Pengertian Pola Asuh Orang Tua Definisi, Jenis, Aspek dan Dimensi 19:21:00 Psikologi Pengertian Pola asuh adalah pola interaksi antara anak dengan orang tua meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang, perlindungan, dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku dimasyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam pendidikan karakter anak (Latifah, 2008).
Pola asuh menurut Handayani (2008) adalah konsep dasar tentang cara memperlakukan anak. Perbedaan dalam konsep ini adalah ketika anak dilihat sebagai sosok yang sedang berkembang, maka konsep konsep pengasuhan yang diberikan diberikan adalah konsep psikologi perkembangan. Ketika konsep pengasuhan mempertahankan cara-cara yang tertanam di dalam masyarakat maka konsep yang digunakan adalah tradisional.
Definisi Pola Asuh Orang Tua Menurut Nurani (2004) (2004) pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten konsiste n dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan positif. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan memberikan perhatian yang penuh serta kasih sayang pada anak dan memberinya waktu yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga. Sementara pola asuh menurut Baumrind (dalam Papalia, 2008) orang tua tidak boleh menghukum menghukum anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan aturan-aturan bagi anak dan mencurahkan kasih sayang kepada anak. Orang tua melakukan penyesuaian perilaku mereka terhadap anak, yang didasarkan atas perkembangan anak karena setiap anak memiliki kebutuhan dan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah pola interaksi antara orang tua dengan anak meliputi cara orang tua memberikan aturan, hukuman, kasih sayang sayang serta memberikan perhatian kepada anak.
Dimensi pola asuh Menurut Baumrind (dalam Damon & Lerner, Lerner, 2006) pola asuh terbagi menjadi 2 dimensi, yaitu: 1. Parental responsiveness Orang tua bersikap hangat dan memberikan kasih sayang kepada anak. Orang tua dan anak terlibat secara emosi dan menghabiskan me nghabiskan waktu bersama dengan anak. 2. Parental demanding
Orangtua memberikan kontrol terhadap anak mereka. Orang tua menggunakan hukuman untuk dengan tujuan untuk mengontrol anak mereka. Orang tua bersikap menuntut dan memaksa anak dan orang tua akan memberikan aturan kepada anak ketika anak tidak memenuhi tuntutan dari orang tua.
Aspek-aspek Pola Asuh Menurut Baumrind (dalam Damon & Lerner, 2006) pola asuh terbagi beberapa aspek, yaitu: a. Warmth Orang tua menunjukkan kasih sayang kepada anak, adanya keterlibatan emosi antara orang tua dan anak serta menyediakan waktu bersama anak. Orang tua membantu anak untuk mengidentifikasi dan membedakan situasi ketika memberikan atau me ngajarkan perilaku yang tepat b. Control Orang tua menerapkan cara berdisiplin kepada anak, memberikan beberapa tuntutan atau aturan serta mengontrol aktifitas anak, menyediakan beberapa standar yang dijalankan atau dilakukan secara konsisten, berkomunikasi satu arah dan percaya bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh kedisiplinan. c. Communication Orang tua menjelaskan kepada anak mengenai standar atau aturan serta pemberian reward atau punish yang dilakukan kepada anak. Orang tua juga mendorong anak untuk bertanya jika anak tidak memahami atau setuju dengan standar atau at uran tersebut
Jenis – jenis Pola Asuh Jenis-jenis pola asuh terdiri dari authoritative, authoritarian, permissive, dan uninvolved (Baumrind, Maccoby & Martin dalam Papalia, 2008). Kategorisasi setiap jenis pola asuh berdasarkan tinggi atau rendahnya aspek pola asuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut : Tabel 1. Kategorisasi jenis pola asuh
Menurut Baumrind (dalam Papalia, 2008) terdapat 3 jenis pola asuh, yaitu: a. Pola asuh authoritharian Gaya yang membatasi, menghukum, memandang pentingnya kontrol dan kepatuhan tanpa syarat. Orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Menerapkan batas dan kendali yang tegas kepada anak dan meminimalisir perdebatan verbal serta memaksakan aturan secara kaku tanpa menjelaskannya, dan
menunjukkan amarah kepada anak (Santrock, 2003). Cenderung tidak bersikap hangat kepada anak. Anak dari orang tua otoriter seringkali tidak bahagia, ketakutan, minder ketika membandingkan diri dengan orang lain, tidak mampu memulai aktifitas, memiliki kemampuan komunikasi yang lemah (Papalia, 2008). b. Pola asuh authorithative Pola asuh authorithative adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Bersikap realisti s terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Mendorong anak untuk mandiri namun menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka (Santrock, 2003). Orang tua memiliki keyakinan diri akan kemampuan membimbing anak-anak mereka, tetapi juga orang tua menghormati independensi keputusan, pendapat, dan kepribadian anak. Mereka mencintai dan menerima, tetapi juga menuntut perilaku yang baik, dan memiliki keinginan untuk menjatuhkan hukuman yang bijaksana dan terbatas ketika hal tersebut dibutuhkan. Tindakan verbal memberi dan menerima, orang tua bersikap hangat dan penyayang kepada anak. Menunjukkan dukungan dan kesenangan kepada anak. Anak-anak merasa aman ketika mengetahui bahwa mereka dicintai dan dibimbing secara hangat (Papalia, 2008). Serta orang tua mengajarkan disiplin kepada anak agar anak dapat mengeksplorasi lingkungan dan memperoleh kemampuan interpersonal. Anak yang memiliki orang tua yang otoritatif bersifat ceria, bisa mengendalikan diri, berorientasi pada prestasi, mempertahankan hubungan dengan teman sebaya, bekerja sama dengan orang dewasa, dapat mengatasi stres dengan baik (Parke & Gauvain, 2009). c. Pola asuh permissive Gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol. Membiarkan anak melakukan apa yang mereka inginkan. Anak menerima sedikit bimbingan dari orang tua, sehingga anak sulit dalam membedakan perilaku yang benar atau tidak. Serta orang tua menerapkan disiplin yang tidak konsisten sehingga menyebabkan anak berperilaku agresif. Anak yang memiliki orang tua permissive kesulitan untuk mengendalikan perilakunya, kesulitan berhubungan dengan teman sebaya, kurang mandiri dan kurang eksplorasi ( Parke & Gauvain, 2009). Kemudian Aleanor dan John Martin (dalam papalia, 2008) menambahkan satu jenis pola pengasuhan yaitu: d. Pola asuh Uninvolved Gaya pengasuhan dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak mereka. Lebih mementingkan akan kebutuhan mereka sendiri dibandingkan dengan kebutuhan anak. Anak dari orang tua yang mengasuh dengan cara uninvolved maka memiliki keterampilan sosial yang rendah, kemandirian yang kurang baik, dan tidak termotivasi untuk berprestasi (Parke & Gauvain, 2009). Daftar Pustaka Makalah Latifah, M. (2008). Peranan keluarga dalam pendidikan karakter berkala].http://www.tumbuh-kembang-anak.blogspot.com.html. [21 Januari 2012].
anak .
[terhubung
Nurani, A. T. (2004). Pengaruh kualitas perkawinan, pengasuhan anak dan kecerdasan emosonal terhadap prestasi belajar anak [Tesis]. Bogo r: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Handayani,W. (2006). Psikologi keluarga. Jakarta : Pustaka Utama Damon, D., & Learner, R.M. (2006). Handbook of child psychology. Sixth edition. Canada : John Wliley & Son Santrock, J. W. (2003). Adolescent . Jakarta : Erlangga Papalia, D. E., Wendkos, S., & Feldman, R. D. (2008). Human development . Jakarta : Kencana Parke, R. D., & Gauvain, M. (2009). Child psychology a contemporary viewpoint. 7th. New York : McGraw-Hill
KONSEP POLA ASUH ANAK Dr. Suparyanto, M.Kes
KONSEP POLA ASUH
Definisi
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak,termasuk cara penerapan aturan,mengajarkan nilai / norma,memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya (Theresia,2009) Pola Asuh menurut agama adalah cara memperlakukan anak sesuai dengan ajaran agama berartimemehami anak dari berbagai aspek,dan memahami anak dengan memberikan ola asuh yang baik ,menjaga anak dan harta anak yatim, menerima, mamberi perlindungan, pemeliharaan, perawatan dan kasih sayang sebaik – baiknya (QS Al Baqoroh:220)
Dari beberapa pengertian maka yang dimaksud pola asuh dalam penelitian ini adalah cara orang tua bertndak sebagai suatu aktivitas kompleks yang melibatkan banyak perilaku spesifik secara individu atau bersama – sama sebagai serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anaknya.
Bentuk Pola Asuh Macam – macam Pola Asuh Orang Tua Menurut Baumrind,(dikutip oleh Wawan Junaidi,2010), terdapat 4 macam pola asuh orang tua :
(1). Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
(2). Pola asuh Otoriter
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti m engenai anaknya.
(3). Pola asuh Permisif
Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.
(4). Pola asuh Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.
Dampak atau pengaruh pola asuh orang tua terhadap anak – anak menurut Baumrind, (dikutip oleh Ira, 2006) adalah:
Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak - anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan ko peratif terhadap orang-orang lain. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial. Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, harga diri yang rendah, sering bolos dan bermasalah dengan teman.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pola asuh : Setiap orang mempunyai sejarah sendiri – sendiri dan latar belakang yang seringkali sangat jauh berbeda. Perbedaan ini sangat memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda terhadap anak. Menurut Maccoby & Mc loby ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu:
Sosial ekonomi Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi. Pendidikan: Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik formal maupun non formal kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada anaknya. Nilai-nilai agama yang dianut orang tua: Nilai – nilai agama juga menjadi salah satu hal yang penting yang ditanamkan orang tua pada anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut berperan didalamnya. Kepribadian: Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak (Riyanto, 2002). Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta didik, artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah menunjukkan gejalagejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya. Jumlah anak: Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya, (Okta Sofia, 2009).
Pola Asuh Orang Tua Dalam Keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari orang tua secara sadar atau tidak memberikan contoh yang kurang baik terhadap anaknya.misalnya meminta tolong dengan nada mengancam, tidak mau mendengarkan cerita anak tentang sesuatu hal, member nasihat tidak pada tempatnya dantidal pada waktu yang tepat, berbicara kasar pada anak,terlalu mementingkan diri sendiri, tidak mau mengakui kesalahan yang telah dilakukan.Beberapa contoh sikap dan perilaku diatas berdampak negative terhadap perkembangan jiwa anak.Sehingga efek negative yang terjadi adalah anak memiliki sikap keras hati,manja, keras kepala, pemalas, pemalu dam lainlain.Semua perilaku diatas dipengaruhi oleh pola pendidikan orng tua .Pola asuh orang tua akan mempengaruhi perkembangan jiwa ana.Tipe kepemimpinan orang tua berdampak pada pol aasuh yamg terhadap anaknya,Disisi lain pola asuh orang tua bersifat demikkratis atau otoriter, atau bahkan pada sisis lain bersifat laissez faire atau tipe campuran antara demokratis dan otoriter, (Syaiful, 2004
Pola Perlakuan orang tua
(1). Overprotection (terlalu melindungi)
Perilaku Orang Tua:
Kontak berlebihan pada anak Pemberian bantuan yang terus menerus, meskipun anak sudah mampu sendiri Pengawasan kegiatan anak yang berlebihan Memcahkan masalah anak
Profil Tingkahlaku Anak:
Perasaan tidak aman Agresif dan dengki Mudah merasa gugup Melarikan diri dari kenyataan Sangat tergantung Ingin menjdi pusat perhatian Bersikap menyerah Kurang mampu mengendalikan emosi Menolak tanggung jawab Suka bertengkar Sulit bergaul Pembuat onar (troubelmaker)
(2). Pola Perilaku Orangtua: Permissiveness (pembolehan)
Perilaku Orangtua
Memberikan kebebasan untuk berfikir Menerima pendapat Membuat anak lebih diterima dan merasa kuat Toleran dan memahami kelemahan anak Cenderung lebih suka member yang diminta anak daripada menerima
Profil Tingkahlaku Anak
Pandai mencari jalan keluar Dapat bekerjasama Percaya diri Penuntut dan tidak sabaran
(3). Pola Perilaku Orangtua: Rejection (Penolakan)
Perilaku Orangtua
Bersikap masa bodoh Bersikap kaku Kurang memperdulikan kesejahteraan anak Menampilkan sikap permusuhan atau dominasi terhadap anak
Profil Tingkahlaku Anak
Agresif(mudah mara,gelisah, tidak patuh, suka bertengkar dan naka l) Submissive(kurang dapat mengerjakan tugas, pemalu suka mengasingkan diri, mudah tersinggung dan penakut) Sulit bergaul Pendiam Sadis
(4). Pola Perilaku Orangtua: Acceptance (penerimaan)
Perilaku Orangtua
Memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus pada anak Menempatkan anak pada posisi yang penting di dalam rumah Mengebangkan hubungan yang hangat dengan anak Bersikap respek terhadap anak Mendorong anak untuk menyatakan perasaan atau pendapatnya Berkomunikasi dengan anak secara terbuka dan mau mendengarkan masalahnya
Profil Tingkahlaku Anak
Mau bekerjasama Bersahabat Loyal Emosinya stabil Ceria dan bersikap optimis Mau menerima tanggung jawab Jujur Dapat dipercaya Memiliki perencanaan baik di masa depan Bersikap realistic (memahami kelebihan dan kekurangan secara obyektif)
(5). Pola Perilaku Orangtua: Domination (dominasi)
Perilaku Orangtua
Mendominasi Anak
Profil Tingkahlaku Anak
Bersikap sopan dan sangat hati-hati Pemalu, penurut, dan mudah bingung Tidak dapat bekerjasama
(6). Pola Perilaku Orangtua: . Submission (penyerahan)
Perilaku Orangtua
Selalu memberi sesuatu yang diminta anak Membiarkan anak berperilaku semaunya sendiri
Profil Tingkahlaku Anak
Tidak patuh Tidak bertanggung jawab Agresif dan teledor Bersikap otoriter Terlalu percaya diri
(7). Pola Perilaku Orangtua: Punitiveness/Overdiscipline (terlalu disiplin)
Perilaku Orangtua
Mudah memberikan hukuman Menanamkan kedisiplinan sangat keras
Profil Tingkahlaku Anak
Impulsif Tidak dapat mengambil keputusan Nakal Sikap bermusuhan atau gresif
Sumber: dari Syamsu Yusuf. 2009 dalam Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja
Dari ketujuh sikap atau perlakuan orangtua itu, tampak bahwa sikap . acceptance merupakan yang paling baik untuk dimiliki atau dikembangkan oleh orang tua (Syamsu, 2009) Dari penelitian yang dilakukan oleh Diana Baumrind mengemukakan dua hasil penelitian yaitu : (1) ada 4 gaya perlakuan orang tua yaitu: Authoritarian, permissive, authoritative, dan negalectfull. (2) dampak gaya perlakuan orang tua terhadap perilaku anak
Pengaruh Parenting Style terhadap Perilaku Anak
(1). Parenting Style: Authoritarian
Sikap atau Perilaku Orang Tua
Sikap acceptance rendah, namun kontrolnya tinggi. Suka menghukum secara fisik Bersikap mengomando (mengharuskan / memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi) Bersikap kaku (keras) Cenderung emosional dan bersikap menolak
Profil Tingkah Laku Anak
Mudah tersinggung
Penakut Pemurung, tidak bahagia Mudah terpengaruh Mudah stres Tidak mempunyai arah masa depan Tidak bersahabat
(2). Parenting Style: Permisiveness
Sikap atau Perilaku Orang Tua
Sikap acceptancenya tingi, namun kontrolnya rendah Memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan / keinginannmya.
Profil Tingkah Laku Anak
Bersikap impulsif dan agresif Suka memberontak Kurang memikliki rasa percaya diri dan pengendalian diri Suka mendominasi Tidak jelas arah hidupnya Prestasinya rendah
(3). Parenting Style: Authoritative
Sikap atau Perilaku Orang Tua
Sikap acceptance dan kontrolnya tinggi. Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak Mendorong anak untuk menyatakan pendapat Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk
Profil Tingkah Laku Anak
Bersikap bersahabat Memiliki rasa percaya diri Mampu mengendalikan diri
Bersikap sopan Mau bekerjasama Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi Mempunyai tujuan dan arah hidup yang jelas Berorientasi terhadap prestasi
Sumber: dari Syamsu Yusuf. 2009 dalam Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja
Anak Prasekolah Definisi Anak Prasekolah
Anak Prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun (Biechler dan Snowman,) Anak yang terkategori para sekolah adalah anak dengan usia 3-5 tahun, (Elizabeth B. Hurlock )mengatakan bahwa kurun usia pra sekolah disebut sebagai masa keemasan (the golden age).
Perkembangan Anak Prasekolah
Menurut Hurlock mengemukakan bahwa lima tahun pertama disebut dengan The Golden Years. Anak mengalami kecepatan kemajuan yang sangat cepat. Tidak hanya fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak bukan seoarang bayi lagi melainkan seorang yang sedang dalam proses awal mencari jati dirinya. Anak sudah menjadi cikal bakal manusia dewasa. Anak sulit diatur dan mulai sadar bahwa dirinya juga manusia yang mandiri.
Ciri – ciri masa kanak – kanak awal dapat diuraikan sebagai berikut:
Masa kanak – kanak awal merupakan masa “Preschool Age”. Masa ini adalah masa anak sebelum anak masuk pendidikan formal (SD). Masa kanak – kanak awal merupakan masa “ Pregang Age” Masa ini anak belajar dasar – dasar dari tingkah laku untuk mempersiapkan dirinya bagi kehidupan bersama. Masa kanak – kanak awal merupakan masa “Hunter Age” Masa ini anak senang menyalidiki dan ingin tahu apa yang ada disekitarnya. Masa kanak – kanak awal merupakan masa “Problem Age” Anak menunjukkan banyak problem tingkah laku yang harus diperhatikan oleh orang tua.
Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak
Beberapa peran keluarga dalam pengasuhan anak adalah sebagai berikut: Terjalinnya hubungan yang harmonis dalam keluarga melalui penerapan pola asuh islami sejak dini, yakni: Pengasuhan dan pemeliharaan anak dimulai sejak pra konsepsi pernikahan. Ada tuntunan bagi orangtua laki-laki maupun perempuan untuk memilih pasangan yang terbaik sesuai
tuntunan agama dengan maksud bahwa orangtua yang baik kemungkinan besar akan mampu mengasuh anak dengan baik pula. Pengasuhan dan perawatan anak saat dalam kandungan, setelah lahir dan sampai masa dewasa dan seterusnya diberikan dengan memberikan kasih sayang sepenuhnya dan membimbing anak beragama menyembah Allah SWT. Memberikan pendidikan yang terbaik pada anak,terutam pendidikan agama. Orangtua yang salih adalah model terbaik untuk memberi pendidikan agama kepada anak-anak. Penanaman jiwa agam yang dimulai dari keluarga, semenjak anak masih kecil dengan cara membiasakan anak dengan tingkah laku yang baik. Dengan mencontoh keteladanan Rasulullah SAW adalah dengan menanamkan nilai-nilai akhlakul kharimah. Agama yang ditanamkan pada anak bukan hanya karena agama keturunan tetapi bagaimana anak mampu mencapai kesadaran pribadi untuk ber-Tuhan sehingga melaksanakan semua aturan agama
Kesabaran dan ketulusan hati. Sikap sabar dan ketulusan hati orangtua dapat mengantarkan kesuksesan anak. Begitu pula memupuk kesabaran anak sangat diperlukan sebagai upaya meningkatkan pengendalian diri. Kesabaran menjadi hal yang penting dalam hidup manusia sebab bila kesabaran tertanam dalam diri seseorang dengan baik maka seseorang akan mampu mengendalikan diri dan berbuat yang terbaik untuk kehidupannya.
Secara psikologis dapat ditelusuri bahwa bila anak dilatih untuk memiliki sifat sabar dengan bekal agama yang dimiliki akan berimplikasi positif bagi kehidupan anak secara pribadi dan bagi orang lain/masyarakat secara luas, diantaranya: Mewujudkan keselehan sosial dan kesalehan individu yaitu dengan terwujudnya kualitas keimanan pada individu dan masyarakat yang bertaqwa, beriman dan beramal saleh. Seseorang yang memiliki kesalehan sosial yang tinggi memiliki empati, sosialisasi diri, kesetiakawanan, keramahan, mengendalikan amarah, kemandirian, sikap ketenangan dan teratur berfikir serta cermat bertindak. Sikap yang ditunjukkan akibat kesabaran diri akan membuat individu mudah bergaul, dengan rasa aman dan damai, tanpa kekerasan. Sikap tersebut akan mampu memupuk konsep diri seseorang. Dapat membina hubungan yang baik antar individu dan punya semangat persaudaraan. Saat seseorang dalam kesabaran akan bertumpu pada nilai ketaqwaan dan ketaatan pada Allah SWT. Seseorang yang berada dalam keimanan dan ketaqwaan sebagaimana janji Tuhan akan memiliki jiwa yang tenang. Dalam jiwa seorang yang tenang akan menstabilkan tekanan pada amygdale (system saraf emosi), sehingga emosi stabil. Dalam keadaan emosi yang stabil, seorang mudah mengedalikan diri dengan baik.
Orangtua wajib mengusahakan kebahagian bagi anak dan menerima keadaan anak apa adanya, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT , serta mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Orangtua perlu tahu bahwa anak memiliki potensi yang luar biasa dan kesuksesan seseorang bukan mutlak ditentukan oleh kecerdasan intelektual saja (hanya sekedar IQ tinggi) akan tetapi kecerdasan itu bersifat majemuk.
Menurut Gardner bahwa pada diri anak dikenal istilah multiple intellegensi/kecerdasan ganda, yaitu: Kecerdasan linguistik: meliputi kemampuan dalam hal mengarang, membaca maupun berkomunikasi verbal. Tipe kecerdasan ini banyak dikuasai oleh mereka yang berprofesi maupun orator. Kecerdasan logika-matematika. Jenis kecerdasan ini dapat membantu seseorang menemukan solusi persoalan yang melibatkan perhitungan angka. Kecerdasan visual-spasial. Tipe kecerdasan ini memudahkan seseorang untuk menemukan arah, menggunakan peta dan melihat objek dari berbagai sudut. Kecerdasan gerak tubuh/kinestesis. Pada tipe kecerdasan ini banyak dikuasai oleh olahragawan, penari,pemahat maupun dokter bedah. Kecerdasan musical. Tipe kecerdasn ini berkembang dengan sangat baik pada musisi, penyanyi dan composer. Kecerdasan interpersonal. Tipe kecerdasn ini memudahkan seseorang untuk memahami dan bekerja dengan dirinya sendiri. Kecerdasan intrarpersonal. Tipe kecerdasan ini adalah adany kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan natural. Tipe kecerdasan ini adalah adanya kemampuan untuk bekerjasama dan menyelaraskan diri dengan alam. iKecerdasan spiritual dan kecerdasan eksistensial.
Mendisiplinkan anak dengan kasih sayang secara bersikap adil. Komunikatif dengan anak. Membicarakan hal yang ingin diketahui anak, dengan menjawab pertanyaan anak secara baik, misalkan; membicarakan pendidikan seks dan orangtua penting memberikan pendidikan seks sejak dini. Memahami anak dengan segala aktivtasnya, termasuk pergaulannya, (Rifa, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9. 10. 11. 12. 13.
Ahmadi. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta. PT Rineka Cipta. Alimul, Hidayat. 2007. Metode Penelitian dan Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: . PT Rineka Cipta. Azwar, S. 2009. Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bahri.S. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga. Jakarta. PT Rineka Cipta. Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Galihjoko, 2009. Pengaruh Tingkat pendidikan orang tua terhadap pola asuh anak pada masyarakat. Dari Http: www.indoskripsi.com. Diakses tanggal 22 Maret 2010 Godam64. 2008. Jenis /Macam Tipe Pol Aasuh Orang Tua Pada Anak Dan Cara Mendidik/Mengasuh Anak Yang Baik. Dari Http:www.Organisasi.org komunitas dan perpustakaan online.Diakses taanggal 22 Maret 2010. Junaidi, W. 2010. Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua. D ari Http: www.blogspot.com. Diakses tanggal 22 Maret 2010 Latipun. 2005. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press. Nasir. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ngalim. 2009. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
14. Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan). . Jakarta: Salemba Medika. 15. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika 16. Patmonodewo,S. 2003. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta. PT Rineka Diposkan oleh dr. Suparyanto, M.Kes di 10.04