PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI KLT
I.
II.
Tujuan Untuk memberikan informasi mengenai banyaknya komponen dalam analisa kualitatif. Dasar Teori Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode pemisahan yang menggunakan plat atau lempeng kaca yang sudah dilapiskan adsorben yang bertindak sebagaifasa diam. Fase bergerak ke atas sepanjang fase diam danterbentuklah kromatogram. Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahandan sensitif (Khopkar, 1990). Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fitokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal), kemudian pelat dimasukkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak). Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan) dan selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Stahl, 1985). Pada prinsipnya KLT dilakukan berdasarkan pada penggunaan fasa diam untuk menghasilkan pemisahan yang lebih baik. Fasa diam yang biasadigunakan dalam KLT adalah serbuk silika gel, alumina, tanah diatomedan selulosa (Harborne, 1987). Adapun carakerja dari KLT yakni larutan cuplikan sekitar 1% diteteskan denganpipet mikro pada jarak 1-2 cm dari batas plat. Setelah eluen ataupelarut dari noda cuplikan menguap, plat siap untuk dikembangkandengan fasa gerak (eluen) yang sesuai hingga jarak eluen dari batasplat mencapai 10-15 cm. Mengeringkan sisa eluen dalam plat dengandidiamkan pada suhu kamar. Noda pada plat dapat diamati langsung dengan menggunakan lampu UV atau dengan menggunakan pereaksi semprot penampak warna. Setelah noda dikembangkan dan divisualisasikan,identitas noda dinyatakan dengan harga Rf (retardation factor)(Anwar, 1994). Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat
berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai (Harborne, 1987). Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 μm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya.Penjerap yang paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsi dan partisi(Gandjar & Rohman, 2007). Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak : 1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif. 2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan. 3. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan (Gandjar & Rohman, 2007). Tabel 2.1. Beberapa Sistem Pemisahan dengan KLT dari Bahan Alam (Gibbons, 2006) III.
Alat dan Bahan A.Alat yang digunakan 1. Plat KLT 2. UV source 3. Pipa Kapiler 4. Chamber
B. Bahan yang digunakan 1. Simplisia hasil kromatografi kolom 2. Eluen : …… IV.
Cara Kerja
1.Cuplikan Ditotolkan menggunakan pipet kapiler dengan jarak 15mm dari tepi bawah plat KLT. 2.Spot dikeringkan dengan pengering udara 3.Dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan dalam bejana pemisah yang telah dijenuhkan dengan fase gerak. 4.Tentukan harga Rf. 5.Untuk menampakkan noda menggunakan lampu UV dengan panjang gelombang V.
254nm. Hasil dan Pembahasan A. Hasil KLT Gambar Hasil KLT Eluen : Fase Diam : Silika Gel Rf : 0
B.Pembahasan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi
senyawa
murninya
dan
mengetahui
kuantitasnya
yang
menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.
KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif. Kedua, dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi – pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0. Terdapat dua fase pada KLT, yakni fase diam dan fase gerak. Pada praktikum kali ini digunakan silica untuk fase diam, dan fase gerak atau eluennya yang digunakan adalah …… dengan perbandingan ……. dan digunakan simplisia daun sembung. Dalam literatur disebutkan bahwa Blumea balsamifera [L.] DC. Atau sembung telah digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk mengatasi influenza, rematik, nyeri haid, haid tidak teratur, demam, asma, batuk, bronkitis, perut kembung, diare, perut mulas, sariawan, dan diabetes. Sembung berasa pedas, sedikit pahit, hangat dan baunya seperti rempah. Metabolit yang terkandung di dalam daun sembung secara umum berupa minyak atsiri dengan komponen bor-neol, kamfora, floroasetofenon dimetil eter, seskuiterpenlakton, diterpen, triterpen, sterol, paraffin, saponin, golongan fenolik turunan asam sinamat . Peneliti lain menemukan seskuiterpen dalam bentuk ester, flavonoid, icthyo-thereolacetate, cryptomerediol, lutein dan betakaroten. Dalam praktikum langkah pertama adalah cuplikan yang sebelumnya melalui proses maserasi,destilasi, kromatografi kolom, dan hasil dari kromatografi kolom inilah ditotolkan dengan pipet kapiler dengan jarak 15 mm dari tepi bawah plat KLT, kemudian spot dikeringkan dengan pengering udara, lalu dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan dalam bejana pemisah yang telah dijenuhkan dengan fase gerak, kemudian ditentukan harga Rf, dan untuk menampakkan noda menggunakan lampu UV dengan panjang gelombang 254nm. Dari hasil praktikum, pada plat KLT tidak terdapat bercak/noda yang terdeteksi, hal ini mungkin dikarenakan karena kesalahan awal pengerjaan maserasi terjadi kejenuhan sehingga zat aktif yang ditarik
hanya sedikit, atau kesalahan pada pengerjaan pada kromatografi kolom. Konsentrasi larutan simplisia sangat berpengaruh pada hasil kromatografi kolom, sehingga dalam pengerjaannya konsentasi , atau perbandingan eluen harus berurutan dari konsentrasi besar ke konsentrasi kecil atau dari konsentrasi kecil ke konsentrasi besar, tetapi dalam perlakukan kelompok kami terjadi kesalahan, dimana konsentrasi eluen yang diberi tidak berurutan dari konsentrasi besar ke kecil atau dari konsentrasi kecil ke besar, sehingga menghasilkan kromatigrafi kolom yang tidak optimal dan terlihat pada hasil kromatografi kolom pun tidak optimal atau gagal, atau kesalahan lain yang dilakukan adalah saat pengerjaan kromatografi kolom, wadah tidak di tutup dengan alumunium foil atau dibiarkan lama kontak dengan udara padahal dalam literature disebutkan bahwa simplisia daun kecubung mengandung banyak minyak atrsiri seperti borneol, sineol, limonen, dan dimetil eter floroasetofenon, sehingga zat aktifnya menguap, dan ketika diuji dengan KLT, tidak terdaat bercak/noda satu pun, selain itu dalam pengujian KLT spesifikasi unuk mendeteksi apakah daun sembung mengandung flavonoid atau tidak, senyawa flavonoid adalah jenis senyawa yang tidak menghasilkan berkas noda dalam plat KLT, sehingga dalam engujiannya harus menggunakan pendarflour sinar UV, hasilnya pada lempengan tidak ditemukan bercak kecil yang gelap.
VI.
Kesimpulan Daun sembung merupakan minyak atsiri yang mengandung bor-neol, kamfora, floroasetofenon dimetil eter, seskuiterpenlakton, diterpen, triterpen, sterol, paraffin, saponin, golongan fenolik turunan asam sinamat, sehingga mudah menguap jika terlalu lama kontak dengan udara luar, untuk pengujian KLT tidak diperolah bercak sama sekali, dimungkinkan karena proses pengerjaan ekstraksi (isolasi senyawa kimia) dari daun sembung kurang benar/tidak sesaui prosedur seharusnya.
VII.
Daftar Pustaka Denikrisna. 2010. Kromatografi. denikrisna. wordpress.com/category/bakul/ kromatografi/. Diakses pada 25 April 2012. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB Bandung . Ismiarni. 2010. Kromatografi (Dasar). alamlearning.blogspot.com/search/label/ chromatography. Diakses pada 25 April 2012. Khopkar, S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang. Stahl, E., "Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopik", terjemahan K. Radmawinata dan I. Soediso, penerbit ITB, Bandung, 1985, 3-18. 15.