Pemeriksaan Malaria Antigen P.f/Pan Rapid Test I.
Tujuan
1. Untuk mendeteksi infeksi malaria pada sampel
darah manusia secara
kualitatif. 2. Untuk membedakan diferensial diagnosis antara HRP-II yang spesifik terhadap Plasmadium falciparum dan PLDH yang spesifik terhadap spesies plasmodium (Pan) pada sampel darah manusia.
II. Metode
Metode yang digunakan adalah immunocromatography. i mmunocromatography.
III. Prinsip
SD bioline malaria antigen P.f/ Pan berisi membran strip yang di selubungi oleh antibodi monoklonal yang spesifik terhadap HRP-II dari Plasmodium falciparum pada daerah garis uji P.f dan mengandung antibodi monoklonal yang spesifik terhadap lactate dehydrogenase pada spesies Plasmodium ( Plasmodium Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, malariae , dan Plasmodium vivax) vivax) pada daerah uji Pan secara berturut-turut. Campuran antibodi pada membran ini yang dilapisi coloidal gold conjugate akan bereaksi dengan antigen malaria pada sampel. Ikatan antigen-antibodi akan bermigrasi secara kromatografi ke daerah garis uji (P.f dan Pan) dan membentuk garis warna sebagai kompleks partikel emas ikatan antibodi-antigen-antibodi.
IV. Dasar Teori
Malaria sudah diketahui sejak zaman Yunani 400 tahun SM dengan gejala spesifik yakni demam menggigil (febris intermitten) dan dibedakan menjadi demam yang bersifat kuotidiana, tersiana, dan kuatiana yang merupakan serangan demam setiap 24 jam dan 72 jam. Dahulu penyakit ini dianggap sebagai kutukan dewa. Pada waktu itu, penyakit ini banyak terdapat di daerah rawa-rawa sekitar kota Roma, Italia. Penyakit ini disebut dengan malaria yang berasal dari kata mal yang mal yang berarti buruk dan aria yang berarti udara. Pada abad ke-19, Laveran (1880) menemukan bahwa malaria
disebabkan oleh parasit Plasmodium. Lalu 17 tahun kemudian diketahui bahwa malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Di Indonesia, malaria sudah ada beberapa ratus tahun yang lalu dengan angka kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi. (Srisasi, 1998) Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh sporozoa dari genus Plasmodium yang secara klinis ditandai dengan serangan demam paroksimal dan periodik disertai anemia, pembesaran limpa, dan kadang dengan komplikasi pernisiosa seperti ikterik, diare, black water fever, acute tabular necrosis dan malaria cerebral. Secara parasitologi dikenal 4 spesies plasmodium dengan karakteristik klinis yang berbeda bentuk demamnya, yaitu: 1. Plasmodium vivax secara klinis dikenal sebagai malaria tertiana yang serangan demamnya timbul setiap 3 hari sekali. 2. Plasmodium malariae secara klinis dikenal sebagai malaria quartana karena serangan demamnya timbul setiap 4 hari sekali. 3. Plasmodium ovale secara klinis dikenal sebagai malaria ovale dengan selang demam sekali sehari. 4. Plasmodium falciparum secara klinis dikenal sebagai malaria tropicana atau malaria tertianan maligna sebab serangan demamnya yang biasa timbul setiap 3 hari sekali dengan gejala yang lebih berat dibandingkan infeksi oleh jenis plasmodium lainnya. (Soedomo, 2002) Epidemologi
malaria
yakni
pada
daerah-daerah
rawa
yang
penyebarannya meliputi Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Ketinggian yang memungkinkan parasit hidup adalah 400 m dibawah permukaan laut dan 2600 m diatas permukaan laut. Malaia disebabkan oleh nyamuk Anopheles betina yang te,lah terinfeksi parasit malaria. Penyakit ini dapat menular melalui transfusi dari donor yang darahnya mengandung parasit malaria. Parasit malaria memiliki siklus hidup yang membutuhkan manusia dan nyamuk sebagai inang. Nyamuk bisa terinfeksi malaria karena menggigit manusia yang menderita malaria. Nyamuk menularkan malaria kepada manusia sekitar 8-14 hari setelah menggigit penderita malaria. (Ferdinand, 2000)
Nyamuk anopheles tidak butuh banyak air untuk berkembang biak. Mereka bisa meletakkan telur-telurnya di air yang dalamnya hanya 1 cm. Setelah 1 sampai 2 minggu setelah digigit, dari dalam sel-sel hati, parasit kembali masuk ke dalam darah dan saat inilah manusia yang telah digigit menunjukkan gejala malaria. Parasit malaria hanya menyerang sel darah merah dan mulai memakan hemoglobin. Parasit itu berkembang dalam eritrosit dengan cara memecahkan eritrosit tersebut untuk kemudian menyerang eritrosit lainnya, akibatnya terjadi anemia. Lima faktor dibawah ini yang menyebabkan penularan penyakit malaria didalam masyarakat, yakni: 1. Vektor Nyamuk anopheles betina sebagai vektor penularan penyakit malaria. 2. Tempat berkembangbiak Nyamuk
anopheles
memerlukan
genangan
air
yang
tidak
megalir/mengalir perlahan sebagai tempat berkembang biah untk meletakkan telur-telurnya. 3. Parasit Parasit malaria dalam jumlah yang cukup dalam tubuh manusia sehingga nyamuk yang menggigit akan terinfeksi oleh parasit tersebut. 4. Iklim Suhu rata-rata 18-200oC dan kelembaban diatas 60% bagi nyamuk anopheles betida agar bertahan hidup dan berkembangnya parasit menjadi infektif. 5. Populasi manusia Manusia sebagai sumber penularan. Biasanya terjadi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah rawa. (Ferdinand, 2000) Diagnosa malaria dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium: 1. Pemeriksaan parasit (Plasmodium) pada sediaan darah tebal dan tipis dengan mikroskop. 2. PCR (Polymerase Chain Reaction) 3. Rapid Diagnostic Test
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria dengan menggunakan metode immunocromatography dalam bentuk dipstik. Tes ini mengandung dua komponen utama, yaitu: -
HRP-II yang diproduksi oleh tropozoit, skizon dan gametosit muda Plasmodium falciparum.
-
Enzim Parasite Lactate Dehydrogenase (P-LDH) dan aldose yang diproduksi oleh parasit bentuk aseksual atau seksual Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium vivax. , (Gasem, 2004)
V. Alat dan Bahan 5.1 Alat
1. Stopwatch
5.2 Bahan
1. Sampel darah pasien (darah kapiler) 2. SD Bioline Malaria antigen P.f/Pan (e.d. 13 Mei 2014) a. Diluent assay b. Lanset steril c. Alkohol swab d. Disposable cup
VI. Prosedur Kerja
1. Alat, bahan dan spesimen disiapkan dan dibiarkan dalam suhu ruang sebelum digunakan. 2. Alat uji dikeluarkan dan pembungkus dan diletakkan pada tempat yang datar dan kering. 3. Ujung jari dibersihkan dengan alkohol swab. 4. Ujung jari pasien ditusuk dengan lanset steril. 5. Dengan menggunakan cup, ujung lingkaran cup dimasukkan ke dalam darah kapiler kemudian darah diteteskan ke pada sumur sampel. 6. Diluent assay ditambahkan sebanyak 4 tetes ke dalam sumur diluents.
7. Ditunggu minimal 15 menit (sampai 30 menit). 8. Hasil dibaca.
Hasil tidak boleh dibaca setelah 30 menit. Pembacaan yang terlalu lama dengan memberikan hasil yang salah.
VII.Interpretasi Hasil
1. Negatif : muncul garis warna pada garis control “C” 2. Positif -
Positif Plasmodium falciparum: muncul dua garis warna pada test “P.f” dan garis control “C”.
-
Positif Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, atau Plasmodium malariae: muncul dua garis warna pada garis test “Pan” dan garis control “C”.
-
Positif
Plasmodium
falciparum
atau
infeksi
gabungan
dari
Plasmodium faciparum, plasmodium ovale, plasmodium malariae, dan plasmodium vivax: muncul tiga garis warna pada garis tet “P.f”, “Pan”, dan garis Cotrol “C”. 3. Invalid: tidak muncul garis pada control “C”.
DAFTAR PUSTAKA
Ferdinand, J.L, G. Suradi. 2000. Epedemologi, Patogenitas, Manifestasi Klinis, dan Penanganan Malaria. Jakarta: EGC. Gasem, Muhammad Husein. 2004. Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Malaria. Semarang: FK UNDIP. Harijanto, P. N. 2000. Gejala Klinik Malaria. Jakarta: EGC. Soedomo, Purwo, dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi dan Penyakit Tropik. Edisi I. Jakarta: FK UI . Srisasi, Gandahusada. 1998. Parasit Malaria Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Gaya Baru.