BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropics. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh plasmodium falciparum ( P. Falciparum). Plasmodium vivax ( P. Vivax), plasmodium ovale (P. Ovale), plasmodium Malariae ( P. Malariae) dan Palsmodium Knowlesi ( P. Knowlesi ). ). Parasit yang terakhir disebutkan ini belum banyak dilaporkan di Indonesia. Indonesia. Penyakit malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang penyebarannya cukup luas di Indonesia terutama di daerah Indonesia bagian timur. Banyak factor yang menyebabkan terjadinya penularan penyakit malaria, antara lain pertumbuhan dan pengembangan wilaya sejalan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk; kepadatan penduduk dan kecenderungan migrasi penduduk dari daerah non edemis ke daerah edemis malaria untuk mencari pekerjaan dan penghidupan yang lebih layak; mengakibatkan rusaknya wilaya ekologi dan lingkungan sehingga menyebabkan timbulnya tempat perkrmbangbiakan nyamuk malaria. 1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Memahami pemeriksaan spesimen darah untuk diagnosis malaria 2. Untuk mengetahui cara mendeteksi dan mengidentifikasi parasit malaria serta menentukan spesies plasmodiun secara mikroskopis. 3. Untuk mengetahui pemeriksaan malaria dengan menggunakan sediaan darah tipis dan darah tebal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles, dan gejalanya dapat terlihat 7-14 hari sesudah gigitan nyamuk. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam menggigil, anemia, splenomigali, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal. 1 Malaria adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk. Malaria disebabbkan oleh parasit plasmodium. Parasit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang merupakan vektor malaria, yang terutama menggigit manusia di malam hari, mulai dari magrib (dusk) sampai fajar (dawn).1 Terdapat empat parasit penyebab malaria pada manusi yaitu:
Plasmodium falciparum
Plasmodium vivax
Plasmodium malariae
Plasmodium ovale3 Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax merupakan penyebab
malaria terbanyak, Plasmodium falciparum adalah penyebab kematian paling utama. Akhir-akhir ini di laporkan terjadinya penularan malaria yang disebabkan oleh Plasmodium knowlesi yang merupakan penyebab malaria pad kera, yang terjadi di kawasan hutan asia tenggara. 2 Pada tahun 2008, 247 juta kasus malaria dilaporkan dari seluruh dunia dan hampir 1 juta di antaranya meninggal, terutama anak-anak yang hidup di afrika. Dalam setiap 45 detik seorang anak meninggal dunia akibat malaria, sehingga merupakan 20 % dari seluruh angka kematian pada anak afrika. 4
Diagnosis malaria dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan ditemukannya parasit (Plasmodium) di dalam darah apusan darah tepi (tetes tebal dan tipis) yang merupakan standar emas ( gold standard). Terdapat juga cara deteksi
antigen
Plasmodium
dengan
cepat
yaitu
dengan
metode
imunokromatografi (dipstick).5 Diagnosis malaria dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium (mikroskopik, tes diagnostik cepat) dan tanpa pemeriksaan laboratorium. Pada daerah yang tidak tersedia fasilitas dan tenaga untuk pemeriksaan laboratorium, maka diagnosis tanpa pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan berdasarkan anamnese dan pemeriksaan fisik, maka diagnosa malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Kasus malaria yang didiagnosis hanya berdasarkan gejala dan tanda klinis disebut kasus tersangka malaria atau malaria klinis. Sampai saat ini diagnosis pasti malaria berdasarkan ditemukannya parasit malaria dalam sediaan darah secara mikroskopik.5 Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan dengan membuat sediaan darah hapus tipis dan darah tebal kemudian dilakukan pewarnaan preparat. Pewarnaan darah tipis untuk melihat perubahan bentuk eritrosit, dapat dilakukan berdasarkan jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1.000 sel darah merah, dan pewarnaan darah tebal untuk melihat Plasmodium. Pewarnaan darah tebal merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Hitung parasit pada sediaan darah tebal dapat dilakukan dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit.6 Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga laboratorik yang berpengalaman dalam pemeriksaan parasit malaria. Pemeriksaan pada saat penderita demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit.8 Diagnosis definitif berdasarkan adanya Plasmodium pada sediaan darah, baik darah tebal dengan pengecatan Giemsa setiap 8-12 jam dalam beberapa hari. Sediaan darah tebal untuk menentukan densitas parasit, sedangkan sediaan darah tipis untuk menentukan jenis Plasmodium dan jenis obat yang akan diberikan.
9
Sebagai diagnosis pasti, bila ditemukan adanya parasit malaria pada preparat darah tepi dengan pemeriksaan mikroskopik (metode konvensional). Pemeriksaan Mikroskopik (metode konvensional), yaitu dengan pewarnaan Giemsa. Ada 2 macam preparat, yaitu : 1. Preparat darah tebal menggunakan 3 tetes darah dan dengan preparat ini lebih banyak kemungkinan parasit ditemukan, bahkan dikatakan 20 kali lebih cepat dari pada preparat darah tipis. 2. Preparat darah tipis, lebih tepat untuk konfirmasi jenis spesies parasit. Selain itu juga dapat melihat perubahan bentuk eritrosit, sehingga dapat membedakan keempat spesies Plasmodium.7 Metode konvensional ini memerlukan biaya yang relatif murah, tetapi membutuhkan waktu cukup lama untuk proses pewarnaan dan untuk interpretasinya diperlukan tenaga terlatih dan berpengalaman.6 Pewarnaan sediaan darah malaria merupakan
pemberian warna pada
sediaan darah malaria dengan zat warna Giemsa pada konsentrasi tertentu untuk mendapatkan warna yang baik dan sesuai dengan standar teknis agar sediaan darah tersebut dapat diperiksa secara mikroskopis. 8 Pemeriksaan darah untuk parasit malaria dapat dilakukan dengan mengambil darah dari jari tangan dan membuat sediaan darah tebal dan tipis untuk kemudian dipulas dengan Giemsa. Pemeriksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan untuk melihat keberadaan parasit dalam darah tepi. Seperti tropozoid yang berbentuk cincin. 7 Kemampuan seorang mikroskopis baik dalam membuat sediaan darah, mewarnai dan memeriksanya sangat menentukan ditemukannya parasit malaria. Oleh sebab itu ketepatan dan kebenaran pemeriksaan sediaan darah oleh mikroskopis perlu diamati dan dipantau secara terus menerus. Pelaksanaannya dilakukan dengan memeriksa hasil kerja mikroskopis je njang laboratorium tingkat bawah oleh mikroskopis laboratorium tingkat di atasnya secara berurutan.2
BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Materi
Peralatan :
Pipet
Object glass
Cover glass
Pensil
Kertas tissu
Gelas ukur 10 mL, 50 mL,dan 100 Ml
Gelas pengaduk
Botol pencuci
Pinset
Rak object glass
Timer / Stopwatch
Mikrokop cahaya
Tally counter
Methanol absolut
Kapas
Alkohol 70%
Larutan giemsa
Akuadest
Bahan :
3.2 Metode
Cara pengambilan sediaan darah
1. Menulis kode penderita, nama, dan tanggal pembuatan di object glass dengan menggunaka pensil bukan bolpoin karena akan luntur bila terkena larutan fiksasi atau minyak imersi. 2. Memegang jari manis atau jari tengah tangan kiri pasien (ibu jari, jari telunjuk, dan kelingking tidak dianjurkan pada orang dewasa karena apabila terjadi infeksi akan mudah menjalar). Bayi berusia 6-12 bulan dapat digunakan ibu jari kaki sedangkan bayi berusia dibawah 6 bulan pada tumit kaki. 3. Menggosok ujung jari dengan kapas alkohol sambil memijat untuk menstimulasi sirkulasi darah kemudian dikeringkan menggunakan kapas kering. 4. Menusuk ujung jari menggunakan lanset steril dengan gerakan cepat pada bagian pinggir (kulit tipis) dan menyilang garis sidik jari. Membuang lanset bekas dan tidak boleh digunakan lagi untuk penderita yang lain.
Cara pembuatan sediaan darah tipis
1.
Mengambil object glass yang bersih dan sudah di beri kode dengan menggunakan pensil
2.
Menekan ujung jari sampai tetesan darah keluar dan mengkumpulkan satu tetes darah dengan ukuran ( ) pada salah satu permukaan bagian tengah object glass.
3.
Membuat hapusan tipis dengan menggunakan object glass lain ( spreader ). Meletakan ujung spreader pada tetesan darah dengan posisi datar sampai darah rata dari ujung ke ujung. Menggesekan spreader sepanjang object glass dengan sudut kemiringan sebesar 45 o.
4.
Meletakan sediaan di tempat datar sampai darah mengering oleh udara. Menghindarkan sediaan dari ganguan lalat dan debu. Memasukan sediaan darah yang telah mengering ke dalam kotak slide dan segera mewarnai paling lambat dalam waktu 24 jam.
Cara pembuatan darah tebal
1.
Mengambil object glass yang bersih dan sudah di beri kode dengan menggunakan pensil
2.
Menekan
kembali
ujung
jari
untuk
mendapatkan
darah
dan
menggumpulkan sebanyak 2-3 tetes sebesar ( ) pada object glass didekat etiket (kode) 3.
Membuat sediaan darah tebal menggunakan sudut spreader dengan gerakan melingkar dari luar kedalam (3-6 putaran) sehingga membentuk bulatan berdiameter 1 cm.
4.
Meletakan sediaan di tempat datar sampai darah mengering oleh udara. Menghindarkan sediaan dari ganguan lalat dan debu. Memasukan sediaan darah yang telah mengering ke dalam kotak slide dan segera mewarnai paling lambat dalam waktu 24 jam.
Pengecetan dengan Giemsa 5% Larutan stok giemsa
Larutan induk : bubuk zat warnna giemsa
1 gr
Gliserin
66 mL
Metil alkohol, absolut, bebas aseton
66 mL
Buffer solution
pH 7,0 : 61,1 mL M/ 15 Na 2HPO4 ditambah 900 mL aquadest atau 38,9 mL/ 15 Na 2HPO4. H2O2 ditambah 900 mL aquadest.
Pengecetan sediaan darah tipis
1.
Memfiksasi sediaan darah tipis dengan metanol absolut selama 30 detik. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara meneteskan metanol pada object glass atau mencelupkan pada staining jar berisi metanol absolut.
2.
Mengeringkan sediaan pada suhu ruangan.
3.
Mengecat sediaan dengan giemsa 5% (pengenceran 1:20) selama 30 menit. Menambahkan 1 mL stok giemsa dalam 20 mL. Aquadest atau dengan pengenceran 1:50 selama 50 menit.
4.
Mencuci slide dengan air mengalir.
5.
Mengeringkan slide pada suhu ruangan.
6.
Mengamati sediaan darh tipis dibawah mikroskop dengan lensa objektif perbesaran 100x menggunakan minyak imersi.
Pengecetan sediaan darah tebal
1. Mengeringkan sediaan darah tebal dalam waktu beberapa jam atau semalaman. Penggunaan kipas angin dapat mempercepat pengeringan. 2. Tidak melakukan fiksasi. 3. Pengecetan dengan giemsa 5% (pengenceran 1:20) selama 30 menit atau pengenceran 1:50 selama 50 menit. 4. Pencucian slide dengan cara memasukan ke dalam akuadest selama 3-5 menit. 5. Mengeringkan slide pada suhu ruangan. 6. Mengamati sediaan darah tebal dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 100x menggunakan minyak imersi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Preparat apusan darah tipis
3 preparat apusan darah a. Probandus afriska perbesaran 100x
Apus darah tipis
Apus darah tebal
b. Probandus naya perbesaran 100x
Apus darah tipis
Apus darah tebal
c. Probandus Riski N perbesaran 40x
Apus darah tipis
Apus darah tebal
4.2 Pembahasan
Malaria masih menjadi masalah kesehatan, parasit malaria yang menginfeksi manusia diketahui ada 4 spesies yakni P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P.ovale. Diperlukan kewaspadaan terutama di daerah dengan kepadatan vektor nyamuk Anopheles yang tinggi agar tidak semakin meluas. Mengenal dan memahami parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosis dini dan benar. Diagnosis malaria dengan pemeriksaan mikroskopis sangat diperlukan terkait dengan akurasi data untuk menentukan kebijakan program, menentukan pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat dan benar, evaluasi pengobatan dan resistensi antimalaria. Banyak penelitian telah dikembangkan untuk mendapatkan metode pemeriksaan laboratorium dalam diagnostik malaria yang lebih baik dari yang sudah ada. Namun sampai saat ini, metode pemeriksaan mikroskopis terhadap sediaan darah masih menjadi pilihan utama dan merupakan gold standard dalam diagnosis malaria yang efektif dan efektif. Metode diagnosis malaria dengan pemeriksaan mikroskopis meliputi Pembuatan preparat malaria sediaan darah tebal dan tipis, Pewarnaan Giemsa sediaan darah dan Pemeriksaan parasit secara mikroskopis. Sediaan darah tebal Terdiri dari sejumlah besar sel darah merah yang terhemolisis. Parasit yang ada terkontaminasi pada area yang lebih kecil sehinga akan lebih cepat terlihat di bawah mokroskop. Kelebihan sedian darah tebal biasanya di Hemolisis terlebih dulu sebelum pewarnaan, sehinggan pada parasut tidak lagi tampak dalam eritrosit sedangkan kelebihan dari sedian darah tebal ini yaitu dapat menemukan parasit lebih cepat karena volume darah yang digunakan lebih banyak. Jumlah parasit lebih banyak dalam satu lapang pandang, sehingga pada infeksi ringan lebih mudah ditemukan. Sedangkan kelemahan dari darah tebal bentuk parasit yang kurang lengkap morfologinya. Sediaan darah tipis Terdiri dari satu lapisan sel darah merah yang tersebar dan digunakan untuk membantu identifikasi parasit malaria setelah ditemukan dalam sedian darah tebal. Kelebihan pada sedian darah tipis pada pembaca sedian ini, bentuk parasit plasmodium berada dalam eritrosit sehingga didapatkan bentuk parasit yang utuh dan morfologinya sempurna. Serta lebih mudah untuk menentukan spesies dan stadium parasit dan perubahan pada eritrosit yang
dianggapi parasit dapat dilihat jelas. Sedangkan kelemahan darah tipis yaitu kemungkinan ditemukan parasit lebih kecil karena volume darah yang digunakan relative lebih sediki Pewarnaan sediaan darah malaria merupakan pemberian warna pada sediaan darah malaria dengan zat warna Giemsa pada konsentrasi tertentu untuk mendapatkan warna yang baik dan sesuai dengan standar teknis agar sediaan darah tersebut dapat diperiksa secara mikroskopis dengan memakai alat mikroskop sehingga dapat membedakan jenis-jenis leukosit, parasit, trombosit dan benda-benda yang terlihat pada lapang pandang mikroskop. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada ketiga preparat apusan darah tebal maupun tipis, tidak ditemukan parasit malaria. Dari hasil pengamatan praktikan hanya melihat eritrosit pada apusan darah tebal setelah diwarnai dengan pewarnaan giemsa dan pada apusan darah tipis hanya ditemukan jenis-jenis leukosit dan eritrosit yang saling menumpuk. Tidak ditemukannya parasit malaria pada ketiga preparat apus dapat disimpulkan bahwa ketiga preparat tidak mengandung parasit malaria dan sampel darah yang digunakan dalam keadaan normal (negatif) Interpretasi hasil lapang pandang yang diperiksa secar a mikroskopis sediaan malaria yaitu : 1. Positif (+) : bila di dalam sediaan darah ditemukan Plasmodium malaria. 2. Negatif (-) : bila di dalam sediaan darah tidak ditemukan Plasmodium malaria.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
1.
Parasit malaria yang menginfeksi manusia diketahui ada 4 spesies yakni P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P.ovale.
2.
Pembuatan sediaan darah merupakan gold standard untuk pemeriksaan malaria, yaitu dengan pembuatan sediaan darah tebal dan sediaan darah ti pis.
3.
Sediaan darah tebal digunakan untuk menemukan densitas parasit malaria. Sedangkan sediaan darah tipis digunakan untuk menemukan bentuk parasit yang utuh dan morfologinya sempurna.
4.
Dari ketiga probandus yang di periksa tidak ditemukan adanya paras it malaria pada sampel darah tebal maupun darah tipis.
5.2 Saran
1.
Pembuatan sediaan darah sebaiknya memperhatikan beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain kualitas dan kebersihan kaca sediaan, dan volume darah.
2.
Pewarnaan sebaiknya memperhatikan beberapa hal, antara lain kualitas Giemsa, kualitas air pengencer, lama pewarnaan, konsentrasi Giemsa dan kualitas sediaan darah.
DAFTAR REFERENSI
1.
Safar, R. Parasit Kedokteran. Bandung: CV. YRAMA WIDYA. 2010.
2.
Prabowo, A. Malaria Mencegah dan Mengatasinya, Cetakan 1. Jakarta: Puspa Swara. 2004
3.
Sutanto, I. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat . Jakarta: FKUI. 2009.
4.
Depkes RI. Modul Parasitologi Malaria. Jakarta : Direktorat Pemberantasan Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang. 2001.
5.
Afiah,
N.,
Windarwati
dan
Hardjoeno.
Comparison
Of
Rapid
Immunochromatography Test And Peripheral Blood Smear Microscopically For Malaria Diagnosis In Endemic Region, Center Of Halmahera. The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.5 July 2009 : 275-280. 2009. 6.
Budiawan, W. Nilai Diagnostik Kombinasi Gejala Demam dan Gejala/Tanda Klinik Lain di Daerah Endemik Malaria dengan Kejadian Luar Biasa di Kecamatan
Purwonegoro
dan
Banjarnegara,
Kabupaten
Banjarnegara .
Semarang : Fakultas Kedokteran UNDIP Rumah Sakit Dokter Kariadi 6, 10. 2004. 7.
Sihombing, T. Y. Ovalositosis Pada Penduduk Di Daerah Endemis Malaria (Studi kasus di desa Tanjung Tirta Banjarnegara). Semarang : Fakultas Kedokteran UNDIP.1999.
8.
Chadijah S, et al . Efektifitas Diagnosis Mikroskopis Malaria di Puskesmas Donggala, Puskesmas Lembasada, dan Puskesmas Kulawi, Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 5 No 1, April 2006 : 385-394.
9. Nurjaya, Igk O. Status Gizi dan Kepadatan Parasit Malaria pada Anak Usia Sekolah Dasar di Daerah Endemis Malaria (studi kasus di Kabupaten Sumba Timur Nusa Tenggara Timur). Semarang : Fakultas Kedokteran UNDIP.2004
PEMERIKSAAN SPESIMEN DARAH UNTUK DIAGNOSIS MALARIA
Disusun oleh:
Nama
: RISQI SARIDA
Nim
: 1611050006
Kelompok
:7
Rombongan
:-
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI 1 KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOKERTO FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK 2017