Pengkajian Gawat Darurat pada Pasien Dewasa
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2015
BAB I PENDAHULUAN
A
Latar Belaka aka!
Pelayanan gawat darurat merupakan bentuk pelayanan yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan penderita, penderita, mencegah mencegah kerusakan kerusakan sebelum sebelum tindakan/pe tindakan/perawata rawatann selanjutnya selanjutnya dan menyembuhkan menyembuhkan penderita pada kondisi yang berguna bagi kehidupan. Karena sifat pelayanan gawat daruarat yang cepat dan tepat, maka sering dimanfaatkan untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertolongan pertama dan bahkan pelayanan pelayanan rawat jalan bagi penderita penderita dan keluarga yang menginginkan pelayanan secara cepat. Oleh karena itu diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan yang bagus dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan baik aktual atau potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang berkompeten di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi biologis, psikologis, dan sosial klien baik aktual yang timbul secara bertahap maupun mendadak, maupun resiko resiko tinggi tinggi.. Ada bebera beberapa pa faktor faktor yang yang mempen mempengaru garuhi hi asuhan asuhan kepera keperawat watan an gawat gawat darura darurat, t, yaitu yaitu : kondisi kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi baik kondisi klien maupun jumlah klien yang datang ke ruang gawat darurat, keterbatasan sumber daya dan waktu, adanya saling ketergantungan yang sangat tinggi diantara profesi kesehatan kesehatan yang bekerja di ruang gawat darurat, keperawatan diberikan untuk semua usia dan sering dengan data dasar yang sangat mendasar, tindakan yang diberikan harus cepat dan dengan ketepatan yang tinggi !aryuani, "##$%. !engingat sangat pentingnya pengumpulan data atau informasi yang mendasar pada kasus gawat darurat, maka setiap perawat gawat darurat harus berkompeten dalam melakukan pengkajian gawat darurat. Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pengkajian awal yang akan menentukan bentuk bentuk pertolongan yang akan diberikan kepada pasien. &emakin cepat pasien ditemukan ditemukan maka semakin cepat pula dapat dilakukan dilakukan pengkajian pengkajian awal sehingga sehingga pasien tersebut tersebut dapat segera mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian. Pengkajian Pengkajian pada kasus gawat darurat darurat dibedakan dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu : pengkajian pengkajian primer primer dan pengkajian pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan sur'ei primer untuk mengidentifikasi masalah(masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan sur'ei sekunder. )ahapan )ahapan pengkajian primer meliputi : A: Airway, Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol ser'ikal* +: +reathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat* : irculation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan* -: -isability, mengecek status neurologis* : posure, en'iromental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia 0older, "##"%.
Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam nyawa pasien. Pengkajian primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas. )etapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat kurang dari 1# detik% difokuskan pada Airway +reathing irculation A+%. Karena kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 2(3 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 1# menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian primer pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien !ancini, "#11%.
B
T"#"a
1
)ujuan 4mum !engetahui tentang konsep pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa
"
)ujuan Khusus a
!engetahui tentang konsep pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa yang meliputi : primary assessment , secondary assessment , focused assesment, diagnostic procedure.
b
C
!enyusun format pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa.
R"a! L$!k"% Pe"l$&a
5uang lingkup penulisan pada makalah ini antara lain : 1
Konsep primary assessment yang membahas mengenai proses e'aluasi awal yang sistematis dan penanganan segera pada pasien dewasa yang mengalami kondisi gawat darurat, yang meliputi Airway maintenance dengan cervical spine protection, Breathing dan oxygenation, Circulation dan kontrol perdarahan eksternal, Disability (pemeriksaan neurologis singkat dan Exposure dengan kontrol lingkungan.
"
Konsep secondary assessment yang membahas mengenai proses anamnesis dan pemeriksaan fisik head to toe untuk menilai perubahan bentuk, luka dan cedera yang dialami pasien dewasa.
6
Konsep Focused assessment yang membahas mengenai beberapa komponen pengkajian terfokus yang penting untuk melengkapi primary survey pada pasien dewasa di gawat darurat.
7
Pemeriksaan diagnostik yang dibutuhkan untuk melengkapi proses pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa, yang meliputi : ndoskopi, bronkoskopi, ) scan, 4&8, dll.
9
ormat pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa yang terdiri dari primary assessment , secondary assessment , focused assessment , dan diagnostic procedure.
D
Met'(e Pe"l$&a
!etode penulisan dalam makalah ini adalah dari beberapa studi literatur dan jurnal(jurnal penelitian.
E
S$&te)at$ka Pe"l$&a
&istematika penulisan pada makalah ini adalah : +A+ ;
: Pendahuluan A
+
)ujuan penulisan 1
)ujuan umum
"
)ujuan khusus
5uang lingkup penulisan
-
!etode penulisan
&istematika penulisan
+A+ ;; : )injauan )eori : primary assessment, secondary assessment, focused assessment, diagnostic procedure. +A+ ;;; : Pembahasan dan format pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa +A+ ;= : Penutup A
Kesimpulan
+
&aran
BAB II TINJAUAN TEORI
Perawatan pada pasien yang mengalami injuri oleh tim trauma agak berbeda dengan pengobatan secara tradisional, di mana penegakan diagnosa, pengkajian dan manajemen penatalaksanaan sering terjadi secara bersamaan dan dilakukan oleh dokter yang lebih dari satu. &eorang leader tim harus langsung memberikan pengarahan secara keseluruhan mengenai penatalaksanaan terhadap pasien yang mengalami injuri, yang meliputi ulde, "##$% :
A
!rimary survey
"
#esuscitation
$
%istory
&
'econdary survey
(
Definitive care
Primary Survey
!rimary survey menyediakan e'aluasi yang sistematis, pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi akibat trauma parah yang mengancam kehidupan. )ujuan dari
!rimary survey adalah untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada primary survey antara lain ulde, "##$% : •
Airway maintenance dengan cervical spine protection
•
Breathing dan oxygenation
•
Circulation dan kontrol perdarahan eksternal
•
Disability (pemeriksaan neurologis singkat
•
Exposure dengan kontrol lingkungan &angat penting untuk ditekankan pada waktu melakukan primary survey bahwa setiap langkah harus
dilakukan dalam urutan yang benar dan langkah berikutnya hanya dilakukan jika langkah sebelumnya telah sepenuhnya dinilai dan berhasil. &etiap anggota tim dapat melaksanakan tugas sesuai urutan sebagai sebuah tim dan anggota yang telah dialokasikan peran tertentu seperti airway , circulation, dll, sehingga akan sepenuhnya menyadari mengenai pembagian waktu dalam keterlibatan mereka American College of 'urgeons, 1$$>%. !rimary survey perlu terus dilakukan berulang(ulang pada seluruh tahapan awal manajemen. Kunci untuk perawatan trauma yang baik adalah penilaian yang terarah, kemudian diikuti oleh pemberian inter'ensi yang tepat dan sesuai serta pengkajian ulang melalui pendekatan A)# assessment , intervention, reassessment %. !rimary survey dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain 8ilbert., -?&ou@a., Plet@, "##$% :
a
Geeral I)%re&&$'&
!emeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum. !enentukan keluhan utama atau mekanisme cedera !enentukan status mental dan orientasi waktu, tempat, orang%
*
Pe!ka#$a Airway
)indakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa responsi'itas pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas. &eorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka )hygerson, "#11%. Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway dan 'entilasi. )ulang belakang leher harus dilindungi selama intubasi endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada. Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak sadar Bilkinson &kinner, "###%. Cang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain : •
Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas dengan bebasD
•
)anda(tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
•
Adanya snoring atau gurgling
&tridor atau suara napas tidak normal
Agitasi hipoksia%
Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest movements
&ianosis
*oo+ dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan potensial penyebab obstruksi :
!untahan
Perdarahan
8igi lepas atau hilang
8igi palsu
)rauma wajah
•
Eika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
•
•
8unakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi :
Chin lift / aw thrust
c
Oropharyngeal airway /nasopharyngeal airway , *aryngeal -as+ Airway
Pe!ka#$a Breathing +Pera,a&a-
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Eika pernafasan pada pasien tidak memadai, maka langkah(langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase tension pneumothora/haemothora, closure of open chest inury dan 'entilasi buatan Bilkinson &kinner, "###%. Cang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain : •
*oo+ , listen dan feel * lakukan penilaian terhadap 'entilasi dan oksigenasi pasien. ;nspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda(tanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating inury , flail chest , suc+ing chest wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan pneumotora+s.
Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
•
+uka dada pasien dan obser'asi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
•
)entukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien* kaji lebih lanjut mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien.
•
Penilaian kembali status mental pasien.
•
-apatkan bacaan pulse o+simetri jika diperlukan
•
Pemberian inter'ensi untuk 'entilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi:
•
(
Pemberian terapi oksigen
+ag(=al'e !asker
;ntubasi endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang benar%, jika diindikasikan
atatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway procedures
Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan terapi sesuai kebutuhan.
Pe!ka#$a Circulation
&hock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan. 0ipo'olemia adalah penyebab syok paling umum pada trauma. -iagnosis shock didasarkan pada temuan klinis: hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia, pucat, ekstremitas dingin, penurunan capillary refill , dan penurunan produksi
urin. Oleh karena itu, dengan adanya tanda(tanda hipotensi merupakan salah satu alasan yang cukup aman untuk mengasumsikan telah terjadi perdarahan dan langsung mengarahkan tim untuk melakukan upaya menghentikan pendarahan. Penyebab lain yang mungkin membutuhkan perhatian segera adalah: tension pneumothorax, cardiac tamponade, cardiac, spinal shoc+ dan anaphylaxis. &emua perdarahan eksternal yang nyata harus diidentifikasi melalui paparan pada pasien secara memadai dan dikelola dengan baik Bilkinson &kinner, "###%..
e
•
ek nadi dan mulai lakukan P5 jika diperlukan.
•
P5 harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
•
Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian penekanan secara langsung.
•
Palpasi nadi radial jika diperlukan:
!enentukan ada atau tidaknya
!enilai kualitas secara umum kuat/lemah%
;dentifikasi rate lambat, normal, atau cepat%
#egularity
•
Kaji kulit untuk melihat adanya tanda(tanda hipoperfusi atau hipoksia capillary refill %.
•
Pe!ka#$a Level of Consciousness (a Disabilities
Pada primary survey , disability dikaji dengan menggunakan skala A=P4 :
A ( alert , yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yang diberikan
= ( vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa dimengerti
P ( responds to pain only harus dinilai semua keempat tungkai jika ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon%
4 ( unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri maupun stimulus 'erbal.
fExpose. Examine (a Evaluate
!enanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Eika pasien diduga memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in(line penting untuk dilakukan.
pemeriksaan pada punggung pasien. Cang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. &etelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat dan jaga pri'asi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang )hygerson, "#11%. -alam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang mengancam jiwa, maka #apid rauma Assessment harus segera dilakukan:
Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang berpotensi tidak stabil atau kritis. 8ilbert., -?&ou@a., Plet@, "##
%$ Alur Primary &ur'ey pada Pasien !edical -ewasa !re/%ospital Emergency Care Council, "#1"% :
Alur Primary &ur'ey pada Pasien )rauma -ewasa !re/%ospital Emergency Care Council , "#1"% :
B
Secondary Assessment
&ur'ey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara head to toe, dari depan hingga belakang. &econdary sur'ey hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda(tanda syok telah mulai membaik. 1
Aa)e&$&
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien yang merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. 5iwayat pasien meliputi keluhan utama, riwayat masalah kesehatan sekarang, riwayat medis, riwayat keluarga, sosial, dan sistem. mergency Fursing Association, "##>%. Pengkajian riwayat pasien secara optimal harus diperoleh langsung dari pasien, jika berkaitan dengan bahasa, budaya, usia, dan cacat atau kondisi pasien yang terganggu, konsultasikan dengan anggota keluarga, orang terdekat, atau orang yang pertama kali melihat kejadian. Anamnesis yang dilakukan harus lengkap karena akan memberikan gambaran mengenai cedera yang mungkin diderita. +eberapa contoh: a
)abrakan frontal seorang pengemudi mobil tanpa sabuk pengaman: cedera wajah, maksilo(fasial, ser'ikal. )oraks, abdomen dan tungkai bawah.
b
Eatuh dari pohon setinggi 2 meter perdarahan intra(kranial, fraktur ser'ikal atau 'ertebra lain, fraktur ekstremitas.
c
)erbakar dalam ruangan tertutup: cedera inhalasi, keracunan O.
Anamnesis juga harus meliputi riwayat A!P< yang bisa didapat dari pasien dan keluarga Emergency 0ursing Association, "##>%: A : Alergi adakah alergi pada pasien, seperti obat(obatan, plester, makanan% ! : !edikasi/obat(obatan obat(obatan yang diminum seperti sedang menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat P : !ertinent medical history riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat(obatan herbal% < : *ast meal obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam komponen ini% : Events, hal(hal yang bersangkutan dengan sebab cedera kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama% Ada beberapa cara lain untuk mengkaji riwayat pasien yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Pada pasien dengan kecenderungan konsumsi alkohol, dapat digunakan beberapa pertanyaan di bawah ini Emergency 0ursing Association, "##>%: •
•
•
C. have you ever felt should Cut down your drin+ing1 A. have people Annoyed you by critici2ing your drin+ing1 3. have you ever felt bad or uilty about your drin+ing1
•
E. have you ever had a drin+ first thin+ in the morning to steady your nerver or get rid of a hangover 4 Eye/opener5 Eawaban Ca pada beberapa kategori sangat berhubungan dengan masalah konsumsi alkohol.
Pada kasus kekerasan dalam rumah tangga akronim 0;)& dapat digunakan dalam proses pengkajian. +eberapa pertanyaan yang diajukan antara lain : Gdalam setahun terakhir ini seberapa sering pasanganmuH Emergency 0ursing Association, "##>%: •
%urt you physically1
•
)nsulted or tal+ed down to you1
•
hreathened you with physical harm1
•
'creamed or cursed you1
Akronim PI5&) ini digunakan untuk mengkaji keluhan nyeri pada pasien yang meliputi : •
!rovo+es6palliates : apa yang menyebabkan nyeriD Apa yang membuat nyerinya lebih baikD apa yang menyebabkan nyerinya lebih burukD apa yang anda lakukan saat nyeriD apakah rasa nyeri itu membuat anda terbangun saat tidurD
•
7uality : bisakah anda menggambarkan rasa nyerinyaDapakah seperti diiris, tajam, ditekan, ditusuk tusuk, rasa terbakar, kram, kolik, diremasD biarkan pasien mengatakan dengan kata(katanya sendiri.
•
#adiates: apakah nyerinya menyebarD !enyebar kemanaD Apakah nyeri terlokalisasi di satu titik atau bergerakD
•
'everity : seberapa parah nyerinyaD -ari rentang skala #(1# dengan # tidak ada nyeri dan 1# adalah nyeri hebat
•
ime : kapan nyeri itu timbulD, apakah onsetnya cepat atau lambatD +erapa lama nyeri itu timbulD Apakah terus menerus atau hilang timbulDapakah pernah merasakan nyeri ini sebelumnyaDapakah nyerinya sama dengan nyeri sebelumnya atau berbedaD &etelah dilakukan anamnesis, maka langkah berikutnya adalah pemeriksaan tanda(tanda 'ital. )anda
tanda 'ital meliputi suhu, nadi, frekuensi nafas, saturasi oksig en, tekanan darah, berat badan, dan skala nyeri.
+erikut ini adalah ringkasan tanda(tanda 'ital untuk pasien dewasa menurut Emergency 0urses Association,"##>%. K')%'e &uhu
N$la$ 'r)al 62,9(6>,9
Ketera!a -apat di ukur melalui oral, aksila, dan rectal. 4ntuk mengukur suhu inti menggunakan kateter arteri pulmonal, kateter urin, esophageal probe, atau monitor tekanan intracranial dengan pengukur suhu. &uhu dipengaruhi oleh
Fadi
2#(1##/menit
5espirasi
1"("#/menit
&aturasi oksigen
J$9
)ekanan darah
1"#/3#mm0g
+erat badan
2
akti'itas, pengaruh lingkungan, kondisi penyakit, infeksi dan injury. -alam pemeriksaan nadi perlu die'aluais irama jantung, frekuensi, kualitas dan kesamaan. 'aluasi dari repirasi meliputi frekuensi, auskultasi suara nafas, dan inspeksi dari usaha bernafas. )ada dari peningkatan usah abernafas adalah adanya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, tidak mampu mengucapkan 1 kalimat penuh. &aturasi oksigen di monitor melalui oksimetri nadi, dan hal ini penting bagi pasien dengan gangguan respirasi, penurunan kesadaran, penyakit serius dan tanda 'ital yang abnormal. Pengukurna dapat dilakukan di jari tangan atau kaki. )ekana darah mewakili dari gambaran kontraktilitas jantung, frekuensi jantung, 'olume sirkulasi, dan tahanan 'askuler perifer. )ekanan sistolik menunjukkan cardiac output, seberapa besar dan seberapa kuat darah itu dipompakan. )ekanan diastolic menunjukkan fungsi tahanan 'askuler perifer. +erat badan penting diketahui di 48karena berhubungan dengan keakuratan dosis atau ukuran. !isalnya dalam pemberian antikoagulan, 'asopressor, dan medikasi lain yang tergantung dengan berat badan.
Pe)er$k&aa ,$&$k a
K"l$t ke%ala
&eluruh kulit kepala diperiksa. &ering terjadi pada penderita yang datang dengan cedera ringan, tiba(tiba ada darah di lantai yang berasal dari bagian belakang kepala penderita.
*
Wa#a/
;ngat prinsip loo+/listen/feel. ;nspeksi adanya kesimterisan kanan dan kiri. Apabila terdapat cedera di sekitar mata
jangan lalai memeriksa mata, karena pembengkakan di mata akan menyebabkan
pemeriksaan mata selanjutnya menjadi sulit. 5e e'aluasi tingkat kesadaran dengan skor 8&. 1 !ata
: periksa kornea ada cedera atau tidak, ukuran pupil apakah isokor atau anisokor serta bagaimana
refle cahayanya, apakah pupil
mengalami miosis atau midriasis, adanya ikterus, ketajaman mata macies visus dan acies campus%, apakah konjungti'anya anemis atau adanya
kemerahan, rasa nyeri, gatal(gatal, ptosis, eophthalmos, subconjuncti'al perdarahan, serta diplopia " 0idung
:periksa
adanya
perdarahan,
perasaan
nyeri,
penyumbatan penciuman, apabila ada deformitas pembengkokan% lakukan palpasi akan kemungkinan krepitasi dari suatu fraktur. 6
)elinga
:periksa adanya nyeri, tinitus, pembengkakan,
penurunan atau hilangnya pendengaran, periksa dengan senter mengenai keutuhan membrane timpani atau adanya hemotimpanum 7 5ahang atas
: periksa stabilitas rahang atas
9 5ahang bawah : periksa akan adanya fraktur !ulut dan faring
: inspeksi pada bagian mucosa terhadap tekstur, warna,
kelembaban, dan adanya lesi* amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi, apakah tosil meradang, pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor, pembengkakkan dan nyeri, inspeksi amati adanya tonsil meradang atau tidak tonsillitis/amandel%. Palpasi adanya respon nyeri
erte*ra &er3$kal$& (a le/er
Pada saat memeriksa leher, periksa adanya deformitas tulang atau krepitasi, edema, ruam, lesi, dan massa , kaji adanya keluhan disfagia kesulitan menelan% dan suara serak harus diperhatikan, cedera tumpul atau tajam, de'iasi trakea, dan pemakaian otot tambahan. Palpasi akan adanya nyeri, deformitas, pembekakan, emfisema subkutan, de'iasi trakea, kekakuan pada leher dan simetris pulsasi. )etap jaga imobilisasi segaris dan proteksi ser'ikal. Eaga airway, pernafasan, dan oksigenasi. Kontrol perdarahan, cegah kerusakan otak sekunder..
(
T'rak&
;nspeksi : ;nspeksi dinding dada bagian depan, samping dan belakang untuk adanya trauma tumpul/tajam,luka, lecet, memar, ruam , ekimosiss, bekas luka, frekuensi dan kedalaman pernafsan, kesimetrisan epansi dinding dada, penggunaan otot pernafasan tambahan dan ekspansi toraks bilateral, apakah terpasang pace maker, frekuensi dan irama denyut jantung, lombardo, "##9% Palpasi : seluruh dinding dada untuk adanya trauma tajam/tumpul, emfisema subkutan, nyeri tekan dan krepitasi.
Perkusi : untuk mengetahui kemungkinan hipersonor dan keredupan Auskultasi
: suara nafas tambahan apakah ada ronki, whee@ing, rales% dan bunyi jantung murmur,
gallop, friction rub%
e
A*(')e
edera intra(abdomen kadang(kadang luput terdiagnosis, misalnya pada keadaan cedera kepala dengan penurunan kesadaran, fraktur 'ertebra dengan kelumpuhan penderita tidak sadar akan nyeri perutnya dan gejala defans otot dan nyeri tekan/lepas tidak ada%. ;nspeksi abdomen bagian depan dan belakang, untuk adanya trauma tajam, tumpul dan adanya perdarahan internal, adakah distensi abdomen, asites, luka, lecet, memar, ruam, massa, denyutan, benda tertusuk, ecchymosis, bekas luka , dan stoma. Auskultasi bising usus, perkusi abdomen, untuk mendapatkan, nyeri lepas ringan%. Palpasi abdomen untuk mengetahui adakah kekakuan atau nyeri tekan, hepatomegali,splenomegali,defans muskuler,, nyeri lepas yang jelas atau uterus yang hamil. +ila ragu akan adanya perdarahan intra abdominal, dapat dilakukan pemeriksaan -P< 4Diagnostic peritoneal lavage, ataupun 8'3 48ltra 'onography5. Pada perforasi organ berlumen misalnya usus halus gejala mungkin tidak akan nampak dengan segera karena itu memerlukan re(e'aluasi berulang kali. Pengelolaannya dengan transfer penderita ke ruang operasi bila diperlukan )im CA8- 113, "#1#%.
,
Pel3$& +%er$e")4ret")43a!$a-
edera pada pel'is yang berat akan nampak pada pemeriksaan fisik pel'is menjadi stabil%, pada cedera berat ini kemungkinan penderita akan masuk dalam keadaan syok, yang harus segera diatasi. +ila ada indikasi pasang PA&8/ gurita untuk mengontrol perdarahan dari fraktur pel'is )im CA8- 113, "#1#%. Pel'is dan perineum diperiksa akan adanya luka, laserasi , ruam, lesi, edema, atau kontusio, hematoma, dan perdarahan uretra. olok dubur harus dilakukan sebelum memasang kateter uretra. 0arus diteliti akan kemungkinan adanya darah dari lumen rectum, prostat letak tinggi, adanya fraktur pel'is, utuh tidaknya rectum dan tonus musculo sfinkter ani. Pada wanita, pemeriksaan colok 'agina dapat menentukan adanya darah dalam 'agina atau laserasi, jika terdapat perdarahan 'agina dicatat, karakter dan jumlah kehilangan darah harus dilaporkan pada tampon yang penuh memegang "# sampai 6# m< darah%. Euga harus dilakuakn tes kehamilan pada semua wanita usia subur. Permasalahan yang ada adalah ketika terjadi kerusakan uretra pada wanita, walaupun jarang dapat terjadi pada fraktur pel'is dan straddle inury . +ila terjadi, kelainan ini sulit dikenali, jika pasien hamil, denyut jantung janin pertama kali mendengar dengan -oppler ultrasonografi pada sekitar 1# sampai 1" kehamilan minggu% yang dinilai untuk frekuensi, lokasi, dan tempat. Pasien dengan keluhan kemih harus ditanya tentang rasa sakit atau terbakar dengan
buang air kecil, frekuensi, hematuria, kencing berkurang, &ebuah sampel urin harus diperoleh untuk analisis.-iklat 5&4P -r. !.-jamil, "##2%.
!
Ektre)$ta&
Pemeriksaan dilakukan dengan loo+/feel/move. Pada saat inspeksi, jangan lupa untuk memriksa adanya luka dekat daerah fraktur fraktur terbuak%, pada saat pelapasi jangan lupa untuk memeriksa denyut nadi distal dari fraktur pada saat menggerakan, jangan dipaksakan bila jelas fraktur. &indroma kompartemen tekanan intra kompartemen dalam ekstremitas meninggi sehingga membahayakan aliran darah%, mungkin luput terdiagnosis pada penderita dengan penurunan kesadaran atau kelumpuhan )im CA8- 113, "#1#%. ;nspeksi pula adanya kemerahan, edema, ruam, lesi, gerakan, dan sensasi harus diperhatikan, paralisis, atropi/hipertropi otot, kontraktur, sedangkan pada jari(jari periksa adanya clubbing finger serta catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill pada pasien hypoia lambat s/d 9(19 detik. Penilaian pulsasi dapat menetukan adanya gangguan 'askular. Perlukaan berat pada ekstremitas dapat terjadi tanpa disertai fraktur.kerusakn ligament dapat menyebabakan sendi menjadi tidak stabil, keruskan otot(tendonakan mengganggu pergerakan. 8angguan sensasi dan/atau hilangnya kemampuan kontraksi otot dapat disebabkan oleh syaraf perifer atau iskemia. Adanya fraktur torako lumbal dapat dikenal pada pemeriksaan fisik dan riwayat trauma. Perlukaan bagian lain mungkin menghilangkan gejala fraktur torako lumbal, dan dalam keadaan ini hanya dapat didiagnosa dengan foto rongent. Pemeriksaan muskuloskletal tidak lengkap bila belum dilakukan pemeriksaan punggung penderita. Permasalahan yang muncul adalah 1
Perdarahan dari fraktur pel'is dapat berat dan sulit dikontrol, sehingga terjadi syok yang dpat berakibat fatal
"
raktur pada tangan dan kaki sering tidak dikenal apa lagi penderita dalam keadaan tidak sada. Apabila kemudian kesadaran pulih kembali barulah kelainan ini dikenali.
6
Kerusakan jaringan lunak sekitar sendi seringkali baru dikenal setelah penderita mulai sadar kembali -iklat 5&4P -r. !.-jamil, "##2%.
/
Ba!$a %"!!"!
!emeriksa punggung dilakukan dilakukan dengan log roll, memiringkan penderita dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh%. Pada saat ini dapat dilakukan pemeriksaan punggung )im CA8- 113, "#1#%.
PeriksaLadanya perdarahan, lecet, luka, hematoma, ecchymosis, ruam, lesi, dan edema serta nyeri, begitu pula pada kolumna 'ertebra periksa adanya deformitas.
$
Ne"r'l'!$&
Pemeriksaan neurologis yang diteliti meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, oemeriksaan motorik dan sendorik. Peubahan dalam status neirologis dapat dikenal dengan pemakaian 8&. Adanya paralisis dapat disebabakan oleh kerusakan kolumna 'ertebralis atau saraf perifer. ;mobilisasi penderita dengan short atau long spine board , kolar ser'ikal, dan alat imobilisasi dilakukan samapai terbukti tidak ada fraktur ser'ikal. Kesalahan yang sering dilakukan adalah untuk melakukan fiksasai terbatas kepada kepala dan leher saja, sehingga penderita masih dapat bergerak dengan leher sebagai sumbu. Eelsalah bahwa seluruh tubuh penderita memerlukan imobilisasi. +ila ada trauma kepala, diperlukan konsultasi neurologis. 0arus dipantau tingkat kesadaran penderita, karena merupakan gambaran perlukaan intra cranial. +ila terjadi penurunan kesadaran akibat gangguan neurologis, harus diteliti ulang perfusi oksigenasi, dan 'entilasi A+%. Perlu adanya tindakan bila ada perdarahan epidural subdural atau fraktur kompresi ditentukan ahli bedah syaraf -iklat 5&4P -r. !.-jamil, "##2%. Pada pemeriksaan neurologis, inspeksi adanya kejang, twitching, parese, hemiplegi atau hemiparese ganggguan pergerakan%, dista+sia kesukaran dalam mengkoordinasi otot%, rangsangan meningeal dan kaji pula adanya 'ertigo dan respon sensori
C
!ocused Assessment
Focused assessment atau pengakajian terfokus adalah tahap pengkajian pada area keperawatan gawat darurat yang dilakukan setelah primary survey, secondary survey, anamnesis riwayat pasien 4 pemeriksaan subyektif 5 dan pemeriksaan obyektif %ead to toe5. -i beberapa negara bagian Australia mengembangkan focused assessment ini dalam pelayanan di Emergency Department , tetapi di beberapa Fegara seperti 4&A dan beberapa Fegara ropa tidak menggunakan istilah Focused Assessment tetapi dengan istilah Definitive Assessment O?keefe et.al , 1$$3%. Focused assessment untuk melengkapi data secondary assessment bisa dilakukan sesuai masalah yang ditemukan atau tempat dimana injury ditemukan. Cang paling banyak dilakukan dalam tahap ini adalah beberapa pemeriksaan penunjang diagnostik atau bahkan dilakukan pemeriksaan ulangan dengan tujuan segera dapat dilakukan tindakan definitif.
D
Rea&&e&&)et
+eberapa komponen yang perlu untuk dilakukan pengkajian kembali reassessment % yang penting untuk melengkapi primary survey pada pasien di gawat darurat adalah : K')%'e Airway
Breathing
Pert$)*a!a Pastikan bahwa peralatan airway :9ro !haryngeal Airway, *aryngeal -as+ Airway , maupun Endotracheal ube salah satu dari peralatan airway% tetap efektif untuk menjamin kelancaran jalan napas. Pertimbangkan penggunaaan peralatan dengan manfaat yang optimal dengan risiko yang minimal. Pastikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan pasien : Pemeriksaan definiti'e rongga dada dengan rontgen foto thoraks, untuk meyakinkan ada tidaknya masalah seperti )ension pneumothoraks, hematotoraks atau trauma thoraks yang lain yang bisa mengakibatkan oksigenasi tidak adekuat Penggunaan 'entilator mekanik Pastikan bahwa dukungan sirkulasi menjamin perfusi jaringan khususnya organ 'ital tetap terjaga, hemodinamik tetap termonitor serta menjamin tidak terjadi o'er hidrasi pada saat penanganan resusitasicairan. Pemasangan cateter 'ena central Pemeriksaan analisa gas darah +alance cairan Pemasangan kateter urin •
•
Circulation
• • • •
Disability
&etelah pemeriksaan 8& pada primary sur'ey, perlu didukung dengan : Pemeriksaan spesifik neurologic yang lain seperti refle patologis, deficit neurologi, pemeriksaan persepsi sensori dan pemeriksaan yang lainnya. ) scan kepala, atau !5; •
•
Exposure
Konfirmasi hasil data primary sur'ey dengan 5ontgen foto pada daerah yang mungkin dicurigai trauma atau fraktur 4&8 abdomen atau pel'is •
•
E
Pe)er$k&aa D$a!'&t$k
Pemeriksaan lanjutan hanya dilakukan setelah 'entilasi dan hemodinamika penderita dalam keadaan stabil -iklat 5&4P -r. !.-jamil, "##2%. -alam melakukan secondary survey , mungkin akan dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti : 1
E('&k'%$
Pemeriksaan penunjang endoskopi bisa dilakukan pada pasien dengan perdarahan dalam. -engan melakukan pemeriksaan endoskopi kita bisa mngethaui perdarahan yang terjadi organ dalam. Pemeriksaan endoskopi dapat mendeteksi lebih dari $9 pasien dengan hemetemesis, melena atau hematemesis melena dapat ditentukan lokasi perdarahan dan penyebab perdarahannya.
sofagus :=arises,erosi,ulkus,tumor
b
8aster :rosi, ulkus, tumor, polip, angio displasia, -ilafeuy, 'arises gastropati kongestif
c
-uodenum :4lkus, erosi,
4ntuk kepentingan klinik biasanya dibedakan perdarahan karena ruptur 'arises dan perdarahan bukan karena ruptur 'arises 'ariceal bleeding dan non 'ariceal bleeding% -jumhana, "#11%. 2
Br'k'&k'%$
+ronkoskopi adalah tindakan yang dilakukan untuk melihat keadaan intra bronkus dengan menggunakan alat bronkoskop. Prosedur diagnostik dengan bronkoskop ini dapat menilai lebih baik pada mukosa saluran napas normal, hiperemis atau lesi infiltrat yang memperlihatkan mukosa yang compang(camping. )eknik ini juga dapat menilai penyempitan atau obstruksi akibat kompresi dari luar atau massa intrabronkial, tumor intra bronkus. Prosedur ini juga dapat menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening, yaitu dengan menilai karina yang terlihat tumpul akibat pembesaran kelenjar getah bening subkarina atau intra bronkus Parhusip, "##7%.
CT Sa
)(scan merupakan alat pencitraan yang di pakai pada kasus(kasus emergensi seperti emboli paru, diseksi aorta, akut abdomen, semua jenis trauma dan menentukan tingkatan dalam stroke. Pada kasus stroke, )(scan dapat menentukan dan memisahkan antara jaringan otak yang infark dan daerah penumbra. &elain itu, alat ini bagus juga untuk menilai kalsifikasi jaringan. +erdasarkan beberapa studi terakhir, )(scan dapat mendeteksi lebih dari $# kasus stroke iskemik, dan menjadi baku emas dalam diagnosis stroke Bidjaya, "##"%. Pemeriksaaan ). scan juga dapat mendeteksi kelainan(kelainan seerti perdarahan diotak, tumor otak, kelainan(kelainan tulang dan kelainan dirongga dada dan rongga perur dan khususnya kelainan pembuluh darah, jantung koroner%, dan pembuluh darah umumnya seperti penyempitan darah dan ginjal ishak, "#1"%. 6
USG
4ltrasonografi 4&8% adalah alat diagnostik non in'asif menggunakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi diatas "#.### hert@ J"# kilohert@%
untuk menghasilkan gambaran struktur organ di dalam
tubuh.!anusia dapat mendengar gelombang suara "#("#.### hert@ .8elombang suara antara ",9 sampai dengan 17 kilohert@ digunakan untuk diagnostik. 8elombang suara dikirim melalui suatu alat yang disebut transducer atau probe. Obyek didalam tubuh akan memantulkan kembali gelombang suara yang kemudian akan ditangkap oleh suatu sensor, gelombang pantul tersebut akan direkam, dianalisis dan ditayangkan di layar. -aerah yang tercakup tergantung dari rancangan alatnya. 4ltrasonografi yang terbaru dapat menayangkan suatu obyek dengan gambaran tiga dimensi, empat dimensi dan berwarna. 4&8 bisa dilakukan pada abdomen, thorak
Ra($'l'!$
5adiologi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang dilakukan di ruang gawat darurat. 5adiologi merupakan bagian dari spectrum elektromagnetik yang dipancarkan akibat pengeboman anoda wolfram oleh electron(elektron bebas dari suatu katoda. ilm polos dihasilkan oleh pergerakan electron(elektron tersebut melintasi pasien dan menampilkan film radiologi. )ulang dapat menyerap sebagian besar radiasi menyebabkan
pajanan pada film paling sedikit, sehingga film yang dihasilkan tampak berwarna putih. 4dara paling sedikit menyerap radiasi, meyebabakan pejanan pada film maksimal sehingga film nampak berwarna hitam. -iantara kedua keadaan ekstrem ini, penyerapan jaringan sangat berbeda(beda menghasilkan citra dalam skala abu( abu. 5adiologi bermanfaat untuk dada, abdoment, sistem tulang: trauma, tulang belakang, sendi penyakit degenerati'e, metabolic dan metastatik tumor%. Pemeriksaan radiologi penggunaannya dalam membantu diagnosis meningkat. &ebagian kegiatan seharian di departemen radiologi adalah pemeriksaan foto toraks. 0al ini menunjukkan betapa pentingnya pemeriksaan ini. ;ni karena pemeriksaan ini relatif lebih cepat, lebih murah dan mudah dilakukan berbanding pemeriksaan lain yang lebih canggih dan akurat ;shak, "#1"%.
MRI "#agnetic $esonance %maging&
&ecara umum lebih sensiti'e dibandingkan ) &can. !5; juga dapat digunakan pada kompresi spinal. Kelemahan alat ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas dalam peritoneum dan faktor. Kelemahan lainnya adalah prosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih lama, hanya sedikit sekali rumah sakit yang memiliki, harga pemeriksaan yang sangat mahal serta tidak dapat diapaki pada pasien yang memakai alat pacemaker jantung dan alat bantu pendengaran Bidjaya,"##"%.
BAB III PEMBAHASAN Pengkajian kegawatdaruratan pada orang dewasa akan berbeda dengan pengkajian yang dilakukan pada anak(anak dan lanjut usia yang membutuhkan kekhususan dalam pengkajian maupun penanganannya. !enurut Pedoman he 0ational )nstitue for %ealth and Clinical Excellence "##>% menyatakan orang dewasa berusia sekitar 12 tahun atau lebih. 0asil sur'ey tahun "##> dan "#1# menunjukkan bahwa "# orang dewasa 13(27 tahun% di Amerika &erikat menggunakan unit gawat darurat 48-% dan 1" bulan terakhir sekitar 22,# orang dewasa memiliki alasan mengunjungi 48- karena mengalami masalah medis yang serius 8indhi, ohen, dan Kir@inger, "#1"%. 4nit gawat darurat harus selalu dalam keadaan siap siaga. Perawat gawat darurat harus siap mengenali adanya abnormalitas pada sistem dan berpartisipasi dalam penatalaksanaan pasien dengan tepat. +erbagai kondisi bisa saja terjadi, sehingga tidak ada alasan bagi perawat yang tidak dapat mengkaji pasiennya dengan tepat. !engikuti pendekatan pengkajian terorganisasi merupakan hal yang sangat penting, tetapi yang paling penting adalah gagasan bahwa setiap perawat harus membuat dan menggunakan secara konsisten pendekatan yang bermakna bagi setiap indi'idu. Area pengkajian pertama harus selalu pengkajian sistem kardio'askuler dan respirasi. Pengkajian tersebut merupakan pengkajian utama yang dimandatkan pada semua perawat gawat darurat untuk dilakukan pada semua pasien. )anda 'ital merupakan indikator yang signifikan dari kondisi saat ini dan kondisi berikutnya. )ubuh memiliki mekanisme luar biasa, dan tanda 'ital berperan sebagai indikator yang menunjukkan fungsi nmekanisme kompensasi tersebut.
Pengukuran tanda 'ital menjadi tren diulang dari waktu ke waktu% dan sering
direkomendasikan di lingkungan gawat darurat sehingga dapat menggambarkan status pasien secara akurat dan dapat memperkirakan hasil secara efektif
Pada pasien injury diperlukan
penatalaksanaan yang agak berbeda dimana pengkajian, diagnose, dan tindakan dilakukan secara bersamaan ulde, "##$%. Pada pengkajian awal pada pasien dengan trauma, apabila terdapat multiple injury maka dilakukan pemeriksaan head to toe secara cepat, akan tetapi jika jika tidak multiple maka segera lakukan focused assesment, Pemeriksaan umum dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan utama, seperti tingkat kesadaran, kualitas bicara, organisasi pikiran, dan tampilan umum. &atu aspek yang penting dari pengkajian adalah pembentukan hubungan terapeutik. Perawat harus memberikan pri'asi ketika berbicara dengan pasien, dan ia harus menggunakan sentuhan dan penjelasan 'erbal untuk meyakinkan pasien sebelum melakukan pemeriksaan dan prosedur. Perawat )riase atau staf !& mengirim pasien ke area pengobatan perawat utama yang bertanggung jawab untuk perawatan indi'idu selama berada di 48-. Cang harus dimasukkan dalam perawatan dan harus dilakukan oleh perawat utama adalah pengkajian pasien yang tepat waktu dan penetapan bukti tertulis pengkajian
fisik lengkap pada setiap pasien. )etapi, hal ini tidak berarti bahwa perawat harus melakukan pengkajian fisik lengkap pada pasien. ksplorasi patofisiologi terkait dan riwayat sebelumnya, selanjutnya dokumentasikan juga keluhan utama dan pengkajian tanda 'ital. Prioritas pengkajian lainnya berkenaan dengan pasien trauma.
Pemeriksaan utama A+- airway,
breathing, circulation, disability5 harus dikaji dan didokumentasikan pada saat kedatangan sebagai data dasar dan harus mencerminkan konsistensi di semua pengkajian medis dan keperawatan. Pengkajian mekanisme cedera juga merupakan hal yang sangat penting. -alam hal ini petugas !& juga sangat membantu. ;nformasi ini akan sangat menghemat waktu dan menyelamatkan kehidupan dengan mengarahkan fokus klinis ke struktur internal dan sistem tubuh yang paling rentan terhadap jenis cedera tertentu
Ga)*ar 17 Pendekatan sistematik pada pengkajian pasien dan manajemen di 48- urtis, !urphy, 0oy, dan
"##$% Pendekatan sistematis yang digunakan urtis, !urphy, 0oy, dan
dilakukan bersamaan dengan pengkajian keperawatan. 0al tersebut didasarkan pada proses keperawatan yang interaktif dan non linear dimana banyak tindakan yang akan terjadi secara simultan, misalnya ketika mengkaji pasien yang baru tiba di 48-, sambil menggunakan pakaian pelindung dan alat pelindung diri lainnya maka akan dilakukan juga pengkajian riwayat penyakit yang dialami urtis, !urphy, 0oy, dan
BAB I PENUTUP
A
Ke&$)%"la
1
Proses pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa terdiri dari primary assessment , secondary assessment , focused assessment , dan diagnostic procedure.
"
Konsep primary assessment merupakan proses e'aluasi awal yang sistematis dan penanganan segera pada pasien dewasa yang mengalami kondisi gawat darurat, yang meliputi Airway maintenance, Breathing dan oxygenation, Circulation dan kontrol perdarahan eksternal, Disability (pemeriksaan neurologis singkat dan Exposure dengan kontrol lingkungan.
6
Konsep secondary assessment yang membahas mengenai proses anamnesis dan pemeriksaan fisik head to toe untuk menilai perubahan bentuk, luka dan cedera yang dialami pasien dewasa.
7
Konsep Focused assessment yang membahas mengenai beberapa komponen apengkajian terfokus yang penting untuk melengkapi primary survey pada pasien dewasa di gawat darurat.
9
Pemeriksaan diagnostik yang dibutuhkan untuk melengkapi proses pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa, yang meliputi : ndoskopi, bronkoskopi, ) scan, 4&8, dll.
2
Perbedaan proses pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa dengan kondisi trauma dan non trauma adalah pada isi pertanyaan yang ditanyakan content % pada saat melakukan anamnesis dan pemeriksaan head to toe yang dilakukan.
B
Sara
Pada proses pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa bisa menggunakan format pengkajian yang telah disusun oleh kelompok sehingga bisa membantu pengumpulan data terkait keluhan dan kondisi pasien serta mempercepat pemberian penanganan pada pasien secara tepat.
DA8TAR PUSTAKA
American ollege of &urgeons. 4::;5. Advanced trauma life support for doctors. instructor course manual boo+ / sixth edition. hicago. urtis, K., !urphy, !., 0oy, &., dan %. 'heehy=s manual of emergency care > th edition. &t. &@ early release of estimates from the national health interview survey,
-iakses
dari
-okumentasi Keperawatan, &uatu Pendekatan Proses Keperawatan, disi 6.
!ancini !5, 8ale A)."#11%. Emergency care and the law . !aryland: Aspen Publication.
!aryuani, Anik Culianingsih. "##$%. Asuhan +egawatdaruratan. Eakarta : )rans ;nfo !edia !edis. O?keefe, !..,3(#($9>1#"3("(3. )he Fational ;nstitue for 0ealth and linical cellence. "##>%. %ead inury@ triage, assessment, investigation and early management of head inury in infant, children and adults .