PEMETAAN TOPOGRAFI KAMPUS ITB GANESHA DENGAN SKALA 1:1000
GD-4106 SURVEI KONTRUKSI SEMESTER I TAHUN TAHUN 2017/2018 2017/2018
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Survei Kontruksi.
Disusun oleh: Rifa Akbar Ahadiat 15114021
PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULT AKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2017
Latar belakang.
Pemetaan topografi sendiri adalah proses pemetaan yang pengukurannya langsung dilakukan di permukaan bumi dengan peralatan survei teristris. Pemetaan topografi dilakukan melalui tahapan tertentu dimana setiap tahapan memiliki hasil yang berbeda-beda. Pada saat akan melakukan pemetaan topografi maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan survei. Survei memiliki peran yang sangat penting sejak awal peradapan manusia. Diawali dengan melakukan pengukuran dan menandai batas-batas pada tanah-tanah pribadi. Dengan berlalunya waktu, kepentingan akan bidang survei terus meningkat dengan meningkatnya permintaan untuk berbagai peta dan jenis spasial terkait informasi lainnya dan memperluas kebutuhan untuk menetapkan garis yang akurat dan untuk membantu proyek konstruksi. Adapun hal-hal yang biasa dilakukan pada saat melaksanakan survei, yaitu: a) Untuk menentukan, mengukur dan mengetahui permukaan tanah, benda tiga dimensi. Titik di lapangan, dan lintasan b) Untuk mengumpulkan dan menafsirkan kondisi permukan tanah dan informasi geografis dan informasi ekonomi. c) Menggunkan informasi untuk perencanaan dan efisiensi administrasi dan manajemen tanah, laut dan seluruh struktur. d) Untuk melaksanakan pembangunan perkotaan dan pedesaan dan pengelolaan lahan e) Untuk melakukan penelitian dan pengembangan.
Tujuan.
Tujuan dari tulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pemetaan topografi dengan skala 1:1000 untuk wilayah kampus ITB ganesha
Metode.
Pada pemetaan topografi dengan skala 1:1000, metode yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan metode terestris dimana pengukuran dilakukan secara langsung dengan menggunakan alat seperti dibawah ini: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Theodolit atau Total Station Waterpass Reflektor Jalon Pita ukur GNSS tipe Geodetik
Dari penggunaan alat diatas maka kita dapat menentukan metode pengukuran. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan melakukan survei awal ataupun orientasi daerah. Survei awal berguna untuk mengetahui medan dilapangan dan membuat kebutuhan tambahan jika memang diperlukan.
Survei Awal.
Pada tahapan ini survei dilakukan dengan mempersiapkan segala kebutuhan untuk kegiatan pengukuran. Survei awal ini berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. 2. 3. 4.
Luas daerah yang dipetakan. Orientasi medan dari daerah tersebut. Persiapan teknis dalam melakukan survei topografi. Pembuatan patok. a. Untuk wilayah kampus ITB. Pembuatan patok t idak perlu dilakukan kembali karena kondisi dari daerah tersebut sudah tersedia patok permanaen. Sehingga tahapan yang dapat dilakukan kembali adalah dengan mengukur nilai koordinat dari setiap patok.
Survei pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kontrol geodetik yang akan diukur dengan pengamatan GPS nantinya, yang jarak maksimal 5 km. Dalam pelaksanaannya, tentukan perkiraan posisi titik dengan Google Earth, lalu dilapangan dilakukan dengan survei dengan GPS handheld dengan input data koordinat dari Google Earth. Survei pendahuluan memperhitungkan kondisi dan kemungkinan bahaya atau kecelakaan terjadi dilapangan, semisal potensi adanya hewan buas, potensi penyakit, dan bagaimana kondisi vegetasi sekitar. Survei pendahuluan juga dilakukan untuk mencari tempat hunian yang akan digunakan selama kemah kerja, serta untuk mengetahui lokasi fasilitas yang penting seperti puskesmas dan rumah sakit. Membuat perkiraan pembagian wilayah kerja kelompok dan membuat rencana lokasi titik – titik kontrol horizontal dan vertikal
Pengukuran Kerangka Dasar.
Setelah tahapan survei diatas terpenuhi maka akan dilakukan dengan pengukuran kerangka dasar. Pengukuran kerangka dasar terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu: 1. Pengukuran kerangka dasar horisontal. Pengukuran kerangka dasar horisontal adalah pengukuran untuk mendapatkan koordinat planimetris, nilai X, Y. Pengukuran kerangka dasar horisontal ini adalah proses pengikatan titik titik kontrol pemetaan yang terdapat pada muka bumi pada suatu sistem referensi koordinat tertentu. Sistem referensi koordinat yang digunakan untuk pemetaan kali ini adalah SRGI 2013 epoch 2012 dengan orde pengukuran orde 4. Pengikatan titik kontrol horizontal kali ini menggunakan metode terestris, yaitu mencari koordinat suatu titik melalui titik l ain yang diketahui koordinatnya. Berikut adalah hal-hal yang diperlukan dalam melakukan pengukuran titik kontrol horizontal. a) Spesifikasi alat Sesuai dengan SNI 2019-6724-2002 tentang jaring kontrol horizontal maka alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran poligon adalah total station dengan tipe Topcon GTS 223. b) Akuisisi data Akuisisi data dilaksanakan selama 8 jam kerja efektif per hari. Proses akuisisi data terdiri dari pengukuran sudut dan jarak dari satu t itik kontrol ke titik kontrol lainnya. Setiap titik kontrol poligon harus terikat minimal ke salah satu titik kontrol GPS. c) Kontrol kualitas data ukuran Pengontrolan kualitas data ukuran dilakukan untuk memenuhi spesifikasi teknis pada SNI 2019-6724-2002. 2. Pengukuran kerangka dasar vertikal. Pengukuran kerangka dasar vertikal bertujuan untuk menentukan nilai koordinat pada sumbu Z sistem koordinat WGS84 dari setiap titik kerangka dasar. Klasifikasi dan spesifikasi teknis
pengukuran akan disesuaikan dengan SNI 19-6988-2004 terkait Jaring Kontrol Vertikal. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan seperti berikut: a) Spesifikasi teknis Metode Pengukuran Metode pengukuran yang digunakan adalah metode sipat datar dengan dudukan ganda dimana setiap gerakan rambu menggunakan sistem lompat katak. Dudukan ganda digunakan untuk mengontrol hasil pembacaan rambu sedangkan sistem lompat katak digunakan untuk mengontrol kesalahan yang berasal dari rambu pengukuran. b) Karakteristik alat Alat ukur yang digunakan adalah sipat datar TOPCON AT B4-A. Sipatdatar ini dipilih karena memenuhi standar alat ukur yang disarankan SNI 19-69882004, yaitu alat sipat datar otomatik dengan standar deviasi maksimum ±3
mm/km, gerakan bebas kompensator maksimum 30’, dilengkapi dengan micrometer planparalel, dan sensitivitas nivo kotak terendah 40’.
Rambu ukur yang digunakan adalah rambu invar tanpa lipatan dengan interval skala rambu 10 mm Nivo rambu untuk menjaga rambu tetap tegak lurus dengan bidang referensi vertikal.
3. Pengukuran detail situasi dan kontur. Pengukuran Detail Situasi dan Kontur bertujuan untuk mendapatkan topografi daerah yang dipetakan serta objek yang ada didalamnya. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan: Klasifikasi pengukuran Objek detail yang dipetakan sesuai dengan Undang-undang Informasi Geospasial Pasal 12 yaitu garis pantai,hipsografi,perairan,nama rupa bumi,transportasi dan utilitas,bangunan serta fasilitas umum dan tutupan lahan. Klasifikasi penutup lahan mengikuti SNI 7645:2010 (terlampir). Selang kontur maksimal 0.5 m sesuai dengan skala 1:1000 Spesifikasi Teknis Metode Pengukuran Metode pengukuran yang digunakan adalah metode tachimetry. Karakteristik alat Alat ukur yang digunakan adalah: ETS Topcon GTS 223 Jalon Reflektor Pita Ukur Statif
Pengolahan data.
Pengolahan data kerangka dasar horizontal
Pengolahan data kerangka dasar horizontal akan mengikuti spesifikasi orde-4. Berikut hal-hal yang perlu dilakukan dalam proses pengolahan data.
a) Metode pengolahan data akan dilakukan dengan hitung perataan kuadrat terkecil metode parameter atau metode bowditch untuk poligon tertutup b) Salah penutup sudut ≤ 10 √n, dimana n adalah jumlah titik poligon yang digunakan c) Salah pentup linier jarak ≤ 1/6000 Pengolahan data kerangka dasar vertikal
Pengolahan data lapangan meliputi:
a) hitungan beda tinggi setiap slag pengukuran; b) hitungan selisih beda tinggi pergi-pulang setiap seksi pengukuran; c) hitungan selisih jumlah jarak ke rambu muka dan rambu belakang pada setiap seksi pengukuran; d) hitungan kesalahan penutup pada setiap kring pengukuran. Pengolahan data detail situasi dan kontur
Pengolahan data akan menggunakan metode Tachymetri a) Metode Tachymetri Pengukuran tiitk-titik detail dengan metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah karena yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut horizontal (azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi alat. b) Pengolahan Data Kontur Pengolahan data kontur pada kemah kerja kali ini akan menggunakan software Surfer dengan interval kontur menyesuaikan dengan skala peta yang akan di gunakan.
Penggambaran dan penyajian peta.
Penggambaran Peta dilakukan dengan menggambar titik-titik kerangka dasar pengukuran dan titik-titik detail situasi yang dinyatakan dengan penyebaran patok, titik-titik ketinggian dan obyekobyek lainnya yang dianggap perlu dalam suatu areal pekerjaan. Penggambaran dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama, penggambaran dilakukan secara manual pada kertas milimeter blok. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan proses reconaissance. Kemudian sketsa peta diperbaharui kembali pada saat akuisisi data untuk kerangka dasar dan pengukuran detail. Sketsa peta secara manual ini nantinya dapat dijadikan kontrol pada penggambaran secara digital. Tahap kedua penggambaran peta dilakukan secara digital. Tahap ini dilakukan setelah seluruh tahap pengolahan data dan perataan selesai. Plot data dan Pemberian Pola (Pewarnaan) dilakukan pada software AutoCAD. Sedangkan plot kontur dilakukan pada software ArcGIS. Hasil plot digital selanjutnya diverifikasi kesesuaiannya dengan hasil plot manual. Jika telah sesuai, hasil plot digital tersebut kemudian dilakukan layouting serta penyesuaian dengan kaidah kartografi pada software ArcGIS. Spesifikasi peta yang digambar mengacu pada SNI Penyajian Peta Rupa Bumi Skala 1:25000 No. 6502.2-2010. Penggambaran peta diproyeksikan pada bidang datar dengan skala 1 : 1000 dengan interval kontur 0,5 meter pada lembar kertas A0 (1200 mm x 900 mm). Peta dibuat dalam proyeksi Transverse Mercator, dengan Sistem grid UTM. Peta mengacu pada datum horizontal WGS 1984 dengan pendekatan MSL yang diperoleh dari pengukuran pasut sebagi datum vertikalnya.