cisi on - Making Maki ng dalam Mata Pendekatan Pembelajaran Kooperative dengan Metode D ecisio Pelajaran Bahasa Inggris Mata kuliah: Belajar Pembelajaran Dosen: Tri Sutanti, S.Pd., M.Pd.
1. PENDAHULUAN
Dalam rangka mempersiapkan tenaga-tenaga kerja profesional di masa depan, pendidik menerapkan strategi pembelajaran kooperatif untuk mengasah keterampilan. Pendekatan kooperatif memerlukan sebuah kerja sama tim. Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Namun, hasil dari kerja sama tim tidak selalu sesuai dengan harapan pendidik, misalnya keaktifan anggota kelompok yang tidak sama atau ketidakpuasan anggota kelompok yang dominan diantara anggota lain, sebagaimana yang telah dikemukakan ...individuals in groups do not automatically work harder, produce better products, nor learn more than those working alone (Gillies & Boyle, 2010; Kaye, 1992; Sharan, 2010). Group members often show less motivation and application than those working alone, and satisfaction with the group and effort may be inversely correlated. Students who worked hardest may be the least satisfied (Hathorn, 2000). Hathorn and Hathorn (2012:1). Untuk mengatasi masalah tersebut metode pembelajaran decision making atau pengambilan keputusan adalah alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan atau decision making ialah proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti. Pengambilan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta seseorang harus membuat prediksi ke depan, memilih salah satu diantara dua pilihan atau lebih, dan membuat estimasi (prakiraan) mengenai frekuensi kejadian berdasarkan bukti-bukti yang terbatas. Pengambilan keputusan disamping dilakukan dalam kehidupan dilakukan pula dalam bidang-bidang seperti psikologi, kedokteran, ekonomi, pendidikan, ilmu politik, teknologi, rekayasa, managemen, dan geografi. Dengan demikian, seseorang yang sedang membuat suatu keputusan sebenarnya ia menghadapi situasi yang tidak pasti (uncertainly). Fungsi pengambilan keputusan adalah individu atau kelompok baik secara insitusional ataupun organisasional, sifatnya furistik. Dalam metode decision making dibutuhkan penilaian dan pendapat yang berbeda dari setiap individu sehingga semua anggota kelompok akan mengutarakan pendapatnya. Metode ini dapat menggerakan individu supaya berpikir kritis untuk menyelesaikan sebuah masalah dengan cara yang logis diawali dengan pertanyaan dan pertimbangan kebenaran serta nilai apa yang sebenarnya ada dalam pertanyaan itu. Setiap individu juga dituntut kreatif untuk menemukan jawaban dari sebuah persoalan dan kemampuan leadership ( kepemimpinan ) akan sangat mempengerahui karena seorang pemimpin kelompok harus bisa menyimpulkan serta memutuskan hasil akhir dari semua pendapat atau ide yang telah disampaikan oleh anggota. Didalam model pembelajaran Decision – making akan ditemukan berbagai hal – hal yang bisa memaksimalkan tujuan pendidikan seperti adanya saling ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, tatap Muka, komunikasi antar anggota, Evaluasi proses kelompok. Jadi pola belajar kelompok dengan cara kerjasama antar siswa dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas siswa, pembelajaran juga dapat mempertahankan nilai sosial bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan. Ketergantungan timbal balik mereka memotivasi mereka untuk dapat bekerja lebih keras untuk keberhasilan mereka, hubungan kooperatif juga mendorong siswa untuk menghargai gagasan temannya bukan sebaliknya.
2. KAJIAN LITERATUR
a) Konsep teoritis tentang topik metode pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran decision-making. 1) Pengertian
Pembelajaran Kooperatif Slavin pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Isjoni pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan mengajar di mana murid bekerja sama di antara satu sama lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk menyelesikan tugas individu atau kelompok yang diberikan oleh guru. Taniredja pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugastugas yang terstruktur. Jadi pembeelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang bertentangan dengan pembelajaran konvensional dimana metode pembelajaran konvensional diutamakan guru sebagai pengarah dan siswa belajar secara individu, sedangkan metode pembelajaran guru hanya han ya sebagai penunjang dan d an siswa belajar secara bekerja b ekerja sama.
Model Pembelajaran Decision – Decision – Making Making Terry (Syamsi, 1995) pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih, tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang memungkinkan.
Robbins (2007), pengambilan keputusan adalah penentuan pilihan diantara dua atau lebih alternatif. Siagian (dalam Syamsi, 1995) bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Shull, Delbecq & Cummings (dalam Taylor, 1994) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai suatu kesadaran dalam proses manusia, menyangkut individu dan fenomena sosial, berdasarkan hal-hal yang fakta dan aktual yang menghasilkan pilihan dari satu aktivitas perilaku yang berasal dari satu atau lebih pilihan. Morgan (1986) bahwa pengambilan keputusan merupakan salah satu jalan dari penyelesaian masalah dimana kita dihadapkan dengan berbagai pilihan yang harus kita pilih. Baron & Byrne (2005) pengambilan keputusan merupakan tindakan menggabungkan dan mengintegrasikan informasi yang ada untuk memilih satu dari beberapa kemungkinan tindakan.
Sanjaya (2006) menyatakan pada metode pemecahan masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber dari peristiwa – peristiwa peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Dari semua pegertian diatas dapat disimpulkan bahwa decision-making atau pengambilan keputusan k eputusan merupakan merup akan suatu alternatif cara car a untuk menyelesaikan sebuah masalah secara sadar dengan memerhatikan situasi yang sedang terjadi kemudian mulai menyimpulkan hasil akhir dari beberapa pendapat dan kemungkinan yang ada. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran decision – making adalah metode pendekatan belajar dengan membentuk suatu kelompok kolektif yang harus menyelesaikan suatu masalah dengan membuat keputusan yang sebelumnya telah dianalisis kemudian dijelaskan dengan baik alasan keputusan dipilih secara logis dan relevan dengan keadaan sekitar. 2) Media
Gambar yang menampilkan suatu kejadian yang menarik yang terdiri dari 2 atau lebih orang dalam gambar. Vidio potongan Vidio potongan sebuah film fil m tanpa suara. Alat yang digunakan digun akan LCD dan proyektor.
3) Langkah – langkah langkah penerapan
Guru memberi tujuan dan rumusan masalah kepada siswa yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Guru memberi gambar kepada siswa. Guru menjelaskan tugas yang akan diselesaikan oleh siswa. Siswa membentuk kelompok terdiri dari 2 sampai 4 siswa dan memilih satu ketua kelompok. Seacara kelompok siswa mengambil gambar dan kemudian mengidentifikasi apa yang terjadi dalam gambar tersebut. Secara kelompok siswa menganalisis masalah apa yang terjadi dalam gambar. Secara kelompok siswa menjelaskan hasil diskusi kelompok dan memberi alasan dari penilaian yang dihasilkan. dihasil kan. Secara kelompok siswa mempraktekan masalah yang terjadi dalam gambar dengan melakukan adegan dan percakapan yang sesuai dengan hasil pandangan mereka terhadap gambar tersebut. Secara kelompok siswa memberi kesimpulan tentang masalah yang telah mereka simpulkan dengan kondisi yang terdapat pada lingkungan sekitar. Secara kelompok siswa memberi tindakan apa yang tepat untuk menghadapi masalah tersebut. Kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil diskusi. 4) Aplikasi dalam pembelajaran Desicion-making merupakan model pembelajaran yang fleksibel atau bisa diterapkan dalam tujuan pembelajaran apapun seperti pada penelitian – penelitian yang telah dilakukan dalam jurnal dan artikel yang akan dijelaskan sebagai berikut ;
Aplikasi dalam pebelajaran pada jurnal penerapan decision – making di kelas bisnis Metropolitan State College of Denver. Pertama, jurnal yang meneliti tentang penerapan model pembelajaran desicion – making dalam kelas bisnis. Siswa ditugaskan untuk membentuk kelompok kemudian mereka harus menganalisis mana perusahaan yang mempunyai potensi besar untuk berinvestasi. Para peserta dalam penelitian ini adalah 136 mahasiswa akuntansi dari Metropolitan StateCollege of Denver yang secara acak dialokasikan untuk 29 kelompok antara tiga dan tujuh anggota. Setelah menganalisis perusahaan seperti mencari kelemahan dan keuntungannya maka setiap kelompok telah memiliki satu perusahaan. Kemudian, sebagai tanda keikutsertaan kelompok setiap anggota harus mendistribusikan uang sejumlah kurang dari seratus dolar kepada anggota kelompok (selain diri mereka sendiri) berdasarkan kontribusi dari masing-masing anggota. Uang tersebut dianggap sebagai investasi untuk perusahaan. Diakhir sesi siswa ditanya tentang potensi investasi perusaahan yang mereka pilih. Investasi disini, adalah investasi jaka panjang selama 10 tahun dan tidak ada penarikan dana investasi.
Aplikasi dalam pembelajaran pada artikel penerapan metode belajar kooperatif. Kedua, artikel seorang pendidik yang menerapkan metode pembelajaran kooperatif dikelas. Pendidik mengalokasikan 40 menit untuk kegiatan bekerja sama di dalam kelas. Kegiatan kerja kelompok ini diterapkan setelah 6 minggu pelajaran yang mana guru masih menjadi fasilitator utama. Hal tersebut bermanfaat guna mengenal kemampuan siswa tentang kemampuan sosial dan akademik mereka, sehingga kemampuan antar kelompok akan sepadan. Setiap kelompok menentukan sendiri nama untuk kelompoknya. Kemudian nama kelompok dan anggota ditulis sesaui urutan abjad lalu dikumpulkan kepada pendidik. Ketua kelompok diubah – ubah ubah oleh pendidik setiap memulai tugas baru, urutan ketua dipilih sesuai urutan nama anggota yang telah dikumpulkan.
Aplikasi dalam pembelajaran pada jurnal studi percobaan mahasiswa sastra Aarhus School of Business (ASB) in Denmar Ketiga, jurnal ini menguraikan sebuah studi percobaan yang dilakukan pada musim semi di Aarhus School of Bisnis (ASB) di Denmark dari kelompok siswa sarjana sastra. Penelitian ini dilatar belakangi masalah pemilihan kata dalam membuat teks karena ada kata yang memiliki lebih dari satu makna seperti yang dicontohkan Flower “a conflict between where […] [he/she is] and where […] [he/she wants] to be; that is, between […] [his/her] present state and […] [his/ her] goals, or between […] [his/her] own goals” ( Jensen, 2012 : 1 ). Siswa dalam penelitian ini berjumlah 14 dan diminta secara berpasangan menentukan kata yang tepat untuk membuat sebuah teks. Mereka diperbolehkan membuka kamus atau internet sebagai alat. Karena banyaknya persamaan kata yang ditemukan sehingga pemilihan kata merupakan sebuah pemecahan masalah yang harus deselesaikan menggunakan cara decision – decision – making making ( pemutusan masalah ).
b) Hasil penelitian dan pengkajian tentang metode pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran decision-making.
Hasil penelitian dari jurnal penerapan decision – making di kelas bisnis Metropolitan State College of Denver. Gambar 1 Rata – rata rata investasi usaha grup. 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0
Less Effort
Equal Effort
More Effort
Grafik oleh Hathorn ( 2012 : 7 ) Dalam gambar satu menunjukkan bahwa rata-rata investasi $ 20.800 untuk kelompok Equal Effort ( usaha yang biasa saja ) secara signifikan lebih rendah daripada rata-rata investasi kedua kelompok lainnya (rata-rata $ 30.810 dan $ 31.723 untuk kelompok usaha rendah dan tinggi berturut-turut).
Hasil penelitian dari artikel penerapan metode belajar kooperatif. Penerapan metode pembelajaran kooperative bermanfaat bagi pendidik seperti menghemat waktu dan energi, menghemat biaya, membuat siswa memiliki ingatan yang lebih baik terhadap materi, mencegah suasana kelas yang berantakan, mengatasi siswa yang pemalu, dan meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Tetapi, penerapan metode pembelajaran kooperatif dalam jangka panjang akan menimbulkan siswa menjadi kurang perhatian terhadap pendidik. Seperti pada tabel dibawah Glosser ( 2016 : 2 ) The facilitator distributes and collects materials for the group. Instead of dealing with 28 students, I am dealing with 7 group facilitators. This saves me a lot of time and energy.
Manipulatives are very important but expensive for grades K through 8. Instead of asking the principal for 28 sets of fraction pieces, I ask for 7 sets (one for each group). This saves school funds. Having one set of manipulatives per group reduces the time needed to put things away at the end of an activity. Students sometimes explain things to each other better than a teacher can to a n entire class of students. This usually results in better retention of material. Questions are more likely to be asked and answered in a group setting. This saves a lot of time over a long question-and-answer question-and-answer session with the entire class, which can cause some students to become bored. Students today seem to have a much shorter attention span than they did years ago. With cooperative learning used on regular basis, they are less likely to become restless or misbehave during a teacher-directed part of a lesson since they know they will have time in groups. Varying from teacher-directed to group-directed activities prevents your class from falling into a rut. Shy students are more likely to ask and answer questions in a group setting. The same is true of low-skills students. Today's job market is looking for people with good interpersonal and problemsolving skills. Regular participation in cooperative learning activities can help develop and hone these skills.
Hasil penelitian dari jurnal studi percobaan mahasiswa sastra Aarhus School of Business (ASB) in Denmar Dalam penelitian ini telah dicatat beberapa kasus yang ditemukan saat penelitian dilakukan, dibuat dalam tabel seperti dibawah No reason is given
13
Nothing better
Support on the
Personal
can be found
Internet
evaluation
3
1
6
Discussion of
Want to get on Tentative solution
lexical meaning
2
with it
1
1
Tabel oleh Jensen ( 2012 : 14 ) Tabel menunjukkan kategori di mana pengambilan keputusan dapat terstruktur.
Kasus pemilihan kata tanpa alasan, ditemukan 13 kasus. Terdapat 3 kasus memilih kata karena tidak menemukan kata lain. Mengutamakan penggunaan internet terdapat 1 kasus. Evaluasi pribadi terhadap keputusan terdapat 6 kasus.
Mendiskusikan kata – kata dalam kamus terdapat 2 kasus. Sosolusi sementara memiliki 1 kasus dan menginginkan anggota kelompok lain memiliki 1 kasus juga. c) Analisis hasil penelitian metode pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran decision – decision – making making
Analisis hasil penelitian dari jurnal penerapan decision – making di kelas bisnis Metropolitan State College of Denver Gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata investasi $ 20.800 untuk kelompok yang usahanya sama secara signifikan lebih rendah dari rata-rata investasi untuk dua usaha kelompok lainnya (rata-rata $ 30.810 dan $ 31.723 untuk kelompok usaha rendah dan tinggi berturut-turut). Hal ini menunjukkan bahwa individu dalam kelompok usaha yang sama kurang mendukung kesimpulan kelompok . Hasil usaha kelompok yang rendah adalah indikasi dari kemalasan sosial, individu yang berada di kelompok ini muncul untuk mengikuti kesimpulan kelompok mereka.Usaha kelompok yang tinggi tampaknya yakin pada kesimpulan kelompok yang konsisten dengan fakta bahwa individu-individu dalam kelompok ini menginvestasikan sejumlah proporsional lebih besar dari upaya dalam proyek. Sebuah analisis dari ukuran kelompok pada upaya dari anggota kelompok yang individual menemukan bahwa kurang dari 10 persen dari peserta pada kelompok yang terdiri tiga anggota diklasifikasikan sebagai upaya rendah .Hal ini secara signifikan lebih rendah dari jumlah peserta yang tergolong usaha rendah dalam kelompok lain persentase berkisar antara 28 sampai 40. Temuan ini konsisten dengan literatur yang telah mendokumentasikan bahwa ukuran kelompok optimal adalah tiga anggota. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa ada bukti dari pengadaan pembelajaran kooperatif dengan pengambilan keputusan dalam kelompok dengan beberapa tingkat. Para siswa upaya rendah mendasarkan keputusan individu pada keputusan kelompok, menunjukkan kemalasan sosial sedangkan siswa yang usahanya sama menunjukkan kurangnya dukungan untuk temuan kelompok. Dalam kelompok pun terdapat kemalasan sosial didukung karena ada peningkatan kemalasan sosial dalam kelompok yang lebih besar dari tiga anggota. Kemalasan sosial dalam kelompok juga terjadi karena adanya perbedaan kemampuan siswa serta masih ada egoisme dalam kelompok.
Analisis hasil penelitian hasil penelitian dari artikel penerapan metode belajar kooperatif. Seperti dalam tabel yang berisi hasil dari penerapan metode belajar kooperatif, dapat dimengerti bahwa pendidik akhirnya menemukan bagaimana cara yang baik untuk membentuk mitra kelompok selama tahun sekolah. Pendidik menetapkan kelompok secara terorganisir dan untuk mengatasi jika terjadi emosi yang mungkin bisa terjadi dalam kelompok, pendidik menetapkan pasangan kelompok baru setiap penandaan periode. Dengan diadakannya kelompok belajar pendidik menjadi bisa beradaptasi dengan susasana kelas yang biasanya bising, pendidik jadi bisa mengerti mana kebisingan yang akademiki atau tidak. Pendidik juga menemukan bahwa siswa lebih
cepat dan terlatih dengan diterapkannya belajar kelompok. Pembagian satu media pembelajar untuk setiap kelompok akan menghemat dana pendidik. Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan belajar kelompok juga lebih efektif daripada menerapkan belajar individual karena karena guru hanya akan berurusan dengan fasilitator kelompok tetapi hal itu tidak akan membuat ketidakadilan karena anggota kelompok lain bisa mengajukan pertanyaan. Tugas kerja kelompok peratama yang diberikan sederhana dan mudah. Hal itu memberikan siswa kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan pasangannya. Siswa juga diminta d iminta untuk membuat nama sendiri, hal ini dapat membuat siswa senang s enang karena siswa akan memiliki kebanggaan yang telah mereka miliki di awal dengan nama kelompok yang mereka anggap keren. Dari semua hasil yang dirasakan pendidik dengan menerapkan belajar kelompok, dapat menyimpulkan bahwa belajar kelompok baik diterapkan meskipun sering tetapi pembelajaran kooperatif tidak boleh digunakan sembarangan. Namun, bila digunakan dengan rencana, dapat menawarkan banyak manfaat.
Analisis hasil penelitian dari jurnal studi percobaan mahasiswa sastra Aarhus School of Business (ASB) in Denmar Sebagaimana hasil dari studi percobaan yang dicatat dalam tabel merupakan hasil yang bersifat kualitatif, hasilnya tidakdapat disamakan dengan keadaan secara umum. Sebaliknya, mereka dapat digunakan untuk menghasilkan hipotesis yang dapat digunakan di dalam kelas dan dalam studi penelitian lebih lanjut. Mengacu pada tabel kasus yang banyak ditemui adalah kasus siswa tidak memberi alasan tantang pilihan yang telah mereka capai, hal ini dapat diasumsikan bahwa siswa tidak mengungkapkan dukungan untuk keputusan mereka karena tidak memiliki kemampuan untuk externalise pengalaman dalam pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan , meskipun mereka telah melakukan tugas-tugas yang disebutkan di atas untuk memperkuat kemampuan pemutusan masalah. Selain itu, dapat diasumsikan bahwa kemampuan berkomunikasi juga mempengaruhi pengambilan keputusan serta alasan keputusan itu diambil. Siswa yang tidak memiliki kemapuan komunikasi akan sulit mengutarakan ide mereka meskipun mereka memiliki keyakin tentang kebenaran pilihan mereka. Yang menjadi pokok kedua adalah kasus evaluasi secara personal dan tidak menemukan pilihan yang lebih baik, kasus ini dapat diasumsikan karena siswa tidak pandai dalam menggunakan alat – alat bantu dalam menerjemahkan. Siswa tidak memiliki strategi dalam mencari sehingga mereka melakukan evaluasi sendiri terhadap pilihan mereka. Dua kesimpulan utama yang dapat diturunkan dari penelitian ini adalah (1) siswa tidak mampu externalise pikiran, keputusan dan masalah (2) siswa tidak mampu menggunakan alat-alat seperti Internet atau kamus monolingual untuk mengklarifikasi masalah terjemahan. Dengan demikian terdapat perspektif lanjut yaitu sangat penting bahwa siswa belajar bagaimana memberikan alasan untuk pilihan mereka dalam pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan, tidak hanya sebagai bagian dari menjadi seorang penerjemah yang kompeten, tetapi juga sebagai bagian dari kehidupan kehidup an profesional mereka bekerja sama dengan profesional lainnya. Penerjemah profesional harus mampu mendukung dan membuat pilihan eksplisit jika mereka menjadi anggota tim kolaboratif dalam tempat kerja. Selain itu, dalam banyak kasus, para siswa merasa tidak yakin tentang keputusan yang dicapai. Hal ini dapat mengarah pada kesimpulan bahwa mereka tidak kompeten dalam menggunakan alat-alat seperti Internet atau kamus monolingual. Strategi pencarian mereka mungkin tidak cukup tepat untuk Internet, dan
mereka tampaknya enggan untuk menggunakan kamus monolingual, karena internet selalu di tangan dan tampaknya lebih cepat untuk digunakan.
3. RANCANGAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah Matapelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Skill Alokasi Waktu
: SMA Kirin : Bahasa Inggris : X / 1 (Wajib) Courage to Reveal Reveal Opinion’. : ‘Show The Courage : Speaking : 1 JP (3x45 menit)
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI 1 KI 2
KI 3
KI 4
: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tahun ya tentang ilmu pengetahuan, pen getahuan, teknologi, teknolo gi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
No 1.
2.
3.
Kompetensi Dasar Indikator 1.1. Mensyukuri kesempatan dapat 1.1.1. Mengungkapkan rasa syukur setiap mempelajari bahasa Inggris sebagai saat mendapat kesempatan belajar bahasa pengantar Komunikasi bahasa Inggris. internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar. 2.1.Menunjukkan perilaku santun dan 1.2.1. Menyapa guru dan teman dengan peduli dalam melaksanakan santun. komunikasi interpersonal dengan guru dan teman. 4.2.Menyusun teks lisan untuk 4.2.1.Mengucapkan tindak tutur menyatakan dan merespon ungkapan menyampaikan pendapat dan menyatakan pendapat dan pikiran, meminta pendapat disertai dengan memperhatikan fungsi sosial, responnya secara lisan.
struktur teks, dan unsur kebahasaan 4.2.2.Menggunakan tindak tutur yang benar dan sesuai konteks. menyampaikan pendapat dan meminta pendapat disertai responnya secara lisan sesuai konteks C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti serangkaian pembelajaran, peserta didik mampu : (Spiritual) 1.1.1 Menunjukkan semangat mengikuti pembelajaran dengan mengungkapkan rasa syukur setiap saat mendapat kesempatan. 1.1.2
Menunjukkan keseriusan mengikuti pembelajaran.
(Sikap Sosial)
2.1.1
Menunjukkan perilaku santun dalam berkomunikasi interpersonal dengan guru dan teman.
2.1.2
Menunjukkan perilaku peduli dalam berkomunikasi interpersonal dengan guru dan teman.
2.1.3
Mampu bekerja dalam kelompok sosial.
2.1.4
Mampu menjadi pemimpin yang bertanggung jawab.
(Pengetahuan)
3.3.1
Mengidentifikasi unsur intrinsik dalam gambar atau vidio.
3.3.2
Menemukan unsur ekstrinsik dalam gambar atau vidio.
3.3.3
Mengidentifikasi suatu masalah.
3.3.4
Menganalisis suatu masalah yang berkaitan dengan lingkugan sekitar.
3.3.5
Menemukan suatu pemecahan masalah.
3.3.6
Menunjukan keberanian untuk berbicara dalam bahasa inggris.
3.3.7
Mengekspresikan pendapat dan peran.
D. Materi Pembelajaran
Materi
: Gambar.
Fungsi sosial
: Menghilangkan kebosanan, mendorong berpikir kritis dan logis, mampu besosial, menganalisis suatu masalah, peduli lingkungan sekitar, mengatasi masalah, mengekspresikan pendapat. :
Unsur kebahasaan
Giving Opinion - In my opinion.. - I think.. - I fell.. - I believe..
-
I personally believe.. I personally believe.. To my mind.. In my case..
Well, personally..
Giving Suggestion - You should.. - You had better.. - You ought to..
-
It seems that..
-
I advise you to.. I suggest you to.. I recommend you to..
E. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan Model Strategi
: Kooperative Learning : Decision – Decision – Making Making : Pegamatan, pemodelan, kerja kelompok, dan mempraktekkan ( Role play )
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran Pembelajaran
Media Alat Sumber Pembelajaran
: Gambar. : Laptop, speaker, LCD, proyektor, buku, alat tulis. : Kurikulum 2013, https://www.youtube.com/watch?v=LDJZVQfv-9I
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ke- 1 Kegiatan Pendahuluan 25 menit a. Mengucapkan salam. b. Mengecek kehadiran. c. Memberi motivasi. d. Menyanyikan lagu bahasa inggris The Script “Superheroes” e. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diberikan. - How is your opinions about social of teenager lately? - How do you think about youth deliquency? f. Menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti 90 menit Pengelompokan
Observasi
Eksplorasi
- Peserta didik membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari 4 – 5 anggota. - Menentukan nama kelompok sesuai hasil keputusan bersama. - Setiap kelompok mengidentifikasi dan menganalisis gambar yang telah diberikan pendidik. - Setiap kelompok mengamati keterkaitan gambar dengan lingkungan sekitar. - Setiap kelompok membuat case building yang sesuai dengan gambar dan keterkaitannya dengan lingkungan sekitar. - Setiap kelompok menentukan pemecahan masalah. - Setiap kelompok menentukan
-
Publikasi
-
Komunikasi
-
-
keputusan terbaik sebagai tanggapan untuk masalah. Setiap kelompok membuat suatu teks kejadian yang menggambarkan peristiwa dalam gambar. Setiap kelompok menjelaskan masalah yang mereka temukan. Setiap kelompok menjelaskan alasan tentang keputusan mereka. Setiap kelompok memperagakan cerita yang telah dibuat dan sesuai dengan gambar. Setiap kelompok menjelaskan tanggapan dan tindakan yang mereka anggap benar mengenai masalah. Setiap kelompok diperbolehkan memberi tambahan, tanggapan, atau sanggahan kepada kelompok lain.
Penutup 5 menit Menyimpulkan hal – hal hal yang telah dipelajari. Memberi salam.
H. Penilaian
: Non Test ( pengamatan langsung, mengamati jalannya kegiatan dari awal hingga akhir ) Aspek Penilaian : Sikap : Non Test ( ( pengamatan langsung, mengamati bagaimana keseriusan peserta didik terhadap tugas, bagaimana cara peserta didik berinteraksi dengan guru dan teman, bagaimana cara peserta didik bekerja sama dengan anggota kelompok ) Pengetahuan : Non Test ( pengamatan langsung, penggunaan struktur teks, unsur kebahasaan, ide yang ditemukan ) Ketrampilan : Non Test ( pengamatan langsung, penampilan saat mempraktikan role ) player ) Bentuk Instrumen dan Instrumen Presentasi Masalah ( menjelaskan secara umum persepsi kelompok mereka tentang gambar yang telah diberikan ) Role play ( memerankan sebuah peristiwa yang menggambarkan situasi yang relevan dengan gambar yang telah diberikan beserta adanya dialog didalamnya ) Presentasi hasil pengambilan kepututusan ( menjelaskan keputusan apa yang diambil untuk menyikapi masalah dan menjelaskan alasan keputusan diambil ) Pedoman Penskoran Penilaian Sikap Teknik
No.
Butir Sikap
Deskripsi
1.
Jujur
5: selalu jujur 4: sering jujur
Perolehan skor
2.
Bertanggung jawab
3.
Kerjasama
4
Disiplin
5
Percaya diri
3: kadang-kadang jujur 2: jarang jujur 1: tidak pernah jujur 5: selalu tanggung jawab 4: sering tanggung jawab 3: kadang-kadang tanggung jawab 2: jarang tanggung jawab 1: tidak pernah tanggung jawab 5: selalu kerjasama 4: sering kerjasama 3: kadang-kadang kerjasama 2: jarang kerjasama 1: tidak pernah kerjasama 5: selalu disiplin 4: sering disiplin 3: kadang-kadang disiplin 2: jarang disiplin 1: tidak pernah disiplin
5: selalu percaya diri 4: sering percaya diri 3: kadang-kadang percaya diri 2: jarang disiplin percaya diri 1: tidak pernah percaya diri
Penilaian Pengetahuan No . 1.
Butir Sikap
Deskripsi
Pengucapan
2.
Intonasi
5 = Hampir sempurna 4 = ada kesalahan tapi tidak mengganggu makna 3 = ada beberapa kesalahan dan mengganggu makna makna 2 = banyak kesalahan dan mengganggu makna 1 = terlalu banyak kesalahan sehingga sulit dipahami 5 = Hampir sempurna 4 = ada kesalahan tapi tidak mengganggu makna 3 = ada beberapa kesalahan dan mengganggu makna makna 2 = banyak kesalahan dan mengganggu makna 1 = terlalu banyak kesalahan sehingga sulit dipahami
3.
Ketelitian
4.
Pemahaman
5.
Kelancaran
5 = sangat teliti 4 = teliti 3 = cukup teliti 2 = kurang teliti 1 = tidak teliti 5 = sangat memahami memahami 4 = memahami 3 = cukup memahami 2 = kurang memahami 1 = tidak memahami 5 = Sangat lancar 4 = Lancar 3 = Cukup lancar 2 = Kurang lancar 1 = Tidak lancar
Perolehan skor
Penilaian Ketrampilan No . 1.
Butir Sikap
Deskripsi
Struktur dan unsur kebahasaan benar
5 = Hampir sempurna 4 = ada kesalahan tapi tidak mengganggu makna 3 = ada beberapa kesalahan dan mengganggu makna makna 2 = banyak kesalahan dan mengganggu makna 1 = terlalu banyak kesalahan sehingga sulit dipahami 5 = Selalu memiliki ide – ide ide kreatif 4 = Sering memiliki ide – ide ide kreatif 3 = Beberapakali memiliki ide – ide ide kreatif 2 = Pernah memiliki ide – ide ide kreatif 1 = Tidak pernah memiliki ide – ide ide kreatif 5 = Selalu menampilkan gestur dan ekpresi sesuai 4 = Sering menampilkan gestur dan ekpresi sesuai 3 = Beberapakali menampilkan gestur dan ekpresi sesuai 2 = Pernah menampilkan gestur dan ekpresi sesuai 1 = Tidak pernah menampilkan gestur dan ekpresi sesuai
2.
Memiliki ide ide kreatif – ide
3.
Menampilka n gestur dan ekpresi sesuai
Perolehan skor
Konverensi Penilaian Predi Nilai Kompetensi kat Pengetahuan Ketrampilan A 4 4 A3.66 3.66 B+ 3.33 3.33 B 3 3 B2.66 2.66 C+ 2.33 2.33 C 2 2 C1.66 1.66 D+ 1.33 1.33 D1 1 Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup Baik K = Kurang Baik
Sikap SB B
C
K
Yogyakarta, 14 April 2014 Mengetahui Kepala Sekolah SMA Kirin
Sugiarto M.Pd NIP 123456789101234567 1234567891012345 67
Guru Mata Pelajaran
Galuh Andini NIP 199704142020042414 19970414202004 2414
I. Lampiran
Gambar untuk pertumuan pertama
4. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
a) Pentingnya metode pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran decision – dalam proses pembelajaran making dalam Pembelajaran kooperatif merupakan metode pendekatan pembelajaran yang berbeda dengan metode tradisional yang berfokus pada guru sebagai fasilitator utama, pada metode kooperatif peserta didik diminta untuk bekerja sama dengan peserta didik lain dan guru bukan lagi fasilitator utama. Dalam metode pembelajaran kooperatif diperlukan berbagai model pembelajaran sehingga kegiatan belajar kolektif bisa terstruktur, salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam metode pendekatan pembelajaran kooperatif kooperati f adalah model pembelajaran decision – making ( pengambilan keputusan ). Model pembelajaran decision making merupakan proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti dengan memilih alternatif – alternatif alternatif yang sekiranya paling tepat sebagai penyelesaian masalah. Pentingnya decision – making making dalam pendidikan yaitu, dalam semua kelompok maupun organisasi pasti akan selalu membuat keputusan atau decision – making. Pengaruh dari keputusan tersebut akan menjangkau masalah dari yang “sepele” sampai pada masalah yang vital bagi kelangsungan hidup organisasi, atau dengan kata lain, semua keputusan memiliki pengaruh baik besar atau kecil pada kinerja organisasi tersebut. “Pengambilan Keputusan” melukiskan proses pemilihan suatu arah tindakan sebagai cara untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Tujuan pengambilan keputusan ada dua ; 1.) Bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) 2.) Bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif)
Decision – making pastinya memiliki banyak fungsi dalam proses pembelajaran, diantaranya ;
1.) Menganalisis masalah Kemampuan menganalisis suatu masalah sangat diperlukan bagi para peserta didik karena akan mempengaruhi hasil keputusan akhir. Jika peserta didik telah salah diawal dalam mengenali masalah maka peserta didik tidak akan mengerti dampak yang mungkin disebabkan oleh masalah tersebut dana bagaimana masalah itu muncul. Contoh nyata, misalnya ketika peserta didik diberikan tugas untuk menterjemahkan suatu teks bahasa asing dan mereka menggunakan alat bantu penerjemah kemudian menemukan 2 kata yang yang memiliki makna sama. Jika mereka tidak memahami konteks teks maka kata yang digunakan akan merusak arti teks yang sebenarnya. 2.) Merumuskan tujuan Dalam sebuah kelompok harus ada sebuah tujuan yang ingin dicapai. Dengan begitu, kelompok harus membangun kriteria untuk menilai alternatif solusi yang ada. Contoh nyata, misalnya peserta didik mengerjakan sebuah tugas dan menargetkan waktu untuk menyelesaikan setiap tahap mencapai hasil yang diinginkan, sehingga kelompok memiliki aturan sendiri tanpa dikendalikan hal lain. 3.) Mengidentifikasi setiap alternatif yang ada Semua anggota kelompok harus memberikan alternatif sehingga akan ada banyak pilihan alternatif. Jika alternatif yang ditawarkan sedikit, peserta didik tidak akan belajar mengidentifikasi mana alternatif yang paling tepat. Contoh nyata, misalnya semua anggota kelompok berpendapat saat melihat sebuah gambar, apakah persepsi mereka positif atau negatif setelah melihat gambar tersebut. Kemudian dipilih persepsi yang paling baik sebagai keputusan terakhir. 4.) Mengevaluasi hasil keputusan Setelah mengidentifikasi solusi-solusi alternatif, peserta diskusi harus ‘mengetes’ kebaikan-kebaikan relatif dari tiap-tiap pilihan dengan kriteria-kriteria yang penting menurut kelompok. Perbandingan ini tidak terjadi secara otomatis. Di dalam setiap kelompok, perlu ada individu-individu yang mampu mengingatkan kelompok tentang sisi positif dan negatif dari setiap alternatif yang diajukan. Contoh nyata, peserta didik memberi penjelasan tentang alasan keputusan itu diambil, seperti ketika peserta didik harus memilih kata yang benar untuk melengkapi kekosongan pada kalimat yang kemudian dijelaskan mengapa kata itu paling diyakini untuk dipilih. b) Pengembangan metode pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran decision – making Penerapan metode pendekatan pembelajaran kooperatif dapat dikembangkan dengan berbagai model pembelajaran salah satu menggunakan model pembelajaran decision – making. Model pembelajaran decision – making atau pengambilan keputusan merupakan model pembelajaran yang sangat fleksibel karena dapat diterapkan dalam berbagai bidang studi bahkan tidak hanya sebatas di dunia pendidikan. Pengembangan model pembelajaran decision – decision – making making misalnya peserta didik diminta untuk mengamati sebuah gambar yang dapat menimbulkan berbagai persepktif yang berbeda dari masing – masing individu kemudian ditentukan alternatif sebagai pemecahan masalah tersebut. Contoh lain yaitu membuat sebuah teks bahasa asing yang diksi ( pilihan kata) menjadi poin utama penilaian, karenanya peserta didik akan menganalisis setiap kata yang artinya sama. Decision – making juga sangat cocok diterapkan dalam kelas bisnis, misalnya saat pengambilan keputusan investasi terhadap perusahaan, mana perusahaan yang sangat menjajikan dapat
menghasilkan keuntungan. Dalam melaksanakan pengambilan keputusan diperlukan sebuah proses diantaranya, mengidentifikasi, analisis, memilih alternatif, dan evaluasi. Selain itu, ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam decision – making, diantaranya ; 1.) Operation riset yaitu dengan menggunakan metode-metode scientific (yang meliputi tehnik-tehnik matematis) dalam analisis dan pemecahan suatu masalah tertentu. Contoh penerapan tehnik ini adalah usaha inventarisasi. 2.) Linear programming yaitu dengan menggunakan rumus-rumus matematik yang disebut juga faktor analisis. 3.) Probability yaitu dengan teori kemungkinan yang dapat diterapkan pada kalkulasi rasional atas hal-hal yang tidak normal, mengenai sebuah keputusan yang dipertimbangkan dan diperhitungkan. 4.) Ranking and statistical weighting yaitu yaitu dengan cara : - Melokalisasi berbagai faktor yang akan mempengaruhi keputusan terakhir. - Menimbang faktor-faktor yang dapat dibandingkan dan yang tercakup didalam setiap alternatif. c) Kesimpulan Dari semua pembahasan maka dapat dimengerti bahwa metode pendekatan pembelajaran kooperatif memiliki banyak manfaat jika dilakukan dengan sebuah perencanaan yang baik sehingga kegiatan pembelajaran akan terorganisir. Model pembelajaran decision – decision – making making bisa menjadi variasi yang tepat untuk penerapan metode pendekatan pembelajaran kooperatif, karena dalam decision – making peserta didik dididik untuk berpikir kritis, bekerja sama dengan upaya yang sama antar setiap anggota, belajar tentang dunia kerja nyata saat menentukan keputusan, belajar untuk lebih perhatian terhadap masalah, dan mengerti dampak – dampak dampak dari setiap pilihan yang diambil.
REFERENSI
(Ditulis sesuai penulisan daftar pustaka) Corey, Gerald. 2005. Theory and Practice of Counseling &Psichoterapy . Seventh edition. USA: Broks/Cole Thompson Davis, E.M. (1983). The Effect OfDisposisional Empathy on Emotional Reaction and A Multidimensional Approach. Journal Of personality, 51, 167-187
4.
LAMPIRAN
Jurnal
Helping: