ABORTUS NO. DOKUMEN :
RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
NO. REVISI :
HALAMAN : 1 /4
DISAHKAN OLEH : DIREKTUR, TANGGAL TERBIT : 31 DESEMBER 2015 dr. Hj. Sitti Maryam Haba, M. Kes NIP 19600723 198901 2 001
PENGERTIAN (DEFINISI)
: Berakhirnya kehamilan dengan umur kehamilan < 20 minggu atau berat janin < 1000 gram
KLASIFIKASI
: 1. Menurutmacam –macamnya : a. Abortus spontan terjadi dengan sendiri b. Abortus provokatus :disengaja :disengaja c. Abortus provokatus terapetikus : dengan alasan kehamilan membahayakan ibunya atau janin cacat d. Abortus provokatus kriminalis : tanpa alasan alasan medis yang syah. syah. 2. Menurut derajatnya a. Abortus iminens : adalah abortus yang membakat ditandai dengan peredaran pervaginam yang minimal, tetapi portio uteri (kanalis servikalis) masih tertutup b. Abortus insipiens : pembukaan servik yang kemudian diikuti oleh kontraksi uterus namun buah kehamilan belum ada yang keluar c. Abortus inkompletus : biasanya ada pembukaan serviks, sebagian hasil konsepsi sudah keluar (plasenta) sebagian masih tertahan di dalam rahim. Biasanya diikuti perdarahan hebat. d. Abortus complit : nyeri perut sedikit, ekspulsif total jaringan hasil konsepsi, perdarahan sedikit, jaringan kosong, perdarahan minimal, Pemeriksaan dalam : serviks terbuka sedikit terkadang sudah menutup, jaringan kosong, pendarahan minimal, uterus besarnya kecil dari usia kehamilan, tidak ada gejala kehamilan dan tes kehamilan negative. e. “Missed abortion”tertahannya bortion”tertahannya hasil konsepsi yang telah mati di dalam rahim selama selama ≥ 8 minggu. minggu. Ditandai dengan tinggi fundus uteri yang menetap bahkan mengecil. Biasanya tidak diikuti tanda – tanda – tanda abortus seperti perdarahan, pembukaan serviks. f. Abortus habitualis : adalah abortus spontan 3 kali atau lebih secara berturut –turut –turut
ANAMNESIS
: 1. Abortus imminen a. Riwayat terlambat haid dengan hasil βHCG (+) dengan usia kehamilan < 20 minggu b. Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak berwarna kecoklatan dan bercampur lendir c. Nyeri perut atau cramping pain sedikit
ABORTUS
NO. DOKUMEN : RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS
NO. REVISI :
HALAMAN : 2 /4
2. Abortus insipient a. Perdarahan bertambah banyak, berwarna merah segar, disertai terbukanya serviks b. Perut nyeri ringan atau spasme. 3. Abortus incompletes a. Perdarahan aktif b. Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan c. Pengeluaran sebagai hasil konsepsi d. Mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa konsepsi tertinggal e. Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat perdarahan 4. Abortus komplit a. Perdarahan sedikit b. Nyeri perut atau kram ringan c. Mulut rahim sudah tertutup d. Pengeluaran seluruh hasil konsepsi 5. Missed abortus Perdarahan dan nyeri perut minimal 6. Abortus habitualis Riwayat abortus 3 kali atau lebih berturut-turut PEMERIKSAAN FISIK
: 1. Abortus imminens a. Ostium uteri masih tertutup b. Perdarahan berwarna kecoklatan disertai dengan lender c. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan d. Djj masih ditemukan 2. Abortus insipient a. Ostium uteri masih terbuka, dengan terdapat penonjolan kantong dan didalamnya berisis cairan ketuban b. Perdarahan berwarna merah segar c. Ukuranuterus sesuai dengan usia kehamilan d. Djj masih ditemukan 3. Abortus incompletes a. Ostium uteri terbuka, dengan terdapat sebagai sisa konsepsi b. Perdarahan aktif 4. Abortus komplit a. Ostium uteri tertutup b. Perdarahan sedikit c. Ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan
ABORTUS
NO. DOKUMEN : RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS
NO. REVISI :
HALAMAN : 3 /4
5. Missed abortion a. Ostium uteri tertutup b. Perdarahan dan nyeri perut tidak ada c. Ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan d. Gejala khas janin telah mati tetapi tidak ada epulsi jaringan. KRITERIA DIAGNOSIS
: Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
DIAGNOSIS KERJA
: Abortus 1. Abortus imminens 2. Abortus insipient 3. Abortus incompletes 4. Abortus komplit 5. Missed abortion
DIAGNOSIS BANDING
: 1. Mola hidatidosa 2. Kehamilan ektopik terganggu 3. Missed abortion
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
: USG Pemeriksaan laboratorium : tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu pembekuan, waktu perdarahan, trombosit, dan kadar fibrinogen pada “missed abortion”, pemeriksaan lain yang diperlukan untuk melacak abortus habitualis seperti HSG, Toksoplasmosis, GDS, hormonal. : 1. Abortus imminens a. Tirah baring minimal 2x24 jam b. Fenobarbital 3x30 mg/hari kalau perlu 2. Abortus insipiens a. Kuret atau drips oksitoksi bila kehamilan lebih dari 12 minggu dilanjutkan b. Metilergometrin maleat 3x5 tab, selama 5 hari Amoxicilin sebanyak 3x500 mg selama 5 hari 3. Abortus Incompletus a. Memperbaiki keadaan umum b. Kosongkan isi uterus (menghentikan pendarahan) c. Cegah infeksi d. Amoxicilin 3x500 mg mg selama 5 hari. e.
ABORTUS
NO. DOKUMEN : RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS
NO. REVISI :
HALAMAN : 4 /4
4. Abortus komplit a. Methyl ergometrin 3x1 hari b. Hematinik 5. “Missed abortion” a. Periksa CT, BT, Trombosit, fibrinogen, Hb dan leukosit. b. Dilatasi serviks c. Bila kehamilan < 12 minggu lakukan kuret d. Bila kehamilan > 12 minggu diberikan tetesan oksitoksin 20-30u dalam 500 Dextrose 5% mulai 20 2 0 tetes/menit bila tidak timbul kontraksi uterus, dosis dinaikkan 10u 30 menit tampa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul kontraksi uterus dan ini dipertahankan, dosis tertinggi 140u e. Bila dengan dosis tersebut tidak berhasil, diulangi lagi setelah istrahat 24-48 jam EDUKASI
: 1. Tirah baring (bed rest total) 2. Jangan melakukan koitus 3. Banyak minum
PROGNOSIS
: Baik
KEPUSTAKAAN
: 1. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2. Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, et al PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardji. Jakarta : 2010
ABORTUS INKOMPLIT NO. DOKUMEN :
RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
NO. REVISI :
HALAMAN : 1 /1
DISAHKAN OLEH : DIREKTUR, TANGGAL TERBIT : 31 DESEMBER 2015 dr. Hj. Sitti Maryam Haba, M. Kes NIP 19600723 198901 2 001
DIAGNOSIS
: Riwayat perdarahan pervaginam, nyeri perut bawah tembus belakang. Riwayat perdarahn sebelumnya.
DIAGNOSIS BANDING
: Abortus komplit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
: USG abdominal, USG transvaginal, darah rutin
PELAKU
: 1. Residen obgin dengan pengawasan konsulen obstetri dan ginekologi 2. Spesialis obstetri dan ginekologi
KONSULTASI
: Spesialis anestesi
PERAWATAN RS
: Dirawat maksimal 2 hari kecuali ada komplikasi
TERAPI
: 1. Konservatif 2. Kuretase
PENYULIT
: 1. Demam tinggi 2. Perforasi uterus 3. Efek pembiusan
PROGNOSIS
: Baik
INFORMED CONSENT
: Perlu dibuat
MASA PEMULIHAN
: 48 jam
PATOLOGI ANATOMI
: Diperlukan untuk mendiagnostik hasil kuretase
OTOPSI
: Tidak diperlukan
CATATAN MEDIK
: Identitas pasien, diagnosis, hasil USG, penyulit, hasil patologi anatomi.
EKLAMSIA NO. DOKUMEN :
NO. REVISI :
HALAMAN : 1 /2
DISAHKAN OLEH : DIREKTUR,
RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TANGGAL TERBIT : 31 DESEMBER 2015 dr. Hj. Sitti Maryam Haba, M. Kes NIP 19600723 198901 2 001
PENGERTIAN (DEFINISI)
: Kelainan akut pada ibu hamil, sat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsia ( hipertensi, edema, proteinuria ).
ANAMNESIS
: 1. 2. 3. 4.
PEMERIKSAAN FISIK
: 1. Tanda-tanda pre eklamsia ( hipertensi, edema, proteinuria ). 2. Kejang dan atau koma. 3. Kadang disertai gangguan fungsi organ-organ.
KRITERIA DIAGNOSIS
: 1. Kehamilan > 20 minggu, atau saat persalinan atau masa nifas. 2. Berdasarkan gejala klinis di atas.
DIAGNOSIS KERJA
: Eklamsia
DIAGNOSIS BANDING
: 1. Kehamilan dengan epilepsy 2. Kehamilan dengan meningitis/ ensefalitis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
Menentukan usia kehamilan, atau saat persalinan atau masa nifas. Riwayat hipertensi. Faktor resiko. Pemeriksaan antenatal sebelumnya.
: 1. Pemeriksaan laboratorium lengkap 2. Konsultasi dengan kardiolog, optalmolog, neurology : 1. Obat anti kejang : MgSO4 : a. Mgso4 40% 4 gram (10 cc) larutkan dalam Nacl 100 ml habis dalam 30 menit (73 tetes/menit) kemudian Mgso4 40 % 6 gram (15 cc) larutkan dalam 500 cc RL habiskan dalam 6 jam (28 ( 28 tpm) b. Dosis Tambahan : Bila timbul kejang-kejang maka dapat : diberikan MgSO4 2 g 20% I.v. pelan-pelan. Sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gr hanya dapat diberikan sekali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang makadiberikan Penthotal 3-5 mg/kg bb/ i.v. pelan-pelan. c. Monitoring Tanda-tanda keracunan MgSO4 2. Obat-obatan Suportif: lihat pengobatan Supotif pre eklampsia berat. 3. Perawatan pada serangan kejang: a. Dirawat di kamar Isolasi b. Masukkan spatula lidah ke dalam mulut penderita
EKLAMSIA
NO. DOKUMEN :
NO. REVISI :
RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS
HALAMAN : 2 /2
c. Kepala direndahkan : daerah orofaring di hisap h isap d. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor guna menghindari fraktur. 4. Perawatan Penderita dengan Koma : a. Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai “Glasgow“GlasgowPittsburg-Coma Pittsburg-Coma Scale”. b. Pada Perawatan koma perlu di perhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita. c. Pada koma yang lama, bila nutrisi tidak meungkin cukup diberikan dalam bentuk NGT (Naso Gastric Tube). 5. Pengobatan Obstetrik: Sikap terhadap kehamilan : a. Sikap Dasar : Semua Kehamilan dengan eklampsia harus di akhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. b. Bilamana di akhiri : Sikap dasar : Bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan) Hemodinamika dan metabolisme ibu yaitu 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan dibawah ini : Setelah pemberian obat anti kejang terakhir, setelah kejang terakhir, Setelah pemberian obat-obat antihipertensi terakhir, penderita mulai sadar (responsif dan orientasi ). c. Cara terminasi kehamilan sesuai pre-eklampsia berat. EDUKASI
: 1. Perkembangan penyakit. 2. Pengaruh penyakit terhadap ibu dan janin. 3. Tatalaksana
PROGNOSIS
: Dubia ad bonam/malam
KEPUSTAKAAN
: 1. Angsar M. Dikman. Dikman. “Hipertensi dalam kehamilan” kehamilan” Simposium era barupengobatan gagal jantung dan hipertensi Surabaya, 4 Agustus 1984. 2. Angsar M. Dikman “ Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam kehamilan di Indonesia”. Satgas Gestosis POGI Edisi I, 1985. 3. Cunningham MD, Mac Donald PC, Gamt NF. Hypertensive Disorder in Pregnancy. William Obstetrics 20 th Ed 718-723, 1997.
PREEKLAMPSIA BERAT NO. DOKUMEN :
RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
NO. REVISI :
HALAMAN : 1/1
DISAHKAN OLEH : DIREKTUR, TANGGAL TERBIT : 31 DESEMBER 2015 dr. Hj. Sitti Maryam Haba, M. Kes NIP 19600723 198901 2 001
DIAGNOSIS
: Riwayat nyeri kepala, nyeri uluhati, penglihatan kabur, nyeri perut tembus belakang, pelepasan lender, darah, air. a ir. Riwayat hipertensi sebelumnya.
DIAGNOSIS BANDING
: 1. Eklampsia 2. HELLP sindrom
PEMERIKSAAN PENUNJANG PENUNJANG
: USG, darah rutin, SGOT, SGPT , Ureum, Kreatinin, albumin, LDH, PT / APTT
PELAKU
: 1. Residen obgin dengan pengawasan konsulen obstetri dan ginekologi 2. Spesialis obstetri dan ginekologi
KONSULTASI KONSULTASI
: Spesialis anak, anestesi dan penyakit dalam
PERAWATAN PERAWATAN RS
: Dirawat maksimal 4 hari kecuali ada komplikasi
TERAPI
: 1. Lahir normal (PPN) 2. Vakum ekstraksi 3. Sectio sesarea
PENYULIT PENYULIT
: 1. Kejang 2. Perdarahan 3. Kesadaran menurun
PROGNOSIS
: Dubia
INFORMED CONSENT
: Perlu dibuat
MASA PEMULIHAN
: 2 minggu
OUT PUT
: Dapat sembuh total bila tidak ada komplikasi
OTOPSI
: Tidak diperlukan
CATATAN MEDIK
: Identitas pasien, diagnosis, terapi, penyulit dan keadaan saat pulang, penentuan kontrol dan keperluannya
HEMORAGIA POSTPARTUM (HPP)/PERDARAHAN PASKA PERSALINAN (PPS) NO. DOKUMEN :
RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
NO. REVISI :
HALAMAN : 1/2
DISAHKAN OLEH : DIREKTUR, TANGGAL TERBIT : 31 DESEMBER 2015 dr. Hj. Sitti Maryam Haba, M. Kes NIP 19600723 198901 2 001
PENGERTIAN PENGERTIAN (DEFINISI) (DEFINISI)
: Perdarahan pervaginam abnormal yang mencapai ≥ 500 cc setelah anak lahir yang bisa diakibatkan oleh atoni uteri, perlukaan/ laserasi jalan lahir, retensio/ sisa jaringan plasenta atau kelaianan/ gangguan faktor pembekuan darah.
KLASIFIKASI KLASIFIKASI
: 1. Secara klasik WHO mengklasifikasikan HPP sebagai berikut: a. HPP Primer/ Dini yaitu: pedarahan pervaginam abnormal ≥ 500 cc dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir. b. HPP Sekunder/ Lanjut yaitu: perdarahan pervaginam abnormal ≥ 500 cc setelah 24 jam pertama setelah persalinan sampai 12 minggu paska salin. 2. Berdasarkan jumlah perdarahannya, HPP dibagi menjadi 2 yaitu: HPP minor: jumlah perdarahan antara 500-1000 cc tanpa tanda-tanda klinis syok. 3. HPP mayor: jumlah perdarahan >1000 cc atau <1000 cc tetapi terdapat tanda tanda klinis syok.
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN FISIK
: 1. Riwayat persalinan 2. Jumlah perdarahan 3. Pemberian obat-obatan
KRITERIA DIAGNOSIS
: 1. Didapatkan perdarahan pervaginam > 500 cc dengan atau tanpa tandatanda syok hipovolemik. 4. Adanya atoni uteri, perlukaan/ laserasi jalan lahir, retensio/sisa jaringan plasenta, dan kelaianan/ gangguan faktor pembekuan darah.
DIAGNOSIS KERJA
: Jumlah perdarahan pervaginam >500 cc post partum disertai adanya atoni uteri, perlukaan/ laserasi jalan lahir, retensio/ sisa jaringan plasenta atau kelaianan/ gangguan faktor pembekuan darah.
DIAGNOSIS BANDING BANDING
: Hemoragia Post Partum (HPP) /Perdarahan Paska Salin (PPS)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
: 1. 2. 3. 4.
DL Faal hemostasis Fungsi ginjal Fungsi hati
HEMORAGIA POSTPARTUM (HPP)/PERDARAHAN PASKA PERSALINAN (PPS)
NO. DOKUMEN : RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS TERAPI
NO. REVISI :
HALAMAN : 2/2
: 1. Pengelolaan khusus a. Memeriksa keadaan umum penderita b. Memeriksa tanda vital c. Bila terjadi pre shock / shock maka : Posisi penderita trendelenburg. Oxigenasi d. IVFD e. Mengambil contoh darah f. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan g. Observasi sesudah tindakan 2. Pengelolaan umum a. Bila sebabnya oleh atonia uterus : Memeriksa tinggi fundus uteri, Kontraksi uterus Melakukan massage uterus Uterotonika b. Bila penyebabnya oleh karena robekan jalan lahir : Inspeksi dan Inspeculo Menjahit luka yang robek c. Bila penyebabnya oleh karena sisa plasenta : Inspeculo Explorasi cavum uteri dengan tujuan : o Mengeluarkan adanya sisa placenta ( manual atau kuretase ) o Mencari adanya robekan uterus. d. Bila penyebabnya Ruptura uteri : Laparatomi
EDUKASI EDUKASI
: 1. 4. 5. 6.
Kondisi penyakit Tujuan dan tatacara tindakan medis Alternatif tindakan medis medis dan resikonya Rencana perawatan, pemberian obat-obatan dan tindakan yang dilakukan 7. Kemungkinan resiko dan komplikasi yang bisa terjadi kepada ibu dan janinnya 8. Prognosa penyakit dan prognosa terhadap tindakan yang dilakukan
PROGNOSIS
: Dubia ad bonam/malam
KEPUSTAKAAN KEPUSTAKAAN
: 1. Williams Gynecology 23rd edition 2. Ilmu Kebidanan, Sarwono
PERDARAHAN ANTEPARTUM NO. DOKUMEN :
RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
NO. REVISI :
HALAMAN : 1/2
DISAHKAN OLEH : DIREKTUR, TANGGAL TERBIT : 31 DESEMBER 2015 dr. Hj. Sitti Maryam Haba, M. Kes NIP 19600723 198901 2 001
PENGERTIAN PENGERTIAN (DEFINISI) (DEFINISI)
: Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan lahir pada wanita hamil dengan usia kehamilan 20 minggu atau lebih, dapat berupa plasenta previa atau solusio plasenta. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya tidak normal sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebagian atau seluruhnya, pada plasenta yang implantasinya normal sebelum janin lahir.
ANAMNESIS ANAMNESIS
: 1. Perdarahan dari jalan lahir pertama kali kali atau berulang tanpa disertai rasa nyeri, dapat sedikit-sedikit ataupun banyak. 2. Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi rahim. 3. Faktor predisposisi: predisposisi: grande multipara, riwayat riwayat kuretase berulang 4. Pemeriksaan spekulum darah darah berasal dari ostium uteri eksternum.
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN FISIK
: 1. Tanda-tanda syok (ringan sampai berat). 2. Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum belum masuk pintu atas panggul atau ada kelainan letak
DIAGNOSIS KERJA
: Perdarahan Ante Partum
PEMERIKSAAN PENUNJANG PENUNJANG
TERAPI
: 1. Laboratorium: DL 2. Pemeriksaan USG : 1. Penatalaksanaan umum: a. Informed consent b. Stabilisasi, ABC (Posisikan semi ekstensi, bebaskan jalan nafas, O2 jika perlu, resusitasi cairan). Tentukan ada syok atau tidak. Jika ada, berikan transfusi darah, infus cairan, oksigen dan kontrol perdarahan. Jika tidak ada syok atau keadaan umum optimal, segera lakukan pemeriksaan untuk mencari etiologi. c. Hentikan sumber perdarahan. d. Monitor tanda-tanda vital. 2. Penatalaksanaan spesifik: 3. Ekspektatif : a. Syarat : Keadaan umum ibu dan anak baik. Perdarahan sedikit. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran berat badan janin kurang dari 2500 gr. Tidak ada his persalinan.
PERDARAHAN ANTEPARTUM
NO. DOKUMEN : RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS
NO. REVISI :
HALAMAN : 2/2
b. Penatalaksanaan ekspektatif : Pasang infus, tirah baring Bila ada kontraksi prematur bisa diberi tokolitik. Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan CTG setiap minggu. 4. Aktif : a. Persalinan pervaginam : Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta marginalis atau plasenta previa lateralis di anterior (dengan anak letak kepala). Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan USG, perabaan fornises atau pemeriksaan dalam di kamar operasi tergantung indikasi. Dilakukan oksitosin drip disertai pemecahan ketuban. b. Persalianan SC, dilakukan pada keadaan: Plasenta previa dengan perdarahan banyak. Plasenta previa totalis. Plasenta previa lateralis di posterior. Plasenta letak rendah dengan anak letak sungsang.
EDUKASI EDUKASI
: 1. 2. 3. 4.
Kondisi penyakit Tujuan dan tatacara tindakan medis Alternatif tindakan medis medis dan resikonya Rencana perawatan, pemberian obat-obatan dan tindakan yang dilakukan 5. Kemungkinan resiko dan komplikasi yang bisa terjadi kepada ibu dan janinnya 6. Prognosa penyakit dan prognosa terhadap tindakan yang dilakukan
PROGNOSIS
: Dubia ad bonam/malam
KEPUSTAKAAN KEPUSTAKAAN
: 1. Williams Gynecology 23rd edition 2. Ilmu Kebidanan, Sarwono
KEHAMILAN EKTOPIK NO. DOKUMEN :
RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
NO. REVISI :
HALAMAN : 1/2
DISAHKAN OLEH : DIREKTUR, TANGGAL TERBIT : 31 DESEMBER 2015 dr. Hj. Sitti Maryam Haba, M. Kes NIP 19600723 198901 2 001
PENGERTIAN (DEFINISI)
: Kehamilan ekstra uterine dimana hasil konsepsi berimplantasi di tempat lain selain endometrium cavum uteri disertai gejala- gejala akut abdomen, akibat pecahnya kehamilan ektopik, dan gangguan hemodinamik berupa hipovolemik akibat perdarahan.
ANAMNESIS
: 1. 2. 3. 4.
Terlambat menstruasi Nyeri perut Mual dan muntah muntah Perdarahan per vaginam
PEMERIKSAAN FISIK
: 1. 2. 3. 4. 5.
Tanda- tanda syok (takikardia, hipotensi, oliguria) Conjunctiva anemia Nyeri tekan atau nyeri lepasabdomen (defans muscular) Pada pemeriksaan bimanual didapatkan: a. Nyeri goyang porsio (slinger pain) b. Nyeri adnexa (unilateral atau bilateral) c. Teraba massa adnexa (pada < 30% kasus) d. Pembesaran uterus lebih kecil dibanding usia e. kehamilan f. Cavum douglas menonjol g. Tanda kehamilan yang lain seperti Tanda Chadwick dan Tanda Hegar
KRITERIA DIAGNOSIS
: 1. Anamnesa 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan penunjang
DIAGNOSIS KERJA
: Kehamilan Ektopik Terganggu
DIAGNOSIS BANDING
: 1. 2. 3. 4.
Kehamilan muda dengan Infeksi pelvik Kehamilan muda dengan torsi atau ruptur kistoma ovarii Kehamilan muda dengan appendisitis akut perforata
: 1. 2. 3. 4.
DL Plano test Pemeriksaan USG Kuldosentesis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
KEHAMILAN EKTOPIK
NO. DOKUMEN :
NO. REVISI :
RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS TERAPI
HALAMAN : 2/2
: 1. Tujuan : Memperbaiki kondisi hemodinamik pasien dengan resusitasi adekuat serta mencari sumber perdarahan yang terjadi. 2. Penatalaksaan KET meliputi : Resusitasi (pemasangan Infus, pemberian oksigenasi) EkplorasiLaparotomi(kehamilan EkplorasiLaparotomi(kehami lan abdominal) Salpingostomi (kehamilan tuba) Salpingektomi partial (kehamilan tuba) Cornuektomi (kehamilan interstitial)
EDUKASI
: 1. 2. 3. 4.
Kondisi penyakit pasien Tujuan dan tatacara tindakan medis Alternatif tindakan medis medis dan resikonya Rencana perawatan, pemberian obat-obatan
PROGNOSIS
: 1. advitam : dubia ad bonam/malam 2. Ad sanationam : dubia ad bonam/malam 3. Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
KEPUSTAKAAN
: 1. Cunningham, F.G., MD, Mac Donald P.C., MD, Garet N.F., MD, Ectopic Pretgnancy, Williams Obstetrics 20; 1998 : 607-6 34. 2. Stenchever, Droegemueller, Herbst, Mishell : Comprehensive Gynecology 4th edition : Ectopic Pregnancy; 2001 : 443-478. 3. Saifuddin A.B : Ilmu Kebidanan edisi ketiga; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;Jakarta 1997 : 323-361.
KPD PADA KEHAMILAN ATERM NO. DOKUMEN :
NO. REVISI :
HALAMAN : 1/2
DISAHKAN OLEH : DIREKTUR,
RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TANGGAL TERBIT : 31 DESEMBER 2015 dr. Hj. Sitti Maryam Haba, M. Kes NIP 19600723 198901 2 001
PENGERTIAN (DEFINISI)
: Pecahnya selaput ketuban tanpa diikuti persalinan pada kehamilan aterm (≥ 37 minggu)
ANAMNESIS
: 1. HPHT 2. Keluar cairan cairan /rembesan /rembesan dari jalan lahir
PEMERIKSAAN FISIK
: 1. Genetalia Eksterna : aliran ketuban (+) positif, bau cairan ketuban yang khas 2. Inspekulo : pengeluaran cairan ketuban dari ostium uteri externum, genangan cairan ketuban di forniks posterior 3. Pemeriksaan dalam (VT) : adanya cairan ketuban di dalam vagina, selaput ketuban (-) negative
KRITERIA DIAGNOSIS
: 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan Fisi 3. Pemeriksaan penunjang : Nitrazine test (+) positif, USG
DIAGNOSIS KERJA
: KPD pada kehamilan aterm
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
: 1. 2. 3. 4. : 1.
Darah Lengkap Nitrazine test Ultrasonografi Kardiotokografi
Pada kehamilan dengan letak kepala : a. Menentukan Pelvic Pelvic Score (PS) b. Menunggu timbulnya persalinan persalinan spontan sampai dengan 12 jam c. Pemberian Antibiotika d. Dilakukan induksi 2. persalinan dengan Oksitosin Drip apabila : a. 12 jam setelah ketuban pecah tidak inpartu b. Fetal Well Being (FWB) baik Terdapat tanda-tanda Infeksi IntraUterin : temperatur rectal > 37,6ºC c. Apabila Pelvic Score ≥ 5 dilakukan induksi persalinan dengan Oksitosin Drip d. Apabila PS < 5 dilakukan ripening dengan Misoprostol 25-50 mcg setiap 6 jam sampai dengan PS ≥ 5 dilanjutkan dengan Oksitosin Drip
KPD PADA KEHAMILAN ATERM
NO. DOKUMEN : RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS
NO. REVISI :
HALAMAN : 2/2
3. Dilakukan SC Cito apabila terdapat (salah satu dariyang tersebut dibawah ini) : a. Terdapat kelainan letak b. Riwayat SC sebelumnya c. Macrosomia d. Panggul Sempit e. Plasenta previa f. Prolaps tali pusat g. Tanda-tanda maternal distress h. Tanda-tanda Fetal distress i. Terdapat kontra indikasi dilakukan Oksitosin Drip j. Oksitosin Drip Gagal EDUKASI
: 1. 2. 3. 4.
Kondisi penyakit ibu dan kondisi janin Tujuan dan tatacara tindakan medis Alternatif tindakan medis medis dan resikonya Rencana perawatan, pemberian obat-obatan dan tindakan yang dilakukan 5. Kemungkinan resiko dan komplikasi yang bisa terjadi kepada ibu dan janinnya 6. Prognosa penyakit dan prognosa terhadap tindakan yang dilakukan
PROGNOSIS
: Dubia ad bonam/ma lam
KEPUSTAKAAN
: 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Alexander JM, Bloom SL.Williams Obstetrics 23rd edition. Mc GrawHill. New York. 2010 2. Cohen WR, Cherry and Merkatz’s Complication of Pregnancy 5th ed. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. 2000. 3. Creasy RK, Resnik R., Maternal Fetal Medicine Principles and Practice 5th ed. Saunders. Philadelphia. 2004 4. Burrow GN, Duffy TP and Copel JA. Medical Complications During Pregnancy 6th ed. Elsevier Saunders. Philadelphia. 2004 5. Reece EA dan Hobbins JC. Cilinical Obstetrics The Fetus and Mother. 3rd ed. Blackwell Publishing. Massachusetts. 2007
PRE EKLAMSIA BERAT NO. DOKUMEN :
RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
NO. REVISI :
HALAMAN : 1/2
DISAHKAN OLEH : DIREKTUR, TANGGAL TERBIT : 31 DESEMBER 2015 dr. Hj. Sitti Maryam Haba, M. Kes NIP 19600723 198901 2 001
PENGERTIAN (DEFINISI)
: Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipetensi > 160/110 mmHg disertai protein urine dan atau edema, pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
ANAMNESIS
: 1. 2. 3. 4.
PEMERIKSAAN FISIK
: 1. Tekanan darah sistolik lebih/sama dengan 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih/ sama dengan 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di Rumah Sakit dan sudah mejalani tirah baring. 2. Proteinura lebih 5 g / 24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan Kualitatif. 3. Oliguria yaitu produksi urine kurang dari 500 cc/ 24 jam yang disertai kenaikan kadar kreatinin plasma. 4. Gangguan visus dan serebral 5. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen. 6. Edema paru-paru dan sianosis. 7. Pertumbuhan janin intra uterin yang terlambat
KRITERIA DIAGNOSIS
: 1. Kehamilan > 20 minggu. 2. Didapatkan satu atau lebih gejala klinis pre eklamsia berat.
DIAGNOSIS KERJA
: Pre eklamsia berat
DIAGNOSIS KERJA
: 1. Hipertensi kronis 2. Transient hypertension 3. Kehamilan dengan sindroma nefrotik
DIAGNOSIS BAND ING
: 1. Pemeriksaan laboratorium lengkap 2. Konsultasi dengan kardiolog, optalmolog
TERAPI
: 1. Aktif : Indikasi satu/ lebih keadaan dibawah ini : a. Ibu : - Kehamilan > 37 minggu Adanya tanda-tanda / gejala-gejala gejala-gejala impending eclampsia
Menentukan usia kehamilan. Riwayat hipertensi. Faktor resiko. Pemeriksaan antenatal sebelumnya
PRE EKLAMSIA BERAT
NO. DOKUMEN : RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS
NO. REVISI :
HALAMAN : 2/3
Kegagalan tindakan / terapi konservatif : Setelah 6 jam pengobatan medikamentosa terjadi kenaikan tekanan darah . Setelah 24 jam terapi medikamentosa keadaan status Quo (tidak ada perbaikan). b. Janin : - Adanya tanda-tanda fetal distress Adanya tanda-tanda IUGR c. Laboratorik : HELLP Syndrome Pengobatan Medikamentosa 1. Segera masuk Rumah Sakit 2. Tirah Baring 3. Infus Dekstrose 5% yang tiap liternya diselingi dengan larutan ringer lactate 500 cc (60-125 cc / jam) 4. Antasida 5. Diet : Cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam 6. Pemberian obat anti kejang : MgSO4 Cara pemberian: a. Dosis awal: 4 gram (10 cc MgSO4 40%) dilarutkan kedalam 100 cc ringer lactat, diberikan selama 15-20 menit. b. Dosis pemeliharaan: 10 gram dalam 500 cc cairan RL, diberikan dengan kecepatan 1-2 gram/jam ( 20-30 tetes per menit) 7. Syarat-syarat pemberian MgSO4: 8. Harus tersedia antidotum MgSO4 yaitu Kalsium a. glukonas 10 % ( 1 gram dalam 10cc) diberikan i.v. 3 menit. b. Refleks Patella (+) kuat c. Frekfensi Pernapasan > 16 kali permenit d. Produksi Urine > 100cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc / kg bb/ jam) 9. Diuretikum diberika bila ada : a. Edema paru-paru b. Payah jantung kongestif c. Edema Anasarka 10. Anti 10. Anti Hipertensi di berikan bila : a. Tekanan darah : - Sistolik > 180 mmHg, Diastolik > 110 mmHg b. Obat-obatan Anti hipertensi yang diberikan: dibe rikan: c. Nifedipin 3x10 mg d. Metildopa 3 x 250 mg 11. Kardiotonika diberikan bila ada tanda menjurus payah Jantung. Perawatan dilakukan bersama dengan bagian penyakit dalam / jantung. 12. Lain-lain a. Obat-obatan Antipiretika b. Diberikan bila suhu rektal diatas 38.5 c. Dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol. c. Antibiotika, diberikan atas indikasi
PRE EKLAMSIA BERAT
NO. DOKUMEN :
NO. REVISI :
RSUD SALEWANGANG KABUPATEN MAROS
HALAMAN : 3/3
Tindakan Obstetrik Terminasi sesudah 30 menit terapi medisinalis 1. Terminasi kehamilan belum Inpartu a. Induksi persalinan : Amniotomi + Oksitosin drip dengan syarat skor Bishop > 5. b. Seksio sesarea bila : Syarat Oksitosin drip tidak dipenuhi atau adanya kontraindikasi oksitosin drip,12 jam sejak dimulainya Oksitosin drip belum masuk fase aktif. c. Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan Seksio Sesariea. 2. Terminasi kehamilan sudah Inpartu : a. Kala I : b. Fase Latent : Seksio Sesarea c. Fase aktif : Amniotomi saja, bila 6 jam setelah amniotomi tidak terjadi pembukaan lengkap, dilakukan seksio sesarea. d. Kala II : Persalinan pervaginam diselesaikan dengan partus buatan. 2. Konservatif : Berarti kehamilan tetap di pertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa. a. Indikasi : kehamilan Preterm (< 37 minggu) Tanpa disertai tanda-tanda impending Eklampsia dengan keadaan janin baik. b. Tindakan Medika Mentosa : Sama dengan perawatan medicinal pada pengelolaan secara aktif. Sulfas magnesikus hanya diberikan i.m. sampai dengan 24 jam pemberian. c. Pengobatan Obstetrik : d. Selama perawatan Konservatip, observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya disini tidak ada terminasi. Sulfas Magnesikus dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan. Selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan medikamentosa dan harus diterminasi. EDUKASI
: 1. Perkembangan penyakit. 2. Pengaruh penyakit terhadap ibu dan janin. 3. Tatalaksana
PROGNOSIS
: Dubia : Dubia ad bonam/malam
KEPUSTAKAAN
: 1. Angsar M. Dikman. Dikman. “Hipertensi dalam kehamilan” Simposium era barupengobatan gagal jantung dan hipertensi Surabaya, 4 Agustus 1984.