PERTEMUAN I
ASPEK HUKUM DAN PERAN PERAWAT DALAM PENGOBATAN
Aspek Hukum Pengobatan
Memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan merupakan hak bagi semua orang serta hak untuk memperoleh memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009, Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
Sedangkan menurut Permenkes no. 949/Th. 2000. Yang dimaksud obat atau obat jadi adalah adalah sediaan atau paduan bahan-bahan termasuk produk biologi dan kontrasepsi, yang slap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan.
Obat-obat yang digunakan dalam terapi dapat dibagi menjadi tiga golongan sebagai berikut :
Obat farmakodinamik ; adalah obat yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormone, diuretika, hipnotika, dan obat otonom.
Obat kemoterapeutis adalah obat yang dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang sekecil-kecilnya terhadap organism tuan rumah, berkhasiat membunuh sebesar-besarnya terhadap parasit (cacing, protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan virus). Obat-obat neoplasma (onkolitika, sitostatika, obat-obat kanker) juga termasuk golongan ini.
Obat diagnostik ; merupakan obat yang digunakan dalam melakukan diagnosis (pengenalan penyakit), misalnya untuk mengenal penyakit pada saluran lambung-usus digunakan barium sulfat dan untuk saluran empedu digunakan natrium propanoat dan asam iod organic lainnya.
Obat pada umuumnya diproduksi dan didistribusikan dengan menggunakan nama dagang atau nama paten, yaitu nama yang menjadi milik perusahaan yang dilindungi hukum, yaitu merk terdaftar atau proprietary name. disamping menggunakan nama dagang, obat dapat pula diproduksi dengan menggunakan nama generic (generic atau official name), yaitu nama yang berdasarkan Internationa Non-propietary Names yang ditetapkan oleh WHO atau nama yang ditetapkan dalam farmakope untuk zat berkhasiat yang dikandung. Nama ini dapat digunakan disemua Negara tanpa melanggar hak paten obat bersangkutan.
Dalam Undang-undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 Pasal 63 ayat (4) yang berbunyi "Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu".
Peran Perawat Dalam Pengobatan
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Hak dan kewajiban seorang perawat telah diatur dalam Undang-undang Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan.
Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat dirinya.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui pemberian pelayanan kesehatan yang didukung oleh sumber daya kesehatan, baik tenaga kesehatan maupun tenaga non-kesehatan. Perawat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan berperan sebagai penyelenggara Praktik Keperawatan, pemberi Asuhan Keperawatan, penyuluh dan konselor bagi Klien, pengelola Pelayanan Keperawatan, dan peneliti Keperawatan. Pelayanan Keperawatan yang diberikan oleh Perawat didasarkan pada pengetahuan dan kompetensi di bidang ilmu keperawatan yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan Klien, perkembangan ilmu pengetahuan, dan tuntutan globalisasi. Pelayanan kesehatan tersebut termasuk Pelayanan Keperawatan yang dilakukan secara bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman oleh Perawat yang telah mendapatkan registrasi dan izin praktik. Praktik keperawatan sebagai wujud nyata dari Pelayanan Keperawatan dilaksanakan secara mandiri dengan berdasarkan pelimpahan wewenang, penugasan dalam keadaan keterbatasan tertentu, penugasan dalam keadaan darurat, ataupun kolaborasi.
PERTEMUAN II
PENGERTIAN DALAM BIDANG FARMAKOLOGI
Farmakologi
Secara terminology berarti (pharmacon = obat) dan (logos = ilmu pengetahuan). Sehingga dapat diartikan "ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu mengenai obat". Cakupan farmakologi terdiri dari pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat-sifat fisik dan kimiawi, cara pembuatan dan pencampuran, efek fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorbs, distribusi, biotransformasi, ekskresi, dan penggunaan obat. Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas, dan berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu yang lain seperti ilmu botani, ilmu kimia, ilmu fisiologi, patologi, dan lain-lain. Namun dengan berkembangnya pengetahuan, beberapa bidang ilmu tersebut telah berkembang menjadi cabang ilmu tersendiri.
Farmakognosi
mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat-zat aktifnya, begitu pula yang berasal dari mineral dan hewan. Pada zaman obat sintetis seperti sekarang ini, banyak phytoteurapetika baru yang mulai dikembangkan dan digunakan kembali. Misalnya tingtura echinaceae (penguat daya tangkis), ekstrak Ginko Biloba (penguat memori), bawang putih (antikolesterol), tingtur hyperici (antidepresi).
Biofarmasi
Biofarmasi adalah ilmu yang mempelajari / menyelidiki pengaruh-pengaruh pembuatan sediaan atas kegiatan terapetik obat. Sekitar tahun 1960 para sarjana mulai sadar bahwa efek obat tidak tergantung semata-mata pada fakdaritor farmakologi, melainkan juga faktor-faktor formulasi yang dapat mengubah efek obat dalam tubuh, antara lain :
Bentuk fisik zat aktif (amorf atau Kristal, kehalusannya)
Keadaan kimiawi (ester, garam, garam kompleks, dsb)
Zat-zat pembantu (zat pengisi, pelicin, pengikat, pelindung, dsb)
Sebelum obat yang diberikan pada pasien sampai pada tujuannya dalam tubuh, yaitu tempat kerjanya atau target site, obat harus mengalami banyak proses. Dalam garis besar proses-proses ini dapat dibagi dalam tiga tingkat, yaitu Fase Biofarmasi, Fase Farmakodinamik, Fase Farmakokinetika. Dalam biofarmasi kita akan mengenal beberapa istilah yang berhubugan dengan aspek biofarmasi :.
Ketersediaan farmasi (Pharmaceutical Ability)
Merupakan suatu ukuran waktu yang diperlukan oleh obat untuk melepaskan diri dari bentuk sediaannya dan siap untuk proses absorpsi. Kecepatan melarut obat bergantung pada bentuk sediaannya dan dapat diurutkan sebagai berikut :
Larutan > suspensi > emulsi > serbuk > kapsul > tablet > tablet salut enteric (enteric coated) > tablet kerja panjang (long acting).
Ketersediaan hayati (Biological Availability)
Adalah prosentase obat yang diabsorbsi oleh tubuh dari dosis yang diberikan dan tersedia untuk melakukan efek terapeutiknya.
Ketersediaan terapeutik (Therapeutical Equivalent)
Adalah syarat yang harus dipenuhi oleh suatu obat paten yang meliputi kecepatan melarut dan jumlah kadar zat berkhasiat yang harus dicapai di dalam darah. Kesetaraan terapeutik dapat terjadi pada pabrik yang berbeda atau pada batch yang berbeda dari produksi suatu pabrik.
Bioassay dan standarisasi
Bioassay adalah cara menentukan aktivitas obat dengan menggunakan binatang percobaan seperti kelinci, tikus, mencit, kodok, dll. Kekuatan obat dalam Satuan Internasional atau IU (International Unit), tetapi setelah metode Fisiko-Kimia dikembangkan, Bioassay mulai ditinggalkan, begitu pula dengan satua biologi, dan selanjutnya kadar dinyatakan dalam gram atau milligram.
Obat yang kini masih di standarisasi secara biologi adalah insulin (menggunakan kelinci), ACTH / Adrenocorticotropic Hormone (menggunakan tikus), antibiotic polimiksin dan basitrasin, vitamin A dan D, factor pembeku darah, preparat-preparat antigen dan antibody, digitalis dan pirogen.
Sebelum obat yang diberikan kepada pasien tiba pada tujuannya dalam tubuh, yaitu tempat kerjanya atau reseptor, obat harus mengalami beberapa proses secara garis besar proses-proses ini dapat dibagi dalam tiga tingkat, yaitu :
Fase biofarmasi : atau farmasetika adalah fase yang meliputi waktu mulai penggunaan obat melalui mulut sampai pelepasan zat aktifnya kedalam cairan tubuh. Fase ini berhubungan dengan ketersediaan farmasi dari zat aktifnya dimana obat siap diabsorpsi.
Fase farmakokinetik : fase yang meliputi semua proses yang dilakukan tubuh, setelah obat dilepas dari bentuk sediaannya yang terdiri dari absorbs, distribusi, metabolism, dan ekskresi.
Fase farmakodinamik : fase dimana obat telah berinteraksi dengan sisi reseptor dan siap memberikan efek.
Gambar 1 : fase-fase yang dilalui obat
Farmakokinetika
mempelajari perjalanan obat di dalam tubuh, mulai dari penyerapan (absorpsi), penyebarannya (distribusi) ke tempat kerjanya dan jaringan lain, perombakannya (biotransformasi), pengeluarannya (ekskresi).
Atau singkatnya, farmakokinetika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang dilakukan tubuh terhadap obat.
Farmakodinamik
mempelajari kegiatan obat terhadap organism hidup terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya. Secara singkatnya farmakodinamik mencakup semua efek yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh.
Toksikologi
merupakan ilmu yang mempelajari efek toksik dari berbagai racun, zat kimia (termasuk obat) lainnya pada tubuh manusia. Terutama dipelajari cara diagnosis, pengobatan dan tindakan pencegahan terjadinya keracunan.
Farmakoterapi
mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya. Penggunaan ini berdasarkan atas pengetahuan tentang hubungan antar khasiat obat, sifat fisiologi atau mikrobiologinya dengan penyakit. Sedangkan Phytoterapi mempelajari penggunaan zat-zat dari tanaman untuk mengobati penyakit.
PERTEMUAN III
KONSEP DASAR PENGGOLONGAN OBAT
Obat adalah obat jadi yang merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan termasuk produk biologi dan kontrasepsi, yang slap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan patolcgi dalam rangka pencegahan,penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan.
Obat dibagi menurut tingkat keamanannya menjadi beberapa kelompok :
Golongan Obat
Logo
Keterangan
Obat Bebas
Dapat digunakan untu Swamedikasi
Obat Bebas Terbatas
Dapat digunakan untuk Swamedikasi, harus diberikan informasi lebih karena mengandung obat keras.
Obat Keras
(daftar G = Gevaarlijk)
Harus dengan resep Dokter
Jamu
Khasiat yang dicantumkan merupakan khasiat empiris di masyarakat, belum sepenuhnya terstansar, dan belum dilakukan uji praklinik dan uji klinik.
Obat Herbal Terstandar
Khasiat yang dicantumkan sudah dibuktikan dengan uji praklinik, sudah terstandar, sudah dilakukan uji praklinik, belum lengkap dilakukan uji klinik.
Fitofarmaka
Khasiat yang dicantumkan sudah dibuktikan dengan uji praklinik dan uji klinik, sudah terstandar, dan sudah dilakukan uji klinik dengan lengkap (fase 1, fase 2, fase 3).
Narkotika
(Golongan O = Opium)
Harus dengan resep dokter, dapat mengakibatkan ketergantungan kuat, distribusinya dikendalikan oleh pemerintah.
Psikotropika
Harus dengan resep dokter, kadang mengakibatkan ketergantungan.
Obat Wajib Apotek
Obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker dengan syarat dan ketentuan yang berlaku menurut Undang-undang. Dapat digunakan untuk Swamedikasi atau pengobatan rutin.
Table 1 : Penggolongan Obat
Tugas harian :
Setiap individu membawa bungkus obat dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat tradisional (jamu, herbal terstandar, fitofarmaka), dan obat wajib apotek!
Buat daftar obat wajib apotek!
PERTEMUAN III
KONSEP FARMAKOKINETIK
Pengertian Farmakokinetik
Farmakokinetika adalah segala proses yang dilakukan tubuh terhadap obat berupa absorpsi, distribusi, metabolism (biotransformasi), dan ekskresi. Tubuh kita dapat dianggap sebagai suatu ruangan yang besar, yang terdiri dari beberapa kompartemen yang terpisah oleh membran-membran sel. Sedangkan proses absorpsi, distribusi, dan ekskresi obat dari dalam tubuh hakekatnya berlangsung dengan mekanisme yang sama, karena proses ini tergantung dari lintasan obat melalui membrane tersebut.
Gambar 2 : skema ADME dan konsentrasi pada tempat kerja obat
Membrane sel terdiri dari suatu lapisan lipoprotein (lemak dan protein) yang mengandung banyak pori-pori kecil, terisi dengan air. Membrane dapat ditembus dengan mudah oleh zat-zat tertentu, dan sukar dilalui zat-zat yang lain, maka disebut semi permeable. Zat-zat lipofil (suka lemak) yang mudah larut dalam lemak dan tanpa muatan listrik lebih lancar melintasinya dibandingkan dengan zat-zat hidrofil dengan muatan (ion).
Adapun mekanisme pengangkutan obat untuk melintasi membrane sel ada dua cara :
Secara pasif, artinya tanpa menggunakan energy.
Filtrasi, melalui pori-pori kecil dan membrane misalnya air dan zat hidrofil.
Difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari membrane sel, contoh ion anorganik.
Secara aktif, artinya menggunakan energi.
Penangkutan dilakukan dengan mengikat zat hidrofil (makromolekul atau ion) pada enzim pengangkut spesifik. Setelah melalui membrane, obat dilepaskan lagi. Cepatnya penerusan tidak tergantung pada konsentrasi obat, contohnya glukosa, asam amino, asam lemak, garam, besi, vitamin B1, B2, dan B12.
Gambar 3 : mekanisme pengangkutan obat untuk melintasi membrane sel
Absorpsi
Absorpsi obat melalui saluran cerna pada umumnya terjadi secara difusi pasif. Karena itu absorpsi mudah terjadi bila obat dalam bentuk non-ion dan mudah larut dalam lemak. Absorpsi obat di usus halus selalu lebih cepat dibandingkan di lambung karena permukaan epitel usus halus jauh lebih luas dibandingkan dengan epitel lambung. Selain itu epitel lambung tertutup lapisan mucus yang tebal dan mempunyai tahanan listrik yang tinggi. Oleh karena itu, peningkatan kecepatan pengosongan lambung biasanya akan meningkatkan kecepatan absorpsi obat, dan sebaliknya. Akan tetapi perubahan dalam percepatan pengosongan lambung atau motilitas saluran cerna biasanya tidak mempengaruhi jumlah obat yang diabsorpsi atau yang mencapai sirkulasi sistemik, kecuali pada tiga hal berikut ini :
Obat yang absorpsinya lambat karena sukar larut dalam cairan usus (misalnya digoksin, difenilhidantoin, prednisone) memerlukan waktu transit dalam saluran cerna yang cukup panjang untuk kelengkapan absorpsinya.
Sediaan salut enteric atau sediaan lepas lambat yang absorpsinya biasanya kurang baik atau inkonsisten akibat perbedaan penglepasan obat di lingkungan berbeda, memerlukan waktu transit yang lama dalam usus untuk meningkatkan jumlah yang diserap.
Pada obat-obat yang mengalami metabolisme di saluran cerna, misalnya penicillin G dan erythromycin oleh asam lambung, levodopa dan klorpromazin oleh enzim dalam dinding saluran cerna, pengosongan lambung dan transit gastrointestinal yang lambat akan mengurangi jumlah obat yang diserap untuk mencapai sirkulasi sistemik. Untuk obat yang waktu paruh eliminasinya pendek misalnya prokainamid, perlambatan absorpsi akan menyebabkan kadar terapi tidak dapat dicapai, meskipun jumlah absorpsinya tidak berkurang.
Absorpsi secara transport aktif terjadi terutama di usus halus untuk zat-zat makanan : glukosa dan gula lain, asam amino, basa purin, dan pirimidin, mineral, dan beberapa vitamin. Cara ini juga terjadi untuk obat-obat yang struktur kimianya mirip struktur zat makanan tersebut, misalnya levodopa, metildopa, 6-merkaptopurin, dan 5-fluorourasil.
Kecepatan absorpsi obat bentuk padat ditentukan oleh kecepatan disintegrasi dan disolusinya sehingga tablet yang dibuat oleh pabrik berbeda dapat pula berbeda bioavailabilitasnya. Adakalanya sengaja dibuat sediaan yang waktu disolusinya lebih lama untuk memperpanjang masa absorpsi sehingga obat dapat diberikan dengan interval lebih lama, sediaan ini disebut sediaan lepas lambat (sustained release). Obat yang dirusak oleh asam lambung atau yang menyebabkan iritasi lambung sengaja dibuat tidak terdisintegrasi di lambung, yaitu sediaan salut enteric (enteric coated).
Absorpsi dapat pula terjadi di mukosa mulut dan rectum walaupun permukaan absorpsinya tidak terlalu luas. Pemberian secara sublingual terhindar dari metabolism lintas pertama di hati karena aliran darah dari mulut tidak melalui hati melainkan langsung ke vena kava superior. Pemberian per rectal sering diperlukan untuk penderita yang muntah-muntah, tidak sadar, dan pasca bedah. Metabolism lintas pertama di hati lebih sedikit dibandingkan dengan pemberian per oral karena hanya sekitar 50% obat yang diabsorpsi dari rectum akan melalui sirkulasi portal. Namun banyak obat meniritasi mukosa rectum, dan absorpsi disana sering tidak lengkap dan tidak teratur.
Distribusi
Distribusi obat didalam tubuh tergantung dari aliran darah dan ditentukan oleh sifat fisikokimianya. Distribusi obat terdapat dalam 2 fase berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh, distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yan perfusinya sangat baik, misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak. Selanjutnya distribusi fase kedua jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ diatas, misalnya otot, visera, kulit, dan jaringan lemak. Distribusi ini mencapai keseimbangan setelah waktu yang lama. difusi ke ruang interstisial jaringan terjadi cepat karena celah antar sel endotel kapiler mampu melewatkan semua molekul obat bebas, kecuali di otak. Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membrane sel dan terdistribusi kedalam sel, sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak akan sulit menembus membrane sel sehingga distribusinya terbatas terutama di cairan extrasel. Distribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan. Derajat ikatan obat dengan protein plasma ditentukan oleh afinitas obat terhadap protein, kadar obat, dan kadar proteinnya sendiri. Pengikatan obat oleh protein akan berkurang pada malnutrisi berat karena adanya defisiensi protein.
Obat dapat terakumulasi dalam sel jaringan karena ditransport secara aktif, atau lebih sering karena ikatannya dengan komponen intrasel yaitu protein, fosfolipid, atau nucleoprotein. Misalnya pada penggunaan kronik, kuinakrin akan menumpuk dalam sel hati. Jaringan lemak dapat berlaku sebagai reservoar yang penting untuk obat larut dalam lemak, misalnya thiopental. Protein plasma juga merupakan reservoar obat. Obat yang bersifat asam terutama terikat pada Albumin plasma, sedangkan obat yang bersifat basa pada asam αı-glikoprotein. Tulang dapat menjadi reservoar logam berat, misalnya (Pb) atau radium, cairan transeluler misalnya asam lambung, berlaku sebagai reservoar obat yang bersifat basa lemah akibat perbedaan pH yang besar antara darah dan cairan lambung. Saluran cerna juga berlaku sebagai reservoar untuk obat oral yang diabsorpsi secara lambat, misalnya obat dalam sediaan lepas lambat. Obat yang terakumulasi ini berada dalam keseimbangan dengan obat dalam plasma dan akan dilepaskan sewaktu kadar plasma menurun, maka adanya reservoar ini dapat memperpanjang kerja obat.
Redistribusi obat dari tempat kerjanya ke jaringan lain merupakan salah satu factor yang dapat menghentikan kerja obat. Fenomena ini terjadi hanya pada obat yang sangat larut lemak, misalnya thiopental. Karena aliran darah ke otak sangat tinggi maka setelah disuntikkan IV, obat ini akan segera mencapai kadar maksimal dalam otak, tetapi karena kadar dalam plasma dengan cepat menurun akibat difusi ke jaringan lain, maka thiopental dalam otak juga secara cepat berdifusi kembali kedalam plasma untuk selanjutnya diretribusi ke jaringan lain.
Distiribusi dari sirkulasi ke SSP sulit terjadi karena obat harus menembus sawar khusus yang dikenal sebagai sawar darah-otak. Endotel kapiler otak tidak mempunyai celah antarsel maupun vesikel pinositotik, tetapi mempunyai banyak taut cekat (tight junction). Disamping itu, terdapat sel gila yang mengelilingi kapiler otak ini. Dengan demikian obat tidak hanya harus melintasi endotel kapiler tetapi juga membrane sel gila perikapiler untuk mencapai cairan interstisial jaringan otak. Oleh karena itu, kemampuan obat untuk menembus sawar darah-otak hanya ditentukan oleh, dan sebanding dengan, dengan bentuk non-ion dalam lemak. Obat yng seluruhnya atau hampir seluruhnya dalam bentuk ion, misalnya Ammonium kuartener atau penicillin, dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke otak dari darah. Penicillin dosis besar sekali dapat masuk kedalam otak, tetapi penicillin dosis terapi hanya dapat masuk kedalam otak apabila terdapat radang selaput otak, karena permeabilitas meningkat ditempat radang. Eliminasi obat dari otak kembali ke darah terjadi melalui 3 cara, yakni :
Secara transport aktif melalui epitel pleksus koroid dari cairan serebrospinal (CSS) ke kapiler darah untuk ion-ion organic, misalnya penicillin.
Secara difusi pasif lewat sawar darah-otak dan sawar darah-CSS di pleksus koroid untuk obat yang larut lemak; dan
Ikut bersama aliran CSS melalui vili araknoid ke sinus vena untuk semua obat dan metabolit endogen, larut lemak maupun tidak, ukuran kecil maupun besar.
Sawar uri yang memisahkan darah ibu dan darah janin terdiri dari sel epitel vili dan endotel kapiler janin; jadi, tidak berbeda dengan sawar saluran cerna. Karena itu, semua obat oral yang diterima ibu akan masuk ke sirkulasi janin. Distribusi obat dalam tubuh janin mencapai keseimbangan dengan ibu dalam waktu paling cepat 40 menit.
Biotransformasi
Biotransformasi atau metabolism obat adalah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan di katalisis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar, rtinya lebih larut air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal. Selain itu pada umumny obat menjadi inaktif, sehingga biotransformasi sangat berperan dalam mengakhiri kerja obat. Tetapi, ada obat yang metabolitnya sama akti, lebih aktif, atau lebih toksik. Ada obat yang merupkan calon obat (prodrug) justru diaktifkan oleh enzim biotransformasi ini. Metabolit aktif akan mengalami biotransformasi lebih lanjut dan/atau diekskresi sehingga kerjanya berakhir.
Reaksi biokimia yang terjadi dapat dibedakan atas reaksi fase I dan fase II. Yang termasuk reaksi fase I adalah oksidasi, reduksi, hidrolisis. Reaksi fase I ini mengubah obat menjadi metabolit yang lebih polar, yang bersifat inaktif, kurang aktif atau lebih aktif daripada bentuk aslinya. Reaksi fase II, yang disebut juga reaksi sintetik, merupakan konjugasi obat atau metabolit hasil reaksi fase I dengan substrat endogen misalnya asam glukoronat, sulfat, asetat, atau asam amino. Hasil konjugasi ini bersifat lebih polar dan lebih terionisasi sehingga lebih mudah diekskresi. Metabolit hasil konjugasi biasanya tidak aktif kecuali untuk prodrug tertentu. Tidak semua obat dimetabolisme melalui kedua fase reaksi tersebut; ada obat yang mengalami reaksi fase I saja (satu atau beberapa macam reaksi). Tetapi kebanyakan obat dimetabolisme melalui beberapa reaksi sekaligus atau secara berurutan menjadi beberapa macam metabolit.
Enzim yang berperan dalam biotransformasi obat dapat dibedakan berdasarkan letaknya dalam sel, yakni enzim mikrosom yang terdapat dalam retikulum endoplasma halus (yang pada isolasi in vitro membentuk mikrosom), dan enzim non-mikrosom. Kedua macam enzim metabolisme ini terutama terdapat dalam sel hati, tetapi juga terdapat di sel jaringan lain misalnya ginjal, paru, epitel, saluran cerna, dan plasma.
Ekskresi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh. Sehingga elimanasi tidak dapat dipisahkan dari Ekskresi Obat.
Eliminasi juga merupakan proses pengeluaran zat/metabolit dengan tujuan menurunkan kadar zat/metabolit dalam tubuh agar tidak menyebabkan akumulasi.
Gambar 4 : Bagian-bagian Ginjal dan Nefron
Organ yang paling penting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresikan dalam struktur tidak berubah atau sebagai metabolit. Jalan lain yang utama adalah eliminasi obat melalui system empedu masuk ke dalam usus kecil, obat atau metabolitnya dapat mengalami reabsorbsi (siklus enterohepatik) dan eliminasi dalam feses (kotoran manusia). Jalur ekskresi yang jumlah obat sedikit adalah melalui air ludah dan air susu merupakan suatu rute yang menimbulkan masalah bagi bayi yang disusui. Zat yang menguap seperti gas anestesi berjalan melalui epitel paru-paru.
Proses Metabolisme dan Eliminasi Obat dalam Tubuh
Obat-obat yang berada dalam tubuh akan dikeluarkan melalui 3 jalan utama, yaitu ginjal, paru-paru, dan sistem empedu. Ekskresi obat melalui paru hanya terjadi pada obat-obat yang berupa gas atau cairan yang mudah menguap. Sebgian obat keluar dari tubuh melalui urine. Beberapa obat dikeluarkan tubuh melalui hepar masuk kedalam empedu, tetapi kebanyakan di antaranya direabsorpsi kembali melalui usus. Hanya beberapa macam obat saja yang dikeluarkan melalui hepar atau empedu dalam jumlah yang berarti, yaitu rifampisin dan kromoglikat. Sebagian obat juga disekresikan ke dalam kelenjar sekresi, seperti air susu ibu atau kelenjar keringat, tetapi secara kuantitatif tidak begitu bila dibandingkan dengan ekskresi obat melalui ginjal, kecuali obat-obat yang memengaruhi bayi yang sedang menyusui.
Macam-macam Jalur Eliminasi Obat
Eliminasi Lewat Ginjal
Ginjal merupakan organ ekskresi yang penting . ekskresi merupakan resultante dari 3 proses antara lain :
1.Filtrasi Glomeruli
2.Sekresi dan reabsopsi oleh tubuli
3.Reabsorbsi / difusi
Peran yang diawali pada nefron yang merupakan kesatuan anatomi-fisiologi dari ginjal.Setiap nefron (1 juta tiap ginjal) merupakan tubulus yang panjang dengan epitel monoseluler, dan terdiri dari dua bagian dengan fungsi yang berbeda yaitu bagian glomerulus dan bagian tubulus.Bagian glomerulus terletak pada daerah perifer ginjal di dalam korteks ginjal. Glomerulus tersebut terbentuk dari kapsul Bowman dan tubuli nefron yang melekuk, terdiri dari jaringan kapiler arterial.
Glomeruli ginjal merupakan keseluruhan kapsul Bowman dan glomerulus vaskuler yang membentuk badan Malphigi yang dapat dilihat dengan mata telanjang ( berukuran 200-300 Mm). Bagian tubulus atau tubulus renalis, diawali dengan tubulus contortus proksimalis yang terletak dalam korteks dan kemudian membentuk kapsul Bowman. Selanjutnya adalah loop Henle yang mengikuti nefron, tertanam cukup dalam di medula; ini didahului oleh tubulus kontortus distalis yang terletak di dalam korteks. Tubulus distalis menyebar kedalam tubulus colengentes yang diakhiri oleh pori uniferes dalam kantong. Urin dikumpulkan melalui ureter dan dialirkan ke dalam vesica urinaria.
Ginjal mempunyai perfusi yang sangat besar yaitu 20% dari debit jantung atau lebih kurang 1 liter darah yang lewat tiap menit didalam arteri renalis. Pada setiap nefron terdapat 2 anyaman kapiler yaitu glomerulus yang terdiri atas pembuluh darah arteri serta darah arteri kapiler yang dialirkan menuju jaringan tubuler arteria-renalis. Darah vena dialirkan melalui vena renalis , dan selanjutnya kembali pada sirkulasi umum( menuju vena cava anterior).Pentingnya permukaan kontak dan tepi yang tipis dari endotelium vaskuler dan epitel nefron memberikan peluang pertukaran antara darah kapiler ginjal dan cairan tubuler. Semua nefron berperan pada proses peniadaan obat , juga pada pembentukan air kemih. Mekanisme yang sama juga terjadi pada filtrasi glomerulus dan penyerapan kembali serta sekresi tubuler.
Fitrasi glomerulus merupakan fenomena pasif yang erat hubungannya dengan parameter kardiovaskuler , khususnya tentang debit jantung dan tekanan arteri. Semua pengurangan aktivitas jantung akan mengurangi debit jantung dan debit ginjal sedangkan pengurangan tekanan arteri akan menurunkan tekanan perfusi dalam arteri renalis akan menurunkan tekanan perfusi dalam arteri renalis dan menurunkan jumlah filtrat dan akibatnya terjadi diuresis.Filtrasi glomerulus sangat efektif karena jumlah dan besarnya pori-pori endothelium glomerulus . Glomerulus dapat menyaring hingga 1/5 volume plasma yang melalui lumen kapsul , volume dari ultrafiltrat glomerulus mencapai 120-130 ml tiap menit. Besarnya pori-pori dapat menyebabkan lolosnya sejumlah partikel dalam plasma, kecuali molekul-molekul besar dengan berat molekul diatas 68.000. jadi ultrafiltrat dari protein plasma komposisinya sama dengan plasma, hal ini menunjukkan bahwa proses ultrafiltrasi glomerulus terjadi secara difusi. Hampir pada semua obat, konsentrasi zat aktif yang terdapat dalam filtrat sama dengan konsentrasi dalam plasma. Hal itu juga berarti bahwa berkaitan dengan ikatan plasmatik , hanya satu fraksi bebas yang terdapat dalam ultrafiltrat dan seimbang dengan fraksi dalam plasma. Beberapa molekul obat tidak dapat berdifusi melalui membran glomerulus, karena berat molekulnya yang besar sehingga molekul-molekul tersebut tetap tinggal dalam lumen vaskuler dan digunakan untuk ekspansi vaskuler ( misalnya dekstran, polivinil-pirolidon dan sebagainya ).
Sekresi tubuler merupakan suatu mekanisme aktif yang ikut berperan dalam pengeluaran senyawa asing dari tubuh bersama urin. Sekresi tubuler akan membantu pengeluaran obat-obat tertentu secara cepat. Ada 2 sistem transport pada tubulus contortus priximal, sebagian untuk asam-asam organik : penisilin, metabolit glukoronat atau sulfat, yang lain untuk basa-basa organik : kinina, amonium kuarterner dan sebagainya.
Kedua sistem tersebut merupakan kriteria transpor aktif transmembran. Tidak ada tipe transpor yang spesifik untuk suatu molekul, adnya persainagn untuk transporer yang sama dapat terjadi antara beberapa molekul. Contoh klasik adalah penisilin dan probenesid. Penisilin merupakan senyawa yang larut air dan mencapai tubulus proximal untuk disekresi (harga klirens penisilina lebih besar dari penyaringan glomerulus yaitu 500 ml/menit); laju eliminasi tidak begitu penting karena obat tersebut mempunyai batas efek terapetik dan mengharuskan penderita disuntik ulang. Untuk memperpanjang efek terapetik maka penisilin diberikan bersama dengan probenesid. Sistem eliminasi probenezid sama dengan sistem eliminasi penisilin, dengan adanya persaingan pada transporter yang sama, maka probenesid akan memperlambat eliminasi penisilin karena ionisasi probenesid yang kuat akan mencegah penyerapan kembali penisilin.Asam para-aminohipurat merupakan tipe yang sama dengan senyawa yang dikeluarkan oleh ginjal. Pengeluarannya relatif terjadi sejak awal pengaliran darah dalam ginjal dan hal itu menguntungkan untuk penentuan aliran darah glomerulus.
Ekskresi Lewat Empedu
Pengaliran darah hati menuju canaliculi biliaris serta zat aktif dan metabolitnya yang terbentuk di dalam hati mengikuti hukum umum perlintasan membran. Difusi pasif molekul-molekul tergantung pada ukurannya, sifat fisiko-kimia serta perbedaan konsentrasi. Mekanisme transpor aktif berperan penting pada eliminasi obat khususnya pada metabolit yang lebih polar dibandingkan senyawa induknya seperti trurunan glokoronat. Seperti pada ginjal, pada empedu juga terdapat 2 sistem transpor aktif transmembran. Mekanisme transpor aktif ini penting untuk beberapa molekul antibiotika terutama tetrasiklin.hal ini karena obat dapat menembus saluran empedu sampai konsentrasi yang cukup untuk pengobatan infeksi.
Dengan adanya cairan empedu di dalam duodenum maka zat aktif dan metabolitnya dapat dikeluarkan melalui pembentukan garam, atau zat aktif diserap kembali di usus, jika sifat-sifat fisiko-kimianya dapat melewati sawar usus dan masuk kembali dalm sirkulasi (siklus entero-hepatik). Fenomena ini menyebabkan obat lebih lama berada di dalam tubuh dan pengeluaran secara definitif baru terjadi melalui ginjal.
Eksresi Lewat Feses
Seperti diketahui zat aktif atau metabolit yang ditiadakan melalui empedu tidak mengalami siklus entero-hepatik. Di dalam feses terdapat pula senyawa yang disekresi oleh getah saluran cerna seperti sekresi ludah (saliva). Feses dapat pula mengandung sejumlah molekul yang dikeluarkan oleh saluran cerna dan tidak diserap kembali oleh mukosa usus. Obat-obat tertentu dapat digunakan untuk memerlukan efek terapi setempat pada sistem pencernaan misalnya sulfaguanidin, bismuth.
Ekskresi Lewat Paru
Sistem pernafasan berperan untuk pengeluaran beberapa senyawa yang berbentuk gas atau zat yang mudah menguap pada suhu tubuh. Gradien tekanan parsiil capillo-alveolaire yang positif dapat mendorong terjadinya difusi pasif sehingga terjadi pengeluaran gas tersebut. Intensitas pengeluaran melalui membran berhubungan erat dengan fenomena ventilasi yang menjamin pembaharuan udara alveoli dan aliran darah di paru. Secara umum pada proses difusi akan terjadi keseimbangan antara tekanan parsiil udara di dalam alveoli dan darah kapiler paru. Penerapan fenomena difusi alveolo-kapiler misalnya pada pengujian alkohol melalui napas, terutama bagi pengendara mobil.
Ekskresi Lewat Lainnya
Pengeluaran obat dari tubuh dapat mempengaruhi kerja obat meskipun secara umum dapat dikatakan bahwa hal itu tidak terlalu berarti, kecuali pada kasus khusus misalnya eliminasi tanpa perubahan bentuk melalui ludah. Oleh sebab itu spiramisin sering diberikan pada stomatologi. Eliminasi yang terbatas ini kadang-kadang dapat digunakan untuk diagnosis adanya alkaloid dalam air ludah. Pengambilan cuplikan ludah pada saat perlombaan pacuan kuda dapat mengontrol adanya "doping" kuda dengan morfin. Selain itu warna merah dari sekresi lakrimalis juga disebabkan oleh rifampisin. Walaupun pengeluaran obat melalui keringat telah lama dikenal seperti jodium, brom, kinin dan sebagainya. Namun mekanisme yang terkait belum diketahui dengan jelas, mungkin bersamaan dengan pembentukan keringat.
Bentuk yang lain dari eliminasi adalah pengeluaran zat aktif melalui air susu ibu (ASI). Dengan mekanisme difusi dan fenomena transpor aktif maka konsentrasi obat tertentu dalam air susu lebih tinggi dibandingkan konsentrasi plasmatik. ASI lebih asam dibanding plasma, sehingga senyawa basa (alkaloid) dapat berdifusi dengan mudah. Molekul-molekul berukuran kecil seperti halnya alkohol dapat segera keluar dan membuat keseimbangan dengan plasm. Meskipun jumlah yang ditemukan kembali dalam ASI jarang yang melebihi 1% dari dosis yang diberikan. Namun hal ini tidak dapat diabaikan karena sistem enzimatik pad bayi belum matang benar, terutamaenzim konjugasi. Demikian pula sisitem saraf pada bayi lebih peka dibandingkan pada orang dewasa.
Orang dewasa juga dapat mengalami masalah berkaitan dengan pengeluaran obat melalui air susu ternak pemakaian penisilin untuk pengobatan mastitis pada sapi perah merupakan awal dari reaksi kepekaan terhadap antibiotika pada manusia. Masalahnya tidak terbatas pada hal di atas, sediaan-sediaan tertentu yang secara luas digunakan pada pertanian terutama yamg daya larut lemaknya besar, seperti pestisida dan herbisida, dapat dikeluarkan melalui susu ternak.
Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dan toksisitas obat maka eliminasi melalui perubahan hayati mempunyai peran yang cukup penting. Karena ginjal berperan dalam proses eliminasi, maka mengingat kinetika obat yang dapat mencapai organ tersebut perlu diperhatikan aturan penggunaan untuk semua obat pada penderita dengan kegagalan ginjal.Hal yang sama terjadi pada penderita kegagalan hati dimana terjadi gangguan fungsi perubahan hayati dan pengeluaran empedu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekskresi obat
Sifat fisikokimia: BM, pKa, kelarutan, tekanan uap.
pH urin
Kondisi patologi
Aliran darah
Usia
PERTEMUAN IV
KONSEP BENTUK SEDIAAN OBAT
Bentuk Sediaan Obat
Bentuk sediaan obat terbagi dalam beberapa golongan bentuk sediaan, yaitu :
Sediaan padat
Sediaan setengah padat
Sediaan cair
Sediaan Gas
Sediaan Padat
Pulvis / pulveres / serbuk
Adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yg dihaluskan ditujukan utk obat dalam atau luar. Pulveres adl serbuk yg masing2 dibungkus dg pengemas yg cocok sekali minum. Pulvis adl bentuk jamaknya pulveres. contoh : serbuk utk obat dalam : puyer bintang toedjoe ; serbuk utk obat luar : sulfanilamide
Gambar 5 : Contoh Obat Serbuk
Tablet
Adalah sediaan padat mengandung bahan obat dg atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan berfungsi sbg pengisi, pengembang, pengikat, pelicin atau fungsi lain yg cocok. Berat tablet antara 50mg-2g, umunya sekitar 200mg-800mg.
Tablet Salut
Adalah tablet yang disalut dengan satu atau lebih lapisan dari campuran berbagai zat seperti damar sintetik, gom, gelatin, pengisi yang tidak larut dan tidak aktif, gula, zat pewarna yang diperbolehkan oleh peraturan, dan kadang-kadang penambah rasa serta zat aktif.
Tablet Bersalut Gula
Tujuannya untuk menutupi rasa, warna dan bau obat.
Gambar 6 : Contoh Obat Bersalut Gula
Tablet Salut Selaput (Film Coated)
Adalah tablet yang dilapisi lapisan selaput tipis dengan zat penyalut yang dikenakan atau disemprotkan pada tablet.
Gambar 7 : Contoh Obat Selaput Tipis (Film Coated)
Tablet Salut Enterik
Adalah Obat yang disalut dengan zat penyalut yang relative tidak larut dalam asam lambung, tetapi larut dalam usus halus
Gambar 8 : Contoh Obat Tablet Salut Enterik
Tablet Effervescent
Adalah sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Gas yang dihasilkan umumnya adalah karbondioksida (CO2). Tablet effervescent terdiri dari campuran antara natrium bikarbonat dengan asam sitrat atau asam tartrat yang apabila dicelupkan ke dalam air maka akan berbuih atau membentuk gas CO2.
Gambar 9 : Contoh Obat Tablet Effervescent
Tablet Sublingual
Adalah tablet yang digunakan dengan cara diletakkan di bawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
Gambar 10 : Contoh Obat Sublingual
Tablet Bukal
Tablet bukal adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
Gambar 11 : Contoh Obat Tablet Bukal
Tablet Lepas Lambat
Adalah sediaan tablet yang dirancang untuk memberikan aktivitas terapetik diperlama dengan cara pelepasan obat secara terus-menerus selama periode tertentu dalam sekali pemberian.
Gambar 12 : Contoh Obat Tablet Lepas Lambat
Tablet Lozenges
Adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih zat aktif, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut.
Gambar 13 : Contoh Obat Tablet Lozenges
Tablet Kunyah
Adalah tablet yang dimaksudkan untuk dikunyah, memberi residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
Gambar 14 : Contoh Tablet Kunyah
Kapsul
Adalah sediaan padat yg terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yg dapat larut. Cangkang kapsul terbuat dari gelatin, pati, atau bahan lain yang cocok.
Gambar 15 : Contoh Obat Kapsul
Suppositoria
Adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yg diberikan melalui rektal, vagina, atau uretra. Sediaan ini dapat meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh.
Gambar 16 : Contoh Obat sediaan Suppositoria
Pil
adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung satu atau lebih bahan obat.
berdasarkan beratnya, dibagi menjadi :
Pil (bobot 60-300mg, bobot ideal 100- 150mg , rata-rata 120 mg).
Boli (pil yang beratnya >300mg).
Granula (1/3 – 1 grain; 1grain = 64,8mg).
parvul (< 1/3grain).
Gambar 17 : Contoh Obat Sediaan Pil
Implant/Pellet/Susuk
adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien), dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan.
Implan atau pelet dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh (biasanya secara subkutan) dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama.
Gambar 18 : Contoh Obat Sediaan Implant
Sediaan Setengah Padat
Salep
Adalah sediaan setengah padat berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunakan untuk pemakaian luar sukar larut dalam air.
Gambar 19 : Contoh Sediaan Salep
Krim
adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung air (>60%), mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
Jenis krim :
Tipe O/W, contoh: vanishing cream
Tipe W/O, contoh: cold cream
Gambar 20 : contoh Sediaan Krim
Pasta
Pasta merupakan salep padat, kaku, keras, dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai penutup atau pelindung.
Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk (>50%) dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak (gliserol, mucilago, atau sabun).
Gambar 21 : Contoh Sediaan Pasta
Gel
Merupakansediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi.
Gambar 22 : Contoh Sediaan Gel
Sediaan Cair
Sirup
Adalah sediaan berupa larutan yg mengandung sukrosa (64-65%)
Jenis sirup :
Sirup simpleks
Sirup obat
Sirup pewangi
Gambar 23 : Contoh Sediaan Sirup
Sediaan Elixir
Adalah sediaan cair yg jernih, manis, merupakan larutan hidroalkoholik, terutama untuk pemakaian oral, biasanya beraroma.
Jenis eliksir:
Non-medicated elixir: bisa sebagai vehikulum
Medicated elixir: sebagai obat.
Gambar 24 : Contoh Sediaan Elixir
Guttea (Obat Tetes)
Merupakan sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspensi, digunakan baik untuk obat luar maupun obat dalam.
Penggunaan obat dalam dilengkapi dg alat penetes berskala.
Gambar 25 : Contoh Sediaan Guttea
Injeksi
Merupakan sediaan steril dan bebas pirogen yg berupa larutan, emulsi, suspensi, maupun serbuk yg dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan.
Gambar 26 : Contoh Obat Sediaan Injeksi
Enema
Adalah suatu larutan yg penggunaannya melalui rektum (anus), digunakan untuk memudahkan buang air besar, mencegah kejang, atau mengurangi nyeri lokal.
Gambar 27 : Contoh Sediaan Enema
Gargarisma / Gargle
adalah sediaan obat berupa larutan yang umumnya pekat dan harus diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
Secara umum, memiliki 2 efek :\
efek kosmetik : membersihkan, menghilangkan atau mencegah bau mulut
Sebagai terapetik : mencegah karies gigi, pengobatan infeksi
Gambar 28 : Contoh Obat sediaan Gargle
Douche
Adalah larutan yg digunakan secara langsung pada lubang tubuh, bermanfaat sebagai pembersih atau antiseptik. Contoh : vaginal douche, eye douche, pharingael douche, dan nasal douche.
Gambar 29 : Contoh Obat Sediaan Douche
Suspensi
Adalah sediaan cair yg mengandung bahan obat yg tidak larut dan terdispersi dalam cairan pembawa. Dalam kemasan terdapat etiket bertuliskan "Kocok Dahulu sebelum digunakan".
Gambar 30 : Contoh Obat Sediaan Suspensi
Emulsi
Merupakan sediaan yg mengandung bahan obat cair yg tidak saling campur, distabilkan dengan emulgator yg sesuai. Juga terdapat penjelasan "kocok dahulu sebelum digunakan" pada kemasannya
Gambar 31 : Contoh Obat Sediaan Emulsi
Infusa
Adalah sediaan cair yg dibuat dari simplisia nabati menggunakan air panas (T:90°C) selama 15 menit.
Gambar 32 : Contoh Simplisia Nabati
Sediaan Gas
Adalah sediaan yang dikemas dibawah tekanan, mengandung zat aktif terapeutik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Sediaan ini digunakan untuk pemakaiaan topical pada kulit dan juga pemakaiaan local pada hidung (aerosol nasal), mulut (aerosol lingual) atau paru-paru (aerosol inhalasi) ukuran partikel untuk aerosol inhalasi harus lebih kecil dari 10 mm, sering disebut juga " inhaler dosis turukur ".
Gambar 33 : Contoh obat sediaan gas
PERTEMUAN V
MACAM-MACAM DOSIS
Definisi Dosis
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yg dapat dipergunakan atau diberikan kepada seorang pasien, baik untuk obat dalam maupun obat luar. Dosis obat diberikan untuk menghasilkan efek yg diinginkan, tergantung banyak faktor, antara lain : umur, berat/bobot tubuh, luas permukaan tubuh, jenis kelamin, kondisi penyakit pasien.
Ketentuan Umum Tentang Dosis :
Dosis Maksimum (DM)
Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu hari.
Dosis Lazim
Dosis ini merupakan petunjuk yg tdk mengikat, tetapi digunakan sebagai pedoman umum.
Regimen Dosis
Jadwal pemberian dosis suatu obat..
Loading Dose
Dosis muatan sbg dosis awal shg tercapai kadar dalam darah yg cukup untuk menghasilkan efek terapetik.
Maintenance Dose
Dosis pemeliharaan untuk mempertahankan kadar obat dalam darah agar tetap menghasilkan efek terapetik.
Macam-Macam Dosis
Dosis terapi : takaran obat yg diberikan dlm keadaan biasa dan dpt menyembuhkan pasien
Dosis minimum : takaran obat terkecil yg diberikan dan masih dpt menyembuhkan serta tdk menimbulkan resistensi pd pasien
Dosis maksimum : takaran obat terbesar yg diberikan dan masih dpt menyembuhkan serta tdk menimbulkan keracunan pd pasien
Dosis toksis : takaran obat dalam keadaan biasa dan dapat menyebabkan keracunan pada pasien
Dosis letalis : takaran obat dlm keadaan biasa yg dapat menyebabkan kematian pada pasien.
Pertimbangan Pengaturan Dosis
Khusus untuk pasien geriatrik dan pediatrik
Geriatrik : berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis terkait usia.
Pediatrik : memiliki bobot lebih kecil dari pasien dewasa dan sistem tubuh tertentu belum berkembang sepenuhnya
Diperlukan beberapa pengetahuan untuk dapat menghitung dosis secara benar dengan :
Memahami perhitungan dosis individual bagi bayi, anak-anak, lansia, orang dengan BB berlebih (obesitas), atau pd pasien dg fungsi ginjal/hati yg terganggu
Memahami satuan-satuan dosis yg digunakan dlm bidang farmasi dan cara konversinya.
Memahami perhitungan dosis yg harus diberikan berdasarkan sediaan obat yg ada (tersedia)
Memahami cara menghitung luas permukaan tubuh
Menghitung sediaan obat
Landasan Perhitungan Dosis
Perhitungan dosis dengan mempertimbangkan beberapa hal, maka perhitungan dosis berdasarkan 3 hal sebagai berikut :
Perhitungan dosisBerdasarkan UmurBerdasarkan BBBerdasarkan Luas Permukaan Tubuh
Perhitungan dosis
Berdasarkan Umur
Berdasarkan BB
Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
Tabel 2 : Landasan Perhitungan Dosis
Perhitungan Dosis Berdasarkan Umur
Perhitungan dosis berdasarkan umur tidak akurat karena tdk mempertimbangkan sangat beragamnya bobot dan ukuran anak2 dlm satu kelompok usia . Obat bebas untuk pediatrik : dosis dikelompokkan atas usia, spt : 2-6thn; 6-12thn; diatas 12thn. Bila kurang dari 2thn, dinyatakan dg : atas pertimbangan dokter.
Persamaan yang digunakan :
Rumus Young (anak dibawah 8 tahun)
n = Usia dalam tahun
Rumus Dilling (anak diatas 8 tahun)
n = Usia dalam Tahun
Rumus Fried (khusus untuk bayi)
= n x DM Dewasa
150
Rumus Augsberger
Untuk 2-12 bulan = (m+13)% dari DUntuk 1-11 tahun = (4n+20)% dari DUntuk 12-16 tahun = (5n+10)% dari DRumus ini lebih tepat, tetapi lebih sulit dipraktekan :
Untuk 2-12 bulan = (m+13)% dari D
Untuk 1-11 tahun = (4n+20)% dari D
Untuk 12-16 tahun = (5n+10)% dari D
m = usia (bulan); n = usia (tahun); D = Dosis Dewasa
Perhitungan Dosis Berdasarkan Bobot
Dosis lazim obat umumnya dianggap sesuai untuk individu berbobot 70kg (154pon), Rasio antara jumlah obat yg diberikan dan ukuran tubuh mempengaruhi konsentrasi obat di tempat kerjanya. Oleh karena itu, dosis obat mungkin perlu disesuaikan dari dosis lazim untuk pasien kurus atau gemuk yg tidak normal.
Rumus Clark :
Dosis = Bobot (pon) x Dosis Dewasa 150
Dosis = Bobot (pon) x Dosis Dewasa
150
Keterangan : 1 kg = 2.2 Pon
Dosis = Bobot (Kg) x Dosis Dewasa 70Rumus Thremick-Fier
Dosis = Bobot (Kg) x Dosis Dewasa
70
Dosis = Bobot (Kg) x Dosis Dewasa 62Rumus Black
Dosis = Bobot (Kg) x Dosis Dewasa
62
Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh merupakan perhitungan dosis yang lebih akurat ketimbang menggunakan rumus perhitungan dengan umur saja, atau dengan berat badan saja, perhitungan dosis BSA (body surface area) ini yang sebaiknya dilakukan terutama untuk pasien pediatric / anak-anak. Rumus perhitungan dosis BSA merupakan turunan dari rumus Du bois and Du Bois. Berikut adalah rumusnya :
Setelah Luas permukaan tubuh (BSA) dihitung, maka dimasukkan kedalam rumus CROWFORD-TERRY-ROURKE dibawah ini untuk melakukan konversi/penyesuaian dari dosis dewasa ke dosis anak-anak, Dosis Perkiraan Konversi = Luas Permukaan Tubuh (LPT) Anak/ LPT Dewasa x DosisDewasa, Seperti dibawah ini :
Kaidah Penulisan Resep
Resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan kepada apoteker pengelola apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan peratuan perundangan yang berlaku. Resep yang benar adalah ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan memenuhi peraturan perundangan serta kaidah yang berlaku. Contoh penulisan resep yang benar :
Dr
Dr
PERTEMUAN VI
ANALGETIKA ANTIPIRETIKA
Arthritis adalah nama gabungan untuk lebih dari seratus penyakit,yang semuanya bercirikan rasa nyeri dan bengkak, serta kekakuan otot dengan terganggunya fungsi alat-alat gerak (sendi dan otot). Yang paling banyak ditemukan adalah artrose arthritis deformans), umumnya tanpa peradangan; kemudian rematik (arthritis rheumatic) dengan peradangan; spondylosis dengan radang tulang punggung; syndrome reiter (dengan radang ginjal dan selaput mata) dan encok. Penyakit lainnya yang jarang ditemukan adalah rema akut (arthritis septic) dan rema jaringan lembut yang menghinggapi jaringan otot.
Artrose
Artrose (arthritis deformans) berasal dari bahasa yunani arthron = sendi, disebut juga osteoartrose atau osteoarthritis. Bercirikan degenerasi tulang yang menipis sepanjang proses penyakit, dengan pembentukan tulang baru, hingga ruang diantara sendi menyempit.
Artrose sering menghinggapi sendi dengan pembebanan besar seperti lutut (pada orang gemuk) dan pinggul, tetapi sering pula pada tangan dan kaki bercirikan penonjolan-penonjolan keras (tulang) yang umumnya tidak nyeri.
Penyebabnya, dapat bermacam-macam, antara lain sendi yang dibebani terlalu berat dengan kerusakan mikro yang berulang kali, seperti pada orang yang Obesitas.
REVIEW MATERI PERSIAPAN UTS
Jelaskan apa itu fase biofarmasi, fase farmakokinetik, dan fase farmakodinamik!
Seorang anak mengaalami kesulitan dalam menelan tablet obat yang diberikan, ternyata anak tersebut tidak bisa meminum obat dalam bentuk tablet, solusi apakah yang akan anda berikan untuk mengatasi kendala tersebut untuk pemberian obat yang sama?
Ada sebuah obat yang bersifat Asam, dan efektif di absorpsi di Usus yang bersifat basa. Bentuk sediaan tablet apakah yang cocok untuk obat tersebut?
Ada seorang anak mengalami kejang-kejang, dengan kondisi anak seperti itu rute pemberian obat sediaan padat apakah yang paling cocok untuk anak tersebut?
Promagh adalah obat untuk mengatasi konsentrasi Asam lambung yang berlebih, dalam pemberiannya anjuran apakah yang harus diberikan kepada pasien dalam mengkonsumsinya?
Obat yang terdapat anjuran "Kocok Dahulu Sebelum Digunakan, termasuk jenis sediaan obat apa saja kah? Dan jelaskan masing-masing kenapa jenis sediaan tersebut harus dikocok dahulu sebelum digunakan!
Seorang anak berumur 6 tahun menderita demam panas, lalu oleh dokter di resepkan Parasetamol, sedangkan Dosis Lazim Parasetamol untuk dewasa adalah 500 mg untuk sekali minum, sebagai seorang perawat anda harus tahu berapa dosis obat yang harus diberikan berdasarkan rumus yang telah saudara pelajari?
Seorang ibu bertanya kepada saudara mengenai dosis obat Ibuprofen untuk anaknya yang berumur 10 tahun, dalam literatur diketahui bahwa dosis lazim ibuprofen untuk dewasa adalah 400 mg, sebagai mahasiswa keperawatan yang telah mempelajari ilmu dasar farmakologi dan sebagai tenaga kesehatan kelak anda harus dapat membantu ibu tersebut, berapakah dosis yang harus diberikan oleh ibu tersebut kepada anaknya?
Di puskesmas terdapat pasien bayi berumur 5 bulan, pasien tersebut di resepkan Amoxicillin oleh dokter, anda sebagai perawat yang merupakan partner dokter harus mengetahui berapa dosis yang tepat untuk anak tersebut, sedangkan anda mengetahui bahwa Dosis Lazim untuk Amoxicillin adalah 500 mg sekali minum untuk dewasa, berapakah dosis yang tepat untuk pasien tersebut?
Dosis lazim parasetamol utk dewasa adl 500mg utk 1x minum. Berapa dosis utk anak dg bobot 40kg? (buat perhitungan dengan Rumus Clark, rumus Thremick-fier, rumus Black!)
R/ Ketoprofen 50 mg
m.f. pulv. In caps. No IX
s 3 dd 1
pro : Rizky
High : 110 cm
Weight : 30 kg
Age : 6 tahun
Buatlah perhitungan BSA berdasarkan data tersebut! (dosis lazim dewasa ketoprofen adalah 2-4 dd 50 mg).