BAB II KAJIAN TEORI
A.
Tinjauan Umum
PT. Nusa Alam Lestari adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan. Pada tahun 2004 PT. Nusa Alam Lestari mulai menjajaki area Sapan Dalam dengan eksplorasi lanjutan PT. Bukit Asam Persero Tbk serta pengurusan perizinan tambang. Pada tahun 2006 dengan kontraktor PT. Arka Ananta penambangan dimulai dengan metode penambangan tambang terbuka (Open Pit). PT. Arka Ananta melakukan kegiatan penambangan sampai tahun 2008, karena produksi batubara tidak sesuai yang diharapkan PT. Nusa Alam Lestari (sebagai owner ). ). Selanjutnya PT. Nusa Alam Lestari mengambil alih penambangan dengan metode Open Pit dengan bantuan peledakan
dengan
rata-rata
produksi
per-bulannya
20.000
ton.
Penambangan Open Pit berakhir pada tahun 2011 dikarenakan tidak ekonomisnya penambangan batubara (SR semakin tinggi). Penambangan dilanjutkan dengan metode tambang bawah tanah. Pada lapisan batubara seam A1 terdapat 6 (enam) lubang bukaan dengan rata-rata produksi per bulannya 3000 ton. Akhir tahun 2013 seam A1 habis dan dilanjutkan dengan penambangan seam C1. Perencanaan pada seam C1 ada 8 (delapan) lubang bukaan yang telah terealisasi pada bulan maret 2015.
1
2
Tambang dalam PT. Nusa Alam Lestari dipimpin oleh Ir. H. M. Fauzi yang di support oleh beberapa departemen seperti survey, survey, logistic, logistic, personalia umum, teknical support , safety, safety, dan processing dan processing . 1. Deskripsi Kegiatan Industri / Pekerjaan
a. Lokasi kegiatan Secara administratif konsesi penambangan PT. Nusa Alam Lestari termasuk dalam wilayah Parambahan, Kec. Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Jarak antara daerah penambangan dengan Kota Padang ± 90 km disebelah timur Kota Padang, ditempuh dengan kendaraan roda empat pada jalan Lintas Sumatra melalui Padang - Kota Solok - Kota Sawahlunto dengan waktu tempuh ± 3-4 jam, yang dapat dilihat pada (Gambar 1).
Sumber: PT. Nusa Alam Lestari (2015) Gambar 1. Peta Kesampaian Daerah Lokasi PT.NAL
2
Tambang dalam PT. Nusa Alam Lestari dipimpin oleh Ir. H. M. Fauzi yang di support oleh beberapa departemen seperti survey, survey, logistic, logistic, personalia umum, teknical support , safety, safety, dan processing dan processing . 1. Deskripsi Kegiatan Industri / Pekerjaan
a. Lokasi kegiatan Secara administratif konsesi penambangan PT. Nusa Alam Lestari termasuk dalam wilayah Parambahan, Kec. Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Jarak antara daerah penambangan dengan Kota Padang ± 90 km disebelah timur Kota Padang, ditempuh dengan kendaraan roda empat pada jalan Lintas Sumatra melalui Padang - Kota Solok - Kota Sawahlunto dengan waktu tempuh ± 3-4 jam, yang dapat dilihat pada (Gambar 1).
Sumber: PT. Nusa Alam Lestari (2015) Gambar 1. Peta Kesampaian Daerah Lokasi PT.NAL
3
2. Koordinat IUP PT.NAL
Secara geografis wilayah penambangan PT. Nusa Alam Lestari terletak pada koordinat 100o45’48’’
BT –
100o46’48”
BT
dan
00o36’45” LS – 00 00o37’12” LS. Koordinat geografis batas wilayah Izin Usaha Penambangan (IUP) operasi produksi batubara dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.Koordinat Izin Usaha Penambangan (IUP) PT.NAL Bujur Timur
Lintang (LU/LS)
No. Titik (o)
(')
(")
(o)
(')
(")
Ket
1
100
45
48,19
0
36
54,35
LS
2
100
45
54,50
0
36
54,35
LS
3
100
45
54,50
0
36
51,80
LS
4
100
45
59,70
0
36
51,80
LS
5
100
45
59,70
0
36
53,65
LS
6
100
46
9,00
0
36
53,65
LS
7
100
46
9,00
0
36
49,78
LS
8
100
46
22,40
0
36
49,78
LS
9
100
46
22,40
0
36
45,84
LS
10
100
46
48,00
0
36
45,84
LS
11
100
46
48,00
0
37
8,21
LS
12
100
46
30,20
0
37
8,21
LS
13
100
46
30,20
0
37
12,00
LS
14
100
44
58,67
0
37
12,00
LS
15
100
44
58,67
0
37
5,50
LS
16
100
44
14,45
0
37
5,50
LS
17
100
44
14,45
0
36
59,00
LS
18
100
45
48,19
0
36
59,00
LS
Sumber: PT. Nusa Alam Lestari (2009)
4
Berikut peta lokasi IUP OP batubara PT. Nusa Alam Lestari, Desa Salak, Kec. Talawi dapat dilihat pada G ambar 2.
Sumber: PT. Nusa Alam Lestari (2015) Gambar 2. Peta Lokasi Wilayah IUP PT. NAL 3. Iklim dan Curah Hujan Daerah tambang PT. Nusa Alam Lestari beriklim tropis dengan suhu berkisar antara 22oC sampai 30oC dan terbagi dalam dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan di daerah PT. Nusa Alam Lestari 2760,8 mm/tahun, sedangkan untuk curah hujan tertinggi 647 mm pada bulan oktober dan terendah 102,8 mm pada bulan februari. (Sumber: PT. Nusa Alam Lestari).
5
Dari data pos pengamatan curah hujan Kecamatan Talawi, jumlah hari hujan daerah penyelidikan untuk tahun 2000 adalah 188 hari, volume curah hujan 1.598,91 mm 3 (rata-rata 385,43 mm 3) dengan lama hujan 125 jam. Musim hujan di daerah penyelidikan berlangsung antara bulan November hingga April, sementara suhu udara minimum dan maksimumnya 25 o C dan 32 o C. Secara terperinci,
curah
hujan
dan
banyaknya
curah
hujan
yang
mempengaruhi iklim. Berikut kompilasi curah hujan selama 5 (Lima) tahun terakhir dapat dilihat pada lampiran C. 4. Kondisi Geologi dan Endapan
a.
Kondisi Umum Geologi Regional Endapan batubara terjadi pada kala oligosen diendapkan dalam cekungan antara gunung (Inter Mountain Basin) yang dikenal dengan Cekungan Ombilin dan mempunyai luas ± 800 km2 yang berkembang sejak awal zaman tersier memanjang pada arah barat – tenggara, searah dengan struktur geologi yang banyak terdapat patahan (fault) dan lipatan (fold).Lokasi penambangan batubara PT. NAL sekarang ini terletak dibagian barat cekungan ombilin dan terdapat pada formasi batuan yang dikenal dengan nama Formasi Sawahlunto. Secara umum lapisan tanah penutup batubara terdiri dari batu lempung (clay stone), batu pasir ( sand stone), batu lanau ( silt stone). Batubara ini terletak dibagian barat cekungan ombilin dan terdapat pada formasi batuan yang dikenal dengan nama Formasi
6
Sawahlunto. Secara umum lapisan tanah penutup batubara terdiri dari batu lempung (claystone), batu pasir (sandstone), dan batu lanau (siltstone). Formasi Sawahlunto ini terletak pada dua jalur yang terpisah yaitu jalur yang menjurus dari Sawahlunto dari Sawahlunto sampai Sawah Rasau dan dari Tanah Hitam terus ke timur dan kemudian ke arah utara yang disebut Parambahan. Secara regional stratigrafi Sawahlunto dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu kelompok batuan Pra-Tertier dan kelompok batuan Tertier. b.
Kelompok batuan Pra-Tertier terdiri dari : 1) Formasi silungkang Nama formasi ini mula-mula diusulkan oleh Klompe, Katili dan Sekunder pada tahun 1958. Secara petrografi ini masih dapat dibebankan menjadi empat satuan, yaitu: satuan lava andesit, satuan lava basalt, satuan tufa andesit, dan satuan tufa basalt. Umur dan formasi ini diperkirakan sampai trias. 2) Tuhur Formasi ini dicirikan lempung abu-abu kehitaman, berlapis baik dengan sisipan-sisipan batu pasir dan gamping hitam. Diperkirakan formasi ini berumur trias.
7
c.
Kelompok batuan tertier terdiri dari: 1) Formasi Sangkarewang Nama formasi ini pertama diusulkan oleh Kastowo dan Silitonga pada 1975. Formasi ini terutama terdiri dari serpih gampingan sampai napal berwarna coklat kehitaman, berlapis halus dan mengandung fosil ikan serta tumbuhan. Formasi ini diperkirakan berumur Eosen Oligosen. 2) Formasi Sawahlunto Nama formasi ini diusulkan oleh R.P Koesoemadinata dan Th. Matasak pada 1979.Formasi ini merupakan formasi yang paling penting karena mengandung lapisan batubara. Formasi ini dicirikan oleh batu lanau, batu lempung, dan batubara yang berselingan satu sama lain. Diperkirakan formasi ini brumur Oligosen. 3) Formasi Sawah Tambang Nama formasi ini diusulkan oleh Kastowo dan Silitonga pada tahun 1975. Bagian bawah dari formasi ini dicirikan oleh beberapa siklus endapan yang terdiri dari batu pasir konglomerat, batu lanau, dan batu lempung. Bagian atas didominasi pada umumnya oleh batu pasir konglomerat tanpa adanya sisipan lempung atau batu lanau. Umur dari formasi ini diperkirakan lebih tua dari miosen bawah.
8
4) Formasi Ombilin Nama formasi ini diusulkan oleh Kastowo dan Silitonga pada tahun 1975. Formasi ini terdiri dari lempung gampingan. Napal dan pasir gampingan yang berwarna abuabu kehitaman, berlapis tipis dan mengandung fosil. Umur formasi ini diperkirakan Miosen Bawah. 5) Formasi Ranau Nama ini diusulkan oleh Marks pada tahun 1961. Satuan ini terdiri dari batu apung berwarna abu-abu kehitaman. Umur dari formasi ini diperkirakan Pleistosen. Sebaran lateral dalam bentuk kolom strategrafi disajikan pada Gambar 3.
Sumber: Dinas Perindagkopnaker Sawahlunto Gambar 3. Statigrafi
9
5. Geologi Daerah Penambangan
Berdasarkan pola tektonik pulau Sumatera daerah telitian termasuk dalam zona intra montana. Menurut P.H Silitonga dan Kastowo (1995) daerah telitian termasuk dalam anggota Bawah Formasi Ombilin (Tmol), yang berada pada batuan granit berumur trias. Dari kompleksitas geologinya dapat dilihat dari dari Tabel 2 Tabel 2. Pengelompokan Geologi Talawi Berdasarkan Kompleksitas Geologi No. I
PARAMETER Aspek
KONDISI GEOLOGI Sederhana
Moderat
Kompleks
Tektonik 1.
Sesar
2.
Lipatan
3.
Intrusi
4.
Kemiringan
II
Aspek Sedimentasi
1.
Variasi ketebalan
2.
Kesinambungan
3.
Percabangan
4.
Variasi kualitas
Hampir tidak ada
Jarang
Hampir tidak
Terlipat
terlipat
sedang
Tidak berpengaruh
Berpengaruh
Rapat
Terlipat kuat
Sangat berpengaruh
Landai
Sedang
Terjal
Sederhana
Moderat
Kompleks
X < 10%
Ribuan meter Hampir tidak ada Sedikit bervariasi
Sumber: PT. Nusa Alam Lestari (2009)
10% < X < 50%
X > 50%
Ratusan
Puluhan
meter
meter
Beberapa
Banyak
Bervariasi
Sangat bervariasi
10
Menurut tabel di atas kompleksitas geologi daerah Talawi pada lapisan sedimen pembawa batubara termasuk dalam kriteria geologi sederhana. 6.
Lapisan Batubara Sapan Dalam
Dari eksplorasi terdahulu, pada saat penambangan telah diketahui, terdapat 3 (tiga) lapisan (seam) batubara yang dapat di tambang (mineable) dengan metode tamda. Lapisan tersebut adalah seam A1, seam C1, dan seam C2 dengan kemiringan masing-masing 15o-30o. a. Lapisan Batubara A1 Lapisan batubara seam A1 yang akan di tambang dengan metode tamda memiliki ketebalan rata-rata 1,6 m tepat di atas roof A1 terdapat clay dengan ketebalan 3 – 5 m. b. Lapisan Batubara C1 Lapisan batubara seam C1 merupakan lapisan batubara di bawah seam A1 yang akan di tambang dengan metode tamda dengan ketebalan rata-rata 1,9 m. Posisi lapisan seam C1 mencapai 30 – 35 m di bawah lapisan seam A1. c.
Lapisan Batubara C2 Lapisan batubara seam C1 merupakan lapisan batubara terbawah (di bawah seam C1) dengan ketebalan rata-rata 2,4 m. Posisi lapisan seam C2 berada 4 – 12 m di bawah lapisan seam C1.
11
7. Karakteristik dan Kondisi Lapangan
Desain penambangan batubara bawah tanah Sapan Dalam didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut, yaitu: kapasitas produksi yang diinginkan, kondisi topografi, dan morfologi di permukaan, kondisi geologi di area penambangan, kondisi dan keberadaan batubara yang akan ditambang, kondisi geoteknik massa batuan, peralatan yang akan digunakan serta kondisi permukaan disekitar mulut tambang. Karakteristik massa batuan dan keberadaan lapisan batubara yang akan menjadi pertimbangan dalam desain penambangan adalah sebagai berikut: a. Dasar dinding lereng bekas open pit dianggap sebagai garis singkapan batubara terbawah yang di tambang. b. Lapisan overburden sampai di atas permukaan tidak terlalu tebal sehingga daerah kerja diperkirakan dalam lingkungan tidak terlalu berat. Jarak floor A1 – top surface adalah antara 10 – 30 m. c. Terdapat beberapa lapisan batubara, namun yang di tambang hanya lapisan batubara tebal, yaitu: seam A1 , seam C1 , seam C2. d. Kondisi hidrogeologi dianggap cukup sederhana, tidak kompleks, dan dianggap pengendalian air tanah tidak begitu sulit. e.
Lapisan batubara memilki kemiringan relatif seragam antara 15o-35o dan dalam desain digunakan kemiringan sebesar 6 o-12o.
f.
Gas metana di dalam lapisan batubara diperkirakan memiliki konsentrasi rendah.
12
B.
Landasan Teori 1. Batubara
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9 NS untuk bituminus dan C 240H90O4 NS untuk antrasit. Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal ) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain. a.
Unsur Pembentuk Batubara Sebagian besar komposisi batubara adalah unsur-unsur C-H-O-NS-P. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank ). Meskipun
13
komposisi unsur organik pembentuk batubara berbeda-beda sesuai dengan jenis batubaranya, tapi kurang lebih dapat dinyatakan sebagai C100H30~110O3~40 N0.5~2S0.1~3. Sedangkan untuk unsur inorganik, terdiri dari unsur inorganik utama dan unsur inorganik minor. Unsur inorganik utama : Si, Al, Ca, Fe, Mg, Na, Ti, K. Unsur inorganik minor : Be, Se, V, Cr, Co, Ni, Cu, Zn, Ga, Ge, As, Hg, Pb, Rb, Sr, Y, Zr, Nb, Ba, La, Ce, Nd, Sm, dll. b. Mineral Dalam Batubara Komposisi, model keberadaan, dan kondisi sebaran mineral dalam batubara merupakan karakteristik mendasar yang pokok untuk menjelaskan sifat serta mekanisme pembentukan abu batubara pada pembakaran suhu tinggi dan pada proses gasifikasi batubara. Mineral – mineral utama dalam batubara: 1)
Mineral Lempung, Misalnya Kaolinite (Al 2O3 Sio2 Xh2o).
2)
Karbonat, Misalnya Calcite (Caco3).
3)
Sulfide, Misalnya Pyrite (Fes2).
4)
Oksida, Misalnya Quartz (Sio2).
5)
Logam
・
(
Berikatan
Organik:
Ion
・
Exchangeable
Metal
COO Na+,dll).
-
-
c. Materi Pembentuk Batubara Seluruh materi pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
14
1) Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini. 2) Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini. 3) Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat. 4) Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga
Kapur
Tengah.
Tumbuhan
heteroseksual,
biji
terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah
(resin)
tinggi.
Jenis
Pteridospermae
seperti
gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika. 5)
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga secara umum kurang dapat terawetkan.
d. Kelas dan Jenis Batubara Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
15
1) Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster ) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%. 2) Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia. 3) Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus. 4) Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. 5) Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah. Sumber daya Batubara (Ton) = P x L x T x Bj.................(1) Sumber: Proceeding Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Dan Non Lapangan Tahun 2007 Pusat Sumber Daya Geologi.Dalam TA Joko Pramono 2014
Keterangan : P (m) = Panjang (kemajuan penggalian level / hari) L (m) = Lebar penampang lubang T (m) = Tinggi lubang dari lantai ke atap penyangga Bj = Berat jenis batubara 1.3 Ton/m3. 2. Metoda Penambangan
Pemilihan
metode
penambangan
bukanlah
berdasarkan
kedalaman letak endapan bahan galian yang akan ditambang,
16
melainkan berdasarkan metode apa yang lebih ekonomis untuk mendapatkan perolehan tambang yang paling optimum. Secara garis besar, metode penambangan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tambang terbuka (surface mining) dan tambang dalam/bawah tanah (underground mining) . a. Metoda Tambang Terbuka (surface mining) Tambang terbuka merupakan suatu metode penambangan yang segala kegiatan atau aktifitasnya berada di atas permukaan bumi atau dekat dengan permukaan bumi dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar. b. Metode Tambang Bawah Tanah (underground mining) Tambang
Tambang
bawah
tanah
adalah
metoda
penambangan yang segala kegiatan atau aktifitasnya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung berhubungan dengan udara luar. Tambang
bawah
tanah
mengacu
pada
metode
pengambilan bahan mineral yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral tersebut. Karena letak cadangan yang umumnya berada jauh dibawah tanah, jalan masuk perlu dibuat untuk mencapai lokasi cadangan. Ada dua tahap utama dalam metoda tambang bawah tanah: development (pengembangan) dan production (produksi). Pada tahap development, semua yang digali adalah batuan tak berharga,
17
termasuk pembuatan jalan masuk dan penggalian fasilitas-fasilitas bawah tanah lain. Sedang tahap production adalah pekerjaan menggali sumber bijih itu sendiri. Tempat bijih digali disebut stope (lombong). Disini uang mulai bisa dihasilkan. Dengan semua pekerjaan yang dilakukan di bawah tanah dengan panjang terowongan yang mencapai ribuan meter, maka diperlukan usaha khusus untuk mengalirkan udara ke semua sudut terowongan. Pekerjaan ini menjadi tugas tim ventilasi tambang. Selain mensuplai jumlah oksigen yang cukup, ventilasi juga memastikan agar semua udara kotor hasil pembuangan alat-alat diesel dan gas beracun yang ditimbulkan oleh peledakan bisa segera dibuang keluar. Untuk memaksa agar udara mengalir ke terowongan, digunakanlah fan (kipas) raksasa dengan berbagai ukuran dan teknik pemasangan. Untuk menjaga kestabilan terowongan diperlukan pula penyangga-penyangga terowongan. Berbagai metode penyanggaan (ground support) telah dikembangkan. Penyanggaan yang optimal akan mendukung kelangsungan kinerja dan juga keselamatan semua pekerja. Secara umum penambangan batubara tambang bawah tanah memiliki dua macam metode penambangan yaitu long wall dan room and pillar.
18
3. Sistem Penambangan PT. Nusa Alam Lestari
Sistem penambangan yang dilakukan oleh PT. Nusa Alam Lestari adalah
tambang
bawah
tanah
dengan
menggunakan
penyanggaan Room and Pillar. Metoda Room and
sistem
Pillar adalah
kegiatan pengambilan batubara di bawah tanah dengan cara membuat blok-blok dalam lapisan batubara yang diselingi oleh pillar-pillar berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang yang berguna sebagai penyanggga alami.
Sumber: Admizal Nazki Gambar 4. Sistem Penambangan PT. Nusa Alam Lestari Dengan Sistem Room And Pillar
Kegiatan pengambilan batubara pada metode room and pillar terdiri dari dua bagian, yaitu: a. Tahap pertama kegiatan Kegiatan yang akan dilakukakan pada tahap pertama adalah pembuatan room diantara pillar . Tujuannya adalah untuk membuat lubang bukaan sebagai jalan masuk ke lapisan batubara serta untuk
19
membuat pilar-pilar yang nantinya akan diambil pada tahap kedua kegiatan. Pembuatan lubang bukaan ini dilakukan dengan cara konvensional yaitu dengan menggunakan peralatan belincong sebagai pembongkaran batubara, dan dimasukan ke lori untuk langsung dibawa keluar menuju lalu di bongkar ke dalam dump truck. b. Tahap kedua kegiatan Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap kedua ini merupakan lanjutan dari tahap pertama dimana pilar dibagi menjadi
beberapa
bagian.
Dan
nantinya
akan
dilakukan
pembongkaran apabila kegiatan untuk lubang maju telah selesai sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan perusahaan. 4. Kualitas Batubara
Menurut klasifikasi American Society For Testing And Materials (ASTM), batubara PT. Nusa Alam Lestari termasuk ke dalam tingkat Bituminus High Volatil dengan nilai kalori 6.800 – 7.200 Kkal/kg. Hasil ini didapat dari analisa Proximate (analisa komponen pembentuk batubara) dan analisa Ultimate (analisa unsurunsur kimia yang terkandung pada batubara) yang menunjukkan kadar belerang dan kadar abu yang rendah, sedangkan bobot isi ratarata batubara dari hasil eksplorasi adalah 1,3 ton.
20
Karena penambangan dilakukan dengan metode tambang dalam sistem Room And Pillar maka tidak semua sisa cadangan dapat diambil. Berdasarkan pengalaman tambang dalam sebelumnya di PT. BA Ombilin maka mining recovery yang dipakai adalah 50% dari 100% cadangan yang artinya harapan tonase batubara terambil dari tiap lapisan adalah sebagai berikut: a. Kapasitas produksi tambang dalam pada seam C1 diproyeksikan 232.820 ton. b. Kapasitas produksi tambang dalam pada seam C2 diproyeksikan 321.259 ton. Dari hasil analisa sample (contoh) batubara sebagai berikut dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :
Tabel 3. Analisa Sample Batubara Seam C1 PT. NAL
No.
Parameter
1
Total moisture (AR)
2
Proximate analisis (ADB)
Satuan
Rata-rata
(%)
9,46
Inherent moisture
(%)
4,39
Volatile metter
(%)
36,40
Ash content
(%)
12,05
Fixed carbon
(%)
47,16
Kcal/kg
6.443 – 8.143
(%)
0,60 – 0,75
3
Calori value (ADB)
4
Total sulfur
21
5
Coal rank
-
Subbituminus
Sumber: PT. Nusa Alam Lestari (2016) Keterangan: a. IM = Inherent Moisture: air yang secara fisik terikat dalam rongga-rongga serta pori-pori batubara yang relatif kecil, serta memiliki tekanan uap. b. AC = Ash Content : kandungan debu pada batubara, semakin tinggi kadar abu, secara umum akan mempengaruhi tingkat pengotoran. Ash adalah parameter dimana setelah batu bara di bakar dengan sempurna akan dapat material yang tersisa dan tidak terbakar sebagai sisa pembakaran. c. VM = Volatile Matter : zat terbang yang terkandung dalam batubara. Zat yang terkandung dalam volatile metter ini biasanya gas hidrokarbon terutama gas methan. d. FC = Fixed carbon: kadar karbon tetap yang terdapat pada batubara setelah volatile matter dipisahkan dari batubara. e. TS = Total Sulphur: sulfur yang terdapat pada batubara dalam bentuk senyawa organik dan anorganik dapat dijumpai dalam bentuk mineral pirit, markasit dalam bentuk sulfat f.
GCV= Gross Calorite Value: merupakan indikasi kandungan enegi
yang
terdapat
pada
batubara,
dan
merespresentasikan kombinasi pembakaran dari karbon, hidrogen, nitrogen dan sulfur g. ADB= Air Dried Basis : Merupakan persentase batubara pada kondisi kering. 5. Peralatan Penambangan Bawah Tanah
Peralatan merupakan hal yang terpenting dalam proses penambangan. Peralatan-peralatan yang digunakan pada PT. Nusa Alam Lestari berbeda untuk tiap-tiap departmen, mulai dari
22
produksi, safety, technical support , dan maintenance. Peralatan yang beroperasi di PT. Nusa Alam Lestari adalah sebagai berikut : a. Peralatan Produksi Dalam Lubang 1) Jack Hammer Jack Hammer berfungsi untuk pembuatan bukaan lubang maju baik lapisan batubara maupun lapisan batuan lain. Jack Hammer yang digunakan setap front kerja sebanyak 2 buah Jack Hammer Listrik. JHL = Jumlah X Waktu Hidup X Biaya/Kwh.......(2)
Sumber: PT. Nusa Alam Lestari Pelumas = Jumlah X Pemakaian Pelumas/Hari X Harga Pelumas....................................(3)
Sumber: PT. Nusa Alam Lestari 2) Sekop
Sekop berfungsi untuk memuat batubara ke atas alat transportasi (lori) di dalam tunnel atau terowongan dan pada saat pembongkaran batubara sekop juga di gunakan, dan beberapa keperluan kecil, misalnya bahan penimbunan material. 3) Gerobak Gerobak merupakan mengangkut
batubara
penumpukan
batubara
alat dari
yang
berfungsi
untuk
front penambangan
sementara
yang
berada
persimpangan cabang. Kemudian akan dimuat ke lori.
ke di
23
b. Peralatan Tranportasi 1) Lori Lori berfungsi untuk mengangkut material hasil tambang yang terbuat dari besi baja yang dihubungkan dengan sling
(kawat
besi)
sebagai
penggerak
yang
menaikkan dan menurunkan lori dari dalam tunnel melalui jalur rel yang telah ditentukan posisinya.
Gambar 5. Lori Pelumas = Jumlah Kebutuhan (l/hari) X Harga...........(4)
Sumber: PT. Nusa Alam Lestari 2) Sling dan Mesin Lori Sling dan Mesin Lori digunakan untuk transportasi lori dari dalam lubang ke luar lubang. Sling yang di gunakan berukuran 12 mm dengan panjang 200 meter dan
24
mesin lori yang di pakai adalah mesin lori listrik dengan menggunakan dinamo 4 kw di lubang C1-B.
Gambar 6. Sling dan Mesin Lori Sling = Jumlah (meter) X Harga...........................(5)
Sumber: PT. Nusa Alam Lestari Rumus Perbandingan senilai
=
..............................................(6)
Mesin Lori = Jumlah Daya X Waktu Hidup X Biaya/Kwh.................................................(7)
Sumber: PT. Nusa Alam Lestari c. Peralatan Komunikasi 1) Toa Toa berfungsi untuk komunikasi antara orang yang ada di luar lubang dengan orang yang ada di dalam lubang.
25
2) Microfon Microfon berfungsi sebagai alat komunikasi antara operator hoist dengan pekerja di front d. Peralatan Ventilasi 1) Blower Blower merupakan alat yang befungsi untuk men suplay udara segar atau oksigen kedalam terowongan bagi para pekerja dan alat yang membutuhkannya. Blower yang digunakan pada PT. Nusa Alam Lestari adalah dengan sistem forching (dorong) dengan menggunakan dua jenis blower yaitu Heavy Duty Axial Fan Diameter 32 dan Blower Diameter 18 inchi. Pada Heavy duty axial fan 32 inchi ini tekanan angin yang diberikan sangat besar, Heavy duty axial fan 32 inchi ini digunakan saat kedalam lubang tambang lebih 100 meter, sedangkan pada Heavy Duty Axial Fan Diameter 18 inchi digunakan pada kedalaman lubang kurang dari 100 meter karena masih terjangkau dengan menggunakan fan tersebut. Heavy Duty Axial Fan Diameter 18 inchi dapat di lihat pada Gmabar 12. Ventilasi = Daya X Waktu Hidup X Biaya/Kwh..........(7)
Sumber: PT. Nusa Alam Lestari
26
2) Hose Blower Hose blower (pipa angin) adalah alat yang berupa saluran, berfungsi menyalurkan udara dari mesin blower ke front penambangan. e. Peralatan Penyaliran Pompa Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media pemipaan dan berlangsung secara terus menerus. PT. Nusa Alam Lestari menggunakan tiga macam merek pompa yaitu pompa Dong Fa, pompa celup Airlux, dan Sykess Cat . Ketiga pompa tersebut berfungsi untuk memompakan air yang ada di area penambangan tetapi memiliki letak yang berbeda. f.
Peralatan Dan Perlengkapan Safety 1) Anemometer Anemometer adalah sebuah alat pengukur kecepatan angin dan suhu pada suatu lokasi. Sebagai pedoman untuk orang berkerja di lubang dan kecepatan udara yang di perlukan adalah 2m3/s untuk satu orang pekerja dan apabila ada alat yang bertenga listrik atau mesin di tambah dengan 3m3/s 2) Multi Gas Detector
27
Multi gas detector adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi O2, CO, H2S, CH4. Untuk nilai ambang batas ( Sumber: Keputusan Mentri Pertambangan dan Energi No. 555K/26/M.PE/1995 Pasal 360 ayat 1a dan Pasal 370 Standar Ventilasi, ayat 1 dan 2) O2 adalah 19,5%. Apabila O2 kurang dari 19,5% maka aktifitas penambangan di dalam tambang bawah tanah harus di hentikan karena akan membahayakan nyawa para pekerja. Cara untuk mendeteksi O2 kita harus memegang multi gas detektor sejajar dengan dada kita/meletakan nya di dekat pertengahan lobang. Sedangkan
cara untuk
mendeteksi H2S kita harus menjongkok di lantai lobang. Nilai ambang batas untuk H2S adalah 5%. Sedangkan untuk mendeteksi CH4 kita harus meletakkan multi gas detektor dibagian atas lobang. Untuk nilai ambang batas CH 4 adalah 0,25% Apabila lebih dari ketentuan maka lokasi tambang bawah tanah dinyatakan dalam keadaan berbahaya. CH4 adalah gas yang mudah terbakar. Sedangkan nilai ambang batas untuk CO adalah 0,005%. Dari pengukuran yang dilakukan pada lubang C1-B didapatkan kadar rata-rata gas O2, CO, H 2S dan CH4 untuk bulan Agustus adalah 20,9%, 0%, 0%, dan 0% yang sesuai
28
dengan ambang batas dan tidak membahayakan aktivitas penambangan.
3) Racun api Racun api yang disedikan ukuran 6 Kg, bertujuan untuk mencegah potensi bahaya percikan api atau bunga api di sekitar areal pondok lori. g. Peralatan Technical Support 1) Excavator Excavator merupakan alat yang berfungsi untuk memuat batubara dari stockroom ke dumptruck , yang akan dibawa ke stockpile. Ataupun memuat overburden. 2) Dump Truck Dump truck berfungsi sebagai alat angkut yang mengangkut batubara dari stockroom ke stockpile. Dump truck
juga
berfungsi
mengangkut
hasil
pengupasan
overburden ke disposal area. 3) Fuel Truck Fuel Truck berfungsi untuk mengalirkan fuel (bahan bakar) ke alat atau pompa. Mesin yang digunakan untuk menyalurkan bahan bakar menggunakan mesin diesel. 4) Water Truck
29
Water truck berfungsi ketika jalan terlalu berdebu maka water tank akan menyebar air pada jalan tambang.
5) Grader Grader berfungsi untuk membuat jalan yang tidak rata menjadi rata, mengindarkan batu-batu atau lumpur. 6) Sawmill Sawmill merupakan alat yang berfungsi untuk membelah kayu dalam keadaan vertikal. Kayu yang awalnya berbentuk gelondongan akan di belah menjadi dua bagian. h. Peralatan Pendukung 1) Meteran Meteran digunakan untuk mengukur panjang lubang bukaan serta untuk mengukur lebar dan tinggi lubang. Meteran sangat diperlukan bagi PJO (Penanggung Jawab Operasional) untuk mengukur kemajuan lubang setiap minggu, yang nanti nya berguna untuk membuat laporan mingguan perusahaan.Serta digunakan juga dalam survey pemetaan untuk mengukur tinggi dari suatu alat survey yang digunakan. 2) Penerangan
30
Alat
penerangan
penambangandi
dalam
yang
digunakan
lubang
pada
tambang
proses
harus
alat
penerangan yang khusus biasa di pakai dalam tambang bawah tanah. Alat penerangan tersebut wajib memakai kaca pelindung yang bertujuan untuk mencegah timbulnya bunga api yang dapat membahayakan jika jalur tersebut terdapat gas berbahaya seperti gas methan. 3) Kayu Kayu
berfungsi
sebagai
penyangga
lobang
tambang.Untuk ukuran (diameter) kayu yang digunakan tergantung kepada kebutuhan di lapangan. 4) Mesin chain saw Chain saw yang berarti rantai pemutus. Alat ini di gunakan untuk memudahkan memotong kayu untuk penyanggaan. 5) Trafo Las dan Las Nitrogen Digunakan
apabila
terjadi
kerusakan
pada
alat
penambangan yang berjenis besi, karena alat ini berfungsi untuk menglas (menyambung) dan memotong benda yang berjenis besi di lokasi penambangan contonya untuk perbaikan lori dan sekop.