TOPOGRAFI Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemiringan lereng, panjang lereng, bentuk lereng, dan posisi lereng (Hardjowigeno,1993). Topografi ikut berperan dalam menentukan kecepatan dan volume limpasan permukaan. Dua unsur topografi yang berpengaruh adalah panjang lereng dan kemiringan lereng (Arsyad, 1989). Unsur topografi lainnya adalah arah lereng (aspect (aspect ) yang dimana arah lereng berpengaruh terhadap aspect (sudut arah dating sinar matahari) yang secara langsung mempengaruhi variasi suhu lingkungan (Babour dkk, 1980). Ketiga unsur tersebut (kemiringan lereng, panjang lereng dana rah lereng/aspect lereng/aspect ) adalah parameter dasar dari aspek topografi yang yang merupakan parameter penyebab bencana tanah longsor. A. Kemiringan Lereng Menurut Thornbury (1969) kelerengan merupakan perbandingan antara beda tinggi suatu lahan dengan jarak mendatarnya. Kelerengan akan memberikan gambaran tingkat stabilitas baik tanah maupun batuan. Besar kemiringan lereng dapat dinyatakan dengan beberapa satuan diantaranya adalah dengan persen (%) ataupun derajat (°). Van Zuidam (1970 ) mengklasifikasikan kemiringan lereng menjadi 7. Tabel 2.1 Klasifikasi Tipologi Kelas Kemiringan Lereng No Kelas Lereng Lereng (%) 1 0 – 2 – 2 % 2 2 – 7 – 7 % 3 7 – 15 – 15 % 4 15 – 15 – 30 30 % 5 30 – 30 – 70 70 % 6 70 – 70 – 140 140 % 7 > 140 % Sumber: Van Zuidam, 1970
Tipologi Lereng Lereng Lereng Datar Lereng Landai Lereng Miring Lereng Agak Curam Lereng Curam Lereng Sangat Curam Lereng Terjal
Menurut Karnawati (2001), kelerengan menjadi faktor yang sangat penting dalam proses terjadinya longsor, hal ini disebabkan lereng yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Wilayah dengan kemiringan lereng antara 0%-15% akan stabil terhadap kemungkinan longsor, sedangkan diatas 15% potensi untuk terjadi longsor pada saat musim penghujan dan terjadinya gempa bumi akan semakin besar. Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong atau peluncur. Lereng yang terjal terbentuk karena k arena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Menurut Karnawati (2001), terdapat 3 tipologi lereng yang rentan terjadi longsor, yaitu : 1) Lereng yang tersusun oleh tumpukan tanah gembur dialasi oleh batuan atau tanah yang lebih kompak; 2) Lereng yang tersusun oleh pelapisan batuan miring searah lereng; dan 3) Lereng yang tersusun oleh blok-blok batuan. Kemantapan suatu lereng tergantung kapada gaya penggerak dan gaya penahan yang ada pada lereng tersebut. Gaya penggerak adalah gaya-gaya yang berusaha untuk membuat lereng longsor, sedangkan gaya penahan adalah gaya-gaya yang mempertahankan kemantapan lereng tersebut. Jika gaya penahan ini lebih besar daripada gaya penggerak, maka lereng tersebut tidak akan mengalami gangguan atau berarti lereng tersebut mantap (Das, 1993; Notosiswojo dan Projosumarto, 1984 dalam Mustafril, 2003). Kemiringan lereng merupakan salah satu parameter penyebab utama bencana tanah longsor. Semakin curam suatu lereng maka semakin besar laju dan jumlah aliran permukaan sehingga semakin peluang terjadinya longsor juga semakin besar. Kelas lereng potensial terjadi tanah longsor adalah > 15 % (Karnawati, 2001), hal ini senada dengan penetapan parameter kemiringan lereng untuk pemetaan bencana tanah longsor yang dikeluarkan oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dalam dokumen RBI (Resiko Bencana Indonesia) tahun 2016. Dokumen RBI memperlihatkan kelas lereng dan harkat yang merepresentasikan besar pengaruh suatu kelas. Semakin besar nilai harkatnya maka semakin besar pengaruh kelas lereng sebagai faktor penyebab bencana tanah longsor. Tabel 2.1 Klasifikasi Harkat Parameter Kemiringan Lereng Penyusun Peta Bahaya Tanah Longsor No Parameter Kelas Lereng (%) Nilai Kelas 1 0 – 15 0 2 15 – 30 1 3 Kemiringan Lereng 30 – 50 2 4 50 – 70 3 5 > 70 4 Sumber: Dokumen RBI (Resiko Bencana Indonesia), 2016
B. Panjang Lereng
C. Arah Kemiringan Lereng ( Aspect ) Arah kemiringan lereng (aspect ) menggambarkan arah hadap dari sebuah permukaan (surface). Aspect mengindikasikan arah kemiringan dari laju maksimum perubahan nilai sebuah sel dibandingkan sel di sekelilingnya. Dalam analisis surface, keluaran dari perhitungan aspect adalah derajat sesuai arah mata angin, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.1. Fungsi dari aspect adalah untuk mencari arah dari penurunan yang paling tajam (steepest down-slope direction) dari masing-masing sel ke sel-sel tetangganya. Nilai output adalah arah aspect: ‘0’° adalah tepat ke utara, ‘90’° adalah timur, dan seterusnya.
Gambar 2.1 Nilai aspect berdasarkan arah mata angin Sumber: Hasan, 2012
Menurut Howard dan Mitchell (1985), aspect memiliki pengaruh yang besar terhadap komposisi suatu spesies tumbuhan. Arah lereng berpengaruh pada aspect (sudut arah datang sinar matahari) yang secara langsung mempengaruhi variasi suhu lingkungan (Babour dkk, 1980). Perbedaan variasi suhu lingkungan ini mempengaruhi pertumbuhan hingga distribusi tumbuhan. Tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan dan persebaran vegetasi, aspect juga berdampak kepada kondisi fisik tanah (daya pengikat air dalam tanah). Semakin besar intensitas paparan sinar matahari pada suatu daerah maka akan menyebabkan air di permukaan tanah menjadi menguap dalam jumlah besar. Penguapan ini kemudian akan menyebabkan munculnya pori-pori tanah dan juga keretakan sehingga ketika hujan, maka air dengan cepat mengisi retakan-retakan tersebut dan
menjadikan tanah mengambang dengan cepat menyebabkan air mengalami kejenuhan dalam waktu yang sangat singkat dan memicu terjadinya longsor. Besar intensitas paparan sinar matahari menjadi indikator utama sehingga aspect digolongkan sebagai faktor penyebab tanah longsor. Intensitas paparan sinar matahari tergantung pada arah kemiringan suatu lereng. Arah lereng menghadap ke utara menerima sinar matahari sedikit atau tidak ada, arah timur dan barat menerima sinar matahari untuk sebagian setiap hari dan arah selatan menerima jumlah besar sinar matahari pada permukaan bumi (Hasan, 2012). Sehingga untuk parameter longsor arah kemiringan lereng (aspect ) dapat ditentukan harkat kelas berdasarkan posisi arah mata angin, dengan indikator bahwa semakin besar nilai kelasnya maka semakin besar pula pengaruh kelas arah lereng tersebut terhadap bencana tanah longsor. Tabel 2.1 Klasifikasi Harkat Parameter Arah Lereng ( aspect ) terhadap Bahaya Tanah Longsor No Parameter Kelas Arah Lereng 1 Datar 2 Utara 3 Barat Laut 4 Barat 5 Arah Lereng ( aspect ) Timur Laut 6 Barat Daya 7 Timur 8 Tenggara 9 Selatan Sumber: Hasan, 2012 dengan modifikasi
Nilai Kelas 0 1 2 3 4 5 6 7 8