PRESENTASI KASUS BATU CETAK GINJAL
ILUSTRASI KASUS WAKTU PENGAMBILAN DATA Pengambilan data pasien : 19 April 2013. IDENTITAS PASIEN No RM : 01054677 : Tn. RK Nama : Tanjung Merawa, 25/05/1960, 25/05/19 60, 52 Tahun 11 Bulan TTL, Usia Alamat : Jl. Kayu Mas No. 2 RT RT 02 RW RW 04, Pulo Gadung, Jak-Tim : Menikah Status Agama : Kristen Pendidi Pen didikan kan : Tamat SLT SLTA Pekerjaan Pekerja an : Pegawai Lepas (Supir Taksi) Suku : Batak Kebangsaan : Indonesia
ANAMNESIS KELUHAN UTAMA Pasien datang ke RSUP Fatmawati untuk menjalani operasi batu ginjal kiri. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien datang ke RSUP Fatmawati untuk menjalani operasi batu ginjal kiri. 2 bulan SMRS → konsultasi ke poli Urologi RSUP Fatmawati → diketahui pasien menderita penyakit batu ginjal kiri. Tidak ada keluhan spesifik yang dirasakan. Sejak 4 tahun SMRS → pegal-pegal di bagian pinggang kiri dan tidak menggangu kegiatan sehari-hari → pasien menghiraukan. 5 tahun SMRS → ada riwayat kencing berwarna merah berulang (sekitar 3 kali). Terdapat Terdapat juga nyeri pinggang kiri bagian belakang (spt ditusuk-tusuk, hilang-timbul dan menjalar sampai ke perut) → tidak berobat karena berpikir keluhan itu muncul karena pasien terlalu lelah (sbg pekerja proyek). Kencing batu saat itu disangkal.
Tahun 1992 → riwayat keluar batu (2 butir sebesar biji pepaya) saat BAK → pasien tidak memeriksakan dirinya ke dokter karena tidak ada keluhan yang dirasakan menggangu. Tahun 1990 → riwayat operasi batu buli → merasakan keluhan yang sangat mengganggu, seperti nyeri saat kencing pada daerah kemaluan yang menjalar sampai pinggang, kencing terputus-putus, dan kencing berdarah. Penyakit batu ginjal kiri diketahui saat pasien menjalani USG perut untuk persiapan operasi appendisitis pada tahun 2012 (1 tahun SMRS) di SMRS) di RSUP Fatmawati → dikonsulkan ke poli urologi RSUP Fatmawati → tidak datang untuk konsultasi ke poli urologi karena tidak merasakan keluhan yang menggangu untuk penyakit batu ginjal kirinya. 2 bulan SMRS (Februari 2013) → konsultasi ke poli urologi RSUP Fatmawati atas usul istri pasien karena sampai saat itu pasien tidak juga merasakan ada keluhan yang mengganggu → CT scan perut dan hasilnya semakin tegas bahwa terdapat batu ginjal kiri yang besar pada pasien → direncanakan operasi elektif pada tanggal 18 April 2013.
• Keluhan BAK (-). Apabila pasien sedang buang air kecil, pinggang
• • • • •
•
terasa sakit (-). Riwayat buang air kecil sedikit-sedikit dan tidak lampias serta mengedan saat kencing (-). Keluhan mual dan muntah (-). Riwayat demam, menggigil, kencing berwarna keruh dan anyanganyangan (-). Riwayat trauma pada punggung dan perut (-). Rasa kesemutan dan rasa baal pada daerah yang pegal (-). Adanya lenting-lenting berisi air yang terasa nyeri bila disentuh (-). Hingga saat ini BAB dan buang angin masih cukup baik dan lancar. BAB berdarah (-), BAB berwarna pucat (-), kembung (-), dan kram perut (-). Riwayat benjolan pada perut (-). Penurunan berat badan drastis (-) dan nafsu makan pasien baik.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Riwayat operasi appendisitis pada bulan Mei tahun 2012. Pasien juga pernah dirawat inap pada bulan Oktober tahun 2012 selama 12 hari karena diare dan setelah dilakukan endoskopi, dikatakan
Riwayat infeksi saluran kemih berulang (-). Riwayat penyakit asma, sakit jantung, penyakit paru, darah tinggi, kencing manis, asam urat maupun penyakit keganasan yang harus dilakukan kemoterapi (-). Riwayat alergi udara, debu, obat ataupun makanan (-).
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA • Riwayat penyakit batu buli atau batu saluran kemih lainnya di keluarga pasien (-). Riwayat penyakit asma, sakit jantung, penyakit paru, darah tinggi, sakit ginjal dan kencing manis (-). RIWAYAT SOSIAL DAN KEBIASAAN • Sehari-hari bekerja sbg supir taksi. Kebiasaan: sering menahan kencing sejak bekerja sebagai supir taksi 5 tahun terakhir. • Rata-rata mengkonsumsi 3 liter air mineral per hari (2 botol aqua besar). Makanan dan minuman sehari-hari → makanan warung padang (dendeng, rendang dan kikil), air putih, teh manis (3 gelas/hari) dan jamu pegel linu. • Terkadang mengkonsumsi jeroan, minuman bersoda dan kopi. • Malas untuk bergerak melakukan kegiatan olah raga. Aktivitas
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan umum Kesadaran Gizi TB BB BMI
: tampak sakit ringan. : kompos mentis. : kesan gizi berlebih. : 160 cm. : 75 kg. : 29,3.
TANDA VITAL
Tekanan darah :110/80mmHg. Frekuensi nadi : 92x/mnt, reguler, isi cukup. Frekuensi napas : 26x/mnt, teratur, kedalaman cukup, torakoabdominal. Suhu : 36,5 oC.
STATUS GENERALIS
KEPALA : normochepal, rambut tersebar merata, tidak mudah dicabut. MATA : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-. THT : liang telinga lapang, serumen -/-, deviasi septum nasal (-), sekret hidung -/-, uvula di tengah, arkus faring simetris, faring hiperemis (-), tonsil T1/T1. LEHER : trakhea terletak di tengah, kelenjar getah bening tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar. JVP 5-2 cm H2O.
PEMERIKSAAN FISIK THORAKS
PARU Inspeksi : bentuk dada normal, luka (-), bekas luka (-), benjolan (-), perubahan warna (-), memar (-), pelebaran sela iga (-), kedua dinding dada simetris saat statis dan dinamis, dengan pola pernapasan torako-abdominal. Palpasi : benjolan (-), nyeri tekan (-), perubahan suhu (-), vocal fremitus paru kiri sama dengan paru kanan. Perkusi : sonor di kedua lapang paru. Auskultasi : vesikuler paru kanan dan kiri, rhonki -/-, wheezing /-.
JANTUNG Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat di ICS 5 MCL sinistra. Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 MCL sinistra, thrill (-), heaving (-). Perkusi : batas jantung dalam batas normal. Auskultasi S1 dan S2 normal, gallop (-), murmur (-).
STATUS GENERALIS
ABDOMEN : Inspeksi : datar, terdapat bekas luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen, benjolan (-), perubahan warna (-), memar (-), spider nevi (-). Palpasi : supel, nyeri tekan (-), benjolan (-), hepar dan lien tidak teraba besar. Perkusi : timpani, shifting dullness (-). Auskultasi : bising usus (+) normal.
EKSTREMITAS : akral hangat, edema -/-, CRT < 2 detik. ANAL-PERIANAL : fistula (-), hemmoroid (-), tanda-tanda abses (-).
STATUS UROLOGI REGIO SUPRASIMFISIS REGIO CVA Inspeksi : datar, bekas (-) luka, benjolan (-), perubahan warna (-), memar (-), bulging (-/-). Palpasi : massa -/-, ballotement -/-, nyeri tekan -/-, Perkusi : nyeri ketok CVA -/-. Auskultasi : bruit -/-.
• Inspeksi : datar, bekas luka (-), benjolan/ massa (-), perubahan warna (-), memar (-). • Palpasi : buli tidak teraba penuh, nyeri tekan (-), benjolan/ massa (-). REGIO GENITALIA EKSTERNA • Inspeksi : bekas luka (-), benjolan (-), perubahan warna (-), memar (-), sekret (-), tanda radang (-), OUE letak normal. • Palpasi : nyeri tekan (-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG TANGGAL 27 MARET 2012
USG Abdomen:
KESAN: • Fatty liver. • Kista multiple ginjal kanan. • Batu staghorn ginjal kiri. • Tak tampak kelainan pada organ-organ intraabdomen lainnya saat ini.
REN KANAN: Ukuran dalam batas normal, echostruktur cortex normal, batas cortex dan medula jelas, batu (-), tak tampak pelebaran calix. Tampak lesi anechoic bulat batas tegas pada pole tengah ginjal berukuran +/- 1,5 x 1,3 cm dan pada pole atas ginjal berukuran +/- 1,3 x 1 cm. REN KIRI: Ukuran dalam batas normal, echostruktur cortex normal, batas cortex dan medula jelas, tampak lesi hiperechoic besar dengan PAS (+), tak tampak pelebaran calix. VESICA URINARIA: Dinding reguler, batu (-). PROSTAT: Bentuk dan ukuran dalam batas normal. Tampak kalsifikasi.
PEMERIKSAAN MSCT SCAN UROGRAFI TANPA KONTRAS GINJAL KANAN: Ukuran dan bentuk normal. Sinus ginjal baik. Sistem pelviokalises tak melebar. Tampak lesi hipodens (HU =/- 13) di pole tengah dengan ukuran 1,9 x 2,1 x 2 cm. Tampak kalsifikasi halus di corticomedullary junction. GINJAL KIRI: Tampak lesi hiperdens berdensitas kalsifikasi yang mengisi pelviokalises dengan ukuran 4,13 x 2,35 x 4 cm. Sistem pelviokalises tak melebar. Kedua ureter tak melebar. BULI-BULI: TANGGAL 1 FEBRUARI 2013 Besar dan bentuk normal. Tak tampak batu, filling defect. PROSTAT: Ukuran tak membesar, densitas homogen. HEPAR, K.E, PANKREAS, LIEN: Ukuran dan bentuk normal, densitas homogen, tak tampak SOL. AORTA: Kaliber normal, tak tampak pembesaran KGB para Aortae. Tampak kalsifikasi aorta abdominalis.
PEMERIKSAAN MSCT SCAN UROGRAFI TANPA KONTRAS KESAN:
Batu cetak ginjal kiri (ukuran 4,13 x 2,35 x 4 cm). Kalsifikasi halus corticomedullary junction ginjal kanan. Kista ginjal kanan (ukuran 1,9 x 2,1 x 2 cm). Tak tampak hidroureter. Buli-buli tak tampak kelainan.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM TANGGAL 9 APRIL 2013 HEMATOLOGI Hemoglobin Hematokrit Leukosit Eritrosit Trombosit LED
: 15,4 g/dl : 46% : 10300 /ul : 5,22 juta/ul : 351 ribu/ul : 34 mm
FUNGSI HATI SGOT SGPT
: 40 : 57
FUNGSI GINJAL Asam urat darah Ureum darah Kreatinin darah
: 9,7 : 34 : 1.7
DIABETES Glukosa Darah Puasa Glukosa Darah 2 jam PP LEMAK Trigliserida Kolesterol total Kolesterol HDL Kolesterol LDL
: 269 : 264 : 46 : 164
ELEKTROLIT DARAH Natrium : 142 Kalium : 3,85 Klorida : 111
: 83 : 195
PEMERIKSAAN LABORATORIUM URINALISA Urobilinogen : 0,2 Protein urin : Trace Berat Jenis :1.025 Bilirubin : Negative Keton : Negative Nitrit : Negative pH : 5.5 Leukosit : Trace Darah/Hb : 1+ Glukosa Urin/Reduksi : Negative Warna : Yellow Kejernihan : Clear
SEDIMEN URIN Epitel Leukosit Eritrosit Silinder Kristal Bakteri Lain-lain
: Positif : 5-8/LPB : 6-8/LPB : Negative : Negative : Negative : Negative
RESUME
Pasien laki-laki, 52 tahun, datang ke RSUP Fatmawati untuk menjalani operasi batu ginjal kiri. 2 bulan SMRS → konsultasi ke poli Urologi RSUP Fatmawati → diketahui menderita penyakit batu ginjal kiri. Tidak ada keluhan spesifik yang dirasakan. Sejak 4 tahun SMRS → pegal-pegal di bagian pinggang kiri dan tidak menggangu kegiatan sehari-hari → pasien menghiraukannya. 5 tahun SMRS → riwayat kencing berwarna merah berulang. Saat itu pasien juga merasakan keluhan nyeri pinggang kiri bagian belakang (spt ditusuktusuk, hilang-timbul dan menjalar sampai ke perut) → tidak berobat saat itu karena berpikir keluhan itu muncul karena pasien terlalu lelah (sbg pekerja proyek). Kencing batu saat itu disangkal. Tahun 1992 → riwayat keluar batu (2 butir sebesar biji pepaya) saat BAK. Tahun 1990 → riwayat operasi batu buli. Penyakit batu ginjal kiri mulai diketahui saat pasien menjalani pemeriksaan USG perut (persiapan operasi appendisitis tahun 2012) yang menunjukkan adanya batu ginjal kiri → dikonsulkan ke poli urologi RSUP Fatmawati → 2 bulan SMRS → konsultasi ke poli urologi RSUP Fatmawati, dilakukan
RESUME
BAK dan BAB tidak ada keluhan. Sehari-hari bekerja sbg supir taksi. Kebiasaan: sering menahan kencing sejak bekerja sebagai supir taksi 5 tahun terakhir. Rata-rata mengkonsumsi 3 liter air mineral per hari (2 botol aqua besar). Makanan dan minuman sehari-hari → makanan warung padang (dendeng, rendang dan kikil), air putih, teh manis (3 gelas/hari) dan jamu pegel linu. Malas untuk bergerak melakukan kegiatan olah raga. Aktivitas pasien lebih banyak duduk sebagai supir taksi daripada berjalan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan bulging negatif , ballotement negatif , nyeri tekan pada regio CVA negatif dan tidak terdapat nyeri ketok CVA. Pada pemeriksaan laboratorium terakhir sebelum operasi (9 April 2013) menunjukkan adanya peningkatan LED (17 mm), enzim hati (SGOT: 40/SGPT: 57), asam urat darah (9,7), profil lipid (trigliserida: 269/ kolesterol total: 264/ LDL: 164) dan ditemukan leukosit 5-8/LPB dan eritrosit 6-8/LPB pada sedimen urin. USG Abdomen dan CT Scan Abdomen menujukkan adanya batu cetak ginjal kiri (ukuran 4,13 x 2,35 x 4 cm) dan kista ginjal kanan (ukuran 1,9 x
DIAGNOSIS-ANJURAN PEMERIKSAAN-ANJURAN TATA LAKSANA-PROGNOSIS DIAGNOSIS
ANJURAN TATA LAKSANA Operatif Batu Cetak (Staghorn) Ginjal Open Extended Pyelolitotomi Sinistra. Kiri. Kista Ginjal Kanan. Medikamentosa Allopurinol 300 mg/hari. ANJURAN PEMERIKSAAN Edukasi Analisis Batu Ginjal. Minum air putih minimal 3 liter per hari. Kurangi makanan dan minuman yang PROGNOSIS tinggi purin dan oksalat. Minum jeruk nipis atau lemon sesudah makan malam. Ad vitam : bonam Ad functionam : bonam Berolah raga dan perbanyak berjalan, tidak hanya duduk sehari-hari. Ad sanationam : dubia ad bonam Hindari kebiasaan menahan kencing.
LAPORAN OPERASI
Tanggal Operasi : 18 April 2013 Ahli Bedah : dr. Amrizal, SpU Jenis Anestesi : General Anestesia Diagnosis Sebelum Operasi : Batu Staghorn Kiri Diagnosis Paska Operasi : Batu Staghorn Kiri Nama/ Macam Operasi : Open Ext. Pielolitotomi + DJ Stent Sinistra Jaringan Yang Dikeksisi/ Insisi : Ginjal Komplikasi/ Penyulit : Tidak ada Jumlah Perdarahan : 70 cc
PROSEDUR OPERASI 1. Insisi lumbotomi intercostal XI-XII sinistra menembus kutis dan
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
subkutis, fascia, musculus obliqus externus, musculus obliqus internus dan musculus transversus abdominis. Peritoneum disisihkan ke medial tampak peritoneum terbuka, dilakukan penjahitan dengan interrupted suturing . Fascia gerota dibuka, ginjal dibebaskan. Tampak lemak berkonglomerasi sekitar pielum. Ureter dicari dan dibebaskan sampai dengan sekitar pielum. Dilakukan ext. pielolitotomi → dikeluarkan batu sesuai foto, disondase ke ginjal, keluar 3 batu kecil-kecil. Sondase ke distal lancar → dipasang DJ stent . Pielum dijahit. Luka operasi dijahit lapis demi lapis dengan meninggalkan drain 18F retroperitoneal. Operasi selesai.
INSTRUKSI POST OPERASI
Awasi TNSP.
IVFD: Aminofluid 2 kolf, Dextrose 5% 1 kolf, RL 1kolf/ 24 jam.
Puasa sampai dengan BU (+) dan pasien sadar penuh.
Ukur Produksi Drain/ 24 jam.
R/
Laxadin 2 x 1 gr Transamin 3 x 1 amp Ranitidin 2 x 1 amp Tramadol 2 x 1 amp Vitamin C 1 x 400 mg
(SUBJECTIVE, OBJECTIVE, ASSESMENT, PLANNING) TANGGAL 19 APRIL 2103 S: Perut kembung, mual, nyeri pada luka operasi, vas 3-4. O: Baik, CM. TD: 100/70, Nadi: 88x/m, Napas: 20x/m, Suhu: 36,5 oC. Status lokalis: regio flank kiri: tertutup kassa, rembesan darah (-). Drainase (+), produksi drain: 100 cc/24 jam. Terpasang D/C, produksi (+). A: Pasca Ext. Pielolitotomi H+1. P: - Infus aminofluid 2 kolf, RL 1 kolf/ 24 jam. - Mobilisasi bertahap. - Makan dan minum bertahap. - Th/ lanjutkan. - Extra Alinamin F 2 x 1 amp.
TANGGAL 20 APRIL 2103 S: Nyeri pada luka operasi berkurang, vas 2-3. O: Baik, CM. TD: 110/70, Nadi: 84x/m, Napas: 18x/m, Suhu: 36,5 oC, BU (+). Status lokalis: regio flank kiri: tertutup kassa, rembesan darah (-). Drainase (+), produksi drain: 10 cc/24 jam. BAK spontan (+) sedikit → pispot. A: Pasca Ext. Pielolitotomi H+2. P: - Th/ lanjutkan. - Boleh makan. - Infus tetap. - R/ aff drain hari Senin, 22 April 2013.
FOLLOW UP (SUBJECTIVE, OBJECTIVE, ASSESMENT, PLANNING) TANGGAL 21 APRIL 2103 S: Nyeri luka operasi berkurang, vas 2, batuk (+), BAK (+) kuning jernih. O: Baik, CM. TD: 120/70, Nadi: 84x/m, Napas: 20x/m, Suhu: 36,5 oC. Status lokalis: regio flank kiri: tertutup kassa, rembesan darah (+) sedikit. Drainase (+), drain: 10 cc/24 jam. BAK spontan (+) → pispot. A: Pasca Ext. Pielolitotomi H+3. P: - Aff infus → vemplon, GV. - Diet TKTP + banyak minum. - BAK pispot → mobilisasi duduk di tempat tidur. - Th/ lain lanjutkan. - OBH syr 3 x CI. - R/ aff drain hari Senin, 22 April 2013
ANALISIS KASUS (DIAGNOSIS)
ANAMNESIS → pasien merasakan keluhan spesifik→ nyeri pada pinggang kanannya sejak sekitar 1 tahun SMRS.
sejak 1 tahun SMRS → pasien pernah merasakan n y e r i p i n g g a n g k a n an b e l ak a n g . N y er i p i n g g a n g d i r as a k a n s e p er t i d i t u s u k , h i l an g -t i m b u l , d a n m e n j al ar k e p u n g g u n g .
”Batu pada kaliks ginjal memberikan keluhan nyeri ringan sampai berat karena distensi dari kapsul ginjal. Begitu juga batu pada pelvis renalis, dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien penderita batu ginjal umumnya adalah n y er i p a d a p i n g g a n g ”
ANALISIS KASUS (DIAGNOSIS)
Dalam menganalisis keluhan nyeri pinggang, selain kemungkinan diagnosis batu ginjal → d i a g n o s i s b an d i n g l ai n harus d isingk irkan.
Nyeri yang timbul dapat disebabkan adanya gangguan pada organ-organ antara lain kolon proksimal, ginjal, ureter, dan testis. Nyeri pada lokasi yang ditunjuk pasien dapat pula merupakan nyeri somatik (nyeri alih/referred pain) yang disebabkan oleh rangsangan pada organ-organ seperti kolon, adneksa, ureter, aorta, maupun ginjal.
Etiologi kelainan pada pasien yang mengeluhkan nyeri pinggang dapat dipikirkan berasal dari s i s t e m m u s k u l o s k e le t al , g as t r o i n t e s t i n a l , u r o g e n i t al , v a s k u l a r, neurolog i, kulit dan p sikog enik.
ANALISIS KASUS (DIAGNOSIS) Etiologi dari SISTEM GASTROINTESTINAL dapat disingkirkan → tidak ada demam, riwayat buang air besar yang normal, lokasi nyeri pada kuadran kanan bawah yang tidak menjalar, tidak terdapat riwayat kembung, dan kram perut. Etiologi dari SISTEM VASKULAR seperti aneurisma dapat disingkirkan → tidak terdapat nyeri seperti tembus ke arah punggung, keadaan hemodinamik yang stabil, dan tidak terdapat bruit pada auskultasi abdomen. Etiologi dari SISTEM NEUROLOGI DAN KULIT dapat disingkirkan → tidak terdapat keluhan nyeri menjalar, rasa baal, kesemutan, ataupun nyeri pada satu dermatom disertai timbulnya tonjolan-tonjolan kecil berair.
ANALISIS KASUS (DIAGNOSIS)
Kelainan pada SISTEM UROGENITAL yang dapat menyebabkan keluhan seperti nyeri pinggang → batu, keg anasan, infeks i, atau trau m a.
Riwayat trauma pada abdomen dan punggung disangkal etiologi TRAUMA dapat disingkirkan.
Riwayat demam dan gangguan berkemih spt disuria ataupun kencing berwarna keruh disangkal → menurunkan kecurigaan etiologi INFEKSI → perlu dibuktikan lebih lanjut dengan pemeriksaan laboratorium.
→
ANALISIS KASUS (DIAGNOSIS)
Etiologi KEGANASAN → menanyakan gejala klinis keganasan ginjal, yaitu h e m a t u r i a m ak r o s k o p i s , n y e r i p i n g g a n g , g ej al a o b s t r u k s i s a lu r a n k e m i h b a g i an a tas d a n g e ja la p e r d a r a h a n r o n g g a p e r i t o n e al .
ANALISIS KASUS DIAGNOSIS
Keluhan NYERI PINGGANG sejak 1 tahun SMRS. N y e r i y an g d i r a s a k a n p a s i en s a a t i t u m e r u p a k a n k h a s u n t u k n y e r i k o l i k , y a i t u d i r a s a k a n s e p e r t i d i t u s u k , d a n h i l a n g -t i m b u l . NYERI KOLIK
karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises / ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih → tekanan intraluminal meningkat → peregangan dari terminal saraf → sensasi nyeri. →
ANALISIS KASUS (DIAGNOSIS)
P as i e n m e m i l i k i k e b i a s a an s e r i n g m e n ah a n k e n c i n g . P as i e n s e r in g m e n g o n s u m s i m i n u m a n b er s o d a . P as i en m e n g at ak a n b a h w a p as i e n m a l as u n t u k b e r g e r ak m e l ak u k a n k e g i a t an olahraga.
Dari anamnesis di atas → FAKTOR-FAKTOR EKSTRINSIK yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih → diet dan aktivitas.
DIET TINGGI PURIN, OKSALAT DAN KALSIUM mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih dan penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau KURANG AKTIVITAS.
ANALISIS KASUS (DIAGNOSIS)
PEMERIKSAAN FISIK: bulging negatif, ballotement kanan positif, nyeri ketok pada regio CVA kanan positif PEMERIKSAAN LABORATORIUM () → FOTO THORAK (BNO IVP) P F r eg i o C VA b e r u p a b u l g i n g n e g a t i f , b a l l o t e m e n t n e g a t if , n y e r i tekan pad a regio CVA neg atif dan tid ak terdapat ny eri ketok CVA
→ belum terjadi peregangan kapsul ginjal karena hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Ditemukannya k a d a r as a m u r a t > n o r m a l → salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu saluran kemih → batu asam urat. H em a tu r i a m i k r o s k o p i s → eritrosit 6-8/LPB pada sedimen urin → walau pada anamnesis pasien tidak mengeluhkan hematuria saat ini.
ANALISIS KASUS (DIAGNOSIS-TATA LAKSANA)
Berdasarkan ANAMNESIS, PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG → diagnosis kerja yang paling mungkin pada kasus ini adalah adanya batu ginjal dextra → working diagnosis BATU CETAK GINJAL DEXTRA.
Pasien direncanakan menjalani tata laksana operasi terbuka → OPEN EXTENDED PYELOLITHOTOMI.
P em i l i h a n O p e n E x t . P y e l o l i t h o t o m i s u d a h t ep a t k a r e n a p a d a p e n a t al ak s a n a an b a t u s t a g h o r n , t er a p i d e n g a n o p e r as i t e r b u k a , s t o n e f r e e r a t e c u k u p t i n g g i , b e r k i s a r ant ara 71% -82%.
ANALISIS KASUS (TATA LAKSANA)
P as i e n y a n g d i d i a g n o s i s b at u c e t ak g i n j a l d i an j u r k a n un tuk diterapi secara aktif.
Terapi standar, rekomendasi dan optional pada pasien batu cetak ginjal berlaku untuk pasien dewasa dengan batu cetak ginjal yang kedua ginjalnya berfungsi (fungsi keduanya relatif sama) atau ginjal soliter dengan fungsi normal dan kondisi kesehatan yang secara umum, habitus, dan anatomi memungkinkan untuk menjalani keempat modalitas terapi, termasuk pemberian anestesi.
Pedoman pilihan terapi meliputi: (1) PNL (dengan/tanpa ESWL); (2) Operasi terbuka (dengan/tanpa ESWL).
ANALISIS KASUS (ETIOLOGI-PENCEGAHAN)
Anjuran pemeriksaan berupa ANALISIS BATU GINJAL → untuk mengetahui kandungan unsur yang menyusun batu ginjal tersebut → dapat dilakukan pencegahan terjadinya batu ginjal di kemudian hari. FAKTOR RISIKO yang dimiliki pasien adalah s e r i n g m en a h an k en c i n g , s er i n g m e n g o n s u m s i m i n u m an b e r s o d a d a n s e d i k i t a k t i v i t as → Perlu dilakukan
pengaturan diet dan perbanyak berjalan/ berolah raga.
Selain itu, disarankan teratur minum / makan buah-buahan yang banyak mengandung s i t r a t (lemon/jeruk).
ANALISIS KASUS (PROGNOSIS)
PROGNOSIS AD VITAM mengancam nyawa.
Secara AD FUNCTIONAM, PROGNOSIS pasien ini adalah ad b o n am → Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar ureum dan kreatinin dalam batas normal → fungsi ginjal masih baik.
PROGNOSIS AD SANACTIONAM → dubia ad bonam → pasien memiliki faktor risiko terhadap rekurensi pembentukan batu, namun kekambuhan dapat dicegah jika pasien mampu melaksanakan edukasi yang diberikan → minum minimal 3 liter per hari, rajin berolahraga, tidak sering menahan kencing dan mengatur dietnya.
→ b o n a m →
tidak ada hal yang
KESIMPULAN 1. BATU SALURAN KEMIH → massa keras seperti batu yang terbentuk di
sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih, atau infeksi. 2. SEMUA TIPE BATU SALURAN KEMIH MEMILIKI POTENSI UNTUK MEMBENTUK BATU → diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). 3. PEMERIKSAAN PENUNJANG → penegakkan diagnosis dan rencana terapi → Foto Polos Abdomen, Pielografi Intra Vena (PIV), Ultrasonografi, CT Scan, pemeriksaan mikroskopik urin, Renogram, analisis batu, kultur urin, DPL, ureum, kreatinin, elektrolit. 4. PENCEGAHAN → berdasarkan atas kandungan unsur yang menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. 5. KOMPLIKASI BATU PADA SALURAN KEMIH → obstruksi dan infeksi sekunder, serta komplikasi dari terapi, baik invasif maupun noninvasif. 6. PROGNOSIS BATU GINJAL → tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, dan adanya infeksi serta obstruksi.
DAFTAR PUSTAKA Soebadi DM. Obstruksi Saluran Kemih Atas. In: Basic Science on Urology. Pertemuan Ilmiah Berkala Proyek Trigonum Plus XIII. FK Unibraw. RSUD dr. Syaiful Anwar Malang; 2002. p.1-6. Soetojo, Hariyono dan Doddy M Soebadi. Hubungan 2. Obstruksi Ureter Total Unilateral Buatan dengan Kadar Cystatin-C Serum pada Oryctalagus Cuniculus. In:http://juri.urologi.or.id/index.php?option=com_content&task =view&id=115&Itemid=5; 2007. Wein, Alan J. Et al. Campbell-Walsh Urology. Philadelphia: 3. Saunders Elsevier; 2007. Chapter 12. p.1,5,8. Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta: 4. Penerbit CV Sagung Seto; 2009. Hal.57,62,64,65,66. 5. Tanagho, Emil A, Jack W. McAninch. Smith’s General Urology. San Francisco: Mc Graw Hill’s; 2003. p.181,182,189,259. 6. Guyton, Arthur C, John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Editor: Irawati S. Ed 9. Jakarta: EGC; 1997. Hal.397-399. Shergill. Kidney Anatomy and Physiology. Available from: 7. http://www.healthmad.com/healthcare.../kidney-anatomy-andphysiology/.com; 2007. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ilmu Bedah. Edisi 2. 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. Hal.756764,1024-1034. Batu Salurah Kemih. Available from: 9. http://medicastore.com/penyakit/90/Batu_Saluran_Kemih.htm l; 2013. 10. Purnomo, Basuki. Dasar-dasar Urologi Edisi kedua. Jakarat: 1.
11. 12. 13.
14. 15. 16. 17.
18.
19.
20.
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001. Hal.378. Sjamsuhidayat, De jong, wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. Hal.1024-1034. Nefrolitiasis. Available from: http://www.emedicine.com/med/topic1599.htm/nefrolitias is; 2013. Glenn, James F. Urologic Surgery Ed.4. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher; 1991. Oswari, Jonatan, Adrianto, Petrus. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC; 1995. Tiselius HG, Ackermann D, Alken P, et al. Guidelines on Urolithiasis. European Association of Urology. Tanagho EA, McAninch JW, Editors. Smith’s General Urology Seventeenth Edition. San Francisco: The McGrawHill Companies; 2008. p.78. Netto NR Jr, Claro JFA, Lemos GC, Cortado PL. Renal Calculi in Lower Pole Calices: What is The Best Method of Treatment? J Urol; 1991. p.146:721–3. Homer JA, Davies-Paine DL, Peddinti BS. Randomized Prospecive Comparison of Non-Contrast Enhanced Helical Computed Tomography and Intravenous Urography in The Diagnosis of Acute Ureteric Colic. Australasian Radiology; 2001. p.45:285-90. Bariol SV, Moussa SA, Tolley DA. Contemporary Imaging for the Management of Urinary Stones. EAU Update Series; 2005. p.3(1):3-9.
DAFTAR PUSTAKA 21.
22.
23. 24.
25. 26.
27.
28. 29.
30.
Klee LW, Brito CG, Lingeman JE. The Clinical Implications of Brushite Calculi. J Urol; 1991. p.145: 715–87. Segura JW, Preminger GM, Assimos DG, et al. Ureteral Stones Clinical Guidelines Panel Report on the Management of Ureteral Calculi. American Urological Association; 1997. Irving SO, Calleja R, Lee F, et al. Is The Conservative Management of Ureteric Calculi of >4mm safe ? BJU Int; 2000. p.85:637-640. Grasso M, Giddens J. Extracorporeal Shockwave Lithotripsy. Available from: www.emedicine.com; 2004. American Urological Association. AUA Guideline on the Management of Staghorn Calculi: Diagnosis and Treatment Recommendations; 2005. Wilbert DM. A Comparative Review of Extracorporeal Shock Wave Generation. BJU Int; 2002. p.90: 507–11. Renner Ch, Rassweiler J. Treatment of Renal Stones by Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy. Nephron; 1999. p.81 (suppl 1): 71 – 81. Skolarikos A, Alivizatos G, de la Rossette J. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy 25 Years Later: Complication and Their Prevention. Eur Urol; 2006. Atala A, Steinbock GS. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy of Renal Calculi. Am J of Surgery; 1989. p.157: 350–8. Drach GW, Dretler S, Fair W, Finlayson B, Gillenwater J, Griffith D, et al. Report of The United States Cooperative Study of Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy. J Urol; 1986. p.135: 1127–37. Logarakis NF, Jewett MAS, Luymes J, Honey JDA. Variation in Clinical Outcome Following Shock Wave Li thotripsy. J Urol; p.163: 721 5.
31.
32. 33.
34.
35. 36. 37.
38.
39.
40.
Mays N. Relative Costs And Cost –Effectiveness Of Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy Versus Percutaneous Nephrolithotomy In The Treatment Of Renal And Ureteric Stone. Soc Sci Med; 1991. p.12: 1401–12. Segura JW. The Role Of Percutaneous Surgery In Renal And Ureteral Stone Removal. J Urol; 1989. p.141: 780 –1. Lingeman JE, Coury TA, Newman DM, Kahnoski RJ, Mertz JHO, Mosbaugh PG, et al. Comparison Of Results And Morbidity Of Percutaneous Nephrostolithotomy And Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy. J Urol; 1987. p.138: 485–90. Pak CYC, Barilla DE, Holt K, Brinkley L, Tolentino R, Zerwekh JE. Effect Of Oral Purine Load And Allopurinol On The Crystallization Of Calcium Salts In Urine Of Patients With Hyperuricosuric Calcium Urolithiasis. Am J of Medicine; 1978. p.85: 593–9. Shekarriz B, Stoller ML. Uric Acid Nephrolithiasis : Current Concepts And Controversies. J Urol; 2002. p.168: 1307 –14. Hande KR. Noone RM, Stone WJ. Severe Allopurinol Toxicity. Am J of Medicine; 1984. p.76: 47–56. Tiselius HG, Ackermann D, Alken P, Buck C, Conort P, Galucci M. Guidelines Of Urolithiasis. European Association of Urology; 2001. Lingeman JE, Siegel YI, Steele B, Nyhuis AW, Woods JR. Management Of Lower Pole Nephrolithiasis : A Critical Analysis. J Urol; 1994. p.151: 663 –7. Netto NR Jr, Claro JFA, Lemos GC, Cortado PL. Renal Calculi In Lower Pole Calices : What Is The Best Method Of Treatment? J Urol; 1991. p.146: 721–3. Netto NR Jr, Claro JFA, Cortado PL, Lemos GC. Adjunct Controlled Inversion Therapy Following Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy For Lower Pole Caliceal Stone. J Urol; 1991.