Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
5.1 PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Dampak lingkungan yang diprakirakan terjadi akibat rencana pembangunan TPA Banjarsari Wetan wajib dikelola oleh Pemrakarsa. Maksud dari pengelolaan lingkungan hidup ini adalah untuk memberikan perlindungan
terhadap
sumber
daya
alam
dan
lingkungan
yang
diprakirakan terkena dampak baik geofisik kimia, biologi, sosial ekonomi budaya, maupun kesehatan masyarakat, yang mengalami perubahan akibat
rencana
lingkungan pemrakarsa
pembangunan
hidup
juga
terhadap
TPA
merupakan pelaksanaan
Banjarsari bentuk
Wetan.
tanggung
kegiatan
Pengelolaan jawab
pembangunan
dari yang
berkelanjutan dan berawawasan lingkungan hidup. Sedangkan tujuan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup rencana pembangunan TPA Banjarsari Wetan adalah : 1. Menghindari atau mencegah dampak negatif yang diprakirakan terjadi akbiat rencana pembangunan TPA Banjarsari Wetan. 2. Menanggulangi,
meminimalisasi,
atau
mengendalikan
dampak
negatif yang diprakirakan terjadi akibat rencana pembangunan TPA Banjarsari Wetan. 3. Meningkatkan dampak positif sehingga memberikan manfaat yang lebih besar baik kepada pemrakarsa, masyarakat, maupun pihak lain yang menikmati dampak positif tersebut. 4. Melaksanakan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Laporan Akhir
5-1
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
5.1.1 PENGELOLAAN PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI Bentuk-bentuk pengelolaan lingkungan hidup terhadap dampak lingkungan yang diprakirakan terjadi dari masing-masing kegiatan pada tahap pra konstruksi diuraiakan sebagai berikut ini. 1) SURVEI DAN PERENCANAAN Pengelolaan Dampak Timbulnya Keresahan Masyarakat : ● Menetapkan batas area tapak proyek berdasarkan bukti penguasaan lahan yang dimiliki. ● Melaksanakan
kegiatan
survei
metode
yang
menggunakan
dan
pengukuran
tepat
sehingga
dengan
dihasilkan
dokumen perencanaan teknis (DED) yang sesuai. ● Koordinasi dan bekerjasama dengan aparat desa, dan RT/RW setempat
selaku
memberikan
penanggung
informasi
jawab
mengenai
wilayah,
rencana
untuk
pelaksanaan
kegiatan survei di lokasi tapak proyek sehingga kegiatan survei dapat dilaksanakan. ● Mengintruksikan memberikan
kepada
informasi
Konsultan
yang
jelas
Perencana kepada
untuk
masyarakat
mengenai kegiatan survei dan investigasi yang dilakukan di lokasi tapak proyek. Pengelolaan Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat : ● Untuk menimbulkan persepsi dan sikap positif masyarakat, tim survei wajib menghormati kearifan lokal, ketentuan yang berlaku di wilayah setempat, serta menjaga sikap selama pelaksanaan kegiatan. 2) SOSIALISASI DAN PUBLIKASI Pengelolaan Dampak Timbulnya Keresahan Masyarakat : ● Menyampaikan informasi rencana pembangunan TPA kepada masyarakat
Laporan Akhir
secara
jelas
dan
terbuka
sebagai
bentuk
5-2
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
transparansi Pemrakarsa mengenai rencana pembangunan kepada masyarakat. ● Menampung saran, pendapat, dan tanggapan masyarakat melalui alamat yang telah dicantumkan dalam pengumuman rencana kegiatan (yang ada di kelurahan, tapak proyek, dan media
cetak),
serta
merespon
saran,
pendapatan,
dan
tanggapan tersebut dengan cepat dan tepat. ● Bersedia membuka komunikasi serta melakukan musyawarah mufakat dengan masyarakat terkena dampak yang difasilitasi oleh pihak kelurahan untuk membicarakan permasalahan, solusi,
atauapun
kesepakatan-kesepakatan
yang
harus
dipenuhi antara kedua belah pihak, dan jika diperlukan, kesepakatan tersebut dituangkan secacara notariat yang mengikat kedua belah pihak. ● Menaati dan melaksanakan komitmen yang telah disepakati oleh kedua belah pihak untuk menjaga hubungan yang harmonis antara Pemrakarsa dengan masyarakat yang terkena dampak. ● Koordinasi dan bekerjasama dengan kelurahan setempat dalam rangka pemantauan kondisi sosial kemasyarakatan, proses sosial yang terjadi, serta isu-isu yang berkembang terkait dengan rencana pembangunan TPA. ● Koordinasi dan bekerjasama dengan Polsek dan Koramil dalam rangka penyelesaian konflik serta untuk menjaga keamanan dan ketertiban, khususnya pada tahap pra konstruksi. Pengelolaan Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat : ● Untuk menimbulkan persepsi dan sikap positif masyarakat, Pemrakarsa dan tim perencana sebagai penanggung jawab kegiatan wajib menghormati kearifan lokal, ketentuan yang berlaku di wilayah setempat, serta menjaga sikap selama pelaksanaan kegiatan.
5.1.2 PENGELOLAAN PADA TAHAP KONSTRUKSI
Laporan Akhir
5-3
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Bentuk-bentuk pengelolaan lingkungan hidup terhadap dampak lingkungan yang diprakirakan terjadi dari masing-masing kegiatan pada tahap konstruksi diuraiakan sebagai berikut ini. 1) REKRUITMEN TENAGA KERJA Pengelolaan Dampak Terbuka Kesempatan Kerja : ● Mempersyaratkan bagi Kontraktor Pelaksana untuk melakukan rekruitmen tenaga kerja secara profesional, terbuka dan transparan,
dan
sesuai
peraturan
perundang-undangan
Ketenagakerjaan. Syarat tersebut dituangkan dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS) yang harus dipatuhi Kontraktor, yaitu : ‒
Melakukan rekuitmen tenaga kerja yang sesuai dengan posisi
dan
keahlian
yang
dibutuhkan
dalam
proses
konstruksi. ‒
Membuat kesepatan atau perjanjian kerja yang jelas dengan tenaga kerja konstruksi, minimal memuat identitas pekerja, posisi kerja, hak dan kewajiban, serta jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
‒
Melaksanakan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi tenaga kerja konstruksi sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.01/Men/1980 Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.
‒
Mengikutsertakan tenaga kerja konstruksi dalam BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan PP No.44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.
● Melakukan pengawasan melalui Konsultan Pengawas terhadap pelaksanaan rekruitmen tenaga kerja, serta memberikan peringatan, teguran, dan sanksi yang tegas kepada Kontraktor Pelaksana yang tidak memenuhi ketentuan dalam bidang ketenagakerjaan.
Laporan Akhir
5-4
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
● Koordinasi dan bekerjasama dengan kelurahan setempat dalam
mendapatkan
dipersiapkan
oleh
informasi
pihak
tenaga
kelurahan,
kerja
serta
yang
dalam
telah proses
rekruitmen tenaga kerja konstruksi yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Pengelolaan Dampak Peningkatan Pendapatan : ● Mempersyaratkan
kepada
Kontraktor
Pelaksana
untuk
memberikan upah dan kesejahteraan kepada tenaga kerja konstruksi yang termuat dalam RKS, yaitu : ‒
Memberikan upah kepada tenaga kerja konstruksi baik upah minimum maupun lembur dan bentuk kesejahteraan lainnya sesuai dengan kontrak atau perjanjian kerja yang telah disepakati.
‒
Memberikan
upah
minimum
kepada
tenaga
kerja
konstruksi minimal sesuai dengan UMK. ‒
Memberikan upah kepada tenaga kerja konstruksi dengan tepat waktu sesuai dengan kontrak atau perjanjian kerja.
Pengelolaan Dampak Timbulnya Keresahan Masyarakat : ● Mempersyaratkan bagi Kontraktor Pelaksana untuk melakukan penyerapan tenaga kerja lokal di desa setempat. Syarat tersebut termuat dalam RKS, yaitu memasang pengumuman lowongan
kerja
dipublikasikan
ke
di
kantor
luar
desa
wilayah,
setempat
sehingga
sebelum
wilayah
desa
setempat mendapatkan informasi awal. ● Mempersyaratkan
bagi
Kontraktor
Pelaksana
untuk
penyerapan tenaga kerja lokal di desa setempat. Syarat tersebut termuat dalam RKS, yaitu : ‒
Merekrut tenaga kerja lokal di kelurahan setempat minimal 50% dari tenaga kerja konstruksi yang dibutuhkan, sebagai bentuk pelibatan tenaga kerja lokal.
‒
Melakukan
seleksi terhadap tenaga kerja lokal yang
diusulkan oleh pihak desa setempat untuk ditempatkan
Laporan Akhir
5-5
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
pada posisi pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja setempat. ‒
Mengecek identitas tenaga kerja untuk memastikan bahwa tenaga kerja tersebut berasal dari masyarakat lokal di kelurahan setempat, bukan dari luar wilayah.
● Melakukan pengawasan kepada Kontraktor Pelaksana terhadap jumlah tenaga kerja lokal di kelurahan setempat yang terserap sebagai
tenaga
kerja
konstruksi,
serta
memberikan
peringatan, teguran, dan sanksi jika tidak sesuai dengan ketentuan prosentase penyerapan tenaga kerja lokal. ● Membangun
dan
meningkatkan
hubungan
serta
jalinan
komunikasi yang lebih baik dengan masyarakat di kelurahan setempat,
melalui
penyampaian
informasi
secara
berkesinambungan kepada masyarakat. ● Tetap menjaga keamanan dan ketertiban selama proses rekruitmen tenaga kerja konstruksi, agar proses kerjasama dan akomodasi
yang
telah
terbentuk
tidak
menjadi
proses
disosiatif. ● Koordinasi dan bekerjasama dengan kelurahan setempat, Polsek, dan Koramil dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban selama tahap pra konstruksi dan tahap konstruksi, serta dalam rangka untuk penyelesaian permasalahan sosial yang mungkin terjadi, melalui komunikasi dan musyawarah. 2) MOBILISASI PERALATAN DAN MATERIAL Pengelolaan Dampak Penurunan Kualitas Udara : ● Mempersyaratkan
kepada
Kontraktor
Pelaksana
untuk
melakukan pengelolaan penurunan kualitas udara. Syarat tersebut dimuat dalam RKS, yaitu : ‒
Mengatur kecepatan kendaraan proyek dengan kecepatan <20 km/jam sehingga dapat mengurangi persebaran debu yang diakibatkan dari resuspensi kendaraan proyek, serta mengurangi emisi kendaraan.
Laporan Akhir
5-6
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
‒
Melakukan
perawatan
dan
perbaikan
pada
mesin
kendaraan proyek untuk meminimalisir timbulnya emisi kendaraan yang berlebih. ‒
Menggunakan kendaraan proyek yang memiliki kelayakan teknis operasional, serta telah lulus dalam uji emisi kendaraan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
‒
Melengkapi penutup
kendaraan
bak
untuk
pengangkut
menghindari
material
ceceran
dengan
tanah
dan
persebaran debu berlebih. Bak penutup kendaraan proyek dapat berupa terpal kanvas. ‒
Melakukan pembersihan kendaraan proyek, terutama roda kendaraan sebelum keluar dari lokasi tapak proyek, untuk mencegah terjadinya ceceran tanah pada jalan.
‒
Membersihkan jalan di sekitar lokasi tapak proyek yang terdapat ceceran tanah akibat roda kendaraan proyek. Pembersihan ini juga bertujuan untuk mengurangi dampak gangguan
lalulintas
seperti
terjadinya
kecelakaan
lalulintas. ‒
Melakukan
penyiraman
secara
berkala
atau
secara
insidentil pada jalan di sekitar loksai tapak proyek untuk meminimalisir
debu
berlebih,
terutama
pada
musim
kemarau. ● Melakukan pengawasan terhadap Kontraktor Pelaksana dalam pelaksanaan kegiatan mobilitas peralatan dan material, serta memberikan peringatan, teguran, dan sanksi yang tegas terhadap
Kontraktor
Pelaksana
yang
tidak
memenuhi
ketentuan yang dipersyaratkan dalam pengelolaan kualitas udara ambien. Pengelolaan Dampak Peningkatan Kebisingan : ● Mengatur kecepatan kendaraan proyek dengan kecepatan <20 km/jam yang dapat mereduksi kebisingan hingga -5 dBA.
Laporan Akhir
5-7
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
● Membatasi jadwal pengangkutan
peralatan dan
material
hingga sore hari (tidak dilakukan di malam hari) untuk mencegah kebisingan di malam hari. ● Menggunakan
kendaraan
proyek
telah
yang
memiliki
kelayakan teknis operasional berdasarkan hasil uji kelaikan. ● Melakukan kendaraan
perawatan proyek
dan
agar
perbaikan
tidak
terhadap
menghasilkan
mesin
kebisingan
berlebih. ● Memberikan informasi pelaksanaan pekerjaan kepada kepala lingkungan setempat (RT/RW). Pengelolaan Dampak Gangguan Lalulintas : ● Mempersyaratkan
kepada
Kontraktor
Pelaksana
untuk
melakukan pengelolaan gangguan lalulintas yang termuat dalam RKS, yaitu : ‒
Memasang papan pengumuman di lokasi sebelum pintu masuk, yang berisi informasi tentang himbauan kepada pengguna jalan untuk berhati-hati dengan adanya keluarmasuk kendaraan proyek.
‒
Memasang rambu lalulintas (perambuan sementara), yaitu rambu peringatan berhati-hati yang diletakkan sebelum pintu masuk lokasi tapak proyek. Rambu dipasang pada pertigaan jalan desa dan jalan kabupaten.
‒
Melakukan
pengangkutan
menggunakan
trailer
peralatan
untuk
berat)
menghindari
dengan terjadinya
kerusakan jalan yang dapat mengakibatkan gangguan lalulintas. ‒
Menempatkan
petugas
pengatur
lalulintas
minimal
2
orang, untuk mengatur sirkulasi kendaraan keluar-masuk ke lokasi tapak proyek agar tidak mengganggu aktivitas transportasi lokal dan kegiatan operasional yang telah ada. ● Melakukan pengawasan terhadap Kontraktor Pelaksana melalui Konsultan Pengawas dalam pelaksanaan kegiatan mobilitas peralatan
Laporan Akhir
dan
material,
serta
memberikan
peringatan,
5-8
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
teguran, dan sanksi yang tegas terhadap Kontraktor Pelaksana yang tidak memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan dalam pengelolaan gangguan lalulintas. ● Koordinasi
dan
bekerjasama
dengan
Kepolisian
(Satuan
Lalulintas) sesuai dengan kewenangannya dalam pelaksanaan mobilitas
peralatan
dan
material
untuk
mengantisipasi
terjadinya gangguan lalulintas. Pengelolaan Dampak Gangguan Kesehatan Masyarakat : ● Melaksanakan pengelolaan dampak penurunan kualitas udara dari kegiatan mobilisasi peralatan dan material secara tepat dan konsisten karena dampak ini merupakan dampak lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara. Pengelolaan Dampak Penurunan Kenyamanan : ● Melaksanakan pengelolaan dampak peningkatan kebisingan pada kegiatan mobilisasi peralatan dan material karena dampak penurunan kenyamanan lingkungan ini merupakan dampak lanjutan dari dampak peningkatan kebisingan. 3) PENGERAHAN TENAGA KERJA Pengelolaan Dampak Penurunan Kebersihan Lingkungan : ● Mempersyaratkan
kepada
Kontraktor
Pelaksana
untuk
melaksanakan pengelolaan sampah pekerja dan limbah padat konstruksi yang termuat dalam RKS, yaitu : ‒
Menyediakan sarana pengumpulan sampah sementara berupa TPS kontainer kapasitas 6 m 3 sebanyak 1 unit di lokasi tapak proyek.
‒
Memasang papan, spanduk, atau media pengumuman lainnya di lokasi tapak proyek yang berisi tentang larangan pembuangan sampah sembarangan.
‒
Mengatur pengangkutan sampah dari TPS kontainer ke TPA melalui kerjasama dengan instansi terkait.
‒
Material sisa atau limbah padat kontruksi yang dihasilkan selama proses kontruksi dikeluarkan dari lokasi tapak
Laporan Akhir
5-9
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
proyek atau dibuang ke tempat yang tidak menggangu lingkungan hidup. Kontraktor Pelaksana harus menjamin bahwa lokasi pembuangan material tidak mengganggu lingkungan
disekitarnya,
lokasi
pembuangan
harus
mendapatkan persetujuan Pemrakarsa. ‒
Membersihkan lingkungan tapak proyek sebelum jam jam kerja selesai.
● Melakukan pengawasan terhadap Kontraktor Pelaksana dalam pengelolaan sampah pekerja dan limbah padat konstruksi, serta memberikan peringatan, teguran, dan sanksi yang tegas terhadap
Kontraktor
Pelaksana
yang
tidak
memenuhi
ketentuan yang dipersyaratkan dalam pengelolaan kebersihan lingkungan di lokasi tapak base camp dan lokasi tapak proyek. Pengelolaan Dampak Perubahan Kualitas Air Permukaan : ● Mempersyaratkan
kepada
Kontraktor
Pelaksana
untuk
melaksanakan pengelolaan sanitasi di lokasi tapak proyek. Syarat-syarat tersebut dimuat dalam RKL, antara lain : ‒
Menyediakan sarana MCK sementara bagi tenaga kerja konstruksi yang layak dan memadai, dapat berupa Toilet Portable atau Toilet Mobile, atau bangunan MCK sementara sebanyak 1 unit.
‒
Menyediakan air bersih bagi tenaga kerja konstruksi yang memadai, dan layak dikonsumsi, serta memenuhi syaratsyarat
kualitas
air
bersih
sesuai
Peraturan
Menteri
Kesehatan No.416/Men.Kes/Per/ IX/1990 Tentang SyaratSyarat Dan Pengawasan Kualitas Air. ‒
Menyediakan tandon air bersih dengan kapasitas 10.000 L yang selalu terisi air bersih sehingga mencukupi kebutuhan domestik bagi tenaga kerja konstruksi.
‒
Melakukan pembersihan MCK sementara yang di lokasi tapak proyek secara berkala paling lama seminggu sekali, dan melakukan penyedotan lumpur tinja pada toilet,
Laporan Akhir
5 - 10
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
sehingga MCK sementara ini selalu dalam keadaan bersih dan layak pakai. ● Melakukan pengawasan terhadap Kontraktor Pelaksana dalam pengelolaan air bersih dan air limbah, serta memberikan peringatan,
teguran,
dan
sanksi
yang
tegas
terhadap
Kontraktor Pelaksana yang tidak memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan dalam pengelolaan air limbah tenaga kerja selama tahap konstruksi. ● Koordinasi memiliki
dan
bekerjasama
kompetensi
bidang
dengan
Pihak
sanitasi
Ketiga
untuk
yang
melakukan
penyedotan lumpur tinja pada MCK secara berkala. Pengelolaan Dampak Terbukanya Peluang Usaha : ● Melarang pedagang kaki dan pemilik warung lima berjualan di dalam lokasi tapak proyek kecuali seizin pihak Pemrakarsa dan Konsultan Pelaksana karena dapat mengganggu kegiatan mobilisasi
peralatan
dan
materal,
serta
kegiatan
pembangunan fasilitas TPA. ● Mengatur sedemikian rupa lokasi keberadaan pedagang kaki lima dan pemilik warung kaki lima yang ada di sekitar lokasi tapak proyek. ● Memberikan himbauan dan arahan kepada pedagang kaki lima wan pemilik warung untuk turut serta menjaga kebersihan dan ketertiban
di
sekitar
lokasi
tapak
proyek
agar
tidak
mengganggu keseluruhan aktivitas konstruksi. Pengelolaan Dampak Peningkatan Pendapatan : ● Memberikan himbauan dan arahan kepada pedagang kaki lima dan pemilik warung untuk menjual makanan dan minuman yang sehat, menjaga kualitas barang dagangannya, sehingga pekerja konstruksi merasa nyaman dan tidak khawatir akan kesehatannya. 4) PEMBERSIHAN LAHAN Pengelolaan Dampak Hilangnya Vegetasi :
Laporan Akhir
5 - 11
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
● Membatasi kegiatan pembersihan lahan pada area tapak proyek, tidak sampai keluar batas tapak proyek untuk menghindari terjadinya konflik kepemilikan lahan dengan masyarakat di sekitarnya. ● Melaksanakan
kegiatan
pembersihan
lahan
dengan
menggunakan peralatan manual dan mekanis secara tepat, agar
material
hasil
pembersihan
lahan
yang
dapat
dimanfaatkan seperti tanaman jati dapat digunakan. Pengelolaan Dampak Timbulan Material Hasil Pembersihan : ● Memanfaatkan material hasil pembersihan, terutama tanaman kayu jati yang telah dipotong sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. ● Melakukan pengangkutan material hasil timbunan yang tidak memiliki nilai ekonomi ke luar tapak proyek, dan lokasi pembuangannya
tidak
boleh
mengganggu
lingkungan
sekitarnya. 5) PEMBANGUNAN FASILITAS TPA Pengelolaan Dampak Penurunan Kualitas Udara : ● Mempersyaratkan
kepada
Kontraktor
Pelaksana
untuk
melakukan pengelolaan penurunan kualitas udara ambien yang termuat dalam RKS, yaitu sebagai berikut : ‒
Menggunakan mesin dan peralatan konstruksi
yang
memiliki kelayakan teknis operasional, serta telah lulus dalam uji emisi kendaraan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. ‒
Melakukan penyiraman secara berkala di lokasi tapak proyek, terutama pada pekerjaan tanah, dan pada musim kering (kemarau) untuk menghindari persebaran debu yang berlebih akibat erosi angin di lokasi tapak proyek.
Laporan Akhir
5 - 12
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
‒
Mewajibkan tenaga kerja konstruksi menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker yang sesuai dengan SNI terutama pada pekerjaan tanah.
‒
Disamping
untuk
pemasangan
mereduksi
pagar
keliling
tingkat
tapak
proyek
kebisingan, bangunan
bertujuan untuk melokalisir persebaran debu akibat erosi angin. ● Melakukan pengawasan terhadap Kontraktor Pelaksana melalui Konsultan
Pengawas
pembangunan
dalam
hotel
dan
pelaksanaan
fasilitas
kegiatan
penunjang,
serta
memberikan peringatan, teguran, dan sanksi yang tegas terhadap
Kontraktor
Pelaksana
yang
tidak
memenuhi
ketentuan yang dipersyaratkan dalam pengelolaan debu dari aktivitas konstruksi. Pengelolaan Dampak Peningkatan Kebisingan : ● Mempersyaratkan
kepada
Kontraktor
Pelaksana
untuk
melakukan pengelolaan kebisingan di lokasi tapak proyek. Persyaratan tersebut dimuat dalam RKS, yaitu : ‒
Membangun pagar keliling tapak proyek untuk melokalisir kebisingan, dengan tingkat reduksi kebisingan hingga 20 dBA. Persyaratan minimal pembuatan pagar keliling adalah : (a) Ketinggian pagar keliling tapak proyek minimal 2 m dari permukaan tanah. (b) Tidak melebihi garis sempadan jalan (GSJ) yang ada, dan pemasangan pagar keliling harus rata dan tegak lurus. (c) Pemasangan kedalaman
tiang
dengan
pemasangan
tiang
ditanam
langsung,
disesuaikan
kondisi
tanah setempat. ‒
Membatasi jadwal konstruksi hingga sore hari (tidak dilakukan di malam hari) untuk mencegah kebisingan di
Laporan Akhir
5 - 13
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
malam
hari
yang
dapat
mengganggu
kenyamanan
masyarakat di sekitarnya. ‒
Mewajibkan tenaga kerja menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
berupa
ear
protector/earplug
sesuai
Standar
Nasional Indonesia (SNI) dengan NNR (Noise Reduce Ratio) 20-30 dBA. ‒
Melakukan
perawatan
terhadap
mesin
dan
peralatan
konstruksi proyek agar tidak menghasilkan kebisingan berlebih. ‒
Mengganti
mesin
dan
peralatan
konstruksi
yang
menimbulkan kebisingan berlebih. ● Melakukan pengawasan terhadap Kontraktor Pelaksana dalam pelaksanaan kegiatan mobilitas peralatan dan material, serta memberikan peringatan, teguran, dan sanksi yang tegas terhadap
Kontraktor
Pelaksana
yang
tidak
memenuhi
ketentuan yang dipersyaratkan dalam pengelolaan dampak peningkatan kebisingan. Pengelolaan Dampak Gangguan Kesehatan Masyarakat : ● Melaksanakan pengelolaan dampak penurunan kualitas udara pada kegiatan pembangunan fasilitas TPA secara tepat karena dampak gangguan kesehatan masyarakat ini merupakan dampak lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara. Pengelolaan Dampak Penurunan Kenyamanan : ● Melaksanakan pengelolaan dampak peningkatan kebisingan pada kegiatan pembangunan fasilitas TPA secara tepat, karena dampak penurunan kenyamanan ini merupakan dampak lanjutan dari dampak peningkatan kebisingan. Pengelolaan Dampak Limbah B3 : ● Mempersyaratkan
kepada
Kontraktor
Pelaksana
untuk
melakukan pengelolaan timbulan limbah B3, yang termuat dalam RKS, yaitu :
Laporan Akhir
5 - 14
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
‒
Melakukan perawatan terhadap mesin pada kendaraan dan peralatan konstruksi untuk menghindari ceceran oli bekas dari mesin tersebut di lokasi tapak proyek.
‒
Melakukan pengumpulan dan penyimpanan sementara limbah B3 yang dihasilkan selama konstruksi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.1 Tahun 1995 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
‒
Melakukan pencatatan limbah B3 yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.2 Tahun 1995 Tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
‒
Memberikan simbol dan label limbah B3 sesuai dengan jenis dan karakteristik limbah B3 yang dihasilkan. Bentuk, ukuran, warna, bahan, dan tata cara pemberian simbol dan label
limbah
B3,
mengacu
pada
Peraturan
Menteri
Lingkungan Hidup No.14 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol Limbah B3 Dan Pelabelan Limbah B3 Dan Pencetakan Simbol Limbah B3 Dan Pelabelan Limbah B3. ‒
Melakukan
pengumpulan
ketentuan
yang
diatur
olie
bekas
dalam
sesuai
Keputusan
dengan Menteri
Lingkungan Hidup No.255 Tahun 1996 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Penyimpanan Dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas. ‒
Melakukan pengangkutan limbah B3 melalui kerjasama dengan pihak ketiga yang telah memiliki izin dalam pengangkutan limbah B3.
‒
Mencegah terjadinya tumpahan minyak yang berasal dari base camp, gudang, atau bengkel.
Laporan Akhir
5 - 15
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
● Koordinasi dan bekerjasama dengan Pihak Ketiga yang telah memiliki izin dalam pengelolaan limbah B3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5.1.3 PENGELOLAAN PADA TAHAP OPERASI Bentuk-bentuk pengelolaan lingkungan hidup terhadap dampak lingkungan yang diprakirakan terjadi dari masing-masing kegiatan pada tahap operasi diuraiakan sebagai berikut ini. 1) PENGANGKUTAN SAMPAH KE TPA Pengelolaan Dampak Gangguan Lalulintas : ● Memberikan himbauan kepada sopir truk pengangkut sampah untuk menaati rambu-rambu lalulintas yang ada. ● Pengangkutan
sampah
dilakukan
pagi
hari
agar
tidak
mengganggu mobilisasi penduduk. ● Mengatur sedemikian rupa parkir kendaraan pengangkut truk sampah
agar
tidak
mengganggu
lalulintas
pada
saat
pengangkutan sampah dari tempat pengumpulan sementara. Pengelolaan Dampak Penurunan Kebersihan Lingkungan : ● Menggunakan truk pengangkut sampah yang memenuhi kriteria sebagai berikut : ‒
Tinggi bak maksimum 1,6 m.
‒
Bak tidak bocor.
‒
Bak
dilengkapi
dengan
penutup
agar
sampah
tidak
berceceran selama proses pengangkutan ke TPA. ● Membersihkan truk pengangkut sampah sebelum keluar dari TPA,
dan
setelah
selesai
melaksanakan
kegiatan
pengangkutan sampah. ● Menyusun dan melaksanakan SOP Pengangkutan Sampah dengan berpedoman pada tata cara pengangkutan sampah perkotaan dan ketentuan teknis yang terkait.
Laporan Akhir
5 - 16
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
● Melakukan pemeliharaan truk pengangkut sampah agar dapat beroperasi dengan tepat, terutama pemeliharaan pada bak sampah. Pengelolaan Dampak Pencemaran Bau : ● Untuk meminimalisasi terjadinya bau, pengangkutan sampah dilakukan secara berkala (tiap hari) sehingga menekan proses terjadinya dekomposisi sampah pada sumber sampah dan tempat pengumpulan sementara. 2) OPERASIONAL TPA Pengelolaan Dampak Penurunan Kualitas Udara : ● Menggunakan peralatan berat yang memiliki kelayakan teknis operasional, serta telah lulus dalam uji emisi kendaraan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. ● Mewajibkan tenaga kerja pada unit TPA untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker yang sesuai dengan SNI terutama dalam pengaturan lahan, perataan sampah, penimbunan tanah, dan pemadatan. ● Melakukan perawatan dan pemeliharaan tanaman pada buffer area yang berfungsi untuk melokalisir persebaran polutan udara ke lingkungan di sekitar lokasi TPA. Pengelolaan Dampak Peningkatan Kebisingan : ● Membuat jadwal operasi perlalatan berat dalam penimbunan sampah. Kegiatan penimbunan sampah disarankan mulai pukul
07.00-14.00
agar
tidak
menggangu
kenyamanan
penduduk di sekitar khususnya di malam hari pada jam istirahat. ● Mewajibkan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) berupa ear protector/earplug bagi tenaga kerja dan pengunjung pada lokasi-lokasi dengan tingkat kebisingan berlebih. ● Melakukan perawatan peralatan berat secara rutin agar tidak menghasilkan kebisingan berlebih. Pengelolaan Dampak Pencemaran Bau :
Laporan Akhir
5 - 17
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
● Pelaksanaan penghijauan pada area penyangga (buffer area) dengan tanaman penyerap bau seperti : ‒
Lidah mertua (Sansevieria sp.)
‒
Bambu jepang (Pseudosasa japonica)
‒
Trembesi (Samanea saman)
‒
Kemuning (Murraya paniculata) dll.
● Melakukan penutupan tanah pada timbunan sampah. TPA dengan metode pembuangan controlled landfill disarankan untuk melakukan penutupan tanah dengan frekuensi 3 hari sekali. Pengelolaan Dampak Perubahan Kualitas Air Permukaan : ● Pengolahan lindi dengan pengoperasian Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) sesuai dengan SOP yang telah disusun. Pengolahan lindi dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : ‒
Instalasi
pengolah
stabilisasi/anaerob
lindi
dan
utama
kolam
adalah
aerasi.
Lindi
kolam dari
TPA
maupun dari drainase limpasan langsung dialirkan menuju kolam tersebut. ‒
Pengoperasian pertama (start-up) dari instalasi pengolah lindi adalah dengan mengisinya dengan air tawar dari sungai/sumber lain dan di-setting pada kedalaman yang direncanakan. Secara bertahap lindi dimasukkan ke dalam kolam stabilisasi/anaerob sampai terjadi pengkondisian mikroorganisme. Bila diperlukan dilakukan aliran tertutup (tanpa efluen baru) antara kolam maturasi dengan kolam aerasi. Setelah lindi masuk ke dalam sistem IPL, maka pengolahan IPL akan berjalan dengan sendirinya secara gravitasi, dan diharapkan dengan waktu detensi yang direncanakan,
kualitas
air
efluen
dapat
memenuhi
persyaratan. (a) Kolam
stabilisasi/anaerob
ini
dioperasikan
pada
kedalaman, minimal 3 m sesuai dengan kebutuhan (masalah
Laporan Akhir
debit
maupun
oksigen
terlarut
DO).
5 - 18
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Pengaturan operasi ini dilakukan dengan membuka/ menutup pintu air yang tersedia. (b) Setelah kolam stabilisasi/anaerob, dilanjutkan dengan pengolahan aerasi di kolam aerasi. Aerator menjadi prasarana utama pada kolam aerasi. Bila karena sesuatu hal aerator tidak berfungsi, maka kolam ini secara teoritis akan mampu menangani beban organik dari lindi secara fakultatif. Pada saat masuk dan keluar dari kolam pengolah tersebut, terdapat pencatat debit dengan model ambang yang dapat diganti sesuai kebutuhan. (c) Unit berikutnya adalah lahan sanitasi atau kolam sorpsifiltrasi
(maturasi)
yang
sasaran
utamanya
adalah
mengurangi pencemar lindi dengan evapotranspirasi (penguapan) dan mengikat logam-logam berat. Di samping
itu,
susunan
tanah
yang
tersedia
akan
berfungsi pula mengurangi pencemar organik dari kolam maturasi. (d) Kolam terakhir adalah area kontrol dengan tanaman (wetland). Kolam ini diharapkan mempunyai DO lebih tinggi, sehingga bila dianggap perlu efluen dari kolam ini dapat dikembalikan ke kolam I untuk mensuplai oksigen bagi kolam stabilisasi. Di samping itu, kolam ini bersifat kontrol sebelum dibuang ke badan air. ‒
Dianjurkan agar pada saat tidak hujan, sebagian lindi yang ditampung dikembalikan ke timbunan sampah sebagai resirkulasi lindi. Lakukan pengecekan secara rutin pompa dan perpipaan resirkulasi lindi untuk menjamin sistem resirkulasi tersebut.
● Melakukan
pemeliharaan
pemeliharaan
baik
Instalasi
Pengolahan
pemeriksanaan
rutin,
Lindi
baik
pemeliharaan
berkala, maupun perbaikan.
Laporan Akhir
5 - 19
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
‒
Pemeriksaan rutin sebagai upaya pemeliharaan yang bersifat pencegahan untuk mengidentifikasi kerusakan atau
gangguan
sejak
dini,
serta
untuk
mengetahui
perubahan kondisi yang terjadi, misalnya : (a) Pemeriksaan retakan dinding kolam untuk mengetahui indikasi adanya rembesan lindi ke dalam tanah. (b) Pemeriksanaan tanaman yang merambat atau menjalar pada
dinding
kolam
untuk
mengetahui
potensi
kerusakan dinding kolam akibat akar tanaman. (c) Pemeriksaan permukaan tanah di sekitar kolam untuk mengetahui indikasi adanya penurunan permukaan tanah. (d) Pemeriksaan kondisi fisik dan kebersihan peralatan (unit mekanik) sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap peralatan tersebut. (e) Pemeriksaan sistem kelistrikan dan panelnya harus dilakukan secara rutin untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dan keamanannya. (f) Pemeriksaan unit mekanis penunjangnya seperti katupkatup,
perpipaan
dan
asesorisnya
juga
perlu
diperhatikan agar kelancaran air maupun udara dapat dipertahankan. ‒
Pemeliharaan perlu dilakukan pada instalasi pengolahan berupa : (a) Pengukuran ketebalan endapan perlu dilakukan secara berkala setiap bulan. Lumpur endapan yang sudah cukup
tebal
dan
mendekati
ketebalan
yang
direncanakan perlu ditindaklanjuti dengan pengerukan agar waktu tinggal lindi dalam kolam dapat terjamin sesuai rencana. (b) Lumpur endapan yang mulai tinggi melampaui dasar efektif kolam harus segera dikeluarkan. Alat berat excavator sangat efektif dalam pengeluaran lumpur ini.
Laporan Akhir
5 - 20
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Dalam beberapa hal dimana ukuran kolam tidak terlalu besar juga dapat digunakan truk tinja untuk menyedot lumpur
yang
terkumpul
yang
selanjutnya
dapat
dibiarkan mengering dan dimanfaatkan sebagai tanah penutup sampah. (c) Pembersihan
saringan
udara
pada
unit
blower/compresor dengan frekuensi sesuai ketentuan teknisnya. (d) Penggantian minyak pelumas pada unit blower perlu dilakukan dengan kualitas minyak yang baik dan periode penggantian yang tepat. ‒
Perbaikan pada kolam pengolahan biasanya dilakukan berupa : (a) Perbaikan konstruksi kolam yang rusak. (b) Perbaikan permukaan tanah di sekitar kolam dengan penggalian dan pengurugan untuk mengembalikan kemiringan
permukaan
ke
arah
saluran
drainase
terdekat. (c) Perbaikan unit mekanik yang mengalami kerusakan. Pengelolaan Dampak Perubahan Kualitas Air Tanah : ● Pemasangan lapisan dasar TPA untuk mencegah rembesan lindi kedalam tanah. Lapisan dasar TPA ini harus memenuhi kriteria : ‒
Harus kedap air sehingga lindi terhambat meresap kedalam tanah dan tidak mencemari air tanah.
‒
Koefisien pearmeabilitas harus lebih kecil dari 10-6 cm/det.
‒
Pelapisan dasar kedap air dapat dilakukan dengan cara melapisi
dasar
TPA
dengan
tanah
lempung
yang
dipadatkan (30 cm x 2) atau geomembrane setebal 1,5-2 mm, tergantung pada kondisi tanah. ‒
Dasar TPA harus dilengkapi saluran pipa pengumpul lindi dan kemiringan minimal 2% kearah saluran pengumpul maupun penampung lindi.
Laporan Akhir
5 - 21
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
‒
Pemasangan lapisan dasar harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah direncanakan dan harus dilakukan oleh kontraktor yang telah memiliki pengalaman baik.
● Melakukan pemeliharaan lapisan dasar TPA sebelum tertutup timbunan sampah dan tanah, agar tidak terjadi retakan dan kebocoran dengan : ‒
Penanganan retakan lapisan dasar dengan menyiramkan air secara periodik pada lapisan lempung terutama pada saat cuaca panas, sehingga kelembaban lapisan dapat dipertahankan. Bila retakan telah terjadi maka diperlukan penambalan dan penyiraman sehingga retakan dapat tertutup
kembali
dan
potensi
rembesan
lindi
dapat
dikurangi. ‒
Penanganan kebocoran lapisan dasar dengan memperbaiki sambungan
lapisan
yang
kurang
tepat
pada
saat
konstruksi, serta menghindari aktivitas pada lapisan dasar TPA yang belum dilapisi tanah pelindung. Pengelolaan Dampak Limpasan Permukaan : ● Selain penyediaan drainase pada area penimbunan sampah dan drainase keliling TPA, saluran draianse juga disediakan untuk fasilitas jalan TPA, kantor, dan fasilitas penunjang lainnya. ● Pemeliharaan saluran drainase : ‒
Pengawasan Rutin : (a) Pemeriksaan sebagai
rutin
kegiatan
setiap rutin
minggu
untuk
perlu
dilakukan
mengetahui
kondisi
saluran secara umum dan mengamati perubahan yang terjadi. (b) Khususnya pada musim hujan, pengawasan rutin perlu ditingkatkan dengan menambah frekwensi pemeriksaan terutama
setelah
terjadi
hujan
lebat.
Dengan
pengawasan yang rutin dan teratur maka semua perubahan yang terjadi dapat dipantau dan bila perlu
Laporan Akhir
5 - 22
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
dapat dilakukan tindak lanjut pemeliharaan sehingga terhindar dari kerusakan yang serius. ‒
Penanganan Endapan : (a) Saluran drainase perlu dijaga agar tidak menjadi tempat
tertumpuknya
terutama
dari
Endapan
yang
tanaman
rumput
membesar/
erosi
endapan lapisan
dibiarkan atau
tanah
akan
semak
mengembang
pasir
dan
penutup
mudah yang
sehingga
tanah, TPA.
ditumbuhi
cepat
sekali
menimbulkan
kerusakan yang lebih besar pada saluran drainase. (b) Dalam hal dijumpai endapan pada saluran drainase maka perlu diupayakan untuk segera memindahkan endapan tersebut. Pada saat yang bersamaan juga perlu dicari lokasi asal endapan tersebut. (c) Bila dijumpai ada bagian dari lapisan tanah penutup yang mengalami erosi maka perlu segera dilakukan perbaikan atas tanah penutup tersebut. ‒
Penanganan Erosi : (a) Terjadinya
kerusakan
kerusakan
akibat
tinginya
kecepatan aliran (kesalahan rancangan saluran) maka diperlukan perubahan pada rancangn bangun saluran, yaitu berupa perubahan kemiringan dasar saluran yang diikuti dengan pembuatan terjunan untuk mengurangi kecepatan aliran air. (b) Saluran tanah yang berubah profilnya akibat erosi perlu segera dikembalikan ke dimensi semula agar dapat berfungsi mengalirkan air dengan baik. ‒
Penanganan Tumbuhan Liar (a) Tanaman yang tumbuh pada saluran harus segera dicabut; dan apabila menimbulkan lubang yang cukup besar harus segera ditutup dengan plesteran/pasangan yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari tumbuhnya kembali tanaman dari akar yang tertinggal
Laporan Akhir
5 - 23
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
atau terkikisnya tanah oleh aliran air pada saat turun hujan. Pengelolaan Dampak Berkembangnya Vektor Penyakit : ● Melakukan penutupan tanah pada timbunan sampah untuk mencegah berkembangnya vektor penyakit. TPA dengan metode pembuangan controlled landfill disarankan untuk melakukan penutupan tanah dengan frekuensi 3 hari sekali. ● Dalam hal lalat telah berkembang banyak, dapat dilakukan penyemprotan insektisida dengan menggunakan mistblower. Pengelolaan Dampak Potensi Longsor : ● Mengurangi
ketinggian
timbunan
sampah
dalam
rangka
mencegah ketidakstabilan slope / lereng. Agar tidak terjadi genangan (ponding) dan air dapat mengalir dengan rasio vertikal ke horizontal < 1 : 3 maka kemiringan lerengan sebesar 2-4%. ● Batasan nilai yang biasa digunakan agar material dalam timbunan
tidak
runtuh
dikenal
dengan
sebagai
faktor
keamanan (safety factor atau SF). Syarat kriteria nilai SF minimum 1,3 untuk kemiringan timbunan sementara dan 1,5 untuk kemiringan yang permanen. ● Timbunan sampah dengan ketinggian >5 m harus dilakukan rekonturing, agar kestabilan tanah terjaga. ● Lereng yang tidak berkontur dipotong dan dibentuk agar berkontur. Dari bagian bawah sampah dipotong untuk dibuat terasiring selebar 5 m, dan lereng dibentuk dengan kemiringan 20–30o. Demikian dilanjutkan hingga sampai pada bagian atas tumpukan sampah. ● Dibuat
tanggul
pengaman
untuk
mencegah
kelongsoran
sampah. Tanggul dibuat di sisi-sisi sel sampah. Tanggul dibuat dari timbunan tanah yang dipadatkan. Tanggul pada sisi sel sampah diproteksi dengan GCLs, HDPE Geomembrane dan Geotextile Proteksi. Pada bagian luar dari sisi timbunan sampah diproteksi dengan geotextile, geogrid dan geomat.
Laporan Akhir
5 - 24
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Pengelolaan Dampak Potensi Kebakaran : ● Pengoperasian
sistem
penanganan
gas
di
TPA,
dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : ‒
Pemasangan dan penyambungan pipa gas : (a) Pipa penangkap gas dipasang secara progresif ke atas sesuai
dengan
ketinggian
Skematis
pemasangan
didesain
penempatannya
sampah
pipa
yang
tersebut
pada
dicapai.
yang
titik-titik
telah
tertentu
terutama pada box joint percabangan dari pipa lindi dan di ujung pipa lindi. Namun perlu diperhatikan agar peletakan pipa PVC berlubang harus selurus mungkin dan dikelilingi kerikil berdiameter paling tidak 5-10 cm. (b) Pekerjaan
perpipaan
gas
persyaratan-persyaratan
hendaknya
yang
mengikuti
tercantum
dalam
Pedoman Plumbing Indonesia, serta persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak berwenang. Mutu bahan harus
baik
dan
telah
diuji
oleh
lembaga
yang
berwenang. (c) Setelah pekerjaan perpipaan selesai harus dilakukan pengujian atas seluruh bagian dari pekerjaan ini. Semua kekurangan dan kebocoran harus segera diperbaiki sehingga seluruh sistem bekerja dengan baik. (d) Sistem
pemasangan
harus
mengikuti
ketinggian
penimbunan sampah, jadi penyambungan pipa ke atas dilakukan
bertahap
(tidak
sekaligus
pada
awal
pembangunan). Pipa yang dipasang akan dilindungi oleh casing yang terbuat dari tumpukan drum bekas. (e) Pemanfaatan gas, sangat direkomendasikan pada ujung pipa pembuangan gas ditambahkan dengan sistem pembakaran/flaring
(dengan
burner
pembakar),
sehingga CH4 yang dihasilkan dari dekomposisi gas dapat
dikonversi
menjadi
CO2
dengan
tujuan
mengurangi efek rumah kaca (green house effect).
Laporan Akhir
5 - 25
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
● Pemeliharaan
sistem
pengendalian
gas
dengan
dengan
pemeriksaan berkala pipa terhadap kebocoran, terutama difokuskan pada titik sambungan pipa. ● Memberikan
himbauan
kepada
tenaga
kerja
maupun
pengunjung TPA untuk tidak membuang puntung rokok diarea penimbunan
sampah,
karena
dapat
memicu
terjadinya
kebakarang. Pengelolaan Dampak Penurunan Estetika Lingkungan : ● Melakukan penutupan tanah pada timbunan sampah. TPA dengan metode pembuangan controlled landfill disarankan untuk melakukan penutupan tanah dengan frekuensi 3 hari sekali. ● Pelaksanaan penghijauan pada area penyangga (buffer area) dengan tanaman. Pengelolaan Dampak Gangguan Kesehatan Masyarakat : ● Melaksanakan pengelolaan dampak penurunan kualitas udara dari kegiatan operasional TPA secara tepat dan konsisten karena dampak ini merupakan dampak lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara. Pengelolaan Dampak Timbulnya Keresahan Masyarakat : ● Melaksanakan kegiatan pengangkutan sampah ke lokasi TPA dengan baik dan benar, serta sesuai SOP yang telah disusun untuk mencegah terjadinya ceceran sampah, pencemaran bau, dan gangguan lalulintas yang diakibatkan oleh mobilisasi truk pengangkut sampah. ● Mengoperasikan fasilitas-fasilitas yang ada di TPA secara baik dan benar, serta sesuai SOP yang telah disusun untuk mencegah dan meminimalisir dampak negatif dari TPA seperti penurunan pencemaran perubahan
kualitas bau, kualitas
udara, perubahan air
peningkatan
kebisingan,
kualitas
air
permukaan,
limpasan
permukaan,
tanah,
berkembangnya vektor penyakit, potensi longsor, potensi
Laporan Akhir
5 - 26
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
kebakaran, penurunan estetika lingkungan, dan
gangguan
kesehatan masyarakat. ● Memberikan informasi secara terbuka dan transparan bagi masyarakat tentang kondisi lingkungan dari hasil pemantauan, antara lain kondisi kualitas udara, kualitas air permukaan, kualitas air tanah, kualitas efluen lindi, dan hasil pemantauan lainnya). ● Menampung
keluhan,
pengaduan
dan
komplain
dari
masyarakat terkait dengan dampak lingkungan dari kegiatan operasional TPA, selanjutnya menaggapi secara cepat untuk menemukan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang terjadi. ● Menaati dan melaksanakan komitmen yang telah disepakati antara Pemrakarsa dan masyaraka di sekitar lingkungan rumahs sakit untuk menjaga hubungan dan interaksi yang harmonis. ● Bersedia
melaksanakan
kegiatan
musyarawarah
mufakat
dengan warga sekitar yang terkena dampak langsung untuk melaksanakan kesepakatan-kesepakatan tertentu yang terkait dengan dampak-dampak lingkungan yang diprakirakan terjadi. ● Koordinasi dan bekerjaama dengan intansi bidang pengelolaan lingkungan dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup. ● Koordinasi dan bekerjasama dengan aparat desa, Polsek, dan Koramil dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban, serta
dalam
penyelesaian
permasalahan
sosial
melalui
musyawarah. 3) PEMELIHARAAN TPA Pengelolaan Dampak Limbah B3 : ● Melakukan identifikasi karakteristik limbah B3 yang dihasilkan, baik yang ada pada wadah terpilah 3R maupun langsung pada sumber limbahnya untuk menentukan jenis kemasan limbah B3.
Laporan Akhir
5 - 27
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
● Melakukan pengemasan limbah B3 non medis yang dihasilkan dengan wadah/kemasan yang sesuai dengan karakteristik limbah B3. Persyaratan umum pengemasan adalah : ‒
Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak,dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran.
‒
Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan karakteristik Limbah B3 yang akan dikemasnya dengan
mempertimbangkan
segi
keamanan
dan
kemudahan dalam penanganannya. ‒
Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan logam (teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau
SS440)
dengan
syarat
bahan
kemasan
yang
dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya. ‒
Tata cara pengemasan/pewadahan limbah B3 mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal No.1 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.
● Melakukan pencatatan limbah B3 yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.2 Tahun 1995 Tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. ● Memberikan simbol dan label limbah B3 sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.14 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol Limbah B3 Dan Pelabelan Limbah B3 Dan Pencetakan Simbol Limbah B3 Dan Pelabelan Limbah B3. ●
Menyimpan sementara limbah B3 yang telah dikemas dan diberi label limbah B3 pada TPS Limbah B3.
Pengelolaan Dampak Peningkatan Kinerja TPA : ● Melaksanakan kegiatan pemeliharaan fasilitas TPA secara baik dan benar, sesuai dengan SOP yang telah disusun, dan dilaksanakan
Laporan Akhir
secara
kontinu,
baik
pemeriksaan
rutin,
5 - 28
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
pemeliharaan
berkala,
dan
perbaikan
atas
kerusakan-
kerusakan fasilitas TPA.
5.1.4 PENGELOLAAN PADA TAHAP PASCA OPERASI Bentuk-bentuk pengelolaan lingkungan hidup terhadap dampak lingkungan yang diprakirakan terjadi dari masing-masing kegiatan pada tahap pasca operasi diuraiakan sebagai berikut ini. 1) SOSIALISASI Pengelolaan Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat : ● Menyampaikan informasi rencana penutupan TPA kepada masyarakat secara jelas, terbuka, dan transparan. Informasi yang disampaikan minimal memuat kegiatan-kegiatan pada tahap pasca operasi, desain penutupan, dan jadwal penutupan TPA. 2) PENUTUPAN TPA Pengelolaan Dampak Tumbuhnya Flora : ● Melaksanakan revegetasi lahan bekas TPA dengan penyiapan lapisan tanah, dan perbaikan kualitas tanah. ‒
Penyiapan kualitas tanah dengan cara pemberian lapisan tanah pucuk (top soil) yang subur untuk memudahkan tumbuh berkembangnya vegetasi.
‒
Perbaikan kualitas tanah dengan cara : (a) Penambahan nutrisi (b) Menjaga suhu tanah (c) Menjaga kelembaban kadar air dengan menyiramnya saat kering (d) Penggunaan peralatan pemindahan tanah
● Penanaman pohon pelindung untuk green belt dan tanaman perdu untuk penutupan timbunan. ‒
Pohon pelindung : (a) Kamboja putih / semboja (Plumeria alba) (b) Kamboja merah (Plumeria rubra L.)
Laporan Akhir
5 - 29
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
(c) Ketapang (Terminalia cattapa L) (d) Glodokan Tiang (Polyalthia longifolia) (e) Bungur / Wungu (Lagerstromeia speciosa Pers) (f) Kelapa gading (Cocos nucifera varietes eburnea) (g) Nyamplungan (Calophyllum inophyllum L.) ‒
Tanaman perdu : (a) Beluntas (Pluchea indica L.) (b) Bougenvile (Bougainvillea) (c) Daun Wungu / Daun putri / Demung (Graptophyllum pictum L.) (d) Wedelia (Wedelia trilobata) (e) Tapak kuda (Ipomoea pescaprae) (f) Euphorbia Dentata (Euphorbia dentata Michx) (g) Rumput jepang (Zoysia japonica) (h) Rumput Belulang (Eleusine indica)
Pengelolaan Dampak Perubahan Fungsi Lahan : ● Memanfaatkan lahan bekas TPA yang telah ditutup sesuai dengan tata ruang wilayah (RTRW). ● Jika
belum
ditetapkan
peruntukkannnya
dalam
RTRW,
pemanfaatan lahan bekas TPA harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung, serta kondisi lingkungan di sekitarnya.
Pemanfaatan
ruangnya
harus
mendapatkan
persetujuan dari badan koordinasi perencanaan ruang daerah. Pengelolaan Dampak Peningkatan Estetika Lingkungan : ● Melaksanakan kegiatan revegetasi secara baik dan benar, sehingga estetika lingkungan lahan bekas TPA menjadi lebih baik dari kondisi sebelumnya. 3) PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN LAHAN BEKAS TPA Pengelolaan Dampak Illegal Dumping : ● Pemasangan
papan
pengumuman
di
lokasi
TPA
yang
menginformasikan bahwa TPA telah ditutup dan tidak diizinkan untuk melakukan pembuangan sampah di lokasi tersebut.
Laporan Akhir
5 - 30
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
● TPA diberi pagar keliling dengan tanaman dan kawat berduri (untuk faktor keamanan) dan tiang betori sebagai pengikat. Pagar dibuat setinggi minimal 1,5 m. ● Mengunci pintu pagar TPA untuk mencegah masuknya pihakpihak yang tidak berkepentingan. ● Memberikan peringatan secara langsung, maupun sanksi berupa
denda
kepada
pihak-pihak
yang
melakukan
pembuangan sampah di lokasi lahan bekas TPA yang telah ditutup. Pengelolaan Dampak Perubahan Kualitas Air Permukaan : ● Tetap mengoperasikan Instalasi Pengolahan Lindi (IPL), selama lindi masih dihasilkan dari hasil dekomposisi sampah pada timbunan sampah yang telah ditutup oleh lapisan akhir (final cover). ● Tetap melaksanakan pemeliharaan Instalasi Pengolahan Lindi selama lindi masih dihasilkan di TPA. Pengelolaan Dampak Perubahan Kualitas Air Tanah : ● Tetap mengoperasikan Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) selama lindi masih dihasilkan dari hasil dekomposisi sampah pada timbunan sampah yang telah ditutup oleh lapisan akhir (final cover), sebagaimana dilakukan pada tahap operasi. ● Tetap melaksanakan pemeliharaan Instalasi Pengolahan Lindi selama lindi masih dihasilkan di TPA sebagaimana dilakukan pada tahap operasi. Pengelolaan Dampak Limpasan Permukaan : ● Tetap melakukan kegiatan pemeliharaan saluran drainase sebagaimana
pemeliharaan
pada
tahap
operasi,
baik
pemeriksaan rutin, pemeliharaan berkala, maupun perbaikan saluran drainase yang mengalami kerusakan. Pengelolaan Dampak Potensi Longsor : ● Tanah penutup akhir dibuat grading dengan kemiringan maksimum 1:3 untuk menghindari terjadinya erosi.
Laporan Akhir
5 - 31
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
● Sistem penutup akhir pada controlled landfill terdiri atas beberapa lapis, yaitu berturut-turut dari bawah ke atas : ‒
Di atas timbunan sampah : lapisan tanah penutup reguler (harian atau antara).
‒
Lapisan tanah liat setabal 20 cm dengan permeabilitas maksimum sebesar 1x10-7 cm/det.
‒
Lapisan tanah humus setebal minimum 60 cm.
‒
Penutup akhir diaplikasikan pada setiap area pengurugan yang tidak akan digunakan lagi lebih dari 1 tahun. Ketebalan tanah penutup final ini paling tidak 60 cm.
Pengelolaan Dampak Potensi Kebakaran : ● Menyediakan ventilasi akhir, yang merupakan ventilasi yang dibangun pada timbunan akhir yang dihubungkan dengan sarana pengumpul gas untuk dibakar dengan gas-flare atau dimanfaatkan lebih lanjut. Pengelolaan Dampak Tumbuhnya Flora : ● Penyiraman terutama saat musim kemarau: untuk pohon 10 L/pohon, semak 5 L/pohon, rumput / tanaman perdu 5 L/m2. ● Pemangkasan
setiap 3 bulan
sekali untuk
dahan
yang
kering/mati, murni dipangkas dengan ketinggian / tebal rumput + 5cm dari permukaan tanah. ●
Pemupukan 3 bulan sekali dengan pupuk non organik kemudian
disiramkan
di
sekeliling
perakaran
tanamal
sedangkan untuk pupuk daun disemprotkan pada daun. Pengelolaan Dampak Timbulnya Keresahan Masyarakat : ● Menampung
keluhan,
pengaduan
dan
komplain
dari
masyarakat terkait dengan dampak lingkungan dari kegiatan operasional TPA, selanjutnya menaggapi secara cepat untuk menemukan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang terjadi. ● Koordinasi dan bekerjasama dengan aparat desa, Polsek, dan Koramil dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban,
Laporan Akhir
5 - 32
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
serta
dalam
penyelesaian
permasalahan
sosial
melalui
musyawarah.
Laporan Akhir
5 - 33
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
5.2 PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP Pemantauan lingkungan hidup merupakan upaya pemantauan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari rencana pembangunan TPA Banjarsari
Wetan
Kabupaten
Madiun
dengan
berpedoman
pada
pengelolaan lingkungan hidup yang telah dirumuskan. Disamping melaksanakan
pengelolaan
dampak
lingkungan,
Pemrakarsa
juga
memiliki kewajiban untuk memantau dampak lingkungan tersebut. Pemantauan lingkungan hidup pada dasarnya merupakan tindak lanjut pemantauan terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang telah
ditetapkan
berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan
teknis,
pembiayaan dan aspek sosial guna meningkatkan dampak positif dan mengurangi atau menghilangkan dampak negatif yang terjadi terhadap komponen lingkungan. Maksud pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilakukan. Sedangkan tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui kondisi lingkungan hidup yang diprakirakan dampak setelah dilakukan pengelolaan lingkungan hidup. Bagaimana perubahannya serta sifat perubahannya. Pemantauan
lingkungan
hidup
tidak
hanya
berguna
bagi
pemrakarsa kegiatan, tetapi juga bagi pemerintah dan masyarakat. Kegunaan pemantauan lingkungan hidup adalah : 1. Bagi
pemerintah
daerah,
hasil
pemantauan
lingkungan
hidup
digunakan sebagai informasi dan pedoman dalam pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan pelestarian lingkungan hidup, serta sebagai bahan dan masukan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup terhadap pemrakarsa kegiatan. 2. Bagi masyarakat, pemantauan lingkungan hidup sebagai sumber informasi untuk mengetahui kondisi lingkungan, untuk menghindari kesalahpahaman antar pihak, serta untuk menjalin kerjasama dalam pemantauan lingkungan hidup.
Laporan Akhir
5 - 34
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Uraian pemantauan lingkungan hidup ini mencakup bentuk-bentuk pemantauan yang dilaksanakan (pengumpulan dan analisis data kualitas lingkungan), lokasi pemantauan, serta periode pemantauan lingkungan hidup.
5.2.1 PEMANTAUAN PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI Bentuk-bentuk pemantauan lingkungan hidup terhadap dampak lingkungan yang diprakirakan terjadi dari masing-masing kegiatan pada tahap pra konstruksi diuraiakan sebagai berikut ini. 1) SURVEI DAN PERENCANAAN Pemantauan Dampak Timbulnya Keresahan Masyarakat Indikator/parameter yang dipantau adalah proses sosial yang terjadi akibat kegiatan survei dan perencanaan. Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : (a) Jenis data yang dikumpulkan adalah isu-permasalahan, jenis kekhawatiran masyarakat, serta kondisi sosial kemasyarakatan pengumpulan data dengan metode wawancara dan kuisioner. (b) Metode analisis data dengan cara mengevaluasi proses sosial
yang
terjadi
akibat
kegiatan
survei
dan
perencanaan. ● Pemantauan dilakukan di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan dilakukan 1 kali pada kegiatan survei dan perencanaan pada tahap konstruksi. Pemantauan Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat Indikator/parameter yang dipantau adalah persepsi dan sikap masyarakat terhadap kegiatan survei dan perencanaan. Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : (a) Jenis
data
tanggapan,
Laporan Akhir
yang
dikumpulkan
harapan
dan
adalah
keinginan
pendapat, masyarakat,
5 - 35
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
dukungan, serta sikap masyarakat, pengumpulan data dengan metode wawancara dan kuisioner. (b) Metode
analisis
data
dengan
cara
mengevaluasi
persepsi dan sikap masyarakat terhadap kegiatan survei dan perencanaan. ● Pemantauan dilakukan di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan dilakukan 1 kali pada kegiatan survei dan perencanaan. 2) SOSIALISASI DAN PUBLIKASI Pemantauan Dampak Timbulnya Keresahan Masyarakat Indikator/parameter yang dipantau adalah proses sosial yang terjadi akibat kegiatan sosialisasi dan publikasi. Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : (a) Jenis data yang dikumpulkan adalah isu-permasalahan, jenis kekhawatiran masyarakat, serta kondisi sosial kemasyarakatan, pengumpulan data dengan metode wawancara dan kuisioner. (b) Metode analisis data dengan cara mengevaluasi proses sosial yang terjadi akibat rencana pembangunan TPA. ● Pemantauan dilakukan di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan dilakukan 1 kali pada kegiatan sosialisasi dan publikasi. Pemantauan Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat Indikator/parameter yang dipantau adalah persepsi dan sikap masyarakat terhadap rencana pembangunan TPA. Bentuk pemantauan lingkungan hidup (a) Jenis
data
tanggapan,
yang
dikumpulkan
harapan
dan
adalah
keinginan
pendapat, masyarakat,
dukungan, serta sikap masyarakat, dengan metode wawancara dan kuisioner.
Laporan Akhir
5 - 36
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
(b) Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
mengevaluasi persepsi dan sikap masyarakat terhadap rencana pembangunan TPA. ● Pemantauan dilakukan di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan dilakukan 1 kali pada kegiatan sosialisasi dan publikasi.
5.2.2 PEMANTAUAN PADA TAHAP KONSTRUKSI Bentuk-bentuk pemantauan lingkungan hidup terhadap dampak lingkungan yang diprakirakan terjadi dari masing-masing kegiatan pada tahap konstruksi diuraiakan sebagai berikut ini.
Laporan Akhir
5 - 37
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
1) REKRUITMEN TENAGA KERJA Pemantauan Dampak Terbuka Kesempatan Kerja (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah tingkat kesempatan kerja (TKK). (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ‒
Jenis
data
yang
dikumpulkan
adalah
data
ketenagakerjaan yang mencakup jumlah angkatan kerja jumlah penduduk yang bekerja, pengumpulan data dengan metode survei instansional. ‒
Metode
analisis
membandingkan
data
dilakukan
dengan
jumlah
penduduk
yang
cara bekerja
dengan jumlah angkatan kerja. ● Pemantauan
dilakukan
di
Desa
Banjarsari
Wetan/Kecamatan Dagangan/ Kabupaten Madiun. ● Pemantauan dilakukan selama kegiatan rekruitmen tenaga kerja dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. Pemantauan Dampak Peningkatan Pendapatan (a) Indikator/parameter
yang
dipantau
adalah
pendapatan
masyarakat. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah pendapatan tenaga kerja per bulan sebelum bekerja sebagai tenaga kerja konstruksi.
Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
metode wawancara. ‒
Metode
analisis
membandingkan
data
dilakukan
pendapatan
sebelum
dengan dan
cara setelah
menjadi tenaga kerja konstruksi pembangunan TPA. ● Pemantauan dilakukan di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan dilakukan selama kegiatan rekruitmen tenaga kerja dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. Pemantauan Dampak Timbulnya Keresahan Masyarakat
Laporan Akhir
5 - 38
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
(a) Indikator/parameter yang dipantau adalah proses sosial yang terjadi akibat kegiatan rekuritmen tenaga kerja.
Laporan Akhir
5 - 39
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
(b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah jumlah tenaga kerja lokal yang terserap, dan kondisi sosial yang terjadi. Pengumpulan data dengan metode inventarisasi data Pemrakarsa dan wawancara.
‒
Metode
analisis
mengevaluasi
data
proses
dilakukan
sosial
dengan
yang terjadi
cara
terhadap
penyerapan tenaga kerja lokal. ● Pemantauan dilakukan di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan dilakukan pada kegiatan rekuritmen tenaga kerja, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. 2) MOBILISASI PERALATAN DAN MATERIAL Pemantauan Dampak Penurunan Kualitas Udara (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kualitas udara ambien dengan parameter debu (partikulat) SO2, NOx, dan CO. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitas udara ambien.
Pengumpulan
pengambilan dilakukan
sampel
pengujian
data kualitas
di
dengan udara,
laboratorium
metode
selanjutnya yang
telah
dengan
cara
terakreditasi. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
membandingkan Laporan Hasil Uji (LHU) dengan baku mutu, yaitu Peraturan Gubernur Jawa Timur No.10 Tahun 2009 Tentang Tentang Baku Mutu Udara Ambien Dan Emisi Sumber Tidak Bergerak Di Jawa Timur. ● Pemantauan dilakukan di : ‒
Pintu masuk.
‒
Ruas jalan yang menjadi rute mobilitas.
‒
Permukiman penduduk Desa Banjarsari Wetan radius 100 m.
Laporan Akhir
5 - 40
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
● Pemantauan
dilakukan
selama
kegiatan
mobilisasi
peralatan dan material dengan frekuensi pemantauan tiap 3 bulan sekali.
Laporan Akhir
5 - 41
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Pemantauan Dampak Peningkatan Kebisingan (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah tingkat kebisingan (dBA). (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kebisingan. Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
metode
pengukuran langsung menggunakan sound level meter. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu, yaitu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.KEP48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. ● Pemantauan dilakukan di : ‒
Pintu masuk.
‒
Permukiman penduduk Desa Banjarsari Wetan radius 50 m, 100 m, 200 m, 300 m, 400 m, 500 m dari rute pengangkutan.
● Pemantauan
dilakukan
selama
kegiatan
mobilisasi
peralatan dan material, dengan frekuensi pemantauan tiap 3 bulan sekali. Pemantauan Dampak Gangguan Lalulintas (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah volume lalulintas. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah volume lalulintas yang terdiri dari sepeda motor, mobil, truk, dan truk pengangkut material. Pengumpulan data dilakukan dengan metode traffic counting.
‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
menghitung volume lalulintas dalam satuan mobil penumpang,
serta
tarikan
perjalanan
kendaraan
proyek. ● Pemantauan dilakukan di :
Laporan Akhir
5 - 42
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
‒
Pintu masuk lokasi tapak proyek.
‒
Simpang terdekat.
● Pemantauan
dilakukan
selama
kegiatan
mobilisasi
peralatan dan material dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. Pemantauan Dampak Gangguan Kesehatan Masyarakat (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah prevalensi penyakit. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan jumlah kasus penyakit yang sering diderita masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei instansional.
‒
Metode
analisis
mengevaluasi
data
dilakukan
kecenderungan
dengan
perubahan
cara kasus
penyakit yang sering diderita, serta hubungannya dengan kualitas udara. ● Pemantauan dilakukan di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan
dilakukan
selama
kegiatan
mobilisasi
peralatan dan material, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. Pemantauan Dampak Penurunan Kenyamanan (a) Indikator/parameter
yang
dipantau
adalah
tingkat
adalah
persepsi
kenyamanan. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis
data
yang
dikumpulkan
masyarakat tentang gangguan komunikasi yang dialami selama kegiatan mobilisasi peralatan dan material. Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
metode
wawancara dan kuisioner. ‒
Metode
analisis
membandingkan
Laporan Akhir
data
dilakukan
persepsi
dengan
masyarakat
cara
tentang
5 - 43
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
gangguan
komunikasi
terhadap
kategori
derajat
ketulian. ● Pemantauan dilakukan di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan
dilakukan
selama
kegiatan
mobilisasi
peralatan dan material, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. 3) PENGERAHAN TENAGA KERJA Pemantauan Dampak Penurunan Kebersihan Lingkungan (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah jumlah timbulan sampah tenaga kerja konstruksi. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah volume timbulan sampah
pada
tempat
pengumpulan
sementara,
frekuensi pengangkutan sampah, serta data kondisi kebersihan lingkungan tapak proyek. Pengumpulan data dilakukan
dengan
metode
observasi
lapang
dan
inventarisasi data Pemrakarsa. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
mengevaluasi kondisi kebersihan
dengan
cara
lingkungan
tapak
proyek berdasarkan volume timbulan sampah yang dikelola serta kondisi kebersihan lingkungan tapak proyek. ● Pemantauan dilakukan di lokasi tapak proyek. ● Pemantauan
dilakukan
selama
kegiatan
pengerahan
tenaga kerja, dengan frekuensi pemantauan tiap 3 bulan sekali. Pemantauan Dampak Perubahan Kualitas Air Permukaan (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kualitas air dengan parameter BOD, COD, TSS, Minyak Lemak, pH. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data :
Laporan Akhir
5 - 44
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitas air (air limbah dan air permukaan). Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengambilan sampel kualitas air, selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium yang telah terakreditasi.
‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
membandingkan Laporan Hasil Uji (LHU) dengan baku mutu, yaitu : Baku mutu air limbah pekerja mengacu pada Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Baku Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Dan/Atau Kegiatan Usaha Lainnya.. Baku mutu air permukaan mengacu pada PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.
Laporan Akhir
5 - 45
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
● Lokasi pemantauan : ‒
Air limbah pada effluen pengolahan air limbah.
‒
Air permukaan pada upstream dan downstream badan air penerima.
● Pemantauan
dilakukan
selama
kegiatan
pengerahan
tenaga kerja, dengan frekuensi pemantauan : ‒ ‒
Air limbah tiap 1 bulan sekali. Air permukaan tiap 3 bulan sekali.
Pemantauan Dampak Terbukanya Peluang Usaha (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah jumlah dan jenis usaha yang berkembang. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan jumlah dan jenis usaha baru di sekitar lokasi tapak proyek. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi lapang.
‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
mengevaluasi perkembangan usaha perdagangan dan jasa baru di sekitar lokasi tapak proyek. ● Pemantauan dilakukan di sekitar tapak proyek di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan
dilakukan
selama
kegiatan
pengerahan
tenaga kerja, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. Pemantauan Dampak Peningkatan Pendapatan (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah pendapatan pemilik usaha baru di sekitar lokasi tapak proyek. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis
data
yang
dikumpulkan
adalah
pendapatan
pemilik usaha baru per bulan pada kondisi sebelum dan sesudah mendirikan usaha perdagangan dan jasa baru.
Laporan Akhir
5 - 46
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
metode
wawancara. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
membandingkan pendapatan sebelum dan sesudah mendirikan usaha perdagangan dan jasa baru. ● Pemantauan dilakukan di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan
dilakukan
selama
kegiatan
pengerahan
tenaga kerja, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. 4) PEMBERSIHAN LAHAN Pemantauan Dampak Hilangnya Vegetasi (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kerapatan tanaman. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis
data
yang
dikumpulkan
jenis-jenis
vegetasi
dilokasi tapak proyek dan kerapatan tanamannya. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi lapang. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
evaluasi
kerapatan tanaman. ● Pemantauan dilakukan di lokasi tapak proyek. ● Pemantauan
dilakukan
1
kali
pada
awal
kegiatan
pembersihan lahan. Pemantauan Dampak Timbulan Material Hasil Pembersihan (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah jumlah timbulan material hasil pembersihan lahan. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan volume timbulan vegetasi dari hasil pembersihan lahan, baik yang memiliki nilai ekonomis maupun tidak. Pengumpulan data dilakukan dengan metode inventarisasi data Pemrakarsa, dan observasi lapang.
Laporan Akhir
5 - 47
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
mengevaluasi volume timbulan sampah yang dapat dimanfaatkan dan yang tidak dapat dimanfaatkan. ● Pemantauan dilakukan di lokasi tapak proyek. ● Pemantauan
dilakukan
1
kali
pada
akhir
kegiatan
pembersihan lahan. 5) PEMBANGUNAN FASILITAS TPA Pemantauan Dampak Penurunan Kualitas Udara (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kualitas udara ambien dengan parameter debu (partikulat) SO2, NOx, dan CO. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitas udara ambien.
Pengumpulan
pengambilan dilakukan
sampel
pengujian
data kualitas
di
dengan udara,
laboratorium
metode
selanjutnya yang
telah
dengan
cara
terakreditasi. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
membandingkan Laporan Hasil Uji (LHU) dengan baku mutu, yaitu Peraturan Gubernur Jawa Timur No.10 Tahun 2009 Tentang Tentang Baku Mutu Udara Ambien Dan Emisi Sumber Tidak Bergerak Di Jawa Timur. ● Pemantauan dilakukan di : ‒
Tapak proyek
‒
Permukiman penduduk radius 100 – 500 m.
● Pemantauan dilakukan selama kegiatan pembangunan fasilitas TPA, dengan frekuensi pemantauan tiap 3 bulan sekali. Pemantauan Dampak Peningkatan Kebisingan (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah tingkat kebisingan (dBA). (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : Laporan Akhir
5 - 48
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kebisingan. Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
metode
pengukuran langsung menggunakan sound level meter. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu, yaitu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.KEP48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. ● Pemantauan dilakukan di : ‒
Tapak proyek
‒
Permukiman penduduk radius 100 – 500 m.
● Pemantauan dilakukan selama kegiatan pembangunan fasilitas TPA, dengan frekuensi pemantauan tiap 3 bulan sekali. Pemantauan Dampak Gangguan Kesehatan Masyarakat (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah prevalensi penyakit. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan jumlah kasus penyakit yang sering diderita masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei instansional.
‒
Metode
analisis
mengevaluasi
data
dilakukan
kecenderungan
dengan
perubahan
cara kasus
penyakit yang sering diderita, serta hubungannya dengan kualitas udara. ● Pemantauan dilakukan di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan dilakukan selama kegiatan pembangunan fasilitas TPA, dengan frekuensi pemantauan tiap 3 bulan sekali. Pemantauan Dampak Penurunan Kenyamanan (a) Indikator/parameter
yang
dipantau
adalah
tingkat
kenyamanan. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data :
Laporan Akhir
5 - 49
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
‒
Jenis
data
yang
dikumpulkan
adalah
persepsi
masyarakat tentang gangguan komunikasi yang dialami selama pembangunan fasilitas TPA. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan kuisioner. ‒
Metode
analisis
membandingkan gangguan
data
dilakukan
persepsi
komunikasi
dengan
masyarakat
terhadap
kategori
cara
tentang derajat
ketulian. ● Pemantauan dilakukan di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan dilakukan
selama kegiatan pembangunan
fasilitas TPA, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali.
Laporan Akhir
5 - 50
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Pemantauan Dampak Limbah B3 (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah jumlah timbulan limbah B3. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis
data
yang
karakteristik
dikumpulkan
limbah
Pengumpulan
B3,
data
adalah
beserta
dilakukan
jumlah
dan
pengelolaannya. dengan
metode
inventarisasi data Pemrakarsa, dengan mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.2 Tahun 1995 Tentang
Dokumen
Limbah
Bahan
Berbahaya
dan
Beracun. ‒
Metode analisis data dilakukan dengan cara mengukur kinerja pengelolaan limbah B3, yaitu perbandingan antara
limbah
B3
yang
dihasilkan
dalam
satuan
tertentu, dan limbah B3 yang dikelola. ● Pemantauan dilakukan di lokasi tapak proyek (gudang). ● Pemantauan dilakukan selama kegiatan pembangunan fasilitas TPA, dengan frekuensi pemantauan tiap 1 bulan sekali.
5.2.3 PEMANTAUAN PADA TAHAP OPERASI Bentuk-bentuk pemantauan lingkungan hidup terhadap dampak lingkungan yang diprakirakan terjadi dari masing-masing kegiatan pada tahap operasi diuraiakan sebagai berikut ini. 1) PENGANGKUTAN SAMPAH KE TPA Pemantauan Dampak Gangguan Lalulintas (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah volume lalulintas. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah volume lalulintas yang terdiri dari sepeda motor, mobil, truk, dan truk
Laporan Akhir
5 - 51
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
pengangkut
sampah.
Pengumpulan
data
dilakukan
dengan metode traffic counting. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
menghitung volume lalulintas dalam satuan mobil penumpang,
serta
tarikan
perjalanan
kendaraan
proyek. ● Pemantauan dilakukan di : ‒
Pintu masuk TPA.
‒
Simpang terdekat.
● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. Pemantauan Dampak Penurunan Kebersihan Lingkungan (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kondisi kebersihan jalan. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kondisi bak pada truk pengangkut sampah, lokasi ceceran sampah, serta kondisi kebersihan jalan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi lapang.
‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
mengevaluasi secara deskriptif kondisi pengangkutan sampah serta kondisi jalan. ● Pemantauan dilakukan rute pengangkutan sampah ke lokasi TPA sebanyak 3 titik. ● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. Pemantauan Dampak Pencemaran Bau (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah tingkat kebauan dengan parameter NH3, CH3SH, H2S, (CH3)2S, dan (C6H5CHCH2). (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data.
Laporan Akhir
5 - 52
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
‒
Jenis data yang dikumpulkan data tingkat kebauan. Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
pengambilan
sampel kualitas udara, selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium yang telah terakreditasi. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
membandingkan Laporan Hasil Uji (LHU) dengan baku tingkat kebauan, yaitu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP-50/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan. ● Pemantauan dilakukan di lokasi rute pengangkutan sampah ke lokasi TPA. ● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. 2) OPERASIONAL TPA Pemantauan Dampak Penurunan Kualitas Udara (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kualitas udara ambien dengan parameter debu (partikulat) SO2, NOx, dan CO. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitas udara ambien.
Pengumpulan
pengambilan dilakukan
sampel
pengujian
data kualitas
di
dengan udara,
laboratorium
metode
selanjutnya yang
telah
dengan
cara
terakreditasi. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
membandingkan Laporan Hasil Uji (LHU) dengan baku mutu, yaitu Peraturan Gubernur Jawa Timur No.10 Tahun 2009 Tentang Tentang Baku Mutu Udara Ambien Dan Emisi Sumber Tidak Bergerak Di Jawa Timur. ● Pemantauan dilakukan di :
Laporan Akhir
‒
Lokasi TPA.
‒
Permukiman penduduk radius 100 m.
5 - 53
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan tiap 3 bulan sekali. Pemantauan Dampak Peningkatan Kebisingan (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah tingkat kebisingan (dBA). (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpula dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kebisingan. Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
metode
pengukuran langsung menggunakan sound level meter. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu, yaitu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.KEP48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. ● Pemantauan dilakukan di : ‒
Lokasi TPA.
‒
Permukiman penduduk radius 100 m.
● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan tiap 3 bulan sekali. Pemantauan Dampak Pencemaran Bau (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah adalah tingkat kebauan dengan parameter NH3, CH3SH, H2S,
(CH3)2S, dan
(C6H5CHCH2). (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan data tingkat kebauan. Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
pengambilan
sampel kualitas udara, selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium yang telah terakreditasi. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
membandingkan Laporan Hasil Uji (LHU) dengan baku tingkat kebauan, yaitu Keputusan Menteri Lingkungan
Laporan Akhir
5 - 54
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Hidup No. KEP-50/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan. ● Pemantauan dilakukan di lokasi lokasi TPA. ● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. Pemantauan Dampak Perubahan Kualitas Air Permukaan (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kualitas air dengan parameter TDS, TSS, pH, NH3, NO3, NO2, BOD, COD. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitas air (lindi dan air permukaan). Pengumpulan data dilakukan dengan
metode
pengambilan
sampel
kualitas
air,
selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium yang telah terakreditasi. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
membandingkan Laporan Hasil Uji (LHU) dengan baku mutu, yaitu : Baku mutu lindi mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup
Dan
Kehutanan
No.P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 Tentang
Baku
Mutu Lindi Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. Baku mutu air permukaan mengacu pada PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. ● Pemantauan dilakukan di : ‒
Air limbah pada effluen pengolahan air limbah.
‒
Air permukaan pada upstream dan downstream badan air penerima.
● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan : ‒
Laporan Akhir
Lindi tiap 1 bulan sekali.
5 - 55
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
‒
Air permukaan tiap 3 bulan sekali.
Pemantauan Dampak Perubahan Kualitas Air Tanah (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kualitas air dengan parameter yang sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan No.P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 Tentang
Baku Mutu Lindi Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitas air (air
tanah).
Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
metode pengambilan sampel kualitas air, selanjutnya dilakukan
pengujian
di
laboratorium
yang
telah
dengan
cara
terakreditasi. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
membandingkan Laporan Hasil Uji (LHU) dengan baku mutu, yaitu : Baku mutu air tanah pada sumur uji instalasi pengolahan lindi mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup
Dan
Kehutanan
No.P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 Tentang
Baku
Mutu Lindi Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. Baku
mutu
mengacu
air
tanah
pada
pada
Peraturan
sumur
Menteri
penduduk Kesehatan
No.416/Men.Kes/Per/IX/1990 Tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. ● Pemantauan dilakukan di : ‒
Sumur uji di sebelum lokasi penimbunan, pada lokasi penimbunan, dan setelah lokasi penimbunan.
‒
Sumur penduduk di upstream dan downstream.
● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan tiap 3 bulan sekali.
Laporan Akhir
5 - 56
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Pemantauan Dampak Limpasan Permukaan (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah debit limpasan permukaan pada saluran drainase. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data klimatologi (curah hujan), data kondisi saluran (dimensi, slope, dll), dan
data
klimatologi
lokasi
genangan.
dilakukan
Pengumpulan
dengan
metode
data survei
instansional, sedangkan data kondisi saluran dan data lokasi genangan
dengan
metode
pengukuran
dan
observasi lapang. ‒
Metode analisis data dilakukan dengan cara evaluasi kemampuan kapasitas saluran drainase, serta evaluasi permasalahan genangan dan banjir yang terjadi di lokasi TPA.
● Pemantauan dilakukan di jaringan draianse di lokasi TPA. ● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali.
Laporan Akhir
5 - 57
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Pemantauan Dampak Berkembangnya Vektor Penyakit (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah vektor penyakit (lalat, nyamuk, kecoa, tikus). (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis
data
yang
dikumpulkan
adalah
data
vektor
penyakit, yang mencakup : Kepadatan lalat dengan metode fly grill. Vektor penyakit lain dengan metode pengamatan langsung. ‒
Metode analisis data dilakukan dengan cara evaluasi perkembangan biakan vektor penyakit.
● Pemantauan dilakukan di lokasi TPA (lokasi penimbunan sampah). ● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan : ‒
Kepadatan lalat tiap 1 bulan sekali.
‒
Vektor penyakit lain tiap 3 bulan sekali.
Pemantauan Dampak Potensi Longsor (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kestabilan tanah. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis
data
yang
dikumpulkan
adalah
ketinggian
timbunan, kemiringan timbunan, kepadatan sampah. Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
metode
pengukuran langsung dan observasi lapang. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
mengevaluasi tingkat kestabilan timbunan. ● Pemantauan dilakukan di lokasi TPA (timbunan sampah). ● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali.
Laporan Akhir
5 - 58
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Pemantauan Dampak Potensi Kebakaran (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah Gas metan (CH4). (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan kandungan gas metan (CH4)
pada
timbunan
sampah.
Pengumpulan
data
dilakukan dengan cara pengambilan sampel kualitas udara, selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium yang telah terakreditasi. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
mengevaluasi kecenderungan perubahan gas metan dari beberapa periode pemantauan. ● Pemantauan dilakukan di lokasi TPA (pipa ventilasi gas). ● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan tiap 3 bulan sekali. Pemantauan Dampak Penurunan Estetika Lingkungan (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kondisi estetika lingkungan TPA. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah kondisi kebersihan dan keindahan lingkungan TPA. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi lapang.
‒
Metode
analisis
mengevaluasi
data
kondisi
dilakukan kebersihan
dengan dan
cara
keindahan
lingkungan TPA. ● Pemantauan dilakukan di lokasi TPA. ● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. Pemantauan Dampak Gangguan Kesehatan Masyarakat (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah prevalensi penyakit. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup
Laporan Akhir
5 - 59
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan jumlah kasus penyakit yang sering diderita masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei instansional.
‒
Metode
analisis
mengevaluasi
data
dilakukan
kecenderungan
dengan
perubahan
cara kasus
penyakit yang sering diderita, serta hubungannya dengan kualitas udara dari hasil pemantauan. ● Pemantauan dilakukan di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. Pemantauan Dampak Timbulnya Keresahan Masyarakat (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah proses sosial yang terjadi terhadap keseluruhan kegiatan operasional TPA. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah isu-permasalahan, jenis kekhawatiran masyarakat, serta kondisi sosial kemasyarakatan pengumpulan data dengan metode wawancara dan kuisioner.
‒
Metode analisis data dengan cara mengevaluasi proses sosial yang terjadi akibat kegiatan operasional TPA.
● Pemantauan dilakukan di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. 3) PEMELIHARAAN TPA Pemantauan Dampak Limbah B3 (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah jumlah timbulan limbah B3. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis
data
karakteristik Laporan Akhir
yang
dikumpulkan
limbah
B3,
adalah
beserta
jumlah
dan
pengelolaannya. 5 - 60
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
metode
inventarisasi data Pemrakarsa, dengan mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.2 Tahun 1995 Tentang
Dokumen
Limbah
Bahan
Berbahaya
dan
Beracun. ‒
Metode analisis data dilakukan dengan cara mengukur kinerja pengelolaan limbah B3, yaitu perbandingan antara
limbah
B3
yang
dihasilkan
dalam
satuan
tertentu, dan limbah B3 yang dikelola. ● Pemantauan dilakukan di lokasi TPA (gudang). ● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan tiap 1 bulan sekali. Pemantauan Dampak Peningkatan Kinerja TPA (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kinerja pemrosesan akhir sampah di TPA. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kinerja peralatan berat, dan instalasi pengolahan limbah. Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
metode
inventarisasi pada Pemrakarsa, serta metode observasi lapang. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
mengevaluasi kinerja pemrosesan akhir sampah. ● Pemantauan dilakukan di lokasi TPA. ● Pemantauan dilakukan selama tahap operasi, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali.
5.2.4 PEMANTAUAN PADA TAHAP PASCA OPERASI Bentuk-bentuk pemantauan lingkungan hidup terhadap dampak lingkungan yang diprakirakan terjadi dari masing-masing kegiatan pada tahap operasi diuraiakan sebagai berikut ini. 1) SOSIALISASI Laporan Akhir
5 - 61
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Pemantauan Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah persepsi dan sikap masyarakat terhadap kegiatan penutupan TPA. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis
data
tanggapan,
yang
dikumpulkan
harapan
dan
adalah
keinginan
pendapat, masyarakat,
dukungan, serta sikap masyarakat, pengumpulan data dengan metode wawancara dan kuisioner. ‒
Metode
analisis
persepsi
dan
data
sikap
dengan
cara
masyarakat
mengevaluasi
terhadap
rencana
penutupan TPA. ● Pemantauan dilakukan di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan dilakukan 1 kali pada tahap pasca operasi. 2) PENUTUPAN TPA Pemantauan Dampak Tumbuhnya Flora (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kerapatan tanaman. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah pertumbuhan dan kerapatan
vegetasi
pada
lahan
bekas
TPA.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi lapang. ‒
Metode
analisis
mengevalasi
data
tingkat
dilakukan
pertumbuhan
dengan dan
cara
kerapatan
tanaman. ● Pemantauan dilakukan di lokasi lahan bekas TPA. ● Pemantauan dilakukan selama 5 tahun setelah penutupan TPA dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. Pemantauan Dampak Perubahan Fungsi Lahan (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah fungsi lahan bekas TPA.
Laporan Akhir
5 - 62
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
(b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data rencana tata ruang wilayah (RTRW), data rencana pemanfaatan lahan yang telah disepakati oleh pemerintah daerah. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei instansional.
‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
mengevaluasi penggunaan lahan bekas TPA. ● Pemantauan dilakukan di lokasi lahan bekas TPA. ● Pemantauan dilakukan 1 kali setelah penutupan TPA. Pemantauan Dampak Peningkatan Estetika Lingkungan (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kondisi estetika lingkungan pada lahan bekas TPA. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah kondisi kebersihan dan keindahan lingkungan pada lahan bekas TPA. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi lapang.
‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
mengevaluasi kondisi estetika lingkungan pada lahan bekas TPA. ● Pemantauan dilakukan pada lahan bekas TPA. ● Pemantauan dilakukan selama 5 tahun setelah penutupan TPA, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. 3) PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN LAHAN BEKAS TPA Pemantauan Dampak Illegal Dumping (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kejadian illegal dumping. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data :
Laporan Akhir
5 - 63
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
‒
Jenis data yang dikumpulkan kejadian illegal dumping pada lahan bekas TPA. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi lapang.
‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
mengevaluasi potensi kejadian illegal dumping. ● Pemantauan dilakukan di lokasi lahan bekas TPA. ● Pemantauan dilakukan selama 20 tahun setelah penutupan TPA, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali.
Laporan Akhir
5 - 64
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Pemantauan Dampak Perubahan Kualitas Air Permukaan (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kualitas air dengan parameter TDS, TSS, pH, NH3, NO3, NO2, BOD, COD. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitas air (lindi dan air permukaan). Pengumpulan data dilakukan dengan
metode
pengambilan
sampel
kualitas
air,
selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium yang telah terakreditasi. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
membandingkan Laporan Hasil Uji (LHU) dengan baku mutu, yaitu : Baku mutu lindi mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup
Dan
Kehutanan
No.P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 Tentang
Baku
Mutu Lindi Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. Baku mutu air permukaan mengacu pada PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. ● Pemantauan dilakukan di : ‒
Air limbah pada effluen pengolahan air limbah.
‒
Air permukaan pada upstream dan downstream badan air penerima.
● Pemantauan dilakukan selama 20 tahun setelah penutupan TPA dengan frekuensi pemantauan tiap 3 bulan sekali. Pemantauan Dampak Perubahan Kualitas Air Tanah (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kualitas air dengan parameter yang sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan No.P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 Tentang
Baku Mutu Lindi Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. Laporan Akhir
5 - 65
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
(b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitas air (air
tanah).
Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
metode pengambilan sampel kualitas air, selanjutnya dilakukan
pengujian
di
laboratorium
yang
telah
dengan
cara
terakreditasi. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
membandingkan Laporan Hasil Uji (LHU) dengan baku mutu, yaitu : Baku mutu air tanah pada sumur uji instalasi pengolahan lindi mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup
Dan
Kehutanan
No.P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 Tentang
Baku
Mutu Lindi Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. Baku
mutu
mengacu
air
tanah
pada
pada
Peraturan
sumur
Menteri
penduduk Kesehatan
No.416/Men.Kes/Per/IX/1990 Tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. ● Pemantauan dilakukan di : ‒
Sumur uji di sebelum lokasi penimbunan, pada lokasi penimbunan, dan setelah lokasi penimbunan.
‒
Sumur penduduk di upstream dan downstream.
● Pemantauan dilakukan selama 20 tahun setelah penutupan TPA, dengan frekuensi pemantauan tiap 3 bulan sekali. Pemantauan Dampak Limpasan Permukaan (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah debit limpasan permukaan pada saluran drainase. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah data klimatologi (curah hujan), data kondisi saluran (dimensi, slope, dll),
Laporan Akhir
5 - 66
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
dan
data
klimatologi
lokasi
genangan.
dilakukan
Pengumpulan
dengan
metode
data survei
instansional, sedangkan data kondisi saluran dan data lokasi genangan
dengan
metode
pengukuran
dan
observasi lapang. ‒
Metode analisis data dilakukan dengan cara evaluasi kemampuan kapasitas saluran drainase, serta evaluasi permasalahan genangan dan banjir yang terjadi di lokasi TPA.
● Pemantauan dilakukan ● Pemantauan dilakukan Pemantauan Dampak Potensi Longsor (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ‒
Jenis data yang dikumpulkan
‒
Metode analisis data dilakukan dengan cara
● Pemantauan dilakukan di jaringan draianse di lokasi TPA. ● Pemantauan dilakukan selama 5 tahun setelah penutupan TPA, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. Pemantauan Dampak Potensi Kebakaran (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah gas metan (CH4) (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan kandungan gas metan (CH4)
pada
timbunan
sampah.
Pengumpulan
data
dilakukan dengan cara pengambilan sampel kualitas udara, selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium yang telah terakreditasi. ‒
Metode
analisis
data
dilakukan
dengan
cara
mengevaluasi kecenderungan perubahan gas metan dari beberapa periode pemantauan.
Laporan Akhir
5 - 67
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
● Pemantauan dilakukan di lokasi TPA (pipa ventilasi gas akhir). ● Pemantauan dilakukan selama 20 tahun setelah penutupan TPA, , dengan frekuensi pemantauan tiap 3 bulan sekali. Pemantauan Dampak Tumbuhnya Flora (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah kerapatan tanaman. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah pertumbuhan dan kerapatan
vegetasi
pada
lahan
bekas
TPA.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi lapang. ‒
Metode
analisis
mengevalasi
data
tingkat
dilakukan
pertumbuhan
dengan dan
cara
kerapatan
tanaman. ● Pemantauan dilakukan di lokasi lahan bekas TPA. ● Pemantauan dilakukan selama 5 tahun setelah penutupan TPA, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. Pemantauan Dampak Timbulnya Keresahan Masyarakat (a) Indikator/parameter yang dipantau adalah proses sosial yang terjadi terhadap keseluruhan kegiatan operasional TPA. (b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup ● Pengumpulan dan analisis data : ‒
Jenis data yang dikumpulkan adalah isu-permasalahan, jenis kekhawatiran masyarakat, serta kondisi sosial kemasyarakatan pengumpulan data dengan metode wawancara dan kuisioner.
‒
Metode analisis data dengan cara mengevaluasi proses sosial yang terjadi setelah penutupan TPA.
● Pemantauan dilakukan di Desa Banjarsari Wetan. ● Pemantauan dilakukan selama 5 tahun setelah penutupan TPA, dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali.
Laporan Akhir
5 - 68
Studi Dampak Lingkungan TPA Banjarsari Wetan Kabupaten Madiun
Laporan Akhir
5 - 69