A. PENGERTIAN PENGERTIAN CASE CASE CONTROL CONTROL Penelitian case control merupakan penelitian jenis analitik observasional yang dilakukan dengan cara membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Hal tersebut bergerak dari akibat ( penyakit ) ke sebab ( paparan ). Ciri-ciri dari penelitian case control adalah pemilihan subyek yang didasarkan pada penyakit yang diderita, kemudian lakukan lakukan pengamatan yaitu subyek mempunyai riwayat terpapar aktor penelitian atau tidak.
Penelitian case control dapat digunakan untuk mencari hubungan seberapa jauh aktor resiko resiko mempengaruhi terjadinya suatu penyakit. !isalnya adalah hubungan antara intensitas atau jangka waktu penyemprotan penyemprotan nyamuk nyamuk demam berdarah berdarah ( "ooging ) dengan seberapa banyak warga yang terjangkit penyakit #$#.
Penelitian Case Control adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana actor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan %retrospective&. Case Control dapat dipergunakan dipergunakan untuk mencari hubungan seberapa jauh actor risiko mempengaruhi terjadinya penyakit mis' hubungan antara kanker kanker serviks dengan perilaku seksual, hubungan antara tuberculosis anak dengan vaksinasi $C atau hubungan antara status gii bayi berusia * tahun dengan pemakaian +$ suntik pada ibu.
#esain Case control sering dipergunakan dipergunakan para peneliti karena dibandingkan dengan kohort, kohort, ia lebih murah, lebih cepat
*
memberikan hasil dan tidak memerlukan sampel yang besar. $ahkan untuk penyakit yang jarang, case control merupakan satu-satunya penelitian yang mungkin dilaksanakan untuk mengindentikasi actor resiko. !isalnya, kita ingin menentukan apakah pemberian esterogen pada ibu pada periode sekitar konsepsi mempertinggi risiko terjadinya kelainan jantung bawaan. #engan mengetahui bahwa insiden penyakit jantung bawaan pada $$ dari ibu yang tidak mendapat esterogen adalah per *///. Pada studi kohort diperlukan 01/// ibu tepajan dan 1/// ibu tidak terpajan actor risiko untuk dapat mendeteksi potensi peninggian risiko sebanyak 23 sedangkan dengan Case Control hanya diperlukan * kasus dan * kontrol. $ila yang diteliti adalah kelainan jantung yang khusus, misalnya malormasi konotrunkus yang kekerapannya hanya 2 per */// maka untuk penelitian kohort diperlukan *4.5// ibu terpajan dan *4.5// ibu tidak terpajan esterogen sedangkan untuk Case Control tetap hanya diperlukan * kasus dan * kontrol.
B. Tahapan penelitian Case Control
6ahap-tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut ' 1. Merumuskan pertanaan penelitian !an hipotesis an" sesuai 7etiap penelitian diawali dengan penetapan pertanyaan penelitian kemudian disususn hipotesis yang akan diuji validitasnya. !isalnya pertanyaannya adalah ' Apakah terdapat hubungan antara konsumsi jamu peluntur pada kehamilan muda dengan kejadian penyakit jantung bawaan pada bayi yang dilahirkan ? Hipotesis yang ingin diuji adalah'
2
Pajanan terhadap jamu peluntur lebih sering terjadi pada ibu yang anaknya menderita penyakit jantung bawaan PJB disbanding pada ibu yang anaknya tidak menderita PJB. #. Men!eskiripsikan $aria%le penelitian& 'aktor risiko( e'ek 8ntensitas pajanan aktor resiko dapat dinilai dengan cara mengukur dosis,rekuensi atau lamanya pajanan. 9kuran pajanan terhadap aktor resiko yang berhubungan dengan rekuensi dapat besiat ' #ikotom, yaitu apabila hanya terdapat 2 kategori, •
•
misalnya pernah minum jamu peluntur atau tidak. Polikotom, pajanan diukur pada lebih dari 2 tingkat, misalnya tidak pernah, kadang-kadang,atau sering
•
terpajan. +ontiniu, pajanan diukur dalam skala kontinu atau numerik, misalnya umur dalam tahun, paritas, berat lahir.
9kuran pajanan yang berhubungan dengan waktu dapat berupa ' •
amanya pajanan (misalnya jumlah bulan pemakaian :+#;) dan apakah pajanan itu berlangsung terus
• •
menerus. 7aat mendapat pajanan pertama $ilakah terjadi pajanan terakhir
#iantara pelbagai ukuran tersebut, yang paling sering digunakan adalah variable independen ( aktor resiko) berskala nominal dikotom (ya atau tidak) dan variable dependen (eek, penyakit) berskala nominal dikotom (ya atau tidak ) pula.
9ntuk masalah kesehatan, trutama kesehatan reproduksi, apakah pajanan terjadi sebelum, selama, atau sesuadah <
keadaan tertentu sangatlah penting. !isalnya, pemakaian kontrasepsi oral oleh perempuan yang belum pernah mengalami kehamilan sampai cukup bulan dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. +ita juga tahu oajanan beberapa obat atau bahan akti tertentu selama kehamilan muda mungkin berkaitan dengan kejadian kelainan bawaan pada janin.
#alama mencari inormasi tentang pajanan suatu aktor risiko yang diteliti maka perlu diupayakan sumber inormasi yang akurat. 8normasi tersebut dapat diperoleh antara lain ' •
Catatan medis rumash sakit, laboratorium patologi
•
anatomi #ata dari catatan kantor wilayah kesehatan +ontak dengan subyek penelitian, baik secara langsung,
•
telepon, atau surat.
Cara apapun yang digunakan, prinsip utamanya adalah pada kelompok kasus dan control ditanyakan hal-hal yang sama dengan cara yang sama pula, dan pewawancara sedapat mungkin tidak mengetahui apakah subyek termasuk dalam kelompok kasus atau kelompok control. Pengambilan data dari catatan medis sebaiknya juga secara buta atau tersamar, untu mencegah peneliti mencari data lebih teliti pada kasus maupun pada control. Perlu pla diketahui bahwa inormasi mengenai pemakaina kontrasepsi hormonal lebih lengkap dicatat pada perempuan yang berobat untuk kanker payudara bila dibandingkan dengan pada perempuan yang berobat untuk kanker payudara bila dibandingkan dengan pada perempuan yang berobat untuk kanker payudara bila dibandingkan dengan
1
pada perempuan yang berobat untuk raktur tulang. :pabila inormasi rekam medis kurang lengkap maka data perlu dilengkapi dengan cara menghubungi subyek (dengan tatap muka langsung, hubungan telepon, surat atau cara berkomunikasi yang lain).
=ek atau Outcome +arena eek> outcome merupakan hal yang sentral, maka diagnosis atau penentuan eek harus mendapat perhatian utama. 9ntuk penyakit atau kelainan dasar t?yang diagnosisnya mudah, misalnya anenseali, penentuan subyek yang telah mengalami atau tidak mengalami eek sukar. @amun pada banyak penyakir lain sering sulit diperoleh criteria klinis yang obyekti untuk diagnosis yang tepat, sehingga diperlukan cara diagnosis dengan pemeriksaan patologi-anatomik, dan lain-lain. !eskipun demikian kadang diagnosis masih sulit terutama pada penyakit yang maniestasinyabergantung pada stadiumnya. !isalnya artitis rheumatoid dapat mempunyai maniestasi klinis dan hasil laboratorium yang bervariasi, sehingga perlu dijelaskan lebih dahulu criteria diagnosis mana yang dipergunakan untuk memasukkan seseorang menjadi kasus. 9ntuk beberapa penyakit tertentu telah tersedia criteria baku untuk diagnosis, namun tidak jarang criteria diagnosis yang telah baku pun perlu dimodikasi agar sesuai dengan pertanyaan penelitian
). Menentukan populasi ter*an"kau !an sampel +kasus(kontrol,( !an -ara untuk pemilihan su%ek penelitian. asus
4
cara yang terbaik untuk memilih kasus adalah dengan mengambil secara acak subyek dari populasi yang menderita eek. @amun dalam praktik hal ini hampir tidak mungkin dilaksanakan, karena penelitian kasus-kontrol lebih sering dilakukan pada kasus yang jarang, yang diagnosisnya biasanya ditegakkan dirumah sakit. !ereka ini dengan sendirinya bukan subyek yang representati karena tidak menggambarkan kasus dalam masyarakat. Pasien yang tidak datang ke rumah sakit. $eberapa hal berikut perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam pemilihan kasus untuk studi kasus-kontrol agar sampel yang dipergunakan mendekati keadaan dalam populasi. asus insi!ens +%aru, atau kasus pre$alens +%aru/lama, #alam pemilihan kasus sebaiknya kita memilih kasus insidens (kasus baru). +alau kita mengambil kasus prevalens (kasus lama dan baru) maka untuk penyakit yang masa sakitnya singkat atau mortalitasnya sangat tinggi, kelompok kasus tidak menggambarkan kedaan dalam populasi (bias @eyman). !isalnya, pada penelitian kasus-kontrol untuk mencari aktor-aktor risiko penyakit jantung bawaan, apabila dipergunakan kasus prevalens, maka hal ini tidak menggambarkan keadaan sebenarnya, mengingat sebagian pasien penyakit jantung bawaan mempunyai angka kematian tertinggi pada periode neonates atau masa bayi. #engan demikian pasien yang telah meninggal tersebut tidak terwakili dalam penelitian. Tempat pen"umpulan kasus $ila di autu daerah terdapat registry kesehatan masyarakat yang baik dan lengkap, maka pengambilan kasus sebaiknya dari sumber di masyarakat ( population based), karena kasus yang ingin diteliti tercatat dengan baik.
A
7ayangnya di 8ndonesia belum ada daerah yang benar benar mempunyai registrasi yang baik, sehingga terpaksa diambil kasus dari pasien yang berobat ke rumah sakit ( hospital based). Hal ini menyebabkan terjadinya bias yang cukup penting (bias $erkson), karena karakteristik pasien yang berobat ke rumah sakit mungkin berbeda dengan karakteristik pasien yang tidak berobat ke rumah sakit. Saat !ia"nosis 9ntuk penyakit yang perlu pertolongan segera (misalnya patah tulang) maka saat ditegakkannya diagnosis boleh diakatakan sama dengan mula timbulnya penyakit (onset ). 6etapi banyak penyakit yang mula timbulnya perlahan dan sulit dipastikan denga tepat (contohnya keganasan atau pelbagai jenis penyakit kronik). #alam keadaan ini maka pada saat mengidentikasikan aktor resiko perlu diyakinkan bahwa pajanan aktor yang diteliti terjadi sebelum terjadinya eek, dan bukan terjadi setelah timbulnya eek atau penyakit yang dipelajari. Contoh ' 8ngin diketahui hubungan diet dengan kejadian kanker kolon. Pertanyaan harus ditujukan terhadap diet sebelum timbul gejala, sebab mungkin saja subyek telah mengubah dietnya oleh karena terdapatnya gejala penyakit. Penelitian terhadap penyakit yang timbulnya maniestasi memerlukan waktu lama, misalnya sklerosis multiple, perlu perhatian ekstra untuk menentukan saat gejala pertama timbul. $ila gejala sudah lama terjadi, sebaiknya kasus jangan dipakai, sebab sulit dihindarkan kemungkinan terjadinya pajanan setelah timbul penyakit. ontrol Pemilihan control member masalah yang lebih besar daripada pemilihan kasus, oleh karena control semata
5
mata ditentukan oleh peneliti, sehingga sangat terancam bias. Perlu ditekankan bahwa control harus berasal dari populasi yang sama dengan kasus, agar risiko yang diteliti. $ila peneliti ingin mengetahui apakah kanker payudara berhubungan dengan penggunaal pil +$, maka criteria inklusi untuk control adalah subyek yang memiliki peluang untuk minum pil +$ yaitu wanita yang menikah, dalam usia subur (wanita yang tidak menikah atau belum mempunyai anak tidak minum pil kontrasepsi). :da bebrapa cara untuk memilih control yang baik ' Memilih kasus !an -ontrol !ari populasi an" •
sama & !isalnya kasus adalah semua pasien dalam populasi tertentu sedangkan control diambil secara acak dari populasi sisanya. #apat juga kasus dan control diperoleh dari populasi yang telah ditentukan sebelumnya yang biasanya lebih kecil (misalnya dari •
studi kohort). Matching. Cara kedua untuk mendapatkan control yang baik ialah dengan cara melakukan matching , yaitu memilih control dengan karakteristik yang sama dengan kasus dalam semua variable yang mungkin berperan sebagai aktor risiko kecuali variable yang diteliti. $ila matching dilakukan dengan baik, maka pelbagai variable yang mungkin berperan terhadap kejadian penyakit (keculai yang sedang diteliti) dapt dismakan, sehingga dapat diperoleh asosiasi yang lebih kuat antara variable yang sedang diteliti dengan penyakit. 6eknik ini mempunyai keuntungan kain, yakni jumlah subyek yang diperlukan lebih sedikit. @amun jangan terjadi overmatching, yaitu matching pada variable yang
nilai resiko relative terlalu rendah. :pabila terlalu dalam mencari subyek kelompok control. #i lain sisi harus pula dihindarkan undermatching yakni tidak dilakukan penyertaan terhadap varibel-variabel yang •
potensial menjadi peransu (conounder ) penting. Cara lainnya adalah dengan memilih le%ih !ari satu kelompok kontrol. +arena sukar mencari kelompok control yang benar-benar sebanding maka dapat dipilih lebih dari satu kelompok control. !ilanya bila kelompok kasus diambil dari rumah sakit, maka satu control diambil dari pasien lain di rumah sakit yang sama, dan control lainnya berasal dari daerah tempat tinggal kasus. :pabila ratio odds yang didapatkan dengan menggunakan 2 kelompok control tersebut tidak banyak berbeda, hal tersebut akan memperkuat asosiasi yang ditemukan. :pabila ratio odds antara kasus dengan masing-masing control sangat berbeda, berarti salah satu atau kedua hasil tersebut tidak sahih, dengan kata lain terdapat bias, dan perlu diteliti letak bias tersebut. Contoh ' 7uatu penelitian kasus-kontrol ingin mencar hubungan antara penyakir :8#7 pada pria dengan homoseksualitas. 7ebagai kasus diambil semua pasien dengan diagnosis :8#7 dirumah sakit :. untuk kelompok control pertama dipilih secara acak dari pasien dengan penyakit lain yang dirawat di rumah sakit tersebut dan tidak menderita :8#7 (diperoleh rasio odds sebesar A,<), sedangkan kelompok control kedua dipilih secara acak dari pria sehat yang tinggal berdekatan dengan tiap pasien dalam kelompok
B
kasus (diperoleh rasio odds B,/). alaupun pada kelompok control pertama lebih banyak penyakit lain dibandingkan pada control kedua, ternyata pada kedua kelompok control praktik homoseksualitas jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kasus, sehingga rasio odds pada kedua kelompok control hampir sama. Hal ini jelas memperkuat simpulan terdapatnya hubungan antara homoseksualitas dengan terjadinya :8#7. 0. Menetapkan %esar sampel Dumlah subyek yang perlu diteliti untuk memperlihatkan adanya hubungan antara aktor risiko dengan penyakit perlu ditentukan sebelum penelitian dimulai. Pada dasarnya untuk penelitian kasus control jumlah subyek yang diteliti bergantung pada ' a. $eberapa rekuensi pajanan aktor risiko pada suatu populasiE ini penting terutama apabila control diambil dari populasi. :pabila densitas pajanan risiko terlalu kecil atau terlalu besar, mungkin pajanan resiko pada kasus dan control hampir sama sehingga diperlukan sampel yang besar untuk mengetahui perbedaannya. b. ;asio odds terkecil yang dianggap bermakna (;). c. #erajat kemaknaan (F ) dan kekuatan ( power! "# G) yang dipilih. $iasa dipilih F ? 4, G ? */ atau 2/ ( power ? B/ atau /) d. ;asio antara jumlah kasus control. $ila dipilih control lebih banyak, maka jumlah kasus dapt dikurangi. $ila jumlah control diambil c kali jumlah kasus, maka jumlah kasus dapt dikurangi dari n menjadi (cI*)n>2c. e. :pakah pemilihan control dilakukan dengan matching atau tidak. #iatas telah disebut bahwa dengan melakukan
*/
matching maka jumlah subyek yang diperlukan untuk diteliti menjadi lebih sedikit. . Melakukan Pen"ukuran Pengukuran variable eek dan aktor risiko merupakan hal yang dentral pada studi kasus-kontrol. Penentuan eek harus sudah dideenisikan denganjelas dalam usulan penelitian. Pengukuran aktor risiko atau pajanan yang terjadi pada waktu lampau juga sering menimbulkan kesulitan. +adang tersedia data objekti, missal rekam medis kumpulan preparat hasil pemeriksaan patologianatomik, hasil laboratorium, atau pelbagai henis hasil pencitraan. @amun lebih sering penentuan pajanan pada masa lalu dilakukan semata-mata dengan anamnesis atau wawancara dengan responden, jadi hanya dengan mengandalkan daya ingat responden yang mungkin dipengaruhi oleh statusnya (mengalami outcome atau tidak). 2. Men"analisis hasil penelitian :nalisis hasil studi kasus-kontrol dapat hanya bersiat sederhana yaitu penentuan ratio odds, sampai pada yang kompleks yakni dengan analisis multivariate pada studi kasus control dengan lebih dari satu aktor resiko. 8ni ditentukan oleh apa yang ingin diteliti bagaimana cara memilih control (matched atau tidak), dan terdapatnya variable yang menggangu ataupun yang tidak. C. Penentuan ratio odds A. Stu!i kasus3kontrol tanpa 4matching5 ;atio odds (;J) pada studi kasus-kontrol dapat diartikan sama dengan resiko relative (;;) pada studi kohort. Pada penelitian kohort dimulai dengan pol?pulasi yang terpajan (aIb) dan populasi yang tidak terpajan (cId) . #engan
**
perjalanan waktu maka dengan sendirinya akan timbul eek pada populasi yang terpajan (a) dan pada populasi yang tidak terpajan (d). kemudian dapat dihitung kejadian eek pada populasi terpajan (a>KaIbL) dan eek pada populasi yang tidak terpajan (c>Mc?dL) sehingga dapat dihitung resiko relative yaitu '
RR=
( insiden padakelompok dengan faktor risiko ) a /( a− b ) = ( insiden pada kelompok tanpa faktor risiko ) c /( c + d )
Pada penelitian kasus-kontrol dimulai dengan mengambil kelompok kasus (aIc) dan kelompok control (bId). oleh karena kasus adalah subyek yang sudah sakit dan control adalah mereka yang tidak sakit maka tidak dapat dihitung insidens penyakit baik pada kasus maupun control. Nang dapat dinilai adalah berapa sering terdapat pajanan pada kasus dibandingkan pada control. Hal inilah yang menjadi alat analisis pada studi kasus-kontrol, yang disebut ratio odds (;J). RO =
odds padakelompok kasus odds padakelompok kontrol
RO =
( proporsi kasus denganrisiko ) ( proporsi kontroldenganrisiko ) : ( proporsi kasus denganrisiko ) ( proporsi kontro l denganrisiko )
a
¿
( a −c ) b b +d
:
:
c /( a− c )
= d /( b + d )
a/c =ad / bc b/ d
B. Stu!i kasus3kontrol !en"an 4matching’ Pada studi kasus control dengan matching individual, harus dilakukan analisis dengan menjadikan kasus dan control sebagai pasangan-pasangan. Dadi, bila misalnya terdapat 4/ kasus yang masing masing berpasangan
*2
dengan tiap subyek dari 4/ kontrol, maka kita lakukan pengelompokan menjadi 4/ pasangan sebagai berikut. Hasil pengamatan studi kasus-kontrol biasanya disusun dalam table 2 3 2 dengan keterangan sebagai berikut ' 7el a ' kasus dan control mengalami pajanan 7el b ' kasus mengalami pajanan, control tidak 7el c ' kasus tidak mengalami pajanan, control mengalami 7el d ' kasus dan control tidak mengalami pajanan
+:797
+ontrol Risiko / a c
Risiko / Risiko 3
Risiko 3 b d
;asio adds pada studi kasus control dengan matching ini dihitung dengan mengabaikan sel a karena baik kasusmaupun control terpajan, dan sel d, karena baik kasus maupun control tidak terpajan. ;asio adds dihitung dengan ormula ' RO −
b c
;J, walaupun tidak sama dengan risiko relative akan tetapi dapat dipakai sebagai indicator adanya kemungkinan hubungan sebab akibat antara aktor risiko dan eek. @ilai ;J dianggap mendekati risiko relative apabila ' *) 8nsiden penyakit yang diteliti kecil, biasanya dianggap tidak lebih dari 2/ populasi terpajan. 2) +elompok control merupakan kelompok representative dari populasi dalam hal peluangnya untuk terpajan aktor risiko <) +elompok kasus harus representative
*<
8nterprestasi nilai ;J dengan interval kepercayaannya sama dengan interperestasi pada penelitian cross# sectional, yakni ;J yang O * menunjukkan bahwa aktor risiko, bila ;J ? * atau mencakup angka * berarti bukan aktor risiko, dan bila kurang dari * berarti merupakan aktor yang melindungi atau protekti.
CONTO6 ST78I AS7S3ONTROL TANPA ‘MATCHING’ Masalah . :pakah abortus berhubungan dengan risiko kejadian plasenta previa pada kehamilan berikutnya 6ipotesis. 7tudi kasus-kontrol, hospital based asus. anita melahirkan di ;7C! dari * Danuari *BBA sampai dengan <* #esember *BBB secara bedah ceasar atas indikasi plasenta previa totalis yang dibuktikan dengan 97 dan klinis pendarahan antepartum. ontrol. anita yang melahirkan dalam kurun waktu yang sama tanpa plasenta previa dan dipilih secara acak. 9aktor risiko an" in"in !iteliti. ;iwayat terdapatnya abortus sebelum persalinan sekarang. Pen"umpulan !ata. #engan wawancara dan pengisian kuesioner diperoleh data dari A kasus dan A kontrol. Analisis !ata. !eskipun ;J lebih dari *, namun karena interval kepercayaannya mencakup angka *, maka simpulannya adalah abortus tidak mempunyai hubungan dengan terjadinya plasenta previa pada kehamilan kemudian, atau diperlukan lebih banyak kasus untuk membuktikannya.
*1
RIDA:AT
:a Ti!ak
ABORSI
a 1# 2 2=
Plasenta pre$ia Ti!ak ; ; 2=
*umlah #1 11 1)2
Ratio a!!s > +1#?;, @ +;?2,>1(0 Internal keper-aaan ;>( )(2 8. BIAS 8ALAM ST78I AS7S ONTROL $ias merupakan kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil penelitian tidak sesuai dengan kenyataan. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat tiga kelompok bias yang dapat mempengaruhi hasil, yaitu ' *.
$ias seleksi
2.
$ias inormasi
<.
$ias perancu (conounding bias)
7ackettQ mencatat beberapa hal yang dapat menyebabkan bias, di antaranya adalah ' a. 8normasi tentang aktor risiko atau aktor perancu (conounding actors) mungkin
terlupa oleh subyek
penelitian atau tidak tercatat dalam catatan medik kasus (recall bias) b. 7ubyek yang terkena eek (kasus), karena ingin mengetahui penyebab penyakitnya lebih sering melaporkan
*4
aktor risiko dibandingkan dengan subyek yang tidak terkena eek (kontrol) c. Peneliti kadang sukar menentukan dengan tepat apakah pajanan suatu agen menyebabkan penyakit ataukah terdapatnya penyakit menyebabkan subyek lebih terpajan oleh agen d. 8dentikasi subyek sebagai kasus maupun kontrol yang representati seringkali sangat sukar
E. ele%ihan Ran-an"an Penelitian Case Control a. 7tudi kasus-kontrol dapat, atau kadang bahkan merupakan satu-satunya, cara untuk meneliti kasus yang jarang atau b. c. d. e.
yang masa latennya panjang. Hasil dapat diperoleh dengan cepat. $iaya yang diperlukan relative murah. !emerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit. #apat digunakan untuk mengidentikasikan berbagai actor resiko sekaligus dalam satu penelitian.
9. ekuran"an Ran-an"an Penelitian Case Control a. #ata mengenai pajanan terhadap aktor resiko diperoleh dengan mengandalakan daya ingat atau rekam medis. #aya ingat responden ini menyebabkan terjadinya recall bias, karena responden yang mengalami eek cenderung
*A
lebin?h mengingat pajanan terhadap aktor resiko dari pada responden yang tidak mengalami eek. #ata sekunder, dalam hal ini rekam medis yang seringkali dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat. b. Ralidasi mengenai inormasi kadang kadang sukar diperoleh. c. Jleh karena kasus maupun control dipilih oleh peneliti maka sukar untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok tersebut benar sebanding dalam pelbagai aktor eksternal dan sumber bias lainnya. d. 6idak dapat memberikan incidence rates. e. 6idak dapat diapakai untuk menentukan lebih dari * variabel dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit atau eek.
8A9TAR P7STAA Pro. #;. #r. 7udigdo 7astroasmoro, 7p.: (+) , Pro. #r. #r. 7oyan 8smael, 7p.: (+).(2/*1). #asar-dasar !etodologi Penelitian +linis. Dakarta .CR 7agung 7eto.
Pro. #r. 7oekidjo @otoatmodjo.(2/*/). !etodologi Penelitian +esehatan.Dakarta.;ieneka Cipta.
*5