5
POTENSI POSITIF DAN BENCANA
DAERAH WONOGIRI
Disusun Oleh :
Paschalis Pindyka Aji Kurniawan
111.150.074
Kelas C
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" YOGYAKARTA
2016
POTENSI POSITIF DAERAH WONOGIRI
BATU GAMPING
Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Luas wilayah Wonogiri adalah 1.822 km2 dan memiliki populasi sebesar 940.297 jiwa (pada tahun 2014). Kabupaten ini memiliki banyak potensi yang menarik untuk dikembangkan, salah satunya adalah batu gamping. Hal ini dikarenakan Wonogiri merupakan bagian dari wilayah Pegunungan Selatan. Sehingga batuan yang banyak terkandung di kabupaten ini adalah batu gamping. Terutama Kecamatan Pracimantoro, Giritontro, dan Giriwoyo.
Batu gamping merupakan batuan sedimen nonklastik yang tersusun dari hasil akumulasi cangkang organisme laut, koral yang terbentuk di laut dangkal. Sehingga dulunya wilayah Wonogiri merupakan laut dangkal dan mengalami pengangkatan. Tidak semua batu gamping bersifat nonklastik, karena apabila sudah tertransport dan mengendap membentuk perlapisan, maka batu gamping tersebut akan disebut batu gamping klastik. Karena batu gamping tersusun atas cangkang organisme maka komposisi kimianya adalah CaCO3. Umumnya batu gamping mengandung 90 persen mineral Kalsit.
Batu gamping sangat berguna sebagai bahan baku utama pembuatan semen. Namun biasanya yang digunakan adalah batu gamping nonklastik. Agar menjadi semen, batu gamping dicampur dengan pasir silika, tanah liat, dan pasir besi.
Gambar 1.1. Batu Gamping
Apabila ditambang dengan benar, maka akan menghasilkan pendapatan daerah yang sangat besar. Tetapi perlu diperhatikan juga mengenai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Memang sudah ada yang mencoba menambang batu gamping ini, namun masih belum maksimal. Dengan kebutuhan akan semen yang semakin meningkat, maka pembangunan industri semen di Wonogiri dirasa akan bermanfaat ke depannya.
Dikarenakan penetapan Pegunungan Seribu sebagai Geopark Global, maka pastinya wilayah tersebut akan dilindungi undang-undang. Maka hanya tempat-tempat tertentu saja yang diperbolehkan untuk melakukan penambangan. Walaupun dibatasi, namun semua itu demi kelestarian lingkungan yang bermanfaat bagi anak cucu kita kelak.
Gambar 1.2. Pengunungan Seribu
Menurut data Pemerintah Kabupaten Wonogiri, sumberdaya batu gamping yang dimiliki oleh Wonogiri diperkirakan sekitar 3.599 juta m3 dengan luas sebaran mencapai 4.130 ha. Oleh karena itu, peran pemerintah daerah sangat besar untuk mengelola sumber daya tersebut dan menjadikannya bermanfaat bagi masyarakat Wonogiri sendiri.
BATU ANDESIT
Potensi batu andesit di Wonogiri juga cukup menjanjikan. Batu andesit tersebar di wilayah Wonogiri bagian kecamatan Selogiri, Ngadirojo, Jatiroto, Manyaran, dan sebagian Giriwoyo. Di Selogiri sumberdayanya diperkirakan mencapai 205.865.625 m3. Untuk kecamatan lainnya sekitar 1.379.300.000 m3.
Andesit terbentuk dari hasil intrusi magma intermediet yang membeku di dekat permukaan. Magma berasal dari aktivitas vulkanisme yang disebabkan oleh subduksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia pada pantai selatan Jawa. Pada masa lampau, aktivitas vulkanisme terjadi di sekitar daerah Wonogiri utara-barat, sehingga jika sekarang terdapat batuan beku disana adalah kondisi yang wajar.
Gambar 1.3. Batu Andesit
Batu Andesit biasanya dimanfaatkan untuk bahan pondasi konstruksi bangunan ringan. Selain itu, andesit juga digunakan sebagai ornamen dinding dan lantai bangunan.
Penambangan andesit di Wonogiri sudah dilakukan, namun belum secara maksimal. Karena masih terkendala investor yang mau menanamkan modalnya di kabupaten ini. Namun, mengingat banyaknya sumberdaya andesit di Wonogiri, sudah seharusnya Pemda berusaha lebih keras untuk menarik hati investor. Lagipula hasil dari penambangan andesit nantinya juga akan masuk ke KAS daerah dan diperuntukkan untuk pembangunan Wonogiri.
POTENSI BENCANA DAERAH WONOGIRI
KEKERINGAN
Selain memiliki potensi sumber daya batu gamping yang besar, Wonogiri juga menyimpan potensi bencana yang besar pula. Beberapa bencana yang sering terjadi di Wonogiri antara lain, kekeringan dan tanah longsor. Kekeringan sering terjadi di daerah selatan Wonogiri, seperti Kecamatan Giriwoyo, Giritontro, Paranggupito, dan Pracimantoro.
Salah satu penyebab kekeringan di daerah selatan adalah karena merupakan daerah karst. Dimana di daerah karst air akan mengalir jauh di dalam membentuk sungai bawah tanah. Sehingga pada permukaannya air sulit didapat. Hal ini tentu sangat merugikan petani, karena sawah sangat membutuhkan irigasi. Apalagi ditambah dengan curah hujan yang tidak menentu, sehingga tanaman padi terancam gagal panen.
Dalam hal ini pemerintah harus siaga dan bergerak cepat apabila terjadi kekeringan di wilayah selatan. Karena dampak dari kekeringan tersebut sangat terasa bagi masyarakat.
Gambar 2.1. Kekeringan
TANAH LONGSOR
Sedangkan tanah longsor sering terjadi di Wonogiri dikarenakan banyaknya perbukitan, dimana kemiringan lerengnya relatif curam. Jadi apabila hujan turun, air akan membuat tanah menjadi lunak dan apabila vegetasi di bukit tersebut kurang, maka tanah longsor pun terjadi. Sebenarnya tanah longsor juga bergantung pada dimana akar tumbuhan menambat. Apabila akar hanya menambat pada bagian atas lapisan tanah, maka longsor sangat mungkin terjadi. Tanah longsor sering terjadi di wilayah utara-timur Wonogiri, yaitu Kecamatan Karangtengah, Tirtomoyo, Bulukerto, Kismantoro, Puhpelem, Nguntoronadi, dan Batuwarno.
Gambar 2.2. Tanah Longsor
Untuk itu, sebaiknya pemerintah daerah mensosialisasikan kepada warga agar menghindari bermukim di daerah lereng-lereng bukit dan juga kaki bukit karena sangat rawan akan tanah longsor.