Torektomy adalah proses pembedahan yang dilakukan untuk membuang satu atau atau lebih tonjolang tulang pada rahang atas atau rahang bawah Torektomi pada torus palatines Insisi pada torus palatines dapat dilakukan dalam dua cara a. Insisi pada garis tengah palatum dengan bentuk Y pada kedua ujung insisi b. Insisi semilunar berbentuk huruf U, dimana mukoperios flap yang menutupi torus dapat dibuka seluruhnya. a. Persiapan pasien
Secara umum persiapan pasien sebelum pembedahan dapat dilakukan pada ruang perawatan dan ruang operasi. Selain itu sebelum memasuki ruang operasi pasien berada diruangan khusus untuk pemeriksaan ulang dan dimanfaatkan untuk pemeriksaan akhir sebelum masuk ke meja operasi, seperti pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan, dan evaluasi dari dokter anestesi. Persiapan pasien ini terdiri dari berbagai macam untuk mendapatkan proses dan hasil pembedahan yang baik serta mengurangi resiko terjadinya komplikasi. Persiapan prabedah pada pasien tersebut antara lain: i. Persiapan mental Persiapan mental merupakan hal yang penting dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Kecemasan merupakan reaksi normal yang dapat dihadapi dengan sikap terbuka dan penerangan yang cukup. Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis. (Barbara C. Long). Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan atau ketakutan antara lain; sulit tidur dan tekanan darah meningkat (pada pasien hipertensi) dan menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda (pada wanita).
Berbagai
alasan
yang
dapat
menyebabkan
kecemasan
pasien
dalam
menghadapi pembedahan antara lain : Takut nyeri setelah pembedahan (body image), takut keganasan, takut cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain, takut ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas, dan takut operasi gagal. Persiapan
mental
yang
kurang
memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga orang terdekat pasien. Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga dapat mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan dengan kata-kata yang menenangkan hati dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi. Peranan dokter dan dibantu perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dijalani sebelum operasi, memberikan informasi tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami selama proses operasi, dan menunjukkan tempat kamar operasi. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien menjadi lebih siap menghadapi operasi. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas, misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan sampai kapan, manfaatnya untuk apa. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan pasien akan dapat diturunkan. Untuk menimbulkan kenyamanan lagi, dokter memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dokter juga dapat mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
ii. Persiapan Fisik Selain mempersiapkan mental, waktu dan biaya, pembedahan berencana juga mewajibkan pasien untuk menyiapkan kondisi fisik demi lancarnya operasi yang akan berlangsung. Persiapan fisik ini berhubungan dengan kelainan atau penyakit yang akan dibedah tersebut, dan juga persiapan fisik berkenaan dengan pembiusan, agar obat-obat bius yang nantinya diberikan tidak menimbulkan efek negatif akibat kemampuan respon tubuh yang tidak normal lagi. Persiapan
fisik
ini
berkenaan
dengan
pemeriksaan tanda-tanda vital pasien; denyut nadi, tekanan darah, respirasi, dan suhu tubuh pasien. Dipastikan semua tanda-tanda vital pasien dalam batasan normal. Pemeriksaan fisik lengkap antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Tinggi dan berat badan pasien diperiksa untuk memperkirakan dosis obat, terapi, cairan yang diperlukan, serta jumlah urine selama dan sesudah pembedahan. Jantung, paru paru, abdomen, ekstremitas, punggung, neurologis, dan saluran nafas juga merupakan pemeriksaan fisik yang diperlukan. Untuk jangka pendek, setidaknya 8 jam sebelum masuk ke dalam kamar operasi, fisik penderita diharapkan sudah fit, tidak sedang pilek, batuk atau yang lainnya, dalam keadaan bersih hingga ke cuci rambut dan siap menanggalkan asesoris seperti perhiasan, gigi palsu, tidak bergincu dan cat kuku mesti dihapus. Ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi operasi dan menunjang sterilitas proses operasi. Selain itu pasien juga harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil.
iii. Riwayat Penyakit Jawaban pasien mengenai penyakit-penyakit sistemik yang kita ajukan tidaklah menjamin bahwa pasien mengatakan yang sebenarnya. Ia mungkin tidak meyadari bahwa keadaan itu terjadi. Setidaknya kita harus mengetahui riwayat kesehatan pasien yang meliputi kesehatan umum, rasa sakit yang ada, obat-obatan dan pengobatan, alergi, dan tekanan darah. Pertanyaan yang berkenaan dengan perawatan terakhir dan dokter yang merawat merupakan informasi tambahan yang bermanfaat. Jika ahli laboratorium menemukan sejarah dan pemeriksaan fisik dalam keadaan abnormal, maka operasi harus dibatalkan dan hanya dilakukan treatment
medical
saja hingga kondisi fisik pasien memungkinkan untuk dilakukan operasi
dengan resiko yang seminimal mungkin. Jika seluruh hasil pemeriksaannya ditemukan dalam keadaan normal, segera lakukan tindakan operasi. Bagi penderita yang memiliki penyakit lain selain kasus bedah akan menjadi perhatian khusus bagi tim bedah sebelum menjalankan tindakan operasinya. Gangguan atau penyakit lain, akan berpengaruh terhadap kelangsungan proses operasi. Penyakit seperti gangguan jantung, penderita diabetes, gangguan fungsi ginjal, fungsi pembekuan darah dan lainnya jika tidak harus menjalani operasi emergensi, sedapat mungkin dipastikan dulu bahwa penyakitnya tersebut dalam keadaan stabil. Keadaaan inilah yang mengakibatkan seorang penderita butuh waktu relatif lama dalam masa preoperatifnya dan juga dapat menyebabkan timbulnya resiko komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan.