"OSMOSIS"
MENGAMATI TINGKAH LAKU PADA CACING TANAH (Capsicum frutescens) DENGAN
DIMASUKKAN KEDALAM AIR TAWAR DAN AIR LARUT (Air Garam)
Citra Rezki Kusuma, Fauziyah Khairi Nasution, Silvia Adriani, Siti Khadizah
Harahap, Theresia Lia E.Gultom
MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jurusan Pendidikan Biologi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat konsentrasi
larutan garam terhadap tingkah laku cacing tanah, dan Membandingkan antara
cacing tanah yang di letakkan pada air (kontrol) dan yang diletakkan di
larutan garam (Air laut), Mengetahui peristiwa osmosis, dan Mengetahui
mengapa cacing tanah mengeluarkan lendir. Metode penelitian dilaksanakan
pada tanggal 19 Februari 2014 yang bertempat di Laboratorium Biologi
UNIMED. Penelitian ini menggunakan perlakuaan 3 kali perlakuan secara
berulang. Hasil penelitian ini menujukan bahwa adanya pengaruh perbedaan
antara larutan dengan kadar konsentrasi 100 %, 80 %, 60 %, 40 %, dan 20 %
serta adanya dua air tawar yang bertindak sebagai kontrol. Ternyata
terbukti bahwa Pada cacing tanah yang diletakkan pada konsentrasi 100 %
lebih cepat proses kematiannya dibandingkan larutan dengan konsentrasi
dibawahnya seperti 80 %, 60 %, 40 % dan 20 %. Dan berat cacing tanah terus
mengalami penurunan dari berat awalnya, hal ini dikarenakan terjadinya
osmosis pada cacing tanah tersebut. Pada saat pengamatan, cacing tanah yang
diletakkan di larutan garam (konsentrasi tinggi) mengalami keadaan yang
tidak stabil ataupun tidak seimbang dikarenakan cacing tanah mengalami
defisiensi atau ekses yang berdampak dan mengganggu berfungsinya sel-sel
secara optimal dan dapat mengancam kehidupannya, sehingga pada saat itu
cacing mengeluarkan lendirnya agar tubuhnya dapat mempertahankan
kekonstanan relatif dari zat-zat kimia agar ia tetap dapat hidup. Dan agar
cacing tanah tersebut dapat bertahan hidup lebih lama bergantung pada daya
ketahanan tubuhnya dalam mempertahankan atau kecepatannya dalam
mempertahankan keseimbangan tubuhnya (Homeostatis).
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, dimana molekul air
berdifusi melewati membran yang bersifat selektif permeabel. Dalam sistem
osmosis, dikenal larutan hipertonik (larutan yang mempunyai konsentrasi
terlarut tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut
rendah), dan larutan isotonik (dua larutan yang mempunyai konsentrasi
terlarut sama). Jika terdapat dua larutan yang tidak sama konsentrasinya,
maka molekul air melewati membran sampai kedua larutan seimbang. Dalam
proses osmosis, pada larutan hipertonik, sebagian besar molekul air terikat
(tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air
yang bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik,
memiliki lebih banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul
terlarut), sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Oleh
sebab itu, dalam osmosis aliran netto molekul air adalah dari larutan
hipotonik ke hipertonik.
Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk
sel terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada
larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan
mendapat dan kehilangan air yang sama. Banyak hewan-hewan laut, seperti
bintang laut (Echinodermata) dan kepiting (Arthropoda) cairan selnya
bersifat isotonik dengan lingkungannya. Jika sel terdapat pada larutan yang
hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa
menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel
tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel
banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat
menyebabkan kematian. Pada hewan, untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang
hipo- atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan air, yaitu
dalam proses osmoregulasi.
b. Tujuan
Mengetahui pengaruh tingkat konsentrasi larutan garam terhadap tingkah
laku cacing tanah
Membandingkan antara cacing tanah yang di letakkan pada air (kontrol)
dan yang diletakkan di larutan garam (Air laut)
Mengetahui peristiwa osmosis, dan Mengetahui mengapa cacing tanah
mengeluarkan lendir.
c. Identifikasi masalah
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian Eksperimen. Dalam hal ini data
yang diperolah secara yang langsung pada objek penelitian sedangkan yang
bersifat teoritis diperoleh dari berbagai sumber literatur yang berhubungan
dengan permasalahan penelitian.
2. Jenis Masalah
Untuk mengetahui Perbandingan cacing tanah yang diletakkan pada masing-
masing konsentrasi dari larutan air garam dan air tawar sebagai kontrol.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA, Universitas
Negeri Medan. Praktikum dilakukan pada tanggal 12 Februari 2014 pada pukul
10.30 s/d 11.20 WIB.
Bahan dan Alat
Alat
"Nama alat "Jumlah "
"Gelas ukur "1 buah "
"Gelas volume "1 buah "
"Cawan petri "1 buah "
"Pinset "1 buah "
"Neraca analitik"1 buah "
"Stopwacth "1 buah "
Bahan
"Nama Bahan "Jumlah "Konsentras"
" " "i "
"Pheretima sp."1 ekor "- "
"Air "10 ml "- "
"Larutan garam"- "20%, 40%, "
" " "60%, 80%, "
" " "dan 100% "
Metode Praktikum
Pada praktikum ini membuat larutan garam dengan konsentrasi yang
berbeda-beda. Cacing tanah yang besar dibersihkan terlebih dahulu dari
tanah dengan air, dan dikeringkan dengan tisu. Kemudian timbang cacing
tanah dan mencatat berat awalnya. Memasukkan cacing tanah kedalam cawan
petri yang berisi larutan garam dengan konsentrasi 100%. Amati cacing tanah
yang berada dalam cawan petri tersebut selama 10 menit dengan menggunakan
stopwacth dan amati tingkah laku nya. Setelah 10 menit ambil cacing yang
berada dalam cawan petri dengan pinset dan keringkan kemudian timbang
kembali, serta mencatat berat dari cacing tersebut. Lakukan percobaan
sebanyak 3x dengan cacing yang dimasukkan dalam larutan garam dan
penimbangannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan cacing tanah yang dimasukkan kedalam tabung erlenmeyer
dengan konsentrasi yang berbeda-beda dan sebagai kontrol dapat dilihat pada
tabel hasil percobaan hasil praktikum dibawah ini:
"PERLAKUAN "BERAT "1 "2 "3 "KETERANGAN "
" "AWAL " " " " "
"100 % "5,9 "5,3 "5,0 "4,7 "Mati "
"80 % "4,6 "4,3 "4,2 "3,8 "Masih hidup "
"60 % "3,4 "3,3 "3,2 "3,1 "Masih hidup "
"40% "4,9 "4,8 "4,7 "4,6 "Masih hidup "
"20 % "4,1 "4,0 "3,9 "3,8 "Masih hidup "
"Kontrol 1 "5,4 "5,4 "5,4 "5,4 "Masih hidup "
"Kontrol 2 "5,5 "5,4 "5,4 "5,6 "Masih hidup "
NB: Berhubung pada saat praktikum, untuk kelompok 7 dan 8 sama-sama
melakukan percobaan dengan larutan yang berkonsentrasi 100 %, dan Kami
mengambil hasil kelompok kami sendiri pada saat praktikum dengan perlakuan
100 % .
Adapun gambar grafiknya berdasarkan tabel yaitu:
Keterangan
Untuk perlakuan larutan garam dengan konsentrasi 100 % dapat dilihat
memiliki berat awal sebesar 5,9 gram dan pada perlakuan satu pada saat
cacing tanah dimasukkan kedalam larutan garam, pada detik pertama cacing
tersebut diam, dikarenakan baru beradaptasi dengan lingkungan barunya, dan
pada detik ke-28 cacing tersebut menggeliting dan bergerak keatas untuk
menyelamatkan dirinya, dan pada detik ke-45, tingkah cacing semakin agresif
dan sangat cepat menggerakkan tubuhnya, pada menit pertama detik ke-10 dia
mencari jalan keatas, dan pada menit pertama dengan detik ke-20, cacing
mengeluarkan lendirnya. Pada menit kedua cacing mengeluarkan lendir semakin
banyak dari lubang anusnya agar dapat mempertahankan tubuhnya dari
lingkungannya dan tetap menjaga keseimbangan dari dalam tubuhnya, dan air
garam tersebut semakin keruh, dan cacing tanah tetap bergerak dan lebih
agresif, dan pada saat mnit ke-10 cacing dalam keadaan lemas. Dan setelah
ditimbang, berat cacing tanah menurun yaitu menjadi 5,3 gram.
Untuk perlakuan kedua pada menit pertama detik ke-14 cacing tampak
tak berdaya (Lemas), ia bergerak lambat untuk mencari jalan keluar untuk
dapat menyelamatkan dirinya. Dan pada menit ke-10 cacing tanah tetap
terkulai lemas, dan setelah ditimbang, berat cacing tanah mengalami
penurunan yaitu 5,0 gram.
Untuk perlakuan ketiga, pada menit pertama dan detik ke-20, cacingnya
mati, dan setelah 10 menit berada dalam larutan garam tersebut, cacing
diangkat dan di timbang lagi, dan mengalami penurunan menjadi 4,7 gram.
Dari hasil pengamatan diatas berlaku untuk larutan berkonsentrasi 80
%, 60 %, 40 % dan 20 %, karena cacing tesebut tidak dapat hidup di tempat
berkonsentrasi tinggi, namun kecepatan kematian pada cacing akan lebih
cepat dengan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi.
Sedangkan pada cacing tanah yang diletakkan di air tawar (sebagai
Kontrol), tingkah lakunya juga bergerak mencari jalan keluar untuk keluar
dari tabung erlenmeyer, tetapi kecepatan gerak cacing tanah di air kontrol
tidak seperti cacing tanah yang diletak di larutan garam, karena air garam
bersifat konsentrasi tinggi dari pada air kontrol. Dan pada saat ditimbang
dari berat awal hingga berat akhir mengalami berat normal, bahkan ia juga
mempertahankan tubuhnya untuk menjaga keseimbangannya dari lingkungan baru.
Cacing tanah mengalami peristiwa osmosis dikarenakan cacing tanah di
letakkan pada air garam (konsentrasi tinggi), yang mana menurut teori yaitu
Peristiwa penting dalam kehidupan adalah osmosis. Pada dasarnya osmosis
masih peristiwa difusi, dalam peristiwa osmosis yang bergerak melalui
membran semipermeabel ialah air dari larutan yang hipotonik ke larutan
hipertonik. Dengan kata lain peristiwa osmosis adalah bergeraknya air dari
larutan yang konsentrasinya rendah ke konsentrasi yang tinggi melalui
membran semipermeabel.
Apabila suatu larutan mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi dari
pada protoplasma berarti mengandung sedikit air dan disebut larutan
hipertonis. Air akan bergerak keluar sehingga sel hewan akan tampak
berkerut (krenasi), Larutan yang konsentrasinya lebih rendah dari
protoplasma berarti mengandung lebih banyak air dan akan mengakibatkan
masuknya air ke dalam sel sehingga selnya mengembang, larutan demikian
disebut larutan hipotonis. Jika larutan kosentrasinya sama maka disebut
isotonis. Dalam keadaan biasa sel menjaga suasana yang isotonis dengan
cairan medium, sel hidup selalu berupaya untuk menjaga tekanan osmosisnya
sesuai dengan cairan medium. Jika ada gangguan pada tekanan osmosis itu sel
pun akan rusak maka upaya menjaga tekanan osmosis ini tergolong pada sifat
homostatis, Untuk itu, makanya pada saat praktikum cacing tanah
mengeluarkan lendirnya agar tetap dapat menjaga tekanan osmosisnya dan
menjaga keseimbangan didalam tubuhnya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi osmosis
¬ Zat molekul yang meresap: Molekul yang lebih kecil daripada garis
pusat liang membran akan meresap dengan lebih mudah.
¬ Keterlarutan lipid: Molekul yang mempunyai keterlarutan yang tinggi
meresap lebih cepat daripada molekul yang kelarutan yang rendah seperti
lipid. Jika kadar resapan bagi dua bahan yang sama saiz molekul
dibandingkan, bahan yang lebih larut dalam lipid akan meresap lebih cepat
daripada bahan yang mempunyai kelarutan yang rendah.
¬ Luas permukaan membran: Kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas
permukaan membrsn yang disediakan untuk resapan adalah lebih besar.
¬ Ketebalan membran: Kadar resapan sesuatu molekul berkadar songsang
dengan jarak yang harus dilaluinya. Berbanding dengan satu membran yang
tebal, kadar resapan memlaui satu membran yang nipis adalah lebih cepat.
¬ Suhu: Pergerakan rawak molekul dipengaruhi oleh suhu. Kadar resapan
akan menjadi lebih cepat pada suhu yang tinggi dibandingkan dengan suhu
yang rendah.
¬ Cas elektrik pada molekul: Pada umumnya, resapan molekul bercas (ion)
adalah lebih perlahan berbanding dengan molekul yang tidak bercas
walaupun saiz molekul yang serupa. Jika semua faktor di atas adalah
malar, maka ini boleh ditunjukkan bahawa kadar resapan berkadar terus
dengan cerun kepekatan.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan semakin tinggi konsentrasi
larutan garam tersebut akan dapat mempercepat kematian pada cacing tanah.
Pada cacing tanah yang diletakkan pada konsentrasi 100 % lebih cepat proses
kematiannya dibandingkan larutan dengan konsentrasi dibawahnya seperti 80
%, 60 %, 40 % dan 20 %. Dan berat cacing tanah terus mengalami penurunan
dari berat awalnya. Pada saat pengamatan, cacing tanah yang diletakkan di
larutan garam (konsentrasi tinggi) mengalami keadaan yang tidak stabil
ataupun tidak seimbang dikarenakan cacing tanah mengalami defisiensi atau
ekses yang berdampak dan mengganggu berfungsinya sel-sel secara optimal dan
dapat mengancam kehidupannya, sehingga pada saat itu cacing mengeluarkan
lendirnya agar tubuhnya dapat mempertahankan kekonstanan relatif dari zat-
zat kimia agar ia tetap dapat hidup.
Daftar Pustaka
Campbell, Neil A. 2000. Biologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hidayati, Dewi. 2007. Modul Fisiologi Hewan. Program Studi Biologi ITS,
FMIPA : Surabaya.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
Van De Graf, Kent, M. 1994. Atlas of Fisiology. Penerbit McGraw Hill : USA
http://www.edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pok
ok/view&id=435&uniq=3947
http://belajarkimia.com/2010/07/tekanan-osmotik/