agar yang telah siap, diisi dengan antigen dan serum. 3. -edia agar yang telah diisi tersebut dimasukkan kedalam baskom yang telah diberi alas kertas yang dibasahi #5S, pasang tutupnya dan inkubasi dalam suhu kamar selama 3"8 hari. 7elembapan dijaga dengan membasahi kertas alas. Dalam percobaan dilakukan uji A1# terhadap serum ayam dan kelinci. #ada serum ayam dibuat empat perlakuan yaitu &) antigen tidak diencerkan berbanding dengan #5S ), 3) diencerkan && ( =4 Bl antigen =4 Bl #5S ), 8) diencerkan &9 ( 34 Bl antigen 34 Bl #5S ), 9) diencerkan &' ( &4 Bl antigen '4 Bl #5S). Dalam percobaan ini dibuat tujuh sumuran pada medium puri!ied agar semisolid. Sumuran
yang berada di tengah ditetesi dengan antibodi virus 5 dan enam sumuran yang lain ditetesi dengan antigen virus. #ada serum kelinci diberikan lima perlakuan dan antigen yang digunakan adalah antigen A, &) Antigen tidak diencerkan, 3) pengenceran && ( 3= Bl #5S 3= Bl antigen), 8) pengenceran 3& ( 84 Bl #5S &= Bl antigen), 9) pengenceran 8& ( 9= Bl #5S &= Bl antigen), =) pengenceran 9& ( =4 Bl #5S &4 Bl antigen). Dalam percobaan ini dibuat tujuh sumuran pada medium puri!ied agar semisolid. Sumuran yang berada di tengah ditetesi dengan antibodi virus A dan enam sumuran yang lain ditetesi dengan antigen virus. 7emudian inkubasi pada suhu 8:4% selama 3 hari. Suhu tersebut adalah suhu tubuh yang merupakan suhu yang baik bagi pertumbuhan virus, sedangkan waktu 39 jam merupakan waktu minimal yang diperlukan virus untuk tumbuh. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
&.1 Uji HA ,Hae#aglu!ina!ion Tes!(
#ada praktikum ini antigen (virus 2D) diperoleh dari 0aboratorium. Setelah dilakukan uji +A menunjukkan titer virus mampu mengikat sel darah merah hingga pada pengenceran 3:. 7elinci disuntik A. +asil uji +A dapat dilihat pada gambar &.
1ambar &. +asil uji +A lambat dan +A cepat
#engujian yang pertama yaitu uji +A (+aemaglutinasi), dengan antigen yang digunakan adalah A. Antigen ini memiliki kemampuan yang dapat mengikat (mengaglutinasi) sel darah merah pada unggas ataupun mamalia. #ada uji +A terdapat uji secara cepat dan lambat. #ada uji +A cepat digunakan untuk mendekteksi ada tidaknya virus, eritrosit yang digunakan =@. #ada uji +A lambat merupakan salah satu uji yang digunakan unutk mengukur titer antigen yang selanjutnya digunakan untuk uji +, dengan menggunakan mikroplate '*. +asil dari praktikum uji +A cepat dan lambat dapat dilihat pada gambar &.
#ada hasil praktikum ini didapat, pada uji +A cepat positif yang
ditandainya adanya
aglutinasi dimana akan terlihat butiran-butiran
seperti pasir diatas objek glass, selanjutkan dilakukan uji +A lambat. Uji +A lambat teramati reaksi
hemaglutinasi pada pelat mikro. iter virus yang
diperoleh adalah 3: G &3 unit +A, yang berarti di dalam 4,4= ml eritrosit terdapat virus &3 unit +A (unit +A adalah satuan penghitungan virus yang mampu menghemaglutinasi eritrosit), artinya adalah antigen yang diencerkan *9 kali masih mampu mengaglutinasi eritrosit 4,=@. %ara hitung 9 +AU, setelah uji +A lambat didapat jumlah titer virus sebanyak 3: G &*+A unit. +asil tersebut dibagi 9, jadi &3F9 G 83. adi untuk mendapat virus 9 +A maka & bagian virus ditambah dengan 8& bagian #5S. Apabila telah mendapatkan 9 +AU, maka langkah selanjutnya dapat dilakukan untuk membuat titer antigen stock sehingga dapat digunakan untuk uji +, dengan menggunakan serum yang berbeda.
nterpretasi dari data adalah jika titer virus tinggi maka prognosanya kurang baik karena in!eksi yang berjalan dalam tubuh berlangsung signi!ikan. #ada uji ini bisa jadi reaksi aglutinasi yang terjadi sudah tidak akurat lagi karena pengamatan dilakukan sudah agak lama setelah terjadinya proses reaksi aglutinasi sehingga bisa jadi tercampur dengan reaksi elusi karena virus juga memiliki protein neuraminidase yang mampu mengelusi reaksi aglutinasi yang sudah jadi. 5eberapa virus mampu mengaglutinasikan sel darah merah. 7emampuan ini sebagai contoh dari aktivitas biologik dan aktivitas ini dapat dihambat oleh antibodi tertentu. Sisi partikel virus yang spesi!ik dapat berinteraksi dengan reseptor mukoprotein pada sel darah merah dan permukaan sel lain. nteraksi dari sisi reseptor dan virion membuat aglutinasi sel darah merah menjadi tampak. /n$im virus neuraminidase memecah ikatan antara virus dan sel, dan melepas keduanya ke dalam larutan. Antigen adalah bagian virus yang mengandung ikatan dan antigen dari virus digunakan untuk uji hemaglutinasi (Stephen, &'4). 5eberapa virus memiliki virus-coded protein pada permukaannya yang mampu berikatan dengan sel darah merah. +al tersebut memungkinkan beberapa virus dapat menghubungkan beberapa sel darah merah menjadi satu gumpalan (lattice). >enomena ini dinamakan hemaglutinasi, pertamakali dijelaskan oleh +irst tahun &'9& (>enner et al . &':9). ?irus yang dapat mengaglutinasi sel darah merah itu antara lain ortho" dan paramyHovirusI al!a", !lavi", dan bunyavirusI serta adeno", reo", parvo", dan coronavirus (i$ard &'). +emaglutinasi yang diakibatkan oleh virus in!luen$a dan paramoHovirus
berbeda
dengan
virus
lain
kerana
disertai
dengan
en$im
(neuraminidase). 2euraminidase ini yang menghancurkan reseptor glikoprotein dengan bentuk yang berbeda (>enner et al . &':9).
&.2 Uji HI , Ha#)a! Aglu!inasi( Hasil Uji HI +asil uji +i menunjukkan titer antibody yang dihasilkan mencapai
pengenceran 3'. +asil uji + dapat dilihat pada gambar 3.
#ada uji lambat digunakan pelat mikro sebanyak & baris, pada uji + lambat control virus adalah lubang no &3 dan control serum adalah lubang no &&. Uji + mempunyai dua !ungsi, yaitu pertama sebagai sarana untuk mengidenti!ikasi jenis antigen tertentu dengan mereaksikannya terhadap antibodi homolog yang telah diketahui dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kekebalan ayam terhadap virus tersebut. 7edua adalah untuk mengetahui jenis antibodi dan titernya, dengan cara mereaksikan serum yang ingin diketahui jenis antibodinya dengan antigen standar yang telah diketahui (7usumawardhani 344). iter antibodi yaitu pengenceran tertinggi dari serum yang masih mampu menghambat reaksi a glutinasi eritrosit. #ada praktikum digunakan virus 9 +A yaitu virus yang sudah mengalami pengenceran 8 H dengan cara mencampur & bagian virus dengan 8 bagian pengencer. Setelah 84 menit kemudian diadakan pembacaan dengan cara memiringkan lubang 9=J. +asil positi! ditunjukkan dengan endapan eritrosit yang terbentuk di dasar tabung karena hemaglutinasi dihambat, sedangkan hasil negati! ditunjukkan dengan tidak adanya endapan, yang berarti eritrosit terhemaglutinasi.
#ada uji + ini diperoleh hasil sumuran yang tidak terjadi endapan (hemaglutinasi dihambat) adalah sumuran & s.d sumuran ', titer virus yang didapat '
adalah 3 G 3=* unit + yang artinya di dalam 4,43= ml serum terdapat =&3 unit antibodi yang mampu menghambat hemaglutinasi. ika titer antibodi terhadap virus tinggi maka prognosanya baik karena tubuh mempunyai respon yang baik dalam upaya untuk mengatasi gangguan in!eksi. Hemaglutinasi inhibisi test (+), digunakan untuk mengidenti!ikasi virus spesi!ik dan untuk menghitung level antibodi dalam serum (i$ard &').Uji + menghambat aglutinasi sel darah merah oleh virus dengan cara virus diikat oleh antibodi yang homolog sehingga tidak dapat melekat pada reseptor membran sel darah merah. Dengan demikian aglutinasi sel darah merah tidak terjadi. Kat haemaglutinin yang terdapat dalam tubuh virus atau bakteri tersebut bersi!at antigenik yang dapat merangsang terbentuknya antibodi spesi!ik. Antibodi yang terbentuk tersebut memiliki kemampuan menghambat terjadinya aglutinasi darah yang disebabkan oleh haemaglutinin dari virus. Uji + menggunakan reaksi hambatan haemaglutinasi tersebut untuk membantu menentukan diagnose penyakit secara laboratorium dan mengetahui status kekebalan tubuh (titer antibodi). #rinsip kerja dari uji + adalah mereaksikan antigen dan serum dengan pengenceran tertentu sehingga dapat diketahui sampai pengenceran berapa antibodi yang terkandung dalam serum dapat menghambat terjadinya aglutinasi eritrosit. Uji + merupakan metode uji serologis yang mudah dilakukan dan hasilnya dapat diketahui dengan cepat (7usumawardhani 344). &.& Uji A3PT Hasil Uji A3PT
Uji A1# dilakukan sebanyak dua kali yaitu, uji A1# pada kelinci yang divaksin A dan uji A1# pada ayam yang divaksin 5. +asil uji A1# dapat dilihat pada gambar 8. 7eterangan &. Serum, 3. Antigen, 8. 1aris #resipitasi.
2 3
eknik
imunodi!usi
merupakan salah satu cara untuk menganalisa keberadaan antibodi. Salah satu tekniknya adalah Agar Gel Presipitation Test (A1#). Uji ini menggunakan teknik presipitasi (pengendapan) antigen oleh antibodi yang sesuai. Uji ini bersi!at kualitati! yaitu dapat mengetahui keberadaan antibodi spesi!ik antigen atau tidak. nteraksi antigen"antibodi invitro yang merupakan dasar imunokimia terdiri dari kategori primer
dan
katekori
sekunder.
nteraksi
antibodi"antigen
sekunder
dapat
mengakibatkan presipitasi, sehingga Agar Gel Presipitation Test (A1#) termasuk dalam kategori ini. A1# merupakan teknik imunopresipitasi yang banyak dipakai untuk mengukur titer antigen atau antibodi. Lalaupun uji ini kurang peka dibandingkan dengan uji pengikatan primer, namun relati! mudah dilakukan (Anonim(9) 34&4). Uji #resipitasi Agar atau nama lainnya adalah Double Immunodiffusion Test atau Ouchterlo!"s Test bertujuan untuk mengetahui apakah serum atau antibody yang ditest merupakan antibodi spesi!ik terhadap virus yang digunakan yang telah diketahui. Uji ini dapat pula digunakan untuk mengetahui virus spesi!ik yang dapat bereaksi dengan antibodi yang telah diketahui. adi proses reaksinya dapat dibalik. #ada uji agar gel presipitasi digunakan media purified agar semisolid . #rinsipnya adalah adanya ikatan antara antibody spesi!ik dengan antigen. Uji ini menggunakan selapis media agar yang dilubangi. 7emudian kedalam sumur"sumur tersebut masing"masing diisi dengan antigen dan serum atau kuning telur yang mengandung antibodi pereaksi. Antigen dan antibodi akan merembes, berdi!usi disekitar sumur secara radial. Setelah diamati didapat hasil, untuk serum ayam dan kelinci yang perlakuan antigen yang tidak diencerkan memperlihatkan hasil yang positi! dimana terdapat
garis presipitasi. +al ini dikarenakan antibodi dan antigen bereaksi secara spesi!ik akan terbentuk kompleks antigen"antibodi yang mengendap dan terbentuk garis putih pada gel yang disebut garis presipitasi (Agrios 344=). #ada perlakuan antigen yang diencerkan memberikan hasil yang negati! dimana tidak terjadi garis presipitat diantara
sumuran. +al ini dapat terjadi karena
konsentrasi virus atau antigen tidak seimbang, dan bisa juga disebabkan karena antibodi yang digunakan bukan merupakan antibodi spesi!ik, sehingga pita"pita akan terus terbentuk tetapi larut dan tidak mengendap dalam kecepatan yang sama sehingga tidak teridenti!ikasi. 7eberhasilan uji ini ditentukan oleh keseimbangan konsentrasi antigen dan antibodi, jarak antara sumuran, kedalaman sumuran, p+ yang sesuai, suhu (8:4%), kelembaban (:4 < 4@). 7elembaban harus sesuai untuk interaksi virus dengan antibodi. ika kelembaban rendah maka agar akan cepat kering sehingga pori < pori mengecil dan antigen
&.- Puri4iasi Ig5
munoglobulin 6 (g6) banyak ditemukan pada serum dan telur (%arlander, 3443I aj et al ., 3449). Secara !ilogenetik g6 tidak serupa dengan g1 mamalia (aj et al ., 3449) namun ia memiliki !ungsi biologis yang sama dengan g1 mamalia (Larr et al ., &''=). -olekul g6 ditransportasikan ke telur sama dengan trans!er g1 mamalia melalui plasenta. -olekul g6 pada kuning telur yang baru menetas. Antibodi dalam sebutir telur berisi sama dengan antibodi yang dihasilkan sekali pemanenan darah kelinci. g6 sangat stabil pada kondisi normal. g6 dapat disimpan selama &4 tahun pada suhu 9M %, selama * bulan pada suhu kamar, dan satu bulan pada suhu 8:,9M % tanpa ada penurunan aktivitas antibodi (aj et al ., 3449). Shin et al$ (3443) menyatakan bahwa g6 stabil pada suhu 94M %, dan hanya kehilangan 34@ aktivitasnya pada pemanasan dengan suhu *4M % selama &4 menit, stabil pada p+ 9 sampai , serta memiliki konsentrasi ',9 mgFml kuning telur.merupakan maternal antibodi yang diturunkan pada ayam #ada praktikum ini proses puri!ikasi g6 dari telur ayam menggunakan kloro!orm dan #/1 *444. 7loro!orm dapat digunakan untuk mengekstraksi komponen yang tidak larut dalam air seperti lemak (Anonim, 34&9). #encampuran kuning telur dengan kloro!orm dimaksudkan untuk menghilangkan lemak yang ada pada kuning telur. Setelah disentri!us suspensi protein berada pada lapisan atas dan pengotor < pengotor berada pada lapisan bawah. 0angkah selanjutnya mengambil bagian supernatan tersebut dan menambahkan #/1 *444. #emberiah #/1 ber!ungsi untuk mempresipitasikan g6 (Libawan et al ., 34&4). #emberian ammonium sul!at juga ber!ungsi untuk mempresipitasikan g6. #roses berikutnya adalah dilakukan dialisis dengan menggunakan membrane nitroselulosa (gambar 9).
BAB I6
PENUTUP
'esi#pulan
Dari hasil dan pembahasan terhadap praktikum ini maka dapat ditarik kesimpulan, &. Uji +A menunjukkan titer virus mampu mengikat sel darah merah hingga pada pengenceran 3:. 3. Uji + menunjukkan titer antibodi yang dihasilkan mencapai pengenceran 3'. 8. Uji A1# terdapat garis presipitasi pada kedua sampel serum pada larutan dan antigen yg tidak diencerkan. 9. g6 yang didapat dengan penambahan ammonium sul!at dan penggunaan membran nitrosellulosa sebagai dialisis.
DA7TA* PUSTA'A
5eard, %. L.I&'' n!luen$a dan Serologic #rocedure, dalam A %aborator! manual for the Isolation and Indentification of Avian Pathogens& hird /dition. 7endallF+unt #ublish %ompany. +al. &&4"&&8 dan &'3"344. /asterday, 5.%., ?.S +inshaw and D.A. +alvorson. &'':. n!luen$a Diseases o! #oultry. 5.w. %alnek, +.. 5arnes, %.L. 5eard, 0.. -cdougald and 6.-. Sai! (ed.). owa, USA. pp. =8"='=.
Grimes, S.E. 2002. A Basic laboratory manual for the small scale production and testing of 1 – 2 e!castle "isease #accine. $A% &egional %ffice for Asia and the 'acific . aj 1D, 0atha 5, %handrasekhar -S, hiagarajan ?, 3449. #roduction, %haracteri$ation and Application o! -onoclonal Antibodies Against %hicken g6. 'eterinarski Arhiv. :9 &'<&''. Larr 1L, -agor 7/, +iggins DA, &''=. g6 %lues to the ;rigins o! -odern Antibodies. Immunolog! Toda!. &* 8'3<. Libawan L, 0aemmler %+, &''3. elationship 5etween 1roup 5 Streptococcal Serotypes and %ell Sur!ace +idrophobicity. ($ 'et$ )ed$ 8' 8:*<83. Shin +, -ierha 6, Seung Loo 2, ung aik 7, 2a +ye -, Lon"1i 5, - +wan , 3443. Use o! /gg 6olk"Derived mmunoglobulin as an Alternative to Antibiotic reatment !or %ontrol o! Helicobacter p!lori n!ection. ($ *lin$ + Diag$ %ab$ Imun$ ' &4*&<&4**.