PENGARUH KEMIRINGAN CANGKANG PONDASI HYPAR TERHADAP DAYA DUKUNG DAN PENURUNANNYA DI ATAS TANAH KOHESIF JENUH Edy Purnomo ; Sunarto ; HE.Meiyanto Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang. ABSTRAK Pengadopsian cangkang sebagai struktur pondasi telah dikenal lama, lebih dari setengah abad yang lalu semenjak diperkenalkan penggunaannya oleh Felix Candela pada tahun 1953. Pondasi cangkang digunakan sebagai suatu alternatif terhadap pondasi telapak datar, khususnya pada situasi-situasi yang menyangkut beban-beban berat yang hendak ditransmisikan pada tanah yang sangat lunak. Diantara pondasi-pondasi cangkang jenis lainnya, pondasi cangkang hypar termasuk yang paling luas penggunaannya. Sampai sekarang kebanyakan peneliti menganggap, bahwa keuntungan penggunaan pondasi hypar terutama disebabkan oleh perilaku strukturalnya, dan bukan oleh perilaku geoteknisnya. Karena itu masalah daya dukung dan penurunan pondasi h ypar menjadi menjadi agak terabaikan dalam literature, dan daya dukung pondasi hypar umumnya dianggap sama dengan daya dukung pondasi telapak datar konvensional. Dari beberapa penelitian terhadap pondasi hypar ini – yang yang telah dilakukan sebelumnya – membuktikan bahwa; pondasi hypar memiliki daya dukung yang lebih besa r dan penurunan yang lebih kecil dibandingkan dengan pondasi telapak datar. Bentuk penampang pondasi hypar juga berpengaruh nyata terhadap daya dukungnya. Dan juga kenaikan sudut cangkang pondasi hypar juga berpengaruh nyata terhadap daya dukungnya. Dari penelitian-penelitian tersebut di atas yang kesemuanya memakai media tanah uji berupa pasir kering. Oleh karena itu maka timbul penelitian lanjutan, mengenai cangkang sebagai pondasi khususnya pondasi hypar ini dengan media tanah uji tanah lunak (kohesif jenuh). Skripsi ini melaporkan hasil percobaan pambebanan model pondasi hypar berskala kecil di atas permukaan tanah lunak (kohesif jenuh). Perhatian utama ditujukan pada pengaruh permukaan-dasar pondasi (bentuk kontak) telapak terhadap daya dukung tanah kohesif jenuh di bawah pondasi hypar. Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa pondasi cangkang hypar memiliki daya dukung yang lebih besar dan penurunan yang lebih kecil dibandingkan dengan pondasi telapak datar, dengan perbedaan daya dukung sebesar 24,37% dan penurunan sebesar 19,6%. Perbedaan daya dukung tersebut akan semakin besar jika sudut cangkang ( q) pondasi hypar semakin bertambah besar, atau dengan kata lain pada pondasi hypar sendiri semakin besar sudut cangkang (q) maka semakin besar daya dukung yang dihasilkan. Hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian ini juga dibandingkan dengan hasil-hasil percobaan pene liti lainnya. Diharapkan di masa-masa yang akan datang akan ada lagi penelitian lanjutan tentang pondasi yang permukaan-dasarnya tidak datar ini, dengan aspek yang yang ditinjau berbeda-beda. Kata Kunci: permukaan-dasar pondasi, sudut cangkang, pondasi cangkang hypar. PENDAHULUAN Dewasa ini pengunaan cangkang sebagai struktur atap telah berkembang dengan sangat pesat jika dibandingkan penggunaannya sebagai pondasi. Konsep yang terakhir tersebut pada dasarnya bukanlah hal yang baru, di India, pondasi cangkang telah dipakai dalam waktu yang sangat lama. Namun, penggunaannya semakin populer semenjak Felix Candela – seorang seorang arsitek Mexico yang merupakan me rupakan “bapak” dari konsep pondasi cangkang modern – telah telah mengubah atap payung terbalik (inverted umbrella roof ) menjadi pondasi telapak payung (umbrella ( umbrella footings) footings ) dengan cara membalikkannya (Gambar 1) dan membangun pondasi telapak cangkang pertamanya tersebut pada tanah Mexico pada tahun 1953. Secara fungsional, jika dibandingkan dengan telapak datar ( flat ( flat footings), footings ), telapak cangkang ( shell shell footings) footings ) mampu memikul beban kolom yang lebih besar dan memberikan tekanan-pikul ijin (allowable ( allowable bearing pressure) pressure) yang rendah pada tanah (Kurian, 1982). Beban pikul maksimum (allowable (allowable bearing pressure) pressure ) adalah tekanan yang dilakukan oleh pondasi
bangunan tersebut terhadap massa tanah, yang mengakibatkan penurunan dalam batas-batas yang masih dapat diterima (Verhoef, 1989). Fenomena inilah yang menyebabkan daya dukung pondasi cangkang lebih besar dan penurunannya lebih kecil dari pada pondasi telapak datar.
Gambar 1 Atap Payung Terbalik di atas Pondasi Payung (Inverted Umbrella Roof on Umbrella Footing). (Sumber: Kurian, 1982)
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh besarnya sudut cangkang pondasi telapak hypar terhadap daya dukung dan penurunannya di atas tanah kohesif jenuh.
TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI Daya Dukung Pondasi Dangkal Pada gambar 2 di bawah ini terlihat pola-pola keruntuhan geser pada tanah dasar pondasi. Beban kritis ( qu) untuk pola keruntuhan geser lokal (Gambar. 2b) agak sulit ditentukan karena titik runtuhnya tidak pasti tidak seperti pada keruntuhan geser umum (Gambar. 2a) dan besarnya agak sedikit dibawahnya. Keruntuhan geser lokal umumnya terjadi pada tanah yang agak lunak dari pada keruntuhan geser umum yang terjadi pada tanah keras (padat). Untuk pola keruntuhan geser pons (Gambar. 2c) beban kritisnya ( qu) lebih sulit lagi ditentukan dari pada keruntuhan geser lokal karena titik kelengkungan maksimum ( maximum curvature) pada kurva beban-penurunan kurang begitu jelas. Titik kelengkungan maksimum adalah titik dimana kurva beban-penurunan menjadi lurus dan curam atau dimana penurunan berubah menjadi besar dan kemiringan kurva menjadi tajam. Keruntuhan geser pons terjadi pad a tanah yang sangat lunak dari pada keruntuhan geser lokal yang terjadi pada tanah yang agak tidak lunak (agak padat) sehingga nilai qu – nya akan lebih kecil. Pengujian daya dukung pada kedalaman yang agak besar akan memberikan nilai q u yang lebih besar pula dari pada pengujian di permukaan (Gambar 2 c). Untuk pola-pola keruntuhan geser yang titik runtuhnya lebih sulit ditentukan (lokal dan pons) maka beban kritis ( qu) biasanya didefinisikan sebagai beban yang memberikan penurunan ultimit (S u ) sebesar persentase tertentu terhadap lebar telapak pondasi (B).
Gambar 2 Pola-pola keruntuhan daya dukung pada tanah: (a) keruntuhan geser umum (general shear failure); (b) keruntuhan geser lokal (local shear failure); (c) keruntuhan geser pons (punching shear failure) – (redrawn after Vesic, 1973). Sumber: Das (1984) Penurunan Pondasi Dangkal Bowles (1991) mendefinisikan bahwa, penurunan merupakan integrasi dari regangan (deformasi per satuan panjang) sepanjang kedalaman pengaruh tegangan yang bekerja. Regangan ini merupakan akumulasi statistik dari deformasi pada arah yang ditinjau. Deformasi ini berupa gulingan, geseran atau menggelincir dan terkadang juga kehancuran partikel-partikel tanah pada titik kontak serta distorsi elastis. Pada umumnya regangan yang terjadi pada tanah yang terbebani tersebut adalah disebabkan oleh deformasi plastis oleh penyusutan volume pori tanah yang permanen, sehingga apabila beban ditiadakan maka tanah tidak dapat kembali ke bentuk semula (Bowles, 1991 ; Bowles, 1997 ; Sosrodars ono, 1994).
METODE PENELITIAN Rancangan Percobaan Untuk mengamati pengaruh dari variabel yang diteliti, maka percobaan dirancang seperti tabel 1. di bawah ini:
Tabel 1 Rancangan Percobaan: Sudut cangkang ( q ) Bentuk penampang Faktor (Bujur sangkar)**) 0 No. 1*) 2 15 3 30 4 45 0 60 5 Kedalaman model pondasi D f = 0 cm = di p ermukaan (pondasi dangkal = D f /B £ 1) *)untuk setiap sel (cell) dilakukan tiga kali pengamatan/pengujian. 2 **)luas penampang model pondasi A = 100 cm . Prosedur untuk satu kali Pengujian
Mulai
Persiapan bahan dan peralatan
Pembentukan tanah media uji
Penjenuhan tanah media uji
Pemasangan peralatan percobaan pembebanan
Pemasangan model pondasi
Penentuan elevasi nol pada alat pembaca penurunan
Pemasangan beban-pembebanan yang pertama
Percobaan pembebanan model pondasi dimulai: dengan pertambahan beban 5 kg per pembacaan penurunan 10 menit, sebanyak 8 kali atau berat beban total = 40 kg
A
A
Hasil: data penurunan untuk tiap pertambahan beban 5 kg per 10 menit, sebanyak 8 kali (cm)
Selesai
HASIL PENELITIAN Data masukan qu untuk Pengujian Hipotesis Berikut ini adalah tabel data hasil interpolasi linier untuk daya dukung ultimit ( qu) pada penurunan ultimit (S u) 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30% dari lebar pondasi (B), data ini sebagai data masukan (input ) untuk analisis varian satu-faktor:
Tabel 2 Data input untuk ANOVA satu-faktor d engan Su = 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30% dari lebar telapak pondasi B: Sdt. Ckg. (q) 0
(0 )
0
(15 )
0
(30 )
0
(45 )
0
(60 )
2
Daya Dukung Ultimit = qu = (gram/cm ) No.)*
Su = 10%
Su = 15%
1). 2).
of B 71,089 76,583
of B 115,731 124,783
3). Rata 1). 2). 3). Rata 1). 2).
73,836 90,791 58,721 92,734 80,749 88,585 62,191
120,257 137,676 95,646 136,944 123,422 130,910 103,808
3).
-
Rata 1). 2). 3). Rata 1). 2). 3). Rata
2
-
Su = 20%
Su = 25%
Su = 30%
of B 161,929 173,151 167,540 182,393 137,054 179,386 166,278 170,196 149,144
of B 204,243 216,255 210,249 224,049 179,066 219,780 207,632 214,839 193,849
of B 242,675 250,505 246,590 261,643 219,839 254,026 245,169 249,917 234,124
-
-
-
75,388 71,395 113,465 78,025 87,628 92,955 94,941 87,602
117,359 108,709 163,018 125,957 132,561 139,979 145,143 134,797
159,670 148,249 206,444 172,955 175,883 185,623 191,861 176,607
204,344 189,962 244,124 218,410 217,499 225,553 233,795 217,590
242,021 230,054 280,175 256,004 255,411 261,267 272,198 253,162
91,833
139,973
184,697
225,646
262,209
)* nomor data percobaan pembebanan.
Hasil Pengujian Hipotesis Dari perhitungan analisis varian satu-faktor untuk 26 nomor kombinasi uji hipotesis dari data input untuk kelima titik S u di atas, maka dapat diambil “rangkuman” dari hasil perhitungan tersebut, yaitu daftar nilai – P ( P – value) seperti tabel 2 – B dibawah ini:
Tabel 2 – B. Nilai – P ( P – value): dari output ANOVA dengan Program Ms. Excel. No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Kombinasi Uji Hipotesis 0 ;15 ;30 ;45 ;60
0 ;15 ;30 ;45 0 ;15 ;30 ;60 0 ;15 ;45 ;60 0 ;30 ;45 ;60 15 ;30 ;45 ;60 0 ;15 ;30 0 ;15 ;45 0 ;15 ;60 0 ;30 ;45 0 ;30 ;60 0 ;45 ;60 15 ;30 ;45 15 ;30 ;60 15 ;45 ;60 30 ;45 ;60 0 ;15 0 ;30 0 ;45 0 ;60 15 ;30 15 ;45 15 ;60 30 ;45 30 ;60 45 ;60
P-value: output ANOVA dengan Ms.Excel
D.F. 4/8 3/6 3/6 3/7 3/6 3/7 2/4 2/5 2/5 2/4 2/4 2/5 2/5 2/5 2/6 2/5 1/3 1/2 1/3 1/3 1/3 1/4 1/4 1/3 1/3 1/4
10% of B 0,70 0,84 0,49 0,64 0,53 0,73 0,89 0,73 0,34 0,68 0,19 0,45 0,81 0,49 0,74 0,58 0,66 0,92 0,48 0,01 0,78 0,71 0,38 0,58 0,21 0,77
15% of 20% of B B 0,69 0,69 0,88 0,89 0,45 0,43 0,67 0,72 0,53 0,54 0,65 0,61 0,95 0,91 0,83 0,88 0,37 0,42 0,73 0,74 0,14 0,11 0,53 0,65 0,79 0,78 0,39 0,34 0,66 0,63 0,50 0,46 0,87 0,95 0,86 0,58 0,60 0,73 0,03 0,09 0,79 0,77 0,69 0,69 0,31 0,29 0,56 0,53 0,13 0,08 0,67 0,64
25% of B 0,74 0,92 0,50 0,72 0,61 0,65 0,96 0,87 0,45 0,80 0,17 0,67 0,82 0,39 0,62 0,52 0,90 0,67 0,75 0,13 0,88 0,67 0,30 0,59 0,12 0,64
30% of B 0,69 0,88 0,45 0,69 0,56 0,62 0,96 0,83 0,41 0,74 0,14 0,63 0,77 0,37 0,61 0,50 0,94 0,66 0,67 0,14 0,87 0,62 0,29 0,54 0,12 0,68
Dari tabel 2 – B di atas dapat dijelaskan bahwa untuk nomor kombinasi uji hipotesis beserta dengan D.F.-nya (derajat bebas-nya) yang nilai-P nya dibawah 0,05 berarti uji hipotesis tersebut memiliki tingkat kepercayaan (signifikansi) di atas 95%, atau dengan kata lain nilai-nilai P tersebut mencerminkan tingkat signifikansi dari uji hipotesis tersebut, atau nilai – P tersebut merupakan nilai kredibilitas H 0. Jika nilai-P tersebut dibawah 0,25 berarti nilai F-hitung -nya lebih besar dari F-tabel pada a = 0,25 dan berarti faktor yang diteliti berpengaruh nyata (ada perbedaan dengan tingkat signifikansi di atas 75%) atau kredibilitas H 0 di bawah 25%.
Kombinasi 1 0 0
100
200
300
400
500 Beban (gram/cm2)
-1
-2
Datar 0 Hypar 15 -3
Hypar 30 Hypar 45 Hypar 60
-4
-5
-6
Penurunan (cm)
Gambar 3 Kurva beban-penurunan untuk data pada kombinasi uji hipotesis no. 1.
Dari grafik di atas kurva beban-penurunan dari kelima model pondasi cukup beragam (tampak seperti menunjukkan perbedaan, untuk kelima titik penurunan ultimit – S u : 10% of B = 1 cm; 15% of B = 1,5 cm; 20% of B = 2 cm; 25% of B = 2,5 cm; dan 30% of B = 3 cm), tetapi perbedaan tersebut setelah diuji secara statistik belumlah menunjukkan perbedaan secara signifikan. Hal ini terbukti dari perhitungan Analisis Varians s atu-faktor nilai F-hitung -nya belum melebihi nilai F-tabel atau nilai-P ( P-value) masih lebih besar 0,05 ( a = 0,05). Perbedaan tersebut hanya disebabkan oleh fluktuasi acak belaka (kebetulan). Kombinasi uji hipotesis di atas kemungkinan besar bisa menunjukkan perbedaan yang signifikan – secara uji statistik – jika jumlah pengamatan untuk tiap kolomnya diperbanyak.
Kombinasi 20
0 0
100
200
300
400
500 Beban (gram/cm2)
-1
-2
Datar 0 -3
Hypar 60
-4
-5
-6
Penurunan (cm)
Gambar 4 Kurva beban-penurunan untuk data pada kombinasi uji hipotesis no. 20.
Dari grafik di atas, kurva beban-penurunan dari kedua model pondasi cukup menunjukkan perbedaan (untuk kelima titik penurunan ultimit – S u : 10% of B = 1 cm; 15% of B = 1,5 cm; 20% of B = 2 cm; 25% of B = 2,5 cm; dan 30% of B = 3 cm). Hal ini terbukti dari perhitungan Analisis Varians satu-faktor nilai F-hitung -nya melebihi nilai F-tabel atau nilai-P ( Pvalue) lebih kecil 0,05 ( a = 0,05). Perbedaan tersebut benar-benar disebabkan oleh pengaruh faktor yang diteliti (sudut cangkang – q ) dan bukan disebabkan oleh faktor error atau fluktuasi acak belaka (kebetulan). Dengan demikian dari analisis varian dengan tingkat kepercayaan 95% tersebut secara statistik, dapat disimpulkan bahwa: Sudut cangkang (q) berpengaruh nyata terhadap daya dukungnya. Perbedaan daya dukung akan terlihat semakin nyata, jika selisih sudut cangkang ( q) semakin besar, yaitu pada kombinasi uji hipotesis model pondasi hypar dengan sudut cangkang ( q) 0 0 0 0 0 0 0 60 ; 30 ; 0 (datar), dan 60 ; 0 (selisih kenaikan sudut cangkang = 60 dan 30 ). Perbedaan daya dukung tidak terlihat nyata jika selisih sudut cangkangnya semakin kecil, hal ini bisa terlihat jika diikuti dengan diperbanyaknya jumlah pengulangan pada tiap perlakuan model pondasi (sel). Pengaruh acak (random effect ) atau error pada setiap percobaan akan mempengaruhi hasil nilai uji- F , yaitu bisa memperkecil nilai F -hitung jika faktor errornya besar, demikian juga sebaliknya. Pengaruh acak (error ) bisa dikurangi dengan memperbesar jumlah pengulangan tiap sel-nya. Hal ini akan mempertajam nilai F -hitung. Maka dengan membandingkan hasil analisis varians tersebut terhadap hipotesis penelitian yang diajukan, dapat disimpulkan bahwa, ada pengaruh sudut cangkang pondasi hypar terhadap daya dukungnya di atas tanah lunak, atau kita tolak H 0 : semua T j = 0 dan kita terima H 1 : tidak semua = 0. T j
PEMBAHASAN
1. Analisis varians dengan tingkat signifikansi 95% memberikan kesimpulan bahwa hipotesis nihil (H0) = ditolak! Namun demikian, adalah sukar untuk menganggap proses penelitian ini secara keseluruhan memiliki ketelitian 95%, hal ini dikarenakan beberapa faktor (Hines & Montgomery, 1990 – dalam Victor Christianto, 1992) antara lain: Kurangnya jumlah pengulangan setiap perlakuan. Kurangnya variasi perlakuan. Ketidaksempurnaan prosedur pengujian akibat keterbatasan peralatan; dan la in-lain. Hal ini akan menyebabkan faktor error yang semakin besar. Karenanya kesimpulan yang diperoleh dari analisis varians tersebut lebih merupakan suatu kesimpulan yang bersifat statis, dari pada sebagai suatu kesimpulan terhadap keseluruhan proses penelitian. 2. Dari penelitian ini, walaupun pondasi hypar hanya diletakkan pada permukaan tanah lunak (kohesif jenuh), tetapi memberikan hasil bahwa, sudut cangkang ( q) pondasi hypar berpengaruh nyata terhadap daya dukungnya, dimana daya dukung pondasi hypar lebih besar dari pada daya dukung pondasi telapak datar sekitar 24,37%. Hal ini bertolak belakang dengan kesimpulan yang ditarik oleh Kurian dan Jeya Candran (Kurian, 1982), penelitian Victor Christianto (1992) dan Moch. Didien Koentjoro (1994), mereka kesemuanya menggunakan media tanah uji berupa tanah ankohesif-pasir kering dengan gradasi tertentu. Oleh karenanya kesimpulan yang mereka tarik tidak dapat dianggap berlaku secara umum untuk pondasi hypar pada permukaan, sembarang jenis, dan keadaan tanah. 3. Sedangkan untuk bentuk penampang, dari penelitian sebelumnya – pada penelitian ini – walaupun kurang pengulangan dan hanya dilakukan pada model telapak datar saja (untuk model pondasi dengan bentuk penampang segi tiga sama sisi, bujur sangkar dan segi enam 2 dengan luas penampang yang sama yaitu A = 100 cm ) serta kondisi tanah media uji sedikit berbeda d engan penelitian yang terakhir. Hasil penelitian tersebut memberikan indikasi yang bisa diamati dari perbedaan kurva beban-penurunan – sehingga bisa ditarik kesimpulan – yaitu bahwa bentuk penampang pondasi telapak berpengaruh terhadap daya dukungnya, dimana dari jumlah sisi-sisinya mulai segi tiga sama sisi, segi empat (bujursangkar), dan segi enam daya dukung yang dihasilkan semakin besar seiring dengan bertambahnya sisi-sisi penampang tersebut. Hal ini memberikan indikasi, ada kemungkinan semakin banyak jumlah sisi-sisi penampang (menuju segi banyak/lingkaran) daya dukung yang dihasilkan akan semakin besar, untuk model pondasi telapak yang diletakkan diatas tanah kohesif jenuh (lunak). Hal ini kemungkinan juga akan berlaku sama jika faktor bentuk penampang ini diaplikasikan pada pondasi hypar atau pondasi cangkang jenis lainnya. Tetapi faktor bentuk penampang ini justru bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Moch. Didien Koentjoro (1994), dimana pada penelitiannya daya dukung pondasi hypar berpenampang segiempat lebih kecil dari pada yang berpenampang segitiga dengan luasan yang sama, dengan kata lain, semakin sedikit jumlah sisinya, daya dukungnya semakin besar. Hal ini masih relevan karena jenis dan keadaan tanah media uji berbeda, pada penelitian tersebut menggunakan tanah media uji berupa pasir kering dengan gradasi tertentu sedangkan pada penelitian ini mengunakan tanah kohesif (bukan pasir) dan jenuh. 4. Kenaikan sudut cangkang ( q) pondasi hypar berpengaruh nyata terhadap daya dukungnya, walaupun dari uji- F analisis varians tersebut kurang tampak adanya perbedaan (kenaikan daya dukung) karena kurangnya pengulangan, dan signifikansinya hanya 75% yakni nilai F hitung > F tabel untuk a = 0,25. Perbedaan (kenaikan daya dukung) tersebut dapat dilihat dari rata-rata daya dukung tiap sudut cangkang ( q) pondasi hypar pada perhitungan analisis varians, bahwa semakin besar sudut cangkang ( q) semakin besar pula daya dukung yang dihasilkan oleh pondasi hypar, terutama dapat dilihat pada kombinasi uji hipotesis nomor 11). 0 0 0 0 ; 30 ; 60 , pada titik S u = 10%, disitu bisa dilihat mulai dari sudut cangkang ( q) yang 0 0 0 terkecil = 0 ; 30 ; hingga yang terbesar 60 nilai rata-rata daya dukungnya terus meningkat, 0 dengan perbedaan dengan pondasi telapak datar untuk pondasi hypar 30 sebesar 2,1% dan 0 pondasi hypar 60 sebesar 24,37%. Kesimpulan ini menguatkan kesimpulan yang ditarik oleh Victor (1992) dan Moch. Didien Koentjoro (1994) serta Didit Satrio Gumilar (1995).
KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan berdasarkan analisis varians satu-faktor dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan tingkat kepercayaan 95%, sudut cangkang ( q) pondasi hypar berpengaruh nyata terhadap daya dukungnya, dimana semakin besar sudut cangkang ( q) semakin besar daya dukungnya. 2. Pondasi hypar memiliki daya dukung yang lebih besar dan penurunan lebih kecil dibandingkan dengan pondasi telapak datar dengan perbedaan daya dukung sebesar 24,37% dan perbedaan penurunan sebesar 19,6%. DAFTAR PUSTAKA Blank, L.T. (1982). “Statistical Procedures for Engineering, Management, and Science”, International Student Ed., Mc Graw-Hill Kogakusa, Ltd., Tokyo. H. 565 – 587. Bowles, J.E. (1991). “Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah”, Ed.-2, Cet-3, Johan Kelanaputra H. (Pent.), Erlangga, Jakarta. Bowles, J.E. (1997). “Analisis dan Desain Pondasi”, Ed-4, Cet.-3, Jil.-I, Pantur Silaban (Pent.), Erlangga, Jakarta. Carson, A.B. (1965). “Foundation Construction”, Mc Graw-Hill, Inc., New York. h. 282 – 283. Christianto, V. (1992). Penelitian tentang Pengaruh Bentuk Dasar-Pondasi terhadap Daya dukung Pondasi Hypar di atas Pasir , Skripsi, Fakultas Teknik Jurusan Sipil, Universitas Brawijaya, Malang. Das, B.M. (1984). “Principles of Foundation Engineering”, Brooks/Cole Engineering Division, Monterey, California 93940, a divison of wadsworth, Inc. Das, B.M. (2000). “Foundamentals of Geotechnical Engineering”, Brooks/Cole, California. Dunn, I.S. dan L.R. Anderson dan F.W. Kiefer (tanpa tahun). “Dasar-dasar Analisis Geoteknik”. Gumilar, D.S. (1995). Percobaan Pembebanan Pondasi Hyperbolic Paraboloida dengan Skala Penuh, Skripsi, Fakultas Teknik Jurusan Sipil, Universitas Brawijaya, Malang. Koentjoro, M.D. (1994). Pengaruh Bentuk Penampang terhadap Daya Dukung Pondasi (Penelitian pada Pondasi Hyperbolic Paraboloid) , Skripsi, Fakultas Teknik Jurusan Sipil, Universitas Brawijaya, Malang. Kristanto, P. dan B. Sugianto (1988). Pengaruh Kemiringan Tepi Pondasi Dangkal terhadap Peningkatan Daya Dukung , Skripsi, Fakultas Teknik Jurusan Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Kurian, N.P. (1982). “Modern Foundation: Introduction to Advanced Techniques”, Tata Mc Graw- Hill, Co., New Delhi. H. 1 – 314. Sosrodarsono, S. (1994). “Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi”, Cet.-6, Pradnya Paramita, Jakarta. Sowers, G.F. (1979). “Introductory Soil Mechanics and Foundations: Geotechnical Engineering”, Fourth Edition. Macmillan Publishing Co., Inc., New York. Collier Macmillan Publishers London. Terzaghi, K. dan R.B. Peck (1987). “Mekanika Tanah dalam Praktek Rekayasa”, Ed.-2, Jil.-I, Bagus Witjaksono dan Benny Krisna R. (Pent.), Erlangga, Jakarta. Verhoef, P.N.W. (1989). “Geologi untuk Teknik Sipil”, Erlangga, Jakarta. H. 235 – 246. Wesley, L.D. (tanpa tahun). “Mekanika Tanah”, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, hal. 109 Bab IX, tentang: “Daya Dukung Tanah”. Wonnacott, R.J. dan Thomas H. Wonnacott (1989). “Pengantar Statistika”, Erlangga, Jakarta Ed.-4 Jilid I.
LAMPIRAN
Grafik Beban Ultimit (q u = gram/cm2) vs. Variasi Sudut Cangkang ( q ) 300 ) 2
250
m c/ m ar
Su = 10% of B
g
200
Su = 15% of B =
Su = 20% of B
150 Q it
Su = 25% of B mi lt
Su = 30% of B
100 U n a b e
50 B
0 Datar 0 Hypar 15
Hypar 30
Hypar 45
Hypar 60
Variasi Sudut Cangkang ( q )
Gambar L – 1. Grafik sudut cangkang ( q) vs. beban ultimit pada kelima titik penurunan ultimit (S u).
Grafik Penurunan (cm) vs. Variasi Sudut Cangkang ( q )
Datar 0 Hypar 15 Hypar 30 Hypar 45 Hypar 60 0 -0.5 -1 -1.5 -2 -2.5 -3
Variasi Sudut Cangkang ( q
Qu Hypar 60 at Su = 10% of B Qu Hypar 60 at Su = 15% of B Qu Hypar 60 at Su = 20% of B Qu Hypar 60 at Su = 25% of B Qu Hypar 60 at Su = 30% of B
-3.5 Penurunan (cm)
Gambar L – 2. Grafik sudut cangkang ( q) vs. penurunanpada kelima titik beban ultimit ( qu) dari 0 pondasi hypar 60 (qu terbesar).
)