ISSN : 1907-7556 PENGARUH DOSIS PEMUPUKAN KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BERBAGAI BERBAGAI ASAL JAGUNG PULUT ( Zea mays ceratina. ceratina. L) Ajang Maruapey Fakultas Pertanian Pertanian Universitas Universitas Muhammadiya Muhammadiyah h - Sorong Sorong
ABSTRACT
The study was aims to determine the effect of various doses of potassium fertilization fertilization on the growth and prodction of various of origins pulut corn, was carried out in the garden of the Faculty of Agricultur, Agricultur, Hasanudin University in makassar for 4 months, using a split plots design, consists of two factor factor,, namely, namely, the first factor pulut corn as main plot, the second factor was factor dose dose as experimental plots. plots. The result result showed that pulut corn from Bulukumba has highest production production about 4,35 ton/ha, whereas whereas treatment of potassium dose of 75kg/ha give a good influence on plant height, but had no effect effect on the other components of the observation. Interaction between the origin origin of Maros Maros pulut corn with potassium dose of 100 kg/ha give the hihets levels of amylopectin in maros pulut corn and fastest flowering about 29 days after planting. While pulut corn of Bulukumba give toughes average biomass about 11.083,33 11.083,33 kg/ha. Keywords : Pulut Corn, Dose, Pottasium Pottasium fertilizer PENDAHULUAN Latar Belakang
Jagung di Indonesia merupakan salah satu komoditi strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein yang mensubstitusi beras. Nilai kalori jagung hampir sama dengan beras bahkan jagung jagun g mempu mempunyai nyai keungg keunggulan ulan bila diban dibandingka dingkan n dengan beras disebabkan jagung mengandung asam lemak esensil yang sangat bermanfaat bagi ba gi pen ce cegah gahan an pen penya yakit kit arteriosclerosis arteriosclerosis,, yakni semacam penyempitan pembuluh darah. Selain itu kandungan minyak jagung yang non kolesterol ini juga dapat mencegah penyakit Pe Pell lleg egra ra (penyakit kulit kasar), (Warisno,1998). (Warisno,1998). Sebagai sumber karbohidrat kedua setelah be ra s, ja g un g me me ga n g pe ra na n pe nt in g sebagai bahan pangan di Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, jagungpun dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak dan bahan baku industri dengan tingkat kebutuhan yang besar. Bahkan penggunaan jagung sebagai pakan ternak menunjukan tendensi semakin meningkat pada setiap tahun dan sebalikn sebaliknya ya penggu penggunaan naan sebagai bahan pangan mengalami penurunan (Adisarwanto dan Widyastuti, 2009).
Peningkatan kebutuhan jagung dalam beberapa tahun terakhir ini tidak sejalan dengan peningkatan penin gkatan produk produksi si dalam neger negeri. i. Kerag Keragaan aan laju peningkata penin gkatan n produ produksi ksi jagun jagung g menunj menunjukkan ukkan bahwa laju pertumbuhan produksi jagung nasional ratarata negatif dan cenderung menurun, sedangkan laju pertumbuhan penduduk selalu positif yang berarti bera rti keb kebutuh utuhan an terus meni meningka ngkat. t. Kerag Keragaan aan total produksi dan kebutuhan nasional dari tahun ke tahun menunjukkan kesenjangan yang terus melebar, Kesenjangan yang terus meningkat ini jika terus di biarkan, konsekuensinya adalah peningkatan jumlah impor bahan pangan yang semakin besar, dan kita semakin tergantung pada negara asing (Askari dan Wahab, 2006). Kebutuhan jagung dalam negeri pada tahun 2009 cukup besar yaitu 17,66 juta ton pipilan kering per tahun dan diprediksikan pada tahun 2010 meningkat menjadi 19,80 juta ton pipilan kering dapat memenuhi kebutuhan Nasional yang dipenuhi dari kebutuhan dalam negeri, sementara sekitar 600.000 ton diimpor dari negara lain (BPS, 2010). Maka upaya peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan cara memperluas areal panen, meningkatkan produktivitas, mempertahankan stabilitas produksi, menekan senjang hasil, dan menurunkan kehilangan kehilangan hasil (Adisarwanto dan Widyastuti, 2009), selain itu
34
Jurnal Agroforestri VII Nomor 1 Maret 2012
upaya peningkatan produktivitas usaha tani jagung terlihat terutama pada daun bawah.Pembentukan sangat bergantung pada kemampuan penyediaan tongkol terpengaruh ujung tongkol bagian atas dan penerapan teknologi sistim budidaya tidak penuh berisi biji tidak melekat secara kuat yang benar-benar sesuai anjuran diantaranya, pada tongkol (Nashrayanshar, 2010). penggunaan benih bermutu, pengaturan jarak Karena itu, untuk mendapatkan hasil tanam, pengairan, pembrantasan hama dan jagung pulut yang lebih banyak pemberian pupuk penyakit, serta penggunaan pupuk (Sudadi dan dengan dosis yang tepat sangatlah diperlukan. Widada, 2001). Hal ini mutlak dilakukan untuk Dari banyak penelitian yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hara, demi menopang tanaman jagung ternyata pemupukan dengan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. pupuk kalium saja belum banyak dilakukan, Salah satu jenis jagung yang masih banyak karena itu data mengenai pengaruh pupuk kalium dikembangkan di beberapa daerah di Sulawesi terhadap pertumbuhan jagung dan produksinya Selatan adalah jenis jagung pulut atau waxy sangat jarang ditemukan (Mastina Djalil, 2003). corn. jagung pulut digunakan sebagai jagung Sehubungan dengan hal tersebut, Perlu dilakukan rebus dan jagung bakar karena rasanya enak penelitian lanjutan mengenai pengaruh berbagai dan pulen. Jagung pulut juga digunakan untuk dosis pupuk Kalium terhadap pertumbuhan pembuatan kue, jagung marning dan bubur dan produksi tanaman jagung pulut sehingga jagung (ba ssang). Peningka tan potensi hasil diketahui gambaran yang meyakinkan mengenai jagung pulut belum mendapat perhatian yang pengaruh dari pada pupuk kalium tersebut serius, yang ada di tingkat petani dan di pasaran Tujuan dari penelitian adalah untuk sekarang ini merupakan jagung pulut lokal jenis mengetahui pengaruh pemberian pupuk Kalium bersari bebas, Ukuran tongkol kecil, agak panjang terhadap pertumbuhan dan produksi jagung pulut dengan diameter 10-12 cm (Iriany dkk, 2003). dari empat kabupaten (Gowa, Sidrap, Bulukumba Oleh karena itu permintaan jagung pulut terutama dan Maros) di Sulawesi Selatan. untuk industri jagung marning tidak dapat dipenuhi. Salah satu cara untuk meningkatkan METODOLOGI PENELITIAN produksi jagung ini yaitu dengan menciptakan varietas jagung pulut yang unggul melalui Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun kegiatan pemuliaan. Balai Penelitian Tanaman Serealia Kabupaten Maros telah menemukan dua Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas varietas jagung pulut unggul yaitu Srikandi Putih Hasanuddin Makassar, yang berlangsung selama dan Maros Sintetik-2 (MS-2) dengan potensi hasil 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk yaitu masing masing 5,89 ton/ha dan 4,8 ton ha-1 rancangan petak terpisah (Split plot design), yang terdiri dari 2 faktor dimana faktor pertama sebagai (Anonim, 2008). Hasil penelitian terdahulu oleh Suryono petak utama adalah empat asal jagung pulut yaitu 2009, melaporkan bahwa jagung pulut asal : (J1) jagung pulut asal Gowa, (J2) jagung pulut Bulukumba pada dosis KCL 60 kg ha-1 Asal Sidrap, (J3) jagung pulut asal Bulukumba menghasilkan berat tongkol tanpa klobot dan berat dan (J4) jagung pulut asal Maros. Faktor kedua tongkol dengan klobot, dan bobot 1000 biji yang sebagai anak petak adalah dosis pupuk Kalium: (Ko) = Kontrol, (K 1) 50 kg Kalium ha terbaik tetapi tidak berpengaruh pada komponen yaitu 1 -1 -1 produksi justru perlakuan tanpa pupuk sangatlah , (K 2) 75 kg Kalium ha dan (J3) 100 kg ha . berpengaruh pada produksi. Kalium dibutuhkan Kedua faktor tersebut dikombinasikan menjadi oleh tanaman jagung pulut dalam jumlah paling 16 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 banyak dibanding N dan P. Pada fase pembungaan, kali sehingga terdapat 48 satuan petak percobaan. akumulasi hara K telah mencapai 60-75% dari Setiap petak percobaan terdapat 32 tanaman dan kebutuhannya. Jika K kurang, gejalanya sering jarak tanam 75 cm x 40 cm dengan ukuran tiap terlihat sebelum pembungaan yaitu pinggiran dan petak percobaan 2,75 meter x 3,5 meter. Bahan ujung daun menguning sampai kering. Hal ini yang digunakan adalah benih jagung pulut yang berasal dari Gowa, Sidrap, Bulukumba, Maros Pengaruh Dosis Pemupukan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Berbagai Asal Jagung
Jurnal Agroforestri VII Nomor 1 Maret 2012
35
dan pupuk yang terdiri dari : Urea 200 kg ha-1, 85 S, fungisida Dithane M-45. Alat-alat yang SP - 36 100 kg ha-1 sebagai pupuk dasar, dan digunakan adalah cangkul, rol meter, mistar, Kalium : 50, 75, dan 100 kg ha-1 digunakan sekop, timbangan, tugal, tali rafiah, patok, dan sebagai dosis perlakuan dan insektisida Sevin alat tulis menulis, dan lainnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Jagung Pulut Tabel 1. Rangkuman hasil analisis lanjutan pengaruh faktor tunggal asal jagung pulut dan dosis Kalium Jumlah Daun
Tinggi Tanaman
Perlakuan 4 MST
6 MST
8 MST
8 MST
Diameter. Batang
Tinggi Ked. Tongkol
Jumlah Tongkol
Umur Panen
(j1)
-
192,22a
211,93a
12,00ab
2,24a
107,10 a
1,1ab
79,0a
Sidrap (j 2) Jagung Pulut (J) Bulukumba (j 3)
-
162,80ab
175,34 b
10,81 b
1,81 bc
77,77 b
1,0 bc
71,7 b
-
199,02a
219,25 a
12,07 a
2,18ab
106,83 a
1,2a
85,0a
Maros
-
143,45 b
156,55 b
9,41c
1,71c
71,58 b
1,0c
71,7 b
0 (k 0)
85,50 b
157,88 b
177,19 b
-
-
-
-
-
50 (k 1)
89,72ab
176,16 a
196,64 a
-
-
-
-
-
75 (k 2)
91,82a
182,28 a
199,46 a
-
-
-
-
-
100 (k 3)
88,34 b
181,17 a
189,76ab
-
-
-
-
-
Gowa
Dosis Kalium (kg ha-1)
(j4)
Berat Tongkol + klobot
Berat Tongkol - klobot
Jumlah Baris Biji
Jumlah Biji/ Tongkol
Bobot 1000 Biji
Kadar Air Biji
Produksi
Gowa (j 1)
110,42a
99,58a
12,03a
239,28 a
324,48 a
24,31 a
4,29a
Sidrap (j 2)
99,75 b
86,50 b
10,00 b
210,83 b
262,87 bc
21,21 b
3,52 b
Bulukumba (j 3)
108,75a
101,08 a
10,97a
232,94 a
304,27ab
25,56 a
4,35a
Maros (j4)
99,17 b
85,75 b
10,00 b
210,21 b
247,83 c
24,26 a
3,47 b
0 (k 0)
-
-
-
-
-
-
3,74 b
50 (k 1)
-
-
-
-
-
-
3,82 b
75 (k 2)
-
-
-
-
-
-
3,92 ab
100 (k 3)
-
-
-
-
-
-
4,15a
Perlakuan
Jagung Pulut (J)
Dosis Kalium (kg ha-1)
Keterangan: Angka -angk a yang diiku ti oleh huruf ya ng sama pada ba ris dan kolom (a, b) berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT =0,0 α
Hasil analisis statistik menunjukkan umur 6 MST (199,02 cm), dan 8 MST (219,25 bahwa jagung pulut yang berasal dari Bulukumba cm). Demikian pula pada pengamatan jumlah menghasilkan rata-rata terbaik pada tinggi daun, yang ditunjukkan pada umur 6 MST tanaman 6 dan 8 MST, jumlah daun 8 MST, jumlah jagung pulut yang berasal dari Bulukumba tongkol, umur panen, berat tongkol tanpa klobot, menghasilkan jumlah daun terbanyak (12,7 kadar air biji dan produksi. Sedangkan jagung helai). Jagung pulut dari Bulukumba dan pulut yang berasal dari Gowa menghasilkan rata- Gowa diduga memiliki kemiripan genetik rata terbaik pada diameter tongkol, berat tongkol sehingga ekspresi yang ditampilkan oleh fenotipe dengan klobot, jumlah baris biji, jumlah biji per pertumbuhan keduanya tidak berbeda secara tongkol dan bobot 1000 biji. statistik dan memiliki perbedaan genetik dengan Hasil analisis lanjutan menunjukkan jagung pulut dari Sidrap dan Maros. Adanya bahwa jagung pulut yang berasal dari Bulukumba keragaman pertumbuhan dan perbedaan genetik menghasilkan tinggi tanaman tertinggi pada dimungkinkan oleh penggunaan sumber benih Ajang Maruapey
36
Jurnal Agroforestri VII Nomor 1 Maret 2012
di lapangan (benih lokal) yang digunakan petani akan diikuti oleh serapan nutrisi yang optimal juga beragam yang menyebabkan terjadinya pula, sehin gga proses fotosintesispun dapat perbedaan sifat-sifat tanaman di lapangan. optimal pula. Selanjutnya Salisbury dan Ross Setiap tanaman memiliki susunan genetik (1995), menyatakan bahwa kapasitas fotosintesis yang berbeda-beda sehingga karakter yang meningkat dengan bertambahnya jumlah dihasilkan oleh suatu tanaman berbeda pula dengan daun pada tanaman jagung. Pada komponen karakter yang dimiliki oleh tanaman lainnya. Hal pengamatan tinggi kedudukan tongkol, jagung ini dapat dilihat pada komponen pengamatan pulut yang berasal dari Gowa mengha silkan pertumbuhan seperti laju pemanjangan batang rata-rata kedudukan tongkol tertinggi (107,10 (tinggi tanaman) dan jumlah daun tanaman yang cm) dan berbeda tidak nyata dengan jagung pulut dikendalikan secara genetik. Menurut Gardner yang berasal dari Bulukumba. Meskipun tinggi et al ., (2008), laju pemanjangan batang dan kedudukan tongkol pada jenis jagung pulut dari jumlah daun tanaman dipengaruhi oleh genotipe Gowa dan Bulukumba memilki nilai rata-rata dan lingkungan. Posisi daun dikendalikan oleh yang berbeda dengan Sidrap dan Maros tetapi genotipe tanaman yang berpengaruh nyata secara umum letak tongkol pada batang relatif terhadap laju pertumbuhan daun sehingga jumlah sama yakni sekitar setengah dari tinggi tanaman, daun berbeda dari masing-masing varietas jagung hal ini menyebabkan tanaman lebih efektif dalam mengakumulasi hasil fotosintesis terutama dari yang digunakan. daun yang letaknya di atas posisi tongkol. Yasin Tinggi tanaman yang diperoleh sejalan dan Zubachtirodin (2004) menyatakan bahwa dengan pertambahan jumlah daun. Dengan sifat ideal bagi tanaman jagung, yakni tongkol semakin bertambahnya panjang batang maka berada pada posisi tengah yakni sekitar setengah semakin banyak terdapat ruas-ruas batang yang dari tinggi tanaman. merupakan tempat melekatnya daun (duduk Umur panen tercepat (71, hari) dihasilkan daun). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gardner et al ., (2008), yang menyatakan bahwa dari jagung pulut yang berasal dari Maros batang tanaman jagung tersusun atas ruas yang dan Sidrap dan sangat berbeda nyata dengan merentang diantara buku-buku batang tempat Bulukumba dan Gowa. Kemampuan suatu varietas untuk menghasilkan waktu panen yang melekatnya daun. lebih cepat tidak sama. Hal ini tergantung sifat Pengamatan diameter batang, menunjukkan genetik dan lingkungan. Suatu tanaman yang bahwa jagung pulut yang bera sal dari Gowa ditanam pada suatu daerah mempunyai umur menghasilkan rata-rata diameter batang terlebar panen lebih cepat, belum tentu ditanam pada (2,24 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan daerah lain mempunyai umur yang sama. Hal ja gun g pulu t dari Bulu ku mba dan sa ngat ini disebabkan lingkungan yang berbeda. Umur berbeda nyata dengan jagung pulut dari Sidrap panen sangat dipengaruhi oleh faktor cahaya dan Maros. Hasil ini lebih memperkuat alasan dan suhu. adanya kemiripan genetik antara jagung pulut dari Perbedaan karakter fenotipe yang muncul Gowa dan Bulukumba sehingga ekspresi yang tervisualisasi khususnya diameter batang tidak yang dapat dilihat disebabkan oleh adanya berbeda secara signifikan, serta didukung oleh perbedaan gen yang mengatur karakter-karakter kondisi lingkungan yang relatif tidak berbeda tersebut. Gen-gen yang beragam dari masingyang diperkuat oleh perbedaan kelompok atau masing varietas tervisualisasikan dalam karakterkarakter yang beragam. Hal ini sesuai dengan ulangan percobaan yang tidak signifikan yang dikemukakan Yatim (2001), bahwa setiap Tinggi tanaman dan jumlah daun yang gen itu memiliki pekerjaan sendiri-sendiri untuk cukup tinggi pada kedua jenis jagung pulut (Gowa menumbuhkan dan mengatur berbagai jenis dan Bulukumba) menyebabkan penerimaan dan karakter dalam tubuh. penyerapan cahaya matahari dapat maksimal. Jagung pulut yang berasal dari Bulukumba Menurut Tisdale and Nelson (1975) dalam Djalil (2003), serapan cahaya matahari yang maksimal memperlihatkan jumlah tongkol terbanyak Pengaruh Dosis Pemupukan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Berbagai Asal Jagung
Jurnal Agroforestri VII Nomor 1 Maret 2012 (1, 2 buah), tongkol tanpa klobot terberat (101,08 g), kadar air biji saat panen tertinggi (25,56%) dan produksi tertinggi (4,35 ton) dan berbeda tidak nyata dengan jagung pulut dari Gowa. Sedangkan jagung pulut yang berasal dari Gowa menunjukkan tongkol dengan klobot terberat (110,42 g), jumlah baris biji terbanyak (12,03 baris), jumlah biji terbanyak (239,28 biji), bobot biji terberat (324,48 g) tetapi tidak berbeda nyata dengan jagung pulut dari Bulukumba. Hasil pengamatan pada komponen hasil sejalan dengan komponen pertumbuhan, dimana jagung pulut yang berasal dari daerah Bulukumba dan Gowa tidak menunjukkan adanya perbedaan signifikan secara statistik tetapi memiliki perbedaan yang signifikan dengan yang berasal dari wilayah Sidrap dan Maros. Ekspresi fenotipe yang berbeda ini kemudian ditampilkan secara berbeda merupakan variasi genetik dari masingmasing asal jagung pulut. Genotip yang berbeda akan memberikan tanggapan yang berbeda bila ditanam pada lingkungan yang sama, demikian sebaliknya. Menurut Welsh (1991), dalam Haris dan Askari, (2008)., jika terdapat perbedaan antara dua individu pada lingkungan yang sama dan dapat diukur, maka perbedaan ini berasal dari variasi genotipe kedua tanaman tersebut. Kadar air biji saat panen tertinggi (25,56%) diperoleh pada jagung pulut dari Bulukumba, tetapi secara umum kadar air biji saat panen tidak berbeda secara signifikan dengan Maros dan Gowa, tetapi ketiganya berbeda dengan jagung pulut dari Sidrap. Kadar air biji yang tinggi panen memungkinkan terjadinya proses hidrolisis sehingga membentuk senyawa yang lebih sederhana misalnya glukosa, fruktosa, etanol dan sebagainya. Kadar air biji akan menurun sampai panen yang diakibatkan oleh proses fisiologis yang terjadi. Menurut Salunke dan Desai (1984), dalam Masdar (2003), pada saat tersebut terjadi polimerisasi dari senyawasenyawa sederhana membentuk senyawa yang lebih kompleks sampai terbentuk pati yang larut dalam air daan konsentrasi gula menurun.
37 oleh Muhadjir (1988) bahwa pembentukan tongkol pada batang sangat dipengaruhi oleh laju pemanjangan batang serta jumlah daun yang terbentuk, disebabkan bunga betina yang merupakan bakal tongkol jagung tumbuh pada ketiak daun sekitar pertengahan batang. Semakin bertambah jumlah daun semakin meningkatkan kapasitas fotosintesis. Fotosintesis yang berjalan efektif selanjutnya akan meningkatkan bahan kering tanaman. Bahan kering yang dihasilkan tanaman selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Jumin (2005) menyatakan bahwa bahan kering adalah penumpukan fotosintat pada sel dan jaringan. Fotosintat atau hasil bersih dari fotosintesa adalah hasil dari reduksi energi dengan penurunan energi akibat pernafasan. Dengan semakin banyaknya bahan kering yang terbentuk akibat besarnya penumpukan fotosintat akan menentukan pula besarnya distribusi fotosintat (pengalihan bahan kering) ke bagian ekonomis tanaman (tongkol), yang ditunjukkan oleh berat tongkol dengan klobot dan tanpa klobot yang tinggi. Efisiensi penggunaan cahaya matahari yang lebih tinggi melalui fotosintesis menyebabkan hasil tanaman yang diperoleh juga meningkat, dalam hal ini adalah biji jagung yang dihasilkan. Ukuran biji tergantung pada faktor-faktor yang mengendalikan penyediaan asimilat untuk pengisian biji. Lebih sedikit cahaya yang diterima oleh daun menyebabkan laju asimilat lebih lambat sehingga berpengaruh paling besar terhadap hasil biji (Goldswothy dan Fisher, 1992). Jumlah baris biji dan jumlah biji serta berat biji yang dihasilkan akan menentukan produksi biji pipilan yang dihasilkan baik secara kualitas maupun kuantitas. Gardner et al ., (2008) menambahkan bahwa semakin tinggi hasil fotosintesis, semakin besar pula penimbunan cadangan makanan yang ditranslokasikan ke biji dengan asumsi bahwa faktor lain seperti cahaya, air, suhu dan hara dalam keadaan optimal. Selain itu, hasil tanaman sangat dipengaruhi oleh sifat genetik dan kemampuan interaksinya terhadap lingkungan tumbuh yang berbeda-beda.
Banyaknya ruas yang terbentuk akibat pemanjangan batang dan pertambahan jumlah daun akan memungkinkan jumlah tongkol yang Menurut Takdir et al ., (1998), bahwa hasil dibentuk juga lebih banyak. Hal ini didukung biji jagung dipengaruhi oleh interaksi antara Ajang Maruapey
38
Jurnal Agroforestri VII Nomor 1 Maret 2012
genotipe dengan lingkungan, adanya interaksi bertumbuh yaitu pada bagian meristem ujung genotipe dengan lingkungan disebabkan oleh (pucuk) dan terdapatnya juga dalam jumlah yang kemampuan genotipe yang berbeda dalam lebih banyak pada jaringan tersebut dibandingkan memanfaatkan kondisi lingkungan. Kemampuan dengan bagian yang lebih tua. produksi tanaman jagung merupakan resultante Dosis pupuk Kalium 75 kg ha-1 merupakan dari beberapa faktor komponen produksi seperti dosis yang tepat untuk kebutuhan tanaman jagung jumlah baris biji dan berat biji yang dihasilkan pada awal pertumbuhannya sehingga tanaman yang digambarkan pada hasil akhir berupa jag ung memberikan respon yang lebih baik produksi biji pipilan kering. Jumin (2005), walaupun tidak berbeda secara signifikan dengan menyatakan bahwa produksi suatu tanaman dosis pupuk Kalium 50 kg ha-1 pada umur 4 MST merupakan resultante dari proses fotosintesa, dan dosis pupuk Kalium 50 dan 100 kg ha-1 pada penurunan asimilat akibat respirasi dan translokasi umur 6 dan 8 MST. Namun demikian, dosis 50 bahan kering ke dalam hasil tanaman. kg ha-1 tidak berbeda secara signifikan dengan dosis 0 kg ha-1. Setyamidjaja (1986), menyatakan Dosis Kalium bahwa respon tanaman terhadap pemberian pupuk Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa akan meningkat bila menggunakan dosis pupuk berbagai dosis Kalium hanya memperlihatkan yang tepat. Setiap tanaman perlu mendapatkan pengaruhnya pada komponen pengamatan tinggi pemupukan dengan dosis yang sesuai agar terjadi tanaman umur 4, 6 dan 8 MST dan produksi keseimbangan unsur hara di dalam tanah yang tanaman jagung. Secara umum, kalium sangat dapat menyebabkan tanaman dapat tumbuh dan be rp er an da la m me ra ng sa ng per tu mb uha n berkembang dengan baik serta menghasilkan akar tanaman. Perakaran yang optimal akan produksi yang optimal. mendukung suplai unsur hara ke dalam jaringan Selanjutnya, hasil analisis lanjutan tanaman sehingga akan mendukung pertumbuhan tanaman jagung, selain itu unsur K sangat menunjukkan bahwa dosis 100 kg Kalium -1 mempengaruhi laju pemanjangan batang terutama ha menghasilkan rata-rata produksi tertinggi pada jaringan yang aktif membelah pada bagian (4,35 ton) dan berbeda nyata dengan dosis 0 kg -1 -1 ujung tanaman (jaringan meristem). Baligar and Kalium ha dan 50 kg Kalium ha , tetapi tidak Barber (1978) dalam Masdar (2003), menyatakan berbeda nyata dengan dosis 75 kg Kalium ha 1 . Hal tersebut disebabkan unsur kalium yang bahwa secara alamiah K, berdifusi lewat tanah ke akar tanaman yang tumbuh pada daerah perakaran dikandung dalam pupuk Kalium memegang dan K memberikan efek yang nyata terhadap peran penting dalam meningkatkan ukuran dan berat biji. Unsur kalium berperanan penting pertumbuhan tanaman. . dalam pembentukan dan translokasi karbohidrat. Hasil analisis lanjutan menunjukkan bahwa Dalam hal ini diduga dengan pemberian pupuk dosis pupuk Kalium 75 kg ha-1 menghasilkan Kalium 100 kg ha-1 telah memberikan sokongan tanaman tertinggi pada umur 4 MST (91,82 cm) yang cukup untuk lancarnya translokasi dan dan berbeda nyata dengan dosis 0 dan 100 kg/ha. pe mb en tuka n ka rb oh id rat ya ng dipe rluk an Sedangkan pada umur 6 dan 8 MST, dosis pupuk untuk pertumbuhan organ generatif dalam hal Kalium 75 kg ha-1 juga menghasilkan tanaman ini pertumbuhan biji sehingga meningkatkan tertinggi (182,28 cm dan 199,46 cm) dan berbeda produksi yang dihasilkan. sangat nyata hanya dengan dosis 0. Hal ini diduga Hubungan antara produksi dengan dosis bahwa pada awal pertumbuhan tanaman jagung, kalium sangat berperan terutama dalam jaringan pupuk Kalium bersifat linier positif yang berarti yang aktif melakukan pembelahan (jaringan dengan semakin meningkatnya dosis Kalium meristem) pada bagian ujung. Hal tersebut setiap hektar akan semakin meningkatkan sejalan dengan pendapat Tisdale dan Nelson produksi tanaman yang terbentuk dengan nilai (1975), dalam Djalil, (2003), bahwa unsur kalium kofisien korelasi (r= 0,9129 atau 91,29 % lebih berperan terhadap pertumbuhan vegetatif produksi yamng terbentuk dipengaruhi oleh dosis tanaman terutama pada bagian yang sedang aktif Kalium yang diberikan. Pengaruh Dosis Pemupukan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Berbagai Asal Jagung
Jurnal Agroforestri VII Nomor 1 Maret 2012
39
enzim. Sementara Ka sn ia ri dan Supadma (2007), berpendapat bahwa unsur K berperan penting dalam meningkatkan ukuran dan berat biji. Hasil analisis menunjukkan bahwa dosis Kalium tidak berpengaruh pada hampir semua komponen pengamatan. Hal ini kemungkinan disebabkan selain karena kandungan unsur K yang rendah pada lokasi penelitian sesuai hasil analisis tanah, juga disebabkan KTK tanah yang tergolong rendah. Kapasitas Tukar Kation Gambar 1. Hubungan antara Dosis Kalium dengan (KTK) merupakan salah satu sifat kimia tanah rata-rata produksi tanaman jagung yang terkait erat dengan ketersediaan hara (ton ha-1) bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan Selanjutnya Lingga dan Marsono (2006) tanah, dengan indikasi KTK yang rendah menyatakan bahwa unsur K berperan penting menggambarkan ketersediaan unsur hara yang dalam pembentukan karbohidrat dan aktivitas rendah pula termasuk K. ( Nugroho, 2007). Interaksi Jenis Jagung Pulut dan Dosis Pupuk Kalium Tabel 2. Hasil Analisis Lanjutan Pengaruh Faktor Interaksi Asal Jagung dengan Dosis Kalium Parameter
Gowa
Umur Berbunga
Dosis Kalium (kg ha -1)
Asal
0 (k 0) (j 1)
Sidrap (j 2) Bulukumba (j 3) Maros
(j4)
Gowa (j1)
ab
b
a
a
a
(j3)
Maros (j4)
(j1)
Sidrap (j2) Kadar Amilopektin Bulukumba (j3) Maros (j4)
a
bc
a
1133,33 y
b
a
1416,67 x
2083,33 x
a
a
983,33 x
1108,33 y
c
60,24 xy a
64,50 xy b
a
1133,33 y a
2150,00 x a
1160,00 y bc
62,48 x
a
66,34 x
b
a
ab
1983,33 x
b
55,60 y a
71,62 x
a
29 y
64,74 xy 64,89 xy
54,73 y
36 x
30 y
1897,33 x
a
a
35 x
30 y
1056,67 x
33 xy
a
36 x
30 y
a
33 xy
a
36 x
38 x
ab
33 xy
74,09 x
100 (k 3) a
36 x
a
32 xy
75 (k2) b
37 x
c
Biomassa
Gowa
b
36 x
1716,67 x
Sidrap (j2) Bulukumba
50 (k1)
a a
61,76 x a
72,14 x
a
2166,67 x a
1266,67 y a
2216,67 x a
1206,97 y a
69,88 xy a
62,34 xy ab
57,92 y
a
74,21 x
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom (a, b) berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT =0,05/0 α
Ajang Maruapey
40
Jurnal Agroforestri VII Nomor 1 Maret 2012
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa diterima oleh tanaman termasuk pemupukan interaksi antara berbagai asal jagung pulut dengan menyebabkan laju fotosintesis meningkat. dosis pupuk Kalium memberikan pengaruh nyata Meningkatnya laju fotosintesis, maka CO2 yang terhadap umur berbunga jantan dan biomassa. diikat dalam proses fotosintesis tersebut akan Hasil analisis lanjutan menunjukkan bahwa lebih banyak daripada CO2 yang dilepaskan dalam jagung pulut yang berasal dari Maros pada dosis proses respirasi. Dengan demikian, asimilat yang pupuk Kalium 100 kg ha-1 menghasilkan umur dihasilkan lebih banyak berpengaruh terhadap berbunga jantan tercepat (29 hari) tetapi tidak pertumbuhan serta hasil tanaman. berbeda nyata dengan dosis Kalium lainnya pada Hasil analisis lanjutan menunjukkan penggunaan jenis jagung yang sama. Penggunaan bahwa jagung pulut yang berasal dari Maros dosis yang sama tidak berbeda dengan Sidrap dan memberikan respon tertinggi pada dosis 100 berbeda nyata dengan jagung pulut dari Gowa kg Kalium ha-1 dalam menghasilkan rata-rata dan Bulukumba. Perbedaan ini merupakan kadar amilopektin (74,21%) tetapi tidak berbeda indikasi respon setiap jenis jagung pulut yang nyata dengan jagung pulut dari Gowa dan Sidrap berbeda pada setiap pemberian perlakuan dosis dan berbeda nyata dengan jagung pulut dari pemupukan yang sama. Menurut Makmur (1988), Bulukumba. Berdasarkan hasil analisis lanjutan dalam Haris dan Askari (2008) penampilan yang dilakukan, dimana jagung pulut Maros suatu tanaman mungkin akan berfluktuasi memperlihatkan kadar amilopektin tertinggi pada pada suatu perlakuan yang berbeda, sebaliknya semua dosis Kalium dan tidak berbeda nyata. dimungkinkan pula diperoleh penampilan Komposisiamilosa dan amilopektin di tanaman dengan fluktuasi yang lebih kecil jika dalam biji jagung terkendali secara genetik. mendapatkan perlakuan yang sama. Lingkungan memberikan peranan dalam Jagung pulut yang berasal dari Gowa rangka penampakan karakter yang sebenarnya dan Bulukumba yang dipupuk dengan 100 kg terkandung dalam gen tersebut. Penampilan suatu Kalium ha-1 menghasilkan rata-rata biomassa gen masih labil, karena masih dipengaruhi oleh terberat (11.083,33 kg) dan berbeda nyata dengan faktor lingkungan sehingga sering didapatkan jagung pulut yang berasal dari Sidrap dan Maros tanaman sejenis tapi dengan karakter yang pada dosis Kalium yang sama, tetapi tidak berbeda. Gen-gen tidak dapat menye babkan berbeda nyata dengan dosis 75 kg Kalium ha-1 berkembangnya karakter terkecua li mereka masing-masing pada varietas yang sama. Hal ini berada pada lingkungan yang sesuai. Selain itu disebabkan pertumbuhan vegetatif pada jagung faktor genetis tanaman merupakan salah satu pulut dari Bulukumba dan Gowa yang lebih penyebab perbedaan antara tanaman satu dengan baik seperti jumlah organ fotosintesis yang lebih lainnya, (Ruchjaningsih dkk , 2000). banyak mendukung berlangsungnya fotosintesis Hasil penelitian menunjukkan bahwa guna pembentukan cadangan makanan untuk terdapat perbedaan antara kadar amilopektin pe rt um buh an da n per kem ban gan ta na ma n jagung pulut Maros dengan Bulukumba termasuk dalam mendukung potensi-potensi meskipun tidak berbeda dengan Gowa daan pertumbuhan baik generatif maupun vegetatif. Sidrap pada dosis 100 kg Kalium ha-1. Hasil ini Demikian pula, dengan adanya penambahan menegaskan adanya kontribusi unsur Kalium pupuk Kalium dengan dosis yang sesuai pada dalam meningkatkan kadar amilopektin di dalam tanaman menyebabkan proses fisiologis tanaman biji sebagaimana perannya terutama dalam berjalan dengan lebih baik, hal ini disebabkan pembentukan karbohidrat. Menurut Rosmarkan peran unsur K sebagai aktivator enzim yang dan Yuwono (2002), kalium secara fisiologis sangat penting dalam reaksi-reaksi fisiologis berfungsi dalam membentuk dan mengangkut menyebabkan laju penimbunan fotosintat yang karbohidrat, bilamana tanaman kekurangan berjalan optimal sehingga dihasilkan biomassa K maka akan terjadi akumulasi karbohidrat tanaman yang lebih berat. yang berakibat menurunnya kadar pati dalam Dahlan dan Prayogi, (2008) menyatakan tanaman. lebih banyak faktor-faktor pertumbuhan yang Pengaruh Dosis Pemupukan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Berbagai Asal Jagung
Jurnal Agroforestri VII Nomor 1 Maret 2012
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Sedangkan jagung pulut dari Bulukmba mengahsilkan rata-rata biomassa terberat 11.083,33 kg/ha.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebaga berikut :
Saran
1.
Jagung pulut dari empat asal yang diuji seluruhnya menunjukan bahwa jagung pulut asal Bulukumba mengahsilkan produksi tertinggi 4,35 ton ha-1.
1.
2.
Perlakuan dengan dosis pupuk Kalium 75 kg ha-1 berpengaruh baik pada tinggi tanaman tetapi tidak berpengaruh pada komponen pengamatan lainnya.
Pemberia n dosis pupuk Kalium belum memberikan konstribusi yang signifikan terhadap semua komponen pengataman sehingga perlu dilakukan peningkatan dosis pemberian pupuk Kalium, disamping tetap mencari waktu pemupukan yang tepat.
2.
Benih Jagung pulut dari hasil penelitian ini perlu dilakukan pengujian lanjutan dengan memperhatikan mutuh agar diperoleh galur yang lebih baik untuk dijadikan sebagai varietas unggul baru dengan tingkat produktivitas dan stab ilitas hasil yang tinggi.
3.
Interaksi antara jagung pulut asal maros dengan pupuk Kalium pada dosis 100 kg ha-1 menghasilkan rata-rata kadar amilopektin tertinggi pada jagung pulut asal Maros, dan umur berbunga tercepat 29 hari mst.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T., dan Y. E. Widyastuti, 2009. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut . Penebar swadaya Jakarta. 86 hal Anonim, 2008. Potensi Jagung Pulut, QPM, dan Provit – A Untuk Pangan Fungsional. http:// balitsereal.litbang deptan.go.id/ind/bjagung/.pdf. akses tanggal 6 pebruari, 2010. BPS, 2010. Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan, Makassar. Dahlan dan A.Z. Prayogi, 2008. Pengaruh Jarak Tanam Berganda Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung . Jurnal Agrisistem, Desember 2008, Vol 4. N0. 2. ISSN 1858 – 4330. 101-108 hal Djalil Mastina, 2003. Pengaruh pemberian Pupuk KCl Terhadap Pertumbuhan dan Pembentukan Komponen Tongkol Jagung Hibrida Andalas 4. Jurnal ISSN 0853-3776 Akreditasi no 53 dikti, kpm1999, tagl 11 maret 1999. Gardner, F.,T., Pearce R.B., Mitchell, R.L., 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjamah Herawati Susilo, pendamping Subiyanto Goldsworthy, P.R., dan N.M Fisher. 1992. The Physiology Of Tropical Field Crops (Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik , Terjemahan Tohari). Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 428 halHaris Kuruseng Dan M. Askari Kuruseng, 2008. Pertumbuhan dan Produksi Berbagai Varietas Tanaman Jagung Dua Dosis Pupuk Jumin, H., B. 2005. Dasar-dasar agronomi. Edisi Revisi. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta. 250 hal Kasniari, D.N., dan A. Nyoman Supadma, 2007. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (N, P, K) dan Jenis Pupuk Alternatif Terhadap Hasil Tanaman Padi (Oriza sativa L,) dan Kadar N,P, K Inceptisol Selemadep, Tabanan. Agrisitop, 26 (4) : 168-176, 2007. ISSN, 0215-8620.
Ajang Maruapey