Mengamati dan mengukur sinyal attenuasi pada Spektrum Analyzer dan
2. 3. 4. 5.
Osiloskop. Menghitung sinyal output yang telah di attenuasi. Mengukur parameter-parameter sinyal VHF. Mengamati parameter-parameter sinyal VHF. Mengamati karakteristik output RF sinyal generator.
Peralatan Yang Dibutuhkan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
RF Signal Generator Digital Phospor Oscilloscope Frequency counter Spectrum Analyzer Attenuator 3 dB, 6 dB, 10 dB Power Splitter Kabel-kabel dan konektor
Dasar Teori Frekuensi radio mengacu pada arus listrik bolak-balik dengan sifat tertentu yang memungkinkan untuk siaran dari antena. Jika saat ini menghasilkan medan elektromagnetik atau gelombang pada frekuensi yang cocok untuk penyiaran televisi atau sinyal radio, maka itu dianggap sebagai frekuensi radio. Frekuensi ini merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik dan terletak hanya di luar sisi inframerah cahaya tampak. Sebuah teleskop radio dapat digunakan untuk mendengarkan alam semesta. Setiap frekuensi antara sekitar sembilan hertz – yang berarti sembilan getaran per detik – dan 300 gigahertz – yang berarti 300 miliar getaran per detik – dapat dianggap sebagai gelombang radio, meskipun hanya frekuensi dekat tengah kisaran ini digunakan dalam siaran radio yang sebenarnya. Sebagian besar sisa rentang frekuensi radio yang digunakan oleh personil militer dan ilmiah. Sebagian besar dari kita akrab dengan AM dan FM radio, tapi radio hanya beberapa perangkat nirkabel yang menggunakan frekuensi 21
radio untuk beroperasi. Siaran televisi yang diterima melalui udara adalah bentuk gelombang radio, seperti komunikasi satelit, radio Band warga, dan telepon tanpa kabel dan seluler. Memang, setiap teknologi nirkabel yang tersedia menggunakan frekuensi radio sendiri. Attenuation mengacu pada pelemahan sinyal selama ia berjalan melalui kabel. Ia kadang disebut sebagai roll off. Selama sinyal mengalir melalui kawat, gelombang kotaknya berubah bentuk sejauh ia mengalir. Jadi, attenuasi sebenarnya adalah fungsi dari panjang kabel. Jika sinyal mengalir terlalu jauh,ia bisa menurun kualitasnya sehingga stasiun penerimanya tidak mampu lagi menginterpretasikannya dan komunikasi akan gagal. Dalam arti lain atenuasi adalah melemahnya sinyal yang diakibatkan oleh adanya jarak yang semakin jauh yang harus ditempuh oleh suatu sinyal dan juga oleh karena makin tingginya frekuensi sinyal tersebut. Apabila sebuah sinyal dilewatkan suatu medium seringkali mengalami berbagai perlakuan dari medium (kanal) yang dilaluinya. Ada satu mekanisme dimana sinyal yang melewati suatu medium mengalami pelemahan energi yang selanjutnya dikenal sebagai atenuasi (pelemahan atau redaman) sinyal. Atenuasi adalah fungsi yang lebih kompleks dari jarak dan pada umumnya mengikuti fungsi logaritma. Sehingga biasanya dinyatakan sebagai jumlah desibel konstan per unit jarak. Atenuasi membawakan tiga pertimbangan untuk membangun transmisi : a. Sinyal yang diterima harus cukup kuat sehingga arus elektronik pada receiver bisa mendeteksi sinyal. b. Sinyal harus mempertahankan level yang lebih tinggi dibanding derau yang diterima tanpa error. c. Attenuasi merupakan fungsi frekuensi yang meningkat.
Selain jarak, attenuasi sinyal juga merupakan fungsi dari frekuensi. Karena sinyal data biasanya memiliki beberapa komponen frekuensi, maka amplifier biasanya didesain berbeda-beda menyesuaikan dengan frekuensi sinyal. Alat seperti ini disebut dengan equalizer. 22
Macam- Macam Atenuasi Pada Fiber Optik Absorpsi Absorpsi adalah sifat alami dari gelas. pada daerah tertentu gelas dapat mengabsorpsi sebagian besar cahaya seperti pada daerah UV. Hal ini disebabkan daerah elektron yang kuat. demikian pula untuk daerah infra merah, terjadi absorpsi yang besar oleh adanya getaran ikatan kimia. oleh sebab itu penggunaan fiber optik harus menjauhi daerah UV dan IR. Penyebab absorpsi lainnya adalah karena adanya transmisi ion-ion logam dan ion OH. Ion OH ternyata memberikan sumbangan absorpsi yang cukup besar. Semakin lama usia suatu fiber, maka semakih banyak jumlah ion OH didalamnya sehingga kualitas fiber optik menurun. 1. Hamburan Seberkas cahaya yang melalui suatu gelas dengan varisai indeks bias di sepanjang gelas tadi, sebagian energinya akan hilang dihamburkan oleh benda benda kecil yang berada didalam gelas. Hamburan yang disebabkan adanya tumbukan cahaya dengan partikel tersebut dinamakan tumbukan Rayleigh. Ternyata pada panjang gelombang sekitar 85 mikrometer yaitu gelombang sinar laser menunjukkan loss fiber optic single mode (akibat hamburan sangat kecil) dibandingkan dengan loss fiber optic multimode. Karena itu fiber optik single mode lebih baik mutunya sebagai media transmisi bila sibandingkan dengan fiber optik multimode.
2. Mikro Bending Atenuasi yang lainnya yaitu mikro bending adalah pembengkokan fiber optik untuk memenuhi persyaratan ruangan. namun pembengkokan dapat terjadi secara tidak sengaja, misalnya fiber optik mendapat tekanan cukup keras sehingga cahaya yang merambat didalamnya akan berbelok dari arah transmisi dan hilang. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan atenuasi. Atenuasi = 10 log10 (P1/P2) dB 23
dimana : P1 = daya sinyal yang dikirim (watt) P2 = daya sinyal yang diterima (watt) Atenuasi diukur dalam satuan dB (decibel).
Langkah Percobaan 1.
Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan. Pastikan masing-masing peralatan
2.
dalam kondisi baik. Buat rangkaian pengukuran seperti gambar berikut :
Oscillator RF Signal Generator
Attenuator 3 dB
Pow er Splitt er
24
Spectrum Analyzer
Gambar 3.1 Rangkaian Pengukuran 3. 4. 5.
Hidupkan semua alat ukur. Set frekuensi pada signal generator 1 MHz dan 0 dBm. Amati dan catat hasil pengukuran seperti pada tabel 3.1. Gambarkan juga
6.
bentuk gelombangnya. Ulangi prosedur percobaan 1 sampai 5 untuk masing-masing attenuator 6 dB
7.
dan 10 dB. Catat hasilnya pada tabel 3.2 dan tabel 3.3. Naikkan output Signal Generator sampai 6 dBm. Amati dan gambarkan
8.
bentuk gelombangnya. (Frekuensi 115 KHz sampai dengan 135 KHz) Turunkan output Signal Generator hingga -6 dBm. Amati dan gambarkan
9.
bentuk gelombangnya. (Frekuensi 115 KHz sampai dengan 135 KHz) Hitung sinyal output untuk masing-masing attenuasi.
Tabel Hasil Pengukuran Tabel 3.1. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuator 3 dBm Signal Generator F Output
Spectrum Analyzer P (W) V (Volt)
Oscilloscope F (Hz) Amp(V) Vpp
25
1 MHz
0 dBm
50 MHz
0 dBm
100 MHz
0 dBm
150 MHz
0 dBm
200 MHz
0 dBm
250 MHz
0 dBm
300 MHz
0 dBm
350 MHz
0 dBm
400 MHz
0 dBm
450 MHz
0 dBm
Tabel 3.2. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuator 6 dB Signal Generator F Output 1 MHz
0 dBm
50 MHz
0 dBm
100 MHz
0 dBm
150 MHz
0 dBm
200 MHz
0 dBm
250 MHz
0 dBm
300 MHz
0 dBm
350 MHz
0 dBm
400 MHz
0 dBm
450 MHz
0 dBm
Spectrum Analyzer P (W) V (Volt)
F (Hz)
Oscilloscope Amp(V) Vpp
Tabel 3.3. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuator 10 dB Signal Generator F Output
Spectrum Analyzer P (W) V (Volt)
Oscilloscope F (Hz) Amp(V) Vpp
26
1 MHz
0 dBm
50 MHz
0 dBm
100 MHz
0 dBm
150 MHz
0 dBm
200 MHz
0 dBm
250 MHz
0 dBm
300 MHz
0 dBm
350 MHz
0 dBm
400 MHz
0 dBm
450 MHz
0 dBm
Tabel 3.4. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuator 3 dB Signal Generator F Output
Spectrum Analyzer P (W) V (Volt)
Oscilloscope F (Hz) Amp(V) Vpp
27
115 KHz
1 dBm
116 KHz
1 dBm
117 KHz
1 dBm
118 KHz
1 dBm
119 KHz
1 dBm
120 KHz
1 dBm
121 KHz
1 dBm
122 KHz
1 dBm
123 KHz
1 dBm
124 KHz
1 dBm
125 KHz
1 dBm
126 KHz
1 dBm
127 KHz
1 dBm
128 KHz
1 dBm
129 KHz
1 dBm
130 KHz
1 dBm
131 KHz
1 dBm
132 KHz
1 dBm
133 KHz
1 dBm
134 KHz
1 dBm
135 KHz
1 dBm
Tabel 3.5. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuator 3 dB Signal Generator F Output
Spectrum Analyzer P (W) V (Volt)
Oscilloscope F (Hz) Amp(V) Vpp 28
115 KHz
2 dBm
116 KHz
2 dBm
117 KHz
2 dBm
118 KHz
2 dBm
119 KHz
2 dBm
120 KHz
2 dBm
121 KHz
2 dBm
122 KHz
2 dBm
123 KHz
2 dBm
124 KHz
2 dBm
125 KHz
2 dBm
126 KHz
2 dBm
127 KHz
2 dBm
128 KHz
2 dBm
129 KHz
2 dBm
130 KHz
2 dBm
131 KHz
2 dBm
132 KHz
2 dBm
133 KHz
2 dBm
134 KHz
2 dBm
135 KHz
2 dBm
Tabel 3.6. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuator 3 dB Signal Generator F Output
Spectrum Analyzer P (W) V (Volt)
Oscilloscope F (Hz) Amp(V) Vpp
29
115 KHz
3 dBm
116 KHz
3 dBm
117 KHz
3 dBm
118 KHz
3 dBm
119 KHz
3 dBm
120 KHz
3 dBm
121 KHz
3 dBm
122 KHz
3 dBm
123 KHz
3 dBm
124 KHz
3 dBm
125 KHz
3 dBm
126 KHz
3 dBm
127 KHz
3 dBm
128 KHz
3 dBm
129 KHz
3 dBm
130 KHz
3 dBm
131 KHz
3 dBm
132 KHz
3 dBm
133 KHz
3 dBm
134 KHz
3 dBm
135 KHz
3 dBm
Tabel 3.7. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuator 3 dB Signal Generator F Output
Spectrum Analyzer P (W) V (Volt)
Oscilloscope F (Hz) Amp(V) Vpp
30
115 KHz
4 dBm
116 KHz
4 dBm
117 KHz
4 dBm
118 KHz
4 dBm
119 KHz
4 dBm
120 KHz
4 dBm
121 KHz
4 dBm
122 KHz
4 dBm
123 KHz
4 dBm
124 KHz
4 dBm
125 KHz
4 dBm
126 KHz
4 dBm
127 KHz
4 dBm
128 KHz
4 dBm
129 KHz
4 dBm
130 KHz
4 dBm
131 KHz
4 dBm
132 KHz
4 dBm
133 KHz
4 dBm
134 KHz
4 dBm
135 KHz
4 dBm
Tabel 3.8. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuator 3 dB Signal Generator F Output
Spectrum Analyzer P (W) V (Volt)
Oscilloscope F (Hz) Amp(V) Vpp
31
115 KHz
5 dBm
116 KHz
5 dBm
117 KHz
5 dBm
118 KHz
5 dBm
119 KHz
5 dBm
120 KHz
5 dBm
121 KHz
5 dBm
122 KHz
5 dBm
123 KHz
5 dBm
124 KHz
5 dBm
125 KHz
5 dBm
126 KHz
5 dBm
127 KHz
5 dBm
128 KHz
5 dBm
129 KHz
5 dBm
130 KHz
5 dBm
131 KHz
5 dBm
132 KHz
5 dBm
133 KHz
5 dBm
134 KHz
5 dBm
135 KHz
5 dBm
Tabel 3.9. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuator 3 dB Signal Generator F Output
Spectrum Analyzer P (W) V (Volt)
Oscilloscope F (Hz) Amp(V) Vpp
32
115 KHz
6 dBm
116 KHz
6 dBm
117 KHz
6 dBm
118 KHz
6 dBm
119 KHz
6 dBm
120 KHz
6 dBm
121 KHz
6 dBm
122 KHz
6 dBm
123 KHz
6 dBm
124 KHz
6 dBm
125 KHz
6 dBm
126 KHz
6 dBm
127 KHz
6 dBm
128 KHz
6 dBm
129 KHz
6 dBm
130 KHz
6 dBm
131 KHz
6 dBm
132 KHz
6 dBm
133 KHz
6 dBm
134 KHz
6 dBm
135 KHz
6 dBm
Tabel 3.10. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuator 3 dB Signal Generator F Output
Spectrum Analyzer P (W) V (Volt)
Oscilloscope F (Hz) Amp(V) Vpp
33
115 KHz
-1 dBm
116 KHz
-1 dBm
117 KHz
-1 dBm
118 KHz
-1 dBm
119 KHz
-1 dBm
120 KHz
-1 dBm
121 KHz
-1 dBm
122 KHz
-1 dBm
123 KHz
-1 dBm
124 KHz
-1 dBm
125 KHz
-1 dBm
126 KHz
-1 dBm
127 KHz
-1 dBm
128 KHz
-1 dBm
129 KHz
-1 dBm
130 KHz
-1 dBm
131 KHz
-1 dBm
132 KHz
-1 dBm
133 KHz
-1 dBm
134 KHz
-1 dBm
135 KHz
-1 dBm
Tabel 3.11. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuator 3 dB Signal Generator F Output
Spectrum Analyzer P (W) V (Volt)
Oscilloscope F (Hz) Amp(V) Vpp
34
115 KHz
-2 dBm
116 KHz
-2 dBm
117 KHz
-2 dBm
118 KHz
-2 dBm
119 KHz
-2 dBm
120 KHz
-2 dBm
121 KHz
-2 dBm
122 KHz
-2 dBm
123 KHz
-2 dBm
124 KHz
-2 dBm
125 KHz
-2 dBm
126 KHz
-2 dBm
127 KHz
-2 dBm
128 KHz
-2 dBm
129 KHz
-2 dBm
130 KHz
-2 dBm
131 KHz
-2 dBm
132 KHz
-2 dBm
133 KHz
-2 dBm
134 KHz
-2 dBm
135 KHz
-2 dBm
Tabel 3.12. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuator 3 dB Signal Generator F Output
Spectrum Analyzer P (W) V (Volt)
Oscilloscope F (Hz) Amp(V) Vpp
35
115 KHz
-3 dBm
116 KHz
-3 dBm
117 KHz
-3 dBm
118 KHz
-3 dBm
119 KHz
-3 dBm
120 KHz
-3 dBm
121 KHz
-3 dBm
122 KHz
-3 dBm
123 KHz
-3 dBm
124 KHz
-3 dBm
125 KHz
-3 dBm
126 KHz
-3 dBm
127 KHz
-3 dBm
128 KHz
-3 dBm
129 KHz
-3 dBm
130 KHz
-3 dBm
131 KHz
-3 dBm
132 KHz
-3 dBm
133 KHz
-3 dBm
134 KHz
-3 dBm
135 KHz
-3 dBm
Tabel 3.13. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuator 3 dB Signal Generator F Output
Spectrum Analyzer P (W) V (Volt)
Oscilloscope F (Hz) Amp(V) Vpp
36
115 KHz
-4 dBm
116 KHz
-4 dBm
117 KHz
-4 dBm
118 KHz
-4 dBm
119 KHz
-4 dBm
120 KHz
-4 dBm
121 KHz
-4 dBm
122 KHz
-4 dBm
123 KHz
-4 dBm
124 KHz
-4 dBm
125 KHz
-4 dBm
126 KHz
-4 dBm
127 KHz
-4 dBm
128 KHz
-4 dBm
129 KHz
-4 dBm
130 KHz
-4 dBm
131 KHz
-4 dBm
132 KHz
-4 dBm
133 KHz
-4 dBm
134 KHz
-4 dBm
135 KHz
-4 dBm
Tabel 3.14. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuator 3 dB Signal Generator F Output
Spectrum Analyzer P (W) V (Volt)
Oscilloscope F (Hz) Amp(V) Vpp
37
115 KHz
-5 dBm
116 KHz
-5 dBm
117 KHz
-5 dBm
118 KHz
-5 dBm
119 KHz
-5 dBm
120 KHz
-5 dBm
121 KHz
-5 dBm
122 KHz
-5 dBm
123 KHz
-5 dBm
124 KHz
-5 dBm
125 KHz
-5 dBm
126 KHz
-5 dBm
127 KHz
-5 dBm
128 KHz
-5 dBm
129 KHz
-5 dBm
130 KHz
-5 dBm
131 KHz
-5 dBm
132 KHz
-5 dBm
133 KHz
-5 dBm
134 KHz
-5 dBm
135 KHz
-5 dBm
Tabel 3.15. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuator 3 dB Signal Generator F Output