TEKNIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENGALENGAN IKAN SARDINE DI PT. MAYA FOOD INDUSTRIES, PEKALONGAN, JAWA TENGAH
ARTIKEL ILMIAH PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh : ELKANA DANIEL INDRAWAN MAGELANG – JAWA TENGAH
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014
TEKNIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENGALENGAN IKAN SARDINE DI PT. MAYA FOOD INDUSTRIES, PEKALONGAN, JAWA TENGAH
Artikel Ilmiah Praktek Kerja Lapang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh : ELKANA DANIEL INDRAWAN NIM : 141111148
Mengetahui ;
Menyetujui ;
Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga,
Dosen Pembimbing,
Prof.Dr.Drh.Hj. Sri Subekti, B.S.,DEA. NIP. 19520517 197803 2 001
Prof.Dr.Drh.Hj. Sri Subekti, B.S.,DEA. NIP. 19520517 197803 2 001
TEKNIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENGALENGAN IKAN SARDINE DI PT. MAYA FOOD INDUSTRIES, PEKALONGAN, JAWA TENGAH
Elkana Daniel dan Sri Subekti, 2014. 13 hal. Abstrak Instalasi pengolahan air limbah merupakan kegiatan operasional yang tersusun secara sistematis dalam beberapa tahapan untuk melakukan pemurnian limbah cair sebelum dibuang ke badan air setempat. Pemurnian air bertujuan untuk memisahkan padatan yang tersuspensi dalam air limbah industri. Pembuatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sangat diperlukan bagi perusahan besar yang memiliki limbah berbahaya agar tidak mencemari lingkungan sekitar dan menimbulkan penyakit. Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Jalan Jlamprang, Desa Krapyak Lor, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 20 Januari - 15 Februari 2014. Metode kerja yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan cara survei, observasi, wawancara, partisipasi aktif dan studi pustaka. Limbah cair yang dihasilkan PT. Maya Food Industries Pekalongan berupa air kotor hasil dari proses sanitasi, thawing, dan produksi. Proses pengolahan limbah cair merupakan pengolahan limbah secara fisika, kimia dan biologis. Tahapan pengolahan limbah cair dimulai dari proses pemisahaan limbah padat dengan limbah cair menggunakan alat screener pertama yang terdapat pada masing-masing tempat produksi, proses screener kedua dengan ukuran mesh lebih kecil, pengendapan pada kolam pretreatment dengan bantuan sinar matahari, tahap ekualisasi untuk menghomogenkan limbah cair, proses anaerob dan aerob, pemurnian air dari bahan anorganik dengan tanaman air pada advanted wetland.
Kata Kunci : Limbah cair, IPAL, PT. Maya Food Industries
TECHNIQUE OF WASTEWATER TREATMENT OF SARDINE CANNING INDUSTRY IN MAYA FOOD PEKALONGAN, CENTRAL JAVA
Elkana Daniel dan Sri Subekti, 2014. 13 p. Abstract Installation of wastewater is operational activities composed systematically in several stages to purification waste liquid before being discharged into the local water. Water purification aims to separate solids which are suspended in wastewater industry. Making wastewater treatment plant is very favorable for the company and the surrounding communities do not feel disadvantaged. The fieldwork practice implemented in Jlamprang Street, Krapyak Lor Village, North Pekalongan Sub-distric, Pekalongan, Central Java on 20 th of January until 15 th of Pebruary 2014. The working method that was used the descriptive method with retrieval data including the primary and secondary datas. Retrieval data were collected by survey method, observation, interview, active participation and literature. Wastewater treatment process in PT. Maya Food Industries Pekalongan is the waste that processing in physics and biological. The phase of wastewater treatment began from solid waste separation with liquid waste by using the first screener tool in each production place, the second screener process with smaller mesh, the sedimentation of pond called pretreatment using the sunlight, the equalization phase to homogenize the waste liquid, anaerobic and aerobic processes, water purification from inorganic material with aquatic plants on advanted wetland.
Key word : Wastewater treatment, IPAL, PT. Maya Food Industries
PENDAHULUAN Latar Belakang Meningkatnya jumlah industri besar di Pekalongan mengakibatkan kemajuan perekonomian masyarakat di kota tersebut. Beberapa industri besar tersebut bergerak dibidang perikanan. Jumlah industri besar di Pekalongan mengakibatkan volume pencemaran air semakin besar seperti sungai Sragi, Sengkarang, Pekalongan dan Meduni. Meningkatnya pencemaran perairan disebabkan karena sebagian besar unit usaha perikanan di kota Pekalongan langsung membuang sisa produk perikanan ke badan air terdekat. Industri tersebut hanya sebagian kecil yang memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengurangi konsentrasi bahan pencemar berbahaya sebelum dibuang ke badan air. Bahan pencemar berbahaya yang meningkat di perairan, akan membuat banyak masalah seperti rusaknya ekosistem perairan sungai, punahnya beberapa spesies ikan ekonomi di perairan sungai, serta minimnya ketersediaan air bersih untuk konsumsi masyarakat kota Pekalongan. Instalasi pengolahan air limbah merupakan kegiatan operasional yang tersusun secara sistematis dalam beberapa tahapan untuk melakukan pemurnian limbah cair sebelum dibuang ke badan air setempat. Pemurnian air bertujuan untuk memisahkan padatan yang tersuspensi dalam air limbah industri. Padatan tersebut harus dipisahkan karena mengandung bahan organik yang memerlukan waktu lama untuk diuraikan. Selain itu, terdapat beberapa bahan anorganik yang dalam jumlah banyak akan bersifat toksik pada lingkungan perairan seperti ammonia, sulfat, fosfor, karbondioksida. Pada umumnya, pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan metode fisika, kimia dan biologi. Metode fisika, dapat dilakukan dengan teknik filtrasi atau pengendapan untuk memisahkan antara padatan dan cairan pada air limbah. Metode biologi, umumnya menggunakan proses anaerob atau proses aerob untuk meningkatkan aktifitas bakteri pembusuk yang akan menguraikan bahan organik menjadi bahan anorganik. Metode kimia dilakukan dengan pemberian oksigen atau bahan kimia seperti ferosulfat atau tawas.
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sangat menguntungkan bagi pihak perusahaan dan masyarakat sekitar tidak merasa dirugikan. Pencemaran perairan dapat dihindari sehingga ketersediaan air bersih untuk konsumsi masyarakat tetap terjaga dengan baik. Disamping itu, perusahaan pengolahan ikan juga mendapatkan keuntungan, karena limbah ikan dapat dimanfaatkan menjadi produk baru yang dapat dipasarkan ke masyarakat sekitar, seperti tepung ikan atau minyak ikan. Tujuan Tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah mengetahui metode pengolahan air limbah, hasil buangan limbah cair dan permasalahan yang timbul baik dalam proses operasional IPAL dan produk olahan hasil pengolahan limbah di PT. Maya Food Industries Pekalongan, Jawa Tengah. Manfaat Manfaat praktek kerja lapang ini adalah untuk meningkatkan wawasan, keterampilan, serta mendapatkan pengalaman baru dalam teknik pengolahan limbah cair. Selain itu mahasiswa mendapat gambaran secara langsung kondisi di lapangan mengenai pengolahan limbah cair industri pengalengan ikan. PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG Pengolahan limbah cair ini dilakukan di PT. Maya Food Industries Pekalongan, Jawa Tengah. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 20 Januari - 15 Februari 2014. Metode kerja yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Pengolahan Limbah Limbah Menurut Ginting (1992), limbah merupakan buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Jenis limbah ada beberapa macam, dari zat pembentuknya, bentuk fisiknya dan sifat berbahaya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan limbah yang mempunyai tujuan untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatkan kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan. Total limbah yang dihasilkan oleh PT Maya Food Industries Pekalongan berasal dari limbah ekonomis dan limbah non-ekonomis. Limbah ekonomis merupakan buangan yang masih dapat digunakan kembali seperti sisa potongan ikan. Sedangkan limbah non-ekonomis merupakan limbah yang tidak dapat digunakan kembali. Limbah non-ekonomis ditimbulkan dari kegiatan nonproduks i seperti laboratorium, sanitasi, kamar mandi, dapur, kantor, pertamanan. Sarana Pengolahan Air Limbah Gedung Sarana gedung meliputi ruang staf, ruang generator dan ruang penyimpanan peralatan. Ruang staf berjumlah tiga ruangan, yang berfungsi sebagai tempat pengawasan proses IPAL dan tempat istrahat bagi pekerja. Ruangan staf tersebar di tiga lokasi yaitu, bagian depan pabrik, di sebelah kiri ruang generator dan di lokasi IPAL tersebut. Ruang generator terletak di bagian depan area IPAL, sedangkan ruang peralatan yang berjumlah satu buah terletak di sebelah kanan ruangan staf. Bak Instalasi Pengolahan Air Limbah PT Maya Food Industries Pekalongan, menggunakan bak beton sebagai sarana penampungan dan proses penjernihan air limbah industri. Hal tersebut disebabkan letak geografis PT Maya Food Industries yang berada di daerah tepi
laut, sehingga memiliki struktur tanah yang lembab dan kadar air yang tinggi. Kondisi tanah tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan penggalian yang dalam, sehingga PT Maya Food Industries menggunakan bak beton yang tinggi sebagai wadah untuk proses IPAL. Bak beton tersebut terdiri atas bak penampungan air limbah, bak screener, bak pre-treatment, bak ekualisasi, bak anaerob, bak aerob dan bak wetland. Bak tersebut saling terhubung dengan pipa PVC sebagai akses untuk mengalirkan air dari satu bak menuju bak lainnya. Pompa Air Pompa air diperlukan untuk membuat sirkulasi air antara bak satu dengan bak lainnya. Masing-masing bak dalam proses pengolahan air limbah memiliki satu pompa air yang terletak di bagian tepi dimana suatu proses pengolahan limbah akan di alirkan ke bak berikutnya. Jumlah pompa yang digunakan sebanyak 10 pompa air.
Generator PT Maya Food Industries Pekalongan memiliki generator berjumlah dua unit sebagai cadangan tenaga listrik. Generator yang digunakan berupa mesin diesel dengan daya masing-masing 250 Kw dan 261 Kw. Daya tersebut hanya mampu digunakan untuk keperluan listrik pada ruang cold storage, kebutuhan listrik kantor dan IPAL. Apabila terjadi pemadaman listrik, maka proses produksi pengalengan sardine dan produksi surimi tidak dapat berjalan sepenuhnya. Lain-lain Sarana lain yang diperlukan untuk menunjang proses Instalasi Pengolahan Air Limbah antara lain keranjang plastik, tanaman air, batu kerikil, pasir, tanah. Keranjang plastik berukuran 50x90 cm digunakan untuk mengangkut sisa sedimen limbah pada bak pre-treatment ke tempat pembuangan sisa sedimen limbah. Tanaman air yang digunakan sebagai biofilter adalah tanaman lidah mertua, melati air, rumput gajah. Tanaman tersebut ditanam pada media kerikil dan pasir di bagian atas kerikil. Tujuan dari penggunaan tanaman air yaitu untuk
menyaring zat-zat anorganik berlebih yang larut dalam air sebelum dilepas ke sungai. Proses Pengolahan limbah cair Proses Pretreatment Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengurangi jumlah padatan tersuspensi melalui proses penyaringan dan pengendapan (sedimentation). Proses tersebut akan menurunkan kebutuhan oksigen untuk menguraikan bahan organik. Limbah cair yang berasal dari seluruh devisi akan di alirkan menuju bak penampungan limbah cair pertama. Selanjutnya, air limbah akan dipompa menuju bak penampungan kedua. Ketika proses pemindahan berlangsung, limbah cair akan melewati alat penyaring (screener) sebelum mencapai bak kedua. Screener berfungsi untuk mengurangi jumlah padatan yang berukuran > 1,5 mm. Bila kotoran pada alat screener telah menumpuk, maka petugas IPAL akan membersihkannya secara manual. Limbah cair dari tempat penampungan kedua akan di pompa menuju bak pengendapan. Pada proses pengendapan tersebut, tidak diberi zat kimia tambahan untuk membantu proses penggumpalan bahan organik terlarut. Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan sedimen sekitar enam jam. Limbah yang tidak menggumpal akan dipompa menuju bak ekualisasi. Proses Ekualisasi (equalitation) Ekualisasi bertujuan untuk menghomogenkan limbah cair agar tidak terjadi pengendapan serta menampung limbah cair. Dalam homogenisasi limbah cair agar tidak terbentuk endapan didasar kolam digunakan mixer yang terdapat dalam bak. Sirkulasi air dari bak ekualisasi menuju bak treatment berikutnya menggunakan submerble pump atau pompa celup (36 m3/jam). Pengeluaran air dari bak ekualisasi dijaga konstan selama 24 jam agar pasokan air limbah pada bak treatment selanjutnya terpenuhi. Proses tersebut dilakukan dengan cara pemompaan ke kolam selanjutnya demi menjaga volume pasokan yang masuk pada proses treatment sebelum kontak dengan sistem lumpur aktif.
Proses Anaerobik (anaerobic) Pada tahap ini terjadi proses penguraian bahan organik secara anaerobik dalam suatu wadah beton. Pemecahan bahan-bahan organik pada limbah cair dilakukan oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen pada kolam. Menurut Helard (2006), jenis bakteri yang sering digunakan pada proses anaerobik yaitu: Desulfomaculum sp, Clostridium sp, Pseudomonas sp, dan Bacillus sp. Bahan organik akan terdegradasi dalam waktu tiga hari. Keaktifan bakteri anaerob dalam treatment ditandai dengan bau air limbah yang tidak amis, keluarnya gelembung udara dari dasar kolam sebagai hasil respirasi anaerob bakteri. Apabila bakteri mengalami koleps maka akan terjadi bau yang menyengat serta munculnya endapan hitam ke permukaan air. Bau menyengat tersebut timbul karena bahan organik yang tidak diuraikan oleh mikoorganisme dalam bak anaerob. Hasil yang diharapkan pada proses ini adalah air limbah dengan nilai amoniak kurang dari 5 mg/L sesuai dengan Perda Jateng (2012). Proses Aerobik (aerobic) Pada tahap ini, mengacu pada penghapusan polutan organik dalam air limbah sehingga akan terjadi aktivitas aerobik yaitu pemecahan bahan-bahan organik pada limbah cair oleh bakteri yang memerlukan oksigen. Menurut Sutoro dalam Zahidah (2013), bakteri aerobik yang umum digunakan adalah Aerobacter sp, Nicrobacter sp, Nitrosomonas sp, Saccaromeces C, Bacillus sp. Pada bak aerob akan terbentuk seperti lumpur di permukaan kolam. Hal tersebut terjadi karena bakteri bersifat aerob yang membutuhkan oksigen sehingga bakteri beraktifitas di permukaan untuk mengambil oksigen. Aerasi dilakukan dengan mengalirkan udara yang dihasilkan oleh aerator ke dalam pipa yang teradapat pada bak aerobik sehingga mikroorganisme dapat bekerja optimal dalam mengurai bahan organik pada air limbah.
Pengendapan (settling) Settling merupakan proses mengendapnya zat yang lebih berat di dalam zat ringan, misal air dalam minyak. Pada tahap ini terjadi pemisahan antara
partkel padat dan partikel cair. Hasil dari proses pengendapan (settling) dialirkan ke thickener untuk mengurangi volume lumpur sekaligus yang larut dalam limbah cair. Thickener merupakan tempat penampungan lumpur hasil settling. Sedangkan tempat untuk menampung lumpur pada proses pretreatment ditempatkan pada tempat yaitu sludge drying bed. Menurut Sugiharto (1987), thickener digunakan untuk menghasilkan hasil buangan yang jernih sebelum dibuang ke badan air. Pembuangan Akhir Advanted wetland adalah suatu lahan yang dipenuhi air untuk mendukung pertumbuhan tanaman air (Arthono, 2000). Pada tahap ini setelah proses settling selesai, air tanpa lumpur hasil settling akan dialirkan ke area advanted wetland. Pada advanted wetland
terdapat berbagai jenis tanaman yang ditumbuhkan
dengan media kerikil, setiap tanaman memiliki tugas menyerap zat-zat tertentu Tanaman tersebut berfungsi sebagai penyaring dan menyerap zat anorganik yang terdapat dalam air limbah. Tanaman yang digunakan antara lain tanaman melati air, rumput gajah, reed, lidah mertua. Pada tahap ini terdapat proses tambahan berupa bak aerasi yang digunakan untuk menurunkan kadar amoniak yang masih tinggi. Air hasil advanted wetland ini akan dilepas ke sungai. PT Maya Food Industries Pekalongan melakukan pengecekan mutu air limbah yang di lepas ke badan air setiap bulan. Pengecekan tersebut dilakukan oleh pemerintah BPPI (Badan Pemerintah dan Pengembangan Industri). Setelah pengecekan selesai dilakukan dan data laporan sudah dibuat, data laporan akan dikirim ke Dinas Lingkungan Hidup kota Pekalongan, Dinas Lingkungan Hidup provinsi Jawa Tengah serta Kementrian Lingkungan Hidup Jakarta. Dari hasil uji kualitas air buangan yang dilakukan, PT Maya Food Industries merupakan perusahaan yang telah melakukan pengolahan limbah dengan baik. Dari data yang dilaporkan, tingkat pencemaran air sangat rendah dan memenuhi standart baku mutu yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah tentang limbah industri perikanan.
Pengolahan Limbah Padat Limbah padat yang dihasilkan terbagi dalam dua golongan yaitu limbah ekonomis dan non-ekonomis. Limbah ekonomis antara lain, kepala, sisik, ekor ikan, jeroan ikan. Sedangkan plastik, kaleng rusak, tali rafia dan potongan karton tergolong dalam limbah non-ekonomis. Limbah yang terbawa ke selokan pembuangan akan melewati screener yang ada di belakang ruang produksi. Karton dan kaleng bekas yang cukup baik akan dikumpulkan untuk dijual ke pengepul sedangkan yang tidak bisa dijual akan dikumpulkan pada bak penampungan sampah. Sampah yang menumpuk akan diangkut oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU) setempat setiap dua bulan sekali. Limbah padat ekonomis akan didistribusikan ke bagian pembuatan tepung ikan untuk diproses menjadi tepung ikan. Tepung ikan merupakan produk padat yang dihasilkan dengan jalan mengeluarkan sebagian air dan sebagian lemak. Sisa air dan lemak dari proses pembuatan tepung ikan akan diolah kembali menjadi minyak ikan. Sisa air dan minyak dari proses pembuatan tepung ikan, diolah kembali menjadi produk minyak ikan. Pengolahan minyak cukup sederhana, yaitu melalui proses pemanasan minyak mentah dengan tenaga uap panas yang dialirkan melalui pipa besi. Tujuan proses pemanasan menurut Ketaren dalam Havizh (2008), adalah untuk memperbaiki stabilitas minyak dengan mengurangi jumlah ion logam terutama Fe dan Cu, serta untuk memudahkan proses pemurnian selanjutnya dan mengurangi minyak yang hilang selama proses pemurnian HAMBATAN Dalam pelaksanaan IPAL di PT Maya Food Industries Pekalongan terdapat beberapa hambatan yang dapat mengganggu kelancaran proses pengolahan limbah. Masalah yang ditimbulkan antara lain kandungan amoniak yang masih tinggi serta mortalitas bakteri aerob dan anaerob. Angka mortalitas bakteri yang tinggi dipengaruhi oleh tingkat proses produksi sarden yang menentukan jumlah air limbah yang dihasilkan. Volume limbah cair yang tidak menentu akan membuat bakteri pengurai kekurangan nutrisi yang berasal dari bahan organik dalam limbah. Hal tersebut akan mengakibatkan bakteri
kekurangan sumber makanan dan mengalami kematian. Untuk mengatasi masalah tersebut, tekniksi lapang memberikan nutrisi tambahan pada bak anaerob dan aerob ketika proses produksi sarden berhenti. Nutrisi tambahan tersebut berupa tepung tapioka dan gula sebanyak dua kali sehari. Jumlah bahan tambahan yang diberikan sebanyak 10 kg per hari untuk satu bak treatment, dengan perbandingan tapioka dan gula 6:4. Dosis tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bakteri dalam kolam dengan volume masing-masing 250 Masalah lain yang muncul adalah menumpuknya sampah karton dan kayu yang berserakan di area instalasi limbah. Limbah tersebut berasal dari sisa bungus bahan baku produksi sarden dan bekas tatakan barang produksi (pallet). PT. Maya Food Industries tidak dapat mengolah limbah tersebut, sehingga disimpan dan ditumpuk di area pengolahan limbah cair.. Untuk menyiasati masalah tersebut, perusahaan menjual sampah tersebut kepada pemulung atau tukang barang rongsokan agar tidak mengganggu kebersihan perusahaan. KESIMPULAN Simpulan yang dapat diperoleh dari kegiatan praktek kerja lapang ini antara lain : Proses pengolahan limbah di PT Maya Food Industries merupakan pengolahan limbah secara fisika, kimia dan biologis. Tahapan pengolahan limbah cair dimulai dari proses pemisahaan limbah padat dengan limbah cair menggunakan alat screener pertama yang terdapat pada masing-masing tempat produksi, proses screener kedua dengan ukuran mesh lebih kecil, pengendapan pada kolam pretreatment dengan bantuan sinar matahari, tahap ekualisasi untuk menghomogenkan limbah cair, proses anaerob dan aerob, pemurnian air dari bahan anorganik dengan tanaman air pada advanted wetland. DAFTAR PUSTAKA Abdillah, Havizh. 2008. Pemurnian Minyak Dari Limbah Pengolahan Ikan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kasinisius Yogyakarta.
Arthono, A . 2000. Perencanaan Pengolahan Limbah Cair Untuk Rumah Sakit Dengan Metode Lumpur Aktif. Media ISTA : 3 (2) 2000: 15-8. Dephut. 2004. Informasi Setjen Pusstan. http://www.dephut.go.id/informasi/ setjen/pusstan/info_5_1_060 4/isi_5.htm, 18 Oktober 2013. Gintings, Perdana. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Edisi 1. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Helard, D. dan Komala. 2006. Identifikasi Mikroba Anaerob Dominan Pada Pengolahan Limbah Cair Pabrik Karet Dengan Sistem Multisoil Layering. Skripsi. Universitas Andalas. 28 Maret 2014. Hendrix, B. 1990. Neutralization I. Theory and Practice of Conventional Caustic (NaOH) Refining. Di dalam: Erickson, D.R. (Ed.). 1990. Edible Fats and Oils Processing Basic Principles and Modern Practices. World Conference Proceedings. American Oil Chemists, Illnois, USA. p : 94 100. Ketaren, S. 1985. Teknologi Minyak dan Lemak. UI Press. Jakarta. Latief, Fauzan. 2006. Karakteristik Sifat Fisikn Tepung Ikan serta Tepung Daging dan Tulang.Skripsi. http://respiratori.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345678 9/32665/D06fla. Pdf, 16 Oktober 2013. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2000. Pembuatan tepung ikan. http:// www.warintek. net/ tepung_ikan. Htm 22k, 16 Oktober 2013. Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. Hal 54-55. Perda Jateng, No 5. 2012. Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah. Badan Lingkungan Hidup. Jawa tengah. Peta PT. Maya Food Industries, Jawa Tengah. http://maps.google.co.id. 25 November 2013. Priatna, K.Y. dan Rukiah. 1990. Studi Pendahuluan Kemungkinan Pemanfaatan Diatome Asal Solo Sebagai Adsorbat Air Nira. Di dalam Buletin PPTM. Vol (XII) No 2. Bandung. Rahayu, B. S. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius. Yogyakarta.
Tchobanoglous, G. 1991. Edisi ke tiga “Teknik Sumber Daya Air”. Erlangga. Jakarta Slamet, A. dan Mashudi, A. 2000. Modul Ajar Satuan Proses. Surabaya : Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS. Sangadji, E. M. dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Dalam Penelitian. Andi. Yogyakarta. Hal 171-174. Sonntag, N.O.V. 1982. Composition and Characteristic of Individual fats and Oils. Di dalam Swern, D. (ed). Bailey's Industrial Oil and Fats Product. Vol 1-4th, John Wiley and Son. New York. P : 1-183. Sugiharto, 1987. Dasar - Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : Universitas Indonesia Swern, D. 1979. Bailey's Industrial Oil and Fat Products. Vol. I. 4th ed. John Wiley and Sons. New York. Yazied, N. 2009. Analisis Limbah pada Instalasi Pengolahan Air Limbah di Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram. 5320. http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/23186/1/Analisislimbahpada -instalasi-pengolahan-air-limbah-di-rumah-sakit-Islam-Siti-HajarMataram, 29 Oktober 2013. Wanasundara, U.N. dan E. Sahidi. 1995. Storage Stability of Microencapsulation Seal Blubber Oil. J. Food Lipid (2):73-86. Zahidah, D. dan Shovitri. 2013. Isolasi Karakterisasi dan Potensi Bakteri Aerob Sebagai Pendegradasi Limbah Organik. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. 28 Maret 2014.