PENGERTIAN MUNAKAHAT ( PERNIKAHAN ) Kata nikah berasal dari bahasa arab yang didalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan perkawinan. Nikah menurut istilah syariat Islam adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki ± laki dan perempuan yang tidak ada hubungan Mahram sehingga dengan akad tersebut terjadi hak dan kewjiban antara kedua insan. Hubungan antara seorang laki ± laki dan perempuan adalah merupakan tuntunan yang telah diciptakan oleh Allah SWT dan untuk menghalalkan hubungan ini maka disyariatkanlah akad nikah. Pergaulan antara laki ± laki dn perempuan yang diatur dengan pernikahan ini akan membawa keharmonisan, keberkahan dan kesejahteraan baik bagi laki ± laki maupun perempuan, bagi keturunan diantara keduanya bahkan bagi masyarakat yang berada disekeliling kedua insan tersebut. Berbeda dengan pergaulan antara laki ± laki dan perempuan yang tidak dibina dengan sarana pernikahan akan membawa malapetaka baik bagi kedua insan itu, keturunannya dan masyarakat disekelilingnya. Pergaulan yang diikat dengan tali pernikahan akan membawa mereka menjadi satu dalam urusan kehidupan sehingga antara keduanya itu dapat menjadi hubungan saling tolong menolong, dapat menciptkan kebaikan bagi keduanya dan menjaga kejahatan yang mungkin akan menimpa kedua belah pihak itu. Dengan pernikahan seseorang juga akan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya. Allah SWT berfirman dalam surat An ± Nisa Ayat 3 sebagai berikut : ³ Maka kawinilah wanita ± wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan brlaku adil maka (kawinilah) seorang saja .´ (An ± Nisa : 3). Ayat ini memerintahkan kepada orang laki ± laki yang sudah mampu untuk melaksanakan nikah. Adapun yang dimaksud adil dalam ayat ini adalah adil didalam memberikan kepada istri berupa pakaian, tempat, giliran dan lain ± lain yang bersifat lahiriah. Ayat ini juga menerangkan bahwa islam memperbolehkan poligami dengan syarat ± syarat tertentu.
2.
HUKUM DAN DALILNYA
Pada dasarnya Islam sangat menganjurkan kepada umatnya yang sudah mampu untuk menikah. Namun karena adanya beberapa kondisi yang bermacam ± macam, maka hukum nikah ini dapat dibagi menjadi lima macam. a.
S unnah,
bagi orang yang berkehendak dan baginya yang mempunyai biaya sehingga
dapat memberikan nafkah kepada istrinya dan keperluan ± keperluan lain yang mesti dipenuhi. b. Wajib, bagi orang yang mampu melaksanakan pernikahan dan kalau tidak menikah ia akan terjerumus dalam perzinaan. Sabda Nabi Muhammad SAW. : ³Hai golongan pemuda, barang siapa diantara kamu yang cukup biaya maka hendaklah menikah. Karena sesumgguhnya nikah itu enghalangi pandangan (terhadap yang dilarang oleh agama.) dan memlihara kehormatan. Dan barang siapa yang tidak sanggup, maka hendaklah ia berpuasa. Karena puasa itu adalah perisai baginya.´ (HR Bukhari Muslim). c. Makruh, bagi orang yang tidak mampu untuk melaksanakan pernikahan Karena tidak mampu memberikan belanja kepada istrinya atau kemungkinan lain lemah syahwat. Firman Allah SWT : ³Hendaklah menahan diri orang ± orang yang tidak memperoleh (biaya) untuk nikah, hingga Allah mencukupkan dengan sebagian karunia-Nya.´ (An Nur / 24:33) d. Haram, bagi orang yang ingin menikahi dengan niat untuk menyakiti istrinya atau menyia ± nyiakannya. Hukum haram ini juga terkena bagi orang yang tidak mampu memberi belanja kepada istrinya, sedang nafsunya tidak mendesak. e. Mubah, bagi orang ± orang yang tidak terdesak oleh hal ± hal yang mengharuskan segera nikah atau yang mengharamkannya.
3. SYARAT
DAN RUKUN MUNAKAHAT
Rukun nikah ada lima macam, yaitu : a. Calon suami Calon suami harus memenuhi syarat ± syarat sebagai berikut : 1) Beragama Islam 2) Benar ± benar pria 3) Tidak dipaksa 4) Bukan mahram calon istri 5) Tidak sedang ihram, haji, atau umroh 6) Usia sekurang ± kurangnya 19 Tahun b. Calon istri Calon istri harus memiliki syarat ± syarat sebagai berikut : 1) Beragama Islam 2) Benar ± benar perempuan 3) Tidak dipaksa, 4) Halal bagi calon suami 5) Bukan mahram calon suami 6) Tidak sedang ihram, haji, atau umroh 7) Usia sekurang ± kurangnya 16 Tahun
. Wali
c
Wali harus memenuhi syarat ± syarat sebagi berikut : 1) Beragama Islam 2) Baligh (dewasa) 3) Berakal Sehat 4) Tidak sedang ihram, haji, atau umroh 5) Adil (tidak fasik) 6) Mempunyai hak untuk menjadi wali 7) Laki ± laki d. Dua orang saksi Dua orang saksi harus memenuhi syarat ± syarat sebagai berikut : 1) Islam 2) Baligh (dewasa) 3) Berakal Sehat 4) Tidak sedang ihram, haji, atau umroh 5) Adil (tidak fasik) 6) Mengerti maksud akad nikah 7) Laki ± laki Pernikahan yang dilakukan tanpa saksi tidak sah. Sabda Nabi SAW. :
³Tidak sah nikah melainkan dengan wali dan dua orang saksi yang adil.´ (Riwayat Ahmad.) . Ijab dan Qabul
e
Yang dimaksud dengan ijab ialah perkataan dari pihak wali perempuan seperti kata wali : ³saya nikahkan engkau dengan anak saya bernama «««´. Yang dimaksud dengan Qabul ialah : jawaban laki ± laki dalam menerima ucapan dari perempuan. Contoh ucapan mempelai lak- laki : ³Saya terima nikahnya««««´. Syarat ± syarat ijab dan qabul ialah : 1. Dengan kata nikah atau tazwij atau terjemahannya; dengan demikian ijab dan qabul ini tidak sah jika menggunakan kata yang lain. 2. Ada persesuaian antara ijab dan qabul. 3. Bertururut ± turut, atinya antara ijab dan qabul itu tidak terselang waktu yang lama. 4. Tidak memakai syarat yang dapat menghalangi kelangsungan pernikahan.
Rasulullah SAW bersabda : ³Takutlah kepada Allah dalam urusan perempuan, karena sesungguhnya kamu telah mengambil mereka dengan keprcayaan Allah dan kamu menghalalkan mereka dengan kalimat Allah´. (HR. Muslim). 4.
HIKMAH DAN TUJUAN 1. Perkawinan Dapat Menentramkan Jiwa Dengan perkawinan orang dapat memnuhi tuntutan nasu seksualnya dengan rasa aman dan tenang, dalam suasana cinta kasih, dan ketenangan lahir dan batin. Firman Allah SWT :
³Dan diantara tanda ± tanda kekuasaa-Nya ialah dia menciptkan istri ± istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya.´ (Ar Rum/30:21) 2.
Perkawinan dapat Menghindarkan Perbuatan maksiad . Salah satu kodrat manusia adalah penyaluran kodrat biologis. Dorongan biologis dalam rangka kelangsugan hidup manusia berwujud nafsu seksual yang harus mendapat penyaluran sebagaimana mestinya. Penyaluran nafsu seksual yang tidak semestinya akan menimbulkan berbagai perbuatan maksiat, seperti perzinaan yang dapat megakibatkan dosa dan beberapa penyakit yang mencelakakan. Dengan melakukan perkawinan akan terbuaka jalan untuk menyalurkan kebutuhan biologis secara benar dan terhindar dari perbuatan ± pebuatan maksiad.
3.
Perkawinan untuk Melanjutkan Keturunan Dalam surah An Nisa ayat 1 ditegaskan bahwa manusia diciptakan dari yang satu, kemudian dijadika baginya istri, dan dari keduanya itu berkembang biak menjadi manusia yang banyak, terdiri dari laki ± laki dan perempuan.
Memang manusia bisa berkembang biak tanpa melalui pernikahan, tetapi akibatnya akan tidak jelas asal usulnya / jalur silsilah keturunannya. Dengan demikian, jelas bahwa perkawinan dapat melestarikan keturunan dan menunjang nilai ± nilai kemanusiaan.
5. HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI DAN ISTRI 1. Kewajiban
Suami
a. Suami waib membayar mahar sebagaimana telah dijelaskan dalam uraian tadi. b. Suami wajib memberikan nafkah sesuai dengan kemampuannya berupa pemberian pangan, sandang dan papan (tempat tinggal).
Allah SWT berfirman : ³Tempatkanlah mereka (para istri) ditempat kamu bertempat kamu bertempat tinggalmenurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati mereka)«´ (At Thalaq : 6) Di dalam surat At thalaq juga Allah SWT berfirman : ³hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan reskinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
S WT
kepadanya. Allah
S WT
tidak memikilkan beban kepada
seseorang melainkan( sekedar) apa yang Allah S WT
S WT
berikan kepadanya. Allah
kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.´ (At Thalaq : 7)
c. Suami wajib menggauli istri dengan penuh kasih sayang. Allah SWT berfirman : ³Dan bergaullah dengan mereka secara patut.´ (An Nisa : 19)
Rasulullah SAW bersabda : ³Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah
S AW
telah bersabda : ³Orang mukmin
yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya dan orang yang paling baik diantara kamu sekalian ialah yang paling baik terhadap istrinya.´ (HR Ahmad dan At Turmudzi). d. Memimpin dan membimbing seluruh keluarga ke jalan yang benar. Allah AWT berfirman : ³kaum laki ± laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu Allah S WT
melebihkan sebagian mereka ( laki ± laki) atas sebagian yang lainnya
(Wanita), dan karena mereka (laki ± laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka«.´ (An NIsa : 34) 2.
Kewajiban Istri a. Istri wajib dan patuh kepada suami
b. Istri harus menjaga dirinya, kehormatannya, dan rumah tangganya.
Rasulullah SAW bersabda : ³Wanita yang shaliha ialah apabila suami melihatnya, ia menyenangkannya, dan apabila suami tidak ada, maka ia menjaga dirinya, dan apabila suami memerintahkannya ia patuh kepadanya´. (HR. Abu Daud dan Hakim) c. Mempergunakan nafkah yang diberi suami oleh suami dengan sebaik ± baiknya sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan dan rasa terima kasi kepada suami d. Istri berusaha meningkatkan kesejahteraan rumah tangga baik secara lahir maupun batin. Sumber : http://ardiundova.wordpress.com/2008/02/28/perkawinan-munakahat/
A. Pengertian Munakahat (Perkawinan) Munakahat merupakan bagian dari hukum Islam yang mengatur pernikahan, menetapkan syarat-syarat dan rukun nikah dan menyebutkan kewajiban yang perlu ditaati oleh suami maupun istri untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia. Secara etimologi (bahasa) nikah artinya berkumpul, bergaul atau bercampur menjadi satu yang biasa disebut kawin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nikah berarti (1) perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi); (2) perkawinan. Prof. Quraisy Syihab mengatakan bahwa : al-Quran menggunakan kata ini (nikah) untuk makna tersebut, disamping secara majazi diartikannya dengan hubungan seks. Kata ini dalam berbagai bentuknya ditemukan 23 kali. Secara terminologi (istilah) nikah adalah suatu akad (ikatan perjanjian) yang disertai dengan ijab qabul dan menyebabkan halalnya pergaulan seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri serta timbulnya hak dan kewajiban bagi keduanya. Banyaknya ayat-ayat atau hadis, yang mem bicarakan tentang pernikahan, menunjukkan bahwa pernikahan sangat penting dan sakral, kudus dan suci. Dan keturunan yang lahir dari pernikahan itu, juga suci. Dengan adanya pernikahan yang diatur oleh agama maka menjadi jelaslah perbedaan antara manusia dengan hewan. B. Hukum Nikah Untuk mencapai keluarga sejahtera yang dikenal dengan, keluarga sakinah bukanlah merupakan suatu perkara yang mudah, karena itu agama memberi tuntunan dan menetapkan hukum nikah kedalam lima
bagian yaitu : 1. Jaiz atau mubah, artinya boleh, maksudnya seseorang boleh menikah dan boleh tidak menikah, ini merupakan hukum asal nikah. 2. Sunah, yaitu bagi seorang laki-laki yang berkemampuan untuk menikah dan telah sanggup memberi nafkah lahir batin serta dapat menjaga diri, sekalipun tidak segera menikah. 3. Wajib, artinya bagi seorang laki-laki yang mampu memberi nafkah lahir batin, berkeinginan untuk nikah dan takut tergoda atau terjerumus kepada perbuatan maksiat (zina) seandainya tidak seg era menikah. 4. Makruh, yaitu bagi orang yang berkeinginan tetapi belum mampu memberi nafkah (belanja) lahir batin atau mengganggu pihak perempuan dalam melakukan kewajiban (menuntut ilmu). 5. Haram, Bagi orang yang berminat menyakiti wanita yang dinikahinya dan untuk balas dendam kepada keluarga wanita. Sebagian ulama berpendapat bahwa pada prinsipnya nikah i tu hukumnya sunah yaitu berupa anjuran bagi yang mampu dan berkehendak. Kita perhatikan hadis Nabi Muhammad Rasulullah saw:
Artinya : Nikah itu termasuk sunahku, maka barang siapa yang tidak melaksanakan sunahku, bukan termasuk golonganku. (H.R. Ibnu Majah). C. Tujuan Nikah Tujuan nikah yang sejati dalam Islam dengan singkat adalah menuju kemaslahatan dalam rumah tangga, keturunan dan kemaslahatan masyarakat. Untuk mencapai masyarakat yang sejahtera haruslah dimulai dari pembinaan keluarga sejahtera. Jika setiap keluarga sejahtera, maka masyarakatpun akan sejahtera pula. Adapun yang disebut dengan keluarga sejahtera adalah keluarga yang sehat, kuat rohaninya dan jasmaninya, berbudi pekerti yang luhur serta bertaqwa kepada Allah swt. Kebahagiaan dari kesejahteraan yang sejati hanya terwujud melalui pernikahan yang sah, dengan demikian free sex sangat ditentang dalam agama Islam, begitu pula perzinaan prostitusi dengan segala bentuknya. Karena pernikahan bukanlah sekedar untuk menyalurkan syahwat birahi, akan tetapi lebih dari itu menciptakan ketenangan, keteraturan dan ketentraman dari situ akan lahir anak-anak saleh yang mengabdi kepada Allah dan berbakti terhadap kedua orang tuanya, bermanfaat bagi masyarakat dan negara. Kasih sayang yang sejati akan membuahkan kesetiaan dan kebahagiaan dalam keluarga. Firman Allah swt. dalam Q.S. ar-Rüm ayat 21 : Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu se ndiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.( Q.S. ar-Rüm ayat 21) Ayat tersebut mengandung pengertian bahwa diantara tanda-tanda kehebatan Allah yang diperlihatkan kepada manusia adalah :
1. Allah menciptakan istri (pasangan) dari sesama manusia 2. Dengan menemukan istrinya (pasangan) itu akan membawa ketenangan (sakinah) 3. Dorongan untuk bertemunya pasangan i tu adalah dikaruniakannya kedalam hati manusia cinta ( ) dan kasih ( ) 4. Menyadari hal itu pantaslah manusia be riman dan bersyukur kepadaNya. Dengan demikian maka tujuan nikah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Untuk menyalurkan dan memperoleh kasih sayang dari orang lain. 2. Untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah. Kata dari kata yang berarti diam atau tenang. Dari kata tersebut keluarlah kata yang berarti pisau yang berfungsi sebagai alat pendiam atau penenang. Untuk hewan yang tadinya bergejolak dan meronta apabila disembelih dengan pisau maka hewan yang bergejolak dan meronta akan menjadi diam dan tenang selamanya. Dengan makna ini, nikah ibarat pisau yang membuat pelakunya merasa tenang (bahagia) setelah pernikahan itu. Demikianlah yang diuraikan oleh Prof.Quraisy Syihab dalam bukunya Waw asan Al-Quran. 3. Mengikuti dan melaksanakan sunah Rasul. Artinya nikah, dengan ketentuan agama Islam, merupakan tradisi kemanusiaan yang diwarisi oleh para Rasul kepada generasi dan para pengikutnya. Sabda Rasulullah saw:
( ) Artinya : Nikah itu termasuk sunahku, maka barang siapa yang tidak melaksanakan sunahku, bukan termasuk golonganku. (H.R. Ibnu Majah). 4. Mendapatkan keturunan yang sah dan baik-baik. Disebut keturunan itu sah apabila lahir dari suami istri yang menikah menurut ketentuan syariat agama. Misalnya suami istri yang menikah bulan Januari maka secara syariat agama akan lahir kira-kira bulan November atau Desember. Kalau pasangan itu melaksanakan nikah bulan Januari, lalu melahirkan anak bulan Maret pada tahun yang sama, tentu itu bukan anak yang sah menurut syariat Islam. 5. Menghindarkan diri dari perbuatan zina. Dengan pernikahan dorongan birahi dapat tersalurkan se cara halal dan sehat ( ). Dan perbuatan zina dalam syariat Islam termasuk tindakan kotor dan buruk. Firman Allah dalam Q.S. al-Isra (17): 32Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Q.S. al-Isra : 32) 6. Mempererat hubungan famili. Dengan pernikahan, diharapkan persaudaraan antara dua keluarga menjadi erat silaturrahim menjadi luas. Karena kuatnya persaudaraan dan silaturrahim menurut Rasulullah menjadi salah satu tanda orang beriman kepada Allah dan hari akhir. Sabda Rasulullah saw :
( ) Artinya : Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyambung silaturahmi.(H.R. Muslim)
D. Ketentuan Nikah 1. Syarat sah Nikah Sebelum pernikahan dilaksanakan, ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak (calon suami dan calon istri ), yang disebut syarat agar kedua pernikahan itu sesuai dengan tujuannya. Adapun yang menjadi syarat nikah ialah : a. Beragama Islam. Artinya, calon suami istri tersebut sebaiknya sesama muslim (Q.S. al-Baqarah (2) ayat 221) b. Bukan mahramnya (Q.S. an-Nisa (4) ayat 23) c. Saling mengenal dan suka sama suka (Q.S. an-Nisa (4) ayat 3 dan Q.S. ar-Rüm (30) ayat 21) d. Ada mahar yang dikeluarkan oleh calon suami (Q.S.an-Nisa (4) ayat 4 dan 25) e. Tidak dalam ihram f. Tidak bersuami dan tidak dalam iddah bagi calon istri 2. Rukun Nikah Pernikahan menjadi sah apabila dipenuhi syarat dan rukunnya. Adapun yang menjadi rukun nikah ada 4 macam, yaitu : a. Adanya dua calon mempelai b. Wali (wali mempelai wanita). Sabda nabi saw.
( ) Artinya : Tidak sah nikah kecuali dengan (izin) wali (H.R.Ahmad dari Abi Bardah) c. Ada dua orang saksi d. Sighat (akad) yang terdiri dari Ijab dan Qabul. Ijab yaitu perkataan dari pihak wali perempuan, seperti kata wali Saya nikahkan engkau dengan anak saya bernama si Fulanah dengan mahar tunai/kredit, sedangkan Qabul adalah ucapan/jawaban pihak mempelai laki-laki atas ijab dari wali, sepe rti ucapannya : Saya terima nikahnya si Fulanah dengan mahar yang disebutkan, tunai/kredit. Sabda Rasulullah saw sebagai berikut :
. : Artinya : Barang siapa diantara wanita yang nikah dengan tidak diizinkan oleh walinya, maka perkawinannya batal.(H.R. 4 orang ahli hadis kecuali Nasai)
: . : Artinya : Janganlah wanita menikahkan wanita, jangan pula seorang wanita menikahkan dirinya sendiri. (H.R. Daruqutni Ibnu Majah).
. : : ( )
Artinya : Tidaklah sah nikah melainkan dengan wali dan dua orang saksi yang adil. (H.R. Ahmad dan Baihaqi) Adapun susunan wali yang dianggap sah untuk menjadi wali mempelai wanita adalah sebagai berikut : - Bapak - Kakek (Bapak dari bapak mempelai wanita) - Saudara laki-laki seibu-sebapak - Saudara laki-laki sebapak - Anak laki-laki dari saudara seibu sebapak - Anak laki-laki dari saudara sebapak - Saudara bapak yang laki-laki - Anak laki-laki dari saudara bapak yang laki-laki - Hakim Syarat wali dan dua orang saksi : - Islam - Balig - Berakal - Merdeka - Laki-laki - Adil 3. Mahram (wanita-wanita yang haram dinikahi) Menurut Islam tidak semua wanita boleh dinikahi karena disebabkan 3 hal : a. Mahram Nasab yaitu haram dinikahi karena adanya hubungan keturunan, yang termasuk m ahram nasab ada 7 orang : 1. Ibu dan seterusnya ke atas 2. Anak, cucu dan seterusnya ke bawah 3. Saudara perempuan seibu sebapak 4. Saudara perempuan ayah 5. Saudara perempuan ibu 6. Anak perempuan dari saudara laki-laki 7. Anak perempuan dari saudara perempuan (perhatikan Q.S. an-Nisa ayat 23) b. Mahram Mushaharah yaitu haram dinikahi karena adanya hubungan perkawinan yaitu : 1. Ibu dari istri (mertua) 2. Ibu tiri 3. Anak tiri 4. Istri anak (menantu) 5. saudara perempuan istri atau ipar (Q.S. an-Nur ayat 23) c. Mahram Radhaah yaitu haram dinikahi karena adanya hubungan sesusuan, yaitu : 1. Ibu yang menyusukan
2. Saudara sesusuan (Q.S. an-Nisa (4) ayat 22-23 )
E. Kewajiban Suami Istri Dalam perkawinan terdapat hak dan kewajiban yang timbul dari para suami istri . Kewajiban suami sebagai kepala rumah tangga terhadap istrinya dan anak-anaknya, istri sebagai ibu rumah tangga adalah merupakan hak istri terhadap suami dan anak-anaknya. Suami istri jika menjalankan kewajibannya dengan baik dan menggunakan hak dengan wajar, akan menghasilkan rumah tangga yang sakinah. Adapun kewajiban suami dan istrinya adalah sebagai berikut : 1. Kewajiban suami a. Memberi nafkah. Suami wajib memberi nafkah istri dan anak-anaknya seperti, minum, makan, pakaian dan tempat tinggal. Firman Allah dalam Q.S. an-Nisa:34. Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.( Q.S. an-Nisa:34) b. Memelihara, mendidik dan memimpin istri dan anak-anaknya serta bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraan keluarga. Suami harus bertanggung jawab terhadap keluarganya, pendidikan anak-anak, menjaga hubungan yang harmonis dengan istri dan anak-anaknya serta berusaha membimbing keluarga menjadi manusia yang bertaqwa. Firman Allah swt dalam Q.S. at Tahrim :6Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. ( Q.S. at Tahrîm :6) c. Berlaku sopan Berlaku sopan berbuat baik dan memberi kesempatan kepada istrinya untuk bersilaturahmi dengan keluarganya. Sabda Nabi saw :
( ) Artinya : Laki-laki (suami) yang baik ialah orang yang terbaik diantara kamu terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang terbaik diantara kamu terhadap keluarganya.(H.R. Ibnu Majah) 2. Kewajiban Istri a. Taat kepada suami b. Menjaga kehormatan diri dan keluarganya c. Menghargai dan menghormati pemberian suaminya walaupun sedikit. d. Tidak keluar rumah tanpa izin suami e. Memelihara dan mendidik anak-anak dan suaminya f. Mengatur dan menjaga rumah tangganya
g. Memelihara dan menjaga rahasia rumah tangganya. Allah berfirman dalam Al-Quran Surat an-Nisa ayat 34Artinya : Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (Q.S. an Nisa: 34) Sumber : http://saef-jaza.blogspot.com/2008_07_01_archive.html