BAB IV PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
4.1
Kegiatan Penambangan di PT. KITADIN EMBALUT SITE Pertambangan merupakan sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang. Sedangkan kegiatan penambangan terbatas pada kegiatan eksplotasi bahan galian, termasuk didalamnya kegiatas gali, muat, angkut. PT.Kitadin Site Embalut pada dasarnya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pertambangan batubara , dimana proses penambangannya sendiri dilakukan secara tambang terbuka (surface mining) dengan sistem open pit yaitu penambangan dimana arah penggaliannya kearah bawah sehingga membentuk cekungan atau pit. Tanah penutup (waste/overburden) akan selalu dibuang keluar dari pit (disposal) open pit dapat pula menggunakan sistem back filling ,seperti yang diterapkan di PT.Kitadin Embalut Site
Kegiatan penambangan batubara PT. Kitadin Embalut Site dilaksanakan oleh kontraktor sesuai dengan plan yang telah ditentukan. Kegiatan ini diawasi oleh PT. Kitadin Embalut Site. Saat ini PT. Kitadin Embalut Site sekarang sedang mengerjakan pit S12GN, pit S12GSB2, dengan kontraktor PT. Arkananta Apta Pratista (PT. AAP) dan pit S22GN, pit S22GSB1, dengan kontraktor PT. Riung Mitra Lestari (PT. RML). 4.2
Tahapan Penambangan
Aktivitas penambangan PT. Kitadin Embalut Site mulai dari pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah pucuk (top soil), pengupasan tanah penutup (overburden 41
removal), penggalian batubara (digging coal), pemuatan (loading), pengangkutan (hauling) sepenuhnya diserahkan kepada kontraktor tambang (mining contractor) yaitu PT. Arkananta Apta Pratista (PT. AAP), PT. Riung Mitra Lestari (PT. RML) namun segala perencanaan, rekomendasi dan pengawasan penambangan tetap dilakukan oleh PT. Kitadin Embalut Site setiap harinya. Penambangan batubara di PT. Kitadin Embalut Site dilakukan secara tambang terbuka (surface mining) dengan sistem open pit dengan metode back filling dan dengan metode back filling dan dengan metode konvensional truk dan excavator. Secara umum metode penambangan yang diterapkan pada masing-masing front penambangan menjadi beberapa bagian berdasarkan seam batubara, kemudian tiap-tiap pit dikerjakan bertahap menurut luas tertentu. Lapisan overburden yang telah terberai kemudian dimuat, diangkut dan kemudian ditimbun (dumping) pada lokasi penambangan yang telah selesai (mine out). Operasi penambangan berlangsung selama 24 jam tiap hari dan dibagi menjadi dua shift kerja. Secara umum kegiatan penambangan batubara di PT. Kitadin Embalut Site meliputi: 1. Pembersihan Lahan 2. Pengupasan Lapisan Tanah Pucuk (Top Soil Removal) 3. Pengupasan dan Pembongkaran Lapisan Tanah Penutup (Overburden Removal) 4. Penambangan Batubara (Coal Mining) 5. Kegiatan Reklamasi Kegiatan penambangan batubara di PT. Kitadin Embalut Site dilakukan dengan menambang blok yang mempunyai nilai Stripping Ratio kecil (low strip) terlebih dahulu kemudian dilanjutkan hingga blok yang mempunyai nilai Stripping Ratio besar (High Strip). 4.2.1
Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Pembersihan lahan adalah kegiatan pembersihan daerah yang akan ditambang dari semaksemak, pepohonan besar dan kecil, serta tanah maupun bongkah-bongkah batuan yang menghalangi pekerjaan-pekerjaan selanjutnya. Tujuan utama dari pembersihan lahan yaitu 42
untuk memudahkan alat gali muat mengambil lapisan tanah paling atas (Top Soil). Alat mekanis yang digunakan pada kegiatan pembersihan lahan yaitu bulldozer Komatsu D85SS. Bulldozer berfungsi untuk meratakan semak-semak dan mendorong pepohonan pada permukaan relatif datar. Semua semak-semak dibersihkan dan diratakan oleh alat mekanis, untuk penebangan adapun diameter pohon yang dapat didorong oleh alat mekanis maksimal 300 mm, ditumbangkan atau ditebang dengan cara digergaji (chainsaw) oleh pekerja lokal (masyarakat sekitar) yang dikontrak oleh perusahaan. Luas lahan yang dibersihkan diupayakan seminimal mungkin yaitu hanya pada daerah yang benar-benar akan ditambang. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kerusakan lingkungan sebagai akibat adanya kegiatan tambang. 4.2.2
Pengupasan Lapisan Tanah Pucuk (Topsoil)
Setelah melakukan kegiatan pembersihan lahan, kemudian dilanjutkan dengan pengupasan lapisan tanah pucuk (topsoil). Ketebalan lapisan tanah penutup pada tambang PT. Kitadin Embalut Site berkisar 0,5 – 1,0 meter. Lapisan topsoil merupakan lapisan tanah penutup paling atas yang cukup lunak. Lapisan tanah pucuk (topsoil) digunakan sebagai lapisan tanah penutup paling atas saat kegiatan reklamasi dan saat penutupan ulang lubang bekas galian batubara. Tujuan pengupasan lapisan tanah penutup adalah untuk memisahkan tanah penutup dengan tanah penutup bagian atas sebelum aktivitas penambangan dimulai dan penutupan lahan tambang sebagai tanah cadangan: 1. Pemuatan Lapisan Tanah Pucuk (Topsoil) Lapisan topsoil pada tambang yang dikelolah kontraktor PT. Riung Mitra Lestari site Embalut dikupas dan dimuat oleh alat mekanis hydraulic excavator ke dalam dump truck yang digunakan adalah Excavator Volvo EC460 BLC, dan excavator Komatsu PC 400 LC 2. Pengangkutan Lapisan Tanah Pucuk (Topsoil) Topsoil yang telah dikupas kemudian dimuat ke dalam dump truck oleh excavator. Kemudian diangkut ke tempat penimbunan lapisan tanah pucuk (Stock Topsoil). Dump truck yang digunakan adalah volvo FM 370. 43
3. Tempat Penimbunan Tanah Pucuk Topsoil yang telah dimuat kedalam dump truck kemudian diangkut ke tempat penimbunan. Tempat penimbunan tanah penutup disebut dengan stock topsoil. Stock topsoil berfungsi sebagai penampung semua tanah penutup yang telah dikupas, sehingga jika diperlukan kembali akan mudah didapat. Selain ke tempat penimbunan, lapisan tanah paling atas yang akan ditanami oleh tumbuh-tumbuhan reklamasi. Pada lokasi reklamasi topsoil disebar sebagai lapisan tanah paling atas yang akan ditanami oleh tumbuh-tumbuhan reklamasi. Beberapa hal yang diperlukan dalam melakukan aktivitas penimbunan topsoil. a. Memilih lokasi yang tepat untuk menyimpan tanah penutup, misalnya tanah penutup, misalnya tanah dengan bertopografi (<15%) dan bukan pada daerah aliran air b. Mengeraskan dan meratakan alas tempat penyimpanan tanah penutup dengan alat berat c. Membuat drainase dan kolam pengendapan (sediment pond) untuk menampung aliran permukaan yang berasal dari tumpukan tanah penutup tersebut d. Pengecekan setiap hari pada tanah penutup yang disimpan e. Menanami atau menutup tanah pucuk jika tidak digunakan dalam jangka waktu 2 bulan
4.2.3 Pengupasan dan Pembongkaran Lapisan Tanah Penutup (Overburden Removal) 1. Jenis Tanah Penutup (overburden) Lapisan tanah penutup dibagi menjadi dua yaitu lapisan tanah penutup yang lunak dan lapisan tanah penutup yang keras. Lapisan tanah penutup yang terdapat setelah lapisan tanah pucuk adalah lapisan tanah penutup yang lunak. Pada lapisan ini terdapat tanah yang cukup lunak terdiri dari batulempung dan batupasir yang lunak. Lapisan tanah penutup yang lunak ini termasuk kedalam overburden, tetapi mudah dikupas sehingga tidak memerlukan aktivitas peledakan. Lapisan tanah penutup ini memiliki ketebalan yang bervariasi menggunakan alat mekanis. Pengupasan lapisan tanah penutup yang 44
lunak ini disebut free digging. Lapisan tanah penutup yang keras adalah lapisan tanah penutup yang paling dekat dengan lapisan batubara. Lapisan tanah penutup yang melapisi batubara dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: a. Overburden (Lapisan tanah penutup bagian atas) Lapisan overburden adalah lapisan tanah diatas lapisan batubara dengan ketebalan bervariasi b. Parting (Sisipan pengotor) Adalah lapisan pengikut/pengotor yang berada diantara lapisan batubara yang apabila ditambang akan mempengaruhi kualitas batubara. Ketebalan parting kurang dari 1 m. c. Interburden (Lapisan pengotor diantara batubara) Adalah lapisan pengikut/pengotor yang berada diantara lapisan batubara yang memiliki ketebalan lebih dari 1 m.
2. Pembongkaran Tanah Penutup Tahapan pembongkaran tanah penutup pada PT. Kitadin a. Direct – Digging/ free digging Selain dengan metode ripping dan dozing, pengupasan tanah penutup juga dilakukan dengan penggalian langsung, tetapi hanya untuk material lunak seperti top soil dan sub soil. b. Ripping dan dozing Cara ini dilakukan pada lapisan tanah yang relatif lunak. Merupakan proses menggaru agar mempermudah membongkar lapisan tanah penutup. Alat yang digunakan adalah Bulldozer dengan “Ripper” (alat garu/gali). PT. AAP menggunakan bulldozer Catterpillar D8G yang dilengkapi dengan ripper untuk proses pemberaian. c. Breaking Cara ini dilakukan apabila terdapat material yang berukuran bongkah (boulder) dan bucket excavator tidak mampu langsung membongkar. Proses ini masingmasing kontraktor penambangan PT. Kitadin Embalut Site menggunakan
45
excavator Komatsu PC200 yang pada bagian bucket diganti alat yang disebut breaker. 3. Pemuatan Tanah Penutup Setelah proses-proses pembongkaran tanah penutup maka kegiatan penggalian dan pemuatan menjadi mudah. Jenis excavator pada PT. Riung Mitra Lestari, pengupasan dan pemuatan overburden menggunakan excavator Komatsu PC 400 LC dengan kapasitas 2,13 BCM
Gambar 4.1 Pemuatan tanah penutup di Pit S22GSB 4. Pengangkutan Tanah Penutup Proses pengangkutan overburden ole kontraktor PT.Riung MItra Lestari menggunakan volvo FM9 380, FMX 370,
46
Gambar 4.2 Pengangkutan Overburden Menuju Disposal 5. Tempat Penimbunan Tanah Penutup Tempat penimbunan lapisan tanah penutup sering disebut dumping area disposal. Tempat penimbunan overburden dibagi menjadi dua bagian yaitu: a. In pit dump, yaitu tempat penimbunan overburden didalam pit b. Out pit dump, yaitu tempat penimbunan overburden diluar pit Jarak dari tempat penggalian ke tempat penimbunan ke luar pit bervariasi dengan ketentuan tidak melebihi jarak 1,5 km. 4.2.4
Penambangan Lapisan Batubara
Penambangan batubara PT. Kitadin Embalut Site adalah kegiatan pengambilan batubara dari tambang kemudian dikirim ke tempat penimbunan batubara (ROM Stock), Crushing Plant, dan ke Embalut Port. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan penambangan batubara antara lain: a. Lokasi penambangan batubara dibersihkan dari material ikutan, seperti : batu, kayu, lumpur, dan sebagainya. 47
b. Lokasi penambangan batubara tidak boleh tergenang oleh air c. Sebelum digali dan dimuat lapisan batubara diganti (ripping) terlebih dahulu untuk mempermudah pengambilan, serta memperkecil ukuran d. Seam batubara yang tertutup harus dibuka terlebih dahulu sebelum dilakukan penambangan Setelah lapisan tanah penutup selesai dibongkar maka dilakukan pembongkaran batubara. Adapun proses kegiatan coal mining yaitu: 1.) Coal Cleaning Batubara yang telah tersingkap harus dibersihkan terlebih dahulu (cleaning) menggunakan excavator yang pada bagian bucket dilengkapi dengan cutting edge(bukan teeth), cutting edge memiliki permukaan rata tanpa ada belahan. Masing-masing kontraktor penambangan PT. Kitadin, unit excavator yang digunakan untuk kegiatan coal cleaning adalah Volvo EC290. Batubara hasil kegiatan coal cleaning disebut dengan clean coal. Tujuan coal cleaning adalah untuk mengurangi kadar abu pada batubara akibat material pengotor yang terdapat pada permukaan batubara, sehingga batubara cukup bersih tanpa harus melalui proses pencucian. 2.) Coal Getting Diambil data survey untuk roof dari seam batubara yang telah dibersihkan, kemudian batubara diambil menggunakan excavator PT. Riung Mitra Lestari menggunakan Komatsu PC 400 LC dengan kapasitas bucket 40 ton.Batubara yang cukup keras dibongkar dengan menggunakan ripper pada dozer, PT. AAP menggunakan bulldozer Komatsu D375A. Dilakukan kembali pengambilan data survey pada floor dari seam batubara setelah clean coal terambil. Fungsi dari pengambilan data tersebut adalah sebagai validasi data antara aktual dengan plan.
48
Dirty coal merupakan batubara yang memiliki ketebalan sekitar ± 10 cm pada floor & roof dari seam batubara. Dirty coal akan dimuat dan distok pada dirty coal stock yang akan diblending dalam crushing plant dengan normal coal dan good coal untuk mencapai calorific value yang diinginkan pasaran.
4.3 Proses Coal Getting di PIT S22GSB 4.2.5
Pengangkutan Batubara
Proses pengangkutan batubara dibagi menjadi dua yaitu pengangkutan batubara dari pit menuju ke ROM stockpile dan pengangkutan batubara dari mine finish coal stock menuju ke pelabuhan yang ditimbun di hopper barge loading. Untuk proses pengangkutan batubara yang dilakukan di PT. Kitadin dibagi ke tiga tempat yaitu: 1. Pengangkutan ke ROM Stockpile. Proses pengangkutan diserahkan kepada dua kontraktor penambangan PT. Kitadin, yaitu PT AAP dan PT RML. Pengangkutan batubara PT. RML menggunakan dump truck Hino FM 260 TI kapasitas vessel 20 ton.
49
Gambar 4.4 Pengangkutan Batubara Ke ROM
2.
Pengangkutan batubara dari mine finish coal stock menuju ke pelabuhan yang ditimbun di hopper barge loading dilakukan oleh PT. Sinar Nirwana Sari sebagai kontraktor loading batubara PT. Kitadin, PT. SNS menggunakan dump truck Hino FM220 dengan kapasitas vessel 20 – 24 ton batubara. Alat muat menggunakan wheel loader Komatsu WA 380 dengan kapasitas bucket 3 – 3,5 ton batubara. Proses pemuatan wheel loader dibantu oleh bulldozer, bulldozer berfungsi untuk menggaru (ripping) batubara yang keras dan mengumpulkan batubara yang berserakan. Bulldozer yang digunakan adalah Komatsu D85SS.Pengangkutan batubara menuju hopper barge loading menggunakan dump truck Hino FM220 dengan kapasitas vessel 20 – 24 ton batubara. Selanjutnya dari hopper barger loader batubara dibawa dengan belt conveyor sepanjang ± 185 m menuju tongkang. Kapasitas tongkang ini sebesar 8.000 – 10.000 MT. 4.2.6. Kriteria Batubara PT. Kitadin Embalut Site Batubara yang ada di tambang batubara PT. Kitadin pada umumnya memiliki nilai kalori berkisar 5.800 kkal/kg dan belerang sebesar 0,20 – 0,5 % menurut klasifikasi ASTM termasuk grup “sub-bituminous”, berat jenisnya berkisar antara 1,3 gram/cm3. Adapun kriteria produksi batubara yang berasal dari pit PT. Kitadin Embalut Site dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu: 50
1. Good Coal : Batubara bersih dengan tingkat pengotor ≤ 5% 2. Normal Coal : Batubara dengan tingkat pengotor tidak lebih dari 30% 3. Dirty Coal : Batubara dengan tingkat pengotor ≥ 40% 4.2.6.1. Tempat Peremukan Batubara Pengolahan batubara hasil penambangan perlu dilakukan terutama untuk memenuhi atau menyesuaikan permintaan konsumen akan kualitas dan ukuran butiran. Pengolahan yang dilakukan pada saat itu hanya dilakukan pengecilan ukuran (peremkan) tanpa tahap pencucian karena batubara yang ditambang. Batubara dari pit atau yang berada di ROM stockpile, dengan menggunakan dump truck dimasukkan ke hopper yang berkapasitas 100 ton/untuk selanjutnya akan menuju appron fedder. Keadaan batubara yang masuk adalah berukuran maksimum 500 mm dan selanjutnya masuk ke dalam crusher. Outletcrusher dengan size -50 mm selanjutnya melalui belt conveyor akan dibawa ke finish coal stockpile. Proses kerja unit peremukan batubara yaitu prosedur pengolahan yang memperlihatkan tahapan proses pengolahan batubara mulai dari pemburuan raw coal di lokasi pengolahan sampai akhir. 1. Persiapan Pengumpanan (Feeding) Sebagai umpan (feed) awal proses pengolahan adalah batubara dari tambang atau ROM atau raw coal yang ditumpuk di stockpile didekat lokasi hopper crushing plant. Ukuran maksimm umpan awal ini direncanakan 400-500 mm, sedangkan terhadap umpannya yang lebih besar dari 500 mm akan dilakukan pengecualian secara manual menggunakan dozer maupun secara manual baik. Baik umpan batubara dari tambang maupun hasil pengecualian ulang semuanya akan dimasukkan ke hopper menggunakan wheel loader ataupun secara direct feeding untuk dilanjutkan ke proses reduksi sampai diperoleh finishing coal siap untuk loading barging. 2. Peremukan Tahap Awal (Primary Crushing) Proses peremukan awal bertujuan untuk mereduksi ukuran fraksi batubara < 500 mm menjadi ukuran rata-rata 120 mm dengan demikian nisbah reduksi (reduction ratio)
51
pada tahap primer ini adalah 4,2. Alat yang digunakan adalah double roller crusher yang memiliki roll speed 300 rpm. 3. Peremukan Sekunder (Secondary Crushing) Proses peremukan sekunder bertujuan untuk mereduksi ukuran fraksi batubara < 120 mm menjadi ukuran rata-rata 50 mm, dengan demikian nisbah reduksi pada tahap sekunder ini adalah 2,4. Alat yang digunakan sama seperti peremukan primer, yaitu double roller crusher yang memiliki roll speed sebesar 390 rpm. Dilihat dari besarnya nisbah reduksi, yang lebih besar dibanding peremuk primer, maka dapat diperkirakan bahwa energi yang diperlukan akan lebih besar pula. 4.2.6.2. Tempat Penimbunan Batubara Penimbunan stockpile batubara PT. Kitadin dibagi menjadi 2 bagian yaitu, ROM stockpile dan finish coal stockpile. Run of mine stockpile adalah tempat penumpukkan sementara batubara hasil dari penambangan yang berada dekat dengan lokasi hopper, jika pada saat unit pengolahan sedang memproses suatu produk batubara dengan kualitas tertentu maka batubara yang tidak sama kualitasnya untuk sementara di tumpuk di ROM stockpile sangat mempengaruhi kelancaran supply batubara menuju ke hopper, apalagi jika ada masalah pada pengangkutan batubara dari pit. Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses sebagai persediaan yang baik, strategis dan meminimalkan gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Selain itu juga berfungsi tempat pencampuran dan pembagian menurut jenis batubara agar sesuai dengan permintaan yang disyaratkan. Disamping tujuan tersebut stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara agar homogenasi sesuai dengan kebutuhan. Homogenasi bertujuan untuk menyiapkan produk dari satu tipe material dimana fluktuasi dalam kualitas batubara dan distribusi ukuran disamakan. Dalam proses homogenisasi ada dua tipe yaitu blending dan mixing. Pada PT. Kitadin Embalut Site, batubara mengalami proses homogenasi berupa blending, untuk dapat mencapai nilai kalori hingga 5800 52
kkal/kg.ROM stockpile berfungsi untuk menumpuk batubara dari pit sebelum masuk ke crusher yang mana lokasi stockpile lebih dekat dengan CPPI agar lebih efektif waktu kerja alat muat dan menghemat bahan bakar. Hal ini dikarenakan jarak dari pit ke crusher relatif jauh. Apabila tidak ada produksi pada pit, maka batubara pada ROM stock dapat sebagai penyuplai batubara untuk membantu produksi CPPI. Tempat penimbunan finish coal merupakan lapangan terbuka dengan kondisi lantai yang cukup datar, namun jika hujan sering dijumpai genangan air yang dapat mengganggu kualitas timbunan jika dibiarkan Batubara yang diterima pada finish coal stockpile berasal dari batubara di ROM stockpile yang mengalami proses crushing dengan crusher berkapasitas terpasang 350 ton/jam, dengan ukuran produk < 50 mm oleh belt conveyor, batubara produk dicurahkan pada satu titik (metode cone) di stockpile, yang kemudian disebar ke segala arah oleh wheel loader maupun dozer.
Gambar 4.5 Finish Coal Stockpile 4.2.7
Kegiatan Reklamasi
Reklamasi area bekas tambang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kegiatan penambangan. Pada penambangan terbuka seperti pada PT. Kitadin, tingkat keberhasilan rehabilitasi area bekas tambang akan sangat tergantung dengan keterpaduan rencana 53
penambangan dari tahap awal hingga akhir kegiatan tambang. Perencanaan yang terpadu serta upaya kontrol pada setiap tahap diatas sangatlah butuhkan untuk dapat mencapai hasil maksimal. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem kontrol yang handal. Dengan adanya sistm tersebut, hasil dari proses rehabilitasi dapat tercapai dengan maksimal serta konsisten dari segi mutu. Kita sadari bersama bahwa dampak terhadap lingkungan yang timbul akibat kegiatan penambangan batubara antara lain adalah: 1. 2. 3. 4.
Penurunan kualitas tanah Terjadinya erosi dan sedimentasi Terganggu flora dan fauna Pencemaran air, khususnya yang diakibatkan oleh terjadinya air asam tambang dan beberapa dampaknya lainnya.
Untuk menimalkan dampak lingkungan tersebut, setiap usaha pertambangan diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pemantauan. Rehabilitasi lahan bekas tambang merupakan salah satu upaya pengelolaan rancangan yang sangat penting dan strategis dalam menimalkan dampak lingkungan ditimbulkan. Rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki, memulihkan baik sebagai unsur, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan.kembali dan meningkatkan reklamasiyang rusak (kritis), agar dapat berfungsi secara optimal
4.3.
Mine Engineering Division , Section Mineplan
Mine Engineering division merupakan salah satu diivisi yang berada dalam ruang lingkup mine geologi and engineering department di PT.Kitadin Site Embalut. Secara umum mine engineering division bertugas untuk melakukan perencanaan penambangan secara aman dan menguntungkan. Kegiatan perencanaan penambangan di PT. Kitadin, Embalut Site dibagi menurut jangka waktu perencanaan yang dihandle oleh section mineplan ,yakni short term plan, dan long term plan dimana Kedua pekerjaan tersebut diawasi langsung oleh Head of Mine Engineering 54
section mineplan ini ruang lingkup kerjanya yaitu saat kegiatan penambangan belum berlangsung, kemudian saat kegiatan pertambangan berlangsung yang mana kegiatannya adalah mendesain area penambangan hingga melakukan kontrol terhadap kegiatan penambangan. Section mineplan juga bertugas sebagai pengawas dan aktif turun ke lapangan untuk melihat apakah kegiatan penambangan yang dilaksanakan oleh departemen produksi telah berjalan sesuai dengan desain yang telah dibuat atau tidak berjalan. 1. Short term plan bertugas merencanakan penambangan untuk jangka waktu pendek, yaitu untuk perencanaan harian (daily plan), perencanaan mingguan (weekly plan) dan perencanaan bulanan (mounthly plan). 2. Long term plan bertugas merencanakan penambangan dalam jangka waktu panjang. Perencanaan yang dibuat adalah perencanaan berupa perencanaan utama (master plan) yang disesuaikan dengan umur tambang yang selanjutnya dibagi lagi menjadi perencanaan tahunan (yearly plan). Adapun pekerjaan perencanaan yang dilakukan section mineplan ini antara lain adalah sebagai berikut: 1. Desain pit penambangan 2. Desain lokasi Disposal dan Stock Soil 3. Desain jalan (ramp) 4. Desain lokasi Sump 5. Desain Settling Pond 6. Desain Stock ROM dan Stockpile 7. Perencanaan area reklamasi 8. Perencanaan target produksi 9. Perhitungan Stripping Ratio (SR) 10. Pembuatan peta-peta Proses perencanaan tambang dibuat dengan menggunakan bantuan perangkat lunak menggunakan mincom Minescape V.4.1.19 , Serangkaian pekerjaan perencanaan yang telah 55
dibuat selanjutnya akan diserahkan ke Mine Operation Department untuk diberikan kepada PT. Riung Mitra Lestari (PT. RML) dan PT. Arkananta Apta Pratista (PT. AAP) sebagai kontraktor penambangan di lapangan. 4.3.1 LongTerm Mine Plan Long term mine plan membuat perencanaan tambang dengan berdasar pada data-data rekomendasi dari divisi geotek dan geologi serta divisi lain yang terkait, dan kemudian menganalisan data – data tersebut dan mengoptimasikannya sehingga nantinyadapat memenuhi target produksi. Long term ini membuat rencana desain tambang untuk jangka waktu tahunan ( yearly plan ), semester ( 6 bulanan ), 3 bulanan ( quarterly plan ), dan jangka waktu bulanan ( monthly plan ). Pekerjaan pembuatan desain tambang ini dibantu pula menggunakan software Minescape dan Autocad Land Development 2007 dan Xpac. Jadi untuk long term ini telah memiliki acuan desain dalam setiap pembuatan desain tambang. Berikut akan dijabarkan kegiatan dari long term mine plan yaitu sebagai berikut : 1. Rencana tahunan ( yearly plan ) Kegiatan yang dilakukan antara lain a. Perhitungan working hours untuk waktu satu tahun b. Menghitung kebutuhan unit yang diperlukan c. Menentukan target pengupasan overburden dan batubara d. Pembuatan desain tambang tahunan e. Melakukan perhitungan nilai stripping ratio ( SR ) yang tepat f. Menentukan akses jalan pengangkutan batubara dan overburden
56
2. Rencana 6 bulanan ( semesterly plan ) Kegiatan yang dilakukan antara lain: a. Pembuatan desain tambang untuk jangka semester yang mengacu pada desain yearly plan b. Melakukan perhitungan working hours untuk waktu 6 bulan c. Mengvaluasi kebutuhan fleet yang telah tersedia d. Menentukan target pengupasan overburden dan batubara agar masih sesuai dengan nilai SR yang telah ditetapkan
3. Rencana 3 bulanan ( quarterly plan ) Kegiatan yang dilakukan antara lain a. Membuat desain tambang untuk jangka waktu 3 bulanan yang mengacu pada desain 6 bulanan b. Membuat kalkulasi rencana fleet yang tersedia untuk perhitungan produksi c. Perhitungan working hours untuk waktu 3 bulan
4. Rencana bulanan ( monthly plan ) Kegiatan yang dilakukan antara lain a. Pembuatan desain tambang untuk monthly plan yang mengacu pada desain tambang dari quarterly plan b. Menghitung working hours untuk jangka waktu satu bulan 57
c. Menghitung rencana target pengupasan overburden dan batubara d. Membuat kalkulasi target produksi untuk waktu satu bulan e. Melakukan perhitungan nilai SR yang tepat untuk setiap bulannya
4.3.2
Short Term Mine Plan
Yaitu salah satu dari bagian yang ada di dalam section mine plan , tugas inti dari short term mine plan yaitu membuat, memonitor, dan mereview rencana penambangan yang dilakukan oleh long term. Jadi short term mine plan ini bertugas
berdasarkan acuan desain
penambangan yang telah dibuat oleh long term mine plan sehingga sesuai dengan perencanaan awal. Short term mine plan ini juga aktif turun ke lapangan untuk mengontrol kegiatan produksi, melakukan koordinasi dengan departemen produksi agar mendapatkan kegiatan penambangan yang sesuai dengan rencana section mine plan. Lalu memonitor kegiatan penambangan apakah telah sesuai dengan desain atau tidak. Jika tidak sesuai dengan desain yang telah dibuat maka dapat diambil langkah – langkah evaluasi guna mendapatkan desain yang optimal. Tugas dari seorang shorterm engineer adalah melakukan kegiatan planning, controlling, dan evaluasi kegiatan produksi dan kemajuan tambang yang ada di pit setiap harinya agar sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Kemudian melakukan evaluasi terhadap fleet – fleet yang bekerja di area tambang agar jumlah dan fungsinya dapat bekerja secara optimal. 4.4.
Pemodelan Geologi
Pemodelan Geologi adalah bagian awal dari suatu proses pembuatan perencanaan tambang. Pemodelan geologi mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan gambaran hasil interpretasi bentuk endapan batubara. Dari hasil pemodelan geologi kita dapat mengetahui konfigurasi seam, korelasi antar seam, bentuk serta struktur seam batubara 58
Untuk melakukan suatu pemodelan geologi dengan menggunakan perangkat lunak mincom mincescape 4.119 maka product yang digunakan merupakan stratamodel.Stratamodel sendiri merupakan salah satu aplikasi dari MineScape yang dirancang untuk membuat dan mengolah model tiga dimensi suatu endapan geologi yang berlapis terutama batubara atau endapan-endapan geologi berlapis lainnya seperti posfat atau bauksit. Urutan lapisan selaras dalam Stratmodel dikenal dengan istilah Conformable Sequence, secara stratigrafi conformable sequence adalah merupakan suatu paket endapan yang mempunyai karakteristik stratigrafi dan struktural yang sama. Sesuai dengan prinsip stratigrafi tersebut, Stratmodel membuat model satu atau lebih conformable sequence dengan mengikuti pola kecenderungan struktur regional yang mempengaruhi seluruh bentuk lapisan. Susunan lapisan dalam suatu conformable sequence dimodel sedemikian rupa satu dengan yang lainnya sehingga tidak saling berpotongan. 4.4.1
Persiapan di dalam membuat model
Membuat model stratigrafi adalah berupa suatu proses berkelanjutan, jika satu langkah telah selesai maka akan dilanjutkan ke langkah berikutnya. Oleh karena itu diperlukan suatu persiapan agar proses berjalan dengan lancar. Dibawah ini secara ringkas dijelaskan persiapan yang umumnya diperlukan dalam pembuatan suatu model stratigrafi. Beberapa dari persiapan yang diterangkan tidak berhubungan dengan Stramodel, tapi membantu untuk membuat project model yang lebih terorganisir. : 1. Persiapan Project Suatu project telah disiapkan dengan luas daerah sekitar xx km, dengan origin project pada koordinat Nothing = xxxx, Easting = xxxx dan elevasi = x, yang disebut juga dengan .Pada dasarnya sebenarnya kita harus menentukan tujuan dari 59
pembuatan model ini misalnya untuk keperluan evaluasi cadangan dan perencanaan tambang. Tentukan bagaimana anda akan memberi penamaan seperti nama seam, file data, design file, layer, dan sebagainya seperti contoh berikut. Tabel 4.1 Persiapan project (1)
2. Membuat design file untuk input dan output grafis Buatlah terlebih dahulu beberapa design file yang akan digunakan untuk keperluan input dan output grafis. Umumnya design file seperti contoh berikut dibuat untuk keperluan tersebut. Tabel 4.2 Persiapan project (2)
3. Menyiapkan data geologi yang akan digunakan di dalam model Tabel 4.3 Data Untuk Pemodelan Geologi
JENIS
Lithologi
DATA GEOLOGI Survey Quality
Topografi
DATA KOLO
Hole name
Hole name
Hole name
Easting
M
Seam id
Easting
Seam id
Northing
DATA
Depth from
Northing
Depth from
elevation
Depth to
Elevation
Depth to
Lithologi id
Total depth
60
Parameter quality (TM,IM,CV,TS,RD,dll)
4. Membuat Model Topografi Model (surface) topografi harus dibuat terlebih dahulu sebelum pemodelan geologi dilakukan. Walaupun Stratmodel dapat membuat model geologi tanpa model topografi, akan tetapi hasilnya tidak akan bagus dan akurat.Suatu model topografi yang baik akan menghasilkan model yang lengkap dan akurat. Model topografi dapat dibuat dalam format grid maupun triangle. Kedua jenis file tersebut saat ini bisa diterima oleh StramodelJenis grid umumnya dibuat jika data yang diproses sangat besar dimana model ingin dibuat sangat halus melalui proses smoothing dan dengan ekstrapolasi. Jenis triangle lebih mudah untuk dibuat, tanpa ekstrapolasi dan dengan sedikit smoothing, agak kasar tapi cukup mewakili bentuk aktual terutama daerah yang sudah terganggu (ditambang).
Gambar 4.6: model topografi 4.4.2
Memulai Pemodelan Geologi
Jika semua persiapan di atas selesai dilaksanakan, maka untuk memulai project Stratmodel, jalankan MineScape, pilih Project Name yang akan digunakan yaitu modtrain, kemudian pilih Application Stratmodel . kegiatan membuat model stratigrafi adalah berupa suatu proses berkelanjutan, jika satu langkah telah selesai maka akan dilanjutkan ke langkah berikutnya. Langkah pembuatan model tersebut adalah sebagai berikut: 61
1. Menentukan Aturan-Aturan Pemodelan Hasil suatu model komputer akan tergantung dari aturan-aturan yang dibelakukan pada saat pembuatan model. Aturan-aturan ini didefinisikan dalam suatu fasilitas Stratmodel yang disebut Schema. Schema adalah suatu set aturan-aturan yang digunakan Stramodel untuk membuat dan memeriksa suatu model. Definisi aturan dalam schema dapat dirubah setiap saat atau dibuat dalam berbagai rancangan yang berbeda-beda. Dengan demikian schema memberikan keleluasaan kepada anda untuk membuat lebih dari satu macam rancangan model sesuai kebutuhan. Terdapat 9 (sembilan) bagian aturan yang berbeda yang harus didefinisikan dalam schema. Setiap bagian mengatur suatu kumpulan dari parameter-parameter pemodelan dan stratigrafi yang secara singkat diterangkan sebagai berikut: a. Model Parameters Parameter-parameter dasar pemodelan seperti output model file, topografi yang digunakan, pilihan proses pemodelan dan sebagainya. b. Modelling default Default interpolator-interpolator yang digunakan dan nilai-nilai default minimumum dan maksimum ketebalan unit-unit yang dimodel. c. Lithologi Code Daftar kode-kode lithology yang akan digunakan untuk identifikasi unit resources pada pemodelan. Unit dengan kode diluar yang terdaftar akan diidentifikasi sebagai waste atau parting. d. Elemental Unit Unit-unit dasar dalam model stratigrafi. Unit-unit elemental bisa berupa single seams, seam splits atau surface (horizon). Unit-unit elemental dapat digabungkan untuk membentuk unit compound. e. Compund Unit Unit compound analog dengan parent unit. Unit compound terdiri dari unit bagian atas (upper) dan bagian bawah (lower). Unit upper dan lower bisa sebagai unit compound itu sendiri atau gabungan dari unit elemental atau gabungan unit compound. f. Survey (Data Point) 62
Survey data dalam bentuk point string, line string atau poligon dalam design file dapat digunakan pada saat modeling. Data tersebut dapat digunakan sebagai roof, floor atau thickness, split line atau elevasi surface. g. Comformable Sequence Suatu conformable sequence adalah suatu paket stratigafi yang terdiri dari kumpulan interval dan surface yang mempunyai parameter-parameter umum yang sama, misalnya seam batubara yang mempunyai karakteristik stratigrafi dan struktur yang sama. h. Limit (Poligon) Didalam suatu daerah deposit, suatu unit mungkin menghilang diakibatkan oleh pinchout (membaji), washed out (tererosi) atau truncated (misalnya terpotong oleh suatu intrusi). i. Fault Di dalam suatu project mungkin terdapat berbagai patahan yang mempengaruhi suatu unit atau conformable sequence tertentu. Definis patahan yang dibuat terlebih dulu, dapat diatur untuk diberlakukan terhadap satu atau lebih unit atau satu atau lebih conformable sequence 2. Dengan mengikuti sembilan Aturan diatas maka langkah berikutnya adalah membuat schema 3. Memasukkan data drillhole kedalam design file Data drill hole yang dimasukkan ke dalam project Stratmodel akan disimpan dalam sebuah design file sebagai graphical object yang terdiri dari nama seam, kedalaman dan sebagainya. Oleh karena itu data drill hole akan mempunyai atribut tampilan grafis seperti warna, jenis garis dan sebagainya untuk setiap unit yang terdapat di dalam drill holes. 4. Memeriksa dan validasi data Pemeriksaan database drill hole berfungsi untuk memeriksa data drill holes dengan tujuan untuk menemukan kesalahan-kesalahan dari data tersebut, sebelum model dibuat. Sebagai contoh kesalahan penamaan seam, kesalahan urutan, kesalahan atau kesalahan-kesalahan pada saat pengetikan data. Pemeriksaan drill hole dapat dilakukan baik secara grafis maupun non grafis melalui fungsi menu: 1. Drill Holes Information 2. Drill Holes graphics. 63
Gambar 4.7 : tampilan sebaran dhole 5. Membuat Model Pada tahap ini dengan menggunakan aturan schema yang telah kita buat sebelumnya mak, kita dapat memodelkan lapisan batuan serta endapan batubara. 6. Memeriksa dan validasi hasil pemodelan Model yang telah dibuat dapat diperiksa baik terhadap table maupun grid. Pemeriksaan model tersebut didasarkan pada definisi schema untuk memilih interval dan surface yang diinginkan. Pemeriksaan terhadap model table menggunakan triangulasi karena data yang terdapat didalamnya adalah tersebar secara acak dan selain itu pemeriksaan terhadap model table mengakses langsung lokasi-lokasi data dalam drill hole, maka hasilnya pun akan mengacu terhadap data tersebut. Pemeriksaan terhadap grid model tidaklah mengacu terhadap data drill hole, tapi tergantung terhadap jumlah drill hole dalam database serta jumlah titiktitik dalam grid, hal ini menyebabkan grid akan lebih cepat, karena mengakses dan memproses data yang telah di-grid akan lebih efisien dibanding random data dalam table.
Gambar 4.8 kontur struktur floor batubara 64
Gambar 4.9 Cropline batubara 7. Memodelkan Quality Data hasil analisis laboratorium baik proximate, ultimate dan sebagainya dapat dimasukkan ke dalam Stramodel kemudian dibuat modelnya. 8. Menghitung Resource Batubara yang telah dimodelkan kemudian dapat kita hitung jumlah resource nya. 4.5. Optimasi Cadangan Batubara Konsep perencanaan tambang terbuka merupakan syarat wajib yang harus diketahui dan dipahami oleh seorang “engineer” perencanaan tambang terbuka. Proses perencanaan tambang ini melibatkan banyak cabang ilmu yang saling melengkapi satu sama lain. Dilain pihak, software telah menjadi suatu alat yang sangat penting. Dengan alat tersebut suatu proses perencanaan tambang dapat dilakukan dalam suatu periode waktu yang singkat Perencanaan tambang adalah suatu proses membuat rancangan tambang geometris dan non-geometris (mencapai ultimate pit limit) dalam jangka waktu tertentu secara aman dan menguntungkan. Perencanaan tambang yang berkaitan dengan masalah-masalah geometris adalah desain tambang. Di dalamnya termasuk perancangan batas akhir
65
penambangan, tahapan (pushback), urutan penambangan tahunan/ bulanan, penjadwalan produksi dan waste dump serta menentukan final pit limit. Aplikasi Open Cut Coal adalah salah satu aplikasi dari Minescape yang dirancang untuk membuat desain tambang tiga dimensi baik perencanaan jangka panjang atau jangka pendek serta penentuan cadangan ekonomis tambang. 4.5.1 Persiapan Perencanaan Tambang dalam melakukan Optimasi cadangan batubara Dalam pembuatan perencanaan sangatlah penting untuk menentukan tujuan dari dari perencanaan yang akan dibuat. Tujuan dari pekerjaan perencanaan tambang adalah membuat suatu rencana produksi tambang untuk suatu deposit batubara yang akan : 1. Memenuhi target produksi baik secara kuantitas maupun kualitas dengan biaya yang optimal. 2. Menghasilkan cash flow yang akan memaksimalkan rate of return atau net present value. Sebelum memulai mengoperasikan Open Cut pengguna harus melakukan persiapan berikut berikut: 1. Membuat output contour floor dari seam yang akan digunakan sebagai dasra pembuatan desain. 2. Membuat output subcrop floor dari seam yang akan digunakan sebagai dasra pembuatan desain. 3. Membuat output contour topografi dari seam yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan desain pit dan spoil dump. 4. Menentukan parameter-parameter baik geometris maupun non-geometris yang akan digunakan dalam perencanaan. Adapun secara jelasnya Langkah langkah yang di lakuaan di dalam melakukan desain penambangan dalam rangka optimasi cadangan batubara sesuai SR yang diinginkan, dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Membuat Batter Block
66
Batter blocks pada dasarnya merupakan suatu string poligon yang mempunyai identifikasi nama dan dengan spesikasi side definition yang diberlakukkan pada setiap segmen polygon tersebut. Side definition adalah suatu spesifikasi yang mengatur nilai Sudut Batter (angle) dan Jarak Offset (distance) yang diberlakukan pada setiap segmen suatu batter block. Sudut batter dan jarak offset diberlakukan pada saat batter block diproyeksikan menjadi solid.
Gambar4.10 Side definition 2. Di dalam membuat Batter block maka terlebih dahulu harus dibuat garis blok dan strip yang menutupi kontur struktur batubara, garis ini nantinya akan bertindak sebagai limit atau batasan.Garis Blok adalah garis yang searah dengan downdip batubara sedangkan garis strike adalah garis yang searah dengan strike dari batubara.
Gambar 4.11 Garis Blockstrip untuk membuat batterblock 3. Garis Block strip tersebut kita buatkan side definition Merupakan spesifikasi yang mengatur nilai Sudut Batter (angle) dan Jarak Offset (distance) yang diberlakukan pada setiap segmen suatu batter block. Sudut batter dan jarak offset diberlakukan pada saat batter block diproyeksikan menjadi solid. 67
4. Garis Blok dan Strip yang telah dibuat dan memiliki side definition kemudian kita generate strip, hasilnya akan tampak sebagai berikut:
Gambar 4.12 Ilustrasi hasil generate strip 5. Membuat intersection antara antar garis Blok dan Garis strip yang telah di generate. Dan hasilnya akan tampak seperti dibawah ini :
Gambar 4.13 Hasil intersection 6. Hasil dari intersection Blockstrip tersebut kemudian dibuat prjoct solidnya untuk nantinya dihitung besar cadangan batubara yang ada di dalam poligon (batas blockstrip)
Gambar 4.14 Hasil project soild dari blockstrip intersection 68
7.Langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan cadangan batubara dari project solid yang telah kita buat sebelumya, dmana data –data yang dihasilkan nantinya akan di jadikan dasar di dalam pembuatan reisgraphic SR. 8.Dengan mengacu pada data hasil perhitungan cadangan di pada tahap seblumnya, maka akan dibuat Reisgraphic SR, dengan Bantuan Menu MXL file di minescape Explorer, dan Menu Action,Reisgraphic,Proses Dengan memasukkan rumus ,Coal Volume, Non Coal Volome, SR, dan SRXX colour. Maka nantinya akan terbentuk Reisgraphic Colour.berikut contoh Reisgraphic SR, dengan SR yang Batas Maksilamal yang Diinginkan Yaitu 15:1
Gambar 4.15 Hasil reisgraphic block *catatan=gradasi warna merah menunjukkan SR>=15 9. Dengan berdasar pada reisgraphic Sr yang telah dibuat maka selanjutnya adalah membuat basepit ,sesuai estimasi Sr yang hendak dicapai.
Gambar 4.14 Basepit berdasarkan Sr
69
10. Dengan Menggunakan Rekomendasi data Geotek yang telah ditetapkan , maka kemudian dilakukan pembuatan jenjang pit dan jalan tambang:
Gambar 4.15 Pit beserta kenampakan Floor batubara 11.Selanjutnya akan di lakukan perhitungan cadangan batubara yang ada di dalam pit, untuk memastikan apaka Sr Yang kemudian di dapat sesuai dengan keinginan atau tidak. Dan jika tidak maka akan di lakukan redesain untuk mendapatkan Sr sesuai acuan target produksi yang telah ditetapkan
70