KUALITAS DAYA 1
Pengaturan Tegangan dan Frekuensi Pada Sisi Pembangkitan 51G1 di Pertamina
Disusun Oleh: 1. Moch. Arsyil Akbar 2. Galih Firmansyah 3 D3 Elektro Industri A
Dosen Pengampu: Indhana Sudiharto ST, MT
PRODI D3 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 2017 1
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar yang sangat diperlukan pada saat ini. seiring dengan perkembanga teknologi dari tahun ke tahun kebutuhan akan energi semakin meningkat, hal ini juga bisa dikarenakan kebutuhan manusia yang semakin beragam. Sampai saat ini indonesia masih berusaha untuk memenuhi kebutuhan energi nasional, dimana kebutuhan akan energi yang ada di indonesia belum bisa di bilang terpenuhi dengan baik. PT. Pertamina merupakan perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas yang ada di indonesia. Namun pada perkembanganya, PT. Pertamina melakukan ekspansi tidak hanya bergerak dalam bidang minyak dan gas saja melainkan juga muai bergerak di bidang energi. Perluasan sektor kerja PT. Pertamina ini menjadikan perusahaan ini memiliki ruang gerak yang lebih luas, mengingat bidang energi mencakup banyak hal, mulai dari sumber energi yang berbasis fosil hingga sumber energi non fosil / EBT ( Energi baru terbarukan ). Produk yang dihasilkan berupa produk BBM dan non-BBM, seperti premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, pelumas, aspal, Liquefied Petrolium Gas ( LPG ), Paraxylene dan lain sebagainya. PT pertamina ( Persero ) Refinery Unit IV Cilacap merupakan unit yang memiliki kapasitas produksi terbesar di indonesia, yaitu sejumlah 348.000 barrel /hari. Dengan jumlah ini PT pertamina ( Persero ) Refinery Unit IV Cilacap memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 60 % kebutuhan BBM untuk Pulau jawa. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan permintaan produk BBM dan non-BBM di indonesia, maka optimalisasi produksi pun akan turut ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen di indonesia. Untuk meningkatkan produksi PT pertamina ( Persero ) Refinery Unit IV Cilacap harus juga diimbangi dengan sarana dan sarana penunjang yang memadai, salah satunya kebutuhan akan Generator. Salah satu jenis generator yang di pakai yaitu generator sinkron brushless. Karena jenis generator ini tidak menggunakan sikat arang sehingga rugi gesekan yang timbul kecil.
Pada laporan kerja Prakrik ini akan dibahas tentang paralel genertor sinkron yang ada di PT pertamina ( Persero ) Refinery Unit IV Cilacap, dikarenakan pada praktiknya masih terdapat troubleshooting saat memaralelkan generator sinkron (brushless) yang ada di PT pertamina ( Persero ) Refinery Unit IV Cilacap.
2
Pengaturan Tegangan dan Frekuensi Pada Sisi Pembangkitan 51G1 di Pertamina 2.1 Overview 51G1 51G1 merupakan salah satu generator sinkron yang terdapat di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yang berperan membantu memberikan suplai tenaga listrik yang dibutuhkan di PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap. Generator ini di gerakkan oleh sebuah steam turbin . 2.1.1 Komponen 51G1 1. Steam Turbin Steam Turbin di PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap memiliki kecepatan putaran 10.000 rpm. Turbin ini di gerakkan oleh HPS (High Presure Steam) yang diperoleh dari pengolahan air di boiler , shaft turbin terhubung dengan generator melalui gearbox. Didalam gearbox ini kecepatan putar akan dikonversi menjadi 1500 rpm sehingga dapat memutar generator G151.
Gambar 2.1 Steam Turbin 51G1
2. PMG Adalah singkatan dari Permanent Magnet Generator, atau pembangkit dengan magnet permanen yang berfungsi sebagai pembangkit listrik untuk sistem eksitasi pada sebuah Generator Listrik AC 3 fase. Pada PMG terdapat r otor dan stator. a. PMG Rotor PMG Rotor adalah bagian yang berputar dan merupakan manget permanen yang berfungsi untuk menghasilkan medan magnet. b. PMG Stator Stator merupakan bagian dari PMG yang tidak bergerak dan berfungsi membangkitkan tegangan AC karena stator yang terinduksi oleh rotor dan tegangan tersebut dipakai untuk beban.
3
Stator
Rotor
Gambar 2.2 Permanen Magnet Generator
3. AVR AVR merupakan komponen yang paling penting pada brushless exciter generator. Dengan menggunakan AVR , maka tegangan terminal generator terkontrol pada level 120V AC dengan kata lain AVR merupakan pengontrol tegangan terminal. AVR berkerja dengan menaikkan arus eksitasi ke exciter stator. Pada generator sinkron naik turunnya tegangan terminal tergantung dari arus eksitasi yang disuplai ke kumparan medan rotor. AVR dapat menaikkan tegangan terminal yaitu dengan memperbesar arus output AVR sedangkan untuk menurunkan tegangan terminal dengan menurunkan arus output AVR. AVR ini merupakan sebuah modul elektronik yang terdiri dari 2 SCR dan 3 dioda.
Gambar 2.3 Voltage Regulator Power Circuit 2 Dioda berfungsi untuk menyearahkan tegangan AC ke tegangan DC output, sedangkan dioda yang lainnya sebagai freewheeling diode yang berfungsi untuk menghindari perubahan polaritas dari tegangan beban .Mengatur tegangan kita dapat melalui pengaturan sudut penyalan pada SCR. Pengaturan sudut penyalaan pada SCR ini akan mempengaruhi bentuk gelombangnya.
4
. Gambar 2.4 Automatic Voltage Regulator
4. Exciter Exciter adalah bagian generator yang berfungsi untuk pembangkitan tegangan sebagai sumber arus main rotor untuk pembentukan kutub, exciter ini terdiri dari : a. Exciter Stator Sebuah kumparan yang mendapatkan sumber arus DC dari AVR sehingga akan timbul medan magnet. b. Exciter Rotor Stator main exciter yang dialiri arus DC dari AVR sehingga timbul medan magnet dan pada main rotor akan yang berputar ini akan timbul GGL.
Gambar 2.5 Exciter
5. Rotating Diode (Dioda Berputar ) Rotating Diode ini sebagai penyearah yaitu menyearahkan tegangan AC dari stator main exciter menjadi tegangan DC untuk main rotor generator . Rotating diode ini terdiri dari 3 dioda forward dan 3 dioda revers. Rotating diode ini terpasang dalam shaft generator yang ikut berputar dengan dilengkapi pengaman fuse pada masing masing diodanya .
5
Gambar 2.6 Rotating Diode
6. Generator a. Stator Stator merupakan bagian yang diam (statis) dan merupakan gulungan kawat penghantar yang disusun sedemikian rupa dan ditempatkan pada alur-alur inti besi yang disebut dengan belitan jangkar. Pada penghantar tersebut merupakan tempat terbentuknya GGL induksi yang diakibatkan dari medan magnet putar dati rotor yang memotong kumparan penghantar stator b. Main rotor generator Rotor merupakan bagian yang bergerak (dinamis), pada bagian ini terdapat kutub-kutub magnet dengan lilitannya yang dialiri arus searah . Rotor i ni berfungsi untuk membangkitkan medan magnet sehingga menghasilkan tegangan kemudian akan diinduksikan ke stat or.
Stator
Rotor
Gambar 2.7 Kontruksi Generator Berikut ini merupakan keterangan pada nameplate generator 51G1 : Tipe : AMS 800 LE Kapasitas : 10.000 KVA Power faktor : 0.8 Tegangan input : 13800 V 6
Arus input : 418 A Tegangan eksitasi : 70 V Arus eksitasi : 7.5 A Speed : 1500 rpm Overspeedmax : 1800 rpm Frekuensi : 50 Hz Insulation Class NEMA service factor 1.0 : Stator (F) = Temperature rise 105 oC Rotor (H) = Temperature rise 125 oC
Gambar 2.8 Name Plate Generator Sinkron 51G1
7. Air Circuit Breaker Air circuit breaker merupakan satu komponen dalam sistem distribusi daya yang menghubungkan sumber power atau listrik dengan beban. ACB dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah untuk melindungi peralatan yang bisa disebabkan dari short circuit ataupun groundfault didalam perlatan itu sendiri atau peralatan lain yang jaraknya dekat dan masih berhubungan dalam satu distribusi .
Gambar 2.9 Nameplate Air Circuit Breaker Dari nameplate ACB diatas didapatkan data sebagai berikut : Data breaking capacity :19300 Data making capacity : 1.2 x 19300 = 23160 Data making capacity lebih besar daripada breaking capacity karena idealnya breaker saat terjadi gangguan harus bisa menahan gangguan ( saat ½ cycle )
7
2.1.2
Prinsip kerja 51G1
Gambar 2.10 Skematik 51G1 Turbin di gerakkan oleh HPS (High Presure Steam) yang diperoleh dari pengolahan air di boiler yang memiliki kecepatan putarannya 10000 rpm, shaft turbin terhubung dengan generator melalui gearbox. Didalam gearbox ini kecepatan putar akan dikonversi menjadi 1500 rpm sehingga dapat memutar generator G151. Seiring bergeraknya turbin, PMG (Permanent Magnet Generator) di rotor ikut berputar sehingga medan magnet yang ada di rotor berpotongan di winding stator PMG sehingga timbul GGL ( tegangan AC ) di PMG stator . Tegangan output dari PMG stator dialirkan menuju AVR yang merupakan suplay bagi AVR. Didalam AVR ini terdapat terdapat 2 SCR dan 3 dioda. 2 Dioda berfungsi sebagai peyearah tegangan AC ke tegangan DC, sedangkan dioda lainnya berfungsi sebagai freewheeling diode yaitu menghindari perubahan polaritas dari tegangan beban. Adanya komponen SCR ini berfungsi untuk mengatur tegangan outputan dengan mengatur sudut penyalaan yang nantinya akan mempengaruhi bentuk gelombangnya dan membuat nilai tegangan rmsnya berubah sesuai sudut penyalaan yang kita atur. Tegangan keluaran AVR selanjutnya menuju ke exciter stator dan menginduksi kumparan stator menjadi medan magnet dan rotor di exciter bergerak akan timbul GGL di exciter rotor . Dari exciter rotor tegangan AC ini akan disearahkan lagi oleh rotating diode sehingga menghasilkan tegangan DC . Tegangan DC ini selanjutnya menuju main rotor generator sehingga medan magnet pada main rotor akan terinduksi dengan adanya arus DC . Main rotor akan bergerak sehingga nanti timbul GGL di main stator generator. Untuk memaralelkan 2 atau 3 generator harus memenuhi syarat sinkron generator diantaranya :
8
1.
Urutan Phasa ( Phase Sequence) Seperti yang kita ketahui pada generator pembangkit menggunakan listrik AC 3 phasa dengan urutan penamaan phase yang standar adalah R – S – T dimana antar phasanya memiliki perbedan sudut tegangan sebesar 120 derajat. Pengaturan urutan phase dari generator harus ditentukan saat perencanaan dan commising pertama kali ndengan menreferensi pada sistem grid tempat generator nantinya disinkron. 2. Tegangan (Voltage Magnitude) Tegangan antara generator dengan sistem jaringan harus sama besar nilainya. Untuk menyamakan, maka tegangan generator harus diatur yaitu dengan mengatur arus eksitasinya . Apabila tegangan generator lebih tinggi dari tegangan sistem, maka mesin (generator) akan mengalami sentakan beban M Var lagging (induktif) . Artinya generator mengirim daya reaktif kesistem, sebaliknya bila tegangan generator lebih rendah dari pada tegangan sistem, mesin akan mengalami sentakan beban M Var Leading (kapasitif ) artinya generator menyerap daya reaktif dari sistem. 3. Frekuensi Frekuensi generator dan frekuensi sistem harus sama (match). Untuk menyamakan, maka putaran generator harus diatur, yaitu dengan cara mengatur katup governor (aliran uap masuk turbin). Jika frekuensi generator lebih tinggi dari pada frekuensi sistem, sistem akan mengalami sentakan beban MW dari mesin, artinya mesin membangkitkan MW. Sebaliknya jika generator frekuensinya lebih rendah dari pada sistem, mesin akan mengalami sentakan MW dari sistem , artinya mesin menjadi motor (motoring ). 4. Sudut Phasa Sudut fasa antara generator dan sistem harus sama. Untuk menyamakannya fasa generator harus diatur, yaitu dengan cara mengatur kecepatan generator dengan katup governor. Apabila terjadi perbedaan fasa antara generator dengan sistem akan mengakibatkan sentakan perpindahan daya antara mesin dan sistem. Hal ini mengakibatkan kondisi gangguan dan terjadinya sirkulasi arus antara mesin dan sistem yang besarnya ditentukan oleh perbedaan antara keduanya. Ketika keempat parameter ini sudah terpenuhi dengan melihat jarum syncronouscope (arah jam 12). Tegangan generator dinaikkan sedikit sekitar 0.004 untuk menghindari terlalu lama kemasukan arus yang menyebabkan motoring pada generator. Ketika sudah sinkron nanti akan mengirimkan sinyal atau perintah yang diolah oleh PLC. Dan saat parameter agar breaker close terpenuhi maka akan secara otomatis breaker akan close dan generator siap untuk diberi beban .
9
2.1.3
Sumber Gangguan
Pada sistem tegangan 51G1 terdapat sumber gangguan diantaranya adalah:
Tegangan, tidak seperti frekuensi, bervariasi di berbagai titik dari sistem tenaga. Tingkat tegangan dan berubah-ubah dipengaruhi oleh banyak faktor yang terjadi dalam proses pembangkit, transmisi dan distribusi. Faktor utama, bagaimanapun, adalah beban berubah-ubah. Signifikan dan disengaja beban berubah-ubah dalam sistem distribusi memberlakukan persyaratan mengenai pemeliharaan stabilitas tegangan. Faktor lain yang mempengaruhi tegangan adalah keseimbangan antara daya reaktif yang dikonsumsi dan yang dihasilkan. Bila daya reaktif yang dikonsumsi lebih besar dari yang dihasilkan, tegangan turun dan sebaliknya. Kontrol tegangan dilakukan agar mencegah nilai tegangan melebihi batasan yang diterima. Batasan ini melebihi karena sebagai berikut:
Perubahan beban lambat yang terhubung terutama dengan kurva beban harian dan tahunan.
switching on / off elemen yang penting pada sistem tenaga.
Generator self-excitation terjadi ketika generator bekerja dengan beban kapasitansi.
Swinging dari mesin sinkron (berhubungan dengan pengontrolan frekuensi). Dari sumber gangguan diatas akan mengakibatkan efek gangguan yaitu: VOLTAGE DROP Perubahan beban secara lambat dan switching on/off pada elemen penting system tenaga menyebabkan perubahan beban. Dampak perubahan beban secara tiba-tiba seperti starting large motor menyebabkan voltage dip. VOLTAGE STABILITY Blackout pada system tenaga listrik menyebabkan studi voltage stability menjadi salah satu masalah yang paling penting dalam control system tenaga. Blackout disebabkan oleh voltage collape. Voltage collape diakibatkan dari peningkatan beban secara tiba-tiba dan outage dari cabang transmisi yang penting untuk sistem transmisi.
2.1.4
Pengatur Kontrol pada 51G1
Didalam sebuah sistem tenaga listrik, transfer energi listrik terjadi dari pusat pembangkit melalui jaringan transmisi menuju ke beban. Jika terjadi perubahan 10
permintaan pada sisi beban, maka akan terjadi perubahan pada tegangan atau frekuensi sistem. Untuk mengimbangi perubahan ini, pembangkit akan mengatur controller pembangkit untuk mengembalikan tegangan dan frekuensi sistem menuju titik keseimbangan yangbaru. Kontroller dalam sebuah pembangkit tiga jenis, yaitu: 1. Governor •
Prinsip Kerja Daya aktif mempunyai hubungan erat dengan nilai frekuensi sistem. Penyimpangan frekuensi dari nilai nominal 50 Hertz harus selalu dalam batas toleransi yang diperbolehkan. Untuk mempertahankan agar frekuensi sistem tetap dalam batas yang diperbolehkan, maka penyediaan daya aktif sistem harus sesuai dengan kebutuhan daya aktif. Penyesuaian daya aktif ini dilakukan dengan mengatur besarnya kopel penggerak generator atau kopel mekanis untuk memutar generator, dengan kata lain pengaturan pemberian uap/bahan bakar pada turbin. Pengaturan pemberian uap/bahan bakar ini dilakukan oleh governor. Dapat dilihat pada gambar dibawah berikut ini:
Gambar 2.11 Prinsip Kerja Governor
11
Gambar 2.12 Bagan Prinsip Kerja
•
Karakterisitik Berdasarkan karakteristiknya, governor dibagi menjadi dua jenis model: I sochronous Governor : Isochronous berarti konstan. Isochronous governor mengatur katup turbin (mengubah setting point yang baru sesuai dengan aktual beban) untuk mengembalikan frekuensi pada harga nominal atau pada harga yang dijadwalkan pada saat terjadi perubahan beban. Kecepatan rotor yang terukur ώr dibandingkan dengan kecepatan awal ώ0. Sinyal error dikuatkan dan diintegrasikan untuk menghasilkan sebuah sinyal pengaturan posisi katup ΔY yang menggerakkan katup utama pada turbin uap. Karena aksi setting ulang dari pengontrol integral ini, ΔY akan mencapai kondisi steady state yang baru pada saat speed error Δώr sama dengan nol.
Gambar 2.14 Isochronous Governor 12
Speed Droop Governor: Isochronous governor tidak dapat digunakan ketika terdapat dua atau lebih unit yang dihubungkan pada sistem yang sama karena setiap generator akan berkejaran dengan generator yang lain dalam merespon penurunan frekuensi. Untuk mengatasi hal ini dan agar generator-generator dapat bekerja parallel digunakan governor dengan karakter speed droop.
•
Kontrol Sekunder Pembangkit Governor yang telah dijelaskan sebalumnya merupakan elemen control primer. Yang dimaksud elemen kontrol primer adalah bahwa elemen kontrol primer akan mengembalikan sistem kenilai stabilitas yang baru, tetapi tidak bisa kembali ke nilai set point (50Hz).
Gambar 2.15 Kontrol Sekunder Pembangkit
Untuk mengembalikan frekuensi ke nilai set point maka diperlukan elemen kontrol sekunder pada pembangkit. 2. Sistem eksitasi Adalah pengendali yang berfungsi untuk mengkontrol keluaran generator seperti tegangan, arus dan faktor daya, menyediakan arus searah (DC) ke kumparan medan pada mesin sinkron (pengendalian tegangan medan/arus medan) dan melindungi/memastikan agar arus eksitasi tidak melampaui batasan mesin sinkron, sistem eksitasi dan peralatan lain. Kemampuan generator dibatasi oleh beberapa faktor, yaitu:
Kegagalan isolasi pada rotor karena tingginya medan tegangan.
Rotor yang panas akibat arus medan yang besar.
Stator yang panas akibat arus jangkar yang besar.
Inti tembaga yang memanas akibat undereksitasi dan pemanasan akibat perubahan fluks. Blok diagram fungsional dari sistem eksitasi sebuah mesin sinkron antara lain:
a)
Exciter: menyediakan arus DC ke kumparan medan
b)
Regulator: memproses atau memperkuat sinyal kontrol masukan pada suatu tingkatan dan bentuk yang sesuai untuk dikontrol oleh exciter
c)
Terminal voltage tranducer dan load compensator: digunakan sebagai pembanding nilai set 13
point dan nilai yang terukur. d)
PSS (Power System Stabilizer): menyediakan sinyal i nput tambahan kepada regulator untuk meredam osilasi pada sistem tenagaLimiters dan protective circuits: memastikan pembatasan sinyal agar tidak melewati kemampuan dari eksiter dan generator sinkron.
Gambar 2.16 Blok diagram fungsional dari sistem Eksitasi
Berdasarkan sumber tenaga eksitasi digunakan sebagai berikut: 1. Sistem Eksitasi DC Menggunakan generator DC sebagai sumber tenaga eksitasi dan menyediakan PT arus pada rotor mesin sinkron melalui cincin geser. Eksiter dapat digerakkan oleh motor dan dapat berupa penguatan sendiri ataupun terpisah. 2. Sistem Eksitasi AC Menggunakan Altenator sebagai sumber tenaga eksitasi dari generator utama. Biasanya, eksiter PT berada pada poros yang sama dengan turbin generator Output kemudian disearahkan oleh controlled rectifier atau uncontrolled rectifier. 3. Sistem Eksitasi Statis Semua komponen pada sistem ini statis atau tidak dapat bergerak. Rectifier statis, controlled maupun uncontrolled, memberikan arus eksitasi secara langsung ke kumparan generator sinkron yang utama melalui cincin geser. Daya yang diberikan pada rectifier berasal dari generator utama (atau bus bantuan) melalui trafo untuk menurunkan tegangan sampai batas yang tepat, atau pada kasus- kasus tertentu melalui bantuan kumparan pada generator. 3. Automatic Voltage Regulator AVR digital adalah sebuah pengatur tegangan generator yang berbasis mikroprosesor yang dilengkapi dengan bebagai macam fungsi kontrol sistem eksitasi. AVR digital mempunyai lebih banyak keunggulan, seperti respon yang lebih cepat dan dilengkapi dengan berbagai macam fungsi kontrol sehingga mampu meningkatkan kestabilan dari sistem tersebut. 14
Gambar 2.17 AVR Digital 2.1.5
Pengaturan Tegangan dan Frekuensi Generator Induksi Tiga Fasa Penguatan Sendiri Menggunakan Voltage Source Inverter dan Electronic Load Controller Induksi Torsi Slip Kondisi Motor Kondisi generator Ns > Nr Nr > Ns. Mesin induksi akan memiliki kecepatan medan putar stator ( ) dan kecepatan medan putar rotor ( ), adanya
perbedaan nilai antara dan akan menimbulkan slip ( ). Apabila lebih cepat dari maka slip mesin induksi akan bernilai positif, begitu juga sebaliknya slip akan bernilai negatif ketika lebih cepat dari . Dalam kondisi slip bernilai negatif inilah mesin induksi beroperasi sebagai generator induksi. B. Generator Induksi Tiga Fasa Penguatan Sendiri Arus eksitasi generator induksi penguatan sendiri berasal dari kapasitor yang disusun pararel terhadap statornya. Kapasitor tersebut berfungsi sebagai sumber daya reaktif untuk membangkitkan tegangan generator. Ketika generator diputar oleh prime mover sampai kecepatan putar rotor berada diatas kecepatan putar rating mesin induksi maka pada stator akan timbul tegangan, namun tegangan yang timbul nilainya relatif kecil. Pada saat inilah peranan kapasitor dibutuhkan sebagai sumber daya reaktif. Generator induksi tanpa beban diputar oleh prime mover dengan kondisi memiliki magnet sisa pada rotornya, sehingga akan muncul tegangan pada sisi stator. Tegangan tersebut akan mencharge kapasitor yang terpasang parallel pada sisi statornya. Ketika kapasitor tersebut dicharge maka dihasilkan arus kapasitor yang selanjutnya arus kapasitor tersebut menginduksi rotor sehingga menghasilkan tegangan yang lebih besar pada generator. Proses tersebut berlangsung sampai nilai eksitasi generator telah mencapai nilai steady state atau telah berada pada kondisi saturasi mesin induksi tersebut. C. Setrategi Pengaturan Tegangan dan Frekuensi Generator Induksi Perubahan pembebanan pada generator induksi sangat berpengaruh terhadap tegangan dan frekuensi keluaran generator induksi tersebut. Oleh sebab itu diperlukan adanya sebuah sistem kontrol untuk menjaga tegangan dan frekuensi keluaran generator induksi selalu bernilai konstan.
15
Salah satu sistem kontrol tersebut adalah pengaturan tegangan dan frekuensi menggunakan static compensator yaitu dengan menambahkan rangkaian VSI dan ELC pada sistem generator induksi. Masing-masing rangkaian tersebut disusun secara paralel terhadap generator induksi . Rangkaian VSI berfungsi untuk mempertahankan tegangan generator induksi selalu berada pada kondisi konstan dengan cara mengatur besaran dari nilai arus reaktif yang masuk ke sistem generator induksi. Selain rangkaian VSI juga terdapat r angkaian ELC atau yang biasa disebut dengan dump load. Rangkaian ELC berfungsi untuk mempertahankan generator selalu pada kondisi beban penuh dengan cara mengatur besaran dari nilai RMS tegangan yang melewati dump load. Dengan mempertahankan generator selalu berada pada kondisi beban penuh maka frekuensi tegangan dari sistem generator dapat dijaga selalu pada kondisi konstan. Maka dengan pemasangan rangkaian VSI dan ELC sebagai pengaturan governor elektrik pada sistem generator induksi dapat diatur frekuensi dan tegangan keluaran dari generator induksi tersebut.
Gambar 2.17 VSI dan ELC
16