Plural Pluralita itass Agama Agama Sebagai Sebagai Rahm Rahmat at Tuhan Tuhan Bagi Bagi Bangsa Indonesia Dalam Bahasa Indonesia terdapat dua istilah yang mirip dan sering digunakan bersama yaitu pluralitas dan pluralisme. Kedua kata ini merupakan kata serapan dari bahasa Inggris pluralism.
Menurut Kamus Kamus Merriam-Webster, Merriam-Webster, pluralism is a state of society in which members of diverse ethnic, racial, religious, or social groups maintain and develop their traditional culture or special interest interest within the confines of a common civilization. Yang dapat diartikan secara umum bahwa pluralisme adalah keadaan masyarakat yang anggotanya memiliki bermacam-macam etnis, suku, kepercayaan, atau kelompok sosial yang memelihara dan mengembangkan budaya budaya tradisional mereka atau kepentingan kepentingan khusus dalam membatasi dari peradaban umum. Akan tetapi di Indonesia, kedua istilah ini memiliki perbedaan makna yang sangat kontras. Pluralitas dimaknai sebagai keberagaman yang berarti kondisi yang tercipta karena menerima hal-hal yang berbeda di masyarakat. masyarakat. Sedangkan pluralisme memiliki makna paham tentang keberagaman (plural-jamak, isme-paham) dengan menganggap sama semua perbedaan. Oleh sebab itu, pluralitas pluralitas harus dikembangkan dikembangkan dalam setiap aspek aspek masyarakat masyarakat agar tercipta toleransi akan setiap perbedaan di kehidupan kehidupan sosial masyarakat. masyarakat. Pluralitas Pluralitas seharusnya muncul di berbagai keadaan, contohnya pluralitas sosial, pluralitas ilmu pengetahuan, dan pluralitas agama. Terkhusus untuk pluralitas agama, akhir-akhir ini banyak kejadian yang membuat toleransi antar umat beragama menjadi renggang dan banyak fenomena yang menjangkiti pemahaman masyarakat secara umum melalui berita -berita hoax dan lain sebagainya. Akibatnya banyak warga yang terjebak dalam pemikiran-pemikiran keliru yang malah malah disebarluaskan disebarluaskan secara digital di era globalisasi ini. Tantangan-tantangan Tantangan-tantangan untuk untuk tidak terkecoh dengan isu-isu global maupun regional harus dihadapi oleh umat beriman di seluruh dunia. Karena berbagai macam isu di negara lain mampu menimbulkan ketegangan sosial bahkan sampai belahan bumi lain. Masing-masing umat harus mampu mengontrol diri sendiri untuk tidak mudah terbawa arus negatif yang merusak moral bangsa Indonesia. Jika ingin ditelaah lebih lanjut, sebenarnya penyebab tindakan intoleransi yang mengatasnamakan perbedaan agama dan kepercayaan adalah sikap orang-orang tertentu yang menggunakan agama demi mencapai kepentingan politik, kekuasaan, kepentingan ekonomi, dan atau kepentingan lainnya. Dengan provokasi itu, mereka telah menanamkan kebencian kepada kepada sesamanya sesamanya yang yang seharusnya seharusnya tidak perlu terjadi. terjadi. Karena agama agama dan kepercayaan bukanlah Allah. Agama dan kepercayaan adalah jalan menuju Allah yang satu dan sama bagi semua manusia. Menurut Emba Ainun Nadjib atau yang dipanggil Cak Nun, manusia adalah ciptaan Tuhan yang mempunyai jalan berbeda-beda, berbeda-beda, misalnya agama. “Kita semua saling saling mendoakan
semoga semuanya diterima oleh Tuhan”, katanya. Baginya perbedaan agama tidak perlu dipersoalkan karena masing-masing sudah pilihannya sendiri-sendiri. Menurutnya perbedaan agama seperti orang menjual makanan. “Anda jual soto, saya jual rawon, nah yang jual soto menyumbangkan rasa enak dan kesehatan pada masyarakat, yang jual rawon juga begitu. Nah tidak usah diperdebatkan enak mana rawon sama soto.”. Kita dapat meniru cara berpikir Cak Nun dalam menghadapi pluralitas agama yang kompleks. Tiap-tiap agama tidak dapat kita bandingkan karena meskipun tujuannya sama tetapi proses yang dilalui berbeda. Alasan lain yang dapat membuat kita tidak mencampuri agama lain adalah tiap orang hanya memilih satu agama sehingga hanya mendalami (mengimani) satu agama tersebut tanpa mengimani agama lain. Oleh karena itu, masingmasing dari kita tidak dapat membandingkan agama satu sama lain dan lebih daripada itu kita juga mempunyai tujuan yang sama yaitu Allah sendiri. Pandangan Gereja Katolik terhadap agama dan kepercayaan lain telah berubah sejak Konsili Vatikan II. Sebelumnya Gereja menganggap hanya yang mengikuti Yesus yang memeroleh keselamatan. Kini Gereja mengajak umat Katolik untuk bersikap terbuka terhadap agama dan kepercayaan lain, baik terhadap saudara seiman beda Gereja (yang beragama Kristen) maupun terhadap penganut agama dan kepercayaan lain. Yesus juga memberi kita teladan untuk bersikap dalam perbedaan. Yesus berbicara dengan suku yang dianggap kafir oleh orang Yahudi seperti orang Samaria (Yoh 4:1-42). Di tengah kondisi orang Yahudi yang tidak senang dengan kehadiran orang Samaria, Yesus berani bertindak untuk menghargai perbedaan (toleransi) akan pluralitas yang ada. Pluralitas agama yang ada di Indonesia ini hendaknya dipandang sebagai karunia dan rahmat dari Allah untuk Bangsa Indonesia. Sebab tidak semua negara memiliki kemajemukan seperti yang kita rasakan. Allah menciptakan manusia berbeda satu dengan yang lain agar manusia dapat saling melengkapi dan menyempurnakan diri sendiri dan orang lain. Begitu juga dengan Bangsa Indonesia, pluralitas yang ada hendaknya kita sikapi dengan benar karena perbedaan yang ada akan saling menyempurnakan. Dengan begitu, NKRI dapat menjadi negara ramah pluralitas agama dan menjadi contoh bagi negara lain bahwa pluralitas agama hendaknya dijadikan sarana mempererat persaudaraan sesama manusia dan menjadikan dunia lebih baik Pemerintah sebagai penyelenggara kehidupan politik seharusnya dapat lebih serius dalam menanggapi masalah pluralitas agama yang dapat mengancam disintegrasi bangsa dengan mengadakan banyak dialog antar umat beragama. Kegiatan ini bermanfaat agar umat beriman dapat lebih sadar dan mengerti pandangan agamanya terhadap pluralitas tidak hanya agama juga hal-hal lain yang menyangkut kehidupan sehari-hari seperti suku, ras, golongan masyarakat, dan lain-lain. Peran pemerintah juga harus memeroleh dukungan setiap agama agar mau hadir dan ikut andil dalam penciptaan dialog yang baik dan dapat dipercaya. Sehingga hadirnya dialog antar umat beragama ini dapat menjadi oase ditengah keringnya toleransi agama.
Sebagai bangsa yang majemuk, bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam perbedaan yang merupakan representasi dari perbedaan-perbedaan yang ada di dunia. Kita harus menyadari akan keberagaman (pluralitas) kita. Kita harus belajar melakukan perbuatan secara bijak dan belajar mengambil sikap yang tepat untuk turut aktif ambil bagian membangun masyarakat umum dalam keberagaman. Kita harus belajar dari sejarah perjuangan kemerdekaan, bahwa ketika perjuangan kerakyatan tiap daerah bersatu dan menjadi perjuangan nasional, Bangsa Indonesia berhasil mengusir penjajah dari tanah air kita tercinta ini. Setelah merdeka, kita sebagai Bangsa Indonesia memiliki tujuan yang sama seperti yang tercantum dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi “.... membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia ...”. Bangsa Indonesia juga disatukan oleh Pancasila dan ideologi bangsa Bhineka Tunggal Ika. Dengan demikian, adanya pluralitas agama dapat kita pandang sebagai berkah yang luar biasa untuk Negara Indonesia yang sedang berkembang menjadi negara yang lebih baik bagi warganya dan untuk masyarakat internasional. Ditulis oleh Gabriel Vieri