Presentasi Kasus
REHABILITASI MEDIK SEORANG LAKI-LAKI 54 TAHUN DENGAN POST HEMIARTHROPLASTY AUSTIN MOORE PROSTHESIS ET CAUSA CLOSED FRACTURE COLLUM FEMORIS DEXTRA TRANSCERVICAL
Oleh Pramadya Vardhani Mustafiza G0007129
Pembimbing Dr. dr. Hj. NOER RACHMA, Sp.KFR dr. Hj. Tri Lastiti, Sp.KFR dr. Desy K.T., Sp.KFR
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET/ RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA 2011
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS
Nama
: Tn. S
Umur
: 54 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Jungke 4/1 Keras, Masopati, Tegal.
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Status
: Menikah
Tanggal Masuk : 09 November 2011 Tanggal Periksa : 18 18 November November 2011 No RM
: 01095645
II. ANAMNESIS A. Keluhan Utama : tidak dapat berjalan setelah jatuh B. Riwayat Penyakit Penyakit Sekarang :
Pasien merupakan rujukan dari RSUD Karanganyar dengan keterangan fraktur collum femoris dengan riwayat hipertensi dan stroke. 9 jam sebelum masuk RS, pasien jatuh terpeleset saat berjalan menuruni tangga dengan posisi jatuh yaitu duduk miring ke kanan. Saat terjatuh penderita dalam kondisi sadar, mual (-), muntah (-), dan kejang (-). Penderita merasakan nyeri hebat di panggul kanan dan mengaku tidak dapat berdiri setelah jatuh. Oleh keluarga, pasien diantar ke RSUD Karanganyar. Di RS tersebut pasien mendapatkan injeksi obat-obatan penghilang nyeri dan foto rontgen bagian panggul. Dari anamnesis lebih lanjut, pasien ternyata memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Bahkan 5 tahun dan 3 tahun yang lalu, pasien mengalami stroke yang mengakibatkan kelemahan di anggota gerak sebelah kanan. Hal itu yang menyebabkan pasien memiliki gangguan cara berjalan dan sering terganggu keseimbangannya keseimbangannya saat berjalan.
2
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa
:
disangkal
Riwayat hipertensi
:
(+) sejak 10 tahun yang lalu dan tidak berobat teratur
Riwayat sakit jantung
:
disangkal
Riwayat sakit gula
: disangkal
Riwayat asma & alergi
: disangkal
Riwayat mondok
: 2x karena stroke (3 dan 5 tahun yang lalu)
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa
: disangkal
Riwayat trauma
: disangkal
Riwayat hipertensi
: (+) ayah pasien
Riwayat sakit jantung
:
Riwayat sakit gula
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
disangkal
E. Riwayat Gizi dan Kebiasaan
Sehari-harinya penderita makan 3 kali sehari, dengan lauk-pauk berupa telur, sayur, tempe, tahu, terkadang daging atau ikan. Nafsu makan baik. Riwayat merokok
: (+) sejak usia 20 tahun, 10 batang/hari, berhenti sejak pertama kali stroke (5 tahun yang lalu)
Riwayat minum alkohol : disangkal
F. Riwayat Sosial Ekonomi
Dahulu pasien adalah seorang sopir bus, tetapi tidak lagi bekerja sejak terkena stroke. Pasien memiliki 1 istri dan 4 orang anak. Pasien memperoleh pelayanan kesehatan dengan menggunakan kartu Jamkesmas.
3
III . PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum
Sakit sedang, compos mentis, gizi cukup, GCS E 4V5M6 B. Tanda Vital
T: 240/170 mmHg
R
: 24 kali/ menit
N : 88 kali/menit
S
: 36,8 0 C
C. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider naevi (-), striae (-) hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-) D. Kepala
Bentuk mesocephal, simetris rambut hitam E. Mata
Conjungtiva anemis (-), Seklera ikterik ( – ). F. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), secret (-/-) G. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), secret (-/-) H. Mulut
Sianosis (-), tremor (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-) I. Leher
Simetris, trakea di tengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-) J. Jantung
Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis tidak kuat angkat, teraba 1 jari lateral LMCS
Perkusi
: Kesan jantung melebar ke caudolateral
Auskultasi
: Bunyi jantung I - II intensitas normal, reguler, bising (-)
K. Paru
Inspeksi
: pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi
: fremitus raba dada kanan = kiri
4
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
L. Abdomen
Inspeksi
: Dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : Peristaltik (+) normal Perkusi
: Tymphani
Palpasi
: Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
M. Ekstremitas
Oedem
Akral dingin -
-
-
-
-
-
-
-
N. Status lokalis
Regio Femur/ Hip Joint Dextra Inspeksi
:
: oedem (-), vulnus (-), deformitas (+) exorotation, shortening (+)
Palpasi
: neurovascularitation disorders (-)
Move
: ROM hip joint terbatas karena nyeri Apparent Length
: 89cm (d); 91cm (s)
True Length
: 81cm (d); 83cm (s)
Anatomical Length : 31 cm (d/s) Limb Length Discrepancy : 3 cm
O. Trunk
Inspeksi
: scoliosis (-), deformitas (-), kifosis (-), lordosis (-)
Palpasi
: NT (-), oedem (-), massa (-)
Perkusi
: nyeri ketok kostovertebral (-)
Tanda Patrick
: (-/-)
Tanda Kontra Patrick : (-/-) Tanda Laseque
: (-/-)
5
P. Status Psikiatri Deskripsi Umum
1.
Penampilan: Laki-laki, tampak sesuai umur, berpakaian rapi, perawatan diri baik
2. Kesadaran: Kuantitatif Kualitatif
: compos mentis : tidak berubah
3. Perilaku dan Aktifitas Motorik: normoaktif 4. Pembicaraan: koheren, menjawab pertanyaan 5. Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif Afek dan Mood
-
Afek
: Appropiate
-
Mood
: normal
Gangguan Persepsi
-
Halusinasi (-)
-
Ilusi (-)
Proses Pikir
-
Bentuk
: realistik
-
Isi
: waham (-)
-
Arus
: koheren
Sensorium dan Kognitif
-
Daya konsentrasi
:
-
Orientasi
: Orang: baik Waktu: baik Tempat: baik
Daya Nilai
: Daya nilai realitas dan sosial baik
Insight
: Baik
Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
6
Q. Extremitas Superior (Right Handed) ROM
Dextra (aktif) Sinistra (aktif) Shoulder
Elbow
Wrist
Finger
Flexi
Full (0-900)
Full (0-900)
Extensi
Full (0-450)
Full (0-450)
Adduksi
Full (0-1800)
Full (0-1800)
External rotasi
Full (0-450)
Full (0-450)
Internal rotasi
Full (0-550)
Full (0-550)
Flexi
Full (0-1350)
Full (0-1350)
Extensi
Full (0-050)
Full (0-900)
Pronasi
Full (0-900)
Full (0-900)
Supinasi
Full (0-900)
Full (0-900)
Flexi
Full (0-700)
Full (0-700)
Extensi
Full (0-700)
Full (0-700)
Ulnar deviasi
Full (0-300)
Full (0-300)
Radius deviasi
Full (0-200)
Full (0-200)
Metacarpophalangeal I flexi
Full (0-90 )
Full (0-90 )
Metacarpophalangeal II, III, IV flexi
Full (0-900)
Full (0-900)
Intercarpophalangeal I flexi
Full (0-900)
Full (0-900)
Intercarpophalangeal II, III, IV flexi
Full (0-900)
Full (0-900)
0
0
Inferior ROM
Dextra (aktif) HIP
Flexi
Full (0-1350)
Extensi
Full (135-00) Sulit dievaluasi (post hemiarthro plasty)
Abduksi Adduksi Knee Ankle
Sinistra (aktif)
Full (0-1200) Full (0-1200)
Flexi
Full (0-1350)
Extensi
Full (135-00)
Flexi
Terbatas (< 500)
Full (0-300)
Extensi
Terbatas (< 200)
Full (0-200)
7
R. MMT 1. Ekstremitas Superior
Dextra Sinistra
MMT
Shoulder
Flexor
M. Deltoideus anterior
3
5
3
5
3
5
3
5
3
5
3
5
3
5
M. Biceps Extensor
M. Deltoideus anterior M. Teres mayor
Abduktor
M. Deltoideus M. Biceps
Adduktor
M. Latissimus dorsi M. Pectoralis mayor
Elbow
Internal rotasi
M. Latissimus dorsi
Extrenal rotasi
M. Teres mayor
Flexor
M. Biceps
M. Pectoralis mayor M. Infra supinatus M. Brachialis
Wrist
Finger
Extensor
M. Triceps
3
5
Supinator
M. Supinator
3
5
Pronator
M. Pronator teres
3
5
Flexor
M. Flexor carpi radialis
3
5
Extensor
M. Extensor digitorum
3
5
Abduktor
M. Extensor carpiradialis
3
5
Adduktor
M. Extensor carpiulnaris
3
5
Flexor
M. Flexor digitorum
3
5
Extensor
M. Extensor digitorum
3
5
2. Ekstremitas Inferior MMT
HIP
Dextra
Sinistra
Flexor
M. Psoas mayor
sde*
5
Extensor
M. Gluteus maximus
sde*
5
Abduktor
M. Gluteus medius
sde*
5
8
Knee Ankle
Adduktor
M. Adduktor longus
sde*
5
Flexor
Hamstring muscles
sde*
5
Extensor
M. Quadriceps femoris
sde*
5
Dorsiflexi
M. Tibialis
3
5
Plantar flexi
M. Soleus
3
5
*sde : sulit dievaluasi karena pasien merasa kesakitan dan regio hip hingga knee dibebat S. Status Neurologis
Fungsi luhur
: normal
Fungsi vegetatif
: IV line
Fungsi sensorik
: N N
Fungsi motorik Tonus :
:
N
N
N
N
-
-
-
-
Klonus :
Reflek Fisiologi
Kekuatan :
: Biceps +3 / +2 Triceps +2 /+2
Reflek patologi
: Hoffman Tromer -/Babinsky -/Chaddock -/Oppenheim -/Schaeffer -/Rossolimo -/-
Meningeal sign
: Tes Kaku Kuduk (-)
9
3
5
3
5
Patella sde/+2 Achilles sde/+2
Tes Brudzinsky I (-) Tes Brudzinsky II (-) Pemeriksaan nervi cranialis : dalam batas normal
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Laboratorium 9/11/2011 Hb Hct
: 12 gr/dl : 37 %
AE
: 4.54 x 106L
AL
: 14.9 x 10
AT Gol Darah Na/K/Cl
3
L
3
: 292 x 10 L : O : 139/4.1/105 mmol/L
PT APTT GDS Ureum Creatinin HbsAg
: 12.0 detik : 20.3 detik : 109 mg/dl : 62 gr/dl : 1.5 gr/dl : negatif
2. Foto Rontgen Pelvic AP a. Tanggal 9/11/2011
Kesan: -
Tampak fraktur pada collum femur dextra Sacroilliac joint kanan kiri baik Shenton’s line kanan berubah Tampak soft tissue swelling pada regio hip joint kanan
10
b. Tanggal 16/11/2011 (post hemiarthroplasty)
Kesan:
-
Tampak terpasang arthroplasty (AMP) di os femur dextra Alignment baik Tak tampak tanda-tanda osteomyelitis
V. ASSESSMENT
1. Post hemiarthroplasty (AMP) et causa closed fracture collum femoris dextra trancervical 2. Hipertensi stage II 3. Azotemia e/c DD ARF, acute on CKD
VI. DAFTAR MASALAH Problem Medis
Post hemiarthroplasty (AMP) hip joint dextra Problem Rehabilitasi Medik
1. Fisioterapi
: (+) nyeri anggota gerak bawah sebelah kanan
2. Speech Terapi : (-)
11
3. Ocupasi terapi : (+) adanya penurunan melakukan ADL 4. Sosiomedik
: (+) memerlukan bantuan untuk melaksanakan ADL
5. Ortesa-protesa : (+) walker 6. Psikologis
: (+) terbebani karena belum bisa berjalan seperti biasa
VII. PENATALAKSANAAN 1. Terapi Non-Medikamentosa a. Bagian Orthopedi
1) Diet tinggi kalori dan protein 1700 kkal 2) Tidak boleh duduk 4-6 minggu (tidur langsung berdiri) 3) Posisi kaku abduksi 4) Hip tidak boleh flexi 5) Double crutch 6) Partial weight bearing as pain tolerance b. Bagian Rehabilitasi Medik
1) Fisioterapi : - Latihan active ROM - Strengthening exercise - Latihan berjalan NWB (non weight bearing) 2) Orthesa/Prothesa : Walker 3) Okupasi terapi : - memperbaiki fungsional independen - memfasilitasi penyesuaian psikososial terhadap sisi kecacatan 4) Sosiomedik Motivasi dan konseling keluarga pasien untuk selalu berusaha menjalankan home program maupun program di RS. 5) Psikologi Memberi motivasi kepada pasien agar selalu melaksanakan program rehabilitasi
12
2. Terapi Medikamentosa
a. IVFD RL 16 tpm b. Clonidin 2 x 0.15 mg c. Captopril 3 x 25 mg d. Antalgin 3 x 500 mg
VIII. IMPAIRMENT, DISABILITAS, DAN HANDICAP
Impairment : Post hemiarthroplasty (AMP) et causa closed fracture collum femoris dextra trancervical Disabilitas
: penurunan fungsi angota gerak bawah kanan
Handicap
: keterbatasan aktivitas sehari-hari, tidak dapat bekerja
IX. GOAL
1. Meminimalkan impairment, disabilitas serta handicap yang dialami 2. Mencegah agar pasien tidak jatuh dalam komplikasi yang lebih buruk 3. Mengusahakan agar sedapat mungkin penderita tidak tergantung dengan orang lain.
X. PROGNOSIS
Ad Vitam
: dubia et bonam
Ad Sanam
: dubia et bonam
Ad Fungsionam
: dubia et bonam
13
TINJAUAN PUSTAKA A. FRAKTUR COLLUM FEMORIS 1. Klasifikasi
yang sering dipakai adalah berdasarkan : a. Lokasi anatomi fraktur - intrakapsular : * subcapital type * transcervical type - extrakapsular : * basecervical type b. Sudut fraktur - Tipe I adalah fraktur 30 0 dari horisontal (stabil) - Tipe II adalah fraktur 50 0 dari horisontal (tidak stabil) - Tipe III adalah fraktur 700 dari horisontal (sangat tidak stabil) c. Displacement fragmen fraktur - Garden I
: adalah fraktur inkomplit atau impacted
- Garden II
: adalah fraktur komplit tanpa displacement
- Garden III
: adalah fraktur komplit dengan partial displacement
- Garden IV
: adalah fraktur komplit dengan total dispalecement
2. Standard Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik - tidak memberikan deformitas yang jelas - perkusi pada trokhanter major, nyeri b. X-Ray - rutin dengan AP & lateral view - bila tidak jelas diulang 10-14 hari 3. Terapi
Garden I : - Internal fiksasi dengan multiple pins atau screwing Garden II : - Internal fiksasi dengan pinning/ screwing - konservatif dapat mengakibatkan displacement
14
Garden III dan IV (displaced) - non operatif : * traksi dilanjutkan spica cepat * pinning perkutan dengan lokal anesthesi * closed reduction dan spica cast dalam abduksi - Operatif : * dilakukan operasi urgent namun penderita statusnya seoptimal mungkin Pada orang muda → OMPG (osteomuscular pedicle graft) Pada orang tua → hemiarthroplasty dengan Austin Moore Prosthesis (AMP) atau bipolar prostesis 4. Rehabilitasi
Muda : non weight bearing 8 – 12 minggu Tua
: full weight bearing
5. Komplikasi
a. Trombo embolic disease : sebagai penyebab utama kematian post operatif. Insiden venous thrombosis adalah 40% mungkin memerlukan terapi pencegahan dengan heparin, dettuan, aspikin atau anti koagulan yang lain. b. Infeksi Infeksi dapat lebih kuat dengan adanya deep sepsis, terapi antibiotika peroperatif selama signifikan memerlukan insidens c. Non Union - sekarang terjadi hanya kurang dari 5 % - jika caput femur viabel, maka : * bila collumn femur adekuat → osteotomi + bone graft (Diton’s’s osteotomy) * bila collumn femur tak adekuat → brachett atau colona procedure d. Aseptic necuosin – insiden sangat bervariasi : Menurut Massic, bila operasi dilakukan dalam 12 jam trauma, insiden adalah 25 %. Bila ditunda 13-24 jam insiden naik menjadi 30%. Antara 2448 jam insiden 40% dan menjadi 100 % setelah 1 minggu. Terapi alternatif
15
antara lain simptomatis, osteotomi, bone grafting, endo prosthesis dan total hip arthroplasty
B. HEMIARTHROPLASTY
Hemiarthroplasty adalah prosedur bedah yang menggantikan satu setengah dari sendi dengan permukaan buatan dan daun bagian lain di alam negara (praoperasi). Kelas ini prosedur yang paling umum dilakukan di pinggul setelah fraktur (tepat di bawah kepala) subcapital leher femur (patah tulang pinggul). Prosedur ini dilakukan dengan membuang kepala femur dan men ggantinya dengan logam atau komposit prostesis. Desain prostesis yang paling umum digunakan adalah Austin Moore prostesis dan Thompson prosthesis. Baru-baru ini gabungan dari logam dan HDPE yang membentuk dua interphases (bipolar prostesis) juga telah digunakan. Bipolar prostesis belum terbukti memiliki keuntungan lebih dari desain monopolar. Prosedur ini direkomendasikan hanya untuk pasien usia lanjut dan lemah, karena harapan hidup rendah dan tingkat aktivitas. Hal ini karena dengan berlalunya waktu prostesis cenderung melonggarkan atau untuk mengikis acetabulum.
C. STROKE 1. Definisi
Stroke adalah disfungsi neurologis yang umum dan timbul secara mendadak sebagai akibat dari adanya gangguan suplai darah ke otak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah otak yang terganggu (WHO, 1989). Stroke adalah gangguan fungsi otak yang mengakibatkan defisit neurologik fokal maupun global,yang timbul secara mendadak
(akut),
berlangsung selama lebih dari 24 jam (atau terkadang berakhir dengan kematian sebelum 24 jam), yang disebabkan oleh darah otak (Islam, 1997) 2. Etiologi
16
gangguan peredaran
Penyebab
stroke
antara
lain
adalah
aterosklerosis
(trombosis),
embolisme, hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme sakular. Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes mellitus atau penyakit vascular perifer. 3. Jenis Stroke a. Klasifikasi Berdasarkan Penyebab
1) Stroke Iskemik Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah.. Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri yang menuju ke otak. Misalnya suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. 2) Stroke Hemoragik Pendarahan di antara bagian dalam dan luar lapisan pada jaringan yang melindungi otak ( subarachnoid hemorrhage). Terdapat dua jenis utama pada stroke yang mengeluarkan darah : ( intracerebral hemorrhage dan ( subarachnoid hemorrhage. Gangguan lain yang meliputi pendarahan di dalam tengkorak termasuk epidural dan hematomas subdural , yang biasanya disebabkan oleh luka kepala. Gangguan
ini
menyebabkan
gejala
yang
berbeda
dan
tidak
dipertimbangkan sebagai stroke. 3) Serangan Iskemik Sesaat (TIA) Serangan Iskemik Sesaat (Transient Ischemic Attacks, TIA) adalah
gangguan
fungsi
otak
yang
merupakan
akibat
dari
berkurangnya aliran darah ke otak untuk sementara waktu. TIA lebih
17
banyak terjadi pada usia setengah baya dan resikonya meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Kadang-kadang TIA terjadi pada anak-anak atau dewasa muda yang memiliki penyakit jantung atau kelainan darah. Penyebabnya biasanya karena serpihan kecil dari endapan lemak dan kalsium pada dinding pembuluh darah ( ateroma) bisa lepas, mengikuti aliran darah dan menyumbat pembuluh darah kecil yang menuju ke otak, sehingga untuk sementara waktu menyumbat aliran darah ke otak dan menyebabkan terjadinya TIA. Gejala TIA terjadi secara tiba-tiba dan biasanya berlangsung selama 2-30 menit, jarang sampai lebih dari 1-2 jam, tergantung kepada bagian otak mana yang mengalami kekuranan darah. Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri karotis, maka yang paling sering ditemukan adalah kebutaan pada salah satu mata atau kelainan rasa dan kelemahan. Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri vertebralis, biasanya terjadi pusing, penglihatan ganda dan kelemahan menyeluruh. Gejala-gejala yang sama akan ditemukan pada stroke, tetapi pada TIA gejala ini bersifat sementara dan reversibel. Tetapi TIA cenderung kambuh; penderita bisa mengalami beberapa kali serangan dalam 1 hari atau hanya 2-3 kali dalam beberapa tahun. Sekitar sepertiga kasus TIA berakhir menjadi stroke dan secara kasar separuh dari stroke ini terjadi dalam waktu 1 tahun setelah TIA. 4. Faktor Resiko
a. Hipertensi. Kenaikan tekanan darah 10 mmHg saja dapat meningkatkan resiko terkena stroke sebanyak 30%. Merupakan faktor yang dapat diintervensi. b. Ar teriosklerosis, hiperlipidemia, merokok, obesitas, diabetes melitus, usia lanjut, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah tepi, hematokrit tinggi, dan lain-lain.
18
c. Obat-obatan yang dapat menimbulkan addiksi (heroin, kokain, amfetamin) dan obat-obatan kontrasepsi, dan obat-obatan hormonal yang lain, terutama pada wanita perokok atau dengan hipertensi. d. Kelainan-kelainan
hemoreologi
darah,
seperti
anemia
berat,
polisitemia, kelainan koagulopati, dan kelainan darah lainnya. e. Beberapa penyakit infeksi, misalnya lues, rematik (SLE), herpes zooster, juga dapat merupakan faktor resiko walaupun tidak terlalu tinggi frekuensinya 5. Diagnosa
Penegakan diagnosa stroke didasarkan anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik neurologik dan pemeriksaan penunjang (Misbach, 1999). Beberapa institusi telah mengembangkan sistem penilaian berdasarkan gejala klinis untuk menentukan jenis GPDO (Gangguan Peredaran Darah Otak), antara lain Siriraj score system, Djoenaidi scoring system, atau algoritma Gajah Mada, tetapi penggunaannya tetap kurang populer, mungkin karena kurang praktis akibatnya banyaknya hal yang harus dinilai ( Siriraj dan Djoenaidi scoring system) atau karena kurang akurat meskipun sederhana (algoritma Gajah Mada) (Wreksoatmodjo, 2006). Pemeriksaan LDL – kolesterol termasuk pemeriksaan profil lemak di laboratorium untuk menunjang diagnosa tingkat risiko stroke. Sedangkan untuk membedakan jenis stroke iskhemik dengan stroke hemoragik dilakukan pemeriksaan radiologi CT Scan kepala (Misbach, 1999). Pada stroke hemoragik akan terlihat adanya gambaran hiperdens, sedangkan pada stroke iskhemik akan terlihat gambaran hipodens. 6. Rehabilitasi Medik Stroke a. Fase awal/akut
Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi yang tersisa. Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan umum memungkinkan dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning , latihan luas gerak sendi,
19
stimulasi elektrikal dan begitu penderita sadar dimulai penanganan masalah emosional. b. Fase lanjutan
Tujuannya adalah unyuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan aktifitas kegiatan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu penderita secara medik telah stabil. Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau embolik, biasanya mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita dengan perdarahan subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program pada fase ini meliputi : 1. Fisioterapi
a. Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot < 2 b. Diberikan terapi panas superficial (infra red) untuk melemaskan otot. c. Latihan gerak sendi bisa pasif, aktif dibantuatau aktif tergantung dari kekuatan otot. d. Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot. e.
Latihan fasilitasi / redukasi otot
f.
Latihan mobilisasi.
2. Okupasi Terapi (aktifitas kehidupan sehari-hari/AKS)
Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam AKS, meskipun pemulihan fungsi neurologis pada ekstremitas yang terkena belum tentu baik. Dengan alat Bantu yang disesuaikan, AKS dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat dikerjakan. Kemandirian dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang disesuaikan. 3. Terapi Bicara
Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini dapat ditangani oleh speech therapist dengan cara:
Latihan pernapasan ( pre speech training ) berupa latihan napas,
menelan, meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.
Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan
mengucapkan kata-kata.
20
Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi
mengucapkan kata-kata.
Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.
4. Ortotik Prostetik
Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan antara lain : arm sling, hand sling, walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace, cock-up, ankle foot orthotic ( AFO) , knee ankle foot orthotic ( KAFO). 5. Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui serial fase psikologis, yaitu: fase shok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat, sedangkan sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti pada salah satu fase, bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi. 6. Sosial Medik dan Vokasional
Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara keluarga, keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta keadaan rumah penderita.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anita,
S.
2009.
Rehabilitasi
medik
pada
pasien
stroke.
http://
minpoems.blogspot.com Buchol, ZRW, et.all : orthopaedic pacision Making, p. 28-29, BC. Dekker Inc. Toronto, Philadelphia, 2004 Chandra, 1994. Neurologi Klinik. Stroke, Surabaya: Bagian Ilmu Penyakit Syaraf Fakultas Kedokteran Unair/ RSUD Dr Soetomo. Hal:29-31. Christopher Luzzio, MD. 2009. Posterior Cerebral Artery Srtoke. http://www.emedicine.com/Posteriorcerebralstroke Daniel I Slater, MD., Sarah A Curtin, MD. 2009. Middle Cerebral Artery Stroke.http://www.emedicine.com/Middlecerebralstroke David A Wolk, Brett Cucchiara, and Scott E Kasner. Anterior serebral Artery Stroke Syndromes. Neurology MedLink.2001.Smith Teresa
L, MD.
Medical Complication of Stroke. A multicenter study, stroke 2000. Islam, M.S. 1997. Stroke. Surabaya: Universitas Airlangga. Hal:26.John MW., Jose B. 2001.Basilar Arter y Stroke. Neurology MedLinkMansjoer, Mahar Mardjono, Priguna Sidharta. 2004 Neurologi klinis dasar . Jakarta: Dian Rakyat. Hal: 207-8. PERDOSSI.2007. Guidline stroke.Jakarta: PERDOSSI. Hal: 47-50. Scatzker J ; Tile Mirza : The Rationale of Operative Fracture Care, p. 133 – 172, Springer-Verlag, Berlag Heidelberg, 2007.
22