STUDENT PROJECT
PENGARUH HORMON DAN VITAMIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT
Anggota Kelompok :
Made Ayu Ratih Aryanita 1402405031
I Nyoman Candra Kumara 1402405032
Delanera Victoria Noak 1402405033
Gusti Ngurah Ade Sorolawe 1402405034
A. A. Ngurah Trisna Indra P. 1402405035
I Gusti Agung Ayu Anjani K. D. 1402405036
Ramanda Kusumaningrat A. V. 1402405037
I Gusti Ayu Chyntia D. 1402405038
I Gede Putra Adi Wibawa 1402405039
Ni Made Yeni Septianing Diah 1402405040
PENDIDIKAN DOKTER GIGI
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses hidup yang selalu terjadi pada setiap manusia. Setiap manusia mengalami kemajuan dalam sistem jaringannya melalui fase pertumbuhan dan perkembangan, yang berjalan terus secara bertahap dimulai dari bayi baru lahir, masa anak-anak, masa remaja, masa dewasa, sampai masa tua (Sudjadi & Laila, 2007). Pertumbuhan berhubungan dengan perubahan pada kuantitas dimana terjadi perubahan pada jumlah dan ukuran sel tubuh yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh. Sedangkan perkembangan behubungan dengan perubahan kualitas dimana terjadi peningkatan fungsi kapasitas individu yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan, dan pembelajaran. Kedua proses ini berjalan sejajar, berhubungan, dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Jadi, jika tubuh anak semakin besar dan tinggi, kepribadiannya secara simultan juga semakin matang (Supartini, 2004).
Proses pertumbuhan dan perkembangan manusia tidak terlepas dari pengaruh hormon. Hormon merupakan senyawa organik pada tubuh manusia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Hormon yang dihasilkan dari sekresi kelenjar endokrin ini akan langsung masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah, sehingga akan mempengaruhi proses metabolisme tubuh manusia, termasuk proses pertumbuhan dan perkembangannya. Setiap manusia, baik wanita maupun pria, pasti memiliki hormon di dalam tubuhnya, dan akan selalu ada selama proses kehidupannya. Mulai dari bayi sampai beranjak tua, hormon akan selalu berpengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh manusia (Saktiyono, 2004). Salah satu contohnya adalah pada proses pertumbuhan dan perkembangan di jaringan lunak rongga mulut manusia.
Jaringan lunak rongga mulut terdiri dari gusi, lidah, palatum, dasar lidah, dan mukosa, baik mukosa pipi, mukosa bibir, mukosa lidah, dan mukosa palatum (Rahmadhan, 2010). Mulai dari bayi sampai tua, proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang ada di dalam tubuh. Adanya kelainan dalam jaringan ini pun juga dipengaruhi oleh ketidakstabilan hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Jaringan lunak ronga mulut memiliki fungsi yang sangat penting, khususnya dalam proses pencernaan. Manusia pasti memerlukan makan setiap hari untuk memperoleh asupan nutrisi yang dapat menunjang kelangsungan hidupnya. Untuk memperoleh manfaat seoptimal mungkin dari nutrisi yang didapat dari makanan sehari-hari, maka fungsi pengunyahan haruslah baik dan sehat, karena nutrisi pertama kali dicerna melalui mulut dengan bantuan jaringan lunak di rongga mulut (Kurniadhi, 1993). Umumnya fungsi pengunyahan utama adalah gigi, tetapi jika jaringan lunak pendukung fungsi gigi tidak baik dan sehat, maka proses pencernaan nutrisi di mulut pun tidak akan optimal.
Selain dipengaruhi oleh hormon, proses pertumbuhan dan perkembangan pada jaringan lunak rongga mulut ini juga dipengaruhi oleh vitamin. Vitamin merupakan salah satu faktor pendukung internal dalam proses pertumbuhan dan perkembangan manusia. Berbeda dengan hormon, vitamin tidak disintesis di dalam tubuh, jika dapat disintesis jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan tubuh, sehingga harus diperoleh dari makanan. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi harus mengandung vitamin. Karena jika tubuh kita kekurangan vitamin, akan mengakibatkan penyakit defisiensi atau avitaminosis yang akan menimbulkan gangguan-gangguan pada sistem jaringan tubuh, termasuk pada jaringan lunak di rongga mulut (Aryulina, dkk, 2004).
Berdasarkan latar belakang diatas, kami tertarik untuk membahas hormon dan vitamin apa saja yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan jaringan lunak rongga mulut. Karena jaringan lunak rongga mulut merupakan fungsi pendukung utama dalam proses pencernaan makanan untuk mendapat asupan nutrisi yang optimal guna menunjang kelangsungan hidup manusia, maka perlu diketahui hormon dan vitamin apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya guna menjaga agar jaringan lunak rongga mulut tetap sehat secara biologis maupun fisiologis.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimana pengaruh hormon dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada jaringan lunak rongga mulut ?
Bagaimana pengaruh vitamin dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada jaringan lunak rongga mulut ?
Apa saja penyakit yang dapat menyerang jaringan lunak rongga mulut apabila kadar hormon dan vitamin dalam tubuh tidak normal ?
TUJUAN
Mengetahui pengaruh hormon dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada jaringan lunak rongga mulut
Mengetahui pengaruh vitamin dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada jaringan lunak rongga mulut
Mengetahui penyakit yang dapat menyerang jaringan lunak rongga mulut apabila kadar hormon dan vitamin dalam tubuh tidak normal
MANFAAT
Mendapatkan pengetahuan tentang pengaruh hormon dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada jaringan lunak rongga mulut
Mendapatkan pengetahuan tentang pengaruh vitamin dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada jaringan lunak rongga mulut
Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit yang dapat menyerang jaringan lunak rongga mulut apabila kadar hormon dan vitamin dalam tubuh tidak normal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGARUH HORMON TERHADAP JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT
Seperti yang telah lama diketahui, hormon adalah pengatur spesifik yang mempunyai efek yang kuat pada perkembangan integritas skeleton dan rongga mulut, termasuk di dalamnya jaringan periodontal. Manifestasi periodontal akan muncul jika terjadi ketidak seimbangan hormon steroid. Ada beberapa hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh juga mempengaruhi jaringan lunak yang berada pada rongga mulut. Hormon yang mempengaruhi kesehatan tubuh tersebut yaitu FSH (Folicle Stimulating Hormone). FSH berfungsi merangsang perkembangan folikel di dalam ovarium sampai terjadi ovulasi FSH juga berfungsi untuh menstimulasi ovarium, untuk memproduksi hormon seks steroid (Danbolt, 2001).
Pada wanita hamil, tentu banyak sekali perubahan yang terjadi kepada fisik dan juga kepada jaringan di dalamnya itu sendiri. Perubahan itu terjadi beriringan dengan tumbuh kembang janin dalam kandungan. Perubahan-perubahan yang terjadi itu dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor salah satunya yaitu hormon. Hormon merupakan zat yang disekresi oleh kelenjar, tanpa saluran, dan bereaksi di target organ, atau mediator kimia yang mengatur organ atau sel tertentu, hormon seksual steroid telah menunjukkan secara langsung dan tidak langsung gangguan terhadap proliferasi sel, diferensiasi dan pertumbuhan pada sel target, termasuk keratin dan fibroblast pada gingiva.
Kehamilan menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh dan termasuk juga di rongga mulut. Hal ini terutama terlihat pada gingival. Perubahan ini dipengaruhi oleh perubahan pada sistem hormonal dan vaskular bersamaan dengan faktor iritasi lokal dalam rongga mulut (Burket, 1971 : Barber dan Graber, 1974; Sallis dkk,1995).
Hormon seks steroid dapat mengalami peningkatan pada saat kehamilan dan dapat mempengaruhi vaskularisasi gingiva, sel spesifik periodontal dan sistem imun lokal selama kehamilan. Ada beberapa perubahan yang dapat terjadi pada jaringan lunak selama kehamilan, yaitu :
Peningkatan kerentanan terjadinya gingivitis dan peningkatan ke dalaman saku periodontal.
Rentan terhadap terjadinya infeksi.
Penurunan kemotaksiscneutrofil dan penekanan produksi antibodi.
Peningkatan sejumlah pathogen periodontal (khususnya Porphyromonasgingivalis).
Peningkatan sintesis PGE
Hormon seksual steroid juga meningkatkan metabolisme folat pada mukosa rongga mulut. Ada beberapa hormon yang dapat mempengaruhi beberapa perubahan yang terjadi pada rongga mulut, seperti hormon progesteron dan estrogen.
Progesteron
Progesteron adalah hormon steroid yang terutama dihasilkan oleh indung telur, setelah ovulasi. Jika pembuahan dan kehamilan terjadi, plasenta akan mulai memproduksi progesteron. Hormon progesteron dalam kandungan berfungsi untuk merangsang pertumbuhan pembuluh darah di endometrium (lapisan rahim). Tindakan ini bertujuan untuk membuat fit dinding rahim untuk embrio yang dibuahi untuk dapat melekat. Progesteron juga merangsang kelenjar tertentu dalam endometrium untuk mensekresikan cairan yang dimaksudkan untuk member makan sperma dan embrio (Sridianti,2014).
Dalam hubungannya dengan jaringan di rongga mulut progesteron yang jumlahnya kurang dari normal dapat mengakibatkan stomatitis aftosa rekuren (SAR). Croley dan Miers (Croley, 2011) meneliti bahwa pengaruh hormon esterogen yang ternyata merangsang maturasi lengkap sel epitel mukosa mulut dan progesteron yang menghambatnya (Jones, 2003). Selain itu tampak jelas adanya perubahan pada lapisan mukosa mulut, dan peningkatan jumlah bakteri dalam jaringan yang dipengaruhi oleh hormon estrogen, sedangkan progesteron berperan dalam jaringan periodonsium. Progesteron juga mengubah tingkat dan pola produksi dalam gingival yang menyebabkan gangguan perbaikan dan pemeliharaan. Estrogen dan progesterone dalam dalam jaringan ikat mempengaruhi proliferasi fibroblast dan pematangan kolagen. Protein nonkolagen jaringan ikat seperti glikosaminoglikan yang tinggi.
Estrogen
Hormon seksual mempunyai peran penting pada fisiologis periodontal dan juga pada perkembangan dan keparahan penyakit periodontal. Estrogen diduga mempunyai peran pada berbagai penyakit periodontal. Efek biologis estrogen diperantarai oleh reseptor estrogen. Reseptor estrogen adalah faktor transkripsi yang memediatori efek pleiotropik hormon steroid terhadap pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan bermacam-macam jaringan (Indonesian Journal of Dentistry, 2008). Estrogen mempengaruhi proliferasi, diferensiasi dan keratinisasi epitel gingiva melalui pengaturan produksi beberapa protein yang terlibat dalam proliferasi sel dan pengaturan siklus sel.
Salah satu kondisi tubuh yang penting untuk dipertimbangkan yaitu penggunaan hormon seksual estrogen yang diduga menjadi faktor resiko penyakit periodontal. Estrogen berperan dalam mengubah sistem mikrosirkulasi gingiva. Reseptor estrogen yang ada di gingiva manusia bertanggung jawab terhadap peningkatan hormon estrogen di jaringan gingival. Fungsi hormon estrogen yaitu meningkatkan proliferasi seluler, diferensiasi dan menurunkan keratinisasi
Menurut Goodman, banyaknya reseptor hormon dipengaruhi oleh konsentrasi hormon di ruang interseluler. Kadar estrogen pada wanita menopause akan merangsang pembentukan reseptor estrogen yang lebih banyak, namun belum dipastikan keterkaitan antara kadar estrogen dengan keberadaan reseptor estrogen. Menurut pendapat penelitian, pada kerusakan jaringan periodontal, reseptor estrogen α dibutuhkan sebagai faktor pertumbuhan untuk mempercepat penyembuhan luka sedangkan reseptor estrogen β dibutuhkan untuk menahan agar reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan jaringan tidak berlebihan.
2.2 PENGARUH VITAMIN TERHADAP JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita. Ada beberapa vitamin yang dapat dibuat oleh tubuh, dengan mengubahnya dari ikatan organik lain. Ikatan organik yang tidak bersifat vitamin, tetapi dapat dirubah menjadi vitamin setelah dikonsumsi, disebut provitamin atau prekursor vitamin. Tidak semua mempunyai prekusor, sehingga tetap tidak dapat disintesa dalam tubuh (Sediaoetama 2012). Ada beberapa vitamin yang berpengaruh pada jaringan lunak rongga mulut, berikut penjelasannya :
Vitamin A
Vitamin A atau retinol merupakan senyawa polisoprenoid yang mengandung cincin sikloheksenil. Retinol adalah bentuk aktif dari vitamin A. Hal ini ditemukan dalam hati hewan, susu dan beberapa makanan. Vitamin A (retinol) diperlukan oleh manusia untuk fungsi normal dari sistem visual. Vitamin A diangkut ke jaringan mata dan retina mata dengan intraseluler protein mengikat dan transportasi di mana ia memainkan peran penting dalam pembentukan rhodopsin, pigmen visual penting, terutama untuk visi redup cahaya. Semua trans retinol diubah menjadi retinaldehid, isomerirasike bentuk 11-cis dan terikat untuk opsin membentuk rhodopsin. Ketika ada jumlah cukup retinol yang tersedia, rhodopsin sintesis dipengaruhi dan menyebabkan kebutaan malam. Kondisi ini dapat terjadi karena kurangnya nutrisi lain yang penting untuk regenerasi rhodopsin seperti protein dan seng (FHO/WHO, 2002).
Ada dua jenis vitamin A, ialah vitamin A1 dan vitamin A2 yang disebut juga dehydro vitamin A. Perbedaan dalam struktur keduanya ialah adanya dua ikatan tak jenuh dalam cincin beta ionon pada vitamin A2, sedangkan vitamin A1 hanya mengandung satu ikatan kembar pada cincin tersebut (Sediaoetama, 2012).
Vitamin A adalah salah satu vitamin yang larut lemak. Dua jenis vitamin A yang ditemukan dalam makanan. Preformed vitamin A ditemukan dalam produk hewani seperti daging, ikan, unggas dan produk susu. Jenis lainnya, pro- vitamin A ditemukan dalam makanan nabati seperti buah-buahan dan sayuran. Jenis yang paling umum dari pro-vitamin A adalah beta –karoten. Beta- karoten adalah antioksidan. Antioksidan melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh zat yang disebut radikal bebas. Radikal bebas diyakini berkontribusi terhadap penyakit kronis tertentu dan berperan dalam proses penuaan. Makanan sumber karotenoid seperti beta-karoten dapat mengurangi risiko kanker. Suplemen beta-karoten tampaknya tidak mengurangi risiko kanker (Johnson.et.al, 2010)
Vitamin A diperlukan untuk kesehatan gingiva. Penting untuk menjaga selaput lendir mulut dan jaringan mukosa mulut. Memelihara jaringan epitel, membantu perkembangan gigi serta pertahanan terhadap infeksi. Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak dan berkontribusi penting bagi pertumbuhan dan perkembangan gigi, tulang, jaringan lunak, rambut kulit, serta penglihatan. Vitamin A juga membantu memelihara kesehatan mulut, membuat gigi kuat, dan mencegah plak. Ameoblast yang membentuk email sangat dipengaruhi oleh vitamin A. Pada kondisi kekurangan vitamin A ketika bakal gigi sedang dibentuk, terjadi hambatan pada fungsi ameoblast, sehingga terbentuklah email gigi yang defektif dan sangat peka pada faktor-faktor kariogenik (Sediaoetama, 2012). Beta-karoten atau prekursor vitamin A memiliki sifat antioksidan kuat untuk mencegah penyakit periodontal dan mengurangi risiko pembusukan gigi. Secara historis, defisiensi vitamin A yang disebut-sebut sebagai penyebab penyakit periodontal, kekurangan vitamin ini adalah penyebab gingivitis (Darwazeh.et.al, 2005). Vitamin A banyak terdapat pada sayuran yang berwarna hijau atau kuning, buah dengan warna yang mencolok, susu, telur dan minyak ikan.
Vitamin B Kompleks
Vitamin B kompleks seperti niacin, riboflavin, pyridosin, asam folat dan B12 adalah kofaktor dalam metabolisme energi dan dibutuhkan dalam sintesis DNA dan RNA. Ini membuat vitamin B kompleks diperlukan untuk pemeliharaan dan memproduksi sel baru selama masa pembangunan dan penyembuhan (Linda D.et.al, 2001) Vitamin B yang berpengaruh pada jaringan lunak rongga mulut yaitu :
Vitamin B2 (Riboflavin)
Ikatan flavonoid telah diketahui dan diteliti sejak tahun 1879, tetapi pengakuan vitamin B2 sebagai suatu vitamin baru terjadi pada tahun 1932. Vitamin B2 berbentuk Kristal berwarna kuning-oranye (Sediaoetama, 2012). Fungsi vitamin B2 yaitu sebagai komponen dalam ko-enzim. Terdapat dua bentuk aktif dari vitamin B2 sebagai ko-enzim, yaitu:
Flavine adenine dinucleatide (FAD)
Flavine Mononucleatide (FMN) (Murray et al, 2012).
Kedua bentuk aktif ini berperan dalam proses reduksi-oksidasi di dalam reaksi-reaksi metabolisme tubuh. FAD dan FMN termasuk ko-enzim kelas flavoprotein. FAD lebih banyak terdapat dibandingkan dengan FMN. Flavoprotein mengkatalisa proses-proses oksidasi-reduksi pyridine nucleotide NAD dan NADP (Sediaoetama, 2012). Selain itu vitamin B2 memiliki fungsi: (a) metabolisme kerbohidrat, lemak dan protein yang penting untuk memeilhara jaringan yang normal dan (b) membantu pencernaan dan mencegah konstipasi. Vitamin B2 berpengaruh pada rongga mulut yaitu menguatkan lapisan mukosa mulut, mukosa bibir dan mukosa lidah.
Kebutuhan tubuh manusia akan vitamin B2 mempunyai hubungan erat dengan jumlah protein yang dikonsumsi di dalam hidangan. Perhitungan dalam berbagai penelitian menghasilkan banyaknya kebutuhan tubuh akan vitamin ini sebesar 0,025 kali jumlah gram protein yang dikonsumsi (Sediaoetama, 2012). Sumber utama dari vitamin B2 dalam makanan adalah susu dan produk susu. Oleh karena itu, tersedianya vitamin B2 dalam makanan sehari-hari sangat penting. Sumber vitamin B2 yang utama yaitu susu serta hampir semua sayuran hijau dan biji-bijian mengandung vitamin B2 seperti brokoli, jamur dan bayam merupakan sumber yang baik (Eschelemen, 2007; Muhilal.et.al, 2006).
Vitamin B3 (Niacin)
Vitamin B3 yang disebut dengan Niacin atau asam Nicotinat telah dikenal oleh para ahli biokimia sejak 1867, tetapi pengenalannya sebagai suatu vitamin anti-pellarga baru dimulai tahun 1937. Terdapat dua struktur molekul yang mempunyai bioaktivitas vitamin ini, yaitu (a) asam nikotinat (nicotinic acid), dan (b) amida asam nikotin (nicotinic acid amide) (Sediaoetama, 2012). Vitamin B3 bukan merupakan suatu vitamin sejati karena zat ini dapat disintesis dalam tubuh dari asam esensial triptofan (Murray et al, 2012).
Bentuk aktif daripada niasin yaitu Nicotinicamide, yang merupakan komponen dari ko-enzim. Terdapat dua bentuk ko-enzim yang memerlukan Vitamin B3:
Nicotinamide adenine dinucleotide (NAD)
Nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADP)
Fungsi utama dari NAD dan NADP ialah sebagai ko-enzim yang berperan dalam proses transfer atom hydrogen di dalam reaksi-reaksi yang menghasilkan energi. Reaksi-reaksi ini berhubungan dengan integritas jaringan, salah satunya jaringan lunak di dalam rongga mulut. Vitamin B3 berpengaruh bagi kesehatan mukosa di rongga mulut, baik itu mukosa lidah, mukosa pipi dan mukosa palatum. Gejala klinik dari defisiensi vitamin B3 diantaranya dermatitis, glossitis, dan stomatitis. Defisiensi vitamin B3 sering tercampur dengan gejala defisiensi vitamin B2. Sumber utama vitamin B3 ialah daging, unggas (ayam, itik) dan ikan merupakan sumber utama vitamin B3, sama halnya roti dan sereal (biji- bijian) (Sediaoetama, 2012).
Vitamin B6 (Pyridoxin)
Vitamin B6 memilikitiga ikatan organik yang mempunyai bioaktivitas Pyridoxin ialah: pyridoxine, pyridoxal dan pyridoxamine. Bentuk aktif dari vitamin B6 yaitu, pyridoxal dan pyridoxamine (Sediaoetama, 2012). Piridoksal fosfat merupakan koenzim pada beberapa enzim dalam metabolisme asam amino pada proses transaminasi, dekarboksilasi atau aktivitas aldolase (Murray.et.al, 2012). Vitamin B6 berperan dalam metabolisme asam amino dan asam lemak. Vitamin B6 membantu tubuh untuk dalam prose sintesis asam amino nonesensial. Selain itu juga berperan dalam produksi sel darah merah (Decker, 2006).
Sumber utama dari vitamin B6 ialah daging, ikan, dan unggas seperti itik, ayam. Sumber yang lain ialah kentang, beberapa sayuran hijau dan buah berwarna ungu. Vitamin B6 apabila mengalami penurunan jumlah, awalnya akan memberikan gejala kualitas kesehatan mulut menurun karena metabolisme yang seharusnya terjadi tidak terjadi dengan maksimal sehingga tubuh kekurangan energi untuk beraktivitas. Hal ini ditandai dengan adanya luka di sudut bibir. Kemudian gejala lidah dan gusi yang luka tidak seperti biasanya. Tanda ini mirip dengan sariawan namun bukan karena kekurangan vitamin C.
Vitamin B12 (Cyanocobalamine)
Struktur vitamin B12 merupakan yang paling kompleks dari struktur semua vitamin yang diketahui sampai sekarang. Vitamin B12 apabila dikristalkan berwarna merah tua dan menjadi warna hitam saat dipanaskan, larut di dalam air, tidak larut di dalam minyak dan zat-zat pelarut lemak. Larutan vitamin B12 memiliki pH yang stabil yaitu 4 – 7 (Sediaoetama, 2012). Fungsi vitamin B12 yaitu berperan penting pada saat pembelahan sel yang berlangsung dengan cepat. Vitamin B12 juga memelihara lapisan yang mengelilingi dan melindungi serta syaraf dan mendorong pertumbuhan normalnya. Selain itu juga berperan dalam aktivitas dan metabolisme sel- sel tulang. Vitamin B12 juga dibutuhkan untuk melepaskan folat, sehingga dapat membantu pembentukan sel-sel darah merah (Tegeman, 2010; Eschelmen, 2007; Mulhilal.et.al., 2006).
Vitamin B12 disintesis oleh sebagan besar mikroorganisme, tetapi tidak dapat disintesis oleh tubuh hewan atau tumbuhan tingkat tinggi. Walaupun demikian, bahan makanan hewani secara merata mengandung vitamin B12, meskipun dalam konsentrasi yang rendah. Vitamin B12 terhadap jaringan lunak rongga mulut berpengaruh pada kesehatan mukosa lidah, mukosa palatum dan mukosa bibir. Glossitis dan stomatitis dapat disebabkan dari kekurangan vitamin B12 (Eschelemen, 2007).
Vitamin C (Asam Askorbat)
Vitamin C atau asam askorbat adalah suatu senyawa beratom karbon 6 yang dapat larut dalam air. Vitamin C merupakan vitamin yang disintesis dari glukosa dalam hati dari semua jenis mamalia, kecuali manusia. Manusia tidak memiliki enzim gulonolaktone oksidase, yang sangat penting untuk sintesis dari prekursor vitamin C, yaitu 2-keto-1-gulonolakton, sehingga manusia tidak dapat mensintesis vitamin C dalam tubuhnya sendiri (Padayatty, 2003)
Vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak dibandingkan dengan vitamin lain, disamping mudah larut dalam air, vitamin C juga mudah teroksidasi dan dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi. Sehingga selama proses pengolahan dan penyimpanan vitamin C mudah hilang (Mayo, 2010). Di alam ataupun di dalam tubuh, vitamin C ini mengalami oksidasi dan reduksi sehingga terdapat 2 struktur aktif vitamin C yang dikenal yaitu asam askorbat dan juga asam dehidroaskorbat.
Secara umum, vitamin C berperan sebagai antioksidan, pengaktifan asam folat, dan pembentukan kolagen interseluler. Fungsi pertama vitamin C sebagai antioksidan vitamin C mereduksi sel agar sel tersebut tidak mengalami oksidasi, sebagai gantinya vitamin C yang teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Fungsi kedua dari vitamin C adalah mengubah asam folat menjadi asam folat yang lebih aktif. Didalam tubuh asam folat yang masuk tidak daat bekerja secara langsung sehingga harus diubah menjadi asam folat yang lebih aktif, disini vitamin C berperan dalam membantu perombakan asam ini. dan fungsi Vitamin C yang paling penting adalah dalam pembentukan kolagen khususnya dalam rongga mulut. Kolagen merupakan senyawa protein yang membentuk sebagian besar dari jaringan lunak rongga mulut seperti pulpa, mukosa mulut, mukosa bibir, dan lidah. Vitamin C dalam pembentukan kolagen ini perperan dalam proses hidroksilasi dua asam amino prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksilisin. Kedua senyawa ini merupakan komponen kolagen yang utama. Optimalnya fungsi dari vitamin C ini dalam pembentukan kolagen banyak dipengaruhi oleh cukup tidaknya kandungan vitamin C dalam tubuh. Selain dalam pembentukan kolagen vitamin C juga berperan dalam penyembuhan bibir pecah-pecah, sariawan, luka serta infeksi pada rongga mulut (Sediaoetama, 2012).
Vitamin C banyak terdapat pada bahan nabati sayur dan buah terutama yang segar. Bahan pangan yang merupakan bahan sumber vitamin C adalah jeruk, tomat, dan cabe hijau. Buah yang masih mentah lebih banyak kandungan vitamin C-nya. Semakin tua buah semakin berkurang kandungan vitamin C-nya. Beberapa buah tergolong buah yang tidak asam seperti, pisang, apel, pear, kandungan vitamin C-nya rendah (Zieve, 2009; Kamiensky&Keogh, 2006)
2.3 PENYAKIT YANG DAPAT MENYERANG JARINGAN LUNAK RONGGA
MULUT
Penyakit yang dapat menyerang jaringan lunak rongga mulut akibat defisiensi vitamin diantaranya :
Sariawan/Recurrent Aphthous Stomatitis
Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) atau yang lebih dikenal dengan sariawan adalah suatu penyakit mukosa mulut yang menyebabkan rasa sakit yang parah di mulut. Stomatitis merupakan kondisi mukosa mulut yang umum terjadi. Sekitar 20% populasi manusia di bumi mengalami penyakit ini dan 50% di antaranya dialami oleh mahasiswa pada waktu tertentu.
Stomatitis biasanya terlihat pada mukosa bukal, mukosa labial, dan dasar mulut atau lidah. Stomatitis tampak berbentuk melingkar, berwarna kuning keabu-abuan di dasarnya, dan dikelilingi oleh lingkaran berwarna merah. Awalnya, bagian yang mengalami stomatitis akan terasa terbakar atau sakit selama 24 sampai 48 jam. Sakit yang terjadi biasanya bertahan selama tiga sampai empat hari. Faktor yang mempengaruhi terjadinya stomatitis yang berkaitan dengan jaringan lunak rongga mulut, yaitu defisiensi hematinik.
Defisiensi hematinik (zat besi, asam folat, vitamin B-6, dan B-12) merupakan hal umum yang terjadi pada pasien stomatitis. Sebanyak 20% pasien stomatitis mengalami defisiensi hematinik. Perawatan yang dilakukan dengan pemberian vitamin B-12 sebanyak 1000 mg/hari menunjukkan kemajuan yang positif. Selain itu, sekelompok remaja yang mengonsumsi asam askorbat sebanyak 2000 mg/hari juga menunjukkan pengurangan insiden dan rasa sakit dari stomatitis.
Berdasarkan ukurannya, stomatitis dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu stomatitis mayor, stomatitis minor, dan stomatitis herpetiform.
Stomatitis mayor
Stomatitis mayor biasanya berukuran lebih dari 10 mm dan bertahan hingga lebih dari dua minggu sampai berbulan-bulan. Sekitar 10-15% dari stomatitis adalah stomatitis jenis ini. Stomatitis mayor mungkin membentuk lesi di seluruh rongga mulut, termasuk langit-langit mulut, area tonsil, dan orofaring.
Stomatitis minor
Stomatitis minor adalah stomatitis yang paling umum terjadi dan sekitar 75-85% stomatitis adalah stomatitis jenis ini. Stomatitis minor biasanya berukuran sekitar 5-10 mm dan bertahan hingga 10-14 hari.
Stomatitis herpetiform
Stomatitis herpetiform adalah stomatitis yang terjadi karena terdapat banyak stomatitis yang berukuran kurang dari 5 mm di mana memungkinkan untuk membentuk stomatitis yang lebih besar. Stomatitis ini dapat bertahan selama 10-14 hari, tapi tingkat rasa sakitnya lebih parah dibandingkan stomatitis yang lain. Sekitar 5-10% stomatitis adalah stomatitis jenis ini (Kumar et al, 2014).
Periodontitis
Periodontitis merupakan penyakit periodontal yang bersifat ireversibel dan menyebabkan peradangan yang menjalar hingga ke dalam jaringan penyokong gigi sehingga dapat mengakibatkan gigi tanggal. Salah satu survei memperkirakan sekitar 22% orang dewasa di Amerika mengalami periodontitis ringan dan sekitar 13% mengalami periodontitis menengah hingga parah. Di Amerika sendiri, periodontitis lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita dan lebih sering terjadi pada orang berkulit gelap dibandingkan orang berkulit putih. Penyebab dari periodontitis ini, yaitu defisiensi vitamin C yang dapat mengurangi kemampuan pembentukan dan pemeliharaan kolagen, meningkatkan peradangan periodontal, pendarahan, dan gigi tanggal (Pihlstrom et al, 2005).
Scurvy
Scurvy merupakan penyakit yang disebabkan karena defisiensi kronis vitamin C (asam askorbat). Kebanyakan orang mengetahui bahwa penyakit ini awalnya berasal dari pelaut yang berlayar selama berbulan-bulan di laut tanpa persediaan sayur dan buah-buahan segar yang mencukupi. Kriteria utama untuk mendiagnosis penyakit ini adalah:
Riwayat kekurangan makanan vitamin C
Indeks biokimia, yaitu rendahnya vitamin C dalam darah (serum, sel darah putih dan keseluruhan darah) dan rendahnya tingkat ekskresi urin. (Hodges et al., 1971).
Keberadaan penyakit ini masih jarang pada masyarakat modern, namun masih ada beberapa orang yang menderitanya.
Gejala yang ditimbulkan penyakit ini akan timbul tergantung berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi seseorang untuk menggunakan vitamin C yang tersisa pada tubuh dikarenakan tubuh manusia tidak dapat menghasilkan vitamin C dengan sendirinya.
Gejala Awal Scurvy :
Scurvy memiliki banyak gejala awal dan tanda-tanda dengan keluhan ringan. Seseorang dengan keluhan seperti ini biasanya tidak mengunjungi dokter dikarenakan gejala yang mirip dengan flu. Scurvy memilikin gejala yang non-spesifik seperti :
Rasa tidak enak badan secara umum
Kelelahan
Nafsu makan yang berkurang
Mual
Diare
Demam
Nyeri pada persendiaan dan otot
Gejala akhir Scurvy :
Scurvy memiliki gejala dan tanda-tanda parah yang lebih spesifik seperti:
Gusi bengkak, kenyal dan berwarna keunguan sehingga rentan berdarah
Gigi longgar
Mata melotot (proptosis)
Pendarahan didalam kulit
Kulit bersisik, kering dan berwarna kecoklatan
Proses penyembuhan luka lamban
Pendarahan didalam pada sendi dan otot yang menyebabkan pembengkakan pada daerah tulang atas
Penyakit scurvy ini berpengaruh pada jaringan lunak rongga mulut yaitu membuat gusi menjadi berdarah. (Sauberlich et al., 1974)
Selain vitamin, hormon juga mempengaruhi jaringan lunak pada rongga. Penyakit pada jaringan lunak rongga mulut lebih mudah menyerang ibu hamil terutama bila berkaitan dengan hormon. Berikut ini merupakan penyakit akibat defisensi hormon pada ibu hamil:
Gingivitis
Gingivitis lebih rawan terjadi pada ibu hamil, sehingga terdapat istilah gingivitis kehamilan, yaitu keadaan klinis peradangan gingival yang terjadi pada kebanyakan wanita hamil (Lynch, 1984) keadaan ini disebabkan karena meningkatnya hormon seks wanita dan vaskularisasi gingival sehingga memberikan respon yang berlebihan terhadap faktor iritasi lokal (Barber dan Graber, 1974; Lynch, 1984; Sallis dkk, 1995). Dalam hal ini faktor iritasi lokal dapat berupa rangsangan lunak, yaitu plak bakteri dan sisa-sisa makanan, maupun berupa rangsangna keras seperti kalkulus, tapi restorasi yang tidak baik, gigi palsu dan permukaan akar yang kasar.
Secara klinis, gingivitis kehamilan ditandai dengan warna merah pada tepi gingival dan papilla interdental. Pada waktu yang sama, gingival membesar, disertai pembengkakan yang terutama menyerang papilla interdental. Gingival memperlihatkan kecenderungan yang meningkat terhadapat pendarahan pada saat menyikat gigi .Kadang-kadang penderita mengalami sedikit rasa sakit. (Adyatmaka, 1992; Pinborg, 1994; Scully dan Cawson, 1995; Sallins dkk, 1995).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pertumbuhan dan perkembangan pada jaringan lunak rongga mulut dipengaruhi oleh hormon dan vitamin.
Hormon merupakan zat yang disekresi oleh kelenjar tanpa saluran dan bereaksi di target organ, atau mediator kimia yang mengatur organ atau sel tertentu. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary yang dapat mempengaruhi jaringan lunak rongga mulut yaitu hormon FSH dan LH. Hormon pada wanita hamil dapat menyebabkan perubahan pada sistem hormonal dan vaskular juga meningkatkan metabolisme folat pada mukosa rongga mulut. Hormon yang berperan dan mempengaruhi beberapa perubahan yang terjadi di rongga mulut pada saat kehamilan adalah hormon seks steroid, yaitu hormon progesteron dan estrogen.
Sedangkan untuk vitamin, vitamin adalah zat senyawa kompleks yang dibutuhkan tubuh yang berfungsi untuk mambantu pengaturan kegiatan tubuh. Beberapa vitamin dapat dibuat oleh tubuh, dengan mengubahnya dari ikatan organik lain dan beberapa tidak dapat dibuat. Vitamin yang berpengaruh pada jaringan lunak rongga mulut yaitu Vitamin A (retinol) yang berguna untuk mencegah penyakit periodontal. Vitamin B yang dibagi menjadi 4 yaitu Vitamin B2 (Riboflavin), Vitamin B3 (Niacin), Vitamin B6 (Pyridoxin), Vitamin B12 (Cyanocobalamineang) dan Vitamin C (Asam Askorbat).
Apabila kurang dalam pengkonsumsian vitamin tubuh akan mengalami defisiensi vitamin sehingga tubuh dapat terserang berbagai penyakit diantaranya seperti Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) atau yang lebih dikenal dengan sariawan, stomatitis yangt dibagi menjadi 3 yaitu stomatitis mayor, stomatitis minor, stomatitis herpetiform, dan scurvy yaitu penyakit yang disebabkan karena defisiensi kronis vitamin C.
Seperti halnya defisiensi vitamin, defisiensi hormon juga dapat menyebabkan tubuh terserang berbagai penyakit. Tapi akan lebih rawan terjadi pada ibu yang sedang hamil. Penyakit yang diakibatkan oleh defisensi hormon antara lain seperti gingivitis. Gingivitis lebih rawan terjadi pada ibu hamil, sehingga terdapat istilah gingivitis kehamilan. Gingivitis ini disebabkan karena meningkatnya hormon seks wanita dan vaskularisasi gingival sehingga memberikan respon yang berlebihan terhadap faktor iritasi lokal
DAFTAR PUSTAKA
Sudjadi, B; Laila, S. 2007. Biologi SMA Kelas XII Semester Pertama. Jakarta. Yudhistira. Hal.3
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. EGC. Hal.6
Rahmadhan, A.G. 2010. Serba-Serbi Kesehatan Gigi & Mulut. Jakarta. Bukune. Hal.2-4
Kurniadhi, B. 1993. Jurnal Pengaruh tahap awal defisiensi Vitamin C pada serat Kolagen Gusi Cavia Porcellus dilihat secara Mikroskopik. Universitas Indonesia.
Aryulina, D. 2010. Biologi 2 SMA dan MA ntuk Kelas XI. Jakarta. Esis. Hal.165
Danbolt NC, 2001. Glutame U Take Prog Nevohiod : 65 (1)1-105
Burket, L W. 1971. Oral Medicine, Diagnosis and Treatment .Ed. ke-6. Philadelphia. JB Lippincot Company.
Barber, HRK; Graber, EA. 1974. Surgical Disease in Pregnancy. Philadelphia. WB Saunders Company. 257-258
Croley TE. Epithelial change in the oral mucosa resulting from a variation in hormone stimulus. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/282407. Accessed January 20, 2011.
Jones JH, Mason. Oral Manifestation of Systemic Disease. Philadelphia. WB Saunders Company. 2003. P. 183-5
Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(1): 50-56
Sayuti, H. 2004. Perawatan dan Pemeliharaan kesehatan gigi-mulut pada masa kehamilan. Fakultas kedokteran Gigi Universitas Sumatra, No.1 : 1-2
Johnson E.J., Russell R.M., 2010. Beta-Carotene. In: Coates P.M., Betz J.M., Blackman M.R., ed. Encyclopedia of Dietary Supplements. 2nd ed. London and New York: Informa Healthcare, 115-20
FAO/WHO, 2002. Vitamin A. In: Human Vitamin and Mineral. Requirements Report of Joint FAO/WHO Expert Consultation. 87-107.
Darwazeh A.M., Irbid, Jordan, Mohaya M.A., Riyadh. 2005. The Preliminary Program for First African and Middle-East IADR Federation Conference. Available from: http://www.iasj.net/iasj?func=fulltext&aId=41039 [Accessed 15 December 2013]
Sediaoetama A.D., 2012. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat
Tegeman C.A. & Davis J.R., 2010. Nutritional Care 3th ed. Saunders Elsevier. 251-9
Eschelemen M.M., 2007. Introductory Nutrition and Nutrition Therapy 3th ed. Raven Publisher. 212-13
Muhilal & Fasli J, 2006. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Widya Karya Pangan dan Gizi VI. 62-9
Decker R.T., 2006. Oral Manifestation of Nutrient Deficiencies. ADA Journal. 65:355-361
Murray R.K., Bender D.A., Botham K.M., Kennelly P.J., Rodwell V.W. 2012. Biokimia Harper Ed. 29. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Zieve, D., 2009. In Vitamin C: MedlinePlus Medical Encyclopedia. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002404.htm [Accessed 15 December 2014]
Mayo Clinic Staff, 2010. In Vitamin C (ascorbic acid). Available from http://www.mayoclinic.com/health/vitamin-c/NS_patient-vitaminc [Accessed from 15 December 2014]
Keogh K.M and Kamiensky, 2006.Vitamins and Minerals. In: Pharmacology Demystified. Mc.Grawhill Companies Inc., USA. 137-54
Padayatty, Sebastian J, Arie Katz, Yaohui Wang, Peter Eck, Oran Kwon, Je-Hyuk Lee, Shenglin Chen, Christopher Corpe, Anand Dutta, Sudhir K Dutta, and Mark Levine. 2003. Journal of the American College of Nutrition. American College of Nutrition. USA.p 35-18
Barber, HRK; Graber, EA. 1974.Surgical Disease in Pregnancy. Philadelphia. WB Saunders Company. 257-258
Hodges RE et al. Clinical manifestations of ascorbic acid deficiency in man. American Journal of Clinical role in health and disease. Lancaster, 1971, 24:432-443.
Kumar, Arun, Vasanthi Ananthakrishnan, Jaisri Goturu. 2014. Etiology and Pathophysiology of Recurrent Aphthous Stomatitis: A Review. International Journal of Current Research and Review 6(10):16-22
Pihlstrom, Bruce L., Bryan S. Michalowicz, Newell W. Johnson. 2005. Periodontal Diseases. The Lancet 366(9499):1809-1820
Lynch, MA, 1984, Burket Oral Medicine, Diagnosis and Treatment.. Ed. Ke-8. Philadelphia. JB Lippincot Company. 837-840
Pinborg, JJ. 1994. Atlas Penyakit Mulut, alih bahasa drg. Kartika Wangsaraharja. Ed. Ke .1 Binarupa Akasara. Jakarta. 226-227
World Health Organization,. ( 1991 ). International nomenclature of diseases. Vol. IV Metabolic, nutritional, and endocrine disorders. Geneva, World Health Organization, p. 283.\
World Health Organization. ( 1999 ). Scurvy and its prevention and control in major emergencie. World Health Organization
Sauberlich HE, Skala JH, Dowdy RP. Laboratory tests for the assessment of nutritional status. Cleveland, CRC Press, 1974
Scully, C; Cawson, RA 1995. Atlas Bantu Kedokteran Gigi Penyakit Mulut, alih bahasa Lilian
Adyatmaka, A. 1992. Buku Pegangan Materi Kesehatan Gigi Mulut Untuk Kegiatan KIA di Posyandu (UKGDM). Departemen Kesehatan RI. 1-8