Tanggal Penerbitan
MANAJEMEN KOPERASI Ibnu Khayath Farisanu - STIE Widya Praja Tana Paser
8 Oktober 2016 Pertemuan
4
Marilyn Scholl dan Art Sherwood dalam Four Pillar of Cooperative Governance menawarkan model empat PILAR PENGELOLAAN KOPERASI (Gambar 1) yang terdiri dari: 1. Menjadi Tim (Teaming) 2. Pemberdayaan yang Akuntabel (Accountable Empowerment) 3. Kepemimpinan Strategik (Strategic Leadership) 4. Demokrasi (Democracy) Gambar 1
Pilar Pengelolaan Koperasi
Pada tulisan sebelumnya telah dibahas Pilar I Pengelolaan Koperasi - Menjadi Tim (Teaming) dimana Menjadi Tim memegang peranan penting yang akan menentukan keberhasilan dalam pencapaian tujuan koperasi yang telah ditetapkan bersama.
Pada tulisan ini akan dibahas Pilar II Pengelolaan Koperasi Pemberdayaan yang Akuntabel (Accountable Empowerment). Bill Gesner (1996), ahli dari CDS Consulting Co-op menyatakan bahwa koperasi merupakan organisasi pemberdayaan (empowering organizations) yang sebenarnya -baik teori maupun diolah dari Scholl & Sherwood (2014) praktik, visi maupun misi, konsep maupun aksi nyata.
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
1 / 12
Tanggal Penerbitan
MANAJEMEN KOPERASI Ibnu Khayath Farisanu - STIE Widya Praja Tana Paser
8 Oktober 2016 Pertemuan
4
PILAR II - PEMBERDAYAAN YANG AKUNTABEL (ACCOUNTABLE EMPOWERMENT) PEMBERDAYAAN (EMPOWERMENT) Empowerment, atau pemberdayaan adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran dan kebudayaan masyarakat Barat, terutama Eropa. Konsep ini muncul sejak dekade 70-an dan kemudian terus berkembang sampai saat ini (Widayanti, 2012). Business Dictionary mendefinisikan empowerment sebagai: A management practice of sharing information, rewards, and power with employees so that they can take initiative and make decisions to solve problems and improve service and performance. Empowerment is based on the idea that giving employees skill, resources, authority, opportunity, motivation, as well holding them responsible and accountable for outcomes of their actions, will contribute to their competence and satisfaction. [Praktik manajemen dalam membagi informasi, penghargaan dan kekuasaan kepada karyawan agar mereka dapat mengambil inisiatif dan membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah dan meningkatkan pelayanan dan kinerja. Pemberdayaan didasarkan pada pemikiran untuk memberikan karyawan kemampuan, sumber daya, wewenang, kesempatan, motivasi, serta menjaga mereka bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan atas hasil dari tindakannya, sebagai suatu kontribusi terhadap kompetensi dan kepuasaan diri sendiri.]
Pemberdayaan, terkait dengan koperasi, adalah tentang usaha mendapatkan sisi terbaik dari elemen-elemen yang ada dalam koperasi itu sendiri: anggota, pengurus, dan pengawas. Ini merupakan proses dimana koperasi sebagai suatu organisasi memberikan kesempatan individu untuk membangun dan menggunakan kompetensi diri untuk dibagikan atau digunakan dalam pengelolaan koperasi, semata-mata untuk mencapai suatu prestasi bersama dan mewujudkan perbaikan yang berkelanjutan. Duval C.K. (1999) menegaskan: Empowerment is an internal decision by an individual to commit to achieving organizational goals and objectives, to collaborate with others toward the accomplishment of common goals and to choose to act freely within the boundaries and structure of the organization for the purpose of achieving individual and organizational goals. [Pemberdayaan adalah suatu keputusan internal dari seseorang untuk mewujudkan pencapaian cita-cita dan tujuan [utama] organisasi, melalui
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
2 / 12
Tanggal Penerbitan
MANAJEMEN KOPERASI Ibnu Khayath Farisanu - STIE Widya Praja Tana Paser
8 Oktober 2016 Pertemuan
4
kolaborasi bersama yang lain untuk mewujudkan tujuan bersama, dan memilih aktivitas secara bebas sesuai batasan dan struktur organisasi dalam upaya pencapaian prestasi individu dan tujuan organisasi.]
Dalam pelaksanaan harian koperasi, akan Gambar 2 selalu dihadapkan dengan kegiatan Hirarki Rencana Organisasi pengambilan keputusan. Masalahnya sekarang adalah, jenis keputusan yang mana dan bagaimanakah yang merupakan wewenang yang bisa diambil? Hendrojogi (2007) menawarkan Hirarki Rencana Organisasi, sebagaimana tergambar pada Gambar 2. Rencana disusun dalam suatu hierarki yang sejajar dengan struktur organisasi. Pada setiap tingkat, rencana mempunyai dua fungsi: Menentukan sasaran yang harus dicapai pada tingkat yang lebih rendah; dan pada gilirannya merupakan alat untuk mencapai perangkat sasaran pada tingkat yang lebih tinggi. Ini dapat dibaca adanya banyak pusat-pusat pengambilan keputusan (decision centers) yang kemudian akan dapat ditentukan pusat pengambilan keputusan yang merupakan wewenang pengurus, pengelola dan atau bersama pengurus-pengelola -yang disebut shared decision area. Ini akan mempermudah dalam proses pengambilan keputusan sehingga lebih efektif dan efisien. Sumber: Hendrojogi (2007) Dengan adanya kejelasan pusat-pusat pengambilan keputusan centers) akan mempermudah penerapan (decision pemberdayaan dalam koperasi. Pemberdayaan harus dipersiapkan dengan baik. Pemberdayaan tanpa persiapan ibarat membiarkan anak kecil berjalan sendiri di jalan raya tanpa penjelasan awal perbedaan antara lampu merah dan hijau. Untuk itu, Florence Stone (2004) dalam The Essential New Manager’s Kit memberikan beberapa langkah yang harus dilakukan, diantaranya: 1. Investasilah dalam pendidikan dan pelatihan bagi perangkat koperasi.
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
3 / 12
Tanggal Penerbitan
MANAJEMEN KOPERASI Ibnu Khayath Farisanu - STIE Widya Praja Tana Paser
8 Oktober 2016 Pertemuan
4
Pendidikan dan pelatihan dalam pemberdayaan bukan hanya menjadikan perangkat koperasi mampu bekerja melainkan juga memberikan kontribusi dalam meningkatkan penghargaan diri, dimana memberi kenyamanan dan kepercayaan diri untuk kelak menerima tanggung jawab yang lebih besar. Materi yang diberikan bukan hanya meningkatkan keahlian, kemampuan atau pengetahuan melainkan juga menekankan pada prinsip dan nilai dasar koperasi, termasuk perkembangan lingkungan bisnis keuangan. Materi cukuplah materi sederhana bukan materi kompleks ala ahli ekonomi. 2. Jelaskanlah ekspektasi yang diinginkan. Setiap anggota harus paham jelas apa yang menjadi ekspektasi yang diinginkan, terutama setelah tugas selesai dilaksanakan. Apa yang menjadi prioritas utama harus dipahami sebelumnya. Ekpektasi merupakan petunjuk teknis dalam pelaksanaan tanggung jawab menjaga aset koperasi. Biasanya dalam bentuk aturan penetapan target, kode etik dan sejenisnya yang harus dipatuhi dalam pengelolaan koperasi. Aturan ini bukanlah aturan baku melainkan bisa ditinjau ulang setidaknya dua kali setiap tahun sebagai penyesuaian terhadap perubahan zaman. 3. Identifikasilah siapa yang bisa diberikan pemberdayaan dan siapa yang tidak. Ketika memberikan suatu kepercayaan tugas, harus diidentifikasikan kepada siapa kepercayaan tersebut dapat diberikan sesuai kemampuannya. Ini karena menuntut kemampuan seseorang dalam membaca kemudian memaksimalkan segala kesempatan yang mungkin terjadi selama pemberdayaan terjadi, baik dalam perspektif mikro maupun makro. Oleh karena itu, pemberdayaan sangat membutuhkan kepercayaan tingkat tinggi. Namun ini tidak bisa terjadi secara cepat dan instan, harus dibangun sebuah sistem organisasi, dimana Gessner (1996) mengumpamakan, “Empowerment is not
a blank check or a rubber stamp. Accountability has to be a central component” [Pemberdayaan bukanlah sebuah cek kosong atau stempel karet biasa (alat pengesahan belaka). Akuntabilitaslah yang harus menjadi komponen utamanya]. Pemberdayaan (empowerment) dan akuntabilitas
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
4 / 12
Tanggal Penerbitan
MANAJEMEN KOPERASI Ibnu Khayath Farisanu - STIE Widya Praja Tana Paser
8 Oktober 2016 Pertemuan
4
(accountability) merupakan dua kereta yang berjalan pada jalur paralel, yang tidak bisa ditinggalkan satu dengan yang lainnya.
AKUNTABILITAS (ACCOUNTABILITY) Akuntabilitas dianggap sebagai kunci penting dalam sistem umpan-balik yang sukses (successful feedback system) dan pengelolaan yang baik (good governance) di banyak organisasi, termasuk koperasi. Akuntabilitas terdiri dari dua komponen utama, yaitu transparansi (transparency) dan kepatuhan (compliance), Untuk mewujudkannya dengan baik, batasan waktu dan informasi terkait menjadi sangat penting dimasukkan dalam aturan yang efektif, yang disertai pengawasannya (monitoring) oleh perangkat-perangkat koperasi. Carolee Colter (2014) dari CDS Consulting Co-op membagi 4 tahapan untuk mewujudkan akuntabilitas tersebut: 1. Mengerti dan menyetujui ekspektasi yang ditetapkan, yang didalamnya jelas memuat standar-standar kerja, pencapaian yang diharapkan dan konsekuensi yang akan diambil. 2. Melatih dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai apa yang diharapkan. 3. Menindaklanjuti dan mendampingi selama pelaksanaan kerja. 4. Umpan-balik dan konsekuensi atas pelaksanaan kerja. Apabila positif akan diberikan penghargaan yang layak, sebaliknya apabila negatif akan dibina bila memungkinkan. Gambar 3
Tahapan Akuntabilitas
Sumber: Colter (2014)
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
5 / 12
Tanggal Penerbitan
MANAJEMEN KOPERASI Ibnu Khayath Farisanu - STIE Widya Praja Tana Paser
8 Oktober 2016 Pertemuan
4
Akuntabilitas memang merupakan konsep yang mudah namun untuk melaksanakan dalam operasi yang kompleks dengan jumlah orang yang banyak tampak lebih mudah dikatakan daripada dilaksanakan. Inilah tantangan kepemimpinan modern hari ini! Untuk mempermudah dalam penerapan akuntabilitas agar dapat berjalan dengan lancar, Gribas dan Cordeiro (2014) memberikan suatu alat kerja yang terdiri dari: 1. Manajemen Tugas (Task Management) Penghalang utama pelaksanaan akuntabilitas yang baik adalah Manajemen Tugas. Kunci utama dalam manajemen tugas adalah kesepakatan tentang: • Apa tugasnya? • Siapa yang bertanggung jawab? • Kapan batas waktunya? 2. Rencana Waktu dan Kerja (Check-ins and Workplan) Untuk membuat ini, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: • Pastikan bagaimana melaksanakan dan merevisi setiap kategori, instruksi dan batas waktu untuk mewujudkannya. • Sediakan alat dan latih bagaimana menggunakan rencana waktu dan kerja ini. • Sediakan waktu bersama untuk membahasnya selama 1 jam pertemuan. • Pada pertemuan berikutnya, pastikan rencana lama telah terisi dan siapkan rencana baru. Lakukan peninjauan kembali rencana lama yang perlu ditindaklanjuti. • Tinjau kembali alat secara berkala dan lakukan revisi bila diperlukan. 3. Evaluasi Kinerja (Performance Evaluation) Dalam lingkungan kerja demokratis, evaluasi dilakukan oleh diri sendiri, atasan dan bahkan beberapa klien, dikenal dengan istilah “Sistem Evaluasi 360°”. 4. Penghentian dan Disiplin (Discipline and Termination) Proses pendisiplinan koperasi harus sesuai dengan budaya dan gaya manajemen, dengan tetap manusiawi penuh penghormatan. Sadarilah bahwa masalah-masalah keamanan lingkungan kerja, pelecehan seksual dan diskriminasi membutuhkan kebijakan dan prosedur yang berbeda-beda. Selain itu, perilaku menyimpang seperti pencurian aset, penggunaan minuman keras dan narkotika
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
Akuntabilitas yang baik diawali dengan kebijakan yang tepat, yang menuntut ketersediaan data yang benar. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan data yang tepat dengan menggunakan survei langsung menggunakan instrumen yang jelas.
Survei yang bagus harus: 1. Memastikan anonim, tanpa harus diketahui siapa pengisinya. 2. Dapat diubah-ubah sesuai kebijakan yang ditetapkan. 3. Keterlibatan sepenuhnya seluruh elemen koperasi. 4. Dapat diperbandingkan dengan organisasi sejenis. 5. Mengandung datadata yang dapat diolah, baik kuantitatif maupun kualitatif. 6. Hasil temuan menunjukkan keseimbangan yang berimbang.
6 / 12
Tanggal Penerbitan
MANAJEMEN KOPERASI Ibnu Khayath Farisanu - STIE Widya Praja Tana Paser
8 Oktober 2016 Pertemuan
4
selama jam kerja harus diambil tindakan disiplin seketika dan bahkan pemecatan sepihak. Dinamika internal organisasi akan selalu ada sehingga perlu diidentifikasikan dan ditangani dengan penuh kehati-hatian. Alat kerja di atas bukanlah suatu alat kerja “simsalabim” dalam penerapan akuntabilitas di koperasi. Untuk menggunakan alat kerja di atas, ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain: 1. Lakukan pertemuan perangkat koperasi atau tim kerja harian untuk memahami tujuan-tujuan spesifik yang ingin dicapai. 2. Lakukan survei atas sumber daya dan aturan-aturan yang ada. Apakah diperlukan sekedar pelatihan lanjutan atau justru mulai pelatihan dasar? Apakah anggota memiliki kemampuan yang diperlukan yang kelak dibutuhkan? 3. Rancang konsep kasar (draft) dari rencana aksi yang akan dilakukan, yang memaparkan tentang: Tujuan akhir (Objectives) yang ingin dicapai melalui sistem kerja tersebut. Nilai (Values) yang ingin ditampilkan dari sistem kerja tersebut. Taktik (Tactics) yang akan dijalankan dalam pencapaian tujuan. Batas waktu (Timeline) untuk pelaksanaan dan pengembangan sistem kerja. Orang pelaksana (Point people) yang akan bertanggung jawab selama pelaksanaan pekerjaan. Biaya (Cost) yang dibutuhkan apabila membutuhkan pendampingan teknis. 4. Bagikan rancangan konsep tersebut kepada para pengambil keputusan di koperasi. Meskipun itu tidak diminta oleh perangkat koperasi, ciptakan peluang melalui umpan-balik bawahan-atasan atau ratifikasi aturan untuk adaptasi perubahan. 5. Kembangkan sistem kerja tersebut melalui masukanmasukan selama ujicoba pelaksanaan. 6. Laksanakan sistem kerja tersebut, termasuk dengan memberikan pelatihan ke seluruh anggota koperasi dan pengurus koperasi. 7. Evaluasi sistem kerja tersebut sesekali sesaat pelaksanaan melalui survei evaluasi atau pertemuan perencanaan kerja rutin.
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
7 / 12
Tanggal Penerbitan
MANAJEMEN KOPERASI Ibnu Khayath Farisanu - STIE Widya Praja Tana Paser
8 Oktober 2016 Pertemuan
4
MANAJEMEN TUGAS Hal awal yang harus dilakukan dalam Manajemen Tugas ini adalah merancang pertemuan yang efektif! Akan banyak hal yang bisa diselesaikan tanpa harus mengalami stress berat ketika pertemuaan terpaksa dilakukan berulang kali, harus merekrut pihak lain sebagai fasilitator, dan menjabarkan agenda kerja. Untuk itu, yang perlu dipersiapkan mewujudkan pertemuan yang efektif: 1. Jadwal Tetap atau Lanjutan Rencanakan jadwal pertemuan rutin jauh hari sebelumnya dan minta para anggota untuk memegang komitmen pertemuan tersebut. Jika ternyata jadwal pertemuan rutin ini tidak bisa dilakukan setiap bulan, misalnya, pertimbangkan untuk membuat pertemuan dengan perangkat koperasi terpilih paling tidak setahun sekali sebelum Rapat Anggota Tahunan dilaksanakan. 2. Pelaksana Pertemuan Tentukan atau pilih anggota, sebaiknya berkelompok, yang akan mempersiapkan pertemuan yang telah dijadwalkan secara tetap atau giliran, dapat sebagai kelompok fasilitator. Fasilitator ini kemudian membagi tugas masing-masing, seperti convener, penanggung jawab dalam mempersiapkan agenda acara, mengirim undangan pengingat (reminder) dan materi-materi pertemuan, dan menjaga aturan ketertiban pertemuan; needle, penanggung jawab yang mendorong kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas sesuai yang disepakati. Kemudian persiapkan beberapa anggota koperasi untuk menjadi dewan pimpinan pertemuan nantinya sebagai salah satu pengembangan kemampuan. Akan tetapi, pastikan orang ini paham atas tanggung jawabnya dan telah mendapat pelatihan yang memadai. 3. Persiapan Pertemuan Pertemuan akan lebih efektif jika setiap orang memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan dan menindaklanjuti materi pertemuan. Untuk itu perlu diatur pembagian waktu untuk persiapan sebagai pegangan bagi peserta pertemuan untuk mendaftarkan agenda acara dan materinya dan memperoleh hasil pertemuan untuk ditindaklanjuti. Beberapa peninjauan yang harus dilakukan dalam setiap
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
8 / 12
Tanggal Penerbitan
MANAJEMEN KOPERASI Ibnu Khayath Farisanu - STIE Widya Praja Tana Paser
8 Oktober 2016 Pertemuan
4
penyelenggaraan suatu pertemuan, yaitu: 1. Sebelum Pertemuan Merekap semua tugas yang menjadi tindak lanjut dalam pertemuan sebelumnya. 2. Selama Pertemuan Memeriksa ulang semua tugas sebelumnya yang masih belum atau sedang terlaksana, membahas tugas baru dari materi pembahasan pertemuan dan membuat rekapitulasi tugas baru dan tugas yang belum atau sedang terlaksana (disertai batas waktu dan penanggung jawab) di akhir pertemuan. 3. Setelah Pertemuan Mengirimkan hasil notulen pertemuan selambat-lambatnya setelah 24 jam via email dan mengingatkan tugas-tugas yang diputuskan selama jeda sebelum pertemuan berikutnya.
RENCANA WAKTU DAN KERJA Ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya dalam Manajemen Tugas. Untuk membuat ini, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: 1. Pastikan bagaimana melaksanakan dan merevisi setiap kategori, instruksi dan batas waktu untuk mewujudkannya. 2. Sediakan alat dan latih bagaimana menggunakan rencana waktu dan kerja ini. 3. Sediakan waktu bersama untuk membahasnya selama 1 jam pertemuan. 4. Pada pertemuan berikutnya, pastikan rencana lama telah terisi dan siapkan rencana baru. Lakukan peninjauan kembali rencana lama yang perlu ditindaklanjuti. 5. Tinjau kembali alat secara berkala dan lakukan revisi bila diperlukan. Lebih mudah untuk dapat memahami hal ini dapat melihat pada formulir isian yang terlampir bersama materi ini. Namun, harus dipertimbangkan dalam membuat formulir rencana waktu dan kerja, antara lain: 1. Apakah setiap pekerja perlu memiliki formulir rencana tersebut? 2. Perlukah ditunjuk seseorang atau penyelia untuk memeriksa
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
9 / 12
Tanggal Penerbitan
MANAJEMEN KOPERASI Ibnu Khayath Farisanu - STIE Widya Praja Tana Paser
8 Oktober 2016 Pertemuan
4
kembali rencana tersebut? 3. Perlukah rencana kerja tersebut diumumkan terbuka atau harus dirahasiakan? 4. Apakah rencana kerja tersebut menjadi bagian dari data personal pekerja atau sekedar alat manajemen biasa?
EVALUASI KINERJA Evaluasi kinerja membutuhkan lebih banyak waktu dan usaha bila dibandingkan dengan alat kerja lainnya. Ini menuntut pengumpulan informasi dari yang bersangkutan dan yang terlibat dengannya, yang mengetahui dengan pasti kinerjanya, dan memberi kesempatan diskusi untuk pengembangan karir. Dalam lingkungan kerja demokratis, evaluasi dilakukan oleh diri sendiri, atasan dan bahkan beberapa klien, dikenal dengan istilah “Sistem Evaluasi 360°”. Suatu proses evaluasi harus dilakukan konsisten dan transparan agar dapat menciptakan situasi positif dan mampu memberdayakan bagi pekerja itu sendiri dan pengelola koperasi. Untuk itu, formulir evaluasi harus sesuai dengan apa yang menjadi keunikan budaya koperasi itu sendiri. Dengan demikian, perlu dipertimbangkan beberapa hal dalam pelaksanaan proses evaluasi ini, yaitu: 1. Waktu Pelaksanaan, biasanya dilaksanakan setahun sekali. Akan tetapi, bisa dipertimbangkan sesuai situasi, misalnya setelah masa percobaan bagi para anggota atau pekerja baru. 2. Cara Pelaksanaan, menentukan siapa yang berhak memberi evaluasi dan bagaimana menyampaikan masa evaluasi tersebut kepada yang bersangkutan. 3. Tindak Lanjut, memberi waktu diskusi terhadap hasil evaluasi tersebut, apapun hasilnya.
PENGHENTIAN DAN DISIPLIN Kebijakan penegakan disiplin seakan tampak tidak sesuai dengan nilai-nilai koperasi. Bagaimanapun, suatu transparansi dan proses konsisten dapat meningkatkan kualitas koperasi itu sendiri. Proses pendisiplinan koperasi harus dirancang sesuai dengan budaya dan gaya manajemen yang ada sehingga tetap manusiawi penuh penghormatan.
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
10 / 12
Tanggal Penerbitan
MANAJEMEN KOPERASI Ibnu Khayath Farisanu - STIE Widya Praja Tana Paser
8 Oktober 2016 Pertemuan
4
Sebelum tindakan pendisiplinan dilakukan, biasanya ada empat alasan mengapa terjadi “pembangkangan”, yaitu: 1. Perintah yang tidak jelas. 2. Perintah yang tidak masuk akal dan tidak dapat dicapai. 3. Anggota yang kurang kemampuan, informasi, pelatihan dan sejenisnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan. 4. Anggota yang memang memilih untuk tidak melaksanakan perintah. Untuk itu selama proses pelaksanaan pekerjaan, pendampingan dan pengawasan harus dilakukan. Teguran selama pelaksanaan pekerjaan akan sangat berharga untuk pemberdayaan ini, bahkan bila dipandang perlu dilakukan seketika meskipun di depan konsumen, dengan tetap mempertimbangkan nilai kesalahan yang diperbuat. Yang terpenting dalam penegakan kedisiplinan ini adalah dokumentasi segalanya, artinya setiap apa yang terjadi, baik teguran dan bahkan peringatan sekalipun, harus tercatat dan tersimpam dalam dokumen yang rapi.
DAFTAR BACAAN Colter, Carolee. Accountability=Job Satisfaction Part I. 4 November 2014. CDS Consulting Co-op Duval, C.K. “An International Journey”, Developing Individual Freedom to Act:
Empowerment in the Knowledge Organization Participation and Empowerment, Vol. 7 No. 8, hal. 204-212 empowerment. BusinessDictionary.com. WebFinance, Inc. www.businessdictionary.com/ definition/empowerment.html diakses 7 Oktober 2016: 18.09 WITA Gessner, Bill.. The Co-op Empowerment Stream. Cooperative Grocer Network. Gribas, Alison Booth dan Cordeiro, Stacey. Designing Effective System of Evaluation and Accountability in Worker Cooperatives. 2014. Democracy at Work Network Healy, Michael dkk. Monitoring Staff Treatment Using Staff Survey Data. “Presentasi dalam Program CBLD”, CDS Consulting Co-op
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
11 / 12
Tanggal Penerbitan
MANAJEMEN KOPERASI Ibnu Khayath Farisanu - STIE Widya Praja Tana Paser
8 Oktober 2016 Pertemuan
4
Hendrojogi. Koperasi: Asas-asas, Teori, dan Praktik. 2007. Jakarta: RajaGrafindo Persada. ISBN 979-421-662-3 Scholl, Marilyn & Sherwood, Art. Four Pillars of Cooperative Governance. Cooperative Grocer, Januari-Februari 2014, hal. 18-21 Stone, Florence. The Essential New Manager’s Kit. 2004. Kaplan Professional Widayanti, Sri. “Welfare, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial”, Pemberdayaan Masyarakat: Pendekatan Teoritis, Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2012, hal. 87-102
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
12 / 12
RENCANA WAKTU & KERJA BULANAN
KOPERASI . . . . . NAMA PEKERJA : .....................................................................
BULAN/TAHUN : .................................... TANGGAL AWAL KERJA : ..........................
TARGET KOPERASI TAHUN INI
TARGET PEKERJA TAHUN INI • • • • •
• • • • • JABATAN & TANGGUNG JAWAB PRIBADI
Nama Jabatan & Posisi dalam Struktur Organisasi
TANGGUNG JAWAB TERHADAP PENGELOLA
TANGGUNG JAWAB TERHADAP KOPERASI
Penjelasan tentang uraian pekerjaan terhadap pengelolaan koperasi
Penjelasan tentang uraian pekerjaan terhadap pengembangan koperasi
Penjelasan tentang uraian pekerjaan dasar
DIISI OLEH PEKERJA
DIISI OLEH PENDAMPING
Saya sangat bangga apabila: • • • Saya akan berusaha meningkatkan dalam hal: • • •
Anda bekerja sangat baik apabila: • • • Anda dapat meningkatkan diri dalam hal: • • •
PENDAMPING : ................................
RENCANA KERJA PROYEK
KOPERASI . . . . . NAMA PEKERJA : .....................................................................
MASA PROYEK : ..................................... ..............................................................
PENJELASAN PROYEK
TARGET PROYEK • • • • •
• • • • • TANGGUNG JAWAB PEKERJA
Nama Jabatan & Posisi dalam Struktur Organisasi
TANGGUNG JAWAB TERHADAP TIM KERJA
TANGGUNG JAWAB TERHADAP KOPERASI
Penjelasan tentang uraian pekerjaan terhadap pengelolaan koperasi
Penjelasan tentang uraian pekerjaan terhadap pengembangan koperasi
Penjelasan tentang uraian pekerjaan dasar
DIISI OLEH PEKERJA
DIISI OLEH PENDAMPING
Apa yang berjalan dengan baik: • • • Apa yang telah dilakukan lebih baik: • • •
Apa yang berjalan dengan baik: • • • Apa yang telah dilakukan lebih baik: • • •
PENDAMPING : ................................................