LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TERPADU
"PEMBUATAN PESTISIDA NABATI DAN CARA PENGAPLIKASIANNYA"
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Pengendalian Hama Penyakit
Terpadu
Disusun Oleh :
Nama : Dede Juliansyah
NIM : 4442141790
Kelas : 6 A Agroekoteknologi
Kelompok : 5
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala,
Tuhan Semesta Alam yang dengan kehendaknya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu yang
berjudul Pembuatan Pestisida Nabati dan Pengaplikasiannya, untuk memenuhi
salah satu tugas dari mata kuliah Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu.
Dalam penulisan laporan praktikum ini penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Atas tersusunya laporan ini, maka penulis menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu hingga laporan ini
terselesaikan.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai. Tak ada gading yang tak retak, tak ada yang
sempurna.
Serang, April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Pengertian Pestisida Nabati 3
2.2 Bahan Dasar Pestisida Nabati 4
2.3 Keunggulan dan Kelemahan Pestisidan Nabati 6
2.4 Dampak Negatif Penggunaan Pestisida Nabati 7
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 9
3.1 Waktu dan Tempat 9
3.2 Alat dan Bahan 9
3.3 Cara Kerja 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 10
4.1 Hasil 10
4.2 Pembahasan 11
BAB V PENUTUP 13
5.1 Kesimpulan 13
5.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 15
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Upaya meningkatkan hasil pertanian khususnya dalam mengatasi serangan
Opt terus berkembang, dan lebih cenderung memperhatikan beberapa aspek
seperti keamanan lingkungan, kesehatan manusia dan ekonomi, maka muncul
istilah "integrated pest control", integrated pest control selanjutnya
menjadi integrated pest management (IPM), dan dikenal dengan Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). Konsep PHT muncul sebagai tindakan koreksi terhadap
kesalahan dalam pengendalian hama yang dihasilkan melalui pertemuan panel
ahli FAO di Roma tahun 1965. Di Indonesia, konsep PHT mulai dimasukkan
dalam Keputusan Presiden No. 3 tahun 1986 dan UU No.12/1992 tentang sistem
budidaya tanaman. Namun tidak tepatnya penggunaan pestisida akibat lemahnya
kontrol maka penggunaan pestisida juga tidak memberikan efek baik bagi
lingkungan dan kesehatan.
Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui
pemupukan tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas
dari serangan hama penyakit. Untuk pemberantasan hama tersebut salah
satunya adalah dengan menggunakan berbagai jenis zat kimia yang disebut
dengan pestisida.. Namun penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak
negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian
lingkungan. Dampak negatif ini akan terus terjadi seandainya kita tidak
hati-hati dalam memilih jenis dan cara penggunaannya. Adapun dampak negatif
yang mungkin terjadi akibat penggunaan pestisida diantaranya : Tanaman yang
diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian terdistribusi ke
dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar terurai akan
berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara
tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar
pestisida.
Oleh karena itu, maka mulai dikembangkan pestisida nabati yaitu
pestisida yang tidak menggunakan bahan kimia yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang memiliki beberapa khasiat untuk mebunuh atau mengendalikan
OPT, baik dengan aroma yang menyengat, dengan rasa yang tidak enak maupun
dengan kandungan alami pada tumbuhan tersebut yang dapat membunuh serangga.
Penggunaan pestisida nabati merupakan salah satu solusi dalam mengendalikan
OPT, khususnya pada tanaman padi, disamping dapat mengurangi efek kerusakan
lingkungan maupun dampak terhadap kesehatan yang ditimbulkan akibat
penggunaan bahan kimia pada pestisida atau pestisida kimia.
Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun.
Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati
antara lain Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae.
Selain bersifat sebagai insektisida, jenis-jenis tumbuhan tersebut juga
memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida,
mitisida maupun rodentisida. Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai
penghambat nafsu makan (anti feedant), penolak (repellent), penarik
(atractant) dan berpengaruh langsung sebagai racun.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan Pestisida nabati
2. Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan formula pestisida nabati
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pestisida Nabati
Pestisida nabati merupakan pestisida yang memiliki bahan aktif yang
dihailkan dari tanaman dan memiliki fungsi sebagai pengendalian hama dan
penyakit yang menyerang tanaman. Pestisida nabati merupakan pestisida yang
dapat menjadi alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetis.
Pestisida nabati adalah pestisida yang ramah lingkungan serta tanaman-
tanaman penghasilnya mudah dibudidayakan salah satunya seperti sereh dapur,
sereh wangi dan nimba yang dapat dibuat menjadi bentuk minyak tanaman
(Adnyana, dkk, 2012). Penggunaan pestisida nabati ini biasanya mengunakan
organ tanaman seperti daun, akar, biji dan buah tanaman yang menghasilkan
suatu senyawa tertentu yang dapat menghalau serangga untuk memakan atau
bahkan mematikan serangga tersebut.
Pestisida nabati memiliki banyak macamnya berdasarkan fungsi
mengendalikan hama seperti insektisisda, bakterisida, akarisida dan lain-
lain. Penggunaan insektisida nabati dilakukan sebagai alternatif untuk
mengendalikan ham tanaman sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan
seperti penggunaan pestisida kimia (Tohir, Ali M., 2010). Pengendalian hama
dilakukan untuk menghindarkan tanaman dari penurunan produksi yang cuup
signifikan sehingga terdapat kerugian yang berarti dialami oleh petani.
Penggunaan pestisida merupakan salah satu alternatif yang dilakukan selain
penggunaan pengendalian dengan metode mekanik dan pengendalian musuh alami.
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari
tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-
bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah
berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan
cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar
untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida dari bahan
nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan
sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan
secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai
bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu
tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan
bahan nabati sebagai pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk
mengendalikan berbagai macam hama sehingga hama tanaman yang menyerang
dapat dikendalikan secara alami karena tidak menyebabkan racun bagi
organisme lain (Oka, 1995).
2.2 Bahan Dasar Pestisida Nabati
Pestisida nabati dapat dibuat dari tanaman disekitar kita karena
setiap tanaman memiliki senyawa tersendiri yang dihasilkan oleh tanaman
tersebut. Berikut ini beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai
pestisida nabati dan cara pembuatannya:
1. Tembakau (Nicotium tabacum)
Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan
pestisida alami. Caranya rendam batang atau daun tembakau selama 3 - 4
hari, atau bisa juga dengan direbus selama 15 menit. Kemudian biarkan
dingin lalu saring. Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir
berbagai jenis hama tanaman.
2. Tuba, Jenu (Derriseleptica)
Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan menumbuk
bahan tersebut sampai betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk
dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut
dengan 3 liter air. Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan
berbagai jenis hama tanaman.
3. Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih secara alami akan menolak banyak serangga. Tanamlah di sekitar
pohon buah dan lahan sayuran untuk membantu mengurangi masalah-masalah
serangga. Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai,
digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu
berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup.
Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari. Bila ingin
menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air. Campuran ini berguna
untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura.
4. Kembang Kenikir (Tagetes spp)
Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3 siung bawang putih, 2
cabai kecil dan 3 bawang bombay. Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan
air lalu didinginkan. Kemudian tambahkan 4 - 5 bagian air, aduk kemudian
saring. Air saringan tersebut dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama
tanaman.
5. Cabai Merah (Capsium annum)
Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah dulu. Kemudian
giling sampai menjadi tepung. Tepung cabai tersebut kalau dicampur dengan
air dapat digunakan untuk membasmi hama tanaman.
6. Kemangi (Ocimum sanetu)
Cara pembuatannya: kumpulkan daun kemangi segar, kemudian keringkan.
Setelah kering, baru direbus sampai mendidih, lalu didinginkan dan
disaring. Hasil saringan ini bisa digunakan sebagai pestisida alami.
7. Dringgo (Acarus calamus)
Akar dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi tepung), kemudian dicampur
dengan air secukupnya. Campuran antara tepung dan air tersebut dapat
digunakan sebagai bahan pembasmi serangga.
8. Tomat (Lycopersicum eskulentum)
Daun tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami. Dapat digunakan
untuk membasmi kutu daun, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat,
lalat putih, jamur, dan bakteri pembusuk. Gunakan batang dan daun tomat,
dan dididihkan. Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air dari saringan ini
bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.
9. Daun Pepaya
a) Ambil daun papaya sebanyak kurang lebih 1 (satu) kilogram, atau kira-
kira sekitar 1 (satu) kantong plastik kresek besar. Lalu dilumatkan (bisa
diblender) dan dicampurkan dalam 1 (satu) liter air, kemudian dibiarkan
selama kurang lebih 1 (satu) jam. Langkah berikutnya disaring, lalu ke
dalam cairan daun papaya hasil saringan ditambahkan lagi 4 (empat) liter
air dan 1 (satu) sendok besar sabun.
b) Ampas lumatan daun papaya bisa dimasukkan ke dalam komposter untuk
tambahan bahan kompos. Cairan air papaya dan sabun sudah dapat digunakan
sebagai pestisida alami.
c) Semprotkan cairan ini pada hama-hama yang mengganggu tanaman kita.
Semprotan pestisida air papaya dan sabun ini dapat membasmi aphid (kutu
daun), rayap, hama-hama ukuran kecil lainnya, termasuk ulat bulu.
(Setiawati, W, dkk,. 2008)
2.3 Keunggulan dan Kelemahan Pestisida Nabati
Bahan aktif pestisida nabati adalah produk alam yang berasal dari
tanaman yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-
ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik, dan zat – zat
kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke
tanaman yang terinfeksi OPT, tidak berpengaruh terhadap fotosintesis
pertumbuhan ataupun aspek fisiologis tanaman lainnya, namun berpengaruh
terhadap sistem saraf otot, keseimbangan hormone, reproduksi, perilaku
berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan OPT.
Keunggulan pestisida nabati antara lain yaitu :
a. Mengalami degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari
b. Memiliki efek/pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan nafsu makan
serangga walapun jarang menyebabkan kematian.
c. Toksitasnya umumnya rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman pada
manusia (lethal dosage (LD) >50 Oral)
d. Memiliki spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf)
e. Bersifat selektif dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal
pada pestisida sintetis
f. Fitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman
g. Murah dan mudah dibuat oleh petani.
Sedangkan kelemahan pengggunaan pestisida nabati antara lain :
Cepat terurai dan aplikasinya harus lebih sering
Cara racunnya rendah, tidak langsung mematikan serangga atau memiliki
efek lambat
Kapasitas produksinya masih rendah dan belum dapat dilakukan dalam
jumlah massal (bahan tanaman untuk pestisida nabati belum banyak
dibudidayakan secara khusus)
Ketersediaannya di toko-toko pertanian masih terbatas
Kurang praktis dan tidak tahan disimpan.
2.4 Dampak Negatif Penggunaan Pestisida Nabati
Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui
pemupukan tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas
dari serangan hama penyakit.
Untuk pemberantasan hama tersebut salah satunya adalah dengan
menggunakan berbagai jenis zat kimia yang disebut dengan pestisida. Namun
penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak negatif, baik itu bagi
kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Dampak negatif ini
akan terus terjadi seandainya kita tidak hati-hati dalam memilih jenis dan
cara penggunaannya. Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat
penggunaan pestisida diantaranya:
1. Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian
terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar
terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk
manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu
telah tercemar pestisida. Bila seorang ibu menyusui memakan makanan dari
tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka bayi yang disusui menanggung
resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut daripada
sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang
diberikan. Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi
(bioakumulasi).
2. Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk
ke dalam sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi pestisida yang
tinggi dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya ikan dan udang.
Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti
plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi
dalam tubuh ikan. Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut
termakan oleh burung-burung atau manusia. Salah satu kasus yang pernah
terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan coklat dan burung kasa dari
daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata burung-
burung tersebut banyak yang tercemar oleh pestisida organiklor yang menjadi
penyebab rusaknya dinding telur burung itu sehingga gagal ketika dierami.
Bila dibiarkan terus tentu saja perkembangbiakan burung itu akan terhenti,
dan akhirnya jenis burung itu akan punah.
3. Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan terhadap
takaran pestisida yang diterapkan. Hama ini baru musnah bila takaran
pestisida diperbesar jumlahnya. Akibatnya, jelas akan mempercepat dan
memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada makhluk hidup dan lingkungan
kehidupan, tidak terkecuali manusia yang menjadi pelaku utamanya.
BAB III
METODOLOGI PENILITIAN
1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan hari Selasa, 12 s/d 19 April 2016 pukul 13:00 s/d
14:40 WIB, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat tulis menulis,
blender, sendok, botol aqua 1,5 L dan label. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah daun sirsak,daun papaya, daun sirih, daun srikaya, bawang putih,
cabe merah, aquades, detergen, kepik, ulat penggulung daun, kumbang, kutu
putih, kupu-kupu, dan belalang.
3. Cara Kerja
Cara kerja pembuatan pestisida nabati :
1. Siapkan alat dan bahan-bahan yang telah disediakan
2. Daun sirsak ditumbuk terlebih dahulu sebelum di blender agar
penghancuran mudah dilakukan
3. Blender daun sirsak yang telah ditumbuk
4. Masukan air secukupnya untuk melumatkan ekstrak daun sirsak
5. Saring ektrak daun sirsak yang telah diblender agar terpisah dengan
ampas daunnya
6. Masukan ke dalam botol aqua yang berukuran 1600 ml
7. Beri air sampai 1500ml
8. Tambahkan 1 sendok teh detergen lalu kocok sampai homogen
9. Diamkan selama 24 jam.
10. Cara kerja pengaplikasian pestisida nabati
a) Siapkan gelas jam yang sudah diisi cairan pestisida nabati
b) Kemudian siapkan hama dan kemudian di celupkan ke cairan pestisida
nabati
c) Amati dan hitung waktu yang dibutuhkan sampai hama itu mati
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Aplikasi Pestisida Nabati
"No "Gambar "Nama "Waktu yang "Keterangan "
" " "formulasi "dibutuhkan(s" "
" " "pestisida ") " "
"1 "Ulat penggulung daun "Ekstrak daun "490 detik "Mati "
" " "sirsak " " "
"2 "Kepik "Ekstrak cabai "38, 12 detik"Mati "
" " "merah " " "
"3 "Kupu-kupu "Ekstrak bawang"7 detik "Mati "
" " "putih " " "
"4 "belalang "Ekstrak daun "87 detik "Mati "
" " "sirih " " "
"5 "kumbang "Ekstrak daun "38 detik 77 "Mati "
" " "pepaya "miilidetik " "
"6 "Kutu putih "Ekstrak daun "73 detik "Diam "
" " "pepaya " " "
4.2 Pembahasan
Pestisida nabati merupakan pestisida yang memiliki bahan aktif yang
dihailkan dari tanaman dan memiliki fungsi sebagai pengendalian hama dan
penyakit yang menyerang tanaman. Pestisida nabati merupakan pestisida yang
dapat menjadi alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetis.
Pestisida nabati adalah pestisida yang ramah lingkungan serta tanaman-
tanaman penghasilnya mudah dibudidayakan. Penggunaan pestisida nabati ini
biasanya mengunakan organ tanaman seperti daun, akar, biji dan buah tanaman
yang menghasilkan suatu senyawa tertentu yang dapat menghalau serangga
untuk memakan atau bahkan mematikan serangga tersebut.
Pestisida nabati memiliki banyak macamnya berdasarkan fungsi
mengendalikan hama seperti insektisisda, bakterisida, akarisida dan lain-
lain. Penggunaan insektisida nabati dilakukan sebagai alternatif untuk
mengendalikan ham tanaman sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan
seperti penggunaan pestisida kimia (Tohir, Ali M., 2010). Pengendalian hama
dilakukan untuk menghindarkan tanaman dari penurunan produksi yang cuup
signifikan sehingga terdapat kerugian yang berarti dialami oleh petani.
Penggunaan pestisida merupakan salah satu alternatif yang dilakukan selain
penggunaan pengendalian dengan metode mekanik dan pengendalian musuh alami.
Pada praktikum pembuatan pestisida nabati kelompok kami mendapatkan
cabai merah sebagai bahan dasar pembuatan pestisida nabati, serta kepik
sebagai hama yang digunakan untuk pengaplikasian pestisida dari cabai
merah. Cara pembuatan pestisida nabati dari bahan dasar cabai merah adalah
dengan memblender 200 gram cabai merah, kemudian ditambahkan air sebanyak 1
liter, setelah itu ditambahkan ½ sendok teh deterjen lalu dikocok, kemudian
disimpan selama 24 jam.
Setelah disimpan selama 24 jam, diamati apakah terjadi perubahan aroma
dan perubahan warna pada ekstrak. Pada ekstrak cabai merah, warnanya tidak
terlihat mengalami perubahan yaitu tetap berwarna orange terang, sedangkan
aromanya berubah semakin menyengat.
Penyebab ekstrak beraroma lebih menyengat bisa dikarenakan adanya
fermentasi pada ekstrak tersebut yang kemungkinan besar adanya peran
dekomposisi dari mikrobia yang mungkin terlarut dalam ekstrak sehingga
muncul aroma yang lebih busuk, sebagaimana sampahsampah organik yang jika
dibiarkan akan semakin beraroma busuk.
Pada pengaplikasiannya, pestisida yang kami buat diberikan ke hama
kepik dengan cara menyelupkan kepik ke dalam larutan pestisida nabati lalu
dihitung berapa waktu yang dibutuhkan untuk melumpuhkan hama, hasilnya
kepik menjadi bergerak terus, hingga pada detik ke 38 kepik mati/tidak
bergerak. Hal ini terjadi karena kandungan cabai yang memiliki zat
Capsaicin, zat ini merampok atom hidrogen dari jaringan makhluk hidup,
jaringan makhluk hidup tersebut akan bereaksi dengan mengeluarkan air agar
tidak rusak karena dehidrasi, hasilnya makhluk hidup tersebut mengalami
kepedasan hebat sampai mati mengering karena membran sel rusak kehilangan
cairan. Zat tersebut juga dapat merusak sistem metabolisme dan koordinasi
serangga.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum Pembuatan Pestisida Nabati dan Pengaplikasiannya yang
telah kami lakukan, kesimpulan yang didapat adalah bahwa Pestisida nabati
merupakan pestisida yang memiliki bahan aktif yang dihailkan dari tanaman
dan memiliki fungsi sebagai pengendalian hama dan penyakit yang menyerang
tanaman, Penggunaan pestisida nabati ini biasanya mengunakan organ tanaman
seperti daun, akar, biji dan buah tanaman yang menghasilkan suatu senyawa
tertentu yang dapat menghalau serangga untuk memakan atau bahkan mematikan
serangga tersebut. Cabai yang memiliki zat Capsaicin, zat ini merampok atom
hidrogen dari jaringan makhluk hidup, jaringan makhluk hidup tersebut akan
bereaksi dengan mengeluarkan air agar tidak rusak karena dehidrasi,
hasilnya makhluk hidup tersebut mengalami kepedasan hebat sampai mati
mengering karena membran sel rusak kehilangan cairan. Zat tersebut juga
dapat merusak sistem metabolisme dan koordinasi serangga.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah agar praktikan
menjaga kondusifitas ruangan praktikum agar praktikum berjalan lancar
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, dkk. 2012. Efikasi Pestisida Nabati Minyak Atsiri Tanaman Tropis
terhadap Mortalitas Ulat Bulu Gempinis. Jurnal Agroekologi Tropika
1(1): 1-11.
Apriyanto. A. 2009. Kearifan Lokal Penggunaan Pestisida Nabati Dalam
Pengendalian Hama Tanaman. Sinar Tani Edisi 15 – 21 April 2009. No.
3299. Tahun xxxix. Hal.4.
Asaad. Wilis. 2012. Kajian Pestisida Nabati Yang Efektif Terhadap Hama
Penggerek Buah Kakao (Pbk) Pada Tanaman Kakao Di Sulawesi Selatan.
Suara Perlindungan Tanaman 2(2):24-34.
Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati: Ramuan dan aplikasi. Cetakan ke-4.
Penebar Swadaya: Jakarta.
Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hayati Terpadu dan Implementasinya di
Indonesia. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Roja, Atman. 2009. Pengendalian Hama Dan Penyakit Secara Terpadu (PHT) Pada
Padi Sawah. BPTP: Solok.
Tohir, Mohamad. 2010. Teknik Ekstraksi Dan Aplikasi Beberapa Pestisida
Nabati Untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera Litura
Fabr.) Di Laboratorium. Teknik Pertanian 15(1):37-40.
Thamrin dkk,2008. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida
Nabati. balai pertanian lahan rawa: Jakarta
Untung, 1993. Pestisida Alami ( Nabati). Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
"Gambar 1. Ekstrak " "Gambar 2. Ekstrak" "Gambar 3. "
"daun sirsak dan " "bawang putih dan " "Ekstrak Cabe "
"ulat penggulung " "kupu-kupu " "merah dan kepik "
"daun " " " " "
"Gambar 4. Ekstrak " "Gambar 5. Ekstrak" "Gambar 6. Ekstrak"
"daun sirih dan " "daun srikaya dan " "daun papaya dan "
"belalang " "kutu putih " "Kumbang "