PPE ER RJJA AL LA AN NA AN NK KU UD DA AR RII K KR RIISST TIIA AN NII A UN NN NA AH HW WA AL L JJA AM MA AA AH H AH HL LU UL L SSU M ME EN NU UJJU U IISSL LA AM M Y YA AN NG GD DIIB BA AW WA AO OL LE EH HN NA AB BII
Oleh: SAIM BAKAR
Diterjemahkan oleh: Puncak Gunung Biru
Halaman 1 dari 136
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................... 2 PENGANTAR.................................................... 4 BAB 1: MENGAPA KITA MENJADI SEPERTI INI?..................... 8 BAB 2: “AKIDAH” DITIRU DARI KITAB SUCI YAHUDI............... 11 BAB 3: HUKUMAN MATI YANG DIJATUHKAN OLEH KAUM AHLUL SUNNAH KEPADA ORANG MURTAD DICURI DARI KITAB INJIL KRISTIANI: BUKAN DARI QURAN.................................................. 15 BAB 4: HUKUMAN KAFIR BAGI PERZINAHAN JUGA DICURI DARI INJIL KRISTIANI................................................... 18 BAB 5: MENGAPA NABI TIDAK PERNAH MENGIKUTI AJARAN INJIL..... 24 BAB
6:
ULAMA
MENGAJARKAN
TENTANG
PROSTITUSI,
PEDOFILIA,
PERZINAHAN DAN PERILAKU SEKSUAL TIDAK BERMORAL.............. 30 BAB 7: KEPALSUAN TENTANG IBRAHIM DAN PENGORBANAN ANAK LAKILAKINYA..................................................... 45 BAB 8: MAKANAN HALAL DAN HARAM: KAUM SUNNI DAN SYIAH MEMATUHI KITAB SUCI KRISTIANI/YAHUDI................................. 56 BAB 9: SUNAT ADALAH DARI INJIL, BUKAN DARI QURAN............ 62 BAB 10: HADIS BUKHARI BAHKAN TIDAK DITULIS OLEH BUKHARI..... 65 BAB 11: BEBERAPA HADIS BUKHARI YANG BENAR-BENAR BODOH....... 71 BAB
12:
ULAMA
AHLUL
SUNNAH
DAN
SYIAH
MEMBERIKAN
CERAMAH
TENTANG PERBUDAKAN YANG DIAMBIL DARI INJIL KRISTIANI........ 78 BAB 13: AHLUL SUNNAH MENDUKUNG PRASANGKA INJIL TERHADAP WANITA YANG SEDANG MENSTRUASI...................................... 82 BAB 14: KEYAKINAN AHLUL SUNNAH LAINNYA DARI INJIL – PATUNG.. 85
Halaman 2 dari 136
BAB 15: AJARAN LAIN AHLUL SUNNAH YANG DIAMBIL DARI INJIL – JENGGOT..................................................... 88 BAB 16: BAHKAN KATA ‘AMIN’ PUN DCURI DARI INJIL............. 91 BAB 17: MENGGANTUNG TULISAN SUCI DI DINDING DICURI DARI INJIL ............................................................ 94 BAB 18: PENDAPAT YANG SALAH BAHWA ZAKAT BERARTI PUNGUTAN AGAMA ............................................................ 96 BAB 19: KEBINGUNGAN KAUM SYIAH ATAS AHLUL BAYT............. 101 BAB 20: PERTEMPURAN JAMAL DAN PERTEMPURAN SIFFIN BEREPUTASI BURUK
ANTARA
KAUM
‘SYIAH’
DAN
‘SUNNI’
YANG
TIDAK
PERNAH
TERJADI.................................................... 106 BAB 21: PERJANJIAN REKAAN HUDHAYBIYAH...................... 115 BAB 22: KALIMAT SYAHADAT ABU HURAIRAH DAN AHLUL SUNNAH YANG MERUPAKAN KEPALSUAN........................................ 119 BAB
23:
HIJAAB
–
KEPALSUAN
LAIN
YANG
DITIRU
DARI
INJIL
KRISTIANI.................................................. 129 LINKS:..................................................... 135
Halaman 3 dari 136
PENGANTAR ‘Perjalanan saya dari Kristiani Ahlul Sunnah Wal Jamaah (orang yang berpegang pada Kitab Suci Al Quran dan Sunnah Nabi) menuju Islam yang dibawa oleh Nabi’
Buku ini saya persembahkan kepada saudara-saudara Kristiani saya yaitu Osama bin Laden, Imam Kristen dari Masjid Utama di Mekkah, penganut Syiah Kristiani Ayatullah dari Iran, penganut Kristiani Aga Khan dan keluarga Ismail, penganut Kristiani Qadiani bersaudara dan penganut Kristiani Ahmadiyah, Tarikah dan Sufi bersaudara, Kristiani Tablighi yang hebat serta lebih dari satu milyar umat penganut Ahlul Sunnah Wal Jamaah lainnya dan penganut aliran Syiah di seluruh dunia yang telah tertipu menjadi umat Kristiani. Mereka pikir mereka adalah Muslim padahal selama lebih dari ribuan tahun mereka sebenarnya telah mempraktekkan caracara Kristiani.
Harap baca buku yang sederhana serta mudah dipahami ini agar dapat mengetahui alasanalasannya. Saya menyadari hal ini bukan karena disengaja atau berdasarkan bimbingan dari orang lain namun melalui penelitian yang saya lakukan khususnya dari Quran.
Saya harap Anda membaca keseluruhan buku ini dengan pikiran yang obyektif dan cerdas (bukan merupakan hal mudah bagi Ahlul Sunnah atau Syiah) dan saya harap buku ini akan membantu Anda dalam perjalanan menuju Islam yang indah dan kuat yang diturunkan kepada Nabi Islam.
Kecurigaan awal saya tentang pengaruh Kristiani atas Ahlul Sunnah dan Syiah adalah adanya begitu banyak kemiripan dalam keyakinan antara Kristiani dan Ahlul Sunnah serta Syiah yang diajarkan sejak kita masih kecil. Namun kita telah diajar oleh para ulama Ahlul Sunnah dan Syiah bahwa hal yang benar bila ada begitu banyak kemiripan dengan ajaran Kristen dan juga Yahudi karena semua kitab suci Yahudi dan kitab Injil umat Kristiani memuat ajaranajaran yang sama. Hal ini tidak benar sama sekali. Hanya Quran yang mengandung Kebenaran yang tidak goyah oleh segala pemeriksaan, kritik maupun penyelidikan. Kitab suci Yahudi dan Kristiani mengandung begitu banyak kepalsuan.
Namun (sayangnya dan juga hal yang menyedihkan) saya akan buktikan dalam buku ini bahwa apa yang tertulis dalam kitab suci Kristiani dan Yahudi yang diterima oleh para ulama Ahlul Sunnah dan Syiah sebenarnya bukan bagian dari ajaran-ajaran Nabi.
Halaman 4 dari 136
Hal yang sejak awal membuat saya khawatir adalah ayat-ayat Quran berikut ini:
[Surat 3:100] Hai orang-orang yang beriman! Bila kamu mematuhi segolongan orang diantara mereka yang diberi Kitab, maka mereka akan mengembalikan kamu sebagai kafir setelah kamu beriman.
[Surat 3:101] Namun bagaimana bisa kamu menjadi tidak beriman bila kamu kepada siapa dibacakan ayat-ayat Allah, dan diantara kamu adalah Nabi-Nya? Dan siapapun yang berpegang teguh kepada Allah, maka ia sesungguhnya akan dibimbing menuju jalan yang benar.
Dalam ayat-ayat ini Nabi memperingatkan kita bahwa hal yang pasti bahwa orang-orang dari Kitab Suci tersebut (Kristiani dan Yahudi) akan berupaya membelokkan umat Muslim dari Islam dan mengembalikannya kepada agama mereka.
Bila itu masalahnya maka bagaimana bisa Nabi kemudian mengajarkan kita segalanya yang TIDAK DITEMUKAN dalam Quran namun hanya ada dalam Kitab Injil Kristiani dan kitab suci Yahudi? Kita akan kembali membahas masalah ini secara lebih detail.
Namun sebelum saya membahas lebih jauh penting kiranya bila kita membicarakan sekilas tentang Quran. Tak seorangpun – bukan Ayatullah di Iran, bukan Imam Utama di Masjid Besar di Mekah ataupun ulama besar lainnya dari Ahlul Sunnah atau Syiah yang mengetahui kandungan Quran dari awal hingga akhir. Mereka mengumandangkan Quran seperti menyanyikan lagu dari buku mantera tanpa mengetahui makna sesungguhnya.
Quran merepresentasikan ucapan Nabi yang sesungguhnya – ucapan-ucapan yang diturunkan kepadanya oleh Allah. Quran sangat jelas dalam hal ini:
Surat 69:40 ‘Sudah pasti, ini adalah ucapan-ucapan Nabi yang mulia’.
Bahasa Arabnya jelas: “Innahu la kaulu rasuulin kariim”. ‘Kaulu’ artinya ucapan. Sesungguhnya Quran merepresentasikan ucapan Nabi. Bila kita membaca Quran dalam bahasa Arab kita sebenarnya membacakan ucapan-ucapan yang pertama kali diutarakan oleh Nabi. Halaman 5 dari 136
Oleh karena itu saya ingin menafsirkan ayat-ayat Quran yang saya kutip dalam buku ini dengan kata-kata ‘Nabi berkata…’
Quran telah diturunkan kepada kita juga sebagai kitab suci yang pasti atau norma/ukuran. Kata Arab untuk norma/ukuran adalah ‘furqan’. Berikut ini ayatnya:
[Surat 25:1] “Maha Suci lah Dia yang menurunkan Furqon kepada hambaNya sehingga ia menjadi pengingat bagi bangsanya”.
Kini merupakan logika yang sangat sederhana bahwa kitab yang pasti tersebut hanya memastikan hal-hal yang ditemukan dalam lembar-lembar halamannya. Misalnya Quran mengatakan bahwa Allah menciptakan wanita pertama Seorang Diri dan darinya Allah menciptakan pasangannya. Kita akan membahas ini secara lebih detail nanti.
Tak ada bagian dalam Quran yang menyebutkan bahwa Allah menciptakan wanita dari tulang rusuk pria dimana hal ini tertera dalam Kitab Injil Kristiani dan juga ditemukan dalam hadis palsu. Jelasnya (dan juga sebenarnya) Quran tidak membenarkan kutipan-kutipan dalam Kitab Injil Kristiani yang mengatakan bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk pria.
Namun para ulama Ahlul Sunnah dan Syiah percaya bahwa sesungguhnya wanita tercipta dari tulang rusuk pria. Mereka meniru kisah dalam Kitab Injil berikut ini:
Genesis 2 : 21 - 23: “Namun Adam tidak bisa menemukan pendamping yang sesuai. 21 Sehingga Tuhan Allah membuat pria itu tertidur lelap; dan selagi ia tidur, ia mengambil salah satu tulang rusuk pria itu [i] dan menutup tempat itu dengan daging. 22 Kemudian Tuhan Allah menciptakan seorang wanita dari tulang rusuk yang diambilnya dari pria itu dan membawa wanita itu kepadanya. 23 Pria itu berkata, “Sekarang tulang ini menjadi bagian dari tulang saya dan daging dari daging saya; ia disebut wanita, karena ia diciptakan dari pria.”
Kisah ini tidak ditemukan dalam Quran dan karenanya Quran tidak membenarkan kisah ini. Untuk meluruskan penyimpangan ini dari kebenaran Quran, para ulama Ahlul Sunnah mengatakan kendati Quran tidak mengatakan demikian, namun hal itu bisa ditemukan dalam ucapan-ucapan Nabi yang merupakan pelengkap Quran yang disebut Ahlul Sunnah sebagai ‘hadis’ dan kaum Syiah menyebutnya ‘khabar’. Halaman 6 dari 136
Saya ingin berhenti sejenak di sini. Pembaca harus berhenti dan merenungkan hal ini sejenak karena hal ini penting. Para ulama Ahlul Sunnah dan Syiah dengan cara demikian mengakui bahwa keyakinan-keyakinan Kristiani ini TIDAK ditemukan dalam Quran tapi ditemukan dalam tulisan-tulisan pelengkap Quran yang disebut hadis atau khabar.
Untuk mengatasi perbedaan-perbedaan ini, para ulama Ahlul Sunnah dan Syiah membuat kepalsuan lebih jauh dengan mengatakan bahwa kumpulan hadis dan khabar mereka yang aneh dan palsu (keduanya semestinya merupakan catatan dari ucapan-ucapan Nabi) memiliki kualitas sama dengan Quran yang diturunkan.
Saya juga akan membahas lebih detail tentang kepalsuan hadis dalam bab-bab mendatang.
Ahlul Sunnah memiliki ribuan hadis. Hingga kini mereka tidak mampu menjelaskan yang manakah dari koleksi hadis mereka yang lengkap dan memadai. Misalnya bila kita bertanya kepada Ahlul Sunnah ‘Dapatkah kamu tunjukkan kepada saya koleksi lengkap dari semua yang disebut hadis Nabi?’ mereka akan tercengang. Mereka tidak memiliki satupun.
Halaman 7 dari 136
BAB 1: MENGAPA KITA MENJADI SEPERTI INI? Dalam menanyakan pertanyaan ini saya merujuk pada agama-agama yang dianut oleh manusia. Mengapa kita adalah pemeluk agama Kristiani, Hindu, Budha, pengikut aliran Ahlul Sunnah (Sunni), Syiah, Yahudi, Zoroastrian dan sebagainya? Jawaban yang diberikan pada umumnya adalah karena kita dilahirkan dalam keluarga yang sudah menganut salah satu dari agama-agama tersebut. Sesederhana itu saja. Beberapa dari kita ingin mempertanyakan apa yang telah diajarkan oleh orang tua dan kakek nenek kita.
Umat Hindu menempelkan debu pada dahi mereka dan berdoa kepada patung berukir yang mereka yakini merepresentasikan para dewa mereka. Mereka melakukan hal ini karena orang tua mereka mengajarkan demikian. Batu berukir berbentuk manusia dengan telinga gajah misalnya merupakan representasi dari dewa Hindu. Lainnya seperti kaum Sunni dan Syiah menganggap bahwa keyakinan tersebut tidak masuk akal.
Mengapa hal itu tampak tidak masuk akal bagi kaum Sunni dan Syiah? Karena mereka berasal dari keluarga dimana para orang tua mengajarkan anak-anaknya untuk berdoa menghadap bangunan batu di Mekkah yang mereka sebut Ka’bah. Bagi kaum Sunni dan Syiah representasi tuhan dalam bentuk sebuah batu yang mirip campuran manusia dan gajah tidak bisa diterima. Bagi kaum Sunni dan Syiah berdoa menghadap bangunan berbentuk kubus yang juga terbuat dari batu lebih masuk akal ketimbang bersembahyang di hadapan bentuk gajah dan manusia yang juga terbuat dari batu.
Namun bagi umat Nasrani, baik cara Sunni dan Syiah berdoa menghadap bangunan batu dan cara umat Hindu berdoa menghadap batu berukir juga dianggap tidak masuk akal karena mereka diajarkan oleh orang tua untuk berdoa menghadap salib yang terbuat dari batu atau kayu atau bahkan berdoa menghadap batu berukir berbentuk manusia menyerupai Yesus atau ibunya Maria. Bagi umat Nasrani, lebih masuk akal bahwa mereka berdoa menghadap salib, Yesus dan Maria.
Selanjutnya adalah umat Yahudi yang menganggap hal paling suci dari semua yang suci adalah dinding batu di Jerusalem. Orang tua mereka mengajarkan untuk menganggukkan kepala serta menggoyang-goyang tubuh kian-kemari sambil meratap di depan Dinding Ratapan. Berdoa dengan menghadap dinding batu lebih masuk akal bagi umat Yahudi
Halaman 8 dari 136
ketimbang berdoa menghadap salib, bangunan batu atau batu berukir berbentuk campuran manusia-gajah.
Umat Zoroastrian telah membuang semua bentuk batu ini. Namun umat Zoroastrian masih memiliki ‘api suci’ – api abadi yang tidak boleh padam.
Setiap orang yang lahir dalam keluarga penganut sunni, syiah, Zoroastrian, Hindu, Nasrani atau Yahudi akan mati-matian membela agama mereka hanya karena terlahir sebagai penganut agama tersebut. Ada beberapa yang pindah ke agama lain tentu saja yang pindah karena pilihan namun setelah berubah agama anak-anak mereka secara otomatis memeluk agama yang dianut oleh orang tuanya.
Mengapa kita begitu percaya dan taat pada agama kita? Sekali lagi jawabannya adalah karena kita terlahir sebagai pemeluk agama-agama ini. Kita menyalahkan orang tua. Kita mewarisi agama dari orang tua kita.
Apakah yang dikatakan Quran tentang warisan agama dari orang tua?
[Surat 2:170] Dan ketika dikatakan kepada mereka, Ikutilah apa yang diturunkan Allah, mereka berkata: Tidak! Kami hanya mengikuti apa yang diikuti oleh nenek moyang kami. Dan kendati apa yang diikuti oleh nenek moyang mereka sama sekali tidak masuk akal atau tidak mengikuti jalan yang benar.
[Surat 7:28] Dan ketika mereka melakukan perbuatan yang tidak pantas mereka berkata: Kami dapati nenek moyang kami melakukan ini, dan Allah memerintahkannya kepada kami. Katakan: Tentu Allah melarang perbuatan tidak pantas; apakah kamu mengatakan hal yang menentang Allah atas apa yang tidak kamu ketahui?
[Surat 7:173] Atau kamu seharusnya berkata: hanya nenek moyang kami yang menyekutukan lainnya (dengan Allah) sebelumnya dan kami hanyalah mengikuti mereka: Maka apakah kamu akan membinasakan kami atas perbuatan orang-orang sesat dulu?
Dengan demikian kita tidak bisa menyalahkan agama kita atas tindakan para nenek moyang kita. Tuhan akan meminta kita bertanggung jawab atas keyakinan yang kita miliki – bukan atas keyakinan nenek moyang kita karena ‘Bagaimana bila nenek moyang kita telah tersesat? Halaman 9 dari 136
Bagaimana kita menjawabnya? Tentu kita harus bertindak sendiri tanpa paksaan dan menggunakan pertimbangan yang bijak ketimbang hanya menyalahkan nenek moyang kita.
Adalah sukar bagi manusia untuk percaya pada Tuhan yang gaib padahal hal itu diwajibkan atas manusia:
[Surat 2:3] Mereka yang yakin kepada Tuhan yang gaib dan menjunjung komitmen serta menafkahkan apa yang telah diberikan kepada mereka.
Namun manusia menghendaki sesuatu yang berwujud – batu berukir, bangunan, salib, tembok, bahkan api. Sesuatu yang memudahkannya untuk fokus pada dewanya. Dan ia juga menyalahkan nenek moyang atas ajaran-ajaran religius yang logis. Namun Tuhan yang Esa menginginkan kita percaya pada yang Gaib. Tak ada manifestasi apapun terhadap Tuhan yang Gaib. Ini merupakan Keyakinan.
[Surat 2:170] Dan ketika dikatakan kepada mereka, Ikutilah apa yang diturunkan Allah, mereka berkata: Tidak! Kami hanya mengikuti apa yang diikuti oleh nenek moyang kami. Dan kendati apa yang diikuti oleh nenek moyang mereka sama sekali tidak masuk akal atau tidak mengikuti jalan yang benar.
Namun manusia tidak akan begitu saja berhenti memuja obyek-obyek berwujud. Kaum Sunni dan Syiah akan menolak untuk membaca dan memahami Quran. Mereka akan menolak ajaran Quran yang jelas yang menyangkal semua keyakinan Sunni dan Syiah yang dicuri dari Kitab Injil. Ketimbang harus mengubah kebiasaan dan adanya rasa takut kehilangan rasa nyaman, kaum Sunni dan Syiah lebih memilih untuk mempertahankan agama nenek moyang mereka tanpa ingin mencari tahu apa yang tertulis dalam Quran. Kaum Sunni dan Syiah akan terus mendukung Kitab Injil.
Halaman 10 dari 136
BAB 2: “AKIDAH” DITIRU DARI KITAB SUCI YAHUDI Penutup kepala untuk wanita (jilbab) yang digunakan oleh kaum Sunni dan Syiah merupakan ide yang dicuri dari Kitab Injil Nasrani. Ide pemakaian jilbab ini BUKAN merupakan caracara Islam dan jelas bukan berasal dari Quran dan Nabi.
Kita akan lihat bukti-bukti dalam buku ini bahwa Hukum Syariah dalam sistem Syariah kaum Sunni ditiru dari Kitab Injil Nasrani. Hukum tersebut BUKAN dari Islam atau Quran yang diajarkan Nabi. Keyakinan kaum Sunni seperti hukuman mati bagi orang murtad juga merupakan ide jahat yang dicuri dari Kitab Injil Nasrani. Untuk permulaan saya ingin membicarakan tentang satu ide lain dari kaum Sunni yang sebenarnya merupakan tiruan dari Kitab Injil Nasrani. Ide itu adalah konsep Ahlul Sunnah yang disebut ‘Akidah’.
Sembari kita membahas hal-hal ini saya ingin untuk tetap mengingatkan pembaca bahwa Ahlul Sunnah dan Syiah sebenarnya mempraktekkan cara-cara Nasrani. Mereka mendukung ajaran-ajaran Kitab Injil Nasrani dimana mereka telah dibodohi bahwa keyakinan mereka merupakan bagian dari agama Ahlul Sunnah dan Syiah mereka.
Dalam agama Sunni konsep “akidah” sangatlah penting (bahasa Yahudi: akidah, bahasa Arab: juga akidah). Definisi akidah berikut ini diambil dari situs ISLAMIC DA’WAH NET dengan alamat: http://www.usc.edu/dept/MSA/introduction/aqeedah_alqari.html
“Oleh karena itu al-akidah menurut para ahli agama Islam adalah: keyakinan yang teguh dimana hati seseorang telah merasa pasti tanpa tergoyahkan atau ragu. Hal ini mengesampingkan segala dugaan, keraguan atau kecurigaan.”
Kenyataannya ini adalah perhatian utama bagi kaum Sunni bahwa ‘akidah’ atau keyakinan beragama mereka berada di jalan yang benar. Mereka selalu khawatir bila ‘akidah’ diselewengkan atau dibengkokkan, khususnya bila itu merupakan ‘akidah’ tetangga mereka. Mereka merasa ‘lebih suci ketimbang yang lainnya’. Mereka selalu menilai akidah tetangga mereka.
Misalnya dalam perseteruan tiada akhir antara pengikut kaum Syiah dan Ahlul Sunnah, pengikut kaum Ahlul Sunnah berkata kendati dari luar mereka memiliki kesamaan dengan Halaman 11 dari 136
kaum Syiah (misalnya kedua kelompok tersebut berbusana seperti Pencuri dari Baghdad), namun mereka memiliki akidah yang berbeda dalam hal inti keyakinan. Ini menjadi alasan bagi mereka untuk saling membunuh satu sama lain.
Kaum Sunni yang fleksibel mengatakan hal yang berlawanan – mereka bilang bahwa kendati mereka memiliki perbedaan, namun Syiah dan Sunni sebenarnya memiliki akidah yang sama.
Kebenarannya adalah kata ‘akidah’, yang merupakan sumber perselisihan antara pengikut Ahlul Sunnah karena menganggap dirinya lebih hebat ketimbang orang lain, tidak pernah ditemukan dalam Quran untuk menandakan keimanan, keyakinan dan kepercayaan beragama, dan lain-lain. Dalam Quran Allah dan Nabi tidak pernah mengajarkan apapun tentang ‘akidah’ yang merujuk pada ‘keimanan beragama’. Quran hanya menyebut keimanan atau ‘iman’ (bahasa arab: eeman). Sebenarnya kata ‘akidah’ ini bahkan tidak ditemukan dalam Quran. Ada beberapa turunan kata seperti ‘uqdah’ yang merujuk pada ‘ikatan perkawinan’ (2:235) atau ‘aqada’ yang merujuk pada pembagian warisan yang adil (4:33) namun tak ada kata ‘akidah’ dalam Quran begitupula tidak ditemukan segala referensi akidah sebagai keyakinan beragama atau keimanan yang mengikat dalam Quran.
Dalam upaya mereka menutupi tindakan peniruan konsep akidah sebagai ‘keimanan yang mengikat’ dari Kitab Injil, beberapa pengikut Sunni mencoba mengatakan bahwa ‘akidah’ ditemukan dalam Quran. Sangat mengenaskan bahwa mereka tidak mampu membuktikan hal ini. Berikut ini satu argumen dari kaum Sunni:
“Kata Al-akidah berasal dari istilah aqada. Dalam bahasa Arab, satu pernyataan, ”Aqada berarti tali” bila tali diikat dengan kencang. Dan, ”Aqada berarti penjualan” atau ”Dia menyelesaikan penjualan” bila seseorang mensahkan dan menutup kontrak penjualan atau perjanjian. Dan Allah berkata dalam Quran, “Dan bagi mereka yang tangan kanannya membuat perjanjian (Ar.,aqadat)” (Al-Nisa 33). Dan Allah juga berkata, “Namun Dia memintamu untuk menjaga sumpah yang kamu lakukan dengan bersungguh-sungguh (Ar.,aqadtum) (Al-Maidah, 89) yang berarti tunduk dan patuh, sebagaimana terbukti dalam ayat tersebut, “Dan janganlah kamu mengingkari janji setelah kamu menegaskannya” (AnNahl, 91). Sebenarnya tak satupun dari ayat-ayat yang mereka kutip di atas yang memiliki hubungan dengan konsep ‘kepercayaan teguh dimana hati seseorang telah mantap tanpa tergoyahkan atau ragu’. Setiap ayat-ayat yang disebutkan di atas membawa arti sendiri yang tidak ada Halaman 12 dari 136
hubungannya dengan konsep akidah ciptaan ini. Ini merupakan penjelasan lemah yang terlambat diberikan oleh ulama Sunni yang muncul untuk mengisi kesenjangan argumenargumen mereka.
Dari mana ide kaum Sunni ini dan juga kata ‘akidah’ berasal? Adakah yang bersedia menerkanya? Itu berasal dari Kitab Injil Nasrani, dalam hal ini Kitab Injil berbahasa Yahudi. Dan hal itu TIDAK ditemukan dalam Quran. Akidah juga merupakan kata dalam bahasa Yahudi.
Oxford Companion untuk Kitab Injil membahas tentang ‘akidah’ pada halaman 43.
“Akidah: Kata dalam bahasa Yahudi yang berarti ‘mengikat’ dan merupakan istilah umum untuk Genesis 22:1 - 19 dimana Tuhan menguji Ibrahim dengan memerintahkannya untuk mengorbankan anak laki-lakinya Ishak. Ibrahim ‘mengikat’ Ishak (ayat 9).”
“Kitab Perjanjian Baru” merujuk kepada akidah bukan sebagai contoh dari penebusan kematian berkorban namun lebih tepatnya sebagai contoh dari “KEYAKINAN”. Simaklah ayat-ayat berikut ini:
[Jas 2:21] Apakah tindakan Ibrahim bapak kita dibenarkan, saat ia mempersembahkan anaknya Ishak di atas altar?
[Heb 11:17] Dengan KEYAKINAN Ibrahim, saat ia diuji, mempersembahkan Ishak, dan ia yang telah menerima janji siap untuk mempersembahkan anak laki-laki satu-satunya,
[Rom 4:16] Itulah sebabnya hal tersebut bergantung pada KEYAKINAN, agar janji tersebut mendatangkan rahmat dan menjadi jaminan bagi semua keturunannya – tidak hanya bagi mereka yang patuh pada hukum namun juga bagi mereka yang memiliki keyakinan yang sama dengan Ibrahim, karena ia adalah nenek moyang kita semua.”
Oxford Companion juga mengatakan bahwa “Dari zaman purbakala AKIDAH telah dilukiskan dalam seni. Misalnya hal itu muncul dalam lukisan dinding pada abad ketiga CE SYNAGOGUE di Dura-Europos dan pada mosaik lantai abad keenam SYNAGOGUE yang terdapat pada Beth Alpha.”
Halaman 13 dari 136
Jauh sebelum pengikut Sunni menganggap ‘akidah’ sebagai ‘keyakinan yang teguh dimana hati seseorang telah merasa mantap’ kaum Yahudi dan Nasrani telah membuat lukisan dan ilustrasi tentang akidah atau ‘keyakinan yang mengikat’ pada Abad Ketiga dan Abad Keenam.
Nabi diyakini muncul sekitar abad Ketujuh (begitu pendapat mereka). Kaum atau madhab Ahlul Sunnah belum muncul hingga sekitar abad Kesepuluh. Ide-ide Sunni mengenai akidah tidak ditulis hingga setelahnya. Jadi umat Kristiani telah tujuh ratus tahun sebelumnya mulai membicarakan tentang ‘akidah’.
Sekali lagi Kitab Injil merupakan sumber nyata dari ‘akidah’ atau kepercayaan beragama Ahlul Sunnah dan Syiah. Mereka telah menjiplak kepercayaan beragama mereka dari Kitab Injil Kristiani. Tak satupun yang mereka lakukan berasal dari Quran. Ahlul Sunnah dan Syiah sebenarnya adalah penganut Kristen yang baik.
Halaman 14 dari 136
BAB 3: HUKUMAN MATI YANG DIJATUHKAN OLEH KAUM AHLUL SUNNAH KEPADA ORANG MURTAD DICURI DARI KITAB INJIL KRISTIANI: BUKAN DARI QURAN Hukum Syariah Ahlul Sunnah telah menyusun Pelanggaran Hudood yang meliputi pelanggaran kemurtadan atau irtidaa yang mana menurut mereka adalah hukuman mati. Berdasarkan Hukuman Hudood dari Hukum Syariah seorang yang murtad harus dibunuh.
Dalam Quran tak ada hukuman bagi orang murtad. Menurut Allah dan Nabi, dalam Quran dinyatakan seseorang bisa masuk atau keluar dari suatu keyakinan. Inilah ayat Quran yang membuktikan hal itu:
Surat 4:137 ‘Tentu mereka yang beriman kemudian tidak beriman, sekali lagi beriman dan kemudian tidak beriman lagi, kemudian semakin tidak beriman, Allah tidak akan mengampuni mereka ataupun membimbing mereka ke jalan yang benar’.
Bila kita yakin akan Allah, maka kita akan diberi petunjuk. Bila kita tidak percaya kepada Allah, maka Allah akan menangani kita pada hari Kiamat. Inilah yang telah diajarkan Nabi kepada kita. Dalam Quran tidak disebutkan tentang hukuman sementara untuk orang murtad, selain dari nasibnya yang akan ditentukan oleh Allah.
Namun dari mana asal keyakinan Ahlul Sunnah bahwa orang murtad harus dibunuh? Keyakinan itu berasal dari Kitab Injil Kristiani. Keyakinan yang sangat berbahaya dan jahat ini yaitu orang murtad harus dibunuh telah menciptakan pertumpahan darah dan perpecahan diantara umat pada abad-abad sebelumnya.
‘Kamu bukan bagian dari kelompok kami, oleh karenanya darahmu adalah halal’ adalah teriakan penyemangat dari begitu banyak jiwa yang tersesat yang telah menghancurkan begitu banyak bangsa di masa lalu.
Di banyak negara penganut aliran Ahlul Sunnah seperti Saudi Arabia, Pakistan dan Malaysia – bila anda bukan PENGIKUT dari sekte Ahlul Sunnah anda bisa dipenjara dan didenda. Di Saudi Arabia, para pengikut aliran Syiah diperlakukan secara berbeda. Di Pakistan dari waktu
Halaman 15 dari 136
ke waktu kaum Syiah ditembak dan dibunuh oleh Ahlul Sunnah. Tentu kaum Syiah juga membalas tindakan itu.
Keyakinan yang salah diantara pengikut Ahlul Sunnah adalah mereka harus menghukum orang murtad tidak memiliki dasar dalam Quran. Ini adalah keyakinan salah lainnya dari Ahlul Sunnah yang dicuri dari Kitab Injil Kristiani dan kemudian diterima sebagai ajaran Nabi, sunnah Nabi dan sebagainya. Berikut ini sumber dari ajaran salah Kitab Injil:
Leviticus 24:16
‘Selain itu, orang yang mengotori nama Tuhan tentu akan dihukum mati; semua jemaah tentu akan melemparinya dengan batu. Orang asing juga penduduk asli, jika mengotori NamaNya, harus dihukum mati.
Disini menurut kitab Leviticus dalam Kitab Injil ini, setiap orang yang mengotori nama Tuhan harus dihukum mati. Ia harus dilempari batu hingga mati. Berikut ini lebih banyak lagi kegilaan ‘mari kita bunuh orang murtad’ dari Kitab Injil Kristiani:
Deuteronomy 13:5
‘Nabi atau pemimpi itu harus dibunuh, karena dia telah melawan Tuhanmu yang membawamu dari tanah Mesir dan menebusmu dari rumah perbudakan, membujukmu keluar dari jalan yang diperintahkan Tuhanmu untuk dijalani. Maka kamu harus membinasakan setan-setan yang ada di sekelilingmu”.
Menurut Injil setiap orang yang berpikir secara berbeda (pemimpi) harus dibunuh. Ini merupakan ajaran yang sesungguhnya dari Kitab Injil Kristiani. Bunuh saja orang yang tidak mau lagi beriman seperti kamu. Berikut ini lebih banyak lagi pembunuhan dari kitab Injil.
Deuteronomy 13:6-10
“Bila saudara laki-lakimu, ibu anak laki-lakimu, anak laki-laki atau anak perempuanmu atau istri yang kamu cintai membujukmu secara diam-diam dan berkata: ‘Mari kita pergi dan melayani dewa lain’ maka kamu tidak boleh menyerah atau mendengarkannya; dan matamu tidak boleh mengasihaninya atau menaruh belas kasihan atau melindunginya. “Yang harus Halaman 16 dari 136
kamu lakukan adalah membunuhnya; tanganmulah yang pertama melawannya dan membunuhnya dan setelahnya tangan semua orang. “Kamu harus melemparinya dengan batu hingga dia mati karena ia telah berusaha membujukmu untuk menjauhi Tuhan yang telah menolongmu dari tanah Mesir, mengeluarkanmu dari rumah perbudakan.”
Inilah yang dikatakan Injil. Mereka yang menghujat nama Tuhan, mereka yang merupakan ‘pemimpi’, mereka yang memintamu untuk melayani dewa-dewa lain semuanya harus dibunuh. Dan para ulama serta pendeta lah yang memiliki kata akhir dalam memutuskan apa arti sesungguhnya dari penghujatan, siapa yang menjadi pemimpi sesungguhnya, siapa yang sesungguhnya ‘membujukmu’, dan lain-lain. Bila para ulama mengatakan Anda bukan merupakan bagian dari ‘akidah’ mereka maka Anda bisa dibunuh.
Bagaimanapun ini BUKAN ajaran Islam, Allah atau Nabi. Allah tidak pernah menurunkan apapun seperti hal ini kepada Nabi. Sebaliknya Allah dan Nabi sangat jelas tentang apa yang harus dilakukan terhadap mereka yang berubah dari beriman menjadi tidak beriman dan kemudian kembali lagi beriman dan selanjutnya tidak beriman kembali.
[Surat 4:137] Tentu mereka yang beriman kemudian tidak beriman, sekali lagi beriman dan kemudian tidak beriman lagi, selanjutnya semakin tidak beriman, Allah tidak akan mengampuni mereka atau membimbing mereka ke jalan yang benar.
Manusia terus berubah keyakinan seperti ini. Quran memberikan kebebasan untuk beriman dan tidak beriman namun orang semacam itu yang bersikeras untuk tetap tidak beriman tidak akan diampuni Tuhan. Tidak ada hukuman bersifat duniawi yang diperintahkan dalam Quran untuk orang-orang yang menolak untuk beriman. Hukuman mati yang jahat dan kejam ini bagi orang murtad ini diambil dari Kitab Injil Kristiani.
Injil dan Hukum Syariah Ahlul Sunnah tidak memberikan kebebasan berkeyakinan. Menurut Injil dan Hukum Syariah Ahlul Sunnah, seseorang harus dihukum mati bila berubah sikap dari beriman menjadi tidak beriman. Sekali lagi jelas bahwa ulama Ahlul Sunnah menolak ajaran Allah dan Nabi dalam Quran. Sebaliknya mereka malah menjiplak ajaran Injil dan menganggapnya sebagai ajaran Nabi.
Halaman 17 dari 136
BAB 4: HUKUMAN KAFIR BAGI PERZINAHAN JUGA DICURI DARI INJIL KRISTIANI Dalam bab ini saya ingin menunjukkan lebih banyak bukti dari apa yang disebut Hukum Hudood (bagian dari Hukum Syariah agama Ahlul Sunnah) yang ditiru dari Kitab Injil Kristiani. Dalam hal ini kita harus mencermati hukum-hukum yang berkaitan dengan hukuman bagi perzinahan.
Hukum Syariah menyatakan bahwa kedua orang yang berzinah harus dilempari batu hingga mati. Bila pasangan tersebut belum menikah maka hukumannya berupa cambuk sebanyak 100 kali. Ini merupakan penghujatan besar terhadap Nabi dan suatu upaya untuk mencemarkan nama baik Islam. Dilempari batu hingga mati BUKANLAH bagian dari Islam.
Ini merupakan hukum yang salah lainnya dari ulama Ahlul Sunnah yaitu mencuri dari Injil Kristiani. Berikut ini buktinya:
Deuteronomy 22:23-24
22 Bila seorang pria diketahui tidur dengan istri orang lain, maka baik si pria maupun si istri harus mati. Anda harus mengusir setan dari Israel.
23 Bila seorang pria di suatu kota secara kebetulan bertemu seorang gadis perawan yang akan menikah dan ia tidur dengan gadis itu, 24 kamu harus menggiring keduanya ke pintu gerbang kota tersebut dan melempari mereka dengan batu hingga mati – si gadis karena ada di kota dan tidak berteriak minta pertolongan, dan si pria karena mengganggu istri orang lain. Kamu harus mengusir setan yang ada di sekitarmu.
Ini merupakan sumber kejahatan Hukum Syariah dimana umat Ahlul Sunnah berkata bahwa pasangan yang berzinah harus dilempari batu hingga mati.
Kitab Injil mengulangi lagi hukuman mati ini:
Leviticus 20:10
Halaman 18 dari 136
10 “Bila seorang pria melakukan perzinahan dengan istri orang lain – dengan istri tetangganya maka pasangan yang berzinah tersebut harus dihukum mati.
Kembali ke Ahlul Sunnah, dalam kumpulan hadis palsu yang dikenal sebagai Sahih Al Bukhari (volume 8, halaman 209-210, terjemahan oleh Dr Muhammad Muhsin Khan) kita membaca tentang khotbah tanpa bukti yang disampaikan oleh seseorang bernama Hadhrath Umar selama perjalanan Hajinya yang terakhir sebagai Kalifah:
“Tentu Allah mengirim Muhammad dengan kebenaran, dan menurunkan Kitab kepadanya. Salah satu dari ayat yang diturunkan kepadanya adalah ayat tentang hukuman melempar batu. Kita membacanya dan memahaminya. Utusan Allah melempar dan kami mengikutinya. Saya khawatir jika waktu berlalu, seseorang akan berkata, ‘Ya Tuhan, kami tidak menemukan ayat tentang pelemparan batu dalam Kitab Allah; ‘Karenanya, umat Muslim akan menyimpang dengan mengabaikan perintah yang diturunkan oleh Yang Maha Kuasa.”
“Pelemparan batu ada dalam Kitab Allah. Itu merupakan hukuman yang benar bagi orang yang berzinah bila ada saksinya, atau wanita hamil tanpa menikah atau perzinahan diakui.”
“Ketika ayat-ayat ‘Rajm’ (pelemparan batu) dan ayah ‘Rezah Kabir’ diwariskan, ayat tersebut ditulis pada selembar kertas dan disimpan di bawah bantal. Menyusul kematian Nabi Muhammad, seekor kambing memakan lembar kertas tersebut saat kita sedang berkabung.
Merujuk pula pada 1. Sunan Ibne Majah, Volume 2, Halaman 39, Published Karachi, 2. Musnad Imam Ahmad, Volume 6, Halaman 269, Published Beirut dan 3. Taweel Mukhtalif Al Hadees, Halaman 310, Published Beirut.
Ini merupakan hadis palsu yang terkenal dimana ulama mengatakan bahwa ayat pelemparan batu kepada manusia hingga manusia itu mati diturunkan oleh Tuhan dan kemudian dibatalkan setelah seekor KAMBING memakan lembaran kertas atau kertas kulit dimana ayat itu dituliskan. Kisah ini terdengar sangat konyol sekalipun untuk membenarkan setiap komentar. Bila memang KAMBING memakan ayat itu dan menyebabkannya dibatalkan, maka mengapa masih mempraktekkan ayat yang telah dibatalkan oleh seekor KAMBING yang lapar?
Halaman 19 dari 136
Pembunuhan terhadap orang yang berzinah atau pelemparan batu hingga mereka mati TIDAK ditemukan dimanapun dalam Quran. Bagi mereka yang melakukan zinah, Quran mengatakan hal berikut:
[24.2] (Bagi) pria dan wanita yang berzinah, cambuklah mereka, (berikan) bekas-bekas cambukan sebanyak 100 garis dan janganlah kamu mengasihaninya yang bisa menghalangimu untuk patuh pada Allah, bila kamu percaya pada Allah dan hari akhir, dan membiarkan sekelompok orang beriman menyaksikan hukuman yang dijatuhkan kepada orang yang berzina tersebut.
Inilah hukum Quran. Namun menurut Kitab Injil Kristiani dan hadis palsu yang dibuat oleh ulama, pria dan wanita yang berzinah keduanya harus dirajam hingga mati atau dibunuh. Karena Injil muncul terlebih dahulu ketimbang hadis, maka kini kita tahu bahwa hadis yang palsu tentang pelemparan batu kepada manusia hingga mati tersebut dicuri dari Kitab Injil Kristiani.
Seperti penutup kepala bagi wanita, hukum pelemparan batu kepada penzinah hingga mereka mati juga ditiru dari Kitab Injil. Sesungguhnya Ahlul Sunnah adalah benar-benar umat Kristen. Mereka bukan Muslim.
Mereka telah membuat fitnah yang kejam terhadap Nabi dengan mengatakan bahwa Nabi memerintahkan pelemparan batu kepada orang yang berzinah hingga mati.
Tindakan seseorang melempari batu kepada orang lain memang tercatat sebanyak lima kali dalam Quran. Dalam semua peristiwa ini orang yang melakukan tindakan pelemparan batu adalah orang-orang kafir. Dalam Quran tidak ada disebutkan bahwa orang yang beriman atau Muslim harus melempar batu kepada manusia lain.
Tentu pengecualian dalam hal ini adalah Allah sendiri yang mengatakan bahwa Dia telah menurunkan hujan batu kepada kelompok setan di masa lalu. Namun Allah juga mengatakan bahwa Dia bisa membakar orang-orang berdosa dalam api neraka, membinasakan orang berdosa dengan gempa bumi, mengirimkan penyakit kepada mereka, dan sebagainya. Itu semua merupakan kekuasaan Tuhan namun dalam Quran tidak disebutkan bahwa Tuhan meminta seorang manusia melempari manusia lain untuk alasan apapun. Dalam Quran, tindakan melempari batu terhadap orang lain selalu merupakan tindakan orang-orang kafir.
Halaman 20 dari 136
Berikut ini kelima kejadian kafir melempari orang dengan batu seperti yang tercatat dalam Quran:
Dalam Surat 26:116 Nuh diancam dengan dilempari batu oleh orang-orang kafir.
Dalam Surat 19:46 Ayah Ibrahim yang merupakan orang kafir mengancam untuk melempari Ibrahim dengan batu.
Dalam Surat 18:20 Orang-orang yang tinggal dalam gua (Ashaabul Kahfi) merasa takut dilempari batu oleh orang-orang kafir.
Dalam Surat 36:18 tiga utusan diancam akan dilempari batu oleh orang-orang kafir.
Dalam Surat 11:91 Nabi Syuaib diancam akan dilempari batu oleh orang-orang kafir.
Di seluruh bagian Quran orang-orang yang menerapkan cara-cara pelemparan batu hanyalah orang kafir. Pelemparan batu kepada manusia bukanlah hukuman yang diperintahkan oleh Islam.
Kita telah mengutip ayat di atas (Surat 24:2) yang memerintahkan hukuman cambuk sebanyak 100 kali terhadap pria dan wanita yang berzinah. Berikut ini beberapa ayat lain yang membahas tentang hukuman bagi orang yang berzinah.
[Surat 4:22] Dan janganlah kamu menikahi wanita yang dinikahi ayahmu, kecuali pada masa lalu; ini sesungguhnya perbuatan keji dan kejam.
[Surat 4:23] Dilarang bagimu menikahi ibumu dan anak perempuanmu serta saudara perempuanmu dan saudara perempuan bapakmu, saudara perempuan ibumu, anak perempuan saudara laki-lakimu, anak perempuan saudara laki-lakimu dan ibu yang menyusui kamu, saudara perempuan angkatmu dan ibu dari istrimu, anak tirimu yang berada dalam pengasuhanmu dari istri yang telah kamu campuri, namun bila kamu belum mencampurinya, maka kamu diperbolehkan untuk mengawininya, dan istri dari anak laki-lakimu (menantu) dan mengumpulkan dua saudara perempuan bersama-sama, kecuali pada masa lalu; tentu Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Halaman 21 dari 136
[Surat 4:24] Dan semua wanita yang telah menikah kecuali mereka yang dipegang oleh tangan kananmu (ini) adalah ketetapan dari Allah, dan dihalalkan bagimu (semua wanita) selain mereka, asalkan kamu mencari istri dengan hartamu, menikahinya bukan untuk berzina. Kemudian setelah kamu menikahinya berilah mereka mahar sepantasnya; dan tidak ada dosa bagimu untuk menyepakati bersama apa yang telah ditentukan; sesungguhnya Allah Maha Tahu lagi Maha Bijaksana.
[Surat 4:25] Dan siapapun di antara kamu yang tidak mampu menikahi wanita beriman yang bebas, maka ia boleh menikahi wanita yang dipegang tangan kanannya di antara pembantupembantu wanitamu yang beriman; dan Allah mengetahui keimananmu: kamu membebaskannya dari yang lainnya; jadi nikahi mereka dengan seizin majikannya, dan berikan mahar yang sepantasnya, mereka adalah wanita yang murni, dan bukan penzina, atau istri orang lain; dan saat mereka menikah, dan kemudian berbuat keji, maka mereka akan menerima setengah dari hukuman yang dibebankan kepada wanita yang bebas. Ini bagi laki-laki diantara kamu yang takut berbuat jahat; dan bila kamu tidak melakukannya maka itu akan lebih baik, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[Surat 4:26] Allah ingin menjelaskan kepadamu, dan membimbingmu ke jalan yang dilalui orang-orang sebelum kamu, dan memaafkanmu, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dalam surat 4:25 di atas kita disarankan agar menikahi wanita beriman atau bahkan budak wanita. Bila budak wanita yang telah menikah kemudian melakukan zinah maka hukuman mereka haruslah setengah hukuman dari wanita beriman yang bebas.
Hal ini hanya dimungkinkan bila hukuman bagi penzinah misalnya berupa 100 kali cambukan sebagaimana yang tertera dalam Surat 24:2. Hukuman bagi budak wanita yang berzinah maka sebanyak 50 kali cambukan atau setengah dari hukuman wanita bebas. Bila hukuman bagi penzinah adalah dilempari batu hingga mati, maka bagaimana ulama melempari batu seseorang sebanyak ‘setengah mati’?
Jelas bahwa ulama berpijak pada landasan yang bodoh saat mereka mencoba untuk menegakkan ajaran-ajaran salah dari Kitab Injil Kristiani berlawanan dengan ajaran Nabi yang benar dalam Quran. Para ulama telah menyebabkan banyak kekacauan, kebingungan
Halaman 22 dari 136
dan masalah bagi umat karena mereka bersikeras menegakkan kepalsuan dari Kitab Injil Kristiani.
Halaman 23 dari 136
BAB 5: MENGAPA NABI TIDAK PERNAH MENGIKUTI AJARAN INJIL Sejauh ini kita telah melihat secara detail berbagai macam praktek Ahlul Sunnah dan Syiah yang tidak ditemukan dalam bagian manapun dari Quran. Sebaliknya saya telah menunjukkan referensi nyata dalam Kitab Injil Kristiani dari mana keyakinan Sunni dan Syiah ini ditiru.
Keyakinan salah mereka bahwa wanita harus menutupi kepalanya, Hukum Syariah yang jahat (pelemparan batu kepada orang yang berzinah hingga mereka mati, hukuman mati bagi orang murtad), penyunatan bagi kaum pria, daftar panjang makanan halal dan haram dan keyakinan-keyakinan lain yang SAMA SEKALI TIDAK ditemukan dalam Quran. Itu semua bukanlah bagian dari ajaran-ajaran Allah. Itu semua ditemukan dalam Kitab Injil Kristiani. Banyak dari kesalahan-kesalahan ini yang ditiru dari Kitab Injil dan kemudian dinyatakan sebagai ‘hadis Nabi’, ‘sunah Nabi’, ajaran-ajaran sahabat dan lain-lain. Pada dasarnya inilah yang menjadi agama Ahlul Sunnah dan Syiah. Mereka adalah umat Kristen. Mereka BUKAN bagian dari Islam.
Beberapa ulama mengatakan bahwa ajaran-ajaran Kitab Injil ini memang diketahui oleh Nabi dan ia kemudian telah mengulangi bahwa keyakinan-keyakinan Injil ini merupakan bagian dari hadis dan sunnahnya. Para ulama menyebutnya ajaran ‘israiliyah’. Itulah sebabnya mengapa banyak kesamaan antara Kitab Injil dan hadis – demikian kata mereka!! Sungguh suatu pengakuan yang mengagumkan! Ini merupakan kepalsuan lain yang diutarakan ulama yang juga secara jelas salah dan merupakan penghinaan berat terhadap Nabi dan Islam.
Mulanya Allah mengatakan kepada Nabi:
[Surat 3:3-4] Ia telah menurunkan kepadamu Kitab yang berisi kebenaran, mentahkikkan apa yang diturunkan sebelumnya, dan Dia menurunkan kitab Taurat dan Injil, petunjuk bagi manusia, dan Dia mengirimkan Furqan. Tentu bagi mereka yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah akan mendapat hukuman yang berat; dan Allah Maha Besar, Tuhan yang memiliki balasan.
Quran telah diturunkan kepada Nabi sebagai suatu aturan atau Furqan guna mentahkikkan apa yang diturunkan sebelumnya, termasuk Taurat dan Injil. Jadi Quran bisa digunakan untuk mentahkikkan sesuatu. Kini Quran hanya mentahkikkan hal-hal yang ditemukan di dalamnya. Bila Quran memiliki A, B, C dan D sementara Injil memiliki E, F dan G maka Quran tidak dapat mentahkikkan E, F dan G. Hanya sesederhana itu. Halaman 24 dari 136
Dan Quran berisi kebenaran:
[Surat 2:78] Dan diantara mereka ada yang buta huruf, yang tidak mengetahui tentang Kitab tersebut kecuali kepalsuan, dan mereka hanya menduga-duga.
[Surat 2:79] Maka, celakalah, mereka yang menuliskan kitab tersebut dengan tangan mereka dan kemudian berkata: Ini dari Allah, jadi mereka mendapatkan keuntungan kecil; karenanya celakalah mereka atas apa yang mereka tulis dengan tangan sendiri dan celakalah mereka atas apa yang mereka hasilkan.
Sesungguhnya umat Kristen menuliskan Injil yang ada saat ini dengan tangan mereka dan kemudian mengatakan ‘Ini dari Tuhan’. Kitab Injil Kristiani yang ada saat ini sebenarnya merupakan kumpulan dari beragam karya dari beragam penulis. Misalnya Ajaran Imam Mark, Ajaran Imam Mathew, Ajaran Imam Luke dan seterusnya. Ini persis seperti Ajaran Imam Bukhari, Ajaran Imam Muslim dan Ajaran Imam Tirmizi, Ajaran Imam Jaafar Al Tusi, Ajaran Al Radi, dan lain-lain di kalangan kaum Sunni dan Syiah. Mereka semua menulis buku dengan tangan mereka sendiri dan kemudian berkata ‘Ini dari Tuhan’. Namun sekali lagi sebagai suatu Aturan atau Furqan, Quran tidak dapat memastikan apa yang mereka tulis. Sungguh malang bagi mereka.
Dan tetap saja, karena mereka tidak memiliki bukti atau argumen yang masuk akal kaum Sunni dan Syiah akan mengatakan ‘Nabi mengulangi beberapa ajaran Injil karena itu merupakan bagian dari ayat-ayat sebelumnya yang diturunkan kepada Musa dan Isa’.
Pertama apakah Nabi mengetahui apa yang tertera dalam Injil Kristiani? Atau bahkan yang tertera dalam Injil? Apakah yang dikatakan Quran?
[Surat 42:52] Dan Kami wahyukan kepadamu kitab suci dengan Perintah Kami. Kamu tidak tahu apakah Kitab Suci itu, atau iman itu namun Kami menjadikannya sebagai cahaya, sebagai pembimbing bagi para hamba Kami; dan tentu kamu memberikan petunjuk ke jalan yang benar. Nabi tentu tidak tahu apakah Kitab itu. Ia pasti tidak tahu Injil Kristiani atau Injil atau Taurat. Dia bahkan tidak tahu apakah yang disebut iman – ‘Kamu tidak tahu apakah Kitab itu, atau iman..’
Halaman 25 dari 136
Kini hanya sebagai argumen, dengan beranggapan bahwa Nabi tidak tahu tentang Kitab Injil Kristiani, khususnya bagian-bagian yang TIDAK ditemukan dalam Quran (misalnya penyunatan, pelemparan batu terhadap manusia hingga mati, hukuman mati bagi orang-orang murtad, penutup kepala untuk wanita dan lain-lain) apakah ia bisa menerima ajaran-ajaran Injil Kristiani ini dan mencantumkannya dalam ‘hadisnya’ dan berkata ‘Ini juga dari Tuhan’? Jawabannya sekali lagi jelas TIDAK, karena Allah telah memperingatkan Nabi:
[Surat 3:69] Para ahli Kitab tersebut ingin menyesatkan kamu, dan mereka tidak menyesatkan melainkan diri mereka sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.
[Surat 3:70] Hai para ahli Kitab! Mengapa kamu tidak percaya terhadap wahyu Allah padahal kamu menyaksikannya?
[Surat 3:71] Hai para ahli Kitab! Mengapa kamu menyamakan kebenaran dengan kesalahan dan menyembunyikan kebenaran padahal kamu mengetahuinya?
Inilah yang ingin dilakukan oleh para ahli Kitab. Mereka menyamakan kebenaran dengan kesalahan. Mereka menulis kitab dengan tangan mereka dan kemudian mengatakan ‘Ini dari Tuhan’. Allah memperingatkan Nabi bahwa kelompok orang pengikut Kitab mencoba untuk menyesatkannya.
Di seluruh bagian Quran Allah memperingatkan Nabi agar mengawasi para ahli Kitab. Mereka akan terus mencoba untuk mengalihkan umat Muslim dari kebenaran.
[Surat 3:186] Tentu kamu akan diuji harta dan jiwamu, dan mendengarkan mereka yang menerima Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang menyekutukan Allah berupa katakata yang menyakitkan; dan bila kamu sabar dan waspada (terhadap setan), maka hal ini harus diputuskan.
Nabi dan para orang beriman harus terus waspada terhadap penganut politheisme dan para ahli Kitab. Mereka akan terus menghujani orang beriman dengan segala macam ucapan. Para ahli Kitab juga menjual Kebenaran dengan harga murah. Apa yang diberikan sebelumnya oleh Allah dibuang begitu saja di belakang mereka. Inilah yang dikatakan Allah:
Halaman 26 dari 136
[Surat 3:187] Dan ketika Allah mengikat janji dengan mereka yang diberikan Kitab; Kamu harus menjelaskannya kepada orang lain dan janganlah kamu menyembunyikannya; namun mereka membuangnya dan menukarnya dengan harga yang murah; sungguh buruk apa yang mereka beli.
Setelah membuang ajaran-ajaran Allah mereka menulis buku sendiri seperti Injil Kristiani dan kitab suci Yahudi. Allah berkali-kali memperingatkan Nabi agar berhati-hati terhadap umat Nasrani dan Yahudi. Allah berkata kepada Nabi:
[Surat 2:120] dan umat Yahudi tidak akan senang kepadamu, begitu pula umat Nasrani hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakan: Tentu bimbingan dari Allah, adalah bimbingan yang sesungguhnya. Dan bila kamu mengikuti keinginan mereka setelah kamu mengetahuinya, maka kamu tidak akan mendapat perlindungan atau bantuan dari Allah.
Sekali lagi Allah memperingatkan Nabi – kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan senang hingga kamu mengikuti agama mereka. Allah memperingatkan Nabi agar ‘tidak mengikuti umat Nasrani dan Yahudi’. Hanya Quran yang merupakan petunjuk yang benar. Umat Nasrani dan Yahudi tidak mampu mempengaruhi Nabi namun yang jelas mereka telah menyesatkan jutaan ulama yang muncul setelah Nabi.
Marilah kita berhenti dan berpikir sejenak. Setelah semua peringatan Allah untuk tidak mengikuti umat Nasrani dan Yahudi, umat Nasrani menuliskan hal-hal dengan tangan mereka sendiri dan mereka tidak akan menyerah hingga mampu menipu Anda, dan lain-lain, apakah Nabi tetap mengumpulkan ‘ucapan-ucapan’ dari Injil Kristiani YANG TIDAK ADA DI DALAM QURAN dan kemudian menyebarkan kepada umatnya sebagai ‘hadisnya sendiri’ atau ‘sunnah’ atau apa saja? Harap pikir baik-baik. Ini mustahil.
Nabi tidak bisa mengatakan, “Saya tahu aturan tentang penutup kepala wanita TIDAK ada dalam Quran namun tertera dalam Injil Kristiani dan kamu boleh mengikutinya”. Nabi tidak bisa mengatakan, “Saya tahu Quran hanya membahas tentang hukuman cambuk 100 kali bagi pria dan wanita yang berzinah dan saya tahu bahwa dalam Quran TIDAK ada hukuman mati bagi orang berzinah, namun Injil Kristiani memerintahkan pelemparan batu hingga mati terhadap orang yang berzinah dan menurut saya kita juga harus mengikuti aturan melempar batu hingga mati.” Nabi benar-benar tidak dapat melakukan hal semacam ini.
Halaman 27 dari 136
Sebaliknya Nabi berkata kepada kita semua agar berhati-hati terhadap Orang-Orang Kitab. Nabi berkata kepada kita:
[Surat 3:100] Hai orang-orang beriman! Bila kamu patuh kepada kelompok orang yang telah menerima Kitab, maka mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir setelah kamu beriman.
Jadi bila kita percaya pada kelompok orang diantara umat Nasrani dan Yahudi, maka kita akan menjadi kafir atau tidak beriman. Inilah yang terjadi pada para ulama Ahlul Sunnah dan Syiah. Mereka menjadi kafir atau tidak beriman karena mereka memilih untuk patuh pada Injil Kristiani dan kitab-kitab suci Yahudi.
Quran TIDAK mengajarkan kita untuk melempari batu orang berzinah hingga mereka mati, membunuh orang murtad, menyunat pria, dan lain-lain. Namun Injil Kristiani mengajarkan hal-hal semacam itu. Jadi bila Anda percaya ajaran-ajaran yang berasal dari Injil Kristiani ini maka Anda termasuk orang-orang yang tidak beriman – kafir.
[Surat 2:120] dan umat Yahudi tidak akan senang kepadamu, begitupula umat Nasrani hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakan: Tentu bimbingan dari Allah, adalah bimbingan yang sesungguhnya. Dan bila kamu mengikuti keinginan mereka setelah kamu mengetahuinya, maka kamu tidak akan mendapat perlindungan atau bantuan dari Allah.
Kaum Nasrani dan Kristiani tidak akan senang. Mereka ingin Nabi mengikuti Injil mereka. Namun Nabi tidak pernah mengikuti kitab Injil mereka. Dia diperintahkan untuk berkata:
[Surat 3:98] Katakan: Hai pengikut Kitab! Mengapa kamu tidak percaya ayat Allah? Dan Allah menyaksikan apa yang kamu perbuat. Nabi berkata kepada umat Yahudi dan Kristiani, mengapa kamu menolak Quran? Mengapa kamu masih mengikuti kitab Injil? Nabi bertanya lagi kepada mereka:
[Surat 3:99] Katakan: Hai para pengikut Kitab! Mengapa kamu menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah? Kamu berusaha membuatnya menjadi jahat, padahal kamu menyaksikannya, dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu lakukan.
Halaman 28 dari 136
Nabi berkata kepada kaum Yahudi dan Kristiani: Mengapa kamu berusaha begitu keras untuk mengubah Muslim menjadi Nasrani dan Yahudi? Mengapa kamu ingin menyesatkan mereka yang percaya pada Allah dan Quran?
KEMUDIAN NABI BERKATA PADA ORANG BERIMAN, YAITU UMAT MUSLIM SERTA MEMPERINGATKAN MEREKA:
[Surat 3:100] Hai orang-orang beriman! Bila kamu patuh pada kelompok orang yang menerima Kitab, maka mereka akan mengembalikanmu menjadi kafir setelah kamu beriman.
Namun sayangnya inilah yang dilakukan oleh orang-orang yang disebut ulama. Setelah Nabi wafat, mereka mengarang semua jenis cerita palsu dan mulai mengikuti Injil. Banyak dari hal-hal yang mereka ajarkan kepada kita saat ini sebenarnya merupakan ajaran-ajaran Injil yang dicuri dari Injil Kristiani. Bagaimanapun Nabi melanjutkan:
[Surat 3:101] Bagaimana kamu bisa tidak mempercayainya padahal kepadamulah ayat-ayat Allah dibacakan dan Nabi ada diantara kamu? Dan siapapun yang berpegang teguh kepada Allah, ia akan dibimbing ke jalan yang tepat.
Jadi pembaca yang terhormat, bagaimana Anda bisa mempercayai semua ajaran Injil ini bila Anda telah memiliki Quran? Mengapa Anda tidak membaca serta mematuhi Quran dan bukan sebaliknya mematuhi dan mengikuti Injil. Hati-hatilah terhadap kewajiban Anda kepada Allah.
[Surat 3:102] Hai orang-orang beriman! Hati-hatilah terhadap (kewajiban Anda) terhadap Allah dan lakukan sepenuh hati, dan janganlah kamu mati kecuali sebagai Muslim.
Jadi saudara-saudara tercintaku. Janganlah hidup Anda berakhir sebagai Ahlul Sunnah Kristiani. Hidup dan matilah sebagai Muslim.
Halaman 29 dari 136
BAB
6:
ULAMA
MENGAJARKAN
TENTANG
PROSTITUSI,
PEDOFILIA,
PERZINAHAN DAN PERILAKU SEKSUAL TIDAK BERMORAL Dalam bab ini saya akan menyebutkan daftar ajaran-ajaran yang benar-benar menjijikkan yang disampaikan oleh ulama yang sekali lagi menonjolkan kejahatan dan keburukan moral. Merupakan khayalan yang salah bahwa Ahlul Sunnah dan Syiah mempromosikan nilai-nilai moral yang tinggi dan perilaku yang mulia. Mereka sebenarnya memuja perilaku seksual yang dilarang.
Mendukung prostitusi
Ayatullah Syiah mengatakan bahwa pria bisa menikahi wanita untuk sementara waktu saja dengan jangka waktu yang disepakati, misalnya satu hari atau untuk beberapa jam saja. Mereka menyebut hal ini mutaa. Sebenarnya ini tidak lain merupakan bentuk prostitusi.
Ini sama sekali bukan hal yang mengejutkan karena menurut para penulis hadis, Nabi bahkan memperkenankan kita berhubungan dengan wanita tuna susila. Berikut ini hadis yang salah:
Bukhari volume 6, Buku 60, Nomor 139: dinarasikan oleh Abdullah:
Kami berpartisipasi dalam perang suci yang dijalankan oleh Nabi dan kami tidak ditemani oleh para istri. Jadi kami berkata (kepada Nabi), “haruskah kami mengebiri diri sendiri?”. Namun Nabi melarang kami melakukan hal itu dan mengizinkan kami untuk menikahi seorang wanita (untuk sementara waktu saja) dengan bahkan memberinya pakaian, dan kemudian ia berkata: “Hai orang-orang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah.”
Hadis yang salah ini mengatakan bahwa selama ‘perang suci’ Nabi memperkenankan para pengikutnya untuk ‘menikahi seorang wanita untuk sementara waktu dengan memberinya pakaian’! Ini merupakan fitnah yang amat keji dan kepalsuan terhadap Nabi dan para pengikutnya. Hadis yang salah ini mencoba untuk menggambarkan bahwa mereka memikirkan hal-hal lain selain dari berperang mendampingi Nabi. Hadis jahat ini menuduh Nabi menetapkan harga untuk bermain-main dengan wanita yang hanya setara dengan sepotong pakaian.
Halaman 30 dari 136
Ajaran-ajaran Nabi sesungguhnya yang tertera dalam Quran adalah menasehati pasukannya agar menahan nafsu dan tetap berjiwa bersih. Berikut ini ayatnya:
[Surat 24:33] Dan biarkan mereka yang tidak mampu untuk menikah agar menjaga kesuciannya hingga Allah memberikannya Karunia. Dan bagi mereka yang menginginkan perjanjian, berikanlah perjanjian bila Anda mengetahui kebaikan mereka, dan berikan mereka harta dari Allah; dan janganlah kamu memaksa budak-budak wanitamu untuk melakukan prostitusi, bila mereka ingin menjaga kesuciannya, karena kamu ingin mencari kesenangan duniawi; dan siapapun yang memaksa mereka, maka sesudah mereka dipaksa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Nabi mengajarkan bahwa kita harus menjaga kesucian hingga tiba saatnya kita menikah. Kita juga tidak boleh memaksa budak-budak wanita melakukan prostitusi. Maka bagaimana bisa Nabi mengizinkan para pasukannya mencari wanita tuna susila ‘hanya seharga sepotong pakaian’? Ini jelas merupakan fitnah dan kepalsuan yang keji terhadap Nabi yang dilontarkan oleh para ulama seperti Bukhari. Bila ulama menolak untuk mengakui bahwa ayat ini berasal dari Quran, maka ada ayat lain dari Quran yang mengatakan hal yang sama:
Surat 24:30 ‘Katakan kepada laki-laki yang beriman bahwa mereka harus menahan pandangan dan menutupi bagian-bagian tubuh mereka yang pribadi; hal itu lebih suci bagi mereka; tentu Allah Mengetahui apa yang mereka lakukan.’
Inilah ajaran Nabi yang tertera dalam Quran. Umat Muslim menahan pandangan dan mengendalikan nafsu mereka. Namun seperti biasa ulama Ahlul Sunnah dan Syiah akan menolak ajaran Quran ini. Mereka berkotbah bahwa Nabi mengajarkan para pengikut pria agar mencari wanita tuna susila dengan harga yang setara dengan sepotong pakaian. Mereka lebih suka mengikuti buku hadis mereka yang salah yang ditulisnya dengan tangan mereka.
Dalam biografi Nabi nya yang terkenal, penulis Ahlul Sunnah Martin Lings mengutip hadis yang keji dan salah yang mengatakan bahwa pada hari perkawinannya ayah Nabi hampir saja tergoda oleh seorang wanita Nasrani lantaran wanita itu mampu melihat secercah cahaya yang ada dalam dirinya. Wanita Nasrani bernama Qutaylah tersebut mencoba menggoda ayah Nabi saat ia akan menikah. Menurut penulis hadis jahat itu, setelah Nabi mengetahui ayahnya bertemu dengan wanita itu lagi, ia memperhatikan bahwa Qutaylah tidak tertarik lagi pada Halaman 31 dari 136
ayah Nabi. Wanita itu berkata bahwa cahaya yang ada dalam diri ayah Nabi telah hilang. (Baca Muhammad: Kisah Kehidupannya Berdasarkan Sumber-Sumber Terdahulu oleh Martin Lings (Abu Bakar Siraj Al-Din), halaman 17-18)
Ini kesalahan keji yang mereka tulis dan disebut hadis yang sahih atau hadis yang otentik. Nabi mengajarkan kita dari Allah bahwa tak seorangpun selain Allah yang mengetahui halhal gaib kendati para ulama ingin kita mempercayai hadis palsu mereka bahwa seorang wanita Nasrani mampu melihat ‘cahaya’ yang dibawa oleh ayah Nabi.
Bangsa Arab tidak pernah mengakhiri hubungan mereka dengan para wanita tuna susila untuk memuja-muja para pemimpin mereka. Penemu Saudi Arabia Raja Abdul Aziz ibn Saud dianggap suci oleh sejumlah anak laki-laki dan perempuannya. Mereka menceritakan kisahkisah tentang bagaimana sebelum kampanyenya untuk menguasai Riyadh, ibu kota Saudi Arabia di masa mendatang, Abdul Aziz ditemani oleh seorang wanita tuna susila pada suatu malam. Wanita itu bertanya padanya, ‘Siapakah kamu?’ yang bisa didengar oleh semuanya. “Abdul Aziz ibn Saud? Seharusnya kamu malu. Berhentilah menghabiskan tenaga dan semangatmu. Kembalilah bila kamu telah meraih sesuatu yang benar-benar bisa kamu banggakan. Kita semua tahu kualitas pria seperti apa kamu bila kamu mampu menaklukkan Riyadh!” (Dari buku ‘Kingdom’ oleh Robert Lacey).
Dengan demikian pendiri dan penguasa kerajaan Ahlul Sunnah Saudi Arabia diselamatkan oleh seorang wanita tuna susila. Ia menolak untuk menghiburnya karena menganggapnya sebagai pemimpin mereka yang hebat. Namun demikian wanita itu memintanya untuk kembali setelah menguasai Riyadh!
Pornografi jahat tentang Nabi Sulaiman
Berikut ini pornografi tentang Nabi Sulaiman dari Bukhari yang keji.
Bukhari Volume 4, Buku 55, Nomor 635: Dinarasikan oleh Abu Huraira:
Nabi berkata, “Sulaiman (putra Daud) berkata, ‘Malam ini aku akan tidur dengan tujuh puluh wanita yang masing-masing akan mengandung seorang anak laki-laki yang kelak akan berjuang ‘Di jalan Allah’. Rekannya berkata, ‘Bila Allah menghendaki.’ Namun Sulaiman tidak berkata demikian; karenanya tak satupun dari wanita-wanita itu yang hamil kecuali satu Halaman 32 dari 136
wanita yang melahirkan anak tiri.” Selanjutnya Nabi berkata, “Bila Nabi Sulaiman telah mengatakan hal itu (yaitu ‘Bila Tuhan berkehendak’) maka ia akan menjadi ayah dari anakanak yang akan berjuang di jalan Allah.” Syuaib dan Ibnu Abi Az-Zinad berkata, “Sembilan puluh (wanita) lebih tepat (ketimbang tujuh puluh wanita).”
Hadis salah ini tak lebih dari sekadar seekor kijang jantan yang pamer. Disini Nabi Sulaiman dituduh telah meniduri tujuh puluh wanita dalam satu malam (Ulama jahat lainnya berkata 90 wanita). Misalkan satu malam panjangnya adalah duabelas jam, maka berarti Sulaiman berhubungan seks tanpa henti dengan lebih dari tujuh wanita setiap jamnya atau dengan satu wanita setiap delapan menit. Mengapa Nabi Sulaiman mau melakukan hal itu? Apakah itu tugas seorang Nabi? Dan manfaat apa yang diperoleh manusia dari jenis hubungan seks macam ini?
Apa yang telah diperbuat oleh ulama adalah menghalalkan prostitusi dan perilaku seksual yang tidak bermoral. Mereka telah menulis hadis salah dan teologi sesat yang mereka sebut ‘yurisprudensi’ atau Fikih (pelafalan kata fake/salah). Dalam fikih yang salah ini mereka sangat mendukung perilaku seksual yang tidak bermoral. Berikut ini beberapa ‘bukti’ lainnya.
Perilaku Seksual Lainnya yang Didukung oleh Ulama – Kali ini oleh Imam Malik.
Buku yang tidak terkenal berjudul “Al Muwatta” karangan Imam Malik dianggap oleh ulama Ahlul Sunnah sebagai “Formulasi Hukum Pertama” (semoga Tuhan melarangnya). Imam Malik dianggap sebagai salah satu fuqaha terbaik atau doktor dalam hal yurisprudensi di kalangan umat Sunni. Hadis sesat berikut ini diambil dari Al Muwatta karangan Imam Malik.
Terjemahan Muwwata oleh Malik. Http:www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/muwatta
Penerjemah: A’isha ‘Abdarahman at-Tarjumana dan Ya’qub Johnson
Bagian: Memberi susu kepada anak yang sudah dewasa
Buku 30, Nomor 30.2.12:
Halaman 33 dari 136
Yahya terhubung dengan saya dari Malik dari Ibn Shihab bahwa ia diminta mengasuh orang yang lebih tua. Dia berkata, “Urwa ibn az-Zubayr memberitahu saya bahwa Abu Hudhayfa ibn Utba ibn Rabia, salah satu teman Utusan Allah, semoga Allah memberkatinya dan memberinya kedamaian, yang hadir di Badr, mengadopsi Salim (yang dipanggil Salim, mawla Abu Hudhayfa) sebagai utusan Allah, semoga Allah memberkatinya dan memberinya kedamaian, mengadopsi Zayd ibn Haritha. Ia menganggapnya sebagai anaknya, dan Abu Hudhayfa mengawinkannya dengan saudara perempuan dari saudara laki-lakinya, Fatima binti al-Walid ibn Utba ibn Rabia, yang pada saat itu termasuk didalam emigran pertama. Fatima adalah salah satu wanita lajang terbaik dari Quraysh. Saat Allah yang Maha Mulia menurunkan KitabNya yang dikirimkanNya tentang Zayd ibn Haritha, ‘Panggillah dia dengan nama ayahnya yang sesungguhnya. Hal itu lebih pantas di sisi Allah. Jika kamu tidak tahu siapa ayah-ayah mereka maka mereka adalah saudara-saudaramu dalam din dan mawalimu,’ (Surat 33 ayat 5), orang-orang yang berada dalam posisi ini bisa ditelusuri dari ayahayah mereka. Bila ayahnya tidak diketahui, maka mereka bisa ditelusuri dari mawla mereka.
“Sahla bint Suhayl yang adalah istri Abu Hudhayfa, dan merupakan salah satu suku Amr ibn Luayy, mendatangi Utusan Allah, semoga Allah memberkatinya dan memberinya kedamaian, dan berkata, ‘Utusan Allah! Menurut kami Salim adalah anak laki-laki dan ia datang menemuiku saat saya sedang tidak berbusana. Kami hanya punya satu kamar, bagaimana pendapatmu tentang situasi ini?’ Utusan Allah, semoga Allah memberkati dan memberinya kedamaian, berkata, ‘Berikan padanya lima teguk air susumu dan ia akan menjadi muhrimmu.’ Wanita itu kemudian menganggapnya sebagai anak angkat. A’isha umm almukminin memandang hal itu sebagai contoh bagi siapapun pria yang diinginkannya bisa bertemu dengannya. Ia memerintahkan saudara perempuannya, Umm Kulthum binti Abi Bakr as-Siddiq dan anak perempuan saudara lakik-lakinya untuk memberikan susu kepada setiap laki-laki yang ingin dijumpainya. Istri-istri lain Nabi, semoga Allah memberkati dan memberinya kedamaian, menolak menerima setiap orang dengan cara pengasuhan seperti itu. Mereka berkata, ‘Tidak! Demi Allah! Menurut kami apa yang Utusan Allah, semoga Allah memberkati dan memberinya kedamaian, perintahkan kepada Sahla bin Suhayl hanyalah keistimewaan yang hanya berkaitan dengan pengasuhan Salim saja. Tidak! Demi Allah! Tak seorang pun boleh menemui kami dengan cara pengasuhan semacam itu!”
“Inilah yang dipikirkan oleh para istri Nabi, tentang pemberian susu bagi anak yang telah dewasa.”
Halaman 34 dari 136
Menurut Imam Malik, Nabi berkata kepada Sahla agar memperkenankan pria dewasa bernama Salim untuk menyusu pada payudaranya. Dan kita diharuskan untuk percaya bahwa sebagai pria dewasa Salim memang menyusu pada Sahla.
Kemudian kita diharuskan untuk percaya bahwa Aisyah (istri Nabi yang dituduh) memerintahkan saudara perempuannya Umm Kalthum dan anak-anak perempuan saudara laki-lakinya untuk memberikan susu kepada setiap pria dewasa yang ingin datang dan berjumpa dengannnya.
Pertanyaan saya kepada Ahlul Sunnah adalah ‘Bagaimana Anda mengimplementasikan ajaran yang sangat menyesatkan ini? Inilah yang diajarkan Ahlul Sunnah untuk kita percayai.
Ulama seperti Imam Malik yang sesat ini sebenarnya mempromosikan perilaku imoral dan perilaku seksual yang bejat. Hadis yang sangat memuakkan seperti ini tidak membutuhkan penjelasan sama sekali.
MEREKA MENJADI MONYET. Quran mengatakan hal berikut tentang beberapa orang yang telah membuat Allah sangat murka. Saya percaya ayat ini merujuk pada kaum Ahlul Sunnah dan Syiah. Quran berkata:
[Surat 5:60] Katakan: Haruskah aku memberitahumu tentang (dia yang) mendapat siksa dari Allah? Yaitu orang yang dikutuk dan membuat Allah murka, yang dibuatNya menjadi monyet dan babi, dan yang melayani Setan; tempatnya lebih buruk dan tersesat dari jalan yang benar.
Allah mengancam orang-orang yang melayani Setan akan dijadikan monyet dan babi. Apakah ini ancaman yang masuk akal? Saya tidak berpikir demikian. Ini bukanlah kutukan ajaib yang akan mengubah manusia menjadi monyet dan babi (seperti dongeng Prince Charming yang disulap oleh nenek sihir menjadi katak). Tak ada bukti yang terekam dalam sejarah bahwa ada orang yang berubah menjadi babi atau monyet. Namun bila Allah berjanji akan melakukan sesuatu yang benar maka Dia akan melakukannya. Oleh karenanya itu hanya berarti orang yang melayani Setan akan berperilaku seperti monyet dan babi. Mereka memaksakan dirinya untuk menyerupai monyet. Mereka juga mungkin serakah seperti babi.
Halaman 35 dari 136
Kita tidak bisa menyangkal bahwa ada orang-orang di dunia saat ini yang menjadi pengikut Setan dan saya percaya Allah memang membuat mereka menjadi monyet dan babi.
Saya percaya orang-orang ini adalah ulama Arab dan juga para pengikut Ahlul Sunnah serta Syiah.
Dari penampilannya tampak bahwa Ulama Arab dan juga pengikut Ahlul Sunnah dan Syiah menyukai wajah yang tidak dicukur dan membiarkan jenggot mereka tumbuh panjang. Penampilan mereka layaknya kera dengan rambut yang lebat.
Namun hal itu tidak berhenti sampai di sini. Menurut pengakuan pengikut Ahlul Sunnah sendiri, mereka juga mengikuti cara-cara kera. Ulama Ahlul Sunnah percaya bahwa hukuman yang tepat bagi orang yang berzinah adalah melempari mereka dengan batu hingga mereka mati. Ajaran sesat ini tidak ditemukan dalam Quran. Ajaran ini dicuri dari Injil Kristiani. (Harap lihat bab tentang Hukuman bagi Orang-Orang yang Berzinah). Namun Ahlul Sunnah tidak mengaku bahwa mereka mencuri ide-ide ini dari Injil Kristiani. Bahkan mereka mengatakan bahwa ide pelemparan batu itu ditiru dari cara-cara yang dilakukan oleh monyet. Dengan pengakuannya itu Ahlul Sunnah akan dihukum Allah sesuai dengan janjiNya – mereka mengaku bahwa mereka memang pengikut monyet. Berikut ini bukti-bukti dari hadis Bukhari sendiri.
Bukhari Volume 5, Buku 58, Nomor 188: Dinarasikan oleh Amr bin Maimun:
Selama zaman kegelapan pra Islam, saya melihat monyet betina dikelilingi oleh sejumlah monyet. Mereka semua melempari monyet betina itu, karena ia melakukan hubungan seks terlarang. Demikian pula saya, melemparinya bersama kumpulan monyet itu.
Inilah landasan dari keyakinan sesat Ahlul Sunnah yaitu melempari dengan batu kepada orang yang berzinah hingga mereka tewas. Mereka mempelajarinya dari perilaku monyet. Ucapan Allah terbukti kebenarannya:
[Surat 5:60] Katakan: Haruskah aku memberitahumu tentang (dia yang ) yang mendapat siksa dari Allah? Yaitu orang yang dikutuk dan membuat Allah murka, yang dibuatNya menjadi
Halaman 36 dari 136
monyet dan babi, dan yang melayani Setan; tempatnya lebih buruk dan tersesat dari jalan yang benar.
Allah memang mengubah Ahlul Sunnah menjadi monyet. Hukum Syariah mereka berupa pelemparan batu ke arah orang yang berzinah hingga mereka tewas ditiru dari perilaku monyet.
Poligami: Bangsa Arab juga mempelajarinya dari monyet!
Selanjutnya ulama mentahkikkan poligami dengan mengatakan bahwa pria diperkenankan untuk memiliki empat istri. Hal ini sebenarnya mentahkikkan budaya Arab kafir yang memelihara harem yang seluruhnya merupakan budak wanita demi kesenangan mereka. Dengan salah mengatakan bahwa Islam memperkenankan poligami, mereka melegalkan prostitusi harem.
Disini Ahlul Sunnah khususnya bangsa Arab juga mempelajari perilaku poligami dari monyet. Semenanjung Arab, Yaman, Ethiopia dan Somalia merupakan rumah bagi kera jenis Hamadryas Baboon. Kera jenis ini tinggal di daerah sub padang pasir yang tandus dan padang rumput di negara ini dalam waktu yang lama. Seperti bangsa Arab, babon Hamadryas tinggal di lingkungan yang keras dengan temperatur ekstrim, panas maupun dingin. Yang menarik adalah babon Hamadryas adalah makhluk yang sangat senang bersosialisasi dan memiliki empat level sosial. Babon jantan memiliki harem dimana sekelompok babon betina dengan jumlah hingga 10 bisa didominasi oleh satu ekor babon jantan. Babon-babon ini yang tinggal di sekitar Arab adalah satu-satunya jenis babon yang diketahui memiliki harem.
Dua atau lebih harem dari babon Hamadryas tersebut membentuk suku, dengan satu pria sebagai pengikutnya. Kumpulan Hamadryas Baboon terdiri dari beberapa suku semacam itu.
Dan saat beberapa suku Babon yang berkumpul menjadi satu maka kelompok itu disebut kawanan.
Hal ini bukannya tidak sama dengan cara poligami yang diterapkan oleh bangsa Arab. Dalam Quran tak ada landasan bagi poligami. Kemungkinan besar bahwa bangsa Arab yang mengklaim belajar dari bangsa monyet tentang bagaimana melempari orang berzinah dengan batu hingga mati juga telah mempelajari poligami dari Hamadryas Baboon. Memang Allah telah mengubah mereka menjadi monyet. Halaman 37 dari 136
Kebingungan ulama tentang poligami berawal dari ayat Quran berikut ini yang diinterpretasikan oleh mereka sebagai berikut:
Surat 4:3 Dan bila kamu takut tidak bisa bertindak adil terhadap anak yatim, maka kawinilah wanita itu yang cocok denganmu, dua dan tiga dan empat; namun bila kamu takut tidak bisa bertindak adil terhadap mereka, maka nikahilah salah satu dari mereka atau yang kamu pegang dengan tangan kananmu; ini lebih tepat, dan kamu tidak boleh menyimpang dari jalan yang benar.
Berdasarkan ayat ini mereka berpikir bahwa mereka bisa memiliki dua, tiga atau empat istri.
Ayat ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya yaitu Surat 4:2. Seperti yang tertera dalam Surat 4:2, Surat 4:3 secara jelas membahas tentang pengasuhan demi kepentingan anak yatim. Dan ayat tersebut menjelaskan agar kita menikahkan anak-anak yatim itu yang pantas menurut pertimbangan kita dua, tiga atau empat. Dengan kata lain menikahkan mereka. Bahasa Arabnya cukup jelas:
Fankihuu: oleh karena itu nikahkan mereka Maathaaba: mereka yang tampaknya sesuai Lakum: menurut kamu Minannisaa: dari wanita Matsnaa, wathulaatha warubba: dua, tiga dan empat
Poin lain yang dijelaskan di sini adalah kata-kata dua, tiga dan empat. Bahasa Arabnya adalah “matsnaa, wathulaatha warubaa”. Pada bagian manapun dalam Quran kata-kata ini digunakan untuk menjelaskan ‘sayap’ malaikah (atau yang umum disebut angel/malaikat). Berikut ini ayatnya:
[Surat 35:1] Segala puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi, yang menciptakan malaikat, utusan yang terbang dengan sayap, dua, dan tiga, dan empat; Dia menambahkan pada ciptaanNya apa yang dikehendakiNya; tentu Allah Maha Kuasa atas segalanya.
Malaikat utusan memiliki sayap-sayap “matsnaa, wathulaatha warubaa” atau dua, tiga dan empat. Halaman 38 dari 136
Hal tersebut menandakan pluralitas dan tepatnya bukan dua sayap, tiga sayap atau empat sayap. Kendati kita tidak bisa membayangkan bagaimana malaikat terbang dengan tiga sayap namun bidang pengetahuan manusia (parameter dimana Allah berkomunikasi dengan kita umat manusia) menjadikannya terbang dalam keadaan tidak seimbang dengan tiga sayap.
Namun Quran mengatakan bahwa kita tidak akan pernah bisa adil terhadap wanita:
[Surat 4:129] Dan kamu tidak bisa berlaku adil kepada istri-istrimu, meskipun kamu ingin berbuat demikian, namun janganlah kamu terlalu memihak, agar yang lain tidak merasa berada dalam ketidakpastian; dan bila kamu berbaikan dan menjauhkan diri dari perbuatan jahat, maka Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Allah yang Menciptakan kita berkata bahwa kita tidak mampu berlaku adil terhadap wanita.
Karenanya akan lebih baik bila hanya memiliki satu istri. Telah banyak disebutkan bahwa kita tidak mampu berlaku adil di antara wanita maka rasanya mustahil bila Tuhan yang sama menyarankan kita untuk memiliki dua, tiga atau empat istri. Wanita cenderung tidak setuju dengan poligami dimana suaminya menikahi wanita lain. Hal ini menjadi permasalahan dalam semua budaya dan di seluruh dunia. Itulah sebabnya demi mempertahankan kecenderungan berpoligami dan perilaku memelihara harem bangsa Arab mengembangkan suatu budaya yang sangat merendahkan harga diri wanita dan memperlakukan wanita layaknya harta bergerak. Hanya dengan cara ini bangsa Arab bisa mendesak wanita-wanita mereka untuk tinggal dalam harem. Dan ulama Arab dalam waktu yang lama memainkan dan mentahkikkan perilaku harem bangsa Arab.
Ulama menjadikan Nabi sebagai pedofil Selanjutnya ulama juga menuliskan hadis sesat yang menjadikan Nabi sebagai pedofil (orang yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak kecil). Mereka mengatakan bahwa Nabi menikahi seorang gadis cilik yang bernama Aisyah yang berusia enam tahun. Berikut ini fitnah dan hadis jahat yang ditulis oleh Bukhari:
Bukhari Volume 5, Buku 58, Nomor 236: Dinarasikan oleh ayah Hisham:
Halaman 39 dari 136
Khadija wafat tiga tahun sebelum Nabi berangkat ke Madinah. Nabi tinggal di sana selama kira-kira dua tahun dan kemudian menikahi Aisyah yang saat itu berusia enam tahun, dan Nabi mentahkikkan pernikahan itu saat gadis itu berusia sembilan tahun.
Merasa malu dengan hadis yang salah ini namun tidak memiliki keberanian untuk mengakui keyakinan mereka yang salah, maka beberapa Ahlul Sunnah menggolongkan subyek yang memalukan ini sebagai “salah satu isu paling kontroversial yang dihadapi umat Muslim saat ini.”
Memang dorongan kuffar yang telah menciptakan kisah-kisah palsu ini dan fitnah terhadap nama baik Nabi dengan mengatakan bahwa Nabi menikahi gadis cilik berusia enam tahun dan kemudian pernikahannya disahkan saat gadis itu berusia sembilan tahun membuat mereka tidak tenang dan menghindar untuk menjelaskan kesalahan ini.
Pertama pemaksaan kuffar ini tidak dapat menunjuk dengan pasti usia Aisyah saat ia dituduh menikah dengan Nabi. Versi kesalahan lainnya dari hadis yang sama mengatakan bahwa Aisyah berusia 9 tahun saat ia menikah dengan Nabi dan pernikahan tersebut disahkan saat ia berusia 14 atau 16. Mereka sendiri tidak tahu versi mana ‘yang paling otentik’?
Ulama yang jahat juga merasa sangat malu untuk mengakui meskipun telah berpalsu bahwa Nabi menikahi gadis berusia 6 tahun namun mereka sendiri tidak akan membiarkan anak perempuan mereka menikah pada usia 6 tahun.
Ini merupakan sikap hipokrit setan-setan ini. Mereka akan berargumen bahwa Nabi dibenarkan untuk menikahi gadis berusia 6 tahun, namun hal itu TIDAK diterapkan pada anak-anak perempuan atau saudara perempuan mereka. Ini merupakan bukti terhebat dan mutlak terhadap kesalahan-kesalahan ini.
Usia perkawinan dalam Islam
Mudah sekali untuk mengetahui pendapat Islam tentang usia pernikahan. Kita cukup membaca ayat-ayat dari Quran yang membahas tentang nikah (perkawinan) begitupula ayatayat yang membahas tentang wanita muda. Berikut ini beberapa dari ayat-ayat tersebut. Semuanya khususnya menyebutkan tentang wanita menikah yang telah mencapai usia pubertas:
Halaman 40 dari 136
[Surat 4:25] Dan siapapun di antara kamu yang tidak mampu menikahi wanita beriman yang bebas, maka ia boleh menikahi wanita yang dipegang tangan kanannya di antara pembantupembantu
wanitamu
yang
beriman;
dan
Allah
mengetahui
keimananmu:
kamu
membebaskannya dari yang lainnya; jadi nikahi mereka dengan seizin majikannya, dan berikan mahar yang sepantasnya, mereka adalah wanita yang murni, dan bukan penzina, atau istri orang lain; dan saat mereka menikah, dan kemudian berbuat keji, maka mereka akan menerima setengah dari hukuman yang dibebankan kepada wanita yang bebas. Ini bagi lakilaki diantara kamu yang takut berbuat jahat; dan bila kamu tidak melakukannya maka itu akan lebih baik, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Harap perhatikan kata-kata “mereka yang dipegang tangan kanannya di antara pembantupembantu wanitamu yang beriman”. “Pembantu-pembantu wanita yang beriman”. Kata pembantu wanita adalah ‘fatayaati’. Fatayati bukan anak berusia enam tahun. Fatayaati berarti ‘wanita muda’. Fatayaati artinya wanita. Pria muda atau pemuda adalah ‘fataah’. Contoh bagus ada pada kisah tentang Nabi Yusuf saat ia digoda (sebagai pria muda) oleh istri penguasa. Berikut ini ayatnya:
[Surat 12:30] Dan para wanita di kota itu berkata: Istri penguasa mencari pemudanya (fataaha) untuk menyerahkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya wanita itu sangat mencintainya; sesungguhnya kami melihat kesalahan yang nyata padanya.
Fataah artinya pria muda – (yang sudah cukup umur untuk dicintai oleh seorang wanita seperti dalam kisah Yusuf dalam surat 12:30). Begitupula ‘fataayati’ adalah wanita muda (telah cukup umur untuk menikah seperti yang dijelaskan dalam surat 4:25 di atas). Dalam bagian manapun Quran tidak mengatakan bahwa anda boleh menikahi anak-anak berusia 5 atau 6 tahun.
Itu hanya sekadar kesalahan keji lain yang dibuat oleh musuh-musuh Islam untuk menjadikan Nabi sebagai pedofil.
Berikut ini ayat lain tentang menikahi gadis muda yang menjadi anak yatim.
[Surat 4:127] Dan mereka meminta kamu membuat keputusan tentang wanita. Katakan: Allah memberitahumu tentang keputusanNya mengenai mereka, dan yang dibacakan kepadamu dalam Kitab tentang wanita yatim yang tidak kamu berikan apa yang ditetapkan untuk Halaman 41 dari 136
mereka padahal kamu ingin menikahinya, dan mengenai anak-anak yang lemah, dan bahwa kamu harus memperlakukan anak yatim dengan adil; dan seberapapun bagusnya perbuatanmu, Allah pasti mengetahuinya.
Dan apa yang dibacakan dalam Kitab mengenai menikahi wanita yatim? Berikut ini jawabannya:
(Surat 4:6) dan ujilah anak-anak yatim hingga mereka mencapai usia perkawinan (pubertas); dan bila mereka telah dewasa dalam berpikir, maka serahkan harta mereka, dan janganlah kamu memanfaatkan harta anak yatim itu secara berlebihan dan tergesa-gesa, sebelum mereka dewasa; dan siapapun yang kaya, maka hendaknya ia menahan diri, dan siapapun yang tidak mampu, maka biarkanlah ia memanfaatkan harta itu secukupnya; maka saat kamu menyerahkan hartanya, hadirkan saksi; dan cukuplah Allah menjadi Pengawas.
‘Hatta izaa balaghu nikaaha’ yang berarti ‘hingga mereka berusia matang untuk menikah’. Jangan biarkan ulama jahat Ahlul Sunnah dan Syiah mulai berpura-pura menjadi idiot dan mengatakan usia yang matang untuk menikah atau ‘balaghu nikaaha’ berarti berusia 6 atau 5 tahun.
Dan berikut ini ayat lain yang membahas tentang menikahi wanita muda yang beriman:
[Surat 2:221] Dan janganlah kamu menikahi wanita musyrik sebelum mereka beriman, dan tentunya pembantu wanita beriman lebih baik ketimbang wanita musyrik, kendati ia menyenangkan hatimu; dan janganlah menikahkan wanita beriman dengan pria musyrik sebelum ia beriman, kendati ia menyenangkan hatimu, dan tentu hamba yang beriman akan lebih baik ketimbang orang musyrik, kendati ia menarik hatimu; mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan memaafkan sesuai dengan kehendakNya, dan menjelaskan ayat-ayatNya kepada manusia, supaya mereka mengambil pelajaran.
Disini tak disebutkan tentang menikahi anak yang belum pubertas berumur 6 tahun. Kamu seharusnya menikahi ‘pembantu wanita yang beriman’ (amaatun mu’minaatun). Dalam Quran sama sekali tidak disebutkan bahwa kita menikahi anak kecil berusia 5 atau 6 tahun.
Masih ada ayat-ayat lain lagi namun ayat-ayat yang telah dijelaskan di atas rasanya telah mencukupi. Dalam semua ayat-ayat di atas yang membahas tentang perkawinan (nikaah), kata-kata yang digunakan diantaranya:
Halaman 42 dari 136
‘fatayaati’ (wanita muda), Balaghu nikaah (mencapai usia pernikahan) Amaatun mu’minaatun (pembantu wanita yang beriman)
Tak ada bagian dalam Quran yang menyebutkan bahwa Nabi diperintahkan untuk mengajarkan orang beriman agar menikahi anak-anak kecil berusia 6 tahun.
Tentu bila Nabi meminta orang untuk menikahi wanita muda (fataayati), atau menikahi pembantu wanita yang beriman (amaatun mu’minaatun) atau berbicara tentang anak yatim yang mencapai usia pernikahan (balaghu nikaah) maka Nabi tidak mungkin berubah pikiran dan mengatakan kepada umat ‘Sementara kamu semua menikahi wanita muda, pembantu wanita dan semacamnya saya akan menikahi anak kecil umur 6 tahun’.
Ini merupakan kepalsuan yang keji dan fitnah terhadap nama baik Nabi Islam.
Kepalsuan yang keji dan fitnah ini telah dirancang guna melawan Nabi atas desakan kuffar (kafir) atau orang-orang yang tidak beriman. Pada saat ini para agen dari desakan-desakan kafir adalah para ulama Ahlul Sunnah dan Syiah yang secara membabi buta dan bodoh memunculkan kembali kesalahan-kesalahan ini.
Masalah mereka adalah dengan era Internet dan komunikasi instan kebodohan mereka akan menghadapi risiko yaitu berupa pembuktian serta rasa malu. Pada zaman dahulu orang-orang bodoh itu bisa bersembunyi dalam madrasah-madrasah mereka, buku-buku serta madhab mereka. Saat ini mereka tidak bisa melakukan itu semua. Mereka akan menghadapi orangorang yang bisa membuat malu mereka – hanya dengan mengatakan kebenaran dari Quran.
Ulama-ulama bodoh ini tidak tahu sama sekali tentang Quran. Mereka menyia-nyiakan hidup mereka dengan membuat kesalahan-kesalahan.
[Surat 3:69-71] Sekelompok pengikut Kitab ingin menyesatkan kamu, dan mereka tidak menyesatkan kamu namun dirinya sendiri, dan mereka tidak mengetahuinya. Hai para pengikut Kitab! Mengapa kamu tidak percaya akan wahyu Allah padahal kamu menyaksikannya? Hai para pengikut Kitab! Mengapa kamu menyamakan kebenaran dengan kepalsuan serta menyembunyikan kebenaran padahal kamu mengetahuinya?
Halaman 43 dari 136
Para pengikut Kitab tidak akan percaya pada Quran. Mereka berusaha menyesatkan umat Muslim. Mereka akan melakukan ini dengan membuat umat Muslim mengikuti kitab Injil mereka.
[Surat 2:120] Dan kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan senang denganmu, hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakan: Tentu petunjuk Allah adalah petunjuk yang benar. Dan bila kamu mengikuti keinginan mereka setelah mengetahuinya, maka kamu tidak akan mendapat perlindungan atau pertolongan dari Allah.
Kita tidak bisa mengikuti kitab Injil atau Yahudi. Kita harus mengikuti Quran yang merupakan petunjuk Allah yang benar.
[Surat 3:100] Hai orang-orang yang beriman! Bila kamu mematuhi kelompok orang di antara mereka yang telah menerima Buku, maka mereka akan mengembalikan kamu sebagai orang tidak beriman setelah kamu beriman.
Bila kamu mengikuti kitab Nasrani dan Yahudi, maka kita akan menjadi kafir atau orang tidak beriman. Inilah yang terjadi pada Ahlul Sunnah dan Syiah.
Halaman 44 dari 136
BAB 7: KEPALSUAN TENTANG IBRAHIM DAN PENGORBANAN ANAK LAKILAKINYA Ahlul Sunnah dan Syiah telah mengarang banyak kepalsuan tentang Ibrahim – yang ditunjuk oleh Allah untuk menjadi imam atau pemimpin bagi semua umat manusia (imamu lin nass). Kepalsuan keji yang dibuat Ahlul Sunnah dan Syiah tentang Nabi atau Utusan Allah yang penting ini yang mencoba untuk melecehkan citra Ibrahim, istri, anak laki-laki dan keluarganya.
Sekali lagi kepalsuan ini semuanya ditiru dari Injil Kristiani. Kepalsuan-kepalsuan ini juga benar-benar bertentangan dengan Quran. Kami akan menunjukkan bukti-bukti dari Quran dan membeberkan semua kepalsuan terhadap Nabi dan Utusan Allah Ibrahim yang baik ini dan keluarganya.
Pertama, ini adalah cerita rekaan dari Injil Kristiani. Fitnah Injil terhadap Nabi Ibrahim membentuk landasan bagi hadis palsu yang ditulis oleh ulama Ahlul Sunnah. Ini diambil dari Kitab Genesis:
Genesis 16:1-16 Hagar dan Ismail
1 Kini Sarah, istri Ibrahim, tidak memberinya anak. Namun ia memiliki budak Mesir bernama Hagar; 2 Maka ia berkata pada Ibrahim, TUHAN tidak memberiku anak. Pergilah, tidurlah dengan budakku; mungkin aku bisa membangun keluarga melalui dirinya.”
Ibrahim setuju dengan apa yang dikatakan Sarah. 3 Maka Ibrahim tinggal di Canaan selama sepuluh tahun, Sarah istrinya membawa budak perempuannya Hagar dan memberikannya kepada suaminya agar dijadikan istri. 4 Ia tidur dengan Hagar, kemudian Hagar mengandung.
Saat ia tahu bahwa Hagar mengandung, ia mulai membenci kekasih suaminya tersebut. 5 Kemudian Sarah berkata kepada Ibrahim, “Kamu bertanggung jawab terhadap penderitaanku. Aku menyerahkan budakku ke tanganmu, dan kini ia hamil, ia merendahkan diriku. Semoga TUHAN membuat perhitungan antara kamu dan aku.”
Halaman 45 dari 136
6 “Budakmu ada di tanganmu,” kata Ibrahim. “Lakukan sesuai dengan kehendakmu.” Selanjutnya Sarah memperlakukan Hagar dengan buruk; sehingga ia melarikan diri.
7 Malaikat Tuhan menemukan Hagar dekat mata air di gurun pasir; mata air itu terletak di sisi jalan Shur. 8 Dan ia bertanya, “Hagar, budak Sarah, darimana asalmu, dan akan pergi kemana? Saya melarikan diri dari Sarah,” jawabnya.
9 Kemudian malaikat TUHAN berkata kepadanya, “Kembalilah pada Sarah dan tunduklah kepadanya.” 10 Malaikat itu berkata lagi, “Akan aku tambahkan keturunanmu sehingga jumlahnya akan sulit dihitung.”
11 Malaikat TUHAN itu juga berkata padanya: “Sekarang kamu sedang mengandung Dan kamu akan melahirkan anak laki-laki Kamu akan menamainya Ismail (a) Karena TUHAN telah mendengar penderitaanmu. 12 Ia akan menjadi pria seperti keledai liar; Tangannya akan menentang setiap orang; Dan tangan setiap orang akan menentangnya, Dan ia akan hidup dalam permusuhan Terhadap (b) semua saudara laki-lakinya.”
13 Ia memberikan nama ini kepada TUHAN yang berbicara kepadanya: “Engkau adalah Tuhan yang melihatku,” maka ia berkata, “Aku kini melihat (c) Yang Maha Esa yang melihatku.” 14 Itu sebabnya sumur tersebut dinamai Beer Lahai Roi (d); sumur itu masih berada di sana, terletak di antara Kadesh dan Bered.
15 Hagar melahirkan anak laki-laki untuk Ibrahim, dan Ibrahim memberinya nama Ismail untuk anak laki-laki yang dilahirkannya. 16 Ibrahim berusia delapanpuluh enam saat Hagar melahirkan Ismail.
Berikut ini hadis palsu dari kumpulan Bukhari yang membentuk dasar kepalsuan Ahlul Sunnah tentang Ibrahim. Perhatikan kesamaan yang sangat menyolok antara Injil Kristiani dan hadis palsu Bukhari. Halaman 46 dari 136
Bukhari Volume 4, Buku 55, Nomor 584: Dinarasikan oleh Ibnu Abbas:
Saat Ibrahim bertengkar dengan istrinya, lantaran istrinya cemburu dengan Hajar, ibu Ismail, Ibrahim membawa pergi Ismail dan ibunya. Mereka membawa water-skin (tempat air) yang berisi air, ibu Ismail biasa minum air dari water-skin untuk menambah air susu untuk anaknya. Ketika Ibrahim tiba di Mekkah, ia mendudukkan Hajar di bawah sebatang pohon dan kemudian kembali ke rumah. Ibu Ismail mengikutinya, saat mereka tiba di Kada’, ia memanggilnya dari belakang, ‘Hai Ibrahim! Demi siapa kamu meninggalkan kami? Ibrahim menjawab (Aku meninggalkanmu) demi Perhatian Allah.’ Ia berkata, ‘Saya senang bersama Allah.’ Hajar kembali ke tempatnya mulai minum dari water-skin, dan air susunya bertambah untuk anaknya. Ketika air itu habis, ia berkata pada dirinya, ‘Sebaiknya aku pergi, siapa tahu bisa bertemu seseorang.’ Ia mendaki gunung Safa dan melihat sekeliling, berharap bisa bertemu seseorang, namun batal. Ketika ia menuruni lembah, ia berlari hingga mencapai gunung Marwah. Ia berlari kesana kemari (antara dua gunung) selama beberapa kali. Kemudian ia berkata pada dirinya, ‘lebih baik aku melihat keadaan anakku,’ ia pergi dan melihat anaknya yang menderita dan dalam keadaan sekarat. Ia tidak tega melihatnya dan berkata pada dirinya sendiri. ‘Kalau saya pergi mungkin bisa bertemu seseorang.’ Kemudian ia pergi dan mendaki gunung Safa dan melihat sekelilingnya selama beberapa saat namun tidak melihat siapapun. Selanjutnya ia menyelesaikan tujuh putaran (berlari)antara Safa dan Marwah. Sekali lagi ia berkata pada dirinya sendiri, ‘Lebih baik aku kembali dan melihat kondisi anakku.’ Namun tiba-tiba ia mendengar suara, dan ia berkata pada suara asing itu, ‘Tolonglah kami.’ Hai! Itu malaikat Jibril (yang mengeluarkan suara tersebut). Jibril menginjak tanah dengan tumitnya seperti ini (Ibnu Abbas menginjak bumi dengan tumitnya untuk menggambarkannya), dan menyemburlah air. Ibu Ismail begitu takjub dan mulai menggali.
Ini kisah palsu dari Injil yang telah ditulis kembali dalam hadis Bukhari mengenai kecemburuan istri Ibrahim Sarah terhadap budak wanita yang bernama Hagar, yang ‘diberikannya’ kepada suaminya untuk ditiduri. Menurut hadis yang palsu ini, saat Sarah sendiri tidak bisa memiliki anak, ia memutuskan untuk memberikan budak wanitanya kepada suaminya sebagai gundiknya.
Halaman 47 dari 136
Pertama nama-nama Sarah dan Hajar tidak disebutkan pada bagian manapun dalam Quran, karenanya Quran tidak dapat membenarkan nama-nama yang disebutkan dalam Injil begitupula dalam buku hadis yang palsu.
Ide bahwa Nabi dan Rasul Allah memiliki budak di dalam rumahnya merupakan penolakan terhadap semua ajaran dan apa yang diajarkan Allah kepada Ibrahim dan Musa. Nabi Allah datang untuk membebaskan budak – dan BUKAN untuk memelihara budak perempuan dalam rumahnya. Inilah yang diajarkan nabi kepada kita:
Surat (90:4-16) [90:4]
Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam kesusahan.
[90:5]
Apakah ia berpikir bahwa tak ada seorangpun yang berkuasa atasnya?
[90:6]
Ia berkata: Aku telah menghambur-hamburkan harta.
[90:7]
Apakah ia berpikir bahwa tidak ada yang melihatnya?
[90:8]
Bukankah Kami telah memberinya sepasang mata,
[90:9]
Dan lidah serta bibir,
[90:10] Dan menunjukkan dua jalan yang jelas? [90:11] Namun ia tidak menempuh jalan yang sulit, [90:12] Dan tahukah kamu jalan yang sulit itu? [90:13] Yaitu membebaskan seorang budak, [90:14] Atau memberikan makan saat kelaparan [90:15] Kepada anak yatim yang memiliki hubungan kerabat, [90:16] Atau kepada orang miskin yang sangat menderita.
Allah akan menunjukkan dua jalan kepada manusia (dua jalan yang jelas). Manusia harus memilih jalan yang mensyaratkan komitmen dan upaya yang lebih besar. Itulah jalan membebaskan budak, memberi makan orang kelaparan, memberi makan anak yatim dan orang-orang miskin. Allah tidak pernah meminta manusia, khususnya Nabi dan Rasul pilihannya untuk memelihara budak-budak perempuan dalam rumahnya dan kemudian menjadikan mereka gundik.
Allah juga mengajarkan kepada manusia bahwa pria harus menikahi wanita sebelum mencampurinya, namun disini hadis palsu tersebut mengatakan bahwa Nabi Ibrahim tidur dengan budak perempuan.
Halaman 48 dari 136
Namun kepalsuan tentang Ibrahim dan keluarganya terus berlanjut. Jauh sebelum Quran diturunkan, umat Nasrani telah melontarkan fitnah lain terhadap Allah Yang Maha Besar bahwa Dia memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan anak laki-lakinya. Fitnah kejam yang dilontarkan umat Nasrani menjadikan Allah maupun Ibrahim berkomplot untuk melakukan ritual pengorbanan yang kejam terhadap kehidupan manusia. Bahkan pemikiran tentang fitnah kejam ini sangat tidak masuk akal. Berikut ini fitnah Injil terhadap Allah dan Ibrahim:
Genesis 22 Ujian terhadap Ibrahim 1. Suatu saat Tuhan menguji Ibrahim. Dia berkata padanya, “Ibrahim!” “Ya”, jawabnya.
2. Kemudian Tuhan berkata, “Bawa anakmu, satu-satunya anak laki-lakimu, Ishak, yang kamu cintai, dan pergilah ke daerah Moriah. Korbankan dia di sana sebagai persembahan kepada salah satu gunung yang akan Aku ceritakan padamu.”
3. Pagi-pagi sekali Ibrahim bangun dan mengendarai keledainya. Ia membawa dua budak dan anak laki-lakinya Ishak. Ketika ia sudah memotong cukup kayu untuk persembahan, ia berangkat menuju tempat yang sudah dikatakan Tuhan kepadanya.
4. Pada hari ketiga Ibrahim melihat tempat itu dari kejauhan.
5. Ia berkata kepada para budaknya, “Diam di sini dengan keledai sementara aku dan anak laki-lakiku pergi ke sana. Kami akan melakukan penyembahan dan kami akan kembali padamu.”
6. Ibrahim mengambil kayu yang akan digunakan sebagai sesembahan dan menumpuknya di tubuh anaknya, Ishak, kemudian ia sendiri membawa api dan pisau. Kemudian keduanya pergi bersama.
7. Ishak berbicara kepada ayahnya Ibrahim, “Ayah?” “Ya, anakku?” jawab Ibrahim “Api dan kayunya ada di sini,” kata Ishak, tapi “dimana domba yang akan dibakar sebagai sesembahan?” Halaman 49 dari 136
8. Ibrahim menjawab, “Tuhan sendiri yang akan menyediakan domba sebagai sesembahan, anakku.” Lantas keduanya pergi bersama.
9. Saat mereka sampai di lokasi yang dikatakan Tuhan, Ibrahim membuat altar di sana dan mengatur kayu-kayu di atasnya. Ia mengikat anaknya dan membaringkannya di atas altar, di atas kayu.
10. Kemudian ia meraih tangannya dan mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
11. Namun malaikat TUHAN memanggilnya dari surga, “Ibrahim ! Ibrahim!” “Ya” jawabnya.
12. Jangan sembelih anakmu,” ia berkata. “Jangan lakukan apapun terhadapnya. Kini aku tahu bahwa kamu takut akan Tuhan, karena kamu tidak bisa menolak untuk memberikan anakmu, satu-satunya anakmu.”
13. Ibrahim mencari-cari asal suara itu dan pada semak belukar ia melihat seekor domba jantan (a) yang terjerat tanduknya. Ia menuju ke arah semak belukar itu, membebaskan domba tersebut dari jeratan dan mengorbankannya sebagai sesembahan sebagai pengganti anaknya.
14. Oleh karena itu Ibrahim menyebut tempat itu TUHAN Akan Menyediakan. Dan hingga saat ini dikatakan, “Pada sebuah gunung dimana TUHAN akan menyediakannya.”
15. Malaikat Tuhan memanggil Ibrahim dari surga untuk kedua kalinya
16. dan berkata, “Aku berjanji, menyatakan TUHAN, karena kamu telah melakukan hal ini dan tidak kuasa menolak untuk memberikan anakmu, satu-satunya anakmu,
17. Tentu aku akan memberkahimu dan membuat keturunanmu sebanyak bintang-bintang di langit dan seluas hamparan pasir di pantai. Keturunanmu akan menguasai kota-kota dari musuh-musuh mereka,
Halaman 50 dari 136
18. dan melalui keturunanmu (b) semua manusia di dunia akan diberkahi, karena engkau telah patuh kepadaku.”
Ini merupakah kisah Injil tentang Ibrahim yang mengorbankan anak laki-lakinya karena menurutnya itu merupakan perintah Tuhan. Ahlul Sunnah dan Syiah telah menelan kail, tali, batu ladung dari kisah palsu Injil ini. Hingga kini, untuk merayakan fitnah terhadap Allah dan Nabi Ibrahim, kaum Ahlul Sunnah dan Syiah mengorbankan kambing, unta dan sapi pada Hari Raya Korban atau Idul Adha yang juga merupakan dasar dari ritual haji mereka di Mekkah.
Kisah Ibrahim yang mencoba mengorbankan anaknya tercatat dalam Quran namun dalam detail yang sangat berbeda. Quran sama sekali tidak membenarkan kisah dalam Injil tersebut. Berikut ini versi Quran yang sangat indah:
Surat 37
Surat 37:102. Ketika ia (Ismail) telah cukup dewasa untuk bekerja dengannya, Ibrahim berkata, “Anakku, aku melihat dalam mimpi (araa’ fil manami) bahwa aku mengorbankan kamu. Bagaimana pendapatmu?” Ia menjawab, “Ayah, kerjakan apa yang telah diperintahkan kepadamu. Bila Tuhan menghendaki, maka kamu akan tahu bahwa aku termasuk orang yang sabar.”
37:103. Mereka berserah diri, dan ia meletakkan kepalanya berbaring. 37:104. Kami memanggilnya: “Hai Ibrahim. 37:105. “Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu (qad saddakta al ru’ya)?” Oleh karenanya kami memberi balasan bagi orang-orang yang berbuat baik.
[Kata ‘saddaqta’ berarti ‘membenarkan’. Misalnya Surat 66:12 dimana Mariammembenarkan (saddaqa) kata-kata Tuhannya sebagai suatu kebenaran].
37:106. Sesungguhnya itu merupakan ujian yang nyata. 37:107. Kami menebusnya dengan pengorbanan yang besar. 37:108. Dan kami mengabadikan kisahnya untuk generasi-generasi berikutnya. 37:109. Sejahteralah Ibrahim. 37:110. Demikianlah Kami memberikan imbalan bagi orang-orang yang baik 37:111. Dia adalah salah satu hamba kami yang beriman.
Halaman 51 dari 136
Ini adalah catatan Quran yang tepat tentang Ibrahim yang mencoba untuk memenuhi apa yang dilihatnya dalam mimpi. Namun ini jelas BUKAN merupakan perintah dari Tuhan. Ini hanyalah mimpi Ibrahim. Marilah kita analisa apa yang dikatakan Quran.
Pertama dalam narasi di atas kita melihat hal berikut:
Surat 37:102. Saat ia (Ismail) telah cukup dewasa untuk bekerja bersama ayahnya, Ibrahim berkata, “Anakku, aku melihat dalam mimpi (araa’ fil manami) bahwa aku mengorbankan kamu. Bagaimana pendapatmu?” Ia menjawab, “Ayah, kerjakan apa yang telah diperintahkan kepadamu. Bila Tuhan menghendaki, maka kamu akan tahu bahwa aku termasuk orang yang sabar.”
Ketika Allah memerintahkan para Utusannya untuk melakukan sesuatu, Dia memberikan perintah yang jelas yang tidak menimbulkan kesalahpahaman dari para Utusannya. Lihatlah ayat-ayat berikut ini:
Surat 10:15 “ketika tanda-tanda kami dibacakan kepada mereka, yaitu tanda-tanda yang jelas” Surat 7:101 “utusan-utusan mereka datang padanya dengan tanda-tanda yang jelas” Surat 2:87 “Kami berikan tanda-tanda yang jelas kepada Yesus putra Mariam” Surat 2:92 “Musa datang kepadamu dengan tanda-tanda yang jelas”
Oleh karenanya tidak mungkin Allah akan memberikan Ibrahim perintah yang tidak jelas semacam itu setelah menyaksikan sesuatu dalam tidurnya (manami), kita tahu Ibrahim bertanya kepada anak laki-lakinya ‘Bagaimana pendapatmu?’ Ini bukan perilaku Utusan Allah ketika melaksanakan perintah-perintah Allah.
Kemudian kita mengetahui bahwa perintah untuk membunuh anak sendiri sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran Allah sebagai berikut:
[Surat 6:151] “Katakan: Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Allah atas dirimu – yaitu janganlah kamu menyekutukan segalanya dengan Allah dan berbuatlah baik kepada orang tuamu, dan janganlah kau bunuh anakmu karena takut miskin – Kami memberikan rezeki untukmu dan untuk mereka – dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan keji, halhal yang tampak dan yang tersembunyi, dan janganlah membunuh jiwa yang dilarang oleh Allah kecuali demi alasan keadilan; inilah yang diperintahkan Allah, agar kamu memahaminya.” Halaman 52 dari 136
Nabi mengajarkan kepada kita tentang perintah Tuhan bahwa kita dilarang membunuh anakanak kita bahkan untuk alasan kemiskinan. Jadi bagaimana bisa Allah memerintahkan Nabi lain untuk membunuh anaknya sendiri sebagai ‘korban’? Dan ayat tersebut lebih lanjut mengatakan bahwa kita diharamkan membunuh jiwa kecuali dengan alasan keadilan. Dimana letak keadilan dalam tindakan Ibrahim yang membunuh anaknya? Kejahatan atau dosa apa yang telah dilakukan oleh anak Ibrahim?
Dalam ayat berikut Allah mengatakan kepada kita bahwa membunuh anak-anak (korban manusia) sesungguhnya merupakan tindakan dari orang-orang musyrik.
[Surat 6:137] “Demikianlah orang-orang musyrik itu membenarkan tindakan pembunuhan anak-anak mereka, sehingga membinasakan dan mengaburkan agama mereka; dan bila Allah menghendaki, maka mereka tidak akan melakukannya, karenanya tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”
Perintah Allah kepada umat manusia bahwa pembunuhan anak-anak (korban manusia) adalah tindakan orang-orang musyrik. Karenanya mustahil bila Allah memerintahkan Ibrahim untuk melakukan tindakan musyrik dengan membunuh anaknya. Berikut ini ayat lain dari Quran yang melarang pembunuhan terhadap anak-anak:
Tentu para ulama menolak semua ayat-ayat Quran di atas. Mereka lebih percaya pada fitnah Injil bahwa Allah memerintahkan Ibrahim untuk mengorbankan anaknya. Ulama lebih menyukai tindakan kejam membunuh anak sendiri.
Mereka berkata bahwa Allah tidak pernah bermaksud bahwa anak Ibrahim harus dibunuh.Itu hanyalah sebuah ujian. Berikut ini ayat lain yang memaparkan fitnah ulama terhadap Allah dan Nabi Ibrahim:
[Surat 60:12] Hai Nabi! Apabila datang kepadamu wanita-wanita beriman dan berjanji kepadamu bahwa mereka tidak akan menyekutukan apapun dengan Allah, dan tidak akan mencuri, tidak berzinah, tidak membunuh anak-anak mereka, tidak melontarkan fitnah yang menipu diri mereka sendiri, dan akan patuh kepadamu dalam hal-hal yang baik, menerima janji mereka, dan memintakan ampun atas dosa-dosa mereka dari Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Penyayang. Halaman 53 dari 136
Dalam ayat ini ujian itu secara khusus ditetapkan oleh Allah yaitu untuk menerima janji wanita beriman meliputi janji mereka bahwa mereka tidak akan membunuh anak-anak mereka. Karena membunuh anak sendiri adalah dosa besar. Karenanya tidak mungkin bila Allah menguji Ibrahim dengan cara yang sangat berlawanan yaitu memerintahkan Ibrahim membunuh anaknya sendiri.
Apakah Ibrahim mengetahui perintah-perintah Tuhan bahwa kita dilarang membunuh anak sendiri? Tentu ia tahu karena Allah mengajarkan kepada kita bahwa apapun yang diturunkanNya dalam Quran sebelumnya telah diturunkan kepada Ibrahim dan Musa:
Surat 87:18-19 “Sesungguhnya ini benar-benar ada dalam kitab-kitab sebelumnya, yaitu kitab-kitab Ibrahim dan Musa.”
Sudah pasti bahwa sebelumnya Allah juga mengajarkan Ibrahim bahwa pengorbanan manusia adalah berdosa. Namun tidak dengan Injil Kristiani. Injil Kristiani mengajarkan kepalsuan bahwa Allah memerintahkan Ibrahim untuk mengorbankan anaknya. Umat Kristiani juga percaya bahwa mereka harus melaksanakan ritual kanibal minum darah Kristus yang sekali lagi diyakini ‘dikorbankan’ oleh Allah untuk menebus dosa-dosa manusia. Keyakinan akan pengorbanan manusia sendiri menunjukkan asal mula kekafiran Kristiani. Sayangnya Ahlul Sunnah dan Syiah telah menjiplak kesalahan dalam keyakinan Kristiani ini.
Dan dengan jelas Quran mengatakan bahwa membunuh orang beriman yang tidak berdosa adalah dosa besar:
“Barangsiapa yang membunuh orang beriman dengan sengaja, maka balasannya adalah Neraka, ia akan berada di sana selamanya, Allah murka kepadanya, dan mengutuknya, serta memberinya siksa yang berat” (4:93)
Balasan terhadap pembunuhan orang beriman adalah api neraka. Berikut ini ayat lain:
“Orang beriman dilarang membunuh orang beriman lainnya, kecuali secara tidak sengaja...” 4:92
Halaman 54 dari 136
Sekali lagi orang beriman dilarang membunuh orang beriman lainnya. Karena perbuatan itu bertentangan dengan ajaran-ajaran Allah.
Dalam Quran kita diberitahu bahwa Allah TIDAK PERNAH menyarankan kita berbuat dosa:
“...Katakan, “Allah tidak pernah menyuruh kita berbuat dosa. Apakah kamu mengatakan tentang Allah yang tidak kamu ketahui?” Surat 7:28
Setelah mengajarkan manusia bahwa membunuh anak sendiri adalah tindakan kafir dan perbuatan dosa dan bahwa balasan bagi pembunuh orang beriman adalah api neraka – Tuhan tidak bisa mempertentangkan dirinya sendiri dengan memberikan Ibrahim suatu ujian yang mengharuskan Ibrahim untuk membunuh anaknya sendiri.
Bila kita melihat fakta ini secara keseluruhan, maka kita tahu bahwa putra Ibrahim adalah orang beriman yang baik, sehingga membunuhnya adalah suatu dosa, dan kita tahu bahwa Allah TIDAK PERNAH menyuruh manusia berbuat dosa. Kebenaran tersebut menjadi jelas; Ibrahim bermimpi namun mimpi itu bukan dari Tuhan.
Namun karena Ibrahim adalah orang beriman yang baik “Maka kami memberikan pahala bagi orang baik” Allah turut campur dan menyelamatkan anak Ibrahim. Allah ikut menengahi dan menyelamatkan Ibrahim dari perbuatan dosa (37:107).
Ulama Ahlul Sunnah dan Syiah bagaimanapun menolak semua ayat-ayat dari Quran ini. Hal ini karena mereka adalah orang-orang yang tidak beriman atau kuffar. Mereka lebih suka mendukung kisah Injil Kristiani yaitu Allah memerintahkan Ibrahim untuk mengorbankan anaknya.
Halaman 55 dari 136
BAB 8: MAKANAN HALAL DAN HARAM: KAUM SUNNI DAN SYIAH MEMATUHI KITAB SUCI KRISTIANI/YAHUDI Seperti banyak praktek lainnya yang telah kami jelaskan, kaum Sunni dan Syiah juga mengikuti banyak larangan tentang makanan yang kata per katanya diambil hampir persis seperti yang tertera dalam Injil Kristiani.
Sebelum kita membahas dimana letak kesalahannya secara mutlak, pertama marilah kita melihat apa tepatnya yang diperbolehkan dan dilarang oleh Quran dalam hal makanan.
[Surat 5:3] ‘Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah yang mengalir, daging babi, dan yang disembelih atas nama selain Allah..”
Quran hanya melarang EMPAT TIPE makanan yaitu bangkai, darah yang mengalir, babi dan segala makanan yang dipersembahkan untuk sesuatu selain Allah (yaitu yang dipersembahkan di altar, disembelih oleh manusia dengan identitas khusus, dan lain-lain).
Ayat tersebut selanjutnya menjelaskan secara detail tentang binatang yang mati: “Yang juga dilarang adalah binatang yang mati karena dicekik, dan mati karena dipukul, dan jatuh dari ketinggian, ditanduk, yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu selamatkan, dan yang dikorbankan untuk berhala” (Surat 5:3)
Selain dari ini, SEGALA SESUATU LAINNYA adalah halal bagi Muslim. Ya, hal itu meliputi katak, buaya, burung dan yang lainnya – ASALKAN semua itu bermanfaat bagi Anda. Bangsa Arab mengatakan bahwa mereka bisa memakan kadal gurun atau dhawab. Penemu Arab Saudi Abdul Aziz ibnu Saud biasa menyantap kadal gurun (dhawab) dan tikus gurun.
[Surat 5:4] “Mereka bertanya padamu (Ya Muhammad) apakah yang dihalalkan atas mereka. Katakan: “SEMUA HAL BAIK yang dihalalkan atas dirimu. Dan binatang buruan yang ditangkap oleh anjing yang dilatih olehmu, kamu melatihnya seperti Allah melatihmu; jadi makanlah yang mereka tangkap untukmu dan sebutlah nama Allah atas binatang buruan itu, serta bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah cepat dalam perhitungannya”.
Halaman 56 dari 136
Manusia bertanya kepada Nabi “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?” Nabi diperintahkan untuk berkata “SEMUA HAL BAIK YANG DIHALALKAN BAGIMU”. Dan ini meliputi apa yang ditangkap ANJING-ANJING untukmu (lihat ayat 5:4 di atas).
Ini juga berarti bahwa umat Muslim bisa memelihara anjing dan bahkan menggunakan ANJING untuk mencari makanan. Makanan tersebut adalah halal. Namun banyak kaum Sunni saat ini yang mengatakan bahwa memelihara anjing adalah hal yang diharamkan. Mereka membenci anjing.
Selama ribuan tahun dan hingga kini jutaan manusia menyantap daging landak, tikus rawa, ular, buaya, dan sebagainya. Binatang-binatang ini banyak diminati di berbagai negara dan orang menyantapnya karena binatang-binatang ini adalah makanan yang baik. Bahkan hadis palsu mencatat bangsa Arab menyantap kadal gurun yang disebut ‘dawwab’. Bangsa Arab dan Pakistan juga menyantap belalang dan serangga lainnya. Bangsa Skandinavia makan binatang sejenis tikus kesturi. Bangsa India Amazon makan sejenis binatang pengerat besar yang disebut capybara.
Bagi orang-orang ini, kadal gurun, tikus kesturi dan capybara adalah makanan yang baik. Jadi biarkan mereka menyantapnya – menurut Quran halal.
Begitupula, orang-orang aborigin makan tupai, monyet dan makhluk-makhluk lain karena Allah menciptakan mereka di atas permukaan bumi. Manusia bisa makan semua ini karena bermanfaat bagi mereka.
Ini semua HALAL karena “SEMUA HAL BAIK DIHALALKAN BAGIMU” (Surat 5:4).
Bila Anda mengikuti Quran, maka Anda bisa makan segalanya yang baik untuk tubuh Anda kecuali babi, darah yang mengalir, binatang mati dan makanan busuk. SANGAT sederhana. Bila Anda mengikuti Quran, Anda mampu bertahan dimanapun di muka bumi ciptaan Allah. (Saya pernah melihat “turis” Sunni kelaparan di Papua Nugini. Mereka terus makan roti selama tiga hari)
Ini karena kaum Ahlul Sunnah dan Syiah mempunyai daftar makanan haram yang sangat panjang. Tidak mengherankan (karena semuanya adalah kepalsuan) bila Anda bisa
Halaman 57 dari 136
mengetahui perbedaan-perbedaan antara sunni, syiah, shafi, hanafi, maliki, sub kelompok hanbali dan lain-lain tentang apa tepatnya yang disebut halal atau haram.
Misalnya beberapa orang mengatakan bahwa kepiting, katak, burung dengan cakar adalah haram, binatang bergigi taring seperti anjing adalah haram serta hal-hal lain semacam itu. Bila Anda merujuk buku ‘Al Halal Wal Haram Fil Islam karangan Yusuf Qardawi Anda akan memahami apa maksud saya. Mereka seharusnya tidak melarang atau menjadikan haram semua makanan ini, namun kaum ulama sunni dan syiah tidak peduli. Mereka lebih cerdas ketimbang Allah.
[Surat 5:87] Hai orang-orang beriman! Janganlah kamu melarang hal-hal baik yang dihalalkan Allah untukmu, dan janganlah kamu melanggar batas! Allah tidak menyukai orang-orang yang melanggar batas.
[Surat 5:88] Makanlah yang telah Allah berikan kepadamu sebagai makanan yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadaNya.
Namun kaum Sunni dan Syiah tidak peduli. Mereka mengharamkan apa yang dihalalkan Allah. Mereka lebih hebat dari Allah. Dan darimana mereka memperoleh ide-ide aneh itu? Silakan Anda menerkanya. Tentu dari kitab Injil.
Contoh lain adalah Allah menghalalkan berburu di laut dan memakan segala sesuatu yang berasal dari laut. Segala sesuatu dari laut halal dimakan.
[Surat 5:96] Berburu dan memakan hasil laut dihalalkan bagimu, sebagai makanan lezat bagimu dan pelaut..”
Oleh karenanya selama ribuan tahun orang Eskimo berburu dan memakan anjing laut dan ikan paus serta semua jenis ikan (apalagi yang bisa mereka makan?) Dan kita semua makan ikan dari laut. Begitupula kura-kura, ikan hiu, teripang, udang karang, dan lain-lain. Semua ini halal menurut Allah dan Nabi dalam Quran. Namun kaum Sunni dan Syiah menyusun daftar halal dan haram sendiri yang membingungkan – bahkan dari laut.
Misalnya sub kelompok Shafiee (ataukah Hanafi) diantara kaum Sunni mengatakan bahwa ikan yang tidak memiliki sisik adalah haram. Hal ini akan membuat ikan hiu dan ikan-ikan Halaman 58 dari 136
tertentu yang tidak memiliki sisik dinyatakan haram. Beberapa orang juga mengatakan bahwa belut adalah haram karena mereka adalah ular. Beberapa orang mengatakan kepiting lumut adalah ‘makruh’ atau ‘tidak disarankan’ untuk dimakan karena hidup di dua alam yaitu air dan darat.
Dari manakah asal ide-ide aneh ini? Silakan Anda menerkanya. Ide-ide itu berasal dari Injil Kristiani. Keyakinan Ahlul Sunnah dan Syiah ditiru dari Injil.
Begini bunyinya: [Lev 11:9] ‘Ini bisa kamu makan, yaitu semua yang ada di dalam air. Segala sesuatu yang ada di dalam air memiliki sirip dan sisik, apakah di laut atau di sungai, bisa kamu makan.
Namun seperti beberapa sekte Ahlul Sunnah, Injil mengatakan bahwa Anda tidak boleh makan hal-hal berikut:
[Lev 11:10] Namun segala sesuatu yang ada di laut dan sungai yang tidak memiliki sirip dan sisik, makhluk merangkak di air dan makhluk hidup yang ada di air, adalah dilarang untukmu.
[Lev 11:11] Mereka tetap merupakan hal yang dibenci olehmu; dagingnya yang tidak boleh kamu makan, dan bangkainya adalah menjijikkan bagimu.
[Level 11:12] Segala sesuatu yang ada di air yang tidak memiliki sirip dan sisik adalah dibenci olehmu.
Inilah tepatnya yang dikatakan oleh beberapa kaum Sunni yaitu tanpa sisik adalah haram, kepiting adalah haram atau “makruh” dan lain-lain.
Begitupula Ahlul Sunnah menyusun daftar burung yang TIDAK DAPAT dimakan. Termasuk dalam daftar ini adalah burung pemangsa dan jenis burung lain. Mereka merangkumnya dengan melarang Anda untuk memakan burung yang memiliki cakar dan paruh bengkok. Sekali lagi ini sangatlah mirip dengan daftar berikut yang tertera dalam Injil:
[Lev 11:13] “Dan ini adalah jenis burung yang menjijikkan, jenis burung ini tidak boleh dimakan, karena menjijikkan; elang, burung nasar, burung pemangsa besar. [Lev 11:14] burung rajawali, burung elang kecil menurut jenisnya. Halaman 59 dari 136
[Lev 11:15] setiap burung gagak menurut jenisnya, [Lev 11:16] burung unta, burung malam, burung camar, burung rajawali menurut jenisnya, [Lev 11:17] burung hantu, cormorant, ibis [Lev 11:18] ayam air, pelikan, bangkai burung nasar, [Lev 11:19] burung bangau, heron menurut jenisnya, hoopoe, dan kelelawar.
Kita bisa melihat dengan jelas darimana asal larangan tentang makanan yang ditetapkan oleh kaum Ahlul Sunnah dan Syiah – itu seluruhnya ditiru dari Injil Kristiani. Namun sangat mengejutkan, Ahlul Sunnah dan Syiah keduanya membolehkan memakan binatang locust (belalang perusak tanaman) dan beberapa belalang biasa. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya – bangsa Arab dan Pakistan memang memakan belalang perusak tanaman (locust). Mereka mengatakan binatang ini diperbolehkan atau halal. Hal yang cukup aneh karena mengapa mereka tidak memilih lebah madu, kupu-kupu atau kecoa dan menyatakan bahwa binatang-binatang itu halal? Mengapa hanya mencantumkan locust dan belalang dalam daftar halal mereka?
Jawabannya ada pada fakta bahwa ide locust dan belalang dicantumkan sebagai makanan yang dihalalkan juga dicuri dari Injil. Kaum Ahlul Sunnah dan Syiah meniru Injil dengan sangat detail baik untuk makanan yang DIHALALKAN maupun yang DIHARAMKAN.
[Lev 11:21] Diantara serangga bersayap kamu boleh memakan yang memiliki tungkai di atas kakinya, yang digunakan untuk meloncat.
[Lev 11:22] Binatang yang boleh kamu makan: locust menurut jenisnya, locust botak menurut jenisnya, jangkrik menurut jenisnya, dan belalang sesuai jenisnya.
Namun Quran telah mengatakan “SEMUA HAL BAIK DIHALALKAN UNTUKMU” (5:4). Oleh karenanya beberapa restoran China menyajikan hidangan semut goreng, kecoa dan bahkan kalajengking. Bila itu baik, mengapa tidak? Quran membolehkannya.
Sekali lagi ini hanyalah contoh lain dari sumber-sumber agama Ahlul Sunnah dan Syiah, yang tidak bisa ditemukan dimanapun pada ajaran Nabi dalam Quran. Hal itu dicuri dari Kristiani dan Yahudi. Ajaran-ajaran ini bukan merupakan bagian dari Islam.
Halaman 60 dari 136
Keyakinan Sunni dan Syiah bukan merupakan bagian dari Islam. Namun Anda bisa menemukan ajaran-ajaran ini HANYA dalam Injil Kristiani. Umat Sunni dan Syiah sebenarnya merupakan umat Kristiani yang sangat taat. Tanpa menyadarinya sekarang, kaum Sunni dan Syiah lebih taat dalam mengikuti Injil Kristiani ketimbang umat Kristiani sendiri.
Mereka masuk dalam jebakan yang telah disiapkan oleh umat Kristiani. Allah telah memperingatkan umat Ahlul Sunnah dan Syiah:
[Surat 3:69] Sekelompok pengikut Kitab ingin menyesatkan kamu, dan mereka menyesatkan diri sendiri, dan mereka tidak mengetahuinya.
Namun hal ini sangat terlambat. Kaum Ahlul Sunnah dan Syiah telah disesatkan oleh umat Kristiani. Mereka bukan lagi Muslim. Mereka adalah kuffar.
Halaman 61 dari 136
BAB 9: SUNAT ADALAH DARI INJIL, BUKAN DARI QURAN Kita telah membaca betapa banyaknya hal-hal yang diyakini menjadi bagian dari Ahlul Sunnah dan Syiah sebenarnya ditiru dari Injil. Hingga kini kita tak melihat SATUPUN – TAK SATUPUN dari praktek-praktek keagamaan Sunni dan Syiah dapat ditemukan secara detail dalam Quran mereka sendiri. Sunat tentunya menjadi salah satu darinya. Hal yang besar lainnya adalah sholat lima waktu mereka. Tak satupun dari hal-hal ini yang merupakan keyakinan Sunni (dan Syiah) ditemukan dalam Quran.
Selama bertahun-tahun saya berkali-kali meminta pada Sunni dan Syiah agar menunjukkan kepada saya setidaknya satu hal yang mereka lakukan yang pasti ada dalam Quran. Sejauh ini mereka sama sekali belum mampu menunjukkannya kepada saya.
Bahkan hal-hal bersifat duniawi dan sederhana seperti salam mereka berbeda dengan yang diajarkan dalam Quran. Sunni dan Syiah mengatakan ‘Assalamu Alaikum’. Ini tidak ditemukan dalam Quran. Quran mengatakan ‘Salamun Alaikum’ – sedikit namun merupakan perbedaan besar. Jangan menganggap remeh perbedaan tersebut. Namun intinya terbukti – salam ‘Assalamu Alaikum’ mereka berbeda dengan apa yang tercantum dalam Quran mereka sendiri.
Sejauh ini kita telah melihat bahwa banyak dari keyakinan mereka yang diambil dari Injil Kristiani. Kita bahkan melihat konsep Ahlul Sunnah ‘akidah’ atau keyakinan ditiru dari Injil Yahudi. Bahkan kata ‘akidah’ adalah bahasa Yahudi. Dalam Quran anda tidak bisa menemukan kata ‘akidah’. Hanya turunannya seperti ‘uqudat’ dan ‘aqada’ yang disebutkan namun kata-kata itu tidak mengandung konsep yang sama dengan ‘akidah’ yang telah ditiru dari Injil oleh Ahlul Sunnah.
Berikut ini satu lagi item dalam daftar keyakinan Ahlul Sunnah dan Syiah yang tidak ditemukan dimanapun dalam Quran namun dicuri dari Injil Kristiani: Sunat.
Kaum Ahlul Sunnah dan Syiah percaya bahwa sunat adalah bagian dari keyakinan agama mereka. Mereka percaya bahwa Nabi mengajarkan untuk menyunat anak-anak mereka. Situasinya begitu buruk dimana pengikut Sunni juga menyunat anak perempuan mereka. Mutilasi alat kelamin wanita adalah masalah serius di Afrika dan Timur Tengah.
Halaman 62 dari 136
Kebenarannya adalah Allah tidak pernah meminta kaum Sunni dan Syiah untuk menyunat siapapun. Sebaliknya Allah mengatakan bahwa Dia menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna:
[Surat 40:64.24] ”Allah menciptakan bumi sebagai tempat tinggalmu dan langit sebagai pelindung, dan membentukmu serta menyempurnakan kamu, dan menyediakan hal-hal yang baik untukmu. Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu. Allah yang Maha Agung, Tuhan Semesta Alam!”
Jadi Allah telah menyempurnakan diri kita – termasuk kulup pada pria dan genitalia pada wanita. Kaum Sunni dan Syiah yang cerdas tidak perlu mencoba dan memperbaiki ciptaan Tuhan – meskipun sebagai suatu pilihan, tanpa paksaan atau apapun. Sunni atau siapapun memiliki kebebasan dan pilihan untuk memotong kulup atau memotong bagian lain tubuh mereka – namun itu bukan bagian dari perintah Tuhan. Biarkan tubuh kita seperti apa adanya.
Namun darimana asal keyakinan Ahlul Sunnah dan Syiah tentang sunat?
Sekali lagi jawabannya ada pada Injil Kristiani. Karena banyak dari kaum Sunni terdahulu beralih dari Kristen atau Yudas, mereka membawa keyakinan dan sistem mereka yang kemudian menjadi agama Sunni/Syiah. Satu contoh adalah perjanjian penyunatan dari Injil.
[Gen 17:14.13] Pria yang belum disunat pada bagian alat kelaminnya harus dijauhi dari orang-orangnya; ia telah melanggar janji.” Ini yang disebut perjanjian penyunatan.
Begitupula yang berikut:
[Gen 17:24.16] Ibrahim berusia sembilan puluh sembilan tahun ketika bagian kulup alat kelaminnya disunat.
[Kisah ini ditemukan hampir sama persis dalam teologi hadis Sunni. Sunni mengatakan bahwa Ibrahim menyunat dirinya sendiri dengan adze – kampak kecil. Aduh! Ini dia hadis palsu: Bukhari Volume 4, Buku 55, Nomor 575: Dinarasikan oleh Abu Huraira: Nabi Allah berkata, “Ibrahim menyunat dirinya sendiri dengan kampak kecil pada usia delapan puluh”].
Berikut ini kisah lainnya dalam Injil tentang sunat: Halaman 63 dari 136
[Gen 17:25.18] Dan Ismail anaknya berusia tigabelas tahun saat bagian dari alat kelaminnya disunat.
Dan berikut ini ritual sekte khusus lainnya dari Injil:
[Exod 4:25.11] Kemudian Zipporah mengambil batu api dan memotong kulup anak lakilakinya, dan menyentuh kaki Musa dengan itu, seraya berkata, “Tentu kamu adalah pengantin laki-laki menurut pertalian darah bagiku!”
Sekarang Sunni melakukan hal yang sama. Penyunatan pada anak laki-laki adalah alasan untuk menimbulkan keributan lengkap dengan pesta dan hura-hura.
Jadi sekali lagi kita lihat bahwa Ahlul Sunnah dan Syiah sebenarnya adalah penganut Kristiani yang sangat baik. Mereka mempertahankan keyakinan Perjanjian Lama saat hampir semua penganut kristen telah mengabaikan keyakinan-keyakinan Injil yang sama ini.
Halaman 64 dari 136
BAB 10: HADIS BUKHARI BAHKAN TIDAK DITULIS OLEH BUKHARI Ahlul Sunnah telah tersesat dan menjadi kuffar atau orang-orang yang tidak beriman karena mereka telah mengabaikan Quran. Hari ini tanyakan kepada ulama Ahlul Sunnah pertanyaanpertanyaan sederhana tentang Quran dan mereka akan menatap kosong ke mata Anda. Mereka tidak mengenal Quran. Misalnya dalam buku ini saya telah mengutip begitu banyak ayat dari Quran. Bagi ulama Ahlul Sunnah ayat-ayat ini tampak seperti Yunani karena mereka tidak pernah melihat ayat-ayat ini atau memperhatikan arti ayat-ayat ini dari Quran mereka sendiri.
Maka tidaklah mengejutkan bila Nabi suatu hari akan mengeluh:
Surat 25.30 “Dan Nabi akan berkata: Oh Tuhanku! para pengikutku telah mengabaikan Quran”
Bahasa Arabnya: “Wa qaala rasuulu Ya Rabbi Inna kaumi ittakhazu hadha al Quraana mahjuura!!”
Inilah yang telah dilakukan oleh ulama. Mereka sepenuhnya telah mengabaikan Quran. Jadi apa yang diketahui ulama? Mereka hanya mengetahui beberapa informasi dari literatur hadis palsu mereka. Namun hanya dalam bentuk garis besar saja. Mereka bahkan tidak mengenal hadis mereka dengan baik.
Ahlul Sunnah mengatakan bahwa dalam kumpulan hadis palsu tersebut, tulisan-tulisan dari seorang rekan bernama Imam Bukhari ‘merupakan tambahan dari Quran’. Mereka mengatakan bahwa tanpa hadis palsu ini mereka tidak dapat memahami Quran – Kitab yang diturunkan oleh Allah dimana Allah berkata ‘mudah untuk dipahami’.
Quran mengulang ayat khusus ini sebanyak empat kali:
[Surat 54:17] Dan tentu Kami telah membuat Quran mudah untuk dipelajari, namun adakah orang yang MENGAMBIL PELAJARAN?
Ayat yang sama ini diulang dalam Surat 54:22, 54:32 dan 54:40. Untuk memudahkan manusia mempelajari Quran, Allah telah membuat Quran mudah untuk diingat. Sebenarnya ini logika sederhana. Bila Quran adalah Buku Petunjuk bagi manusia maka harus mudah Halaman 65 dari 136
dimengerti oleh para penggunanya. Adalah sangat mudah untuk mengingat ajaran-ajaran Quran. Pembaca akan melihat bagaimana mudahnya penulis secara tepat menuangkan ayatayat yang tepat di seluruh buku ini. Bahkan penulis telah membaca Quran dari depan hingga belakang hanya sekali dalam hidupnya – dan itu juga hanya dalam bentuk terjemahan. Begitu saja terpatri dalam ingatan Anda. Namun sekali lagi ulama juga menolak ayat ini dari Quran. Mereka tidak percaya bahwa Quran bisa dimengerti dengan mudah tanpa kumpulan hadis palsu Bukhari yang dianggap ‘hanya berada di bawah Quran’.
Namun ulama sendiri belum membaca kumpulan hadis palsu Bukhari secara menyeluruh. Bila mereka telah membacanya pasti mereka akan mengetahui bahwa Quran memiliki 6348 ayat, sementara kumpulan hadis palsu Bukhari hanya mencoba menjelaskan sepertiga atau kurang dari 6348 ayat Quran. Hadis palsu Bukhari tidak cukup untuk menjelaskan keseluruhan Quran.
Dan ulama tidak menyadari bahwa dalam hadis palsu Bukhari mereka akan menemukan katakata “Tidak ada hadis yang dicatat di sini” sebagaimana ‘penjelasan’ Bukhari tentang 28 surat atau juz Quran. (Baca Sahih Bukhari, Volume 6 – Tafsir Quran), terjemahan oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan, University Medina Al Munawwara).
Dengan kata lain Bukhari sendiri mengakui bahwa ia tidak mampu mencatat setiap hadis untuk menjelaskan 28 surat atau juz Quran yang lengkap. Yaitu 25 persen dari 114 surat dalam Quran. Dan hadis sisanya tidak tepat, aneh dan sama sekali tidak menjelaskan ayatayat Quran tersebut.
Dan tetap saja ulama Ahlul Sunnah mengatakan bahwa kumpulan hadis palsu Bukhari ‘berada pada urutan kedua di bawah Quran’. Ini dia penjelasan yang sungguh menggelikan yang disampaikan oleh seorang pengagum Ahlul Sunnah.
“Bila literatur Hadis yang begitu kaya dianggap sebagai kumpulan mutiara yang indah, maka Al-Jami’us Sahih dari Imam Bukhari secara khusus diibaratkan lautan maha luas yang mengalirkan dengan tenang keberuntungan serta perlindungan terhadap lembar-lembar kehebatan yang berharga. Lautan yang tidak seluas samudera namun mampu memuaskan dahaga banyak manusia, hal ini secara mutlak diyakini menjadi ‘buku yang paling otentik setelah kitab Allah’ oleh para pendukung dan penentangnya dengan cara yang sama’.
Halaman 66 dari 136
Dengan bangga mereka berbicara tentang ‘ tingkat pengukuran mengagumkan yang diadopsi oleh Imam Bukhari dalam menjaga kredibilitas ‘Sanad’nya”. Meskipun begitu tak ada bukti bahwa Imam Bukhari menulis apa yang disebut kumpulan hadis yang dikenal sebagai ‘Sahih Bukhari’.
Ulama sendiri mengatakan bahwa ‘Teks Bukhari yang kami terima tidak berupa satu versi yang sama, namun dalam beberapa ‘narasi’ (riwayat), dimana versi yang diserahkan oleh alKhushaymani (d.389) atas wewenang murid Bukhari al-Firabri adalah salah satu riwayat yang paling diterima oleh ulama”.
Ini disebut “Aturan Ulama” atau ucapan-ucapan yang membingungkan. Mereka tidak memiliki satu pun kumpulan tulisan hadis yang dengan yakinnya dikatakan ditulis oleh Imam Bukhari. Tak ada hal semacam itu. Yang mereka miliki hanyalah potongan-potongan kecil yang dipilih dan digabungkan selama hampir lebih dari 600 tahun.
Ulama menyadari bahwa mereka mempertahankan kebohongan yang kosong. Untuk menutupi satu kebohongan mereka menciptakan ribuan kebohongan lainnya. Demi mengalihkan fakta bahwa Bukhari bukanlah penulis kumpulan lengkap hadis palsu yang ditujukan padanya, ulama Ahlul Sunnah mengatakan bahwa sekurangnya tujuh puluh komentar lengkap tentang ‘Sahih yang hebat’ dari Imam Bukhari telah dituliskan. Bagaimana hal ini membantu membuktikan perkara mereka merupakan tugas ulama untuk mengaturnya.
Menurut ulama,
yang paling terkenal dari komentar-komentar ini adalah ‘tak diragukan lagi Fath al-Bari (‘Kemenangan dari Sang Pencipta’) yang disampaikan oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, suatu karya yang merupakan puncak baik dalam genrenya maupun karir akademik Imam. Karya itu dihargai oleh ulama karena kekuatan doktrin penulisnya, cakupan material Bukhari yang lengkap, kehebatannya dalam ilmu pengetahuan Arab yang terkait, kearifan yang ditunjukkannya dalam mengambil pelajaran (fawa’id) dari hadis-hadis yang dijelaskannya secara detail, dan keahliannya dalam menyelesaikan pertentangan yang kompleks terhadap bacaan-bacaan yang berbeda. Karena teks Bukhari tidak disampaikan kepada kita dalam satu versi yang sama, namun berupa beberapa ‘narasi’(riwayat), dimana versi yang disampaikan oleh al-Kushmayhani (d.389) atas wewenang murid Bukhari al Firabri merupakan salah satu versi yang paling diterima oleh ulama” (lihat “Ibn Hajar Asqalani dan komentarnya yaitu Halaman 67 dari 136
Commentary Fath al-Bari” di http://www.central-mosque.com/biographies/asqalani2.htm dan www.thesaurus-islamicus.li).
Dengan pengakuan ulama sendiri kumpulan hadis palsu Bukhari mereka dikumpulkan dari ‘komentar’ atas Bukhari oleh rekan lain yang bernama Ibnu Hajar Al Askalani.
Namun rekan ini Ibnu Hajar tidak pernah bertemu Bukhari karena menurut ulama, Ibnu Hajar Askalani hidup dan wafat pada 852 AH yang berarti 596 tahun setelah Bukhari yang diperkirakan hidup dan wafat pada 256 AH. Ulama mengatakan Bukhari tidak pernah menulis buku yang lengkap. Tak ada mesin pencetak atau mesin fotokopi atau komputer pada saat itu. Dan ada rentang waktu 596 tahun yang memisahkan Ibnu Hajar dari Bukhari. Jadi bagaimana Ibnu Hajar menulis komentar tentang buku yang tidak pernah ada?
Untuk menjembatani kesenjangan seperti ini ulama mengatakan bahwa Ibnu Hajar mendasarkan tulisannya pada komentar rekan lain bernama al-Khushaymani yang hidup dan wafat pada 389 AH. Oleh karena itu mereka memperkecil kesenjangan yang lebar menjadi 463 tahun. Ada perbedaan 463 tahun antara Ibnu Hajar al Askalani dan komentar al Khushaymani. Bahkan komentar al Khushaymani pun tidak tertulis dalam satu volume atau dalam satu kumpulan.
Namun pada akhirnya Khushaymani tetap terpisah 133 tahun dari Bukhari. Kesenjangan lain. Untuk menjembatani kesenjangan ini para ulama membutuhkan rekan lain yang bernama al Firabri (Muhammad ibn Yusuf ibn Matar al Firabri 231-320 AH) yang mereka sebut rantai yang hilang dan sumber dari koleksi hadis palsu dari Bukhari (wafat 256 AH) ke Khushaymani (wafat 389 AH) ke Ibnu Hajar (wafat 852). Pembaca harus cermat bahwa meskipun semua nama ini dan perbedaan waktu selama 596 tahun antara Bukhari dan Ibnu Hajar, para ulama sendiri mengakui bahwa tidak pernah ada kumpulan hadis Bukhari yang lengkap. Tak ada hal semacam itu. Semuanya telah dipalsukan oleh ulama.
Jelas bahwa pernyataan bahwa Al Askalani menulis komentarnya berdasarkan Khushyamani adalah suatu kebohongan. Askalani tidak pernah bertemu Kushyamani. Ada perbedaan waktu 463 tahun di antara mereka.
Argumen yang sama juga berlaku bagi tujuh puluh komentator lainnya? Bahkan angka 70 itu sendiri meragukan. Masing-masing dari ketujuh puluh itu meng-klaim memiliki sumberHalaman 68 dari 136
sumber sendiri. Namun semuanya berbeda (disebut bacaan-bacaan yang berbeda). Tujuh puluh versi tersebut (atau begitu klaim mereka) memiliki sumber Khushaymani, Fiabri dan Askalani sendiri. Mereka memiliki perbedaan waktu mereka sendiri 400 tahun, 500 tahun, 300 tahun dan sebagainya. Pekerjaan mengira-ngira ini merupakan basis dari agama Ahlul Sunnah. Syiah bahkan lebih buruk lagi.
Dan inilah yang dikatakan ulama tentang komentar Ibnu Hajar mengenai hadis Bukhari:
“Ibnu Hajar sering menggunakan varian Kushmayhani sebagai standar teksnya, namun memberikan alasannya, seringkali dalam detail yang kompleks, untuk lebih menyukai bacaan lain dimana hal ini tampaknya memiliki pertimbangan khusus. Dalam melakukan ini ia menjelaskan bahwa dirinya berwenang, berdasarkan sistem ijaza, untuk semua riwayat yang dikutipnya”.
Dengan kata lain Ibnu Hajar Askalani hanya merangkai ideNYA tentang hal yang menurutnya merupakan pemikiran Sahih Bukhari. Ini karena adanya perbedaan-perbeaan dalam hadis Bukhari yang ada. Ini hanyalah pekerjaan mengira-ngira. Inilah yang mereka miliki saat ini yang mereka sebut Sahih Bukhari.
Dan sekali lagi meskipun telah berbicara banyak tentang hadis Bukhari yang penuh kepalsuan, para ulama masih berkata bahwa “ada beberapa hadis yang bisa dipahami secara tepat tanpa merujuk pada perdebatan diantara kalangan pemuka agama yang seringkali berjalan dengan alot yang membahas hal tersebut”.
Menurut para ulama beberapa hadis bisa dipahami tanpa merujuk kepada perdebatan alot di antara ulama. Ini adalah lelucon. Para ulama mengatakan bahwa hadis menjelaskan Quran. Kini mereka mengatakan bahwa tanpa perdebatan alot di antara mereka anda tidak mampu memahami hadis.
Kita diminta untuk percaya bahwa Allah yang Maha Kuasa yang menciptakan alam semesta, langit, hewan dan manusia kini akan tergantung pada perdebatan alot antara ulama sebelum manusia bisa memahami Quran – petunjuk Allah bagi manusia. Kesombongan semacam itu yang ditunjukkan oleh ulama hanya bisa timbul dari kuffar yang ekstrim.
Halaman 69 dari 136
Dan meskipun telah banyak berbicara, kumpulan hadis palsu Bukhari tetap saja mengatakan ‘Tidak ada hadis yang dicatat di sini’ sebagaimana penjelasan untuk 28 surat Quran. Bukhari tidak memiliki hadis palsu yang mencukupi untuk menjelaskan Quran!
Pembaca juga diminta untuk membaca bab yang memperlihatkan daftar hadis Bukhari yang sangat bodoh dan menggelikan. Untuk menyimpulkan bab ini, berikut ini satu contoh saja:
Bukhari Volume 5, Buku 58, Nomor 188: Dinarasikan oleh ‘Amr bin Maimun:
Selama zaman kegelapan pra Islam, saya melihat seekor kera betina yang dikelilingi oleh sejumlah kera. Kelompok kera tersebut sedang melemparinya dengan batu, karena kera betina itu telah melakukan hubungan seksual terlarang. Saya juga ikut melempari kera betina itu dengan batu.
Marilah kita sebut saja hadis ini hadis Kera!
Halaman 70 dari 136
BAB 11: BEBERAPA HADIS BUKHARI YANG BENAR-BENAR BODOH Berikut ini beberapa hadis Bukhari yang benar-benar bodoh. Pembaca harus ingat bahwa kebodohan ini adalah “Al-Jami’us Sahih dari Imam Bukhari yang mendapat hak istimewa untuk disebut lautan luas yang tenang yang mengalirkan keberuntungan dan perlindungan bagi lembar-lembar kehebatan yang berharga”.
Berikut ini beberapa dari lembar-lembar kehebatan yang berharga tersebut:
Bukhari Volume 1, Buku 9, Nomor 490: Dinarasikan oleh ‘Aisyah: Hal-hal yang membatalkan sholat disebutkan di hadapan saya. Mereka berkata, “Hal-hal yang bisa membatalkan sholat adalah seekor anjing, keledai dan wanita.” Saya berkata, “Kamu menganggap kami (wanita) anjing. Saya melihat Nabi sholat sementara saya berbaring antara dirinya dan Kiblat. Kapanpun saya membutuhkan sesuatu, saya akan pergi, karena saya tidak suka menghadapinya.”
Jadi wanita disamakan dengan anjing dan keledai.
Bukhari Volume 4, Buku 54, Nomor 537: Dinarasikan oleh Abu Huraira: Nabi berkata “Bila ada seekor lalat masuk ke dalam minumanmu, maka lalat itu harus dicelupkan ke dalamnya (dalam minuman), karena salah satu sayapnya mengandung penyakit dan sayap satunya menyembuhkan penyakit.”
Mungkin inilah sebabnya mengapa Ahlul Sunnah tetap membeli produk-produk farmasi dari Barat. Lalat yang tercelup ke dalam air teh akan menyebarkan penyakit.
Bukhari Volume 7, Buku 62, Nomor 5: Dinarasikan oleh ‘Ata: Kami bersama Ibnu ‘Abbas hadir pada prosesi pemakaman Maimuna di sebuah tempat bernama Sarif. Ibn ‘Abbas berkata, “Wanita ini istri Nabi jadi bila kamu mengangkat jenazahnya, janganlah mengguncang atau menggoyangnya terlalu keras, namun berjalanlah perlahan karena Nabi memiliki sembilan istri dan beliau mematuhi aturan secara bergiliran mengunjungi delapan istrinya, sementara satu diantaranya tidak mendapat giliran pada malam hari.”
Ini merupakan misteri.
Halaman 71 dari 136
Bukhari Volume 7, Buku 62, Nomor 6: Dinarasikan Anas: Nabi biasanya berkeliling (berhubungan seks dengan) semua istrinya dalam satu malam, dan beliau memiliki sembilan istri.
Namun hadis lain mengatakan bahwa satu istrinya tidak mendapatkan giliran.
Bukhari Volume 7, Buku 62, Nomor 7: Dinarasikan oleh Said bin Jubair: Ibn ‘Abbas bertanya pada saya, “Apakah kamu sudah menikah?” “Belum.” Jawab saya. Ia berkata, “Menikahlah, karena orang terbaik (Muslim) bangsa ini (yaitu Muhammad) dari semua muslim yang lain, memiliki jumlah istri terbanyak.”
Semakin banyak istri yang dimiliki seorang laki-laki, maka laki-laki itu adalah Muslim yang baik. Hmmm...
Mahmood bin Rabe menarasikan, “Saya masih ingat saat saya berusia lima tahun, Nabi yang suci berkumur-kumur dan kemudian memuntahkan air yang dikumurnya ke muka saya”. (Bukhari Kitabul Ilm vol. 2, hadis 77)
Mungkin tambahan pada ‘membenamkan lalat pada minuman teh anda’ akan menyembuhkan penyakit.
Nabi (yang Mulia) biasanya mengunjungi kesembilan istrinya setiap malam. (Bukhari, Buku Nikah 3:52)
Nabi yang Suci biasanya berhubungan seks dengan semua istrinya selama satu jam siang dan malam (tanpa mandi) dan jumlah istrinya adalah sebelas.
Nabi yang Suci memiliki kekuatan seksual setara dengan 30 laki-laki (Bukhari, Buku Mandi 1:189).
Nabi mengatakan bahwa orang terbaik diantara pengikutnya adalah orang yang memiliki istri paling banyak (Bukhari, Buku Nikah 3:52).
Nabi yang Suci berkata, “Siapa yang akan membelikan budak ini untukku?” Hazrat Naeem membelikannya untuknya seharga 800 Dirham (Bukhari, Kitabul Ikrah halaman 669).
Hadis Bukhari menjadikan Nabi sebagai pedagang budak! Halaman 72 dari 136
Matahari terbit di antara dua tanduk Setan (Bukhari 2:134) Dan kita pikir matahari terbit dari Negara Matahari Terbit!
Setelah kejatuhan Khyber, orang menggambarkan keindahan Safia Bint Hui, istri dari tentara musuh pembunuh. Nabi memilihnya untuk dirinya. Saat perjalanan menuju Medinah ia berhenti dan berhubungan seksual dengannya. Rekan Nabi tidak tahu apakah wanita itu istri atau selirnya. Saat tirai antara wanita dan teman prianya tersingkap barulah mereka tahu bahwa ia adalah seorang istri (Bukhari, Buku Penjualan dan Buku Nikah 3:59).
Dari pedagang budak hingga tidur dengan 9 dari 11 wanita dalam satu malam dan tidur dengan tahanan perang! Sesungguhnya Bukhari menjadikan Nabi Islam menjadi manusia hebat yang sebenarnya dan seorang lelaki sejati!
Nabi berkata, ‘Nasib buruk, kesialan dan malapetaka bisa muncul dari seorang istri, rumah dan seekor kuda” (Bukhari, Buku Nikah 3:60).
“Setelah zamanku, kesengsaraan yang terhebat bagi pria adalah wanita” (Bukhari, Buku Nikah 3:61).
Saya melihat sebagian besar yang masuk gerbang neraka adalah wanita (Bukhari, Buku Nikah 3:97).
Sekali lagi pernyataan fitnah terhadap wanita. Mereka layaknya anjing dan keledai. Kini mereka juga seperti kuda. Dan tentu saja wanita akan masuk neraka dalam jumlah yang besar.
Fitnah (kesengsaraan) ada di Timur (Bukhari, Buku Talaq 3:132) Mungkin kompas Bukhari rusak?
Aisyah berkata pada Nabi, “ Ah! Kepala saya mau meledak,” Ia berkata, “Saya berharap kepalamu meledak.” Aisyah menjawab: “Kamu ingin saya mati agar kamu bisa menghabiskan malam berikutnya dengan istrimu yang lain” (Bukhari, Book of Medicine, vol.3) Mungkin Aisyah adalah wanita yang tidak mendapatkan giliran pada malam tertentu itu?
Halaman 73 dari 136
Seorang pria bertanya, “Kami mendapatkan penghasilan dari para budak wanita ini, (narasi lain menyebutkan prostitusi) jadi bisakah kami melakukan hubungan seksual dengan mereka?” Nabi berkata, “Melakukan hal itu bukanlah dosa” (Bukhari Kitabul Qadr 3:543).
Beberapa orang jatuh sakit di Medinah. Nabi menyarankan mereka untuk minum air kencing dan susu unta. Setelah kesehatan mulai pulih, mereka membunuh seorang penggembala. Nabi memerintahkan agar tangan dan kakinya dipotong dan mata mereka dikelupas. Mereka tergeletak di atas hamparan pasir panas. Saat mereka minta minum, permintaannya ditolak. Kemudian mereka makan pasir hingga akhirnya tewas (Bukhari Kitabul Mahrabain dan Kitabut Tib halaman 254). Resep medis organik lainnya. Dari lalat hingga air kencing unta.
Bermimpi melihat wanita berkulit hitam merupakan tanda akan terjadinya epidemi (Bukhari Kitabul Ta’abir). Apakah ini berarti bahwa orang berkulit hitam harus bermimpi tentang orang kulit putih juga?
Suatu hari istri Nabi terlambat bangun. Nabi berkata, “Banyak wanita yang berbusana di dunia ini akan dibangkitkan tanpa mengenakan busana di hari akhir” (Bukhari Kitabul Fatan 3:718). Misteri lain.
Nabi biasanya merasa tidak tenang dan takut saat ia melihat langit mendung (Bukhari, Asal Mula Penciptaan 2:213). Nabi juga percaya tahayul?
Api neraka mengeluh pada Allah, “Satu bagian diriku memakan bagian lain.” Jadi, api neraka punya dua nafas – satu pada saat musim panas dan lainnya pada musim dingin. Itulah bagaimana kamu melihat perubahan musim (Bukhari, Asal Mula Penciptaan 2:231).
Hanya di negara-negara Arab. Bagaimanapun padang pasir panas seperti di neraka. Azan, (panggilan untuk sholat), mengusir Setan, mengeluarkan gas saat ia berlari (Bukhari Asal Mula Penciptaan 2:237).
Setan tidak boleh makan terlalu banyak kacang Jalapeno.
Pada malam hari setan menetap dalam lubang hidungmu (Bukhari, Asal Mula Penciptaan 2:241). Halaman 74 dari 136
Dan itulah sebabnya mengapa saat hidungmu gatal di malam hari kamu tidak boleh menggaruknya.
Seekor ayam jantan melihat malaikat, dan seekor keledai melihat Setan (Bukhari, Asal Mula Penciptaan 2:213). Itulah sebabnya mengapa keledai tetaplah keledai dan ayam jantan adalah ayam jantan.
Tikus adalah suku Israel yang tersesat karena mereka tidak minum susu unta, namun minum susu kambing (Bukhari, Asal Mula Penciptaan 2:244). Namun susu kambing sangat mahal. Tikus punya selera mahal.
Lima binatang adalah berdosa, jadi bunuhlah mereka walaupun di Mekkah: tikus, kalajengking, elang, burung gagak, dan anjing yang menggigit (Bukhari, Asal Mula Penciptaan 2:245). Bagaimana dengan anjing yang tersenyum?
Nabi memerintahkan untuk membunuh anjing (Bukhari, Asal Mula Penciptaan 2:247).
Apa yang kamu harapkan – setelah perdagangan budak dan tidur dengan tahanan perang. Wanita tercipta dari rusuk jadi ia akan terus melengkung. Biarkan ia melengkung (Bukhari, Asal Mula Penciptaan 2:251).
Maimunah berkata bahwa ia melihat Nabi yang sedang mandi setelah berhubungan seks, hingga ia melihatnya membersihkan bagian-bagian tubuh pribadinya (Bukhari, The Book of Bath 1:193). Sebelum Nabi, para pria tidak pernah membersihkan bagian-bagian tubuh pribadinya?
Bila Nabi ingin berhubungan seksual dengan istrinya yang sedang menstruasi, ia memerintahkan istrinya untuk mengikatkan semacam cawat meskipun masa menstruasinya sedang berada di puncak. Selanjutnya Nabi menggaulinya. Siapapun yang telah membuat hadis ini melontarkan pernyataan yang berlawanan: Aisyah berkata, “Tak seorangpun dari kamu yang memiliki kontrol diri yang kuat terhadap hasrat seperti yang dimiliki Nabi!” (Bukhari Buku Menstruasi 1:98, bab 207).
Halaman 75 dari 136
Abu Hurairah menarasikan bahwa Nabi berkata, “Aku sedang sholat. Setan muncul di hadapanku dan mencoba mendesakku untuk menghentikan sholatku. Allah memberiku kekuatan untuk mengontrolnya dan mengalahkannya. Aku berpikir untuk mengikatnya di tiang sehingga kamu bisa melihatnya di pagi hari (Bukhari 1:469, bab 766).
Quran berkata, ‘Setan dan kelompoknya bisa melihat dari tempat dimana kamu tidak bisa melihatnya’ Surat 7:27.
Utusan Allah menjuluki istrinya Safiah sebagai ‘O’ kepala botak yang rapuh! (Bukhari, Kitab Talaq halaman 143).
Umro bin Maimon melaporkan, “Saya melihat seekor kera dikelilingi oleh segerombolan kera lain. Ia telah berzina dengan seekor kera betina. Jadi, gerombolan kera itu melemparinya dengan batu hingga ia mati. Saya juga melemparinya dengan batu.”
Variasi dari hadis ini melaporkan, “Kera betina berbaring dengan seekor kera yang agak tua ketika seekor kera jantan muda datang serta memberi tanda dengan matanya. Kera betina muda itu perlahan menarik tangannya dari bawah kepala kera tua itu dan berjingkat-jingkat meninggalkannya. Kemudian kera betina tersebut berzinah dengan kera jantan muda. Kera tua tahu apa yang telah terjadi sehingga ia berteriak dan mengumpulkan kera-kera yang berada di sekitarnya. Mereka melempari keduanya (pasangan kera yang berzinah) dengan batu hingga mati!” (Bukhari 2:261).
Yurisprudensi monyet lainnya dari Ahlul Sunnah.
Bila seorang wanita menolak untuk berhubungan dengan suaminya, maka malaikat akan mengutuknya hingga ia kembali (Bukhari, Buku Nikah halaman 96).
Hadis #185 menarasikan bahwa suatu saat Nabi minta semangkuk air. Ia mencuci tangan dan wajahnya dengan air itu. Kemudian ia berkumur-kumur dan setelahnya memerintahkan Abu Musa dan Bilal minum air bekas itu!
Buku Mandi #246: Abu Salma dan saudara laki-laki Aisyah mengunjungi Aisyah untuk belajar tentang tatacara mandi setelah berhubungan seks. Ia mengambil wadah dan mandi. Ada tirai yang membatasi mereka dan dirinya. Halaman 76 dari 136
Itu adalah Ilmu Pengetahuan Rumah. Kamu harus mengajarkan kepada generasi yang lebih muda bagaimana cara membersihkan bagian-bagian pribadimu.
Nabi yang suci melintas di hadapan sekelompok wanita. Ia berkata pada mereka, “Hai para wanita, bersedekahlah, karena aku melihatmu terbakar di neraka dalam jumlah besar.” Saat para wanita itu bertanya alasannya, ia berkata: “Kamu dikutuk!” “Kamu tidak berterima kasih pada suamimu.” “Meskipin bodoh dalam pengetahuan maupun agama, kamu mampu mengalahkan pria yang arif; kamu adalah ciptaan yang tidak pernah bisa terlihat.” “Bukanlah ada kesaksikan bahwa wanita tercipta sebagian dari pria? Ini merupakan tolok ukur dari rendahnya kecerdasanmu!” “Dan ingatlah, bila seorang wanita sedang menstruasi maka ia tidak diperbolehkan untuk sholat atau puasa. Ini merupakan tolok ukur kurangnya agamamu.”
Halaman 77 dari 136
BAB 12: ULAMA AHLUL SUNNAH DAN SYIAH MEMBERIKAN CERAMAH TENTANG PERBUDAKAN YANG DIAMBIL DARI INJIL KRISTIANI Merupakan suatu fakta bahwa hingga hari ini perbudakan secara bebas dipraktekkan di negara-negara pengikut aliran Ahlul Sunnah seperti Saudi Arabia dan Sudan. Mereka mempelajari hal ini dari Injil Kristiani.
Tentu saja definisi lebih luas dari perbudakan akan menempatkan hampir seluruh Negara Berkembang ke dalam golongan perbudakan. Ada banyak perbudakan di India, Indonesia, Pakistan dan Filipina. Ini merupakan perbudakan yang melembaga pada skala nasional yang ditopang oleh kondisi buta huruf, kebodohan, sistem kasta di Pakistan dan India serta mengakibatkan kemiskinan. Beberapa menyebutnya ‘marjinalisasi’ atau nama lain yang lebih indah namun tetap saja merupakan bentuk perbudakan. Presiden Nelson Mandela, seorang Muslim sejati, menyebutnya perbudakan kemiskinan.
Namun dalam teologi Ahlul Sunnah, dalam hadis dan sunnah palsu mereka (semoga Allah menyelamatkan kita dari mereka) mereka memiliki referensi yang jelas tentang perbudakan. Ini adalah keyakinan setan yang jahat yang diwariskan Ahlul Sunnah dari leluhur Injil mereka.
Misalnya dalam buku yurisprudensi Ahlul Sunnah yang terkenal yaitu Al Muwatta karangan Imam Malik terdapat bab yang membahas secara detail tentang BUDAK. Imam Malik memberitahu Ahlul Sunnah tentang cara membeli dan menjual budak, bagaimana seorang ayah bisa mewariskan budak wanita kepada anak laki-lakinya (bila si ayah telah berhubungan seks dengan budak wanita tersebut, maka anak laki-lakinya tidak bisa berhubungan seks dengan budak itu – mereka hanya bisa mengerjakan pekerjaan rumah!!!) dan ajaran-ajaran setan lainnya semacam itu.
Quran mengatakan kepada seluruh umat manusia (dan bukan hanya pada umat Muslim) agar membebaskan budak. Quran menyebutkan pembebasan budak sebagai bagian perbuatan baik.
[Surat 2:177] Bukan perbuatan baik bila kamu menghadapkan wajah ke Timur dan Barat; namun hal yang baik bila manusia percaya pada Allah dan Hari Akhir serta para malaikat dan Kitab Suci serta para nabi; demi kecintaan pada Allah, memberikan harta kepada kerabat,
Halaman 78 dari 136
anak-anak yatim, orang miskin, musafir yang membutuhkan pertolongan dan kepada pengemis, serta membebaskan budak; dan melakukan pengabdian yang tepat dan menunaikan sedekah. Dan mereka yang menepati janjinya bila mereka berjanji, dan sabar menghadapi kesengsaraan dan penderitaan dan perasaan tertekan. Mereka itu adalah orang-orang yang tulus. Mereka adalah orang-orang yang takut pada Allah.
Perintah ini berlaku bagi semua orang – dan tidak hanya bagi Muslim saja. Misalnya anda adalah orang yang menganggap diri anda adalah Muslim dan misalnya anda memiliki beberapa budak, setelah membaca perintah Quran di atas anda harus segera membebaskan budak. Bila tidak maka anda tidak bisa menyebut diri anda sebagai Muslim. Anda bukan orang yang berbudi. Akhiri perbudakan. Selesai.
Namun peniru Injil yang jahat seperti Imam Malik bisa menuliskan bab-bab secara detail tentang bagaimana seorang ayah dan anak laki-lakinya bersatu untuk berhubungan seks dengan pembantu wanita mereka. Inilah ulama Ahlul Sunnah yang keji bagi anda, teman-teman.
Dalam contoh lain, Quran memerintahkan untuk bersedekah dan bahkan menjelaskan secara rinci tentang tujuan bersedekah – diantaranya adalah membebaskan budak.
[Surat 9:60] “Sedekah hanya untuk orang-orang fakir miskin, dan mereka yang bertugas mengumpulkannya, dan mereka yang dibujuk hatinya, serta untuk membebaskan para budak, orang-orang yang berhutang, dan untuk jalan Allah, dan (untuk) musafir; tugas yang dibebankan oleh Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Bijaksana.”
Tujuan bersedekah atau beramal adalah juga untuk membebaskan budak. Hal yang aneh bila mengatakan bahwa Nabi mengizinkan perbudakan (sebagaimana yang diperintahkan oleh ulama jahat) sementara Quran memerintahkan untuk bersedekah untuk membebaskan budakbudak yang sama.
Namun hal yang sama tidak diyakini oleh Ahlul Sunnah atau Syiah. Mereka mengizinkan penangkapan budak, memelihara budak, memperdagangkan budak, berhubungan seksual dengan budak, mewariskan budak dari ayah kepada anak laki-lakinya dan banyak jenis kejahatan lainnya. Ini adalah kejahatan Ahlul Sunnah untuk anda. Berikut ini perintah lain dalam Quran. Sekali lagi hal ini diterapkan kepada semua manusia dan bukan hanya untuk Muslim: Halaman 79 dari 136
[An-Nur 24:33] Dan biarkan mereka yang tidak mampu menemukan pasangannya jagalah kemurnian hingga Allah memberikan kebebasan dengan karuniaNya. Dan bila budakbudakmu menghendaki perjanjian maka buatlah perjanjian itu, bila kamu mengetahui kebaikan mereka, dan anugerahilah mereka dengan kekayaan yang Allah berikan kepadamu. Janganlah paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran demi kesenangan duniawimu, bila mereka ingin menjaga kesuciannya. Dan bila ada yang memaksa mereka, maka kepadanya, setelah dipaksa maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.
Bila seseorang memiliki budak dan budak itu memohon kebebasannya, maka kita harus memberikan kebebasan mereka secara tertulis (SEGERA) dan juga memberikan sebagian dari uang mereka. Quran tidak hanya dokumen yang liberal, namun terkadang juga bersifat sosial. Cobalah mengusulkan ini kepada bangsa Arab, Pakistan, Sudan dan India, dan lain-lain.
Namun darimana Ahlul Sunnah dan Syiah mempelajari hal keji tentang perbudakan ini? Silakan anda menerkanya. Jelas hal itu berasal dari Injil.
[Lev 25:46.20] Kamu boleh mewariskan mereka kepada anak laki-lakimu, memilikinya selamanya; kamu boleh memperbudaknya, namun terhadap saudara-saudaramu orang-orang Israel kamu tidak boleh menerapkan aturan, menguasai dengan kasar.
Ada usulan yang sama mengerikannya yang dilontarkan oleh Imam Malik dalam bukunya yang berjudul Al Muwatta. Injil juga memiliki usulan-usulan lain yang berkaitan dengan perbudakan.
[Lev 25:44.18] Tentang budak pria dan wanita yang engkau miliki; kamu boleh membeli budak pria dan wanita dari orang-orang di sekitarmu.
Itulah ajaran Injil. Anda bisa memperbudak ras lain yang ada di sekitar Anda.
Sekali lagi hal ini juga dipraktekkan oleh Saudi Arabia hingga kini. Keyakinan yang mereka ikuti adalah mereka bisa memperbudak bangsa lain. Hingga kini istilah umum bangsa Pakistan yang bekerja di Saudi Arabia adalah ‘abd’ atau abdul yang berarti budak. Inilah perbudakan yang diterapkan Ahlul Sunnah untuk anda.
Halaman 80 dari 136
[Lev 22:10] “Orang asing dilarang makan sesuatu yang suci. Pendeta atau pembantu sewaan yang berkunjung dalam waktu singkat dilarang makan sesuatu yang suci;
[Lev 22:11] namun bila seorang pendeta membeli budak sebagai penghasil uang, maka budak itu boleh makan sesuatu yang suci; dan mereka yang lahir dalam rumahnya boleh menyantap makanannya. Di sini Injil bahkan mengizinkan pendeta untuk membeli dan memelihara budak. Tak heran bila ulama Ahlul Sunnah telah meminjam ide ini juga.
[Exod 21:32.6] Bila seekor sapi jantan menanduk seorang budak, pria atau wanita, maka pemiliknya harus memberikan kepada majikannya tigapuluh uang logam perak, dan sapi tersebut harus dilempari batu hingga mati.
Dengan demikian Injil menetapkan nilai seorang budak setara dengan tigapuluh keping uang logam perak.
Kini umat Kristiani yang berkeyakinan positif mengabaikan ajaran-ajaran Injil tersebut (atau justru menerapkannya?). Ini sangat memalukan. Jahat. Namun tidak bagi ulama Ahlul Sunnah. Ulama Ahlul Sunnah adalah penganut Kristen yang paling baik di seluruh dunia. Mereka telah mengabaikan Quran.
Halaman 81 dari 136
BAB 13: AHLUL SUNNAH MENDUKUNG PRASANGKA INJIL TERHADAP WANITA YANG SEDANG MENSTRUASI Dalam agama Ahlul Sunnah wanita menempati golongan kedua yang rendah dalam masyarakat. Dalam agama Syiah, posisi wanita bahkan lebih rendah dan dianggap sebagai warga negara kelas dua. Mengapa? Ini karena Ahlul Sunnah dan Syiah telah mengadopsi ajaran-ajaran Injil yang sungguh keji yang bertujuan untuk menjatuhkan harga diri wanita dalam masyarakat.
Kita tahu bahwa instruksi pemakaian penutup kepala atau ‘jilbab’ bagi wanita yang sepenuhnya merupakan temuan Kristiani tertera dalam Injil Buku I Corinthians, bagian 11. Ibu Theresa adalah contoh terbaik wanita berjilbab.
Ajaran-ajaran ini tidak ditemukan dalam Quran. Ajaran tersebut bukan merupakan bagian dari ajaran Nabi. Ini merupakan kepalsuan yang dicuri atau ditiru dari Injil Kristiani dan kemudian disampaikan sebagai bagian dari agama Ahlul Sunnah dan Syiah.
Contoh lain penghinaan terhadap wanita yang dilakukan oleh kaum Ahlul Sunnah dan Syiah adalah dengan mengatakan kepada para wanita bahwa mereka tidak bersih saat sedang menstruasi. Derajat penyiksaan terhadap wanita bervariasi di antara sekte dan sub sekte yang berbeda dari Ahlul Sunnah dan Syiah.
Misalnya, Ahlul Sunnah mengatakan saat wanita sedang menstruasi, ia dilarang untuk sholat. Wanita yang sedang menstruasi tidak bisa masuk mesjid. Wanita yang sedang menstruasi tidak boleh menyentuh Quran. Wanita yang sedang menstruasi tidak boleh berpuasa. Wanita yang sedang menstruasi tidak boleh pergi haji.
Begitupula saat wanita Sunni melahirkan, secara spiritual ia dianggap tidak bersih selama beberapa periode waktu yang berbeda biasanya empat puluh hari, 30 hari atau berapapun – tergantung pada sekte Sunni yang diikutinya. Banyak larangan yang diterapkan padanya selama waktu ini. Yang demikian itu adalah agama Ahlul Sunnah yang salah.
Halaman 82 dari 136
Anda tidak akan pernah menemui ide-ide salah ini dalam ajaran Nabi yang sesungguhnya yaitu Quran. Namun darimana ide-ide ini diperoleh? Ya tuan/nyonya anda bisa menerkanya. Semuanya berasal dari Injil Kristiani.
[Lev 12:2] “Katakan kepada orang-orang Israel, bila seorang wanita mengandung dan kemudian melahirkan bayi laki-laki, maka kondisinya dianggap tidak bersih selama tujuh hari; seperti saat ia sedang menstruasi, ia dianggap tidak bersih.
[Lev 12:4] Selanjutnya selama masa penyucian dari kondisi kotor selama tigapuluh tiga hari, ia dilarang menyentuh hal-hal yang suci, dilarang masuk ke tempat suci, hingga masa penyuciannya berakhir.
Tujuh ditambah tiga puluh tiga = empatpuluh hari dalam keadaan kotor, tepat seperti periode kotor yang ditetapkan oleh Ahlul Sunnah untuk masa setelah ibu melahirkan.
[Lev 12:5] Namun bila ia melahirkan bayi perempuan, maka kondisi tidak bersihnya berlangsung selama dua minggu, seperti waktu menstruasi; dan ia harus menjalani masa pembersihan selama enam puluh enam hari.
Diskriminasi terhadap wanita dimulai lebih awal. Periode kotor bila melahirkan bayi perempuan adalah 80 hari.
Quran memang membahas tentang isu menstruasi wanita. Marilah kita mencermati ajaran Quran yang sederhana dan indah berikut ini:
[Al Baqarah 2:222] Mereka bertanya padamu (Ya Nabi) tentang menstruasi. Katakan: Ini merupakan penyakit, jadi biarkan wanita sendiri pada saat-saat seperti itu dan janganlah mendekatinya hingga mereka bersih. Dan bila mereka telah menyucikan diri, maka dekati mereka sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah mencintai mereka yang bertobat, dan mencintai mereka yang memperhatikan kebersihan.
Ajaran yang dimaksud dalam Quran ini adalah saat wanita sedang menstruasi pria dilarang berhubungan seks dengannya (‘dan jangan dekati mereka hingga mereka bersih) karena mereka dalam keadaan kotor. Mengapa? Karena mereka sedang menstruasi. Setelah mereka
Halaman 83 dari 136
bersih, pria bisa berhubungan seks dengannya (Dan saat mereka telah membersihkan diri, maka dekati mereka sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadamu).
Tak perlu bantuan ilmuwan untuk memahami hal ini. Tersedia milyaran produk kesehatan wanita yang diperuntukan khusus bagi perawatan kebersihan wanita. Setiap orang tahu hal itu. Bahkan non Muslim pun tahu tentang hal ini. Namun masa menstruasi tidak menghalangi wanita untuk mengendarai mobil, mengajar di sekolah, memecahkan rekor Olimpiade, berlayar keliling dunia atau memasak untuk suami Sunni mereka.
Ajaran salah tentang menstruasi tak lebih dari sekadar kepalsuan oleh ulama Ahlul Sunnah yang memberlakukan ajaran Injil terhadap kaum Ahlul Sunnah.
Halaman 84 dari 136
BAB 14: KEYAKINAN AHLUL SUNNAH LAINNYA DARI INJIL – PATUNG Agama palsu Ahlul Sunnah meyakini bahwa orang dilarang membuat patung binatang dan manusia. Mereka mengatakan bahwa memiliki patung manusia dan binatang akan mengarah pada pemujaan terhadap berhala. Mereka juga melarang membuat ukiran kayu, cetakan dan juga gambar atau lukisan gambar binatang atau manusia.
Tentu dengan hadirnya surat kabar, televisi, video dan lain-lain ganjil rasanya bila Ahlul Sunnah bersikukuh pada keyakinan-keyakinan bodoh semacam itu. Namun ulama Ahlul Sunnah telah belajar tentang nilai publisitas. Mereka tidak akan keberatan bila fotonya dimuat dalam surat kabar atau tampil dalam liputan berita televisi. Hal itu mendatangkan banyak uang bagi mereka. Ulama Ahlul Sunnah Saudi Arabia memiliki solusi sederhana dalam menyelesaikan masalah ‘patung’ mereka yang diabadikan dalam foto. Mereka mengatakan bahwa foto layaknya cermin yang merefleksikan wajah manusia. Hanya saja dalam selembar foto, gambarnya tetap ada. Jadi hal itu dibenarkan.
Pertama mereka membuat aturan-aturan kecil yang konyol. Kemudian mereka menemukan sendiri jalan keluar yang bahkan lebih konyol untuk mematahkan aturan-aturan kecil mereka sendiri yang konyol.
Sekali lagi anda tidak akan menemukan keyakinan-keyakinan konyol tersebut dalam ajaranajaran Nabi yaitu Quran. Namun anda pasti akan menemukan ajaran-ajaran tersebut dalam Injil Kristiani. Injil Kristiani menyebutnya pemujaan terhadap ‘patung’. Hal itu ditemukan dalam ayat-ayat Injil berikut ini:
[Deut 4:14] dan TUHAN memerintahkan aku saat itu untuk mengajarmu undang-undang dan peraturan, agar kamu terapkan di wilayah yang akan kamu miliki.
[Deut 4:15] “Karenanya berhati-hatilah. Karena kamu tidak melihat bentuk pada hari TUHAN berbicara kepadamu di Horeb di tengah kobaran api,
[Deut 4:16] Berhati-hatilah supaya kamu jangan bertindak salah dengan membuat patung untuk dirimu sendiri, dalam segala bentuk, yang mirip pria dan wanita,
Halaman 85 dari 136
[Deut 4:17] kemiripan dengan segala binatang buas yang ada di dunia, kemiripan dengan burung bersayap yang terbang di udara,
[Deut 4:18] kemiripan dengan segala makhluk merayap di tanah, kemiripan dengan segala jenis ikan yang ada dalam air di bawah bumi.
Jadi umat Kristiani dan sepupu yang seagama dengan mereka yaitu Ahlul Sunnah atau Sunni tidak diizinkan untuk membuat patung berbentuk burung, binatang, ikan, manusia dan makhluk lain. Ini dikenal sebagai Kristiani Ahlul Sunnah.
Hal yang aneh adalah umat Kristen tidak lagi mengikuti larangan-larangan dalam kitab Injil mereka sendiri tentang “Patung”. Oleh karenanya gereja-gereja Katolik penuh dengan patung, gambar/patung anak bersayap, Maria ibu dari...dan sebagainya. Namun Ahlul Sunnah mengadopsi ajaran-ajaran Injil ini secara lebih luas. Yang disebut seni Ahlul Sunnah telah dikurangi hingga tak lebih dari sekadar kaligrafi Arab (tak ada kaligrafi ‘Ahlul Sunnah’ China atau India) dan menciptakan pola-pola geometrik karena Ahlul Sunnah telah sangat mematuhi larangan-larangan Injil dalam hal pembuatan “Patung” berupa manusia dan binatang.
Namun menurut ajaran-ajaran Nabi masalahnya bukan ini.
Bahkan Nabi, utusan Allah bernama Sulaiman turut aktif terlibat dalam pembuatan patungpatung. Inilah yang dikatakan Quran:
[Surat 34:12] Dan kepada Sulaiman (Kami berikan) angin, dimana perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanan di waktu malam sama dengan perjalanan sebulan, dan Kami alirkan cairan tembaga baginya, dan (Kami berikan) jin untuk bekerja mendampinginya dengan seizin Tuhannya. Dan bagi mereka yang tidak mematuhi perintah Kami, maka akan Kami berikan siksa api neraka.
[Surat 34:13] Mereka membuatkan untuknya apa yang diinginkannya: bangunan dan PATUNG-PATUNG, kolam seperti sumur dan ketel yang terpasang di tanah. Berterima kasihlah, Daud! Hanya sedikit dari budak-budak Ku yang bersyukur.
Halaman 86 dari 136
Allah memberikan kuasa kepada Nabi Sulaiman untuk mengontrol elemen-elemen dan juga menguasai jin. Dan Sulaiman memerintahkan jin-jin ini agar membuatkan “bangunan dan PATUNG-PATUNG, kolam seperti sumur dan ketel yang terpasang di tanah”.
Dan untuk semua ini Sulaiman (yang merupakan ahli waris Daud) berterima kasih kepada Tuhan-nya. “Bersyukurlah, Daud! Hanya sedikit budak-budakku yang bersyukur”.
Oleh karenanya tak ada yang salah dengan membuat patung-patung, karya seni atau lukisanlukisan yang berbentuk manusia atau hewan. Sekali lagi ini hanyalah contoh lain ajaranajaran Injil yang telah diserap oleh Ahlul Sunnah.
Halaman 87 dari 136
BAB 15: AJARAN LAIN AHLUL SUNNAH YANG DIAMBIL DARI INJIL – JENGGOT Ahlul Sunnah dan Syiah gemar memelihara jenggot. Mereka berkata bahwa memelihara jenggot adalah baik bagi pria karena dengan memelihara jenggot akan mendatangkan pahala dan karunia dari Allah. Ini adalah suatu kebohongan. Ahlul Sunnah dan Syiah juga mencukur kumis mereka.
Berikut ini beberapa hadis palsu dari Bukhari yang membahas tentang memelihara jenggot:
Bukhari Buku 2, Nomor 0501: Abu Huraira melaporkan: Utusan Allah (semoga Allah memberkatinya) berkata: Cukurlah kumismu, dan peliharalah jenggot, dan perbuatan itu akan melawan penyembah api.
Bukhari Buku 2, Nomor 0502: ‘Aisyah melaporkan: Utusan Allah (semoga Allah memberkatinya) berkata: Sepuluh perbuatan menurut fitrahnya adalah: mencukur kumis, memelihara jenggot, menggunakan tusuk gigi, mengeluarkan air dari hidung, memotong kuku, mencuci persendian jari, mencabut bulu ketiak, mencukur rambut kemaluan dan membersihkan bagian-bagian tubuh yang pribadi dengan air. Narator berkata: Saya lupa yang kesepuluh, tapi itu mungkin berkumur-kumur.
Ahlul Sunnah dan Syiah juga memiliki hadis tentang membersihkan selangkangan. Menjaga kebersihan memang hal baik namun tak ada yang bersifat religius tentang pencukuran. Tak ada karunia yang bisa diperoleh dengan menumbuhkan jenggot atau membersihkan selangkangan.
Ini ide salah lain Ahlul Sunnah yang telah dicuri dari Injil:
Buku Nomor 8:5-7: “5 Dan TUHAN berkata kepada Musa, 6 ‘Kini pisahkan Levites dari sisa orang-orang Israel dan adakan perayaan untuk membersihkan mereka. 7 Lakukan hal ini dengan memercikkan air suci kepada mereka. Dan suruhlah mereka membersihkan seluruh tubuh dan basuh pakaiannya. Selanjutnya secara resmi mereka telah bersih...”
Halaman 88 dari 136
Terjemahan dari New Living, memberi penekanan
Hadis tentang jenggot dan pencukuran selangkangan BUKANLAH FIRMAN ALLAH. Itu merupakan inovasi yang dipinjam dari Injil Kristiani.
Hasilnya adalah banyak dari Sunni dan Syiah yang mirip seperti saudara-saudara Kristiani Amish yang juga menumbuhkan jenggot dan mencukur kumis.
Di Afganistan perilaku kelompok Sunni yang konyol ini digunakan oleh Taliban yang gila guna memaksakan kebijakan rasis di negara tersebut. Orang-orang Afganistan terdiri dari ras bertipe bangsa mongol Asia seperti Uzbekistan, Tajik, dan lain-lain. Terdapat pula sejumlah besar ras bertipe Arya seperti Pushtun. Kelompok Taliban adalah orang-orang tipe Pushtun (Arya). Ada kelompok-kelompok di wilayah utara yang merupakan mongoloid Asiatic. Orang-orang Asiatic tidak berjenggot atau rambut di wajah. Beginilah Allah menciptakan berbagai macam manusia di bumi. (Orang Indian berkulit Merah dan orang Eskimo misalnya hampir tidak ditumbuhi oleh rambut di wajah).
Jadi Pushtun menetapkan aturan yang menurut Sunni, semua pria harus menumbuhkan jenggot. Orang yang tidak memelihara jenggot yang lebat dianggap sebagai kaum yang lemah – mereka bisa dihukum. Anda tidak bisa menjadi pemimpin agama di Afganistan bila tidak memiliki jenggot yang lebat. Dan selama masa kekuasaan Taliban bila anda bukan pemimpin agama – anda tidak bisa melakukan apapun di Afganistan. Jadi bangsa Asia tidak bisa berbuat apa-apa di Afganistan.
Dengan aturan sederhana ini kaum Taliban melakukan diskriminasi terhadap bangsa Asia di Afganistan. Quran sama sekali tidak menyinggung soal menumbuhkan jenggot atau mencukur kumis. Jadi darimana ide-ide Sunni yang ganjil ini berasal?
Anda bisa menerkanya teman-teman – itu berasal dari Injil. Anda tidak akan pernah menemukan perilaku kelompok seaneh itu dalam Quran. Ini semua adalah ide-ide Injil yang dicuri dari Injil Kristiani. Ini adalah Kristiani Ahlul Sunnah. Berikut ini ajaran-ajaran Injil tentang jenggot:
[Lev 19:27] Kamu dilarang mencukur rambut di pelipis atau memotong jenggotmu.
Halaman 89 dari 136
[Lev 21:5.16] Mereka dilarang mencukur ubun-ubun, begitupula mencukur jenggot, atau melukai kulit mereka.
Anda bahkan dilarang mencukur jenggot. Banyak orang-orang bergaya Rasputin yang berkeliaran. Adapula kisah beberapa pria yang dipaksa untuk bercukur.
(2 Samuel 10:5) Ketika hal itu disampaikan David, ia dikirim untuk bertemu dengan mereka, karena mereka sangat malu. Dan raja berkata, “Tetaplah tinggal di Jericho hingga jenggotmu tumbuh, dan kemudian kembalilah.”
Disini adalah memalukan bila tidak memelihara jenggot. Agak sedikit berbau Taliban Afganistan di sini.
Bagi umat Kristiani saat ini, hal tersebut sama sekali tidak menjadi masalah. Umat Kristiani sejak lama telah memutuskan untuk TIDAK mendengarkan Injil mereka (bila mereka mematuhinya maka bisa dipastikan akan banyak ditemukan pria berjenggot yang berkeliaran di sekeliling kita – mungkin juga dengan mengenakan jubah).
Beberapa umat Kristen saat ini memang mengikuti ajaran Injil. Namun ulama Ahlul Sunnah dan Syiah memelihara jenggot tepat seperti yang diperintahkan Injil kepada mereka. Mereka telah mencuri ide-ide aneh ini dari Injil. Anda tidak akan pernah menemukan hal ini dalam Quran. Ahlul Sunnah dan Syiah adalah penganut Kristiani yang sangat taat di dunia saat ini.
Halaman 90 dari 136
BAB 16: BAHKAN KATA ‘AMIN’ PUN DCURI DARI INJIL Menyambung pembahasan tentang Sumber Agama Ahlul Sunnah dan Syiah, dalam agama Sunni, orang-orang diajarkan untuk mengucapkan Amin pada akhir du’a atau doa. Mereka juga mengucapkan Amin pada akhir pembacaan surat Al Fatihah yang merupakan surat pertama dari Quran dan dibaca pada setiap sholat lima waktu. Ini merupakan surat pendek yang hanya terdiri dari tujuh ayat. Sunni dan Syiah membaca ayat ketujuh yang terakhir dari surat ini yang bunyinya sebagai berikut:
‘Wa lad daalliin Aamin’.
Pertama TIDAK ADA kata ‘Amin’ pada akhir Surat Al Fatihah. Ulama telah mencoba untuk menambah ayat-ayat Allah. Mereka lebih cerdas daripada Allah sehingga mereka menambahkan kata Amin pada akhir surat tersebut.
Begitupula pada akhir setiap du’a atau doa, orang diharuskan untuk mengucapkan Amin mengikuti imam. Sekali lagi ini bukanlah hal yang dilakukan oleh Nabi. Percayalah saya telah meneliti seluruh Quran dan TIDAK ada satu pun kata Amin ditemukan dalam Quran. Sekali lagi tujuan saya adalah membuktikan BAHWA TIDAK ADA SATU HAL PUN YANG DILAKUKAN OLEH SUNNI DAN SYIAH DALAM AGAMA MEREKA YANG BENAR-BENAR DIAMBIL DARI QURAN.
Dalam hal Amin tersebut, kata itu sama sekali tidak ada dalam Quran.
Dari mana ide-ide ini berasal? Bila Allah tidak menurunkan kata Amin kepada Nabi dari mana ulama mendapatkan ide tentang Amin ini? Sekali lagi jawabannya ada dalam Injil Kristiani. Anda bisa melihat sendiri dari mana Sunni dan Syiah menjiplak kata Amin. Kata itu diambil dari Injil.
Injil, Buku Deuteronomy 27: 15-26
15 “Terkutuklah manusia yang memahat suatu citra atau menciptakan idola yang merupakan tindakan yang sangat dibenci TUHAN, karya manusia yang dibuat secara rahasia.” Maka semua orang harus mengucapkan, “Amin!”
Halaman 91 dari 136
16 “Terkutuklah manusia yang tidak menghargai ayah atau ibunya.” Maka semua orang harus mengucapkan, “Amin!”
17 “Terkutuklah manusia yang memindahkan batu pembatas tetangganya.” Maka semua orang harus mengucapkan, “Amin!”
18 “Terkutuklah manusia yang membimbing orang buta sehingga tersesat di jalan.” Maka semua orang harus mengucapkan, “Amin!”
19 “Terkutuklah manusia yang tidak bertindak adil pada orang asing, anak yatim atau janda.” Maka semua orang harus mengucapkan, “Amin!”
20 “Terkutuklah manusia yang tidur dengan istri ayahnya, karena tindakan itu tidak menghormati ayahnya.” Maka semua orang harus mengucapkan, “Amin!”
21 “Terkutuklah manusia yang berhubungan seks dengan binatang.” Maka semua orang harus mengatakan, “Amin!”
22 “Terkutuklah manusia yang tidur dengan saudara perempuannya, anak perempuan ayahnya atau anak perempuan ibunya.” Maka semua orang harus mengucapkan, “Amin!”
23 “Terkutuklah manusia yang tidur dengan mertua perempuannya.” Maka semua orang harus mengucapkan, “Amin!”
24 “Terkutuklah manusia yang membunuh tetangganya secara diam-diam.” Maka semua orang harus menggucapkan, “Amin!”
25 “Terkutuklah manusia yang menerima uang suap untuk membunuh orang tak bersalah.” Maka semua orang harus mengucapkan, “Amin!”
26 “Terkutuklah manusia yang tidak mematuhi kata-kata dalam peraturan ini dengan melaksanakannya.” Maka semua orang harus mengucapkan, “Amin!”
Pembaca terhormat pengikut Ahlul Sunnah dan Syiah, bila nanti anda sholat di belakang imam dan mengucapkan Amin pada akhir Surat Al Fatihah ingatlah bahwa anda adalah Halaman 92 dari 136
pengikut ajaran-ajaran Injil. Ingatlah bahwa Allah tidak pernah menurunkan kata Amin kepada Nabi.
Kata Amin ini merupakan ajaran Kristiani. Sekali lagi kita membuktikan bahwa Sunni dan Syiah sebenarnya mengikuti ajaran Kristiani. Mereka mematuhi ‘attiu nasara’ Kristiani. Mereka TIDAK mematuhi ‘attiiu Nabi’.
Halaman 93 dari 136
BAB 17: MENGGANTUNG TULISAN SUCI DI DINDING DICURI DARI INJIL Dalam agama Ahlul Sunnah dan Syiah, mereka juga menggantung tulisan arab suci di dinding.
(Bila Quran diturunkan dalam bahasa Jepang – kita akan memajang Kaligrafi Jepang di seluruh dinding). Ahlul Sunnah menggantung ucapan ‘suci’ Arab berbunyi Allah, Muhammad dan ayat-ayat dari Quran pada dinding-dinding rumah, mesjid, di dalam mobil, pada pintu masuk rumah mereka dan dimana-mana.
Pengikut Syiah juga memajang nama Ali.
Ahlul Sunnah dan Syiah juga membuat tulisan arab pada selembar kertas dan menggantungnya di leher mereka, diikatkan pada pinggang, pergelangan tangan mereka, menyimpannya dalam dompet dan sebagainya. Bila sikap fanatik Ahlul Sunnah dan Sunnih semakin menggila mereka akan memasang tulisan arab suci di dahi mereka dan berkeliaran di jalan. Kita telah melihat semua ini di TV.
Hampir di setiap rumah Ahlul Sunnah memiliki beberapa tulisan arab suci yang tergantung pada pintu masuk atau dipajang di dalam rumah. Mereka berpikir bahwa hal ini akan membawa berkah, menghindari nasib buruk, mengusir setan dan hal-hal lainnya semacam ini.
SEMUA ini adalah dosa besar – penghinaan yang dilakukan oleh Ahlul Sunnah. Namun mereka tidak menyadarinya karena mereka tidak pernah mematuhi Quran. Dan apa yang mereka ikuti, pembaca yang terhormat? Anda bisa menerkanya sendiri – mereka mengikuti Injil Kristiani.
Penyimpangan utama yang dilakukan Ahlul Sunnah dan Sunni adalah menggantung nama lain (Muhammad) di samping nama Allah di mesjid, di dalam rumah mereka dan lain-lain. Ini adalah ide yang dicuri dari Injil. Injil berkata:
[Deut 6:6] Dan kata-kata yang Aku perintahkan ini kepadamu pada hari ini akan merasuk dalam hatimu; dan kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu, dan berbicara tentang mereka bila kamu duduk dalam rumahmu, dan saat kamu berjalan, berbaring, dan berdiri. Dan kamu harus MENGIKATNYA sebagai tanda di tanganmu, dan sebagai frontlet di antara kedua matamu. (IKATKAN di dahimu). Halaman 94 dari 136
[Deut 6:9] Dan kamu HARUS MENULISKANNYA pada pintu rumahmu dan pintu gerbang.
Injil mengajarkan Ahlul Sunnah dan Syiah agar mengikatkan kata-kata suci di pergelangan tangan, dahi, memasangnya pada pintu dan pintu masuk rumah. Ini adalah ajaran lain yang diikuti Ahlul Sunnah dan Syiah dari Injil Kristiani.
Tujuan memasang tulisan suci pada dinding, menurut Injil adalah untuk mendapatkan berkah:
[Deut 11:20-21] Dan kamu harus MENULISKAN KATA-KATA itu pada pintu rumah dan pintu masuk rumahmu, agar hari-harimu dan anak-anakmu akan ditambah di tanah dimana TUHAN telah berjanji kepada nenek moyangmu untuk memberikannya, sepanjang surga ada di atas bumi.
Inilah tepatnya yang dikatakan Ahlul Sunnah dan Syiah – menggantung tulisan arab di dinding akan mendatangkan berkah, keberuntungan, nasib baik, kunjungan malaikat dan halhal lainnya.
Sekali lagi inilah contoh-contoh ajaran lain Injil yang diikuti oleh Ahlul Sunnah dan Syiah. Hal-hal ini bukanlah bagian dari Islam (yang berarti penyerahan diri). Tak ada hal semacam itu dalam Quran. Umat Kristiani terbaik di dunia saat ini adalah Ahlul Sunnah dan Syiah. Mereka telah mendirikan kerajaan Injil Kristiani.
Halaman 95 dari 136
BAB 18: PENDAPAT YANG SALAH BAHWA ZAKAT BERARTI PUNGUTAN AGAMA Ciptaan-ciptaan Ahlul Sunnah dan Syiah yang paling rumit adalah pajak zakat atau pungutan agama. Sekali lagi ini adalah konsep aneh bagi Quran. Quran tidak pernah mengajarkan setiap orang untuk mengumpulkan atau membayar pajak agama atau amal agama yang disebut zakat.
Kata zakat muncul sebanyak 80 kali dalam Quran namun kata itu tak ada hubungannya dengan pajak atau amal. Secara harafiah, kata zakat berarti penyucian – BUKAN pajak atau DERMA/AMAL. Kata-kata yang tepat untuk amal dalam Quran adalah sadaqah dan nafkah. Sadaqah dijelaskan dengan sangat detail dalam Quran (berapa banyak, siapa yang pantas mendapatkannya, dan lain-lain). Namun dalam Quran tak ada keterangan tentang pembayaran zakat sebagai amal atau pembayaran zakat sebagai pajak.
Sekali lagi ini adalah ide yang dicuri Ahlul Sunnah dari Injil. Berikut ini beberapa referensi Injil:
“Apakah manusia akan merampok Allah? Kamu telah merampokku. Namun kamu berkata, Darimana kami merampokmu? Dalam bentuk pungutan dan sesembahan.” (Mal. 3:8)
Jadi bila anda tidak membayar pungutan agama, maka anda merampok Tuhan, demikian yang dikatakan Injil. Cara cerdas untuk memastikan para pendeta mendapatkan uang mereka.
Beberapa komentator Injil mengatakan, “Pungutan adalah pendapatan kesepuluh seseorang, yang harus dipersembahkan oleh orang baik kepada Tuhan. Beberapa mengajarkan bahwa aturan pungutan hanya diterapkan pada masa Hukum Musa, karenanya, tidak diterapkan pada gereja. Namun, jauh sebelum Hukum tersebut diberikan, kami membaca bahwa Ibrahim – “tipe” orang beriman menurut Injil – membayar pungutan kepada Melchizedek, tipe Kristus (Ps. 110). “Bila Ibrahim adalah ayahmu, maka kamu harus melakukan tugas-tugas Ibrahim”, demikian kata Yesus dalam John 8:39”
Halaman 96 dari 136
Jadi menurut Injil orang yang baik harus membayar pungutan atau zakat kepada Tuhan. Injil memiliki penjelasan yang lebih detail tentang pembayaran zakat kepada ‘Tuhan’. Tentu anda tidak bisa membayar uang langsung kepada Tuhan. Anda membayarnya kepada pendeta di gereja.
Hal ini serupa dengan yang dikatakan Ahlul Sunnah dan Syiah. Mereka telah membuat aturan-aturan pungutan agama zakat yang rumit. Ahlul Sunnah mengatakan “Zakat merupakan kewajiban, bila sejumlah uang tertentu, disebut nisab mencapai jumlahnya atau melebihi. Zakat bukanlah kewajiban bila jumlah yang dimiliki kurang dari nisab ini. Nisab (atau jumlah minimum) emas dan mata uang emas adalah 20 mithqal, beratnya sekitar 85 gram emas murni. Satu mithqal sekitar 4.25 gram. Nisab perak dan mata uang perak adalah 200 dirham, yaitu sekitar 595 gram perak murni. Nisab uang dan mata uang lain ditimbang berdasarkan emas, 85 gram emas murni. Hal ini berarti nisab uang adalah seharga 85 gram dari emas murni dengan 999 karat, pada hari Zakat dibayarkan”.
Menurut Ahlul Sunnah merupakan kewajiban untuk membayar Zakat atas hal-hal berikut:
1. Gandum, Barley (semacam gandum dipakai untuk membuat bir), Kurma, Kismis, Emas, Perak, Unta, Sapi, Domba (termasuk kambing)
2. Sebagai pengingat kewajiban, terhadap kekayaan dan bila seseorang memiliki salah satu dari kesepuluh hal-hal tersebut di atas, maka ia sesuai dengan kondisi yang akan disebutkan kemudian, menempatkan jumlah pasti pada salah satu kegunaan seperti yang diperintahkan. Berdasarkan pada pengingat kewajiban, Zakat haruslah dibayar dalam bentuk Sult, yaitu berupa butiran gandum yang halus dengan ciri-ciri seperti barley dan dalam bentuk ‘alas, yang mirip seperti gandum, dan merupakan makanan rakyat San’a (Yaman).
Ini merupakan konsep pungutan keagamaan yang ditiru Ahlul Sunnah dari Injil Kristiani. Sekali lagi kerumitan pungutan keagamaan zakat sangat mirip dengan apa yang tertera dalam Injil tentang pungutan keagamaan:
[Lev 27:30] “Semua pungutan pada hasil bumi, apakah berupa benih atau buah yang dipetik dari pohon, adalah milik TUHAN; suci bagi TUHAN.
(Lev 27:31) Bila seorang manusia ingin menebus segala pungutan, maka ia harus menambah yang seperlima bagian padanya. Halaman 97 dari 136
[Lev 27:32] Dan semua pungutan yang berupa ternak dan binatang, setiap binatang kesepuluh dari semuanya yang diberikan melalui peternak, harus suci bagi TUHAN.
[Lev 27:33] Manusia tidak boleh bertanya apakah itu baik atau tidak, begitupula ia tidak boleh menukarnya; dan bila ia menukarnya, maka baik keduanya dan yang ditukar haruslah suci; itu tidak boleh ditebus.” Injil memuat penjelasan lebih detail tentang perhitungan pajak keagamaan, misalnya berapa banyak perak yang harus dibayar untuk orang yang berbeda (dewasa, orang tua, anak-anak, dan lain-lain).
[Lev 27:3] maka nilai dari pria berusia mulai dari duapuluh hingga enampuluh tahun adalah limapuluh logam perak, sesuai dengan uang logam perak cadangannya.
[Lev 27:4] Untuk wanita, nilainya adalah 30 uang logam perak.
[Lev 27:5] Untuk anak berusia lima hingga duapuluh tahun, nilainya untuk anak laki-laki adalah duapuluh uang logam perak, sedangkan untuk wanita adalah sepuluh uang logam perak.
[Lev 27:6] Untuk bayi berusia sebulan hingga anak usia lima tahun, maka perhitungannya adalah lima uang logam perak untuk anak laki-laki dan tiga uang logam perak untuk anak perempuan.
[Level 27:7] Untuk orang berusia enampuluh tahun ke atas, maka perhitungannya untuk pria adalah limabelas uang logam perak, untuk wanita adalah sepuluh uang logam perak.
Menurut Ahlul Sunnah mereka memiliki tabel serupa untuk pajak keagamaan bagi dewasa dan anak-anak. Setiap tahun sebelum sholat Idul Fitri, Ahlul Sunnah bergegas membayar ‘zakat fitrah’ untuk setiap anggota keluarga mereka. Ini diambil dari Injil – Leviticus.
Ahlul Sunnah juga diharuskan membayar pajak keagamaan atau zakat atas tanah dan rumah mereka. Sekali lagi ini juga diambil dari Injil: [Lev 27:14] “Bila seseorang mendedikasikan rumahnya untuk disucikan kepada TUHAN, maka pendeta harus menilainya apakah itu baik atau buruk; penilaian pendeta tidak berubah.
Halaman 98 dari 136
[Lev 27:15] Dan bila orang yang mendedikasikannya ingin menebus rumahnya, maka ia harus menambah seperlima dari penilaian berupa uang kedalamnya, dan itu akan menjadi haknya.
[Lev 27:16] “Bila seseorang menyerahkan sebagian tanahnya kepada TUHAN yang merupakan tanah warisan, maka perhitungan kamu haruslah sesuai dengan benih untuknya; penaburan benih barley harus senilai limapuluh uang logam perak.
[Lev 27:17] Bila ia menyerahkan tanahnya pada tahun jubilee, maka perhitungannya berdasarkan penilaian penuh;
[Lev 27:26] “Namun anak binatang yang pertama lahir, dimana anak pertama itu milik TUHAN, maka tidak ada yang boleh melakukannya; apakah itu berupa sapi jantan atau domba, itu milik TUHAN.
[Lev 27:27] Dan bila merupakan binatang kotor, maka ia harus membelinya kembali sesuai penilaian kamu, dan tambahkan seperlima kedalamnya; atau bila tidak ditebus, maka bisa dijual sesuai dengan penilaianmu.
[Lev 27:28] “Namun tak ada hal yang dipersembahkan manusia kepada TUHAN, dari segala sesuatu yang dimilikinya, apakah manusia atau binatang, atau tanah warisannya, harus dijual atau ditebus; setiap hal-hal yang dipersembahkan harus suci kepada TUHAN.
Sebagaimana dijelaskan di atas aturan-aturan pungutan keagamaan yang rumit ini dalam Injil sangat mirip dengan aturan zakat yang rumit yang diterapkan oleh Sunni. Mereka telah menirunya dari Injil. Sesungguhnya Ahlul Sunnah dan Syiah memang penganut Kristiani yang terbaik. Mereka mengikuti apa yang tertulis dalam Injil. Mereka tidak mengikuti apa yang tertulis dalam Quran.
Kristiani Sunni berkata: “Bila seseorang tetap memiliki sapi, domba, unta, emas dan perak selama 11 bulan, maka diwajibkan atasnya untuk membayar Zakat sejak awal bulan pertama dari sebelas bulan tersebut; namun ia harus menghitung awal tahun baru setelah akhir bulan keduabelas”.
Detail lain tentang zakat yang dikemukakan Sunni antara lain adalah: Halaman 99 dari 136
“Pembayaran zakat terhadap gandum dan barley menjadi kewajiban bila bahan-bahan itu diakui sebagai gandum dan barley. Dan Zakat terhadap kismis menjadi kewajiban bila mereka menyebutnya anggur. Dan Zakat atas kurma menjadi kewajiban bila orang Arab menyebutnya Tamar. Namun, waktu untuk menentukan batas kena pajak, dan pembayaran Zakat atas gandum dan barley adalah ketika ditebah, dan butir-butir gandum dipisahkan dari kulitnya; dan waktu untuk pembayaran zakat atas kismis dan kurma adalah saat dipetik. Hal ini dikenal pula sebagai waktu pengeringan”.
Sekali lagi hal ini merupakan hasil tiruan kaum Sunni dari Injil. Hal tersebut diambil langsung dari Injil. Tak ada hal semacam pajak zakat atau amal zakat dalam Quran yang diturunkan kepada Nabi. Ahlul Sunnah telah meniru ide-ide Kristiani ini dari Injil Kristiani dan mencoba untuk menyampaikannya sebagai ajaran-ajaran Nabi.
Halaman 100 dari 136
BAB 19: KEBINGUNGAN KAUM SYIAH ATAS AHLUL BAYT Saya ingin menujukan bab pendek ini kepada kaum Syiah. Ulama telah membodohi semua orang – Syiah dan juga Ahlul Sunnah. Di antara kelompok Syiah, Ahlul Bayt adalah sesuatu yang cukup penting untuk dibicarakan. Yang mereka maksudkan dengan Ahlul Bayt adalah anggota keluarga Nabi. Ulama Syiah mengklaim bahwa Ahlul Bayt secara khusus dilindungi. Ini langsung bertentangan dengan Quran yang menyebutkan bahwa Ahlul Bayt di sekitar Nabi sebagai orang-orang yang MEMBUTUHKAN penyucian dari kekotoran dan kebodohan, dan sama sekali bukan orang yang suci.
Syiah bertindak berlebihan dengan mengutip hal-hal untuk mendukung status Ahlul Bayt. Mereka mengatakan bahwa Ahlul Bayt merujuk pada anak perempuan Nabi yang kata orang bernama Fatima yang menikah dengan seseorang yang bernama Ali.
Ada banyak argumen tentang orang yang bernama Ali ini, orang lain menyebutnya Muawiya dan yang lainnya menyebutnya Uthman yang diyakini dibunuh oleh seseorang yang dekat dengan Ali.
Namun demikian adalah mengejutkan bahwa Uthman juga diduga menikahi anak perempuan Nabi lainnya yang katanya bernama Umm Kalthum – namun keluarga Uthman dan Umm Kalthum tidak termasuk diantara mereka yang disebut Ahlul Bayt atau anggota keluarga Nabi!
Mengapa hanya Ali dan istrinya Fatima dan anak-anak serta cucu-cucunya yang termasuk dalam Ahlul Bayt dan bukan keluarga Uthman dan Umm Kalthum serta anak-anak mereka dan lain-lain? Ini merupakan standar ganda.
Nampaknya ada beberapa kesalahpahaman tentang Ahlul Bayt ini.
Pertama Bayt dalam Quran TIDAK berarti sebuah rumah. Bayt berarti suatu sistem. Kata untuk rumah dalam Quran (percaya atau tidak – adalah buyut – bentuk tunggal). Bertentangan dengan interpretasi ortodoks buyut BUKAN merupakan bentuk jamak dari bayt.
Namun demi diskusi ini, mereka yang mengatakan bahwa bayt berarti rumah, masih bisa menggunakan definisi tersebut. Hal itu tidak benar namun masih cocok dengan logika
Halaman 101 dari 136
masalah yang saya kemukakan di sini. Kata Ahlul Bayt juga banyak muncul di Quran. Berikut ini referensi Ahlul Bayt dan keluarga Ibrahim.
[Surat 11:71] Dan istri Ibrahim berdiri di sampingnya, lalu ia tertawa, kemudian Kami sampaikan kepadanya berita baik tentang Ishak dan sesudah Ishak adalah Yakub.
[Surat 11:72] Dia berkata: “Sungguh mengherankan! Haruskah aku melahirkan anak laki-laki ketika usia saya dan suami saya telah lanjut? Tentu ini hal yang sangat hebat.
[Surat 11:73] Mereka berkata: Apakah kamu heran atas ketetapan Allah? Itu adalah rahmat dan karunia Allah. Hai ahlul bayt, sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.
Jadi disini kita melihat Allah menyebut keluarga Ibrahim dengan sebutan ahlul bayt atau ‘orang-orang dalam sistem’. Ibrahim dan keluarganya merupakan bagian dari sistem paling awal yang ditetapkan Allah bagi umat manusia (lihat surat 3:96).
Bagi mereka yang mengatakan bahwa ahlul bayt dalam ayat ini berarti ‘orang dalam rumah’ adalah hal yang sah-sah saja – namun hanya untuk argumen saja dan bukan untuk mengganggu pemikiran Anda.
Kini saatnya untuk membahas referensi paling terkenal dalam ayat 33 Surat al Ahzab yang sering dikutip oleh kalangan terpelajar Syiah sebagai bukti peningkatan status Ahlul Bayt.
Berikut ini penerjemahan yang tepat dari ayat tersebut dan terjemahannya cukup mengejutkan.
Harap dibaca dengan perlahan dan cermat. Kita harus melihat konteks dari ayat sebelumnya. Kita mulai dari Surat 33:32.
[Surat 33:32] Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti wanita lain; bila kamu menjaga perilakumu, maka janganlah kamu berkata lembut, agar tidak ada yang berkeinginan; dan ucapkanlah kata-kata yang sopan.
Berikut ini transliterasi Arab:
Halaman 102 dari 136
Surat 33:32. Ya nisaa alnnabiyyi lastunna kaahadin mina alnnisa-i ini ittaqaytunna fala takhdaAAna bialqawli fayatma Aaa llathee fee qalbihi maradun waqulna qawlan maaroofan.
Disini ayat 33:32 mengatakan bahwa istri-istri nabi berbeda dengan wanita lain. Mereka harus memiliki tata krama tertentu.
Berikut ini ayat selanjutnya: [Surat 33:33] Dan tinggallah dalam rumahmu dan janganlah engkau perlihatkan pakaian seperti yang dilakukan oleh orang-orang pada zaman kegelapan (jahiliyah al oola); dan tunaikan kewajibanmu, dan murnikan dirimu, serta patuhlah pada Allah dan NabiNya. Sesungguhnya Allah hanya ingin menjauhkanmu dari kekotoran orang-orang dalam sistem! Dan untuk menyucikan dirimu (melalui) pemurnian.
Berikut ini transliterasi Arab: Surat 33:33 “Waqarna fee buyootikunna wala tabarrajna tabarruja aljahiliyyati aloola waaqima alssalata waateena alzzakata waatiaanna Allaha warasoolahu innama yureedu Allahu liyuthhiba Aankumu alrrijsa ahla albayti wayutahhirakum tatheeran”
Harap perhatikan dengan cermat bahasa Arab dan struktur kalimat di atas: innama = sesungguhnya yureedu Allahu = keinginan Allah liyuthhiba = adalah menjauhkan/memindahkan aankumu = kamu semua alrrijsa = kekotoran ahla albayti = orang dalam sistem wayutahhirakum = dan menyucikan kamu tatheeran = melalui pemurnian
Dalam Surat 33:33 Allah mengatakan kepada istri-istri Nabi bahwa mereka harus menghentikan perilaku jahiliyah mereka yang dahulu (jahiliyah al oola). Mereka tidak boleh menunjukan kecantikan seperti yang biasa mereka lakukan selama masa-masa awal jahiliyah. Kini Allah telah memindahkan mereka ke dalam sistem baru dengan menetapkan tata krama yang baru dan diterapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Halaman 103 dari 136
Dan Allah dengan jelas mengatakan kepada istri-istri nabi bahwa Dia “ingin memindahkan mereka dari kekotoran ‘ahlul bayt’ (li yuthiba ankumu al rijaasa ahlul bayt) dan mensucikan mereka.
Istri-istri nabi sebelumnya adalah ahlul bayt atau masuk sistem jahiliyah. Kini Allah ingin menyucikan mereka dan MENGELUARKAN mereka dari ahlul bayt tersebut. Bahasa Arab nya adalah jelas.
Untuk sekadar argumen, meskipun Anda bersikeras bahwa bayt berarti ‘rumah’ hal itu tidak menjadi masalah. Allah mengatakan bahwa Dia ingin memindahkan istri-istri Nabi KELUAR dari kekotoran Ahlul Bayt. Tidak memindahkan mereka KEDALAM kekotoran Ahlul Bayt!!
Ahlul Bayt dalam ayat ini adalah KOTOR dan TIDAK BERSIH. Karenanya Allah ingin menyucikan mereka DARI kekotoran Ahlul Bayt ini.
Namun yang paling ironis dan juga lucu adalah ulama syiah mengutip ayat yang sama untuk memasukkan Fatimah, Ali dan anak-anak mereka (namun anehnya bukan Umm Kalthum, Uthman dan anak-anak mereka) KE DALAM ahlul bayt.
Berikut ini kesalahan umum dalam penerjemahan ayat ini yang juga dilakukan bahkan oleh Abdullah Yusuf Ali.
Surat 33:33 Dan berdiamlah dalam rumahmu, janganlah berdandan, layaknya yang terjadi pada Zaman Kegelapan; dan secara teratur dirikanlah sholat, dan tunaikan zakat; patuhi Allah dan Utusannya. Allah hanya ingin membuang semua kebencian darimu, anggota keluargamu, dan membuatmu suci dan tanpa noda (Abdullah Yusuf Ali).
Menurut Abdullah Yusuf Ali, “yureedullaahu li yuthiba ankumu al rijaasa ahlul bayt” berarti ‘Allah hanya ingin membuang semua keburukan darimu, anggota keluargamu’. Ini salah. Penerjemahan Yusuf Ali yang benar seharusnya adalah ‘Allah hanya ingin mengeluarkanmu dari keburukan orang-orang sistem tersebut.
Allah mengatakan bahwa Dia ingin menyucikan istri-istri Nabi dari keburukan perilaku jahiliah mereka yang dahulu. Ini berarti bahwa keseluruhan konsep ‘ahlul bayt’ yang telah terbentuk begitu kuat dan menyebabkan kebingungan serta kemarahan amat besar di antara Halaman 104 dari 136
umat syiah dan sunni selama secara turun temurun sebenarnya hanyalah karena kesalahan dalam pembacaan dan kesalahpahaman terhadap beberapa kata arab yang sangat sederhana.
Halaman 105 dari 136
BAB 20: PERTEMPURAN JAMAL DAN PERTEMPURAN SIFFIN BEREPUTASI BURUK ANTARA KAUM ‘SYIAH’ DAN ‘SUNNI’ YANG TIDAK PERNAH TERJADI Pada saat ini banyak Ahlul Sunnah dan Syiah akan menuduh saya menentang hadis palsu mereka, khabar dan sunnah. Yang mengejutkan adalah saya menerima tuduhan ini dari semua pihak yaitu Sunni, Syiah, Ahmadiah, Wahhabis, Salafis, Tareqah, Tabligh, Ismailis dan Kristiani. Dalam partisipasi saya di dunia Internet untuk mendukung pesan Quran, ringkasnya saya dikeluarkan dari forum diskusi dan website semua sekte, kelompok dan agama yang saya sebutkan di atas. Lucunya (ya memang lucu) mereka semua juga saling menolak hadis masing-masing. Bila dilihat secara keseluruhan, berarti di antara mereka sendiri, SEMUA hadis mereka sepenuhnya ditolak.
Sebagai contoh bila Ahlul Sunnah memiliki tiga hadis dan Syiah memiliki tiga khabar atau hadis – dan keduanya saling menolak hadis masing-masing, maka secara keseluruhan semua hadis/khabar mereka telah ditolak oleh keduanya. Selanjutnya muncul seseorang seperti saya yang menolak keenam hadis atau khabar mereka dan apa yang terjadi? Mereka berdua murka karena saya menolak hadis atau khabar mereka, padahal mereka tidak menyadari fakta bahwa mereka sepenuhnya saling menentang hadis masing-masing.
Dalam bab ini saya ingin berbicara tentang apa yang disebut dengan Pertempuran Jamal atau Pertempuran Unta dan Pertempuran Siffin yang diperkirakan terjadi antara seorang wanita yang bernama Aisyah (yang mereka katakan sebagai salah satu istri Nabi), seseorang bernama Muawiyah dan orang lain bernama Ali yang disebut-sebut sebagai menantu Nabi. Menurut kebohongan ulama inilah kejadian yang disebut sebagai fitnah yang besar (fitnah al qubra). Inilah pertempuran sengit yang menciptakan perpecahan berdarah antara Sunni dan Syiah hingga hari ini.
Saya tidak punya bukti yang menunjukkan keberadaan wanita yang bernama Aisyah atau orang yang disebut Muawiyah atau Ali. Saya pasti akan membuktikan dari Quran bahwa ‘kejadian-kejadian bersejarah’ yang mencatat tentang nama-nama ini semuanya palsu, sepenuhnya palsu.
Pertama Nabi diperkirakan menikahi wanita yang bernama Aisyah ini ketika dia berusia enam tahun. Ini kisah jahat yang membuat Nabi sebagai seorang pedofil.
Halaman 106 dari 136
Menyadari bahwa mereka menjadikan Nabi Islam sebagai seorang pedofil, penulis hadis palsu kemudian mengarang cerita yaitu meskipun Nabi menikahi Aisyah pada usia 6 tahun, namun ia mentahkikkan pernikahannya saat gadis itu telah berusia sembilan atau enambelas atau berapapun yaitu ketika ia telah mencapai masa pubertas. Ini kisah palsu yang mereka buat agar kita mempercayai episode ini.
Topik ini dibahas secara detail dalam bagian lain pada buku ini.
Namun kisah tersebut berlanjut yaitu setelah kematian orang lain yang disebut Uthman, yang disebut Kalifah ketiga, Aisyah ini menghendaki agar temannya/kerabatnya sendiri menjadi Kalifah. Hal ini bertentangan dengan perjanjian Kalifah keempat, karakter lain bernama Ali. Karakter lain bernama Muawiyah juga menyatakan dirinya sebagai Kalifah di Syria.
Untuk meringkas cerita panjang ini, diciptakanlah perang yang hebat. Muawiyah pada satu sisi dan Ali di sisi lain dalam Pertempuran Siffin. Kemudian Aisyah pada satu sisi dan Ali pada sisi lain dalam Pertempuran Jamal.
Aisyah dan Ali bertikai dalam Pertempuran Jamal atau Pertempuran Unta. Berikut ini penjelasan tentang kisah fiksi ini (diambil dari Internet – ada lusinan situs yang memuat kisah ini).
Pertempuran Jamal: “Aisyah, janda Nabi (S) yang Suci, berada di Mekkah untuk menjalankan ibadah haji saat Uthman terbunuh. Ia selalu berharap Talha atau Zubayr yang akan menjadi penerusnya, dan ketika ia mendengar penunjukkan Imam Ali (A) sebagai Kalifah, ia merasa sangat marah.”
Ia berhasil mendapatkan dukungan dari klan berpengaruh Bani Umayyah, dimana Uthman menjadi anggotanya. Mantan gubernur Uthman, yang telah digantikan oleh Imam Ali (A), juga bergabung dengannya dan mantan gubernur Yaman memberinya dana untuk berperang dengan memberinya harta yang dicurinya dari Yaman saat ia dijatuhkan. Talha dan Zubayr juga bergabung dengannya, meskipun mengingkari janji mereka untuk setia pada Imam Ali (A). Sejumlah besar orang-orang yang tidak memiliki tujuan juga turut bergabung dalam pasukan tersebut.
Halaman 107 dari 136
Persiapan perang telah selesai, pasukan Aisyah bergerak ke arah Basra. Sebelum pergi, ia telah meminta Umme Salma, seorang janda setia dari Nabi (S), untuk menemaninya. Umme Salma menolak dengan marah, mengingatkan Aisyah bahwa Nabi yang Suci (S) telah berpesan bahwa Imam Ali (A) adalah penerusnya dan siapapun yang tidak mematuhinya, berarti tidak mematuhi Nabi Suci. Ia juga mengingatkan Aisyah saat Nabi mewanti-wanti semua istrinya dengan mengatakan bahwa anjing-anjing Hawab akan menyalak pada salah satu dari istri-istrinya, yang terlibat dalam suatu gerakan pemberontakan. Ia kemudian memperingatkan Aisyah agar tidak terkecoh oleh kata-kata Talha dan Zubayr yang hanya akan menyeretnya dalam perbuatan jahat. Saran ini memiliki efek yang menenangkan bagi Aisyah, yang hampir saja membatalkan rencananya. Namun, anak laki-laki angkatnya, Abdallah bin Zubayr, meyakinkannya untuk terus maju.”
Dan berikut ini penjelasan fiksi tentang Pertempuran Siffin.
“Di Syria, gangguan dan hasutan yang menimbulkan kekacauan tidak juga berhenti. Baju Uthman yang basah oleh darah dan irisan jari-jari istrinya, Naila, dipertontonkan di muka umum. Dengan cara ini, Muawiya membuat seluruh Syria menentang Ali. Akhirnya, kedua belah pihak, yang saling bermusuhan, berkumpul di Siffin dimana pasukan mereka mendirikan tenda di 37/657. Bahkan pada tahap ini, Ali mengirimkan tiga orang, yaitu Bashir bin Amr bin Mahz Ansari, Saeed bin Qais Hamdani, dan Shis bin Rabiee Tamine ke Muawiya untuk membujuknya agar tenang, berdamai dan bersatu. Menurut Tabari (5h vol, halaman 243), Muawiya berkata, “Pergi dari sini, hanya pedang yang bisa menyelesaikan masalah kita.”
Tentang peperangan melawan musuh dan yang terpenting mengidentifikasi SIAPA yang menjadi musuh – Allah menerangkannya dengan sangat jelas kepada Nabi dalam Quran.
[8:55] Sesungguhnya binatang paling menjijikkan di mata Tuhan adalah orang-orang kafir, karena mereka tidak beriman.
[8:56] Yaitu mereka yang dengan siapa kamu membuat perjanjian, kemudian mereka mengingkari janjinya setiap saat dan mereka tidak dijaga (terhadap hukuman).
[8:57] Karenanya bila kamu menemui mereka dalam peperangan, maka seranglah mereka yang ada di belakang, agar mereka bisa berpikir. Halaman 108 dari 136
[8:58] Dan jika kamu takut pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikan mereka dengan adil; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.
[8:59] Dan jangan biarkan mereka yang tidak beriman berpikir bahwa mereka yang akan pertama lolos; sesungguhnya mereka tidak bisa melarikan diri.
Musuh adalah orang-orang yang tidak beriman.
[8:60] Dan bersiaplah menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan kuda-kuda yang ditambatkan, untuk membuat gentar musuh Tuhan dan musuh-musuhmu dan yang lainnya di samping mereka, yang tidak kamu ketahui (tapi) Allah mengetahuinya; dan apapun yang ingin kamu belanjakan di jalan Allah, akan dikembalikan kepadamu secara penuh dan kamu diperlakukan secara adil.
Sekali lagi musuh bisa diidentifikasi – mereka adalah orang-orang yang tidak beriman.
[8:61] Dan bila mereka ingin berdamai, maka berdamailah dan percayalah kepada Allah; sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Jika mereka ingin berdamai, maka percayalah pada Tuhan dan terimalah uluran perdamaian itu. Sekarang bacalah ayat-ayat berikut ini dengan cermat:
[8:62] Dan bila mereka ingin menipumu – maka sesungguhnya cukuplah Allah bagimu; Dialah yang akan memberi kekuatan kepadaMu dengan bantuanNya dan dengan orang-orang beriman.
[8:63] Dan satukanlah hati mereka; bila kamu membelanjakan semua yang ada di bumi, maka kamu tidak bisa menyatukan hati mereka, namun Allah yang akan menyatukannya; sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Bijaksana.
[8:64] Hai Nabi! Allah telah cukup bagimu dan orang-orang beriman yang mengikutimu.
Orang-orang beriman berperang melawan orang-orang kafir. Mereka TIDAK berperang melawan sesama orang beriman. Allah telah memberi kekuatan kepada Nabi bersama dengan Halaman 109 dari 136
orang-orang beriman. Mereka adalah teman, istri-istri Nabi dan lain-lain. Allah berkata bahwa Dia telah menyatukan hati mereka. Ini terjadi di masa lalu yang berarti Allah telah menyatukan hati mereka.
Dalam Quran, Allah berkata ‘Al haqq min al Rabbiq’ yang berarti ‘Kebenaran adalah dari Allah’. Jadi ketika Allah berkata (MENGGUNAKAN WAKTU LAMPAU) bahwa Dia telah menyatukan hati mereka maka ini merupakan Haqq atau pernyataan Kebenaran dari Allah.
Bila Nabi pada saat itu atau salah satu dari kita membaca Quran hari ini memiliki keraguan tentang hal ini, maka Allah mengulangi ucapannya: “bila kamu membelanjakan semua yang ada di bumi, maka kamu tidak akan dapat menyatukan hati mereka, namun Allah-lah yang menyatukan mereka; sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi Bijaksana”.
Jadi harap menerimanya sebagai fakta yang kuat dan tidak bisa disangkal bahwa para orang beriman (yang disebut rekan) yang mengikuti Nabi adalah kelompok orang yang hatinya telah sepenuhnya disatukan.
Namun penulis hadis yang jahat dan palsu akan membuat kita percaya bahwa apa yang diucapkan Allah dalam Quran adalah palsu. Mereka membuat kita percaya bahwa Allah hanya bercanda ketika berucap bahwa Dia menyatukan hati para orang beriman. Ini hanya berlangsung katakanlah untuk dua tahun atau lebih beberapa tahun saja.
Menurut mereka tak lama setelah Nabi wafat, situasinya menjadi kacau. Orang-orang beriman yang hatinya telah disatukan oleh Allah mulai saling menendang, meludah, membunuh dan melukai. Allah menipu kita semua saat Dia berkata bahwa Dia telah menyatukan hati orang-orang beriman. Dan bahkan orang yang disebut istri Nabi yang bernama Aisyah terlibat dalam kekacauan itu.
Allah juga menerapkan HUKUM tentang hubungan antara Nabi, istri-istrinya, dan para orang beriman. Harap baca untuk diri Anda sendiri:
[Surat 33:6] Nabi memiliki tuntutan yang lebih tinggi atas orang-orang beriman ketimbang yang mereka miliki terhadap diri mereka, dan ISTRI-ISTRI MEREKA SEBAGAI IBU MEREKA; dan orang-orang yang memiliki hubungan memiliki tuntutan yang lebih tinggi sesuai perintah Allah untuk diwariskan, kepada orang memiliki hubungan, ketimbang orang Halaman 110 dari 136
beriman, dan mereka yang lari dari rumah, kecuali kamu berbuat baik kepada temantemanmu; ini tertulis dalam Kitab.
Istri-istri Nabi seperti ibu bagi orang-orang beriman. Hal ini karena status mereka yang tinggi. Namun penulis hadis palsu akan membuat kita percaya bahwa ‘ibu orang-orang beriman’ yang bernama Aisyah bersama dengan orang-orang beriman lainnya secara mati-matian berperang dengan Orang Beriman lainnya ‘yang hatinya telah disatukan oleh Allah (8:63). Mereka berkata tentang Aisyahh: ketika ia mendengar Imam Ali ditunjuk sebagai Kalifah, ia sangat marah.
Dengan kata-kata lain ketika Allah berkata bahwa ‘Dia telah menyatukan hati mereka, meskipun kamu membelanjakan semua kekayaanmu yang ada di bumi, kamu tidak dapat menyatukan mereka namun Allah-lah yang menyatukan hati mereka’ sebenarnya Allah berdusta. Dia menipu kita semua.
Menurut ulama Ahlul Sunnah saat Allah berkata istri-istri Nabi seperti ‘ibu’ bagi orang beriman, Allah juga hanya bercanda. Menurut mereka bahkan ‘ibu orang beriman’ pun bisa memimpin perang untuk melukai orang beriman lainnya – anak-anaknya sendiri.
Anjing-anjing Hawab.
Dalam upaya untuk membuat kisah rekaan ini tampak nyata, penulis hadis palsu tersebut menciptakan hadis palsu lainnya. “Dia (Umme Salama) juga mengingatkan Aisyah pada saat Nabi mewanti-wanti semua istrinya dengan mengatakan bahwa anjing-anjing Hawab akan menggonggong pada salah satu dari istrinya, yang terlibat dalam gerakan pemberontakan.
Berikut ini narasi lain dari kisah Anjing-Anjing Hawab yang saya temukan pada Internet:
“Kisah anjing-anjing Hawab tidak dinarasikan dalam sembilan buku Sunni (Sahih Al Bukhari, Muslim, Al-Nisa’ei, Ibn Majah, Al-Turmithi, Abu Dawood, Mowati’a Imam Malik, Musnad Ahmed dan Al Darumi) kecuali dalam Musnad Ahmed. Ahmed dinarasikan dalam dua versi kisah. Begitupula, kisah tersebut ditemukan dalam Saheeh Ibn Habban, Al Mustadrik oleh Al Hakim, dan dalam buku-buku sejarah”.
Halaman 111 dari 136
Kisahnya sebagai berikut:
“Isma’eel dinarasikan dari Qays yang mengatakan, ‘Saat Aisyah mendekati perairan Bani A’amir, ia mendengar beberapa anjing menyalak. Aisyah berkata, ‘Apa nama tempat ini?’ Ada yang menjawab, ‘Tempat ini bernama perairan Howab.’ Kemudian ia berkata, ‘Aku akan kembali!’ Beberapa orang yang datang bersamanya berkata, ‘Tidak kamu harus berjalan terus. Agar orang-orang Muslim bertemu denganmu dan Allah akan mendamaikan mereka.’ Kemudian ia berkata lagi, ‘Aku dengar Nabi berkata, ‘Lantas apa yang akan engkau (istri Nabi) lakukan bila engkau mendengar suara gonggongan anjing-anjing Al-Howab?”
Nabi berkata satu saat kepada istri-istrinya, “Siapakah di antara kalian yang akan mendapat gonggongan anjing-anjing Al-Howab?” Perkataan nabi ini bernada merendahkan, namun sebenarnya tidak demikian.
Dan ketika Nabi wafat, dan setelah bertahun-tahun masa kekuasaan kalifah Abu Bakr, Omar dan Uthman, dan penderitaan terjadi, dan orang-orang membunuh Uthman yang tidak berdosa, kemudian Talha, Al-Zubair, dan beberapa Muslim setuju untuk pergi ke Irak dan membujuk orang-orang Irak untuk membalas dendam terhadap para pembunuh Uthman. Para sekutu meminta kalifah Ali bin Abi Talib untuk mengeksekusi pembunuh Uthman, namun Ali menolak karena khawatir akan menimbulkan penderitaan yang lebih berat. Maka Talha dan Al-Zubair mencari bantuan dari orang-orang Irak dengan meminta bantuan Aisyah, ibu orang-orang beriman. Menurut Talha dan Al-Zubair bila Aisyah bergabung, maka orangorang Irak akan mendengarkan mereka”.
Menurut semua hadis palsu ini, Nabi telah menjadi cenayang. Menurut hadis palsu tersebut Nabi telah memprediksi bahwa salah satu dari istri-istrinya akan memimpin pemberontakan. Dan anjing-anjing Hawab akan menyalak. Kisah ini sangat konyol namun kita akan menganalisanya. Pertama, diantara binatang, kucing mengeong, unta bertingkah laku layaknya unta dan sapi melenguh namun prediksi Nabi terhadap masa depan yang tidak terlihat memilih anjing. Dan ia bisa melihat bahwa anjing akan menyalak. Kita diminta untuk percaya bahwa Nabi juga bisa meramal masa depan dan menemukan tempat dimana hal ini akan terjadi yaitu sebuah tempat bernama Hawab. Namun Nabi tidak bisa mengatakan siapa diantara istri-istrinya yang akan memimpin pemberontakan. Bagian dari visi itu agak kabur!
Halaman 112 dari 136
Ini adalah kebohongan yang keji terhadap Nabi. Nabi tidak pernah bisa melihat hal-hal gaib, meramal masa depan atau memilih desa dimana anjing-anjing itu akan menyalak. Tentang kemampuan meramal ini Nabi mengajarkan kepada kita berikut ini:
[Surat 7:188] Katakan: Aku tidak berkuasa atas manfaat dan kesulitan yang diberikan kepadaku kecuali yang dikehendaki Allah; dan bila Aku mengetahui tentang hal-hal gaib pasti aku akan berbuat baik sebanyak-banyaknya dan kesusahan tidak akan menimpaku; Aku hanyalah seorang pemberi peringatan dan pembawa berita baik bagi orang-orang yang beriman.
Terjemahan lain berkata ‘bila aku tahu hal-hal yang gaib maka aku akan mengambil keuntungan untuk diriku sendiri’.
Nabi tidak akan pernah bisa melihat masa depan. Bila ia bisa melihat tentu ia akan menceritakan kejadian-kejadian masa depan yang mengerikan ini dengan sangat akurat kepada orang terkasihnya (Aisyah?), kepada sahabat yang bisa dipercaya (Muawiyah?) kepada menantunya (Ali?) sehingga tak ada malapetaka yang akan menimpa istri, rekan dan anggota keluarganya.
Sekali lagi Nabi bukanlah peramal. Ia tidak bisa melihat hal-hal gaib namun juga tidak mampu melihat masa depan. Surat 52:29 “Maka teruslah memberi peringatan, karena karunia Tuhanmu, kamu bukanlah peramal dan bukan pula orang gila”
Nabi bukanlah peramal. Bukan tugasnya memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Dan juga ayat-ayat berikut ini:
Surat 69: 39-47 Aku bersumpah atas apa yang kamu lihat, dan apa yang tidak kamu lihat.
Sesungguhnya, inilah Ucapan yang disampaikan oleh Nabi yang mulia, dan bukan merupakan puisi; hanya sedikit yang kamu yakini; begitupula dengan ucapan seorang peramal; sedikit sekali pelajaran yang kamu peroleh. Ini adalah wahyu dari Tuhan. Dan bila ia melontarkan ucapan-ucapan atas nama Kami, maka Kami pasti akan menangkap tangan
Halaman 113 dari 136
kanannya. Kemudian Kami akan memotong urat nadinya. Dan tak seorangpun dari kamu yang mampu menghalangi Kami terhadap dirinya.
Di sini Quran bernada mengancam. Sekali lagi dikatakan bahwa nabi bukanlah seorang peramal. Bila Nabi mencoba mengatakan segala sesuatu selain Quran dan kemudian menyatakan bahwa ucapannya juga berasal dari Allah, maka Allah berkata bahwa ia akan membunuh Nabi Islam. Dan tak seorangpun yang mampu membantu Nabi. Nabi tidak mampu meramal bahwa Anjing-Anjing Hawab akan menyalak pada salah satu dari istriistrinya. Semua pembicaraan tentang anjing-anjing Hawab hanyalah suatu kepalsuan. Semuanya palsu.
Ringkasnya, Orang-Orang Beriman yang hatinya telah disatukan oleh Allah tidak akan berperang satu sama lain. Tak ada gonggongan anjing di tempat yang bernama Hawab dan tak ada pula prediksi tentang anjing yang dibuat oleh Nabi.
Pertempuran Jamal dan Pertempuran Siffin tidak pernah terjadi. Semua kisah ini hanyalah kepalsuan.
Halaman 114 dari 136
BAB 21: PERJANJIAN REKAAN HUDHAYBIYAH Seperti yang telah saya nyatakan sebelumnya judul alternatif untuk buku ini adalah ‘Hal ini TIDAK disebutkan dalam Quran’. Sebagaimana yang telah saya nyatakan tak ada satupun praktik-praktik yang diterapkan Ahlul Sunnah atau Sunni yang dapat ditemukan dalam Quran – TIDAK ADA SATUPUN. Kita telah mengetahui bahkan teriakan terkenal ‘Allahu Akbar’ sekalipun TIDAK ditemukan dalam Quran. Kaum Sunni meneriakkan ‘Allahu Akbar’ yang menurut mereka berarti ‘Allah Maha Besar’. Ini sebenarnya merupakan suatu trik dan penghinaan yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam karena ‘Allahu Akbar’ sebenarnya berarti ‘Allah yang Tua’. Kaum Sunni berkata ‘Akbar’ adalah salah satu nama Tuhan namun faktanya nama ‘Akbar’ ini TIDAK DAPAT ditemukan di dalam Quran sebagai nama Tuhan. Hal itu TIDAK disebutkan dalam Quran.
Yang lebih menarik adalah Sunni telah menyusun daftar terkenal berisi sembilanpuluh sembilan ‘nama-nama Tuhan yang indah’ yang disebut ‘Asmaul Husna’. Bahkan dalam Asmaul Husna temuan mereka ini tidak tercantum nama ‘Akbar’. Kaum Sunni lupa menyertakan ‘Akbar’ di dalam Asmaul Husna ciptaan mereka! Itu adalah lelucon.
Berikut ini satu item lain yang bisa ditambahkan dalam daftar yang ‘TIDAK disebutkan dalam Quran’. Item itu adalah Perjanjian Hudhaybiyah. Perjanjian tersebut bukan saja tidak disebutkan dalam Quran namun perjanjian yang disebut Perjanjian Hudhaybiyah yang diciptakan oleh Sunni itu sangat bertentangan dengan Quran. Berikut ini bukti sederhananya.
Perjanjian yang disebut Perjanjian Hudaybiyah yang memainkan peran besar dalam teologi Sunni adalah rekaan. Ini juga merupakan hadis palsu lain yang memfitnah nama baik Nabi. Perjanjian ini tidak pernah terjadi antara Nabi Islam dan orang lain. Seluruhnya hanyalah kisah rekaan.
Berikut ini alasan-alasan saya mengatakan hal itu. Perjanjian Hudhaybiyah adalah ciptaan yang membahas tentang beberapa perjanjian antara Nabi dan orang-orang kafir (beberapa menyebutnya Quraysh). Pertama perkenankan saya menjelaskan tentang Perjanjian Hudaybiyah yang saya ambil dari website Ahlul Sunnah Wal Jamaah.
Dalam rangka membuat perjanjian tersebut, Utusan Allah memanggil ‘Ali ibn Abi Talib dan memintanya untuk menulis, “Atas nama Allah, ar-Rahman ar-Raheem.” Suhayl berkata, Halaman 115 dari 136
“Tunggu! Aku tidak mengenal ar-Rahman ar-Raheem, namun tulis saja ‘Atas namamu, ya Tuhanku’.” Utusan Allah meminta ‘Ali untuk menuliskan yang kedua dan ia melakukannya. Kemudian ia berkata, “Tuliskan ‘Inilah yang disetujui Muhammad Utusan Allah dengan Suhayl ibn ‘Amr’.” Suhayl berkata, “Tunggu! Bila aku bersaksi bahwa kamu adalah Utusan Allah aku tidak akan menentangmu. Tuliskan namamu dan nama ayahmu.” Utusan Allah berkata, “Tuliskan ‘Inilah perjanjian antara Muhammad ibn ‘Abdullah dengan Suhayl ibn ‘Amr’.” Setelah kalimat pembukaan ini perjanjian antara kedua belah pihak dituliskan yang terdiri dari pasal-pasal berikut:
1. Menghentikan perang dan permusuhan selama periode gencatan senjata.
2. Bila orang-orang Quraysh memeluk Islam dan datang kepada Muhammad tanpa izin penjaganya, maka ia akan mengembalikannya kepada mereka, dan bila ada pengikut Muhammad datang kepada Quraysh, mereka tidak perlu mengembalikannya kepada Muhammad.
3. Siapapun dari orang Arab diperkenankan bergabung dengan Muhammad, dan ia yang ingin bergabung dengan Quraysh bisa melakukannya.
4. Umat Muslim dan rekan-rekan Muhammad harus pergi dari Mekkah pada tahun itu untuk kembali pada tahun berikutnya saat mereka bebas masuk Mekkah dan tinggal selama tiga malam. Mereka diizinkan membawa pedang dalam selongsongnya dan tidak ada lagi yang lainnya.
5. Perjanjian ini berlaku selama waktu tertentu, sepuluh tahun dari tanggal keputusannya.
Marilah kita fokus pada poin nomor 2 perjanjian ini: 2. “Bila ada orang Quraysh memeluk Islam dan datang kepada Muhammad tanpa izin dari penjaganya, maka ia akan mengembalikannya kepada mereka, dan bila ada pengikut Muhammad datang kepada Quraysh maka mereka tidak perlu mengembalikannya kepada Muhammad.’
Poin ini mengandung penipuan dan kepalsuan dari perjanjian yang disebut Perjanjian Hudyabiyah ini. Poin ini sendiri memperlihatkan bahwa perjanjian ini tidak pernah ada dalam sejarah. Semuanya hanya rekaan. Apa yang tertera dalam perjanjian rekaan ini adalah bila ada orang-orang kafir yang memeluk Islam (karenanya menjadi orang beriman) tanpa seizin Halaman 116 dari 136
penjaganya dan berpindah memeluk Islam maka Nabi berkewajiban mengembalikannya pada orang-orang kafir.
Namun dalam Quran, Allah dan Nabi mengatakan hal yang berlawanan. Berikut ini ayat-ayat yang terkait:
Surat 60:10. Hai orang-orang beriman! Bila datang kepadamu wanita pengungsi yang beriman, periksalah mereka: Allah mengetahui yang terbaik tentang keyakinan mereka: bila kamu yakin bahwa mereka adalah orang beriman, maka jangan kembalikan mereka kepada orang-orang kafir. Mereka tidak berhak menjadi kelompok orang-orang kafir, begitupula orang-orang kafir tidak pantas menjadi bagian dari mereka. Namun bayarkan kepada orangorang kafir apa yang telah dibelanjakan oleh mereka, dan tidak ada salah bagimu bila kamu menikahinya dan membayar mahar kepada mereka. Namun janganlah terima wanita kafir; dan mintalah mahar yang telah kamu bayarkan. Yang demikian itu adalah perintah Allah. Dia menetapkan aturan-aturan untukmu. Dan Allah Maha Tahu dan Bijaksana.
Perhatikan baik-baik kata-kata ini “Yang demikian itu adalah perintah Allah” thalikum hukmu Allahi.
Ini adalah perintah Allah. Wanita yang mengungsi dipastikan melarikan diri dari seseorang (berarti tanpa izin penjaganya atau orang tuanya). Bila wanita tersebut melarikan diri dari orang-orang kafir dan berpihak pada Islam, maka perintah Allah (hukmu Allah) adalah mereka tidak boleh dikembalikan pada orang-orang kafir tersebut.
Namun Perjanjian Hudaybiyah rekaan berkata: Bila ada orang Quraysh memeluk Islam dan datang pada Muhammad tanpa seizin penjaganya, maka ia akan mengembalikannya kepada mereka, dan bila ada pengikut Muhammad yang mendatangi Quraysh, maka mereka tidak perlu mengembalikannya kepada Muhammad. Kisah rekaan tentang Perjanjian Hudaybiyah ini membuat Nabi terlihat bodoh dan murtad. Hadis palsu ini membuat Nabi mengikat perjanjian yang sangat bertentangan dengan apa yang DIPERINTAHKAN ALLAH (HUKUM) dalam Quran.
Berikut ini ayat lain:
Halaman 117 dari 136
Surat 9:6 Bila ada orang-orang Pagan yang memohon perlindungan padamu, berikanlah, agar ia mendengar perkataan Allah dan kemudian ajaklah ia ke tempat yang aman. Ini karena mereka adalah orang-orang yang tidak tahu.
Menurut Quran bila seorang yang kafir meminta perlindungan pada Nabi, maka Nabi harus memberinya perlindungan. Setelah itu orang kafir tersebut harus dibimbing ke tempat yang aman. Bahasa Arabnya sangat jelas: ‘tsumma ablighu ma manahu’ yang berarti ‘kemudian bimbinglah dia ke tempat yang aman’. Namun menurut Perjanjian Hudhaybiyah rekaan tidak hanya orang-orang kafir yang harus dikembalikan kepada kelompoknya namun juga orangorang Muslim – dimana mereka mungkin akan mendapat hukuman yang lebih buruk.
Ayat-ayat Quran berikut ini juga diajarkan Nabi Islam kepada kita: Surat 61:2 “Hai orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan yang tidak kamu lakukan?
Kita tidak boleh mengucapkan satu hal dan kemudian akhirnya melakukan hal yang lain – khususnya hal-hal yang bertentangan dengan apa yang kita ucapkan. Nabi Islam tidak boleh mengatakan satu hal yang diambil dari Quran tentang pemberian perlindungan dan keselamatan bagi orang beriman dan kafir dan kemudian mempraktikkan hal yang berlawanan dengan apa yang telah diajarkannya dengan mengirimkan mereka kembali kepada orang-orang kafir.
Surat 61:3 “Hal yang sangat dibenci Allah bila kamu mengatakan hal-hal yang tidak kamu lakukan”.
Bila Nabi mengucapkan hal-hal yang bertolak belakang maka itu sangat dibenci Allah. Oleh karenanya kita bisa mengerti bahwa perjanjian rekaan yang disebut Perjanjian Hudhaybiyah ini adalah suatu kepalsuan. Bagi pembaca yang merupakan pengikut Ahlul Sunnah, harap sampaikan hal ini kepada ulama Anda. Mintalah mereka untuk menjelaskannya. Lihatlah mereka pasti akan kebingungan. Mengapa mereka bingung? Karena ‘hal itu TIDAK disebutkan dalam Quran’.
Halaman 118 dari 136
BAB 22: KALIMAT SYAHADAT ABU HURAIRAH DAN AHLUL SUNNAH YANG MERUPAKAN KEPALSUAN Kita telah melihat bagaimana Islam telah berubah dari kesempurnaan yang masih bisa ditemukan dalam halaman-halaman kitab Quran menjadi kekafiran Arab abad pertengahan yang sebenarnya ditiru dari Injil Kristiani. Dalam bagian buku ini kita akan membahas tentang contoh agama Ahlul Sunnah Wal Jamaah dan Syiah yang sekali lagi bertentangan dengan ajaran-ajaran Quran.
Kalimat Syahadat Rekaan
Untuk menyatakan keyakinan mereka dalam agama mereka, kaum Sunni dan Syiah membuat deklarasi ini: ‘Aku bersaksi bahwa tak ada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah.” (Transliterasi Arab: “Ash hadu anlaa ilaaha illallahu wa ash hadu anna muhammadar-rasulullah”). Kaum Syiah menambahkan kata-kata ‘wa Ali Waliullah’ yang berarti ‘dan Ali adalah deputy/utusan Allah’.
Kesaksian ini disebut Syahadat dan menurut keyakinan Sunni kalimat ini harus dibaca oleh setiap Sunni sebagai pengesahan kesetiaan mereka terhadap agama mereka. Konsekuensinya setiap orang yang tidak ‘bersaksi’ tidak diterima sebagai kaum Sunni.
Namun demikan kesaksian ini tidaklah dibenarkan oleh ajaran-ajaran sesungguhnya dari Nabi, yang ditemukan dalam Quran, firman Allah yang nyata.
Kaum Sunni mungkin merasa kagum dengan pernyataan ini khususnya karena kalimat Syahadat dianggap sebagai landasan keyakinan Sunni. Inilah sebabnya mengapa penting untuk memahami dengan cermat dan kritis sebelum membuat kesimpulan penting.
Bagi kaum Sunni, tujuan Syahadat amat banyak. Misalnya tanpa membaca Syahadat, Sunni menganggap sholat ritual mereka (kepada Tuhan) tidak sah. Juga sebelum seorang pendatang baru diterima dalam agama Sunni, ia harus membaca kalimat Syahadat di hadapan saksi-saksi. Di beberapa negara seorang yang pindah agama diberikan ‘sertifikat’ setelah membaca Syahadat guna memastikan bahwa mereka telah ‘diakui’ sebagai anggota kelompok Sunni.
Halaman 119 dari 136
Namun demikian, tidak diketahui apakah ‘sertifikat’ tersebut juga berlaku sebagai kartu tambahan untuk masuk surga!
Menyekutukan sesuatu atau seseorang dengan Allah disebut ‘syirik’, derajat penghinaan yang paling tinggi, yang tidak dimaafkan oleh Allah. Hal ini dijelaskan dalam Surat 4 ayat 48.
[Surat 4:48] Sesungguhnya Allah tidak memaafkan segala sesuatu yang dihubungkan denganNya (syirik), dan memaafkan selain daripada itu kepada siapapun yang dikehendakiNya; dan siapapun yang menyekutukan segala sesuatu dengan Allah, maka ia telah berbuat dosa yang besar.
Quran juga menetapkan bahwa Muslim harus menyatakan keyakinannya terhadap Satu Tuhan dan tidak menyebut siapapun selain dari Allah.
Quran cukup jelas tentang hal ini:
[Surat 39:45] Dan ketika hanya Allah yang disebut, kesal lah hati mereka yang tidak percaya terhadap hari akhir, dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, Mereka akan bergembira.
Ayat ini jelas menggambarkan tentang Sunni. Bila anda mengatakan kepada Sunni ‘Sebutlah hanya nama Allah’ mereka akan marah tanpa kendali. Amat marah hingga ingin membunuh anda. Ini karena mereka tidak percaya pada Allah. Namun bila anda mengatakan kepada Sunni ‘Baiklah mari kita juga menyebut nama Muhammad’ maka mereka segera akan bergembira.
Karenanya, Syahadat, bukanlah cara yang tepat untuk memastikan keyakinan karena selain Allah, nama Muhammad tercantum dalam pembuktian ini dan juga disebutkan dalam sholat ritual Sunni. Sunni menjawab dengan cepat bahwa mereka menyembah Allah dan bukan menyembah Muhammad, namun mereka hanya menghormati Muhammad dengan menyebutkan nama Muhammad dalam sholat ritual dan kalimat syahadat. Namun pada saat yang sama mereka juga mengatakan bahwa bila nama Muhammad tidak disebutkan dalam sholat ritual maka penyembahan terhadap Allah akan batal begitupula dengan Syahadat sebagai pembuktian keyakinan tidak akan ada gunanya. Jelas bahwa kunci keyakinan mereka adalah menyebutkan nama Muhammad. Tanpa menyebutkan nama Muhammad, segala sesuatunya salah bagi mereka. Inilah syirik atau menyekutukan sesuatu dengan Allah. Halaman 120 dari 136
Manusia yang secara membabi buta mengikuti para ulama mereka tanpa berpikir atau membuktikan kebenarannya adalah akar dari keyakinan yang keliru. Tidak ada bedanya dengan penerimaan Syahadat ini. Jika saja orang membaca dan memahami Quran pasti mereka akan menyadari bahwa Allah menurunkan ayat berikut kepada Nabi yang penerapannya sama dengan yang diterapkan kepada kita saat ini.
[Surat 17:36] Kamu tidak boleh menerima informasi begitu saja, kecuali telah kamu buktikan kebenarannya untuk dirimu. Aku berikan kepadamu pendengaran, penglihatan, dan kepandaian, dan kamu bertanggung jawab dalam menggunakannya.
Allah menghendaki kita untuk memperkuat keyakinan kita dan kita harus mengikuti saranNya.
Abu Hurairah.
Kesaksikan Syahadat yang dibaca oleh kaum Sunni berasal dari karakter fiktif bernama Abu Hurairah dan dicatat dalam ‘hadis’ palsu. Hadis di bawah ini berasal dari “Mishkat-ulMasabih”, terjemahan oleh Maulana Fazlul Karim, Volume 1, Bab 1, no.27 (Diterbitkan oleh Book House, Lahore, Pakistan). Karena ada banyak versi dari hadis ini, maka kumpulan Tirmidzi juga harus dibaca.
Hadis rekaan tentang Syahadat berkata: Satu hari Abu Hurairah menemui orang-orang dan mengatakan kepada mereka bahwa Nabi telah mengizinkan ia untuk pergi dan meminta mereka untuk membaca Syahadat “ash hadu anlaa ilaha illallhu wa ash hadu anna muhammadar-Nabiullah”. Versi lain berbunyi “muhammadan abduhu wa Nabiuhu”. Orang pertama yang ditemui Abu Hurairah untuk dibacakan Syahadat adalah Saidina Omar (yang kemudian menjadi kalifah kedua). Saat Omar mendengarnya segera ia meninju dada Abu Hurairah dan menjatuhkannya ke tanah. Kemudian Omar menginjak leher Abu Hurairah dan berkata betapa beraninya dia mengucapkan penghinaan semacam itu.
Abu Hurairah (yang dikisahkan dalam hadis menerima cukup banyak pukulan dari Omar selama masa hidupnya) kemudian berteriak dan menyebut nama Muhammad sebagai pihak yang berwenang. Ketika sekali lagi ditantang oleh Saidina Omar, Abu Hurairah mengeluarkan sepasang sandal dan menunjukkannya kepada Omar. Sandal itu, katanya, Halaman 121 dari 136
diberikan Nabi kepadanya, sebagai bukti atas apa yang diucapkannya. Mengenali sandal Nabi, kemarahan Omar mereda. Setiap orang dengan bahagia mulai mengucapkan syahadat.
Kisah paling menakjubkan ini merupakan latar belakang Syahadat Abu Hurairah, yang telah diadopsi oleh jutaan Sunni. Setelah menyadari kesalahan Syahadat Sunni yang dipaparkan bertahun-tahun lalu, beberapa ulama Sunni mulai meragukan hadis palsu dari Abu Hurairah. Beberapa dari mereka mengatakan bahwa kebenaran hadis rekaan ini diragukan. Sikap ulama yang begitu khas. Bila tidak sesuai dengan keinginan mereka, maka mereka berkata bahwa hadis rekaan sendiri tidak dapat dipertanggung jawabkan. Bila cocok dengan keinginan mereka, hadis rekaan itu diterima. Inilah yang disebut Pengacakan Ulama.
Dalam Quran Allah berkata, “Orang-orang beriman saling bersikap baik satu sama lain, dan bersikap keras pada orang-orang kafir..” Surat 5:54. Buku ‘hadis rekaan’ terlalu penuh dengan kisah-kisah mengagumkan tentang betapa baiknya sahabat-sahabat Nabi dan cinta serta kebaikan yang mereka tunjukkan satu sama lain.
Empatbelas abad yang lalu hingga saat ini orang-orang Tabligh (misionaris sunni) selalu saling menyapa satu sama lain dengan berpelukan dan berciuman, yang dianggap dapat membangkitkan rasa persahabatan. Namun dalam ‘hadis palsu’ khusus ini, kita memiliki satu Sahabat yang menjatuhkan sahabat lainnya karena membawa sesuatu sepenting Syahadat!
Dalam penjelasan kepalsuan lain dari episode yang sama ini, Omar dilaporkan menantang Nabi apakah memang ia mengirimkan Abu Hurairah dengan membawa sandalnya untuk membacakan Syahadat. Saat Nabi membenarkannya, Omar marah padanya dan mengatakan bahwa Syahadat akan membuat orang “malas”! Apapun logika dari hadis rekaan ini bisa diserahkan kepada para pendukung hadis palsu ini untuk menjelaskannya. Sekali lagi narator kisah rekaan ini adalah Abu Hurairah.
Tentang orang beriman dan sahabat nabi, Quran berkata: [Surat 24:51] Satu-satunya ucapan orang beriman, kapanpun dipanggil kepada ALLAH dan utusanNya untuk mengadili masalah mereka, ialah ucapan, “Kami mendengar dan kami patuh.” Mereka ini adalah pemenang.
Halaman 122 dari 136
Cerita Abu Hurairah yang konyol ini tidak hanya bertentangan dengan ayat di atas namun juga bertentangan dengan Surat 6:51 dimana Allah mengatakan kepada Nabinya, sahabat dan siapapun yang membaca Quran:
[Surat 6:51] Dan bacakan dengan Quran ini kepada mereka yang takut akan dikumpulkan di hadapan Tuhan – bagi mereka tidak ada yang lain selain Dia sebagai Tuhan dan Penguasanya, begitupula dengan perantara – agar mereka diselamatkan.
Abu Hurairah malah berkata bahwa Nabi menyerahkan sepasang sandalnya kepadanya dan memintanya untuk memberikan nasehat dengan sandal di tangan sebagai bukti kebenaran. Dengan pengakuannya ini Abu Hurairah dipukuli oleh Omar, yang berdebat dengan Nabi dan mengatakan bahwa Syahadat bukanlah kalimat yang bijaksana, Apakah ‘dasar keyakinan’ terletak pada kisah yang tak masuk akal semacam itu?.
Tampaknya tak seorangpun yang tahu identitas sebenarnya dari Abu Hurairah ini. Bahkan kalangan terpelajar saat ini tidak setuju dengan nama sebenarnya. Meskipun merupakan hadis palsu (yang juga ditujukan kepada Abu Hurairah) bahwa kita tidak diperbolehkan memanggil seseorang dengan nama julukan, Abu Hurairah itu sendiri adalah nama julukan yang berarti “Bapak para Kucing”. Jadi pencipta Sunni Syahadat adalah orang tak dikenal yang secara sembarangan diserang oleh sahabat nabi yang lain! Kini jelas bahwa ada bukti signifikan yang memperlihatkan bahwa kesaksian Syahadat kaum Sunni memiliki latar belakang yang sangat meragukan berdasarkan pada hadis aneh yang dengan salah ditujukan kepada Nabi yang mereka klaim dicintai!
Lantas bagaimana Syahadat Abu Hurairah bisa bertentangan dengan ajaran Nabi yang benar? Quran diturunkan oleh Allah kepada Nabi yang kemudian menyampaikan pesan ini, pertama kepada para sahabat dan kemudian kepada manusia lain. Di samping merupakan wahyu Allah sendiri, Quran merepresentasikan apa yang sesungguhnya diucapkan Nabi. Siapapun yang menolak fakta sederhana ini sama sekali tidak bisa disebut sebagai Muslim.
Jadi apa yang diperintahkan Allah kepada Nabi untuk disampaikan kepada kita?
[Surat 72:18] Sesungguhnya semua keputusan persetujuan adalah untuk ALLAH; oleh karenanya jangan sebut yang lainnya selain ALLAH.
Halaman 123 dari 136
Namun, dalam Syahadat Abu Hurairah, Sunni menyebut Nabi begitupula Allah. Kalangan terpelajar Sunni akan menyanggah bahwa penyebutan nama Nabi hanyalah merupakan suatu penghormatan. Namun dalam ucapan yang sama, mereka bersikeras bahwa dalam sholat ritual lima kali sehari yang mereka tujukan kepada Allah akan batal bila nama Muhammad tidak disebutkan dalam kalimat Syahadat selama sholat. Tindakan yang sama buruknya dengan pengidolaan karena menyekutukan orang lain dengan Tuhan adalah syirik – tindakan yang tidak dapat dimaafkan.
Hanya Allah Semata
Manusia memiliki kelemahan utama. Manusia sulit untuk mempercayai Allah yang tidak terlihat. Bahkan Nabi Musa sekalipun memiliki masalah ini.
“Saat Musa datang pada waktu yang telah Kami tentukan, dan Tuhannya berkata kepadanya, ia berkata, “Tuhanku biarkan aku melihatmu”. Dia berkata, “Kamu tidak bisa melihat Aku...” (Surat 7:143).
Manusia mencari sesuatu yang nyata, karenanya umat Kristiani pertama meningkatkan status Yesus menjadi Anak Tuhan dan kemudian statusnya meningkat menjadi Tuhan itu sendiri. Umat Hindu memuja manusia seperti Rama dan Krishna yang mereka anggap sebagai dewa. Kaum Sunni juga memuja Muhammad dan memberikannya status mulia dengan menambahkan namanya pada pembuktian Syahadat. Paling cocoknya kaum Sunni seharusnya disebut “Mohammedans”.
Untuk mengingatkan mereka akan kebodohan ini hanya akan membangkitkan kemarahan mereka. Mungkin mereka tidak tahu bahwa Nabi sendiri yang mengajarkan hal berikut:
“Bila hanya nama Allah saja yang disebut, hati mereka yang tidak percaya pada hari akhir akan merasa kesal. Namun bila YANG LAINNYA disebut selain Dia, maka mereka akan bergembira” Surat 39:45.
Perhatikan betapa marahnya Mohammedan bila anda hanya menyebut nama Allah. Kemarahan mereka hanya akan reda bila anda setuju menambahkan “Muhammad” sebagai bagian kedua Syahadat Abu Huraira – “Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah” (transliterasi Arab: wa ash hadu anna muhammadar Nabiullah). Halaman 124 dari 136
Mungkin akan sangat mengejutkan bagi kaum Sunni dan Syiah namun Syahadat ini sebenarnya merupakan Syahadat para Munafik. Allah telah menurunkan kepada Nabi bahwa ini sebenarnya merupakan Syahadat para hipokrit (Bahasa Arab: Munafiq).
“Di antara orang-orang Arab yang ada di sekitarmu terdapat orang-orang hipokrit, begitupula di antara penghuni kota. Mereka tetap bersikap hipokrit dan sementara kamu (Muhammad) tidak tahu tentang mereka namun aku mengetahuinya. Kami akan melipatgandakan hukuman bagi mereka, kemudian mereka akan mendapatkan siksa yang pedih” (Surat 9:101).
Di sini Allah berkata kepada Nabi bahwa ada orang-orang munafik di sekitar dirinya dan ia tidak tahu siapa mereka. Hanya Allah yang mengetahui orang-orang yang munafik. Namun Allah berjanji “...Dia pasti akan memberitahu tentang orang-orang munafik” Surat 29:11.
Orang-orang munafik di sekitar Nabi juga merasa cemas tentang hal ini:
[Surat 9:64] Orang-orang munafik khawatir akan diturunkan surat yang memberitahu apa yang ada dalam hati mereka. Katakan, “Teruslah mengejek. ALLAH akan memberitahu apa yang kamu takutkan.”
Dikenalinya orang-orang yang munafik
Allah juga berkata bahwa orang-orang munafik bisa dikenali dari cara mereka terlibat dalam pembicaraan yang tidak berarti. “Bila kami berkehendak kami bisa memberitahu kamu, agar kamu bisa mengenalinya hanya dengan melihat mereka. Namun kamu bisa mengenali mereka dari apa yang mereka bicarakan. Allah sangat mengetahui semua yang kamu kerjakan” (Surat 47:30).
Oleh karenanya Allah berjanji akan memberitahu siapa orang-orang munafik itu. Satu cara yang tertera dalam Quran ada pada surat 63:1.
“Bila orang-orang munafik datang kepadamu dan berkata: “KAMI BERSAKSI BAHWA KAMU ADALAH UTUSAN ALLAH. Sesungguhnya Allah mengetahui bahwa kamu adalah UtusanNya. Allah bersaksi bahwa orang-orang munafik adalah pembohong.” (Surat 63:1).
Halaman 125 dari 136
Bahasa Arabnya adalah benar. Orang munafik atau hipokrit datang dan berkata ‘nash hadu innaka rasuulillah’. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam ayat ini adalah kata-kata yang ditekankan membentuk bagian kedua syahadat Abu Huraira, yang kini dibacakan oleh semua Mohammedan Sunnis dan Syiah. Yang kita lihat dari ayat 63.1 sebenarnya Syahadat orangorang munafik!
Apa yang diucapkan orang-orang munafik adalah ucapan yang tak berarti karena Allah memang tahu bahwa Nabi adalah UtusanNya.
‘..Sesungguhnya Allah tahu bahwa kamu adalah UtusanNya..’ (Surat 63:1).
Allah tidak membutuhkan orang untuk memastikan kembali kepadaNya apa yang telah diketahuiNya tentang UtusanNya sendiri.
Quran berkata: “Kami telah mengirimmu sebagai seorang Utusan dan ALLAH TELAH MENCUKUPI SEBAGAI SAKSI...” Surat 4:79.
Inilah tepatnya yang dikatakan Nabi kepada orang-orang beriman. Tak perlu bersaksi atas dirinya karena Allah telah melakukannya dan itu sudah cukup. Bagi mereka yang sulit mendengar atau melihat Allah mengulangi kembali pesan penting ini:
“Allah bersaksi terhadap apa yang telah Dia turunkan kepadamu. Dia telah menurunkannya dengan sepengetahuanNya. Dan para malaikat juga menyaksikannya, NAMUN ALLAH TELAH CUKUP SEBAGAI SAKSI” Surat 4:166.
Sekali lagi inilah apa yang disampaikan Nabi kepada para sahabatnya. Allah telah cukup sebagai saksi. Allah tidak mendukung upaya-upaya sebagai saksi Nabi-Nabi lain:
“Kamu tidak berada di lereng sebelah barat Gunung saat kami memberikan perintah kepada Musa. KAMU BUKANLAH SAKSI” Surat 28:44.
Jadi orang-orang tidak dapat “bersaksi” atas kenabian para Nabi. Kita BUKANLAH saksi.
Sekali lagi, Allah mengatakan bahwa Dia pasti akan memberitahu tentang orang-orang munafik (Surat 29:11). Kemudian Allah berkata bahwa Nabi bisa mengenali orang-orang Halaman 126 dari 136
munafik dari hal-hal yang mereka ucapkan (Surat 47:30). Jadi saat orang-orang munafik datang dan bersikeras bahwa mereka ingin bersaksi atas Nabi (Surat 63:1), mereka memperlihatkan diri mereka sebagai orang-orang munafik.
Dan karakter fiktif Abu Hurairah (setelah 1400 tahun tak seorangpun dari ulama Ahlul Sunnah yang mengetahui nama sesungguhnya) telah membodohi jutaan Ahlul Sunnah dan Syiah dengan membaca kemunafikan yang sama setiap hari dalam hidup mereka.
Quran berkata (Surat 3:18) ALLAH bersaksi bahwa tak ada tuhan selain Dia, dan begitupula para malaikat dan mereka yang berpengetahuan. Secara benar dan adil, Dia adalah tuhan yang mutlak; tak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa lagi Bijaksana.
Allah cukup sebagai Saksi Sekali lagi Allah berkata bahwa Dia sendiri cukup yang menjadi saksi:
“Katakan, Kesaksian siapa yang paling kuat” Katakan, “Kesaksian Allah (yang paling kuat). DIALAH SAKSI ANTARA AKU DAN KAMU, bahwa Quran ini telah menginspirasi aku, diturunkan kepadamu dan siapapun yang sampai Quran ini kepadanya..” Surat 6:19. Dan karena “..Allah cukup sebagai saksi..” Surat 4:79 dan 4:166 Syahadat seperti yang dinyatakan oleh Abu Hurairah karenanya adalah suatu kebohongan – hal yang dibuat-buat oleh siapapun yang menulis ‘hadis’.
Meskipun ada bukti Quran, yang bahkan Ahlul Sunnah pun tidak menyangkal adalah ajaran Nabi yang paling benar, namun orang-orang munafik tetap bersikeras untuk bersaksi atas Muhammad. Mereka bersikeras menjadi saksi saat Allah berkata bahwa Dia tidak membutuhkan saksi lain selain Dirinya sendiri.
Yang paling penting, Syahadat Abu Hurairah, bertujuan menentang Surat 72:18 dan Surat 39:45 dengan menyamakan nama Muhammad dengan Allah. Tanpa bersaksi atas Muhammad, Sunni berkata bahwa sholat ritual dan keyakinan mereka batal. Meskipun dengan adanya bukti dari Quran ini menunjukkan penyembahan berhala, atau perbuatan syirik yang paling parah. Setiap kali membaca Syahadat Sunni mereka melakukan penyembahan berhala, “syirik’, penghinaan yang tidak termaafkan dan karenanya mereka akan terbakar dalam api neraka.
Halaman 127 dari 136
Syahadat yang sebenarnya Tak ada tuhan selain Dia
Jadi apa yang menjadi pembuktian sesungguhnya, yang bisa diucapkan Muslim untuk memastikan keyakinannya? Mungkin saat para sahabat mengajukan pertanyaan ini kepada Nabi, ia akan menjawab: “Ucapan Tuhanmu telah lengkap, dalam kebenaran dan keadilan. Tak ada yang bisa membatalkan ucapan-ucapanNya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Surat 6:114)
Oleh karenanya jawaban yang pasti ada dalam Quran. Allah telah memberikan kepada kita kitab suci yang lengkap, jelas dan sederhana seperti yang tertera dalam Surat 3:18, “ALLAH bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Dia, dan begitupula para malaikat dan mereka yang memiliki pengetahuan. Dengan benar dan adil, Dia Tuhan yang mutlak; tak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana.”
Menambahkan nama Muhammad pada Syahadat Tuhan ini, malaikat dan mereka yang memiliki pengetahuan adalah tanda yang nyata dari orang-orang munafik. Surat 63:1 “Ketika orang-orang munafik datang kepadamu mereka berkata, “Kami bersaksi bahwa kamu adalah Utusan ALLAH.” ALLAH tahu bahwa kamu adalah Utusan-Nya, dan ALLAH bersaksi bahwa orang-orang munafik itu pembohong.”
Ahlul Sunnah dan Sunni telah dibodohi oleh ulama mereka untuk mengikuti para munafik. Mereka sendiri menjadi para hipokrit.
Halaman 128 dari 136
BAB 23: HIJAAB – KEPALSUAN LAIN YANG DITIRU DARI INJIL KRISTIANI Pendapat saya yang tertera dalam seluruh bagian buku ini adalah ulama Ahlul Sunnah dan Syiah menolak Quran. Mereka adalah kuffar atau tidak percaya pada Quran. Mereka bahkan tidak tahu bagaimana membuka Quran dan merujuk pada ayat-ayatnya. Bahkan ketika mereka merujuk pada Quran, mereka menolak ayat-ayatnya. Misalnya ulama tidak mampu menjelaskan mengapa meskipun kata HIJAAB disebut BERKALI-KALI dalam Quran (tujuh kali) namun mereka tidak berani untuk merujuk salah satu dari ayat-ayat itu dalam Quran yang menyebutkan kata HIJAAB untuk mempertahankan teori-teori rekaan mereka tentang HIJAAB sebagai penutup kepala? Tidakkah ini aneh? Mereka menolak semua ayat dalam Quran yang membahas tentang HIJAAB. Ulama sebenarnya menjadi penakut dan pergi menghindar saat anda meminta mereka untuk merujuk satu ayat dalam Quran yang berisi kata HIJAAB.
Ulama mengulangi kesalahan dasar yang dilakukan oleh Ahlul Sunnah Wal Jamaah, Syiah, Ahmadiyah, Wahhabis, dan lain-lain, yaitu tidak bisa mengutip satu ayat dari Quran dengan tepat ATAU akurat.
Inilah Pengacakan Ulama yang khas dan sangat mengejutkan. Mereka ingin mempertahankan apa yang telah mereka definisikan sebagai HIJAAB. Namun mereka menolak semua ayat dalam Quran yang menyebutkan HIJAAB. Mereka malah memilih kata lain yang sama sekali tidak berhubungan yaitu kata ‘khimar’ dan ‘khimar’ yang kini disebut sebagai HIJAAB atau penutup kepala. Inilah yang disebut Pengacakan yang dilakukan oleh Ulama.
Marilah kita membahas tentang kebingungan para ulama tentang KHUMUR. Kata ‘KHUMUR’ disebutkan dalam Surat 24:31 dan ulama mengatakan bahwa arti kata itu adalah ‘penutup kepala’. Kata dalam Surat 24:31 sebenarnya KHUMUUR dan BUKAN KHIMAAR. Jamak dan BUKAN tunggal.
Pertama mari kita mencermati apa yang diajarkan Nabi dalam Surat 24:31 secara lengkap:
Waqul lilmuminati yaghdudna min absarihina wayahfathna furoojahunna wala yubdeena zeenatahunna illa ma thahara minha walyadribna bikhumurihinnaa aala juyoobihinna wala yubdeena zeenatahunna illa libuaaoolatihinna aw abaihinna aw abai buaaoolatihinna aw abnaihinna aw abnai buaaoolatihinna aw ikhwanihinna aw banee ikhwanihinna awa banee Halaman 129 dari 136
akhawatihinna aw nisaihinna aw ma malakat aymanuhunna awi alttabiaaeena ghayri olee alirbati mina alrrijati awi alttifli allatheena lam yathharoo aalaa aawrati alnnisai wala yadribna biarjulihinna liyu alama ma yukhfeena min zeenatihinna watooboo ila Allahi jameeaan ayyuha almuminoona laallakum tuflihoona
Surat 24:31 “Dan katakan kepada wanita beriman agar mereka merendahkan pandangannya dan menjaga kehormatan; mereka tidak boleh memperlihatkan kecantikan kecuali apa yang tampak dari mereka; mereka harus menutup dada dengan kain kerudung dan tidak memperlihatkan kecantikannya kecuali kepada suami, ayah, ayah suami, anak laki-laki mereka, anak laki-laki suami mereka, saudara laki-laki mereka atau anak laki-laki saudara laki-laki mereka, atau anak laki-laki saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita segolongan dengan mereka, atau budak yang mereka miliki, atau pembantu pria yang tidak memiliki kebutuhan fisik, atau anak-anak kecil yang belum memahami tentang aurat wanita (AWRAATI AL NISSAA); dan mereka hendaknya tidak menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan (YUKHFEENA MIN ZEENATIHINNA). Dan hai orang-orang beriman! Bertakwalah kepada Tuhan, agar kamu mendapatkan kebahagiaan”.
Berikut ini transliterasi Arabnya: walyadribna bikhumurihinna aala juyoobihinna yang berarti ‘tutupilah dadamu dengan kain kerudung’.
Ulama mengatakan bahwa para wanita pertama harus mengenakan KHUMUR di seluruh kepala dan setelah itu menarik KHUMUR menutupi dada mereka. Pertama kata ‘Yadribna’ berarti ‘menutupi’ dan bukan “MENGENAKAN’. Bukti? Kata yang sama ‘yadribna’ muncul untuk yang kedua kalinya dalam ayat yang sama 24:31 di atas.
Berikut ini kemunculan kedua kata ‘yadribna’: “yadribna biarjulihinna” yang berarti menghentakkan kaki mereka (untuk menarik perhatian). Ulama tidak bisa menjelaskan mengapa ‘yadribna’ diambil untuk mengartikan ‘menghentakkan’ yang merujuk pada kaki namun menjadi “mengenakan” yang merujuk pada menutupi?
Ayat tersebut hanya mengatakan bahwa wanita harus menutupi dada mereka dengan pakaian. Dalam ayat ini tidak disebutkan sama sekali tentang kepala. Arti kata KHUMUR sama sekali bukan penutup kepala. Arti kata KHUMUR adalah sesuatu yang menutupi. Dalam konteks ini pakaianlah yang harus menutupi dada. Halaman 130 dari 136
Kini marilah kita membahas tentang kebingungan ulama terhadap HIJAAB. Isu keseluruhan tentang wanita yang menutupi kepala disebut ulama sebagai ‘HIJAAB”. Berikut ini pertanyaan sederhana: Mengapa para ulama sama sekali tidak mampu mengutip bahkan satu ayat pun dari Quran yang menyebutkan kata HIJAAB? Bila isu yang dihadapi memang HIJAAB tentunya harus ada setidaknya satu ayat dalam Quran yang membahas tentang masalah ini? Mengapa ulama bahkan tidak mampu mengutip satu ayat pun dari Quran untuk menjelaskan HIJAAB mereka?
Jawaban: Ulama tidak tahu bagaimana membuka halaman-halaman Quran untuk mencari kata HIJAAB.
Bila demikian perkenankan saya untuk membantu mereka dalam hal ini. Marilah kita bahas kata HIJAAB sebagaimana yang diajarkan Nabi dalam Quran.
Hijaab berarti penghalang, tirai atau pemisah. Kata itu muncul dalam ayat-ayat berikut ini:
Surat 7:46 antara penghuni neraka dan surga dipisahkan oleh HIJAAB (pemisah). Surat 17:45 antara orang beriman dan orang tidak beriman dipisahkan oleh HIJAAB (pemisah). Surat 19:17 Maryam mengambil selembar tirai dan terpisah dari teman-temannya Surat 33:53 Pria harus berbicara kepada istri-istri Nabi dari belakang sebuah HIJAAB (penghalang) Surat 38:32 Sulaiman menyukai barang-barang bagus hingga semuanya itu tersembunyi di belakang sebuah HIJAAB (pemisah) Surat 41:5 orang-orang tidak beriman berkata kepada Nabi ‘antara kami dan dirimu ada sebuah HIJAAB (pemisah) Surat 42:51 Allah tidak berbicara kepada setiap manusia kecuali dari belakang suatu HIJAAB (penghalang)
Meskipun kata HIJAAB telah dinyatakan dengan jelas sebanyak tujuh kali dalam Quran, namun tidak sekalipun kata itu merujuk pada penutup kepala yang diinginkan ulama agar dikenakan oleh wanita di kepalanya.
Halaman 131 dari 136
Hanya ada satu ayat di dalam Quran dimana Nabi mengajarkan kita bahwa HIJAAB merujuk kepada kesopanan antara pria dan wanita. Dan berikut ini ayat tersebut secara lengkap:
Surat 33:53 Ya ayyuha allatheena amanoo la tadkhuloo buyoota alnnabiyyi illa an yuthana lakum ila taamin ghayra nathireena inahu walakin itha duaeetun faodkhuloo faitha taaimtum faintashiroo wala mustaniseena lihadeethin inna thalikum kana yuthee alnnabiyya fayastahyee minkum wallahu la yastahyee mina alhaqqi waitha saaltumoohunna mataan faisaloohunna min warai hijabin thalikum atharu liquloobikum waquloobihinna wama kana lakum an tuthoo rasoola Allahi wala an tankihoo azwajahu min baadihi abadan inna thalikum kan aainda Allahi aatheeman
Surat 33:53 ‘Hai orang-orang beriman! Janganlah kamu masuk ke dalam rumah Nabi – hingga kamu diperbolehkan masuk ke dalamnya – untuk makan dan tidak menunggu-nunggu waktu persiapannya: namun bila kamu diundang, masuklah; dan bila kamu selesai makan, pergilah, tanpa memperpanjang percakapan. Perilaku demikian mengganggu Nabi; ia malu untuk mengusirmu, namun Allah tidak malu (berkata padamu) tentang kebenaran. Dan bila kamu meminta sesuatu kepada istrinya, maka berkatalah dari balik HIJAAB; hal itu akan lebih menyucikan hatimu dan hati mereka. Kamu tidak berhak mengganggu Utusan Allah, atau menikahi janda-jandanya setelah ia wafat kapanpun. Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah suatu kejahatan”.
Ulama harus memperhatikan secara cermat ayat ini:
Waitha saaltumoohunna maan faisaloohunna min warai hijabin thalikum atharu liquloobikum waquloobihinna: Dan ketika kamu meminta sesuatu dari istrinya, berbicaralah dari balik HIJAAB; karena hal itu lebih menyucikan hatimu dan hati mereka.
Tampaknya itulah satu-satunya ayat dalam seluruh Quran yang menjelaskan HIJAAB sebagai tanda kesopanan (Bukti: hal itu lebih menyucikan hatimu dan hati mereka) antara pria dan wanita yang ditetapkan untuk PRIA. DALAM AYAT INI PRIALAH YANG HARUS BERBICARA KEPADA WANITA (ISTRI-ISTRI NABI) DARI BALIK HIJAAB!!
Berdasarkan logika ulama yang terbalik, ini berarti bahwa pria harus mengenakan penutup kepala saat mereka berbicara kepada istri-istri Nabi!
Halaman 132 dari 136
Dalam setiap ayat Quran tidak disebutkan sama sekali tentang penutup kepala bagi wanita atau pria.
DARIMANA SESUNGGUHNYA ASAL PENUTUP KEPALA WANITA?
Kini kita akan memecahkan misteri darimana ulama meniru ide penutup kepala bagi wanita. Inilah penjelasannya:
Injil, 1 Corinthians 11 5 Dan setiap wanita yang berdoa atau meramal dengan kepala yang tidak tertutup – seolah kepalanya dicukur. 6 Bila seorang wanita tidak menutup kepalanya, ia harus memotong rambutnya; dan apabila memalukan bagi wanita bila kepalanya tidak memiliki rambut, ia harus menutupi kepalanya.7 Nilailah dirimu sendiri; apakah pantas bagi seorang wanita berdoa kepada Tuhan dengan kepala yang tidak tertutup?
Ide bahwa wanita harus menutup kepalanya khususnya saat ia ‘berdoa’ dicuri dari Injil Kristiani. Itulah sebabnya hingga kini penutup kepala paling baik dikenakan oleh para biarawati Katolik. Ingatkah anda pada almarhumah Bunda Theresa dan biarawati Nasraninya? Dimanakah Bunda Theresa belajar mengenakan penutup kepala? Jelas bukan dari ulama. Dia mempelajarinya dari Injil. Dan seperti yang kita semua ketahui Injil muncul jauh sebelum ulama.
Ulama telah mencuri materi dari Injil dan mencoba menyampaikannya sebagai ‘hadis Bukhari’ dan kisah-kisah rekaan serupa lainnya.
HIJAAB YANG SESUNGGUHNYA
Apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan hijaab? Inilah penjelasannya: Surat 17:45 Dan ketika kamu membaca Quran, Kami tempatkan di antara kamu dan mereka yang tidak percaya pada hari akhir sebuah HIJAAB yang tersembunyi.
Jadi akan selalu ada HIJAAB atau pemisah antara mereka yang beriman kepada Quran dan mereka yang menolaknya. Orang-orang yang beriman kepada Quran akan percaya bahwa Quran adalah lengkap dan terperinci.
Halaman 133 dari 136
Orang-orang yang menolak Quran akan berkata ‘Kamu tidak bisa mengetahui pesan Quran tanpa hadis palsu Bukhari, ulama dan lain-lain”.
Ringkasnya ada suatu HIJAAB atau pemisah hingga Hari Akhir antara Muslim yang percaya pada Allah, Nabi dan Quran serta mereka yang tidak percaya kepada Allah, Nabi dan Quran seperti Ahlul Sunnah Wal Jamaah, Syiah, Qadiani, Wahhabi, Ahmadiyah, Druze, Nasrani, Yahudi, Hindu dan lain-lain yang percaya pada hadis palsu bukhari, kisah-kisah dari khabar angin, injil, kitab yahudi, dan lain-lain.
Hanya mereka yang percaya pada Allah, Nabi dan Quran yang akan berhasil. Mereka yang percaya pada hadis palsu Ahlul Sunnah, Syiah, Wahhabi, Qadiani, Hindu, Nasrani dan Yahudi adalah pecundang.
KESIMPULAN
Di banyak negara wanita dan juga pria harus menutup kepalanya. Orang Eskimo di Antartika, pria dan wanita Arab yang tinggal di padang pasir tandus dan juga pria dan wanita yang hidup di padang rumput serta daerah-daerah berhawa dingin atau kering berangin. Pria dan wanita lain yang tinggal di daerah tropis atau daerah hutan hujan bisa mengalami masalah dengan rambut, kulit mereka dan bahkan mungkin mengalami sakit kepala dan merasa tidak nyaman bila menutup kepala mereka dalam iklim yang panas dan lembab. Allah memberikan pengertian yang cukup kepada manusia untuk mengetahui apa yang cocok dikenakannya.
Namun merupakan dosa besar dan perbuatan syirik yang berat (polytheisme atau musyrik) bila orang bersikeras bahwa wanita mengenakan penutup kepala merupakan perintah Allah atau Nabi. Orang yang percaya bahwa menutup kepala mereka adalah perintah dari Tuhan dan Nabi sesungguhnya melakukan penghinaan yang berat. Mereka hanya patuh pada Injil Kristiani.
Bukan hanya mereka akan mengalami ketidaknyamanan yang tidak perlu, sakit kepala, masalah kulit dan masalah rambut dalam hidup ini, tapi juga mereka mungkin pada akhirnya akan mendapatkan hukuman dari Allah karena mendukung keyakinan polytheisme (musyrik). Mereka menjadi musyrik. Sebuah takdir yang mengerikan.
Halaman 134 dari 136
LINKS:
http://allah-semata.org/
http://allah-semata.org/forum/
http://aididsafar.com/
http://merahza.wordpress.com/
http://www.free-minds.org/
http://aboutquran.com/
Buku-buku yang menyangkal hadis dalam bahasa Indonesia http://www.box.net/shared/ognan51c0k
Buku-buku yang menyangkal hadis dalam bahasa Inggris http://www.box.net/shared/5tgzvctcf5
Buku-buku yang menyangkal hadis dalam bahasa Norwegia http://www.box.net/shared/vgb9l8ma0h
Halaman 135 dari 136
Buku-buku yang menyangkal hadis dalam bahasa Indonesia http://www.box.net/shared/ognan51c0k
Buku-buku yang menyangkal hadis dalam bahasa Inggris http://www.box.net/shared/5tgzvctcf5
Buku-buku yang menyangkal hadis dalam bahasa Norwegia http://www.box.net/shared/vgb9l8ma0h
Halaman 136 dari 136