PENATAAN RUANG PUBLIK PADA KAWASAN KAMPUNG BATIK LAWEYAN
Mata Kuliah Arsitektur Kota dan Permukiman
Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Wiwik Setyaningsih, MT.
1.
Dyah Nikmah Rizkiani
I0215024
2.
Ria Erin Andriani
I0215075
3.
Shintadewi Maitsaa’ Haniifah Haniifah I0215083
4.
Sisilia Rosalina Kirana
I0215084
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017
i
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR DAFTAR PUSTAKA PUSTAKA ............................................................................................................... ............................................................. .................................................. ii BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN ........................................................................................... ............... 1
A.
LATAR BELAKANG .................................... ........................................................ .............................................................. ...... 1
B.
PERMASALAHAN .................................................. .................................................... 2
C.
TUJUAN .............................................................................................. ......................... 2
D.
SASARAN .............................................. ..................................................... ...................................................................... ................. 3
E.
BATASAN.............................................. ..................................................... ...................................................................... ................. 3
BAB II TINJAUAN TINJAUAN TEORI .......................................................... ........................................... 4
A.
TINJAUAN TEORI ARSITEKTUR KOTA DAN PERMUKIMAN .......................... 4
B.
TINJAUAN TEORI RUANG RU ANG PUBLIK ..................................... .................................. 7
BAB III PEMBAHASAN PEMBAHASAN DAN ANALISIS .......................................................................... 11
A.
KONDISI GEOGRAFIS KAMPUNG BATIK LAWEYAN ..................................... 11
B.
SEJARAH KAMPUNG BATIK LAWEYAN .............................................. ............. 12
C.
POTENSI FISIK KAMPUNG BATIK LAWEYAN .......................... ....................... 13
D.
POTENSI NON FISIK KAMPUNG BATIK LAWEYAN ........................................ 18
E.
ANALISIS RUANG PUBLIK KAMPUNG BATIK LAWEYAN ............................ 21
BAB IV KESIMPULAN KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. ................................ 33
A.
KESIMPULAN ................................................. .................................................... .......................................................... ...... 33
B.
SARAN ....................................................................................... ................................ 33
DAFTAR DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ .............. iii
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ruang terbuka berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan khususnya aspek sosial masyarakat di suatu kota atau kawasan. Ruang terbuka umum merupakan tempat penting untuk melakukan kegiatan fungsional maupun aktivitas insidentil yang mempertemukan sekelompok masyarakat dalam keramaian yang sifatnya periodik (Car, 1992:ix). Ruang terbuka saat ini menjadi sebuah bagian penting dari kehidupan sosial masyarakat dan penyediaannya merupakan keperluan mendesak dalam suatu kota atau kawasan.(Car, 1992: 3). Keberadaan ruang terbuka dapat memberikan berbagai manfaat untuk sebuah kota atau kawasan, baik manfaat fisik maupun sosial. Secara fisik dan visual, ruang terbuka dibutuhkan untuk memberikan keindahan dan udara segar diantara padatnya bangunan dan tingginya intensitas kegiatan masyarakat. Selain itu dengan komponen atau objek di dalam-nya, ruang terbuka kota dapat menyampaikan pesan secara fungsional, simbolis, dan persuasive kepada masyarakat. Manfaatnya akan lebih banyak bila ruang terbuka tersebut dapat mengkomunikasikan nilai sejarah budaya (Trancik, 1986:86). Oleh karena itu, ruang terbuka harus mengupayakan preservasi didalamnya, baik terhadap komponen sejarah, budaya, maupun alam. Ruang publik sebagai sarana yang mendukung keberlangsungan hidup masyarakat, ruang publik harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Ruang publik baik terbuka maupun tertutup harus dapat memfasilitasi warganya untuk beraktivitasm beraspirasi, hingga memberikan rasa kepemilikan terhadap ruang publik tersebut sebagai identitas suatu kota atau kawasan tempat ruang publik itu berada. Kampung Batik Laweyan, merupakan kawasan kampung wisata batik. Berdirinya kampung ini memiliki sejarah yang panjang, dari awal abad ke-15 pada saat munculnya Kerajaan Pajang, hingga memegang peran penting dalam pertumbuhan pergerakan nasional pada tahun 1911. Menilik dari sejarah panjang Kampung Batik Laweyan ini, menjadikan kawasan Kampung Batik Laweyan ini menjadi satu kawasan yang dijadikan sebagai objek wisata budaya, dengan batik menjadi “point of interest”-nya. interest”-nya. 1
Kampung Batik Laweyan yang menjadi objek wisata menyebabkan banyak wisatawan baik domestik maupun non-domestik yang datang ke Kampung Batik Laweyan. Kondisi ini tentunya membutuhkan penataan fasilitas umum yang dapat menunjang kenyamanan dari wisatawan. Wisatawan di Kampung Batik Laweyan ini selain dapat membeli kain batik, mereka juga dapat mempelajari tentang proses pembuatan batik. Kondisi ini tentunya membutuh suatu wadah untuk kegiatan edukasi batik yang dilakukan di kawasan Kampung Batik Laweyan. Kebutuhan ruang publik pada kawasan Kampung Batik Laweyan semakin meningkat dengan terbentuknya Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) pada 25 September 2004. FPKBL ini mempunyai kegiatan yang berorientasi pada edukasi dan pengembangan kawasan Kampung Batik Laweyan. Kegiatan ini berpotensi mendatangkan wisatawan baik domestik maupun non-domestik sehingga Kampung Batik Laweyan sangat membutuhkan ruang publik sebagai wadah kegiatan. Melihat peran dan keberadaan ruang publik di kawasan Kampung Batik Laweyan yang kurang tertata, padahal ruang publik merupakan salah satu hal yang urgensi keberadaannya. Maka penataan ruang publik di kawasan Kampung Batik Laweyan ini perlu dilakukan dengan mempertimbangan syarat-syarat ruang publik agar tercipta ruang publik yang sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan mas yarakat.
B. PERMASALAHAN
1.
Bagaimana identifikasi karakter dari elemen-elemen ruang publik yang ada di kawasan Kampung Batik Laweyan?
2.
Bagaimana kriteria atau syarat-syarat kondisi ruang publik yang sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan masyarakat dalam beraktifitas?
3.
Bagaimana penataan kawasan Kampung Batik Laweyan sesuai dengan syarat-syarat keberadaan ruang publik?
C. TUJUAN
1. Mengidentifikasi karakter dari elemen-elemen ruang publik yang ada di kawasan Kampung Batik Laweyan.
2
2. Mengetahui syarat-syarat kondisi ruang publik yang sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan masyarakat dalam beraktifitas. 3. Melakukan penataan kawasan Kampung Batik Laweyan sesuai dengan syarat-syarat keberadaan ruang public
D. SASARAN
1. Penataan ruang publik pada kawasan Kampung Batik Laweyansebagai wadah kegiataan masyarakat dan wisatawan. 2. Penataan fasilitas penunjang berupa ruang parkir, peneduh, dan sarana toilet di kawasan Kampung Batik Laweyan untuk menunjang sebagai kawasan wisata.
E. BATASAN
Melakukan penataan ulang ruang publik pada kawasan Kampung Batik Laweyan sebagai kawasan wisata. Penataan ruang publik berupa penyediaan ruang publik yang dapat digunakan bersama; penataan sirkulasi dan ruang parkir; serta penyediaan fasilitas penunjang ruang publik berupa peneduh dan sarana toilet di kawasan Kampung Batik Laweyan.
3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. TINJAUAN TEORI ARSITEKTUR KOTA DAN PERMUKIMAN
Urban design atau desain yang berkenaan dengan kota adalah suatu interdisiplin dalam bidang yang kompleks, meliputi: arsitektur, lansekap arsitektur, perencanaan kota (urban planning), sipil dan rancang-bangun transportasi, psikologi, permukiman, hukum dan keahlian khusus lainnya. (Hamid Shirvani). Dari pengertian tersebut sangatlah sulit untuk dibahas dalam satu paradigma disiplin ilmu, sehingga perlu ditentukan “ Domain “ atau wilayah kerja dari urban design. Sasarannya adalah untuk mewujudkan kualitas fisik lingkungan kota, dalam hal ini meliputi desain fisik dan ruang lingkungan(fungsi-kapasitas). (The physical and spatial design of the environment). Domain urban design adalah “ The exterior of individual buildings”, yaitu mendesain ruang yang berada diantara bangunan-bangunan gedung. Dalam pengertian lain, bahwa wilayah / domain urban design adalah: menentukan elemen-elemen tertentu pada bentuk fisik kota yang berkaitan dengan tujuan untuk mempercantik/memperindah lingkungan meliputi; pohon/vegetasi, street furniture, paving, pencahayaan, signs dan lain sebagainya. (Barnett, 1974) Saat ini, urban design dengan tegas mengarah pada tiga kelompok sasaran yang berbeda dengan tiga orientasi yang berbeda pula, yaitu; pengembangan/pembangunan, konservasi dan masyarakat (Human Needs). Elemen-elemen pada urban design, yaitu: 1. Land Use (Tata Guna Lahan) Tata guna lahan saat ini telah menjadi fokus dari perencanaan fisik tradisional seperti halnya rencana pengembangan komunitas. Hal itu sangat jelas bahwa tata guna lahan masih menjadi salah satu unsur/elemen kunci pada desain kota. Keputusan tata guna lahan adalah untuk menetapkan hubungan antara sirkulasi, parkir dan kepadatan aktivitas/penggunaan ruang (intensitas) di dalam wilayah perkotaan.
4
2. Building form and massing (Bentuk dan Massa Bangunan) Peraturan Penetapan wilayah/zoning keberhasilannya tergantung pada aspek bentuk fisik dengan pengaturan ketinggian bangunan yang spesifik, kemunduran bangunan (setback) terhadap garis jalan, dan rasio pemenuhan lahan / building coverage.
3.
Ciirculation and Parking (Sirkulasi dan Parkir) Sirkulasi dan parkir merupakan kebutuhan sarana transportasi, terutama di kota-kota besar, baik untuk transportasi dalam kota maupun antar kota. Elemen parkir memiliki dua dampak/pengaruh pada kualitas lingkungan, yaitu: a. Survival/kelangsungan hidup dari aktivitas komersial pusat kota.(dimana tempat parkir adalah penting) b. Dampak visual yang tidak menyenangkan pada bentuk fisik dan fabric kota. Oleh karena itu perlu penerapan regulasi mengenai penggunaan auto mobil serta penyediaan parkir area yang cukup dan perencanaan yang atraktif. Penggunaan gedung parkir dan tempat parkir di basement guna mewujudkan kualitas visual.
4.
Open Space (Ruang Terbuka) Open space dapat memiliki arti yang berbeda-beda dalam pandangan profesi yang berbeda. Dalam konteks urban design open space digambarkan sebagai all landscape berupa hardscape yaitu jalan, pedestrian, taman dan tempat rekreasi di area urban/perkotaan. Open space selalu menjadi elemen penting dan bagian integral dalam urban design setelah desain arsitektur. Secara fisik antara ruamg publik, semi publik, dan ruang privat memiliki pembatas berupa hard space dan soft space. Open space dapat mendukung & menghubungkan bermacam-macam aktivitas, seperti pejalan kaki dan rute sepeda, area pejalan kaki bersejarah, waterfront area atau dapat sebagai " structured linkages " / struktur hubungan terhadap koordinat budaya, komersial dan kompleks pemerintahan.
5
5. Pedestrian Ways (Jalur Pedestrian) Sarana jalan untuk pejalan kaki sangat penting untuk mendukung area perbelanjaan baik di pinggir kota maupun di pusat kota, oleh karena itu pedestrian ways merupakan elemen yang esensial dalam urban design. Selain untuk mendukung keindahan lingkungan dan sistem kenyamanan, juga sebagai elemen pendukung penjual eceran / PKL (retailing) dan sekaligus sebagai daya hidup (vitality) dari urbanspaces.
6. Activity Support (Aktivitas Pendukung) Aktivitas Pendukung meliputi semua penggunaan yang memperkuat urban ruang publik untuk aktivitas satu dengan yang lain selalu saling melengkapi. Bentuk, lokasi, karakter dari area spesifik akan menarik fungsi, penggunaan dan aktivitas
yang spesifik pula. Antara fungsi dan kegiatan harus melihat aspek
kontekstual dan serasi dengan lingkungannya sehingga memiliki hubungan saling ketergantungan. Aktivitas pendukung sepanjang jalan dapat berupa window shopping, kios, cafe yang dilengkapi dengan street furniture, vegetasi, penunjuk jalan, lampu penerangan dan sebagainya. Aktivitas pendukung tidak hanya mendukung pedestrian ways atau plaza tetapi juga mempertimbangkan fungsi utama dalam penggunaan elemen kota yang lain dan fasilitas umum seperti; department stores/toko serba ada, recreational parks, civic center, public library dan sebagainya.
7.
Signage (Papan Nama) Papan nama dapat berupa billboard, tanda petunjuk arah jalan, papan iklan (advertising), petunjuk nama atau fungsi bangunan tertentu. Papan nama dapat digunakan di tempat tertentu seperti kantor, toko, rumah makan, hotel, dan sebagainya. yang ditempati oleh tanda tersebut, misalnya: toko, rumah makan, hotel dan sebagainya. Papan nama dapat menjadi sebuah refleksi karakter dari lokasi/kawasan. Sehingga papan nama ini harus harmonis dengan bangunan arsitektur setempat. 6
Papan Iklan salah satunya merupakan elemen visual yang penting dalam urban design, sehingga harus diatur sedemikian rupa te rhadap posisi/lokasinya, ukurannya, warna dan materialnya. Pengaturan ini disesuaikan agar tidak mengganggu manusia dalam berkegiatan, misalnya menghindari silau.
8. Preservation (Pelestarian/Pemeliharaan) Preservation tidak hanya terfokus pada tempat dan struktur bersejarah saja, melainkan memiliki pandangan yang cukup luas. Struktur dan tempat bersejarah yang signifikan harus memiliki kehidupan berkelanjutan. Upaya untuk memelihara selama mungkin terhadap potensi ekonomi yang vital, potensi budaya yang penting. Di dalam urban design, preservasi harus diarahkan pada proteksi/perlindungan terhadap eksisting yang sudah ada. Tujuan dari preservasi adalah untuk mengontrol proses perubahan lingkungan yang ada.
B. TINJAUAN TEORI RUANG PUBLIK
Pengertian umum ruang publik yaitu ruang tempat atau ruang yang terbentuk karena adanya kebutuhan akan tempat untuk bertemu ataupun berkomunikasi. Pada dasarnya, ruang publik ini merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu dari manusia baik secara individu maupun berkemlompok. (Hakim,R, Utomo,H, Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap, 50). Ruang atau tempat publik merupakan tempat di mana siapapun berhak untuk datang tanpa merasa terasing karena kondisi ekonomi maupun sosialnya. Ruang publik dirancang untuk dapat memfasilitasi dan mendukung aktivitas manusia yang terdapat di dalamnya. Sehingga, ruang publik seharusnya dirancang sesuai kebutuhan manusia, yang menggunakan ruang tersebut. Dari kebutuhan manusia sebagai pengguna ruang publik itulah yang akan menentukan keberhasilan suatu ruang publik.
1. Lima kebutuhan dasar yang dapat memenuhi kepuasan ruang publik (Stephen, 1992, dalam Deazaskia, P, 2008) a. Kenyamanan; merupakan syarat mutlak untuk keberhasilan sebuah ruang publik. Seberapa lamanya pengguna berada di ruang publik merupakan salah satu 7
indicator dari kenyamanan. Kenyamanan juga ditentukan oleh faktor lingkungan seperti angina, sinar matahari, dan lain-lain. serta fasilitas-fasilitas lain seperti tempat duduk. b. Relaksasi; relaksasi termasuk dalam kenyaman secara psikologi, yang lebih berkaitan dengan tubuh dan ikiran. Dalam pengaturan perkitaan elemen-elemen alam seperti pepohonan, tanaman, dan air yang kontras dengan keadaan sekitar seperti kemacetan lalu lintas dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi lebih santai. c. Keterikatan pasif; keterikatan pasif dengan lingkungan dapat menimbulkan perasaan santai namun berbeda dengan pemenuhan kebutuhan yang dikaitkan dengan lokasi atau keadaan ruang publik tersebut. d. Keterikatan aktif; meliputi pengalaman langsung dengan tempat dan orang-orang yang berada di tempat tersebut. Dengan berada dalam waktu dan tempat yang sama dengan orang lain )yang belum dikenal) dapat memungkinkan terciptanya kesempatan untuk berinteraksi sosial. e. Penemuan; mempresentasikan keinginan untuk mendapatkan pemandangan dan pengalaman baru yang menyebangkan ketika mereka berada di suatu ruang pub lik.
Ruang publik juga harus memenuhi beberaoa fakor agar berhasil, yaitu dari segi aksesibilitas. Ruang publik harus tetap dapat diakses bagi seluruh penggunanya dan dapat merefleksikan komunitas dari kawasan yang berkaitan. Sehingga segala bentuk aktivitas, termasuk aktvitas komersial di dalam ruang publik harus dapat membuat para enggunanya merasa ikut dilibatkan dalam aktivitas tersebut. Akibatnya, masyarakat akan mengenali ruang tersebut sebagai milik mereka juga, yang akan memperkuat image dan identitas dari tempat di mana ruang publik tersebut berada.
2. Beberapa teori tentang ruang publik (Trancik, R, 1986) a. Teori Figure Ground Pendekatan Figure Ground adalah suatu usaha untuk mengolah eksis ting figure ground dengan cara penambahan, pengurangan, atau pengubahan pola
8
geometris. Teori ini merupakan analisa hubungan antara massa bangunan dan ruang terbuka. 1) Urban Solid ; adalah pola ruang dibentuk oleh gubahan bangunan yang menutupi tanah (building coverage) dan berwarna hitam (dihitamkan) 2) Urban Void ; adalah pola-pola drawing plan yang terbentuk dari jaringan jalan, ruang terbuka dan lain-lain yang tidak tertutup oleh massa bangunan dan pada gambar berupa pola ptih. Tipe urban void terdiri dari : (1) ruang terbuka berupa pekarangan; (2) ruang terbuka diantara bangunan yang berbeda; (3) jaringan jalan dan lapangan; (4) area parkir publik; (5) sistem ruang terbuka yang berbentuk liniear dan cirviliar .
b. Teori Linkage Lingkage berupa garis semu yang menghubungkan antara elemen yang satu dengan yang lain. Garis ini bisa berbentuk jaringan jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka, yang berbentuk segaris dan sebagainya. Menurut Fumihiko Maki, linkage adalah semacam perekat kota yang sederhana, suatu bentuk upaya untuk mepersatukan seluruh tingkatan kegiatan yang menghasilkan bentuk fisik dari suatu kota. Dalam teori ini, Maki membagi menjadi 3 tipe linkage urban space: 1) Compositional Form: bentuk ini tercipta dari bangunan-bangunan yang berdiri sendiri secara 2 dimensi. Linkage dinyatakan dengan jelas secara tidak langsung sebagai hubungan timbal balik dari posisi perletakan objek yang berdiri bebas. 2) Mega Form: susunan-susunannya dihubungkan ke sebuah kerangka berbentuk lurus dan hirarkis. 3) Group Form: merupakan akibat dari akumulasi penambahan struktur sepanjang jalur pergerak open space komunal. Linkage tersusun secara alami dan organis. Dari ketiga tipologi tersebut Maki menekankan linkage sebagai pengontrol tatanan desain bangunan dan space.
c. Teori Place 9
Esensi dari teori ini berkaitan dengan desain space yang terletak pada pemahaman atau pengertian terhadap budaya dan karakteristik manusi terhadap ruang fisik. Secara fisik, space adalah suatu batas-batas atau voids yang memiliki potensi fisik menghubungkan sesuatu dan menjadi tempat apabila memberikan makna kontekstual dari muatab budaya atau potensi muatan lokalnya. Menurut Nornberg-Schulz (1980:50), “ place” adalah ruang yang memiliki kejelasan karakter. Karakter ini tersusun dari sesuatu yang nyata memiliki substansi materi, bentuk, tekstur, warna, dan lebih dari itu adalah hal-hal yang tidak teraba seperti cultural/budaya.
10
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A. KONDISI GEOGRAFIS KAMPUNG BATIK LAWEYAN
Kampung Batik Laweyan berada di Kota Solo, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kawasan kampung ini berada di sisi selatan Jl. Dr. Rajiman dan sisi utara Sungai Bengawan Solo.
Gambar 1. Peta Geografis Kampung Batik Laweyan sumber: google photos, diolah (2017)
Gambar 2. Pemetaan Kawasan Kampung Batik Laweyan sumber: solokotakita.org, diolah (2017)
11
Kampung Batik Laweyan mempunyai luas wilayah 24,83 Ha. Terdiri dari 20,56 Ha. tanah pekarangan dan bangunan, sedang yang berupa sungai, jalan, tanah terbuka, kuburan seluas 4,27 Ha. Jenis persil rumah di Laweyan secara garis besar terdiri dari: persil rumah juragan batik besar (1000m2-3000m2), persil rumah juragan batik sedang (300m2-1000m2), persil milik buruh batik (25m2-100m2). (Widayati, 2002).
B. SEJARAH KAMPUNG BATIK LAWEYAN
Kampung Laweyan berdiri sejak sebelum munculnya Kerajaan Pajang yaitu pada awal abadi ke-15. Kampung Laweyan mulai terkenal namanya semenjak salah satu keturunan Raja Brawidjaya V yaitu Kyai Ageng Henis dan cucunya yaitu Raden Ngabehi Lor Ing Pasar bermukim di daerah tersebut pada Tahun 1546 M. Pada masa sebelum kemerdekaan, Kampung Laweyan juga memegang peranan penting dalam pertumbuhan pergerakan nasional Tahun 1911. Kampung Batik Laweyan banyak dipersepsikan orang sebagai lingkungan yang tertutup karena kondisi rumah yang saling berhimpit dengan tembok tinggi yang menghalangi pandangan. Namun kondisi ini tidak sepenuhnya benar karena sebagai permukiman yang didominasi oleh rumah warga dengan ruang public yang terbatas, Kampung Laweyan tumbuh menjadi kawasan dengan nilai sosial cukup untuk masyarakatnya. Masyarakat cenderung memanfaatkan ruang semi publik (area rumah) menjadi ruang publik yang dimanfaatkan bersama. Kebutuhan ruang publik pada kawasan Kampung Batik Laweyan semakin meningkat dengan terbentuknya Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) pada 25 September 2004. FPKBL ini mempunyai kegiatan yang berorientasi pada edukasi dan pengembangan kampong Batik Laweyan. Kegiatan ini berpotensi mendatangkan wisatawan baik domestik maupun non-domestik sehingga Kampung Batik Laweyan sangat membutuhkan ruang publik sebagai wadah kegiatan.
12
C. POTENSI FISIK KAMPUNG BATIK LAWEYAN
1. Aksesibilitas
Gambar 3. Kondisi Aksesibilitas Kawasan Kampung Batik Laweyan sumber: dokumen pribadi, 2017
Kampung Batik Laweyan dapat diakses melalui Jalan Dr. Radjiman. Melalui Jl. Dr. Radjiman sebagai jalan primer, dengan jalan sekunder di dalam Kampung Batik Laweyan yaitu jalan Tiga Negri, jalan Nitik, dan jalan Gondosuli. Ketiga jalan inilah yang menjadi akses masyarakat di Kampung Batik Laweyan.
2. Ruang Publik Ruang publik yang terdapat di Kampung Batik Laweyan berupa ruangterbuka, sebagian jalan (gang), langgar dan masjid.Sebagai permukiman tradisional, ruangruangtersebut terletak diantara massa bangunan yangtersusun secara padat dan berhimpitan denganspace yang Relative sempit.
13
Berikut ini ruang publik yang berada di Kampung Batik Laweyan : Lokasi dan Keterangan
Gambar Eksisting
Langgar Merdeka
Langgar Merdeka merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang terletak di Kampung Batik Laweyan Solo. Langgar yang didirikan pada tahun 1877 merupakan hasil wakaf Haji Mashadi kepada warga kampung.
Masjid Laweyan
Masjid Laweyan adalah masjid tertua di kota Solo. Masjid yang dibangun pada tahun 1763 ini menjadi satu dengan makam Ki Ageng Henis yang merupakan pendiri Masjid Laweyan. Makam Ki Ageng Henis
14
Makam Ki Ageng Henis berada satu komplek dengan Masjid Laweyan. Makam ini seringkali dijadikan sebagai lokasi wisata religi dan lazimnya peziarah dating di hari-hari besar tertentu. Tabel 1. Potensi Fisik Ruang Publik pada Kawasan Kampung Batik Laweyan sumber: anlisis pribadi, 2017
Ruang-ruang publik pada Tabel 2. merupakan ruang publik yang memiki fungsi sebagai wadah kegiatan manusia. Untuk menunjang aktivitas di ruang publik tersebut dibutuhkan ruang-ruang dengan fasilitas-fasilitas penunjang yang dapat menunjang aktivitas manusia di dalamnya. Di kawasan Kampung Batik Laweyan masih terdapat beberapa ruang yang berpotensi menunjang aktivitas utama namun masih cenderung belum tertata. Ruang-ruang yag berpotensi menjadi ruang publik adalah sebagai berikut: Lokasi dan Keterangan
Gambar Eksisting
Pada lokasi ini merupakan tanah milik pemerintah yang digunakan untuk kepentingan bersama di Kampung Batik Laweyan. Namun dalam pemanfaatannya ruang ini masih belum digunakan dengan maksimal, sedangkan di dekat lokasi ini yang merupakan lokasi edukasi seperti workshop dan seminar. 15
Pada lokasi ini terdapat beberapa PKL yang berjualan makanan dan minuman. Namun kondisinya saat ini kurang tertata dengan fasilitas yang belum memadai. Seperti tidak adanya fasilitas toilet.
Sepanjang Jl. Sidoluhur dan jalan jalan sekunder di kawasan Kampung Batik Laweyan merupakan lokasi yang banyak terdapat outlet-outlet penjual batik. Sehingga, pada area ini pengunjung seringkali berkeliling dengan berjalan kaki untuk berbelanja maupun sekadar melihat-lihat outlet batik. Namun pada lokasi ini masih belum ditunjang dengan fasilitas penunjang seperti peneduh, toilet, dan tempat sampah yang memadai. Tabel 3. Ruang-ruang pada Kawasan Kampung Batik Laweyan yang berpotensi sebagai ruang publik sumber: analisis pribadi, 2017
16
3. Ruang Semi Publik Masyarakat Laweyan menurut sejarah adalah masyarakat penganut tradisi kawin saudara, yaitu perkawinan antar keluarga yang sedarah. Tujuan dari perkawinan ini adalah agar harta/warisan mereka tidak jatih ke tangan orang lain. Hal ini dimaksudkan untuk salah satu usahapelestarian usaha mereka. Perkawinan antar keluarga menyebabkan terwujudnya keluargabesar. Keluarga besar hidupnya mengelompok dalam suatu blok kompleks. (Widayati, 1994). Dengan bentuk rumah yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya mengakibatkan adanya rasa persaudaraan dan silaturahmi yang kuat khususnya diantara mereka (komunitas Laweyan). Meskipun secara keseluruhan rumah Laweyan berbentuk tertutup (ber “beteng”} dan menimbulkan kesan “angkuh” bagi orang luar, sebetulnya tidak sepenuhnya benar. Didalam rumah dengan pagar dinding tinggi dan tertutup, terdapat suatu kegiatan sosial dari komunitasnya. Contoh ruang semi publik yang terdapat kawasan Kampung Batik laweyan adalah di Batik Mahkota Laweyan. Batik Mahkota Laweyan ini tidak hanya berfungsi sebagai rumah produksi dan outlet, namun juga sebagai lokasi untuk kegiatan edukasi.
Gambar 4. Pintu Masuk Batik Mahkota Laweyan sumber: dokumen pribadi, 2017
17
Gambar 5. Lokasi Pementasan Wayang sebagai Sarana Edukasi di Batik Mahkota Laweyan sumber: dokumen pribadi, 2017
4. Ruang Privat Pada kawasan Kampung Batik Laweyan ruang privat juga dapat berfungsi sebagai ruang semi publik terkadang juga sebagai ruang publik. Sehingga kondisi ini secara langsung maupun tidak telah membentuk jalur – jalur ruang publik (jalan) alternatif yang biasa digunakan oleh komunitas di dalamnya.
D. POTENSI NON FISIK KAMPUNG BATIK LAWEYAN
1. Kawasan Wisata Batik Kampung Batik Laweyan memiliki potensi non-fisik yang kuat sebagai kawasan wisata. Hal ini ditunjang oleh eksistensi Kampung Batik Laweyan yang setia dengan usaha batik yang menjadi komoditas utama masyarakatnya. Masyarakat Kampung Batik Laweyan bermata pencaharian sebagai pengusaha dan pekerja batik. Kondisi ini mendatangkan wisatawan baik domestik maupun non-domestik.
18
Gambar 6. Kondisi Eksisting Pertokoan di Kawasan Kampung Batik Laweyan sumber: google photos
Dengan keberadaan wisatawan yang datang ke Kampung Batik Laweyan, dengan
signifikan
meningkatkan
perekonomian
masyarakat.
Tidak
hanya
perekonomian masyarakat yang bekerja di bidang usaha batik, namun juga pekerjaan lain seperti kuliner dan ukm lainnya.
2. Kawasan Wisata Religi Selain wisata batik, Kampung Batik Laweyan juga memiliki wisata religi yaitu Masjid Laweyan yang merupakan masjid tertua di Kota Solo dan makam Ki Ageng Henis yang merupakan pendiri dari Masjid Laweyan. Masjid yang berusia hampir lima abad ini (dibangun pada tahun 1763) terletak di Dusun Pajang RT 04 RW 04 Laweyan, Solo. Bangunan utamanya hanya 162 meter persegi. Masjid Laweyan ini menjadi salah satu potensi Kampung Batik Laweyan sebagai wisata religi. Hal ini dikarenakan Masjid Laweyan memiliki sejarah yang sangat panjang dan memiliiki kontribusi yang besar dalam penyebaran agama Islam di wilayah Karesidenan Surakarta. Awalnya Masjid Laweyan merupakan pura agama Hindu milik Ki Beluk yang berhubungan dekat dengan Ki Ageng Henis yang merupakan sahabat dari Sunan Kalijaga. Dengan pendekatan damai, karena kemuliaan sifat Ki Ageng Henis, Ki Beluk memeluk Islam. Sanggar milik Ki Beluk pun kemudian dirubah menjadi langgar (mushala), seiring dengan banyaknya rakyat yang mulai memeluk agama Islam, bangunan dirubah fungsinya menjadi masjid.
19
Gambar 7. Masjid Laweyan Kota Solo sumber: google photos
Bersamaan dengan itu, tumbuh sebuah pesantren dengan jumlah pengikut yang lumayan banyak. Konon karena banyaknya santri, pesantren ini tidak pernah berhenti menanak nasi untuk makan para santri sehingga selalu keluar asap dari dapur pesantren dan disebutlah wilayah ini sebagai Kampung Belukan (beluk = asap). Pemilik masjid ini adalah Kyai Ageng Henis (kakek dari Susuhunan Paku Buwono II). Seperti layaknya sebuah masjid, Masjid Laweyan berfungsi sebagai tempat untuk nikah, talak, rujuk, musyawarah, dan makam
3. Kawasan Edukasi Kampung Batik Laweyan memiliki potensi non-fisik berupa kawasan edukasi. Potensi ini muncul seiring dengan lahirnya Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) pada tanggal 25 September 2004. Banyaknya wisatawan yang datang ke Kampung Batik Laweyan meningkatkan ketertarikan dari individu maupun kelompok untuk mempelajari batik baik sejarah, jenis, dan proses pembuatan. Hal inilah yang dilihat oleh FPKBL sebagai sebuah potensi. Forum ini memberikan sarana dan prasarana edukasi mengenai batik di Kampung Batik Laweyan.
20
Gambar 8. Kegiatan Edukasi di Batik Mahkota Laweyan sumber: google photos
Gambar 9. Salah satu hasil edukasi cara membatik yang dilakukan di Batik Mahkota Laweyan sumber: dokumen pribadi
E. ANALISIS RUANG PUBLIK KAMPUNG BATIK LAWEYAN
1. Konsep Area Parkir pada Kampung Batik Laweyan Salah satu elemen pada kawasan Kampung Batik Laweyan menjadi objek penataan adalah area parkir kendaraan bermotor. Dengan melihat potensi non fisik yang dimiliki oleh Kampung Batik Laweyan yaitu sebagai kampung wisata dan edukasi, kawasan ini memiliki intensitas kunjungan yang cukup tinggi. Banyak wisatawan yang datang untuk berwisata maupun mempelajari seni batik. Adanya kunjungan dari “pihak luar” ini tentunya membutuhkan suatu tempat untuk 21
memarkirkan kendaraan mereka sehingga kendaraan dapat tertata dengan rapi, dekat dengan lokasi tujuan dan pengunjung pun merasa aman karena kendaraan yang terparkir diawasi oleh petugas. Lokasi yang menjadi fokus penataan parkir adalah di area sekitar lokasi FPKBL sebagai lokasi tujuan edukasi, area sekitar lokasi sekitar Masjid Laweyan dan Makam Ki Ageng Henis sebagai lokasi tujuan wisata religi
Lokasi Area Parkir
Kapasitas
Keterangan
Kendaraan
6 Mobil
Pada area yang merupakan
10 motor
tanah milik pemerintah ini, berdekatan
dengan
pusat
kegiatan edukasi di Kampung Batik Laweyan, yaitu Forum Pengembangan Kampun Batik Laweyan. Sehingga dari area parkir ini tidak terlalu jauh untuk dijangkau pengunjung. 8 Mobil
Pada area yang berdekatan
10 motor
denan Masjid Laweyan ini (berjarak ±60meter) cukup strategis untuk dijadikan sebagai area parkir. Dengan mempertimbangkan Masjid Laweyan dan Makam Ki Ageng Henis sebagai lokasi tujuan wisata religi. deskripsi
Tabel 4. Pemetaan Lokasi Area Parkir di Kawasan Kampung Batik Laweyan sumber: analisis pribadi, 2017
22
Gambar 10. Konsep Desain Area Parkir pada Kawasan Kampung Batik Laweyan sumber: dokumen pribadi, 2017
Konsep area parkir yang direncanakan memiliki beberapa fasilitas pendukung berupa peneduh dan lampu untuk penerangan di malak hari. Pemberian peneduh dimaksudkan agar pada saat hujan, pemilik mobil tidak kehujanan saat akan masuk atau keluar dari kendaraan. Sedangkan pada saat udara begitu terik, mobil sedikit terlindungi oleh peneduh. Di area parkir yang direncakan memiliki kecenderungan lingkungan yang gelap saat malam hari karena penerangan yang kurang memadai. Sehingga pada area parkir diberi penerangan yang dimaksudkan untuk memberi rasa aman pada pengguna saat malam hari.
23
2. Konsep Peneduh, Tempat Duduk dan Tempat Sampah di Area Kampung Batik Laweyan
Gambar 11. Pemetaan Lokasi Peneduh, Tempat Duduk dan Tempat Sampah di Kawasan Kampung Batik Laweyan sumber: analisis pribadi, 2017
Selain penataan area partkir, elemen pada kawasan Kampung Batik Laweyan menjadi objek penataan adalah peneduh jalan . Dengan melihat potensi non fisik yang dimiliki oleh Kampung Batik Laweyan yaitu sebagai wisata berbelanja, kawasan ini memiliki intensitas kunjungan yang cukup tinggi. Banyak wisatawan yang datang untuk berbelanja beraneka ragam batik. Adanya kunjungan dari “pihak luar” ini tentunya membutuhkan suatu tempat untuk peneduh, agar wisatawan merasa nyaman dalam mengelilingi kawasan Kampung Batik Laweyan. Lokasi yang menjadi fokus penataan peneduh berada di Jalan Sidoluhur. Hal ini dikarenakan banyaknya kios-kios batik di sepanjang jalan tersebut. Selain peneduh, terdapat juga tempat duduk,guna memberikan kenyamanan pada pengunjung serta tempat sampah.
24
Gambar 12. Konsep Desain Peneduh sumber: dokumen pribadi, 2017
Gambar 13. Konsep Desain Kursi dan Tempat Sampah sumber: dokumen pribadi, 2017
Konsep Peneduh, terbuat dari bahan kayu, yang dipasangi oleh vertical garden, guna untuk menghalangi terik matahari. Didalam peneduh, terdapat kursi, yg terbuat dari kayu, dan terdapat ukiran di bagian kiri dan kanannya. Selain Kursi terdapat pula lampu, guna menyinari saat malam hari.
25
3. Konsep Tempat Wudhu di Area Kampung Batik Laweyan Hampir semua makam di area Kampung Batik Laweyan belum terdapat tempat wudhu bagi para peziarah. Untuk memperbaiki fasilitas makam, maka direncanakan dibangun tempat wudhu. Lokasi yang menjadi fokus penataan tempat wudhu adalah di area makam, tepatnya di bagian dekat pintu masuk utama.
Gambar 14. Pemetaan Tempat Wudhu di Area Kampung Batik Laweyan sumber: analisis pribadi, 2017
Gambar 15. Salah Satu Lokasi Penambahan Fasilitas Tempat Wudhu sumber: google photos
26
Gambar 16. Desain Fasilitas Tempat Wudhu sumber: dokumen pribadi, 2017
Konsep tempat wudhu yang direncanakan masing-masing memiliki 3 buah kran air. Bagian lantai dan dindingnya terbuat dari tempat wudhu terbuat dari batu alam ekspos. Ketinggian dinding tempat wudhu ini kurang lebih 1,2 meter.
4. Konsep Toilet Umum di Area Kampung Batik Laweyan Toilet merupakan salah satu sarana sanitasi yang paling vital. Sarana toilet umum adalah salah satu fasilitas umum yang diperuntukkan untuk masyarakat, baik masyarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung. Bagi setiap orang yang menggunakan fasilitas toilet umum ini akan dikenakan tarif yang tergolong murah, dan nantinya hasil pendapatan tersebut digunakan untuk mengelola toilet umum itu kembali. Masing-masing toilet umum terdapat 2 bilik kamar mandi, yakni untuk laki-laki dan perempuan, masing-masing terdapat kloset jongkok di dalamnya. Dan di bagian luar disediakan kursi, meja, dan kotak uang untuk penjaga toilet umum. Secara keseluruhan, toilet umum ini memiliki lebar 3 meter x 1,5 meter. Lokasi yang 27
menjadi fokus penataan toilet umum adalah di area sekitar kawasan pedagang kaki lima (PKL).
Gambar 17. Konsep Desain Fasilitas Toilet Umum sumber: dokumen pribadi, 2017
28
5. Konsep Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Area Kampung Batik Laweyan Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah satu jenis mata pencaharian yang terdapat pada kawasan Kampung Batik Laweyan. Salah satu elemen yang berpengaruh pada kawasan Kampung Batik Laweyan yang menjadi objek penataan adalah area Pedagang Kaki Lima (PKL). Dengan melihat potensi non fisik yang dimiliki oleh Kampung Batik Laweyan yaitu sebagai kampung wisata dan edukasi, kawasan ini memiliki intensitas kunjungan yang cukup tinggi. Banyak wisatawan yang datang untuk berwisata maupun mempelajari seni batik. Adanya kunjungan dari “pihak luar” ini tentunya membutuhkan suatu tempat sebagai sarana untuk istirahat sejenak sembari mengisi perut, sehingga dibuatlah penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang nyaman serta mudah di akses oleh para pengunjung.
Lokasi Area Penataan
Kapasitas
Pedagang Kaki Lima (PKL)
Pedagang
4 Pedagang
Keterangan
Area pedagang kaki lima ini merupakan area tanah milik pemerintah
yang
berdekatan
lokasinya
dengan
pusat
kegiatan edukasi di Kampung Batik Laweyan, yaitu Forum Pengembangan Kampun Batik Laweyan. Karena lokasinya, area pedagang kaki lima ini mudah
dijangkau
oleh
pengunjung.
29
5 Pedagang
Area
pedagang
kaki
lima
berada di dekat pesarean dan sungai. Karena lokasinya, area pedagang kaki lima ini mudah dijangkau oleh pengunjung.
Tabel 5. Pemetaan Lokasi Area Parkir di Kawasan Kampung Batik Laweyan sumber: analisis pribadi, 2017
Gambar 18. Konsep Desain Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) Moveable sumber: dokumen pribadi, 2017
30
Gambar 19. Konsep Desain Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) Moveable sumber: dokumen pribadi, 2017
Gambar 20. Konsep Desain Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) Permanen sumber: dokumen pribadi, 2017
Konsep penataan pedagang kaki lima yang direncanakan memiliki dua macam rancangan model. Perancangan pertama dengan menyediakan tempat bagi pedagang kaki lima untuk berjualan dengan fasilitas pendukung berupa lampu portabel serta peneduh berupa lapisan tenda yang dilekatkan pada dinding yang bersifat permanen yang mekanisme sistemnya seperti pada penggunaan payung. Model perancangan pertama ini di desain bagi para penjual sementara ataupun penjual yang sering berpindah-pindah tempat karena untuk peneduh bisa di tutup maupun dibuka sesuai kebutuhan, begitu pula untuk pencahayaannya. Sedangkan model perancangan kedua 31
berupa bangunan kios yang dibuat secara permanen dan kokoh dengan pencahayaan serta fasilitas tambahan berupa air bersih pada tiap kios. Beberapa unit kios ini menjadi satu dalam bangunan, meskipun masing-masing kios menjual produk kuliner yang berbeda-beda.
32
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya kawasan Kampung Batik Laweyan memiliki potensi dalam beberapa aspek seperti wisata dan edukasi. Hal ini menjadikan kawasan Kampung Batik Laweyan memiliki intensitas kunjungan yang cukup tinggi. Keberadaan ruang publik pada kawasan Kampung Batik Laweyan adalah sebagai wadah penunjang kegiatan pengunjung maupun warga sekitar. Potensi yang telah dimiliki oleh Kampung Batik Laweyan ini belum tertata dengan baik dan menunjang potensi yang ada. Sehingga dibutuhkan penataan di beberapa space agar menunjang potensi yang sudah ada di kawasan Kampung Batik Laweyan.
B. SARAN
Arahan pengembangan Kampung Batik Laweyan yang berupa fasilitas penunjang sebagai berikut: 1. Area parkir Peningkatan lahan parkir off street di ruang publik, dan menambah jumlah petugas parkir di ruang publik. 2. Peneduh, tempat duduk dan tempat sampah Dilakukan peningkatan jumlah tempat beristirahat seperti kursi di kawasan ruang publik, penyediaan tempat beristirahat atau kursi dilakukan dengan tetap menjaga estetika dan keindahan ruang public, material tempat beristirahat yang digunakan yaitu yang tidak mudah rusak. 3. Toilet umum Penempatan toilet di beberapa titik di mana pengunjung tidak sulit untuk menjangkau fasilitas tersebut, dan dilakukan pemeliharaan toilet agar kebersihannya tetap terjaga. 4. Tempat wudhu untuk makam 5. Area khusus Pedagang Kaki Lima Penyediaan area khusus PKL yang nyaman dan mudah diakses masyarakat maupun wisatawan. 33