1. PENYAKIT SISTEM ENDOKRIN Sistem endokrin terdiri dari organ-organ yang membantu dalam regulasi berbagai fungsi seperti metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan. Ada cabang khusus ilmu yang mempelajari sistem endokrin, yang dikenal sebagai endokrinologi. Sistem ini terdiri dari kelenjar yang mengeluarkan sejumlah hormon dan karena penyakit dan gangguan yang mempengaruhi sistem ini terkait dengan sekresi hormon ini. Artikel ini akan memberikan daftar penyakit yang berkaitan dengan sekresi ini. 1. Klasifikasi Penyakit Endokrin
Klasifikasi luas penyakit didasarkan pada sekresi hormonal. Mereka adalah sebagai berikut :
Hipersekresi ( sekresi berlebihan hormon )
Hyposecretion ( sekresi Kurangnya hormon )
Kanker atau tumor pada kelenjar endokrin Namun gangguan, menampilkan mekanisme yang lebih kompleks atau patogenesis.
Kadang-kadang ada interaksi hormon tertentu yang hypersecreted karena hyposecretion yang lain. Kelenjar endokrin mengeluarkan berbagai hormon yang mengatur berbagai fungsi, oleh karena gangguan kelenjar ini dapat menyebabkan kelainan pada sejumlah organ. Berikut ini adalah daftar penyakit sistem endokrin lengkap berdasarkan bagian atau organ yang dipengaruhi. 2. Daftar Penyakit Endokrin
Kelenjar endokrin dalam tubuh manusia adalah tiroid, paratiroid, adrenal dan hipofisis. Penyakit berikut dikategorikan menurut kelenjar ini. 1. Kelenjar thyroid
Ini adalah daftar gangguan endokrin yang disebabkan oleh hyposecretion atau hipersekresi hormon oleh kelenjar tiroid. (Sekresi = proses membuat ataupun melepaskan substansi kimia dalam bentuk lender yang dilakukan oleh sel tubuh atau kelenjar)
Gondok – Pembesaran kelenjar tiroid
Hipertiroidisme – Peningkatan sekresi tiroksin dan hormon tri – iodothyronine
Hypothyroidism – Defisiensi hormon tiroksin dan tri – iodothyronine.
Tiroiditis – Hashimotos tiroiditis yang paling umum
Kanker tiroid – Pengembangan tumor ganas pada kelenjar tiroid.
2. Kelenjar parathyroid
Kelenjar ini di leher belakang kelenjar tiroid. Kelenjar ini mempertahankan homeostasis kalsium dalam tubuh. Oleh karena gangguan kelenjar ini berhubungan dengan metabolisme kalsium diubah yang dapat menjadi alasan untuk gangguan tulang juga. Gangguan dan penyakit kelenjar ini adalah sebagai berikut :
Hiperparatiroidisme primer – fungsi Hyper kelenjar paratiroid.
Hiperparatiroidisme sekunder – Sebagian besar disebabkan karena hiperkalsemia yang afects kelenjar.
Hiperparatiroidisme tersier – Hiperplasia kelenjar paratiroid.
Hipoparatiroidisme – Penurunan sekresi hormon paratiroid.
Osteoporosis – Ini adalah penyakit tulang yang disebabkan kurangnya karena mineral, terutama kalsium, ketika kelenjar paratiroid tidak berfungsi dengan baik.
Rickets – Hal ini terlihat pada anak-anak karena kurangnya vitamin D dan kalsium.
Oseomalacia – Ini adalah bentuk dari rakhitis yang diamati pada orang dewasa.
3. Kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal terletak di atas ginjal pada manusia. Kelenjar ini sebagian besar mengeluarkan hormon yang mengatur perilaku manusia dan suasana hati, yang dikenal sebagai kortikosteroid seperti kortisol, dan katekolamin seperti epinefrin. Oleh karena itu, gangguan kelenjar ini adalah gangguan suasana hati mengubah sebagian besar, ini disebutkan di bawah ini.
Penyakit Addison – Hal ini disebabkan karena hyposecretion hormon oleh adrenal.
Sindrom Conn disebabkan karena kelebihan produksi aldosteron.
Sindrom Cushing adalah gangguan yang disebabkan karena adanya peningkatan sekresi kortisol
Pheochromocytoma adalah tumor di medula dari kelenjar adrenal
Karsinoma adrenocortical – Ini adalah kanker langka dari kelenjar adrenal.
4. Kelenjar pituitari
Kelenjar ini mensekresikan jumlah maksimum hormon dalam tubuh manusia yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Dengan demikian, daftar penyakit yang disebabkan karena adanya kelenjar hipofisis yang abnormal atau perubahan sekresi hormon setiap banyak.
Diabetes insipidus disebabkan karena sekresi cukup vasopresin disekresi oleh kelenjar hipofisis posterior.
Hypopitutiarism – Penurunan sekresi hormon hipofisis
Akromegali disebabkan karena kelebihan produksi hormon pertumbuhan.
Prolaktinoma adalah tumor yang menyebabkan peningkatan sekresi prolaktin.
Gangguan hormon seks – Kelenjar pituitari mensekresi berbagai hormon seks, sehingga sekresi yang berubah ini mempengaruhi perkembangan seksual atau peraturan karakteristik seksual.
Selain ini, sekresi endokrin lain adalah insulin yang disekresi oleh pulau Langerhans pankreas. Sekresi Kurangnya hormon ini menyebabkan diabetes mellitus, yang merupakan gangguan umum. Gangguan ini dapat diperoleh karena gaya hidup atau mungkin juga memiliki komponen genetik yang dapat mempengaruhi individu untuk diabetes. Ini adalah daftar yang saya pikir telah menutupi sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh cacat pada sekresi hormonal. Tidak ada diagnosis umum untuk penyakit ini. Masing-masing memiliki seperangkat unik gejala yang harus diidentifikasi dan kemudian diobati.
2. TANDA-TANDA & GEJALA Apa saja tanda-tanda dan gejala gangguan sistem endokrin?
Gejala-gejala dari gangguan endokrin dapat berkisar dari ringan atau tidak ada gejala hingga serius dan mempengaruhi seluruh tubuh Anda. Tergantung pada bagian spesifik dari sistem endokrin yang terpengaruh, beberapa gejala dapat digolongkan menjadi: 1. Diabetes Gangguan endokrin yang paling umum adalah diabetes mellitus, yang terjadi apabila pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang tersedia dengan optimal. Gejala diabetes dapat meliputi:
Haus atau lapar yang berlebih
Kelelahan
Sering buang air kecil
Mual dan muntah
Kenaikan atau penurunan berat badan yang tidak disertai alasan
Perubahan pada penglihatan.
2. Akromegali Akromegali adalah gangguan di mana kelenjar pituitari menghasilkan hormon pertumbuhan yang berlebih. Hal ini menyebabkan pertumbuhan yang berlebih, terutama pada tangan dan kaki. Gejala akromegali biasanya adalah:
Ukuran bibir, hidung, atau lidah yang terlalu besar
Tangan atau kaki yang terlalu besar atau bengkak
Perubahan struktur tulang muka
Nyeri pada tubuh dan sendi
Suara yang dalam
Kelelahan dan kelemahan
Sakit kepala
Pertumbuhan tulang dan kartilago yang berlebih serta penebalan kulit
Disfungsi seksual, termasuk penurunan libido
Sleep apnea
Gangguan pada penglihatan.
3. Penyakit Addison Penyakit Addison ditandai dengan penurunan produksi kortisol dan aldosteron akibat kerusakan kelenjar adrenal. Gejala Addison biasanya adalah:
Depresi
Diare
Kelelahan
Sakit kepala
Hiperpigmentasi pada kulit
Hipoglikemia
Napsu makan rendah
Tekanan darah rendah
Periode menstruasi yang terlewat
Mual, dengan atau tanpa muntah
Ingin mengonsumsi garam
Penurunan berat badan
Kelemahan.
4. Sindrom Cushing Sindrom Cushing disebabkan oleh kelebihan kortisol, dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Gejala dari sindrom Cushing biasanya adalah:
Buffalo hump (lemak di antara bahu seperti punuk)
Diskolorasi kulit seperti memar
Kelelahan
Merasa sangat haus
Penipisan dan melemahnya tulang (osteoporosis)
Sering buang air kecil
Gula darah tinggi (hiperglikemia)
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Mudah marah dan perubahan mood
Obesitas pada bagian atas tubuh
Wajah bundar
Kelemahan.
5. Penyakit Graves Penyakit Graves merupakan salah satu jenis hipertiroidisme yang mengakibatkan produksi hormon tiroid. Gejala penyakit Graves biasanya adalah:
Mata menonjol
Diare
Kesulitan tidur
Kelelahan dan kelemahan
Goiter (pembesaran kelenjar tiroid)
Intoleransi terhadap panas
Detak jantung yang tidak teratur
Mudah marah dan perubahan mood
Detak jantung berdebar cepat (tachycardia)
Kulit yang tebal atau merah pada betis
Tremor
Penurunan berat badan.
6. Hashimoto’s thyroiditis Hashimoto’s thyroiditis adalah suatu kondisi di mana tiroid diserang oleh sistem imun,
menyebabkan hipotiroidisme dan produksi hormon tiroid yang rendah, seperti:
Intoleransi terhadap dingin
Konstipasi
Rambut kering dan rontok
Kelelahan
Goiter (pembesaran kelenjar tiroid)
Nyeri sendi dan otot
Periode menstruasi yang terlewat
Detak jantung yang melambat
Pertambahan berat badan.
7. Hipertiroidisme Hipertiroidisme adalah kondisi yang ditandai dengan kelenjar tiroid yang overaktif. Gejala umum dari hipertiroidisme meliputi:
Diare
Kesulitan tidur
Kelelahan
Goiter
Intoleransi terhadap panas
Mudah marah dan perubahan mood
Detak jantung yang cepat (takikardia)
Tremor
Penurunan berat badan tanpa penyebab
Kelemahan.
8. Hipotiroidisme Hipotiroidisme merupakan kondisi di mana tiroid underaktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Gejala umum dari hipotiroidisme meliputi:
Intoleransi terhadap dingin
Sembelit
Menurunnya produksi keringat
Rambut kering
Kelelahan
Goiter
Nyeri pada sendi dan otot
Periode menstruasi yang terlewat
Detak jantung yang melambat
Muka membengkak
Kenaikan berat badan.
9. Prolaktinoma Prolaktinoma muncul apabila kelenjar pituitari yang disfungsional menghasilkan hormon prolactin berlebih, yang berguna dalam produksi ASI. Prolaktin berlebih dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti:
Disfungsi ereksi
Kemandulan
Kehilangan libido
Periode menstruasi yang terlewat
Produksi ASI tanpa penyebab.
Selain itu, terdapat beberapa komplikasi gangguan endokrin tertentu, seperti:
Kegelisahan atau insomnia (pada banyak kondisi tiroid)
Koma (pada hipotiroidisme)
Depresi (pada banyak kondisi tiroid)
Penyakit jantung
Kerusakan saraf
Kerusakan atau gagal pada organ
Kualitas hidup yang buruk.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN Sebagian besar penyakit endokrin mudah dikenali. Akan tetapi pengobatan pada stadium lanjut tidak mudah dibandingkan bila penyakit ditemukan lebih dini. Manifestasi dini penyakit endokrin kadang sulit dinilai baik dalam riwayat, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Tubuh berkompensasi terhadap defisiensi hormonal sedemikian rupa sehingga penyakit berada pada stadium yang sangat lanjut ketika ditemukan. Di samping itu, gambaran klinis untuk suatu keadaan tertentu dapat berbeda tergantung pada berat ringannya penyakit dan sifat kronisitasnya, dan pada beberapa kasus suatu keadaan defisiensi berat kemungkinan tidak berkembang sebagai suatu manifestasi yang nyata. Karena alasan ini, maka merupakan hal penting untuk menggunakan berbagai cara yang ada untuk mengoptilkan ketepatan diagnostik dan pengobatan. Klinisi harus membuat keputusan apakah pengobatan harus diberikan dengan segera sebelum uji yang memakan waktu untuk diagnosis yang pasti telah selesai. Pada gangguan kronis, kadang-kadang dimungkinkan untuk menunggu hingga terkumpul informasi yang lengkap untuk memudahkan diagnosisi ; pada kasuskasus lain, cara ini mungkin akan memperburuk keadaan . 1. Pengkajian Diagnostik Sistem Endokrin
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di rumah sakit. Tidak dapat dipisahkan dari rangkaian pengobatan dan perawatan. Validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang digunakan serta pemeriksaannya sendiri. Dua hal pertama menjadi tugas dan tanggung jawab perawat. Oleh karena itu pemahaman perawat terhadap berbagai pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien sangatlah menentukan keberhasilannya. Begitu halnya pada klien yang diduga atau yang menderita gangguan sistem endokrin, pemahaman perawat yang lebih baik tentang berbagai prosedur diagnostik yang lazim sangatlah diharapkan. a. Pemeriksaan Laboratorium dan Pencitraan Evaluasi laboratorium merupakan hal yang penting untuk menegakkan dan memperkuat diagnosis endokrin dan untuk membantu menyingkirkan diagnosis spesifik. Kecanggihan yang semakin meningkat telah menyebabkan ahli endokrinologi semakin mengandalkan uji ini. Namun, uji ini tidak dapat menggantikan keputusan klinik yang baik yang menggunakan semua informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik. Uji laboratorium biasanya mengukur kadar hormon dalam cairan tubuh, gejala sisa dari hormon, ataupun gejala sisa dari proses yang menyebabkan 3kelainan hormon. Uji ini dapat dilakukan di bawah keadaan acak atau basal, keadaan yang ditentukan dengan tepat, ataupun sebagai respon terhadap beberapa rangsangan provokatif. Dalam mengukur kadar hormon, sensitivitas mengacu pada konsentrasi terendah dari hormon yang dapat dideteksi secara tepat, dan spesifisitas mengacu pada sifat spesies tertentu yang bereaksi dengan uji hormon ini. b. Pengukuran kadar Hormon : Kadar Basal Assay imunologik -hidroksiprogesteron plasma, suatu prekursor dari hormon.
Dalam memeriksa feokromositoma, kadar dari metabolit epinefrin kadang-kadang lebih informatif ketimbang kadar hormon aktifnya, yaitu epinefrintelah menjadi teknologi dominan yang digunakan untuk mengukur kadar dari hormon dalam cairan tubuh . Sebagian besar pengukuran dilakukan pada sampel darah atau urin. Hormon diukur
secara langsung dari sampel atau setelah ekstraksi dan pemurnian. Sebagian besar pengukuran adalah terhadap hormon aktif, walaupun pengukuran dari metabolit atau prekursor hormon ataupun zat yang dilepaskan secara serentak kadang-kadang memberikan informasi yang terbaik. Dengan demikian, pada umumnya, dalam menilai status vitamin D, akan lebih informatif untuk mengukur hormon prekursor, 25-(OH)D3 walaupun hormon
aktif yang utama adalah 1,25-(OH)2D3. Pada sindroma 21-
hidroksilase, masalah klinik adalah defisiensi dari kortisol, sementara pengukuran yang paling peka adalah kadar 17 c. Assay Plasma dan Urin Assay hormon dalam sampel darah, plasma atau serum, akan memberikan suatu indikasi dari kadar hormon pada saat itu. Untuk hormon dengan waktuparuh yang panjang yang kadarnya tidak berubah dengan cepat (contohnya, tiroksin), pengukuran sampel yang diambil secara acak memberikan suatu penilaian dari status hormon. Untuk hormon dengan paruh-hidup yang lebih pendek, seperti epinefrin atau kortisol, assay ini hanya akan memberikan informasi untuk saat pengumpulan sampel. Dengan demikian, pada suatu feokromositoma yang secara episodik melepaskan epinefrin, peningkatan kadar epinefrin plasma akan ditemukan hanya selama periode pelepasan dan tidak di antaranya.Penyakit Cushing yang spontan dapat dikaitkan dengan suatu peningkatan jumlah pelepasan kortisol dengan kadar kortisol plasma normal diantara pulsa. Pada stadium awal dari perkembangan penyakit Addison, jumlah pulsa pelepasan kortisol dapat menurun, tetapi sewaktu-waktu dapat terjadi pelepasan di mana setelah itu kortisol plasma dapat dalam rentang yang normal. Assay urin mengukur kadar hormon atau metabolitnya, dan periode pengumpulan dapat berupa suatu sampel acak atau, lebih sering, suatu pengumpulan berkala (biasanya 24 jam). Interpretasi pengukuran urin harus
memperhitungkan
kenyataan bahwa kadar urin mencerminkan penanganan hormon oleh ginjal. Pada masa lalu malah pengukuran urin digunakan secara lebih sering karena pada banyak kasus bisa diperoleh jumlah hormon yang lebih besar. Namun, dengan sensitivitas yang tinggi dari immunoassay dewasa ini, keuntungan dari urin hilang. Dengan demikian biasanya lebih dipilih pengukuran darah. Suatu keuntungan dari assay urin adalah bahwa pada beberapa kasus dapat memberikan suatu penilaian yang terpadu dari status hormon. Contohnya, pada kortisol, hanya sekitar 1-3% dari hormon yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal ditemukan dalam urin, tetapi pengukuran dari kortisol urin dalam sampel “kortisol bebas urin” 24-jam memberikan penilaian yang baik sekali dari produksi
kortisol terpadu. Hal ini penting, karena kortisol dilepaskan secara episodik, dan suatu kortisol plasma yang acak dapat berada dalam rentang normal pada keadaan penyakit Cushing yang ringan hingga sedang. Uji urin sering digunakan untuk mendokumentasi kelebihan aldosteron pada aldosteronisme primer dan kelebihan epinefrin pada feokromositoma. d. Kadar Hormon Bebas Banyak hormon beredar terikat dengan protein plasma, dan umumnya merupakan fraksi hormon bebas yang secara biologik relevan. Dengan demikian, penilaian dari kadar hormon bebas lebih penting ketimbang penilaian dari kadar hormon total. Sejumlah uji untuk mengukur kadar hormon bebas tersedia saat ini. Assay ini dapat menggunakan dialisis keseimbangan, ultrafiltrasi, pengikatan kompetisi, dan cara-cara lain. Namun, uji seperti ini tidak biasa digunakan. Salah satu dari uji yang
sering digunakan adalah indeks tiroksin bebas, yang digunakan untuk mengukur hormon bebas secara tak langsung dengan menilai kemampuan dari plasma untuk mengambil T4; hal ini berbanding terbalik dengan penjenuhan dari ikatan protein oleh hormon endogen dan berbanding langsung dengan fraksi hormon total yang bebas . Pengukuran kalsium bebas daripada konsentrasi ion kalsium total juga semakin banyak digunakan. Ada kemungkinan bahwa pada masa
selanjutnya akan terdapat peningkatan
penggunaan pengukuran konsentrasi hormon bebas. Seperti disebutkan di atas, pada beberapa kasus-contohnya kortisol-kadar urin dari hormon dapat memberikan suatu penilaian langsung mengenai konsentrasihormon plasma bebas (1,3) e. Immunoassay Immunoassay hormon menggunakan antibodi dengan afinitas yang tinggi terhadap hormon. Antibodi bisa poliklonal atau monoklonal. Jika hormon manusia akan dihasilkan antibodi cukup berbeda dari pada hormon pada hewan, maka hormon yang tidak dimodifikasi dapat digunakan untuk menghasilkan antibodi. Namun, untuk hormon yang mempunyai struktur tertentu dan homologi tinggi dengan horman hewan, dan khususnya dengan hormon yang sangat kecil seperti steroid atau faktor pelepas yang tidak begitu imunogenik, maka hormon digunakan sebagai hapten dan dihubungkan dengan molekul yang sangat imunogenik atau dengan cara lain dimasukkan ke dalam suatu molekul besar untuk menghasilkan antibodi (1,2) Antibodi poliklonal yang digunakan biasanya didapatkan dari hewan yang menghasilkan sejumlah antibodi yang berbeda. Kelinci, marmut, domba, dan kambing populer untuk tujuan ini. Pada populasi antibodi poliklonal, bisa terdapat banyak antibodi dengan afinitas yang sangat tinggi terhadap hormon yang dengan demikian akan memberikan suatu tingkat kepekaan yang tinggi. Namun, dalam keseluruhan populasi poliklonal pada hewan, antibodi terhadap antigen merupakan proporsi yang sangat rendah dari populasi antibodi total.Antibodi monoklonal didapatkan melalui beberapa cara; biasanya didapatkan melalui penyuntikan antigen ke dalam tikus atau dengan menginkubasi antigen dengan sel in vitro. Sel hewan atau sel yang diinkubasi in vitro kemudian digabungkan melalui fusi dengan sel mieloma atau mentransformasi mereka dengan virus tumor. Hal ini menghasilkan sejumlah klon sel penghasil-antibodi. Klon ini kemudian disaring dengan antigen hormon hingga ditemukan suatu klon penghasilantibodi yang cocok. Suatu kerugian utama dari antibodi monoklonal adalah bahwa banyak dari antibodi memiliki suatu afinitas yang rendah terhadap hormon, dan diperiukan banyak penyaringan untuk mendapatkan suatu antibodi berafinitas-tinggi. Di samping itu, setiap antibodi bereaksi dengan hanya satu epitop pada antigen, dan antibodi ini tidak berguna untuk uji tradisional terbatasreagen. Dalam praktek, pengukuran dari kadar hormon melalui radioimmunoassay melibatkan inkubasi dari sampel urin atau plasma atau suatu ekstrak dengan antibodi dan kemudian mengukur kadar dari kompleks antigen-antibodi dengan beberapa cara. Radioimmunoassay klasik menggunakan antibodi berafinitas-tinggi yang tak diimobilisasi (pada konsentrasi rendah untuk memungkinkan kepekaan maksimal) pada permukaan dari suatu tabung uji, atau partikei paramagnetik. Antigen standar yang berikatan dengan antibodi diradiolabel,sedemikian rupa sehingga peradiolabelan tidak menyekat ikatannya dengan antibodi. Sampel yang tidak diketahui dan antibodi diinkubasi, dan antigen yang berradiolabel ditambahkan pada saat nol atau kemudian. Disiapkan suatu kurva standar dengan menggunakan antibodi dan suatu konsentrasi hormon yang diketahui. Dari
kurva ini, luasnya inhibisi oleh hormon yang ditambahkan dari ikatan hormon berlabel diplot, biasanya sebagai jumlah label terikat sebagai sustu fungsi dari log,konsentrasi antigen total, yang biasanya memberikan suatu kurva sigmoid . Sebagai alternatif, suatu plot log dapat digunakan untuk melinierkan data . Kadar dari hormon dalam sampel didapatkan dengan cara menghubungkan nilai dengan kurva standar.Secara tradisional imunoassay menggunakan hormon beradiolabel sebagai antigen. Paling sering digunakan adalah iodium beradiolabel yang bisa didapatkan dengan suatu aktivitas spesifik sangat tinggi. Namun, kerugian dari radioaktivitas dari segi shelf-life dan pengeluaran yang semakin meningkat untuk pembuangan telah menyebabkan peningkatan penggunaan cara-cara nonisotopik untuk melakukan imunoassay di mana antigen dihubungkan dengan suatu enzim, label9fluoresen, atau partikel lateks yang dapat diaglutinasi dengan antigen, atau dengan beberapa cara lain, sehingga hal ini dapat terdeteksi. Enzyme-linked immunosorbentassay (ELISA) yang menggunakan lempeng titer mikro berlapisantibodi dan reporter antibodi berlabel enzim kadang-kadang peka seperti radioimmunoassay. Suatu modifikasi mutakhir dari imunoassay adalah teknik sandwich, yang menggunakan dua antibodi monoklonal yang berbeda masing-masing mengenali 10suatu bagian terpisah dari hormon. Aspek ini merupakan keterbatasan utama dari teknik ini, karena sukar untuk menggunakan hal ini untuk molekul kecil untuk mana tidak bisa didapatkan bidang reaktif yang dapat dipisahkan. Assay ini dilakukan dengan menggunakan antibodi pertama, sebaiknya dilekatkan secara berlebihan relatif terhadap jumlah hormon dalam sampel, pada suatu matriks pendukung padat untuk mengadsorbsi hormon yang akan diuji. Setelah pengangkatan dari plasma dan pembilasan, antibodi kedua (berlabel) kemudian diinkubasi dengan hormon yang terikat, kompleks antibodi pertama. Jumlah pengikatan dari antibodi kedua kemudian sebanding dengan konsentrasi hormon dalam sampel. Penggunaan dari dua antibodi menghasilkan suatu penurunan yang besar, dengan demikian memperbaiki kepekaan maupun spesifisitas dari uji ini. f.
Assay Nonimunologik
Assay nonimunologik termasuk assay kimiawi, yang mengambil manfaat dari gugusan yang secara kimiawi reaktif dalam molekul; bioassay, yang menilai aktivitas dari hormon yang diinkubasi dengan sel atau jaringan in vitro atau disuntikkan ke dalam seekor hewan; dan assay pengikatan-reseptor dan assay lain, yang memanfaatkan afinitas tinggi hormon untuk reseptor atau molekul lain seperti protein pengikat-plasma. Uji ini jarang digunakan. Immunoassay umumnya unggul daripada assay reseptor karena memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap hormon ketimbang reseptor. Suatu contoh dari uji reseptor adalah uji yang menggunakan biakan sel dari suatu tumor tiroid (sel FRTL-5) yang mengandung reseptor TSH, untk mendeteksi antibodi terhadap reseptor ini yang ditemukan pada penyakit Graves. g. Pengukuran Tak Langsung Status Hormon Pengukuran dari status hormon dapat lebih penting daripada pengukuran kadar hormon dan pada banyak situasi memberikan informasi pelengkap yang penting. Walaupun dilakukan pengukuran dari kadar hormon, biasa untuk mendapatkan paling tidak satu indeks dari efek hormon dalam mendiagnosis suatu penyakit endokrin. Kadar glukosa darah lebih berguna ketimbang kadar insulin 11plasma dalam mendiagnosis
dan mengobati diabetes melitus. Kadar insulin plasma dapat tinggi pada keadaan hiperglikemia nyata pada diabetes melitus noninsulin-dependen, dan pada diabetes melitus dependen-insulin kadar insulin merupakan suatu indeks yang kurang dapat diandalkan dari status diabetes ketimbang glukosa darah. Pengukuran dari kadar kalsium serum merupakan hal yang kritis untuk mengevaluasi aldosteronisme primer. Penyebab yang paling sering dari peningkatan kadar aldosteron adalah dehidrasi, latihan, terapi diuretika, dan keadaan lain yang menghasilkan aldosteronisme sekunder; pada keadaan ini, kadar renin plasma cenderung lebih tinggi. h. Uji Provokatif Pada banyak kasus, kadar hormon diinterpretasi dengan baik setelah dilakukan tantangan provokatif, walaupun sedang dikembangkan cara yang lebih maju untuk memintas kebutuhan akan uji seperti ini. Misalnya , pada penyakit tiroid, uji provokatif jarang diperlukan, sementara pada insufisiensi adrenal atau kelebihan glukokortikoid, dilakukan uji seperti ini. Pada penyakit tiroid, bersihan yang lambat dari hormon menghasilkan kadar basal hormon yang sangat informatif, sementara sifat pulsasi dari pelepasan kortisol menghasilkan suatu kadar kortisol plasma yang berfluktuasi. Masalah ini dipintas dalam evaluasi dari insufisiensi adrenal dengan memberikan suatu analog ACTH yang merangsang adrenal secara maksimal. Penentuan diagnosis penyakit Cushing mempunyai masalah tersendiri . Pada kasus ini jelas terdapat suatu hipersekresi kortisol. Klinisi mengambil manfaat dari kenyataan bahwa mikroadenoma glukokortikoid lebih banyak ditekan oleh glukokortikoid deksametason dari pada tumor adrenal atau tumor ektopik penghasil-ACTH. Demikian pula, analog GnRH (yang merangsang pelepasan FSH dan LH), TRH (yang merangsang pelepasan prolaktin maupun TSH), dan hipoglikemia insulin (yang merangsang pelepasan ACTH dan GH) dapat digunakan untuk mengevaluasi cadangan hipofisis . Dalam mengevaluasi aldosteronisme primer, rangsangan provokatif (diuresis, sikap, inhibisi dari enzim pengkonversi) kadang-kadang digunakan untuk meningkatkan pelepasan renin.12. i.
Pemeriksaan Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan semakin banyak digunakan dalam diagnosis dan tindak lanjut dari penyakit endokrin. Magnetic resonance imaging (MRI) dan computed tomography (CT) khususnya penting dalam hal ini. Prosedur-prosedur ini memungkinkan visualisasi dari kelenjar endokrin pada suatu resolusi yang besar ketimbang dimasa yang talu. Hal ini khususnya untuk hipofisis dan adrenal. Ahli endokrinologi juga dapat menggunakan prosedur canggih lain yang melibatkan sampling selektif dari tempat tertentu. Contohnya, katerisasi vena selektif dari sinus petrosus terutama berguna dalam mendeteksi hipersekresi ACTH pada penyakit Cushing, dan sampling selektif dari vena renalis dapat membantu dalam diagnosis dari hipertensi renovaskular. j.
Interpretasi Klinik Uji Laboratorium
Pokok-pokok penting dalam interpretasi uji laboratorium dapat diringkaskan sebagai berikut: a) Setiap hasil harus diinterpretasi dari segi pengetahuan klinik pasien dengan menggunakan data dari riwayat dan pemeriksaan fisik. b) Kadar basal dari hormon atau efek perifer dari hormon harus diinterpretasi dari segi cara hormon dilepaskan dan dikendalikan.
c) Kadar hormon pada sebagian besar kasus harus diinterpretasi bersamaan dengan informasi dari uji lain yang mencerminkan status pasien ;kadar PTH serum dalam segi kalsium serum; kadar aldosteron serum dalam segi kadar renin plasma; kadar gonadotropin serum dari segi kadar estradiol atau testosteron; dll. d) Kadang-kadang, pengukuran urin lebih unggul dibandingkan uji plasma untuk menguji pelepasan terpadu dari hormon. e) Rentang nilai normal dapat bervariasi dari satu laboratorium ke laboratorium lainnya. Harus digunakan nilai normal yang semestinya. 13 f) Uji laboratorium harus diinterpretasikaan dengan pengetahuan mengenai nilai dari uji. Rentang normal yang dilaporkan untuk uji tidak dapat digunakan sebagai hal yang absolut dan harus diinterpretasi dari segi situasi klinik. g) Kadang-kadang, hasil uji laboratorium terganggu oleh zat-zat luar atau pencemar. Misalnya , pada keadaan sakit, lipid dalam plasma kadang-kadang mengganggu pengukuran dari kapasitas pengikatan-hormon tiroid. Heparin
dapat
melepaskan
asam
amino
bebas
ke
dalam
plasma,
menyebabkan pergeseran dari T3 dan T4 dari protein plasma dan pembacaan yang palsu dari kapasitas pengikatan. Pada kehamilan, CG dapat bereaksi-silang pada uji TSH. Antibodi yang dihasilkan ketika hormon digunakan dalam terapi (insulin, GH, dll) dapat menyebabkan peningkatan yang besar dari hormon total yang disebabkan oleh sekuestrasi dari hormon. h) Uji provokatif kadang-kadang diperlukan. i)
Pemeriksaan pencitraan dapat membantu diagnosis, khususnya untuk segi sumber hipersekresi hormon.
2. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Hipofise a. Foto tengkorak (kranium)
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi.
Tidak
dibutuhkan
persiapan
fisik
secara
khusus,
namun
pendidikan
kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting. b. Foto tulang (osteo)
Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme akan dijumpai ukuran tulang yang bertambah besar dari ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-tulang perifer yang bertambah ukurannya ke samping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada, pendidikan kesehatan diperlukan. c. CT scan otak
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atau hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam ti dak bergerak selama prosedur. d. Pemeriksaan darah dan urine 1). KADAR GROWTH HORMON
Nilai normal 10 p.g ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulanbulan pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada. 2). KADAR TIROID STIMULATING HORMON (TSH)
Nilai normal 6-10 1.1.g/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5 cc. Tanpa persiapan secara khusus.
3). KADAR ADRENOKARTIKO TROPIK (ACTH)
Pengukuran dilakukan dengan test supresi deksametason. Spesimen yang diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urine 24 jam. PERSIAPAN
1. Tidak ada pembatasan makan dan minum 2. Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol atau antagonisnya dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya. 3. Bila obat-obatan harus diberikan, lampirkan jenis obat dan dosisnya pada lembaran pengiriman specimen 4. Cegah stres fisik dan psikologis PELAKSANAAN
1. Klien diberi deksametason 4 x 0,5 ml/hari selama-lamanya dua hari 2. Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc 3. Urine ditampung selama 24 jam 4. Kirim spesimen (darah dan urine) ke laboratorium. HASIL NORMAL BILA;
* ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl * 17-Hydroxi-Cortiko-Steroid (17-OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg. Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametasaon 1 mg per oral tengah malam, baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi hari dan urine ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai normal bila kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan eksresi 17 OHCS dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg. 3. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Tiroid a. Up take Radioaktif (RAI)
Tujuan Pemeriksaan adalah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap iodide PERSIAPAN
* Klien puasa 6-8 jam * Jelaskan tujuan danm prosedur PELAKSANAAN
* Klien diberi Radioaktoif Jodium (I131) per oral sebanyak 50 microcuri. Dengan
alat
pengukur
yang
ditaruh
diatas
kelenjar
tiroid
diukur
radio
aktif yang tertahan. * Juga dapat diukur clearence I131 melalui ginjal dengan mengumpulkan urine selama 24 jam dan diukur kadar radioaktiof jodiumnya. Banyaknya I131 yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase sebagai berikut:
* Normal: 10-35% * Kurang dari: 10% disebut menurun, dapat terjadi pada hipotiriodisme.
* Lebih dari: 35% disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan lama hipertiroidisme. b. T3 dan T4 Serum
Persiapan fisik secara khusus tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah darah vena sebanyak 5-10 cc. * Nilai normal pada orang dewasa: Jodium bebas: 0,1-0,6 mg/dl T3: 0,2-0,3 mg/dl Ta: 6-12 mg/dl * Nilai normal pada bayi/anak: T3: 180-240 mg/dl Up take T3 Resin
Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau tiroid binding globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas meningkat. Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme dan menurun pada hipotiroidisme. Dibutuhkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc. Klien puasa selama 6 – 8 jam. * Nilai normal pada: Dewasa: 25-35% uptake oleh resin Anak: Pada umumnya tidak ada Protein Bound Iodine (PBI) Bertujuan mengukur jodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai normal 4-8 mg% dalam 100 ml darah. Specimen yang dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc. Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan 6-8 jam. c. Laju Metabolisme Basal (BMR)
Bertujuan untuk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh di bawah kondisi basal selama beberapa waktu. Persiapan
* Klien puasa sekitar 12 jam * Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stress * Klien harus tidur paling tidak 8 jam * Tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedative * Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya * Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan. Pelaksanaan
* Segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi * Dihitung dengan rumus: BMR (0,75 x pulse) + (0,74 x Tek Nadi)- 72 * Nilai normal BMR: -10 s/d 15%. Pertimbangkan faktor umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh dengan kebutuhan oksigen jaringan. Pada
klien
yang
sangat cemas, dapat diberikan
fenobarbital yang
pengukurannya disebut Sommolent Metabolisme Rate. Nilai normalnya 8-13% lebih rendah dari BMR. d. Scanning Tyroid
Dapat digunakan beberapa teknik antara lain: Radio Iodine Scanning. Digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin (berfungsi atau tidak berfungsi). Nodul panas menyebabkan hipersekresi jarang bersifat ganas. Sedangkan nodul dingin (20%) adalah
ganas. Up take Iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium dari plasma. Nilai normal 10 s/d 30% dalam 24 jam. 4. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Paratiroid a. Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine, sehingga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Reagens Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak terdapat endapan maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan sedikit one white cloud) menunjukkan kadar kalsium darah normal (6 ml/d1). Bila endapan banyak, kadar kalsium tingg:. PERSIAPAN
* Urine 24 jam ditampung * Makanan rendah kalsium 2 hari herturut-turut Pelaksanaan * Masukkan urine 3 ml ke dalam tabung (2 tabung) * Kedalam tabung pertama dimasukkan reagens sulkowitch 3 ml, tabung kedua hanya sebagai control PEMBACAAN HASIL SECARA KWANTITATIF:
Negatif (-): Tidak terjadi kekeruhan Positif (+): Terjadi kekeruhan yang halus Positif (+ +): Kekeruhan sedang Positif (+ + +): Kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang dari 20 detik Positif (+ + + +): Kekeruhan hebat, terjadi seketika b. Percobaan Ellwort-Howard
Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh parathormon. Cara Pemeriksaan
Klien disuntik dengan paratharmon melalui intravena kemudian urine di-tampung dan diukur kadar pospornya. Pada hipoparatiroid, diuresis pospor bisa mencapai 5-6 x nilai normal. Pada hiperparatiroid, diuresis pospornya tidak banyak berubah. c. Percobaan Kalsium intravena
Percobaan ini didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum kalsium akan menekan pembentukan paratharmon. Normal bila pospor serum meningkat dan pospor diuresis berkurang. Pada hiperparatiroid, pospor serum dan pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada hipoparatiroid, pospor serum hampir tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis meningkat. d. Pemeriksaan radiologi
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada hipotiroid, dapat dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas tulang bisa normal atau meningkat.
Pada hipertiroid, tulang meni-pis, terbentuk kista dalam tulang serta tuberculae pada tulang. e. Pemeriksaan Elektrocardiogram (ECG).
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelainan gambaran EKG akibat perubahan kadar kalsium serum terhadap otot jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q-T yang memanjang sedangkan pada hiperparatiroid interval Q-T mungkin normal. f. Pemeriksaan Elektromiogram (EMG)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot akibat perubahan kadar kalsium serum. Persiapan khusus tidak ada.
5. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Pankreas a. Pemeriksaan Glukosa
Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam Nilai normal:
Dewasa: 70-110 md/d1 Bayi: 50-80 mg/d Anak-anak: 60-100 mg/dl Persiapan
* Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan * Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaan Pelaksanaan
* Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10 cc * Gunakan anti koagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera * Bila klien mendapat pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk sementara tidak diberikan * Setelah pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obatobatan sesuai program. Gula darah 2 jam setelah makan, sering disingkat dengan gula darah 2 jam PP (post prandial), Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam setelah makan. Dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula darah puasa artinya setelah pengambilan gula darah puasa, kemudian klien disuruh makan menghabiskan porsi yang biasa lalu setelah dua jam kemudian dilakukan pengukuran kadar gula darahnya. Atau bisa juga dilakukan secara terpisah tergantung pada kondisi klien. Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu diingat waktu yang tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bagi klien yang mendapat obat-obatan sementara dihentikan sampai pengambilan spesimen dilakukan. 6. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Adrenal a. Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah
Nilai normal pada: Dewasa wanita: 37-47% Pria: 45-54%
Anak-anak: 31-43% Bayi: 30-40% Neonatal: 44-62% Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari perifer seperti ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi antikoagulan ke dalam darah untuk mencegah pembekuan. Pemeriksaan Elektrolit Serum (Na, K , CI), dengan nilai normal:
Natrium: 310-335 mg (13,6-14 meq/liter) Kalium: 14-20 mg% (3,5-5,0 meq/liter) Chlorida: 350-375 mg% (100-106 meq/liter) Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan hiperkalemia. Tidak diperlukan persiapan fisik secara khusus. b. Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)
Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine 24 jam. Nilai normal 1-5 mg. Tidak ada persiapan khusus. STIMULASI TEST
Dimaksudkan untuk mengevaluasi dan menedeteksi hipofungsi adrenal. Dapat dilakukan terhadap kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi terhadap aldosteron dengan pemberian sodium. KESIMPULAN
Diagnosis dari penyakit endokrin memerlukan keterpaduan dari suatu kumpulan data, termasuk keterpaduan sejak dari riwayat dan pemeriksaan fisik dan dari uji laboratorium. Dengan adanya kecanggihan dari uji dewasa ini, biasanya diagnosis dapat dibuat dengan pasti. Namun, terdapat banyak situasi di mana sukar untuk mendapatkan suatu diagnosis yang jelas; dan prosedur untuk membuat suatu diagnosis pasti lebih banyak mengandung risiko ketimbang penyakit dalam jangka waktu pendek. Pada kasus ini harus dibuat suatu keputusan untuk memantau pasien. , hal ini kadang-kadang terjadi pada sindroma Cushing dependen-ACTH, di mana diferensiasi antara suatu tumor karsinoid yang nyata dan suatu adenoma hipofisis yang kecil sebagai sumber dari hipersekresi ACTH akan memerlukan prosedur invasif yang berisiko. Penghematan biaya dan efisiensi diagnosis harus merupakan prioritas. Uji dewasa ini memungkinkan efisiensi dari diagnosis maupun pengeluaran biaya pada tingkat yang tak terjadi sebelumnya. Dokter dapat menghindarkan pengeluaran yang tak diperlukan melalui penggunaan keputusan yang baik.