PENYAKIT PENYAKIT TULANG DAN SENDI S ENDI PADA LANSIA
Manusia memiliki tulang dan sendi (sistem gerak) yang memiliki banyak fungsi untuk menunjang kehidupan manusia. Tanpa kondisi fit tulang dan sendi, manusia akan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Ada berbagai macam penyakit tulang dan sendi. alam makalah ini penulis ingin memfokuskan kepada !steoarthritis dan !steoporosis.
OSTEOARTHRITIS
I. Pendahuluan
!steoa !steoarth rthrit ritis is (!A) (!A) merupak merupakan an penyaki penyakitt sendi sendi degener degenerati ative ve yang yang berkai berkaitan tan dengan dengan kerusakan kartilago sendi. "ertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena !A. !A. #asi #asien en !A bias biasan anya ya meng mengel eluh uh nyer nyerii pada pada $aktu $aktu mela melakuk kukan an akti aktivi vita tass atau atau jika jika ada pembebanan pada sendi yang terkena.
II. Etiopatogenesis OA
%erd %erdas asar arka kan n pato patoge gene nesi sisn snya ya !A dibed dibedak akan an menj menjad adii &, yait yaitu u !A prim primer er dan !A sekunder. !A primer disebut juga !A idiopatik, tidak diketahui pen yebabnya. !A sekunder yaitu !A yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolic, pertumbuhan, herediter, serta imobilisasi yang terlalu lama. !steoarthritis terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi ra$an sendi, remodeling tulang dan inflamasi cairan sendi. egradasi ra$an sendi terjadi karena jejas mekanis dan kimia$i pada synovia karena faktor umur, stress mekanis atau penggunaan sendi berlebihan, defek anatomik, obesitas, dan genetik. 'emodelling tulang. 'a$an sendi dapat melakukan perbaikan sendiri dimana khondrosit akan mengalami replikasi dan memproduksi matriks baru. nflamasi cairan sendi terjadi karena adanya kelebihan produk degradasi matriks ra$an sendi yang berakumulasi di sendi.
#asien !A sering mengeluh nyeri. yeri disini terjadi akibat adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis. yeri juga terjadi karena adanya pelepasan mediator kimia seperti prostaglandin dan kinin yang menyebabkan suatu radang sendi. *elain itu, adanya peregangan tendo atau ligamentum serta spasmus otot + otot ekstra artikuler akibat kerja berlebihan juga menimbulkan nyeri.
III. a!to" # a!to" Resi!o OA
Ada beberapa faktor resiko dari !steoarthritis, diantaranya . mur. !A jarang dijumpai pada usia diba$ah /0 tahun dan sering ditemui pada orang dengan usia lebih dari 10 tahun. &. 2enis kelamin #ada usia 3/4 tahun, frekuensi !A pada $anita dan laki + laki dengan perbandingan sama, tetapi pada usia 540 tahun, frekuensi !A banyak terdapat pada $anita daripada laki + laki. 6. *uku bangsa !A lebih sering dijumpai pada orang amerika asli (ndian) dari pada orang k ulit putih. /. 7enetik 8aktor herediter berperan dalam timbulnya !A. 4. 9egemukan dan #enyakit metabolik %erat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya !A. Ada hubungannya antara penyakit !A dengan kelainan metabolik. #asien - pasien !A ternyata mempunyai resiko penyakit jantung coroner dan hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang + orang tanpa !A. 1. :edera sendi , #ekerjaan dan !lah raga #ekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan peningkatan resiko !A. emikian juga cedera sendi dan !lah raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan resiko !A. ;. 8aktor + 8aktor lain Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya !A.
I$. Ri%a&at Pen&a!it
#ada umumnya pasien !A mengatakan bah$a keluhan + keluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan + lahan. yeri sendi 9eluhan ini merupakan keluhan utama yang sering kali memba$a pasien berobat
ke dokter. yeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. yeri pada !A dapat berupa penjalaran atau akibat radikulopati,
misalnya pada !A cervikal atau !A lumbal.
dengan bertambahnya rasa nyeri. 9aku pagi #ada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam $aktu yang cukup lama atau bahkan
setelah bangun tidur. 9repitasi 'asa gemeretak pada sendi yang sakit. #embesaran sendi (deformitas) #asien mungkin menunjukkan bah$a salah satu sendinya secara perlahan membesar. #erubahan gaya berjalan 7ejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien.
$. Pe'e"i!saan isi!
alat gerak) atau eksentris (salah satu alat gerak saja). 9repitasi
7ejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis !A lutut. 7ejala ini timbul karena adanya gesekan antara kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi
digerakkan atau secara pasif dimanipulasi. #embengkakan sendi yang sering kali asimetris #embengkakan sendi pada !A dapat timbul karena efusi pada sendi. *ebab lain
ialah karena adanya osteofit yang dapat mengubah permukaan sendi. Tanda + tanda peradangan Tanda + tanda peradangan pada sendi mungkin dijumpai karena adanya sinovitis.
%iasanya tanda + tanda ini tidak menonjol dan timbul belakangan. #erubahan gaya berjalan 9eadaan ini hamper selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan.
$I. Pe'e"i!saan Diagnosti!
iagnosis !A biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografis. Radiog"a(is
#ada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena !A sudah cukup memberikan gambaran diagnostik. 7ambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosa !A ialah = . &. 6. /. 4.
#enyempitan celah sendi yang seringkali asimetris. #eningkatan densitas tulang subkondral. 9ista tulang !steofit pada pinggir sendi #erubahan struktur anatomi sendi.
Pe'e"i!saan La)o"ato"iu'
#ada !A yang disertai peradangan mungkin ditemukan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan (3>000?m) dan peningkatan protein.
$II. Pe'antauan P"og"esi*itas dan Out+o'e OA
Terdapat 6 cara utama untuk memantau progesivitas dan outcome !A = . #engukuran nyeri sendi dan disabilitas pada pasien, misalnya dengan algofungsional dari @!MA:, indeks beratnya nyeri lutut dan panggul. &. #engukuran perubahan struktur pada sendi yang terserang misalnya dengan radiografi polos, M', Artroskopi, dan ltrasound frekuensi tinggi.
6. #engukuran proses penyakit yang dinyatakan dengan perubahan metabolism atau perubahan kemampuan fungsional dari ra$an sendi artikuler, tulang subkondral atau jaringan sendi lainnya misalnya marker ra$an sendi dalam cairan tubuh, skintigrafi tulang, pengukuran resistensi terhadap kompresi pada ra$an sendi dengan mengukur kemampuan identasi atau penyebaran.
$III. Pengelolaan
#engelolaan !A terdiri dari 6 hal = . Terapi non farmakologis = a. dukasi dan penerangan b. Terapi fisik dan rehabilitasi c. #enurunan berat badan &. Terapi farmakologis a. Analgetik oral non opiate b. Analgetik topical c. !A* (obat anti inflamasi non steroid) d. :hondroprotective e. *teroid intra artikuler 6. Terapi bedah a. Arthroscopic debridement dan joint lavage b. !steotomy c. Artroplasti sendi total
Te"api Non a"'a!ologis
. #enerangan Maksud dari penerangan adalah agar pasien mengetahui tentang penyakitnya, bagaimana menjaga agar penyakitnya agar penyakitnya tidak bertambah parah. &. Terapi fisik dan 'ehabilitasi Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit. 6. #enurunan berat badan %erat badan yang berlebih ternyata merupakanfaktor yang akan memperberat penyakit !A. !leh karena itu, berat badan harus dijaga agar tidak berlebihan.
Te"api a"'a!ologis
. Analgetik oral non opiate &. Analgetik topical
6. !A* (obat anti inflamasi non steroid) /. :hondroprotective Asam hialuronat %ekerja dengan cara memperbaiki viskositas cairan synovial, obat ini diberikan
secara intra artikuler. Asam hialuronat ternyata memegang peranan penting dalam
pembentukan matriks tulang ra$an. 7likosaminoglikan apat menghambat sejumlah enBim yang berperan dalam proses degradasi tulang
ra$an. 9ondroitin sulfat "itamin : %ekerja dengan menghambat aktivitas enBim lisoBim *uperoCide dismutase 4. *teroid intra artikuler
Te"api ,edah
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari + hari.
OSTEOPOROSIS I. Pendahuluan
!steoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas massa tulang dan perburukkan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. %erbagai problem yang cukup prinsipil masih harus dihadapi oleh ndonesia dalam penatalaksaan osteoporosis yang optimal seperti tidak meratanya alat pemeriksaan densitas massa tulang (DA), mahalnya pemeriksaan biokimia tulang dan belum adanya pengobatan standart untuk osteoporosis di ndonesia.
II. a!to" Resi!o Osteopo"osis
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan osteoporosis, diantaranya = . mur Tiap peningkatan dekade, resiko meningkat ,/ + ,> C
&. 7enetik a. tnis (kaukasian dan oriental 5 kulit hitam) b. *eks (perempuan 5 laki + laki) c. 'i$ayat keluarga 6. Eingkungan a. efisiensi kalsium b. Aktivitas fisik kurang c. !bat + obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin) d. Merokok dan alcohol /.
III. Penggolongan Osteopo"osis
!steoporosis dibagi menjadi & kelompok, yaitu osteoporosis primer (involusional) dan osteoporosis sekunder. !steoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya. *edangkan osteoporosis sekunder yang diketahui penyeba bnya. !steoporosis primer dibagi lagi menjadi osteoporosis tipe dan osteoporosis tipe . !steoporosis tipe disebut juga osteoporosis pasca menopause, disebabkan oleh defisiensi estrogen akibat menopause. !steoporosis tipe disebut juga osteoporosis senilis disebabkan karena gangguan absorpsi kalsium di usus sehingga menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder yang mengakibatkan timbulnya osteoporosis. %elakangan konsep ini berubah, karena ternyata peran estrogen juga menonjol pada osteoporosis tipe . strogen merupakan faktor yang sangat penting dan berperan pada timbulnya osteoporosis primer baik pasca menopause maupun senilis.
Patogenesis osteopo"osis tipe I
*etelah menopause, maka reasorpsi tulang akan meningkat terutama pada dekade a$al setelah menopause.
stogen juga berperan menurunkan produksi berbagai sitokin oleh bone marro$ stromal cells dan sel + sel mononuclear seperti E-, E-1, dan T8-F yang berperan meningkatkan kerja osteoklas, jadi bila terdapat penurunan kadar estrogen maka akan meningkatkan aktivitas sitokin yang akhirnya meningkat juga kerja dari osteoklas. *elain meningkatkan kerja osteoklas, menopause juga menurunkan absorpsi kalsium di usus dan meningkatkan ekskresi kalsium di ginjal.
Patogenesis osteopo"osis tipe II
#ada dekade ke delapan dan *embilan, terjadi ketidakseimbangan remodeling tulang, dimana resorpsi tulang meningkat sedangkan formasi tulang tidak berubah atau menurun.
I$. Pende!atan Klinis Osteopo"osis
ntuk menegakkan diagnosis osteoporosis, diperlukan pendekatan yang sistematis, terutama untuk menyingkirkan osteoporosis sekunder. *ebagaimana penyakit lain, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, pemeriksaan radiologi dan kalau perlu biopsi tulang.
Ana'nesis
Anamnesis memegang peran penting pada evaluasi pasien osteoporosis. Misal kesemutan dan rasa kebal di sekitar mulut dan ujung jari pada hipokalsemia.
#erlu ditanyakan ri$ayat pemakaian obat seperti kortikosteroid, dll. #ecandu alkohol ataukah seorang perokok. 'i$ayat penyakit yang diderita seperti penyakit ginjal, hati, saluran cerna, dan endokrin. 'i$ayat penggunaan obat kontraseptif, dan ri$ayat keluarga.
Pe'e"i!saan (isi!
Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap pasien osteoporosis. emikian juga cara berjalan, deformitas tulang, nyeri spinal, dan jaringan parut pada leher. #ada pasien hipokalsemia ditandai oleh iritasi musculoskeletal yang berupa tetani. ijumpai test chovstek dan trousseau yang positif. #asien dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus (o$agerGs hump) dan penurunan tinggi badan.
Pe'e"i!saan )io!i'ia tulang
#emeriksaan biokimia tulang terdiri dari kalsium total dalam serum, ion kalsium, kadar fosfor serum, kalsium urine, fosfat urine, osteokalsin serum, piridinolin urine dan bila perlu hormon paratiroid dan vit .
Pe'e"i!saan "adiologis
#emeriksaan radiologis untuk menilai densitas tulang sangat tidak sensitive, seringkali penurunan densitas massa tulang spinal lebih dari 40H belum memberikan gambaran radiologic yang spesifik. 7ambaran radiologik yang khas untuk osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekular yang lebih lusen.
Pe'e"i!saan densitas 'assa tulang -Densito'et"i
ensitrometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan presisi untuk menilai densitas massa tulang, sehingga dapat digunakan untuk menilai faktor prognosis, prediksi fraktur dan bahkan diagnosis osteoporosis.berbagai metode yang digunakan untuk menilai densitas
massa tulang adalah *ingle photon absorptiometry (*#A) dan single energy D-ray absorptiometry (*#D) lengan ba$ah dan tumit, dual energy D-ray
absorptiometry (DA)
lumbal dan proCimal femur, dan Iuantitative computed tomography (J:T). ual energy D-ray
absorptiometry (DA) merupakan metode yang paling banyak
digunakan dalam diagnosis osteoporosis karena mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang tinggi. The @orld
8emoral neck Total femoral neck Trokanter
Eengan ba$ah (66H radius), bila =
Tulang belakang dan ? atau panggul tak dapat diukur
ari ketiga lokasi tersebut, maka nilai T + *core yang terendah yang digunakan untuk mendiagnosis.
ndikasi densitometry tulang = . &. 6. /. 4. 1. ;.
@anita premenopause dengan resiko tinggi seperti hipomenore atau amenore. Eaki + laki dengan atau lebih faktor resiko. mobilisasi lama Masukan kalsium yang rendah lebih dari 0 tahun #enguna obat + obatan missal kortikosteroid, anti konvulsan, dll.
>. #ostmenopause dengan& faktor resiko atau lebih. K. iabetes mellitus tipe
Sonodensito'et"i
*alah satu metode yang lebih murah dalam menilai densitas tulang perifer dengan menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
/agneti+ "esonan+e i'aging -/RI
M' mempunyai kemampuan yang cukup menjanjikan dalam menganalisa struktur trabekula dan sekitarnya. Metode ini mempunyai kelebihan berupa tak adanya radiasi.
,iopsi tulang dan histo'o"(o'et"i
%iopsi tulang dan histomorfometri merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk menilai kelainan metabolism tulang. %iopsi biasanya dilakukan di daerah transiliakal, yaitu & cm posterior *A* dan sedikit inferior krista iliaka. Alat yang digunakan adalah jarum %ordier + Meunier. ndikasi biopsi tulang meliputi berbagai kelainan metabolik tulang seperti osteoporosis pasca menopause, osteodistrofi renal, osteomalacia, rikets, hiperparatiroidisme primer, penyakit tulang akibat kelainan gastrointestinal kronik atau pasca operasi gastrointestinal.
Osteopo"osis pada la!i # la!i !steoporosis pada laki + laki seringkali kurandiperhatikan dibandingkan osteoporosis pada $anita. #ada laki + laki dengan bertambahnya umur, maka tulang kortikal akan semakin menipis, tetapi penipisan ini tidak secepat pada $anita, karena laki + laki tidak pernah mengalami menopause. *elain itu, pada laki + laki kehilangan massa tulang lebih bersifat penipisan, sedangkan $anita lebih diakibatkan oleh kehilangan elemen trabekula dari tulang.
Etiologi Osteopo"osis pada la!i # la!i
7enetik Eaki + laki yang orang tuanya menderita osteoporosis ternyata memiliki densitas tulang yang lebih rendah dibandingkan laki + laki pada umumnya.
nvolusi engan bertambahnya umur, terjadi penurunan massa dan densitas tulang pada laki + laki, kira + kira 6 + /H per dekade setelah usia /0 tahun. *etelah umur 40 tahun, kehilangan massa tulang lebih besar lagi, $alaupun demikian tetap lebih rendah
dibandingkan dengan $anita. #enyakit dan obat + obatan %erbagai penyakit dan obat + obatan menyebabkan osteoporosis seperti glukokortikoid,
merokok, alkohol, insufisiensi ginjal, kelainan gastrointestinal dan hati. diopatik *ekitar 60H osteoporosis pada laki + laki tidak diketahui penyebabnya.
$. Penatala!saan
*ecara teoritis, osteoporosis dapat diobati dengan cara menghambat kerja osteoklas (antiresorpsi) dan ? atau meningkatkan kerja osteoblast (stimulator tulang). @alaupun demikian, saat ini obat yang beredar pada umumnya bersifat anti resorpsi, yaitu golongan estrogen, antiestrogen, bisfosfonat dan kalsitonin. *edangkan yang termasuk golongan obat stimulator tulang adalah a-fluorida, #T< dan lain sebagainya. 9alsium dan "it tidak mempunyai efek anti resorpsi maupun stimulator tulang, tetapi diperlukan untuk optimalisasi mineralisasi osteoid setelah proses formasi oleh osteoblast. 9ekurangan kalsium akan menyebabkan peningkatan #T< yang dapat menyebabkan pengobatan osteoporosis tak efektif.
Edu!asi dan pen+egahan
Anjurkan untuk melakukan aktifitas fisik yang teratur. 2aga asupan kalsium 000 + 400 mg ? hari.
00?hari pada orang tua.
Latihan dan p"og"a' "eha)ilitasi
Eatihan bertujuan untuk melatih kelincahan, ketangkasan, dan kekuatan otot sehingga tak mudah jatuh. *elain itu, latihan juga meningkatkan remodeling tulang. #ada pasien yang belum osteoporosis maka latihan adalah pembebanan terhadap tulang. *edangkan untuk yang osteoporosis latihan dengan tanpa beban yang kemudian ditingkatkan secara bertahap sehingga mencapai beban yang adekuat. *elain latihan juga diberikan alat bantu (ortosis) missal korset lumbal untuk pasien yang mengalami fraktur korpus vertebra, tongkat atau alat bantu lainnya terutama pada orang tua yang terganggu keseimbangannya.
Pe')edahan
%eberapa prinsip yang harus diperhatikan pada terapi bedah pasien osteoporosis adalah = . #asien osteoporosis usia lanjut dengan fraktur. &. Tujuan bedah adalah untuk mendapatkan fiksasi yang stabil sehingga mobilisasi pasien dapat dilakukan sedini mungkin. 6. Asupan kalsium harus diperhatikan sehingga pembentukan kalus sempurna /. @alaupun dilakukan pembedahan, pengobatan medikamentosa osteoporosis harus tetap dilaksanakan.
E*aluasi hasil pengo)atan
valusai dilakukan dengan pengulangan pemeriksaan densitometry setelah + & tahun pengobatan dan dinilai densitasnya. %ila dalam $aktu tahun tidak terjadi peningkatan maupun penurunan densitas massa tulang,maka pengobatan sudah dianggap berhasil karena resorpsi tulang sudah dapat ditekan.