Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-SemeruPengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
ii
[Document title]
[Document subtitle]
[Date][Company name][Company address][Date][Company name][Company address]
[Date]
[Company name]
[Company address]
[Date]
[Company name]
[Company address]
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Perencanaan Wilayah (RP14-1328) yang berjudul "Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata, Studi Kasus Kawasan Strategis Pariwisata Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru" dengan lancar.
Selama proses penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan optimal, sehingga pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, yaitu:
Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg; Ema Umilia, ST., MT. selaku dosen mata kuliah Perencanaan Wilayah.
Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan motivasi.
Rekan-rekan di jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITS yang memberikan motivasi dan bantuan demi kelancaran pembuatan makalah ini.
Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama dalam menambah wawasan tentang analisis lokasi dan keruangan. Tak ada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Surabaya, 20 Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah 2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah 3
1.4.1 Manfaat Teoritis 3
1.4.2 Manfaat Praktis 3
1.5 Sistematika Penulisan Makalah 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Pariwisata 4
2.2 Kawasan Strategis Pariwisata 4
2.3 Definisi Taman Nasional 5
2.4 Konsep Ekowisata 6
BAB III GAMBARAN UMUM 9
3.1 Kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru 9
3.1.1 Letak 9
3.1.2 Topografi 10
3.1.3 Geologi dan Tanah 10
3.1.4 Iklim 10
3.1.5 Hidrologi 10
3.1.6 Aksesibilitas 11
3.1.7 Keanekaragaman Hayati 12
3.1.8 Sistem Zonasi 13
3.2 Daya Tarik Wisata 14
3.2.1 Wisata Alam 14
3.2.2 Wisata Budaya 15
3.3 Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru 15
3.3.1 Organisasi dan Tupoksi 15
3.3.2 Visi dan Misi 16
BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH 17
4.1 Analisis SWOT 17
4.2 Strategi Pengembangan 19
BAB V KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH 22
5.1 BTS Plantae Eco-House and Homestay 22
5.2 Kebijakan-Kebijakan yang Mendukung Ekowisata BTS 23
BAB VI PENUTUP 25
6.1 Kesimpulan 25
DAFTAR PUSTAKA 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru 9
Gambar 3.2 Rute Pintu Masuk Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru 11
Gambar 3.3 Peta Zonasi Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru 13
Gambar 4.1 Peta Zonasi Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru 23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata adalah suatu aset daerah pada khususnya dan bagi negara pada umumnya memiliki sumber penghasilan yang sangat besar dibanding dengan sektor sektor lainnya. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, akan menarik perkembangan sektor-sektor lain karena produk-produknya diperlukan untuk menunjang industri pariwisata, seperti sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perkebunan, kelautan dan perikanan, dan lain sebagainya. Mata rantai sektor-sektor yang berkesinambungan satu sama lain dengan sektor pariwisata memiliki dampak multiganda terhadap sektor pariwisata, atau biasa juga disebut multiplier effects based tourism. Menurut Glasson (1990), multiplier effects adalah suatu kegiatan yang dapat memacu timbulnya kegiatan lain. Berdasarkan teori ini dapat dijelaskan bahwa industri pariwisata akan menggerakkan industri-industri pada sektor lain sebagai pendukungnya.
Dalam hal sektor kehutanan, Indonesia merupakan negara yang memiliki hamparan hutan luas serta memiliki peran penting bagi kehidupan isi bumi, selain itu hutan yang kita miliki menyimpan kekayaan hayati serta memiliki berbagai flora dan fauna yang kini menjadi kekayaan tersendiri bagi Indonesia. Hutan tropis di Indonesia merupakan habitat flora dan fauna yang kelimpahannya tidak tertandingi oleh negara lain dengan ukuran luas yang sama. Untuk melindungi kekayaan alam yang kita miliki ini.
Di Indonesia, adapun kawasan hutan yang dilindungi oleh pemerintah yaitu Taman Nasional. Taman Nasional merupakan tanah yang dilindungi, biasanya oleh pemerintah pusat, dari perkembangan manusia dan polusi.Taman nasional merupakan kawasan yang dilindungi (protected area) oleh World Conservation Union Kategori II. Salah satu taman nasional yang terkenal di Indonesia adalah Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.
Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru adalah taman nasional di Jawa Timur, Indonesia, yang terletak di wilayah administratif Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo. Taman yang bentangan barat-timurnya sekitar 20-30 kilometer dan utara-selatannya sekitar 40 km ini ditetapkan sejak tahun 1982 dengan luas wilayahnya sekitar 50.276,3 Ha, dan di kawasan ini terdapat kaldera lautan pasir yang luasnya ± 6290 Ha. Batas kaldera lautan pasir itu berupa dinding terjal, yang ketinggiannya antara 200-700 meter.Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian ± 2.100 meter dari permukaan laut.
Mengingat kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru adalah salah satu dari 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Indonesia yang berdasarkan Lampiran III, Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional 2010-2025. Oleh karena itu Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru cukup terkenal dan ramai dikunjungi oleh kalangan wisatawan domestik maupun internasional. Hal ini menuntut pihak Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru dan masyarakat sekitar akan tanggung jawab menjaga keasrian Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru dengan menerapkan atau melaksanakan kegiatan konservasi dan ekowisata sebagai langkah utama.
Melihat kondisi Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru sekarang, kegiatan konservasi dan ekowisata sudah terlihat jelas memberikan manfaat pada kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, dilihat dari tatanannya yang rapi serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan menjaga ekosistem alam di sekitar kawasan taman nasional. Akan tetapi, kondisi yang optimal belum terlihat dari segi kebersihan, hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya sampah yang ditemukan di sekitar kawasan Taman Nasional.
Oleh karena itu dalam penyusunan makalah ini, penulis ingin mempelajari ecara mendalam mengenai ekowisata dan konservasi tersebut untuk menggali penyebab akan masalah yang jelas terlihat di kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru yang diketahui aktif dalam melakukan konservasi dan ekowisata disana.
1.2 Rumusan Masalah
Persoalan apakah yang terjadi pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Bromo-Tengger-Semeru dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah?
Bagaimanakah strategi penanganan dan rekomendasi yang tepat untuk pemecahan masalah tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari makalah mengenai persoalan dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Bromo-Tengger-Semeru adalah sebagai berikut:
Mengetahui dan memahami persoalan yang terjadi pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Bromo-Tengger-Semeru dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah.
Mengetahui strategi penanganan dan rekomendasi yang tepat untuk memecahkan masalah yang terjadi pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Bromo-Tengger-Semeru
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
1.4.1 Manfaat Teoritis
Memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai persoalan perencanaan wilayah dalam tema pariwisata dengan mengedepankan kelestarian alam, kesejahteraan masyarakat, dan kegiatan konservasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi bagi Pengelola, Pemerintah, dan Instansi terkait dalam pengambilan kebijakan atau keputusan terhadap permasalahan yang dihadapi di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.
1.5 Sistematika Penulisan Makalah
BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, sistematika penulisan makalah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, berisi landasan-landasan teori dari penelitian yang akan dibahas.
BAB III GAMBARAN UMUM, meliputi gambaran umum wilayah dan gambaran umum persoalan yang berkaitan dengan pengembangan wilayah.
BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH, berisi tentang telaahan dari persoalan yang telah dibahas dan strategi penanganan yang dapat dilakukan untuk pemecahan persoalan.
BAB V KONSEP PENANGANAN, berisi konsep besar penanganan masalah.
BAB VI PENUTUP, berisi kesimpulan dan lesson learned.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berputar-putar dan lingkup, sedangkan pariwisata berarti perjalanan (Musanef, 1996). Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengelola atau penyelenggara serta pengusahaan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang ini sehingga orang/wisatawan datang untuk mengunjunginya. Sedangkan pengertian pariwisata menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Kemudian menurut Spilane (1987: 21), dalam arti luas pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.
Menurut Fandeli (1995: 37), pariwisata adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dijelaskan pula bahwa wisata merupakan suatu kegiatan bepergian dari suatu tempat ke tempat tujuan lain di luar tempat tinggalnya, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah, melainkan untuk menciptakan kembali kesegaran baik fisik maupun psikis agar dapat berprestasi lagi. Sementara itu menurut Pendit (1990:29) bahwa pariwisata merupakan suatu sektor yang kompleks, yang juga melibatkan industri-industri klasik, seperti kerajinan tangan dan cinderamata, serta usaha-usaha penginapan dan transportasi. Ditambahkan pula bahwa pariwisata terdiri atas 10 unsur pokok yaitu : 1) politik pemerintah, 2) perasaan ingin tahu, 3) sifat ramah tamah, 4) jarak dan waktu, 5) atraksi, 6) akomodasi, 7) pengangkutan, 8) harga-harga, 9) publisitas, dan 10) kesempatan berbelanja.
Jadi dari ulasan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, bukan untuk bekerja atau berusaha melainkan untuk bersenang-senang/bertamasya dan mencari pengalaman serta menambah wawasan dalam pengetahuan.
2.2 Kawasan Strategis Pariwisata
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2009 Bab I Pasal 10 menjelaskan tentang Kawasan strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Kemudian dipertegas di dalam Bab V Pasal 12 yaitu:
Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan:
Sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata.
Potensi pasar.
Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah.
Perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Lokasi yang strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya.
Kesiapan dan dukungan masyarakat.
Kekhususan dari wilayah.
Kawasan strategis pariwisata dikembangkan untuk berpartisipasi dalam terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan negara Republik Indonesia serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek budaya, sosial, dan agama masyarakat setempat.
2.3 Definisi Taman Nasional
Taman Nasional adalah Kawasan Pelestarian Alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan taman nasional meliputi:
Memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik yang masih utuh dan alami serta gejala alam yang unik
Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh
Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami
Merupakan wilayah yang dapat dibagi kedalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai dengan keperluan.
Mekanisme pemanfaatan taman nasional dilakukan bersama pihak ketiga: terlebih dahulu membangun kesepahaman/kesepakatan/kolaborasi dengan pengelola Taman Nasional dalam rangka pemanfaatan potensi kawasan (Permenhut No.P19/ Menhut/2004). Terhadap masyarakat di sekitar Taman Nasional dilakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat di sekitar Taman Nasional dilakukan melalui:
Pengembangan desa konservasi
Pemberian izin untuk memungut hasil hutan bukan kayu di zona atau blok pemanfaatan, izin pemanfaatan tradisional, serta izin pengusahaan jasa wisata alam
Fasilitasi kemitraan pemegang izin pemanfaatan hutan dengan masyarakat.
2.4 Konsep Ekowisata
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah, Ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Pengembangan ekowisata adalah kegiatan perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ekowisata.
Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2009), ekowisata memiliki banyak definisi, yang seluruhnya berprinsip pada pariwisata yang kegiatannya mengacu pada 5 (lima) elemen penting, yaitu :
Memberikan pengalaman dan pendidikan kepada wisatawan, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Pendidikan diberikan melalui pemahaman tentang pentingnya pelestarian lingkungan, sedangkan pengalaman diberikan melalui kegiatan-kegiatan wisata yang kreatif disertai dengan pelayanan yang prima.
Memperkecil dampak negatif yang bisa merusak karakteristik lingkungan dan kebudayaan pada daerah yang dikunjungi.
Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan pelaksanaannya.
Memberikan keuntungan ekonomi terutama kepada masyarakat lokal. Oleh karena itu, kegiatan ekowisata harus bersifat profit (menguntungkan).
Dapat terus bertahan dan berkelanjutan.
Berdasarkan dari elemen ekowisata, terdapat beberapa cakupan ekowisata yaitu untuk edukasi, pemberdayaan masyarakat, peningkatan ekonomi, serta upaya dalam kegiatan konservasi.Pengembangan ekowisata di dalam hutan yang tidak mengenal kejenuhan pasar, dapat menjadikan wisata alam sebagai salah tujuan wisatawan.Oleh karena itu, pengembangan ekowisata harus mengacu pada prinsip-prinsip ekowisata, untuk mencapai keberhasilan ekowisata dalam mempertahankan kelestarian dan pemanfaatan (Fandeli, 2000).
Dalam undang-undang RI no. 10 tahun 2009 pasal (10) menjelaskan tentang kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumberdaya alam, daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan.
Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2009), ekowisata memiliki banyak definisi, yang seluruhnya berprinsip pada pariwisata yang kegiatannya mengacu pada lima elemen penting, yaitu:
Memberikan pengalaman dan pendidikan kepada wisatawan, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Pendidikan diberikan melalui pemahaman tentang pentingnya pelestarian lingkungan, sedangkan pengalaman diberikan melalui kegiatan-kegiatan wisata yang kreatif disertai dengan pelayanan yang prima
Memperkecil dampak negatif yang bisa merusak karakteristik lingkungan dan kebudayaan pada darah yang dikunjungi
Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan pelaksanaannya
Memberikan keuntungan ekonomi terutama kepada masyarakat lokal. Oleh karena itu kegiatan ekowisata harus bersifat profit (menguntungkan)
Dapat terus bertahan dan berkelanjutan
Dalam hal ini, KSP BTS akan dikembangan dengan konsep pengembangan ekowisata. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di daerah, ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan memperhatikan usur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal.
Ekowisata berbasis masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata yang mendukung dan memungkinkan keterlebitan penuh oleh masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan yang diperoleh.
Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas.Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jualsebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai pengelola. Ekowisata berbasis masyarakat dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat, dan mengurangi kemiskinan, di mana penghasilan ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata untuk turis: fee pemandu; ongkos transportasi; homestay; menjual kerajinan, dll. Ekowisata membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga antar penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata.
Dengan adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan berarti bahwa masyarakatakan menjalankan usaha ekowisata sendiri. Tataran implementasi ekowisata perludipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan terpadu yang dilakukan disuatu daerah.Untuk itu, pelibatan para pihak terkait mulai dari level komunitas, masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan organisasi non pemerintah diharapkanmembangun suatu jaringan dan menjalankan suatu kemitraan yang baik sesuai peran dan keahlian masing-masing. (WWF & Direktorat Jendral pengembangan Destinasi Pariwisata, 2009; 2).
Selanjutnya, dalam penerapan ekowisata berbasis masyarakat terdapat beberapa aspek kunci, berikut adalah penjelasannya:
Masyarakat membentuk panitia atau lembaga untuk pengelolaan kegiatan ekowisata di daerahnya, dengan dukungan dari pemerintah dan organisasi masyarakat (nilai partisipasi masyarakat dan edukasi)
Prinsip local ownership (pengelolaan dan kepemilikan oleh masyarakat setempat) diterapkan sedapat mungkin terhadap sarana dan pra-sarana ekowisata, kawasan ekowisata, dll (nilai partisipasi masyarakat)
Homestay menjadi pilihan utama untuk sarana akomodasi di lokasi wisata (nilai ekonomi dan edukasi)
Pemandu adalah orang setempat (nilai partisipasi masyarakat)
Perintisan, pengelolaan dan pemeliharaan obyek wisata menjadi tanggung jawab masyarakat setempat, termasuk penentuan biaya (=fee) untuk wisatawan (nilai ekonomi dan wisata).(WWF & Direktorat Jendral pengembangan Destinasi Pariwisata, 2009; 3).
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
Luas kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru adalah 50.276,20 Ha, terdiri dari50,265,95 Ha daratan dan 10,25 Ha perairan yang berupa danau atau ranu.
3.1.1 Letak
Kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru terletak antara 70 51' 39" - 80 19' 35" Lintang Selatan dan 1120 47' 44" – 1130 7' 45" Bujur Timur. Berdasarkan wilayah administrasinya, Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru termasuk dalam empat wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang, Propinsi Jawa Timur. Batas administrasi dari Kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru antara lain sebagai berikut.
Sebelah utara : Kecamatan Tutur, Tosari, Puspo, dan Lumbang, Kabupaten Pasuruan
Sebelah timur : Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo dan Kecamatan Gucialit, dan Senduro, Kabupaten Lumajang
Sebelah selatan : Kecamatan Ampelgading, dan Tirtoyudo, Kabupaten Malang serta Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro, Kabupaten Lumajang
Sebelah barat : Kecamatan Tirtoyudo, Wajak, Poncokusumo, Tumpang dan Jabung, Kabupaten Malang
Gambar 3.1 Peta Kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
Sumber: dephut.go.id, 2016
3.1.2 Topografi
Kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru berada pada ketinggian 750 – 3.676 mdpl. Morfologinya bervariasi dari bergelombang dengan lereng yang landai sampai berbukit bahkan bergunung dengan derajat kemiringan yang tegak.
3.1.3 Geologi dan Tanah
Formasi kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru merupakan hasil gunung api kuarter muda sampai kuarter tua. Jenis tanah di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru adalah regosol dan litosol. Bahan jenis tanah ini adalah abu dan pasir vulkanis intermedier sampai basis dengan sifat permiabilitas sangat rapat dan lapisan teratas sangat peka terhadap erosi. Warna tanah mulai dari kelabu, coklat, coklat kekuning-kuningan sampai putih, dengan tekstur tanah pada umumnya pasir sampai lempung berdebu dengan struktur lepas atau berbutir tunggal serta konsistensinya lepas atau teguh dan keras.
3.1.4 Iklim
Suhu udara di kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru berkisar antara 50 sampai 220 C. Suhu terendah terjadi pada saat dini hari di puncak musim kemarau antara 30 - 50 C, bahkan di beberapa tempat sering memiliki di bawah 00 C, khususnya di Ranu Kumbolo dan Puncak Mahameru. Sedangkan suhu maksimum berkisar antara 200 – 220 C.
Iklim dalam kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru menurut klasifilasi iklim Schmidt Ferguson (1951) adalah sebagai berikut.
Tipe A daerah Semeru bagian Tenggara.
Tipe B daerah Semeru bagian Selatan, Puncak, dan lereng Semeru bagian Timur.
Tipe C daerah Argowulan, Penanjakan, Keciri, Blok Argosari, Ranu Kumbolo, dan Jambangan.
Tipe D daerah Laut Pasir, Ngadas, Ranupani, blok Watu Pecah sampai dengan Poncokusumo
3.1.5 Hidrologi
Terdapat lebih dari 50 (lima puluh) sungai/mata air dan 5 (empat) ranu/danau di dalam kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru yakni Ranu Pani, Darungan, Regulo, Kumbolo dan Ranu Kuning. Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengaturan tata air untuk daerah sekitarnya, terutama dalam memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat, untuk keperluan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, hingga industri di Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Probolinggo.
3.1.6 Aksesibilitas
Untuk memasuki dan mencapai Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru dapat ditempuh melalui 4 (empat) pintu masuk kota, yaitu Pasuruan, Malang, Probolinggo, dan Lumajang.
Jalan masuk dapat dilalui kendaraan roda 4 maupun roda 2, namun khusus untuk kendaraan bis hanya dapat melalui Tongas hingga Cemorolawang atau Porbolinggo hingga Cemorolawang saja. Sedangkan untuk wisata pendakian Gunung Semeru, semua jenis kendaraan hanya diperbolehkan hingga Ranupani saja. Rute peta pintu masuk menuju kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.2 Rute Pintu Masuk Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
Sumber: bromotenggersemeru.org, 2016
Kendaraan roda 4 dari Wonokitri dan Jemplang yang akan memasuki kawasan, demi keselamatan penumpang dan pengunjung, hanya kendaraan double gardan (four wheel drives) yang diperbolehkan memasuki kawasan. Hal tersebut disebabkan selain karena tanahnya berupa pasir gembur, juga medannya yang berkelok-kelok tajam dan memiliki tanjakan dan turunan yang tajam pula. Selain itu pula, kendaraan roda 4 yang memasuki kawasan dari Cemorolawang yang diperbolehkan adalah hanya kendaraan jeep (Toyota Hardtop) paguyuban Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.
3.1.7 Keanekaragaman Hayati
A. Ekosistem Daratan
Berdasarkan perbedaan tempat tinggi kawasan dari permukaan laut, ekosistem daratan TN. BTS dibagi dalam 3 zona, yaitu:
Zona Sub Montana (750 – 1.500 m dpl), adalah zona tipe hutan tropis dataran rendah dan pegunungan dengan tingkat keanekaragaman jenis dan kerapatan yang cukup tinggi.
Zona Montana (1.500 – 2.400 m dpl), adalah zona hutan sekunder yang keanekaragaman jenisnya sudah mulai berkurang
Zona Sub Alpin (di atas 2.400 m dpl), adalah zona tumbuhan yang kerdil pertumbuhannya dan makin sedikit jenisnya.
B. Ekosistem Perairan
Ekosistem perairan dalam kawasan TN.BTS terdiri dari danau (ranu) dan air terjun (coban). Danau-danau (ranu) yang ada dalam kawasan TN.BTS tersebut antara lain adalah:
Ranu Darungan, danau seluas 0,5 Ha pada ketinggian 900 m dpl di Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.
Ranupani, danau seluas 1,55 Ha pada ketinggian 2.100 m dpl di Resort Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.
Ranu Regulo, danau seluas 1,20 Ha pada ketinggian 2.100 m dpl di Resort Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.
Ranu Kumbolo, danau di lereng Gunung Semeru seluas 8 Ha pada ketinggian 2.390 m dpl di Resort Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.
Lokasi air terjun (coban) yang ada dalam kawasan TN.BTS antara lain adalah :
Coban Trisula di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Coban Tirtowening di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Coban Ranupani di Resort di Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.
C. Flora
Potensi flora yang ada dalam kawasan TN.BTS adalah sebanyak kurang lebih 1.025 jenis yang terdiri dari jenis-jenis pohon, perdu, terna, semak, belukar, liana, palm, rotan, bambu, herba, epifit, rumput-rumputan, paku-pakuan, lumut, dan jamur. Dari semua jenis flora tersebut, 260 jenis adalah tumbuhan hias/obat-obatan, 15 jenis flora endemik Jawa Timur, dan 266 suku Orchidaceae (anggrek).
Dari semua jenis anggrek yang ada dalam kawasan TN.BTS, 40 jenis merupakan jenis anggrek langka, 15 jenis anggrek endemik Jawa Timur (3 jenis diantaranya merupakan jenis anggrek langka), 3 jenis anggrek khas Semeru Selatan (Malaxis purpureonervosa, Meleola wetteana, dan Liparis rhodocila), 1 jenis anggrek mutiara merah (Corybas fornicatus), dan Macodes petola yang merupakan jenis anggrek yang dilindungi Undang Undang.
D. Fauna
Potensi fauna yang ada dalam kawasan TN.BTS adalah 158 jenis satwa liar yang terdiri dari:
22 jenis mamalia, 15 jenis diantaranya merupakan jenis yang dilindungi Undang Undang, beberapa di anataranya adalah :Manis javanica, Panthera pardus, Hystryx brachyura, Lariscus, dan Muntiacus muntjak.
130 jenis aves/unggas, 27 jenis diantaranya dilindungi Undang Undang, beberapa di antaranya adalah : Halianthus indus, Falcon mauccensis, Pavo muticus, Halcyon cyanopventris, Pericrocatus miniatus, dan Parus mator.
6 jenis reptilian
3.1.8 Sistem Zonasi
Sistem zonasi TN.BTS adalah berdasarkan SK Dirjen PHPA No. 68/Kpts/DJ-VI/1998 tanggal 4 Mei 1998 yang menyatakan bahwa pembagian zonasi di TN.BTS adalah sebagai berikut : 1) Zona Inti (22.006 Ha), 2) Zona Rimba (23.485,20 Ha), 3) Zona Pemanfaatan Intensif (425 Ha), 4) Zona Pemanfaatan Tradisional (2.360 Ha), 5) Zona Rehabilitasi (2.000 Ha).
Gambar 3.3 Peta Zonasi Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
Sumber: bromotenggersemeru.org, 2016
Dengan adanya perubahan potensi pada lokasi zona tertentu (pembagian zona yang ada sudah tidak sesuai dengan kondisi pengelolaan), maka dilakukan review zonasi dengan hasil, zona Inti: 22.006 Ha menjadi 17.713,68 Ha, zona Rimba : 23.485,2 Ha menjadi 26.544,06 Ha, zona Pemanfaatan Intensif: 425 Ha menjadi 687,68 Ha, zona Pemanfaatan Tradisional : 2.360 Ha menjadi 5.196,62 Ha, zona Rehabilitasi : 2.000 Ha menjadi 0 Ha (semua diubah menjadi Zona Rimba), zona Religi seluas 99,81 Ha dan zona Khusus seluas 34,35 Ha.
3.2 Daya Tarik Wisata
3.2.1 Wisata Alam
Air terjun Coban Trisula
Danau Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo, dan Ranu Darungan
Kaldera Tengger dan sekitarnya
Laut pasir
Gunung Bromo
Pemandangan Gunung Bromo, selain sebagai daya tarik wisata alam yang indah, kawahnya juga menjadi tempat "pembuangan sesajen" bagi umat Hindu Tengger pada setiap Hari Raya Yadnya Kasodo.
Daya tarik gunung Bromo adalah merupakan gunung yang masih aktif dan dapat dengan mudah didaki/dikunjungi.Obyek wisata Gunung Bromo merupakan fenomena dan atraksi alami yang merupakan salah satu daya tarik pengunjung.Kekhasan gejala alam yang tidak ditemukan di tempat lainadalah adanya kawah di tengah kawah (creater in the creater) dengan hamparan laut pasir yang mengelilinginya.
Gunung Batok
Gunung Widodaren
Simpang Dingklik
Padang Savana
Bukit Teletabis
Blok Andasan
Gunung Penanjakan
Gunung Semeru
Desa Ranupani
Pangonan Cilik
Tanjakan Cinta
Oro-oro Ombo
Cemoro Kandang
Kalimati
Arcopodo
Puncak Mahameru
Puncak Mahameru adalah nama dari puncak Gunung Semeru itu sendiri, di sinilah akhir dari sebuah pendakian Gunung Semeru. Walaupun sangat melelahkan, memakan biaya, waktu, dan tenaga, namun para pendaki tidak bosan-bosannya untuk kembali lagi ke tempat ini di lain waktu.
3.2.2 Wisata Budaya
Penduduk yang mendiami kawasan Tengger secara mayoritas adalah suku Tengger. Tingkat pertumbuhan penduduk suku Tengger yang berdiam di kawasan pegunungan Tengger ini dari tahun ke tahun tergolong rendah atau lambat. Mata pencaharian sebagian besar adalah petani dan bahasa daerah yang digunakan untuk komunikasi sehari-hari adalah bahasa Jawa Tengger.
Upacara adat suku Tengger terdiri dari upacara adat yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat suku Tengger, seperti :Hari Raya Karo, Yadnya Kasada dan Unan-Unan, upacara adat yang berhubungan dengan siklus kehidupan seseorang, seperti: kelahiran (upacara sayut, cuplak puser, tugel kuncung), menikah (upacara walagara), kematian (entas-entas dll), upacara adat yang berhubungan dengan siklus pertanian, mendirikan rumah, dan gejala alam seperti leliwet dan barikan.
Kesenian tradisional yang tetap hidup sejak jaman Majapahit adalah seni tari Sodoran dan tari Ujung. Beberapa tempat pelaksanaan kegiatan suku Tengger antara lain :
Pura Poten
Pura Poten merupakan pura umat Tengger yang beragama Hindu.
Sumber Air Suci Goa Widodaren
Pura Pendayangan Rondo Kuning
Pure Ngadas
Vihara Ngadas
3.3 Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
3.3.1 Organisasi dan Tupoksi
Berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pengelolaan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru diarahkan untuk mencapai optimalisasi fungsi kawasan sebagai:
Kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan.
Kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa.
Kawasan pemanfaatan secara lestari potensi SDA hayati dan ekosistemnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, Balai Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru ditingkatkan menjadi Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (klasifikasi UPT TN Kelas I-eselon IIb) dan struktur organisasi Balai Besar Taman Nasional Tipe B. Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (BBTN.BTS) berada di bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Kantor Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru beralamat di Jl. Rd. Intan No: 6, Kotak Pos 54 Malang 65100 – Jawa Timur, Telepon (0341) 491828, Fax (0341) 490885.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007, Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru melakukan penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas, Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru menyelenggarakan fungsi:
penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan Taman Nasional.
pengelolaan kawasan Taman Nasional.
penyidikan, perlindungan dan pengamanan kawasan Taman Nasional.
pengendalian kebakaran hutan.
promosi, informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
kerjasama pengembangan konservasi sumber daya alam hayati danekosistem serta pengembangan kemitraan.
pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional.
pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam.
pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
3.3.2 Visi dan Misi
Visi Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru adalah terwujudnya kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru sebagai destinasi ekowisata bertaraf internasional yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.Misi Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru adalah:
Memantapkan batas dan fungsi kawasan.
Mengembangkan pemanfaatan objek dan daya tarik wisata alam dan jasa lingkungan.
Mingkatkan perlindungan dan pengawetan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara optimal.
Mengembangkan kelembagaan dan kemitraan pengelolaan Taman Nasional.
BAB IV
ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH
4.1 Analisis SWOT
Analisis untuk merumuskan strategi pengembangan di Kawasan Gunung Bromo dapat menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT melakukan pemindaian (scaning) kondisi lingkungan internal dan eksternal yang dapat menjadi faktor yang mempermudah atau mempersulit pencapaian tujuan pengembangan suatu wilayah. Analisis SWOT sudah banyak digunakan sebagai alat dalam merumuskan kebijakan di berbagai produk rencana.
Pendekatan analisis SWOT yang digunakan merupakan pendekatan yang didasarkan pada kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kawasan Bromo, Tengger, Semeru. Tahapan analisis SWOT yang dilakukan meliputi : tahapan identifikasi dan penilaian kondisi internal dan faktor eksternal, analisis keterkaitan unsur SWOT yang kemudian dilanjutkan ke penentuan strategi pengembangan. Dibawah ini diuraikan analisis terhadap kondisi yang dihadapi dalam upaya pengembangan wilayah di kawasan Bromo, Tengger, Semeru berdasarkan faktor pendukung dan penghambat.
ANALISIS INTERNAL
Dilakukan kajian terhadap faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan dari wilayah Bromo, Tengger, Semeru dengan faktor-faktor kunci saja dalam kekuatan dan kelemahan wilayah serta menawarkan respon yang mungkin dilakukan. Berikut adalah hasil analisis internal wilayah Bromo, Tengger, Semeru.
Strength (Kekuatan)
Faktor kekuatan meliputi aset atau faktor-faktor yang dimiliki wilayah Bromo, Tengger, Semeru yang dapat mempermudah tercapainya tujuan pengembangan wilayah yang ditetapkan. Kekuatan disini dapat berupa nilai positif atau kekuatan dari sumber daya alam, sumber daya manusia, infrastruktur, sistem sosial-ekonomi-politik serta image dari wilayah tersebut. Berikut adalah kekuatan dari wilayah Bromo, Tengger, Semeru:
Merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir. Keunikan laut pasir tersebut tepatnya terdapat di Gunung Bromo yang merupakan destinasi utama di wilayah Bromo, Tengger, Semeru.
Kearifan lokal dan kesenian tradisional suku tengger masih bertahan hingga saat ini. Menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke wilayah Bromo, Tengger, Semeru.
Adanya beragam aktivitas yang dapat dilakukan di kawasan Gunung Bromo dan semeru. Karakteristik gunung dan wisata kedua gunung tersebut berbeda dan menjadi suatu nilai plus bagi wilayahnya. Gunung Bromo dengan lautan pasir dan aktivitasnya, sedangkan Gunung Semeru dengan ketinggian dan aktivitas pendakinya.
Adanya hubungan kerja sama yang sudah berlangsung dengan baik antara pihak Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru dan stakeholder. Kerjasama yang telah dilakukan merupakan suatu keuntungan bagi wilayah tersebut.
Telah diadakannya pelatihan kepada masyarakat tentang ekowisata oleh stakeholder. Pelatihan-pelatihan serupa juga pernah dilakukan, tujuannya adalah untuk pemberdayaan masyarakat Bromo, Tengger, Semeru.
Weakness (Kelemahan)
Identifikasi faktor kelemahan meliputi kondisi atau karakter internal yang dimiliki yang dapat menjadi kendala atau hambatan dalam upaya untuk mencapai tujuan dari suatu pengembangan wilayah. Berikut adalah kelemahan dari wilayah Bromo, Tengger, Semeru:
Pengelolaan kebersihan belum optimal, masih ditemukan banyak sampah di sekitar kawasan. Adanya sampah yang menumpuk akan menjadi hambatan tersendiri bagi wilayah Bromo, Tengger, Semeru.
Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru masih memerlukan sumber daya manusia untuk pengelolaan kawasan. Jumlah SDM yang memenuhi kriteria belum sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Belum adanya penerapan tentang pembatasan jumlah pengunjung. Setiap harinya banyak sekali wisatawan yang mengunjungi wilayah Bromo, Tengger, dan Semeru.
Kurangnya signboard dan tempat sampah disekitar kawasan. Diperlukannya beberapa titik untuk menandakan tempat pembuangan sampah yang telah disediakan.
Akses menuju ke kawasan masih belum memadai. Kurangnya kualitas jalan penghubung dan moda transportasi yang ada belum mendukung optimalisasi wilayah.
Rawan mengalami kejadian gempa bumi dan rawan terjadinya bencana letusan gunung berapi. Wilayah Bromo, Tengger, Semeru memang merupakan daerah pegununggan. Gunung api yang masih aktif tersebut adalah Gunung Bromo dan Gunung Semeru.
ANALISIS EKSTERNAL
Setelah dilakukan analisis internal, analisis eksternal juga perlu untuk dianalisis lebih lanjut. Berikut merupakan telaah dari analisis eksternal yang ada:
Opportunity (Kesempatan)
Faktor peluang adalah obyek atau kondisi eksternal memudahkan atau memfasilitasi wilayah untuk mencapai tujuan perencanaan:
Upaya konservasi yang dilakukan bekerja sama dengan pihak masyarakat sekitar. Pemberdayaan masyarakat sekitar merupakan salah satu unsur yang penting dalam perencanaan.
Telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Indonesia. Penetapan tersebut berdasarkan PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, yang berisi salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai KSPN adalah wilayah Bromo, Tengger, Semeru.
Pengelolaan lebih diarahkan untuk mencapai optimalisasi fungsi kawasan. Fungsi kawasan yang telah diatur adalah fungsi sebagai konservasi.
Telah terdapat komunitas usaha pariwisata yang dibentuk oleh masyarakat dan terdapat disetiap daerah masing-masing
Adanya peluang kerja dan usaha bagi masyarakat untuk mengurangi tingkat pengangguran. Dengan adanya berbagai kesempatan yang ada, mendirikan usaha merupakan suatu peluang pengembangan masyarakat di suatu wilayah.
Terbukanya peluang investasi bagi para investor usaha pariwisata. Inversor mulai banyak masuk dalam wilayah Bromo, Tengger, Semeru.
Threat (Ancaman)
Faktor ancaman merupakan tren dan perkembangan di luar wilayah yang dapat mempersulit tercapainya tujuan pengembangan suatu wilayah. Berikut adalah ancaman yang ada dalam wilayah Bromo, Tengger, Semeru:
Kebijakan pemberlakuan ekowisata belum sesuai dengan sifat kunjungan wisatawan. Hampir semua wisatawan belum mengerti dan tidak peduli dengan kebijakan terkait pariwisata dan konservasi.
Over carrying capacity sering terjadi dibeberapa titik karena sifat pengunjung yang datang secara tiba-tiba. Banyaknya jumlah pengunjung yang tidak terkontrol dapat membuat setiap kegiatan tidak optimal.
Kurangnya pemahaman wisatawan dan masyarakat tentang sistem zonasi dan larangan serta kebersihan kawasan.
Kurangnya kesadaran pelaku usaha pariwisata akan kebersihan lingkungan. Para pelaku usaha kurang memperhatikan mengenai wisata.
4.2 Strategi Pengembangan
Setelah dilakukan analisis terkait internal dan eksternal di wilayah Bromo, Tengger, Semeru, maka dapat dirumuskan beberapa strategi pengembangan. Berikut adalah strategi yang dirumuskan:
Strategi SO
Strategi SO memanfaatkan kekuatan internal wilayah Bromo, Tengger, Semeru untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal, yaitu sebagai berikut:
Pemanfaatan kawasan gunung Bromo oleh masyarakat untuk membuka usaha (S4, O11)
Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata (S5, O1)
Pemberdayaan stakeholder untuk mendatangkan investor (S4, O6)
Pengembangan kawasan berbasis ekowisata di Bromo-Tenger-Semeru (S3, O3)
Publikasi potensi untuk menarik wisatawan nusantara dan mancanegara (S1, O2)
Strategi ST
Strategi ST menggunakan kekuatan wilayah Bromo, Tengger, Semeru untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal, sebagai berikut:
Pemanfaatan lahan dengan beragamnya daya tarik wisata dan aktivitas wisatawan di kawasan Bromo-Tenger-Semeru (S3, T1)
Mengoptimalkan kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran wisatawan, masyarakat, dan pelaku usaha tentang pariwisata berbasis konservasi (S5, T4)
Kerjasama berbagai stakeholder terkait untuk mengembangkan sebagai ekowisata (S4, T1)
Pengawasan dan pengendalian terhadap fungsi kawasan (S1, T1)
Peningkatan upaya dalam menjaga kebersihan wilayah Bromo-Tenger-Semeru (S3, T4)
Strategi WO
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal wilayah Bromo, Tengger, Semeru, yakni sebagai berikut:
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan kawasan (W2, O1)
Menjalin kerja sama dengan investor untuk memenuhi kebutuhan dalam penerapan ekowisata (W2, O6)
Perbaikan sistem kebersihan kawasan konservasi dari sampah wisatawan (W1, O1)
Pembuatan sistem mitigasi bencana terhadap gempa bumi dan letusan gunung api (W6, O3)
Penyediaan sarana dan prasaran pendukung pariwisata yang baik (W5, O2)
Strategi WT
Strategi WT merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelamahan internal serta menghindari ancaman eksternal untuk wilayah Bromo, Tengger, Semeru, yaitu seperti berikut:
Menerapkan pembatasan jumlah pengunjung untuk mengurangi Over carrying capacity (W3, T2)
Pemberdayaan sumber daya manusia dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang wilayah konservasi dan pariwisata (W1, T3)
Penambahan tempat pembuangan sampah di sekitar wilayah Bromo-Tenger-Semeru (W1, T4)
Penambahan rencana penganggulangan bencana yang berpengaruh dan melibatkan stakeholder terkait (W6, T2)
Dari strategi yang telah dirumuskan, ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi yaitu fungsi konservasi, pemberdayaan masyarakat, dan pengembangan ekowisata. Strategi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di kawasan Gunung Bromo ini didasarkan pada hasil analisis dari permasalahan dan kondisi yang ada. Hasil analisis SWOT dari peluang, kekuatan, kelemahan dan hambatan yang ada menunjukkan adanya pilihan strategi yang harus dilakukan. Salah satu cara untuk menjaga keberlangsungan fungsi konservasi di wilayah Bromo, Tengger, Semeru adalah melalui ekowisata. Ekowisata merupakan konsep pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dengan tujuan mendukung pelestarian alam dan budaya serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal.
Wilayah ini memiliki ekosistem spesifik yang berbeda dengan daerah lain. Bromo Tengger Semeru memiliki perubahan ekosistem yang luar biasa, mulai dari lautan pasir, savana, hingga hutan hujan. Manfaat yang diperoleh masyarakat akan jauh lebih besar bila ada ekowisata ketimbang bila mereka hanya mengandalkan pemanfaatan lahan berdasar kepentingan ekonomi. Selain sifatnya berkelanjutan, dalam ekowisata kelestarian alam juga lebih terjaga. Pihak yang banyak berperan dalam ekowisata adalah masyarakat. Masyarakat harus bisa hidup harmonis dengan alam dan tidak merusaknya.
BAB V
KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH
5.1 BTS Plantae Eco-House and Homestay
BTS Plantae Eco-House and Homestay merupakan kawasan ekowisata yang mengutamakan keunikan dari flora endemik di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru. BTS Plantae Eco-House and Homestay terdiri atas rumah penangkaran flora endemik Taman Nasional BTS, serta homestay yang berfungsi sebagai penyedia akomodasi bagi pengunjung Taman Nasional BTS. BTS Plantae Eco-House and Homestay diletakkan di zona pemanfaatan tradisional.
BTS Plantae Eco-House di dalamnya terdapat fasilitas wisata edukasi mengenai flora-flora di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Pengelola, termasuk pemandu wisata edukasi dari BTS Plantae Eco-House ini merupakan masyarakat setempat yang telah diberikan pelatihan mengenai Ekowisata sehingga dapat mendukung salah satu prinsip ekowisata yakni pemberdayaan masyarakat local. Flora yang ditangkarkan di rumah penangkaran ini meliputi 15 jenis anggrek endemik Jawa Timur (3 jenis diantaranya merupakan jenis anggrek langka), 3 jenis anggrek khas Semeru Selatan (Malaxis purpureonervosa, Meleola wetteana, dan Liparis rhodocila), 1 jenis anggrek mutiara merah (Corybas fornicatus), dan Macodes petola yang merupakan jenis anggrek yang dilindungi Undang Undang.
BTS Plantae Homestay merupakan homestay berbasis akomodasi ramah lingkungan. Sumber energi yang digunakan merupakan energi yang ramah lingkungan sehingga fasilitas-fasilitas yang disediakan homestay tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ekologi.
Gambar 4.1 Ilustrasi Bentuk BTS Plantae Eco-House and Homestay
Sumber: Google Images, 2016
5.2 Kebijakan-Kebijakan yang Mendukung Ekowisata BTS
Beberapa upaya harus dilakukan dalam menunjang Ekowisata di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru terutama dalam melindungi fungsi ekologisnya salah satunya adalah dengan kebijakan. Kebijakan dinilai dapat meminimalkan dampak negatif yang mungkin dihasilkan oleh kegiatan pengunjung di kawasan ekowisata. Beberapa kebijakan yang diusulkan antara lain sebagai berikut.
Pembatasan jumlah pengunjung kawasan ekowisata Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru sesuai dengan daya dukung lingkungannya.
Pemberian sanksi berupa denda bagi pengunjung yang membuang sampah sembarangan.
Penerapan eco-bag untuk mengurangi limbah plastik akibat aktivitas wisatawan.
Pemberian sanksi berupa denda pada wisatawan yang menganggu habitat flora dan fauna TN BTS.
Larangan kepada wisatawan untuk memetik bunga edelweiss, dan akan dikenakan sanksi berupa denda.
Penambahan fasilitas persampahan di kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.
Pengadaan pelatihan bagi masyarakat local tentang ekowisata dan pengelolaannya.
Pemberian insentif kepada masyarakat local yang berhasil dalam mendukung penerapan konsep ekowisata di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.
Perbaikan infrastruktur menuju kawasan ekowisata Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kawasan Strategis Pariwisata Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir dan memiliki kearifan lokal dan kesenian tradisional suku Tengger yang masih bertahan hingga saat ini. Adanya hubungan kerja sama yang sudah berlangsung dengan baik antara pihak Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru dan stakeholder merupakan suatu keuntungan bagi wilayah tersebut. Namun, pengelolaan kebersihan belum optimal, masih ditemukan banyak sampah di sekitar kawasan. Selain itu, jumlah SDM yang memenuhi kriteria belum sesuai dengan kebutuhan yang ada serta belum adanya penerapan tentang pembatasan jumlah pengunjung.
Oleh karena itu diperlukan konsep pengembangan ekowisata dalam pengembangan wilayah Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru yang mampu mengakomodasi kepentingan ekonomi, dan sosial, namun juga mengutamakan kelestarian lingkungan. Konsep pengembangan wilayah berbasis ekowisata yang dimaksud berupa pengembangan SDM, membuat kebijakan yang mendukung ekowisata, serta mengembangkan fasilitas-fasilitas penunjang di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.
DAFTAR PUSTAKA
J Damanik, F Weber, 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. DI Yogyakarta.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990
Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2009
[Document title]
[Document subtitle]