tUGAS MATA KULIAH NEW PARADIGM OF PUBLIC HEALTH
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN MENGGUNAKAN PARTICIPATORY LEARNING AND ACTION (PLA) SEBAGAI UPAYA PENURUNAN KASUS MALARIA.
Dosen : Dr. Nyoman Anita Damayanti, drg., M.S
Oleh:
EMI KUSUMAWARDANI 101417087310
SARIANA PANGARIBUAN 101417087315
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit malaria adalah salah satu penyakit menular yang mendapat perhatian karena suatu jenis penyakit yang dapat menimbulkan wabah. Hal tersebut diatur berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. Demikian pula pada rencana strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010–2014 penyakit malaria merupakan salah satu sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan dengan indikator tercapainya sasaran hasil adalah angka penemuan kasus malaria 1 per 1.000 penduduk (Depkes RI,2010). Malaria merupakan salah satu penyakit selain TB dan HIV/AIDS yang menjadi komitmen global Milleneum Development Goals (MDG's) target ke-6 yaitu ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi insiden malaria pada tahun 2015 yang dilihat dari indikator menurunnya prevalensi dan kematian akibat malaria.
Malaria menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di beberapa wilayah Indonesia. Indonesia adalah salah satu dari tiga Negara ASEAN dengan morbiditas malaria tertinggi. Pada tahun 2007, di Indonesia 396 (80%) dari total 495 kabupaten/kota merupakan daerah endemis malaria. Berdasarkan API, dilakukan stratifikasi di mana Indonesia bagian timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera, sedangkan di Jawa-Bali termasuk dalam stratifikasi rendah, meskipun ada beberapa desa/fokus malaria tinggi. Annual Parasite Incidence (API) dari tahun 2008–2009 menurun 2,47 per 1.000 penduduk menjadi 1,85 per 1.000 penduduk (Kemenkes RI, 2011). Pada tahun 2009, KLB dilaporkan terjadi di pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten, Kalimantan (Kalimantan Selatan), Sulawesi (Sulawesi Barat), NAD dan Sumater (Sumatera Barat dan Lampung) dengan total jumlah penderita 1. 869 orang dan meninggal 11 orang. Menurut data statistik rumah sakit, angka kematian (CFR) malaria untuk semua kelompok umur menurun drastis dari tahun 2004 ke tahun 2006 (dari 10,61% menjadi 1,34%). Namun pada tahun 2006–2009 cenderung meningkat hampir dua kali lipat. Hal ini perlu mendapat perhatian dan evaluasi untuk mengetahui penyebabnya (Kemenkes RI, 2011).
Dalam rangka pengendalian penyakit malaria banyak hal yang sudah maupun sedang dilakukan baik dalam skala global maupun nasional. Malaria merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium (MDGs), dimana ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian insiden malaria pada tahun 2015 yang dilihat dari indikator menurunnya angka kesakitan dan angka kematian akibat malaria. Global Malaria Programme (GMP) menyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi, serta diperlukan formulasi kebijakan dan strategi yang tepat. Di dalam GMP ditargetkan 80% penduduk terlindungi dan penderita mendapat pengobatan Arthemisinin based Combination Therapy (ACT).
Gambaran di atas menunjukkan bahwa 3 besar provinsi dengan prevalensi Malaria tertinggi adalah Papua Barat, NTT dan Papua pada tahun 2013.
Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun 2007 dapat dipantau dengan menggunakan indikator Annual Parasite Incidence (API). Hal ini sehubungan dengan kebijakan, Kementerian Kesehatan dimana pada tahun 2007 menerbitkan kebijakan mengenai penggunaan satu indikator untuk mengukur angka kejadian malaria, yaitu dengan API. Kebijakan ini mensyaratkan bahwa setiap kasus malaria harus dibuktikan dengan hasil pemeriksaan sediaan darah dan semua kasus positif harus diobati dengan pengobatan kombinasi berbasis artemisinin atau ACT (Artemisinin-based Combination Therapies).
API dari tahun 2008 – 2013 menurun dari 2,47 per 1000 penduduk menjadi 1,38 per 1000 penduduk. Untuk tahun 2013, bila dilihat per provinsi API yang tertinggi adalah Papua (42,65 per 1.000 penduduk), Papua Barat (38,44 per 1.000 penduduk) dan NTT (16,37 per 1.000 penduduk) seperti tampak pada gambar di bawah ini
Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2008-2013
Gambar 2. API per 1.000 Penduduk di Indonesia tahun 2008-2013
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat didunia. Pengendalian dan pengobatan malaria menjadi lebih sulit dengan menyebarnya strain parasit malaria yang kebal terhadap obat anti malaria. Selain itu strain nyamuk Anopheles vektor penular malaria mulai banyak yang tidak mempan lagi terhadap insektisida yang digunakan untuk memberantasnya. Diperlukan peningkatan pendidikan kesehatan, manajemen penanganan penderita yang lebih baik, cara pengendalian vektor yang lebih efesien dan terpadu untuk mengatasi penyebaran malaria (Soedarto, 2011).
Salah satu upaya pemerintah dalam menurunkan prevalensi malaria adalah dengan mencanangkan program Gebrak Malaria.Gebrak Malaria yang merupakan gerakan nasional seluruh aspek bangsa dalam upaya memberantas malaria dengan intensif yang melibatkan jaringan kerjasama pemerintah, swasta, masyarakat, LSM, badan internasional dan penyandang dana. Gerakan Berantas Kembali (Gebrak) Malaria mempunyai visi yakni mewujudkan lingkungan yang terbebas dari penularan malaria melalui pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat dan melindungi diri dari penularan malaria, menggalang kemitraan dalam pemberantasan malaria dan menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu untuk pencegahan dan pengobatan malaria (Soedarto, 2011).
Upaya pengendalian malaria dengan melibatkan partisipasi masyarakat telah banyak dilakukan di beberapa daerah. Pemberdayaan masyarakat menggunakan pendekatan Participatory Learning and Action yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk dapat mengenali kondisi lingkungan seperti kondisi yang memungkinkan sebagai tempat perindukan nyamuk, mengenali gejala-gejala terjangkitnya penyakit malaria, serta mengenali upaya pencegahan dan penanggulangan malaria.. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya mengurangi dan menghilangkan tempat perkembangbiakan nyamuk berdampak pada penurunan kasus malaria.
Tujuan
Untuk meningkatan pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan Participatory Learning and Action sebagai upaya penurunan kasus malaria.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Malaria
2.1.1. Pengertian Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk infeksi akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk aseksual, yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anhopeles betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal = buruk dan area = udara atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa – rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme ( Prabowo, 2004 )
Di dunia ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk anopheles, tetapi hanya 60 spesies berperan sebagai vektor malaria alami. Di Indonesia, ditemukan 80 spesies nyamuk Anopheles tetapi hanya 16 spesies sebagai vektor malaria ( Prabowo, 2004 ). Ciri nyamuk Anopheles Relatif sulit membedakannya dengan jenis nyamuk lain, kecuali dengan kaca pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah posisi waktu menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di luar rumah, sesudah menghisap darah nyamuk istirahat di dinding dalam rumah yang gelap, lembab, di bawah meja, tempat tidur atau di bawah dan di belakang lemari(www.Depkes.go.id )
2.1.2. Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusidarah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya. (Harijanto P.N.2000)
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai malaria tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P. ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh. (Harijanto P.N.2000)
2.1.3. Penularan Malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit yang disebut plasmodium spp yang hidup dalam tubuh manusia dan dalam tubuh nyamuk. Parasit/plasmodium hidup dalam tubuh manusia.
Menurut epidemiologi penularan malaria secara alamiah terjadi akibat adanya interaksi antara tiga faktor yaitu Host, Agent, dan Environment. Manusia adalah host vertebrata dari Human plasmodium, nyamuk sebagai Host invertebrate, sementara Plasmodium sebagai parasit malaria sebagai agent penyebab penyakit yang sesungguhnya, sedangkan faktor lingkungan dapat dikaitkan dalam beberapa aspek, seperti aspek fisik, biologi dan sosial ekonomi (Chwatt-Bruce.L.J,1985).
2.1.4. Manifestasi Klinis
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (Glycosyl Phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali. (Mansyor A dkk, 2001)
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung stadium aseksual). (Harijanto P.N, 2000)
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas. (Harijanto P.N, 2000)
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (Malaria proxym) secara berurutan:
a. Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperature. (Mansyor A dkk, 2001)
b. Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40o C atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah- muntah dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat. (Harijanto P.N, 2006)
c. Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita merasa capek dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa. (Harijanto P.N, 2006)
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan lebih sering ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi setelah 3 hari dari serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan hiperemis. (Harijanto P.N, 2006)
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti infeksi malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat (Rapid Diagnotic Test)
2.1.7 Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Malaria
2.1.7.1. Pengendalian Malaria
Penagulangan malaria seharusnya ditujukan untuk memutuskan rantai penularan antara Host, Agent dan Environment, pemutusan rantai penularan ini harus ditujukan kepada sasaran yang tepat, yaitu :
1. Pemberantasan Vektor
Penangulangan vector dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa (penyemprotan rumah dengan Insektisida). Dengan di bunuhnya nyamuk maka parasit yang ada dalam tubuh, pertumbuhannya di dalam tubuh tidak selesai, sehingga penyebaran/transmisi penyakit dapat terputus (Depkes RI, 2003)
Demikian juga kegiatan anti jentik dan mengurangi atau menghilangkan tempat-tempat perindukan, sehingga perkembangan jumlah (Density) nyamuk dapat dikurangi dan akan berpengaruh terhadap terjadinya transmisi penyakit malaria (Depkes RI, 2003)
Menurut Marwoto (1989) penangulangan vector dapat dilakukan dengan memanfaatkan ikan pemakan jentik. Penelitian Biologik yang telah dilakukan menunjukkan bahwa prospek terbaik adalah ikan, karena mudah dikembangbiakkan, ikan suka memakan jentik, dan sebagai sumber protein bagi masyarakat.
Penggunaan ikan nila merah (Oreochromis Nilotis) sebagai pengendali vektor telah dilakukan. Menurut Nurisa (1994), ikan nila memiliki daya adaptasi tinggi diberbagai jenis air. Nila dapat hidup di air tawar, air payau, dan di laut.
2. Pengendalian Vektor
Pengendalian vector malaria dilaksanakan berdasarkan pertimbangan, Rasioanal, Efektif, Efisiensi, Sustainable, dan Acceptable yang sering disingkat RESSA
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian vektor adalah sebagai berikut :
1. Penyemprotan rumah, penyemprotan dilakukan pada semua bangunan yang ada, pada malam hari digunakan sebagai tempat menginap atau kegiatan lain, masjid, gardu ronda, dan lain-lain.
2. Larviciding adalah kegiatan anti larva yang dilakukan dengan cara kimiawi, kegiatan ini di lakukan dilingkungan yang memiliki banyak tempat perindukan yang potensial (Breeding Pleaces). Yang dimaksud dengan tempat perindukan adalah genangan air disekitar pantai yang permanen, genangan air dimuara sungai yang tertutup pasir dan saluran dengan aliran air yang lambat.
3. Biological control, kegiatan anti larva dengan cara hayati (pengendalian dengan ikan pemakan jentik), dilakukan pada desa-desa di mana terdapat di mana terdapat banyak tempat perindukan vektor potensial dengan ketersedian air sepanjang tahun, seperti mata air, anak sungai, saluran air persawahan, rawa-rawa daerah pantai dan air payau, dll.
4. Pengolahan lingkungan (Source reduction) adalah kegiatan-kegiatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan kegiatan modifikasi dan manipulasi faktor lingkungan dan interaksinya dengan manusia untuk mencegah dan membatasi perkembangan vector dan mengurangi kontak antara manusia dan Vektor (Depkes, 2005)
5. Kelambunisasi adalah pengendalian nyamuk Anopheles spp secara kimiawi yang digunakan di Indonesia. Kelambunisasi adalah pengunaan kelambu yang terlebih dahulu dicelup dengan insektisida permanent 100EC yang berisi bahan aktif permethrin.
3. Penemuan dan Pengobatan Penderita Malaria
A. Mencari Penderita Malaria
Salah satu cara memutuskan penyebaran penyakit malaria adalah dengan menemukan penderita sedini mungkin baik dilakukan secara aktif oleh petugas yang mengunjungi rumah secara teratur (Active Case detection) maupun dilakukan secara pasif (Passive Case Detection), yaitu memeriksa semua pasien yang berkunjung ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), yaitu Polindes, Pustu, Puskesmas dan Rumah Sakit baik swasta maupun pemerintah yang menunnjukkan gejala malaria dan dilakukan pengambilan darah untuk diperiksa di labaratorium.
B. Pengobatan Penderita Malaria
Bebarapa cara dan jenis pengobatan terhadap tersangka atau penderita yaitu :
a. Pengobatan Malaria Klinis
Pengobatan diberikan berdasarkan gejala klinis dan bertujuan untuk menekan gejala klinis dan membunuh gamet untuk mencegah terjadinya penularan.
b. Pengobatan Radikal
pengobatan diberikan dengan pemeriksaan laboratorium positf Malaria.
c. Pengobatan Masal (Mass drug Administration = MDA)
Pemberian pengobatan malaria klinis kepada semua penduduk (>80%) didaerah
KLB sebagai bagian dari upaya penanggulangan KLB malaria.
d. Pengobatan kepada Penderita Demam (Mass Fever Treatment = MFT)
Dilakukan untuk mencegah KLB dan penaggulangan KLB, yaitu diulang setiap 2 minggu setelah pengobatan MBA sampai penyemprotan selesai.
2.1.7.2 Pencegahan Penyakit Malaria
Pencegahan sederhana dapat dilakukan oleh masyarakat, antara lain :
1. Menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk malaria, dengan cara tidur memakai kelambu, tidak berada diluar rumah pada malam hari, mengolesi badan dengan lotion anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela.
2. Membersihkan tempat sarang nyamuk, dengan cara membersihkan semak-semak disekitar rumah dan melipat kain-kain yang bergantungan, mengusahakan didalam rumah tidak gelap, mengalirkan genangan air serta menimbunnya.
A. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Malaria
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit malaria antara lain :
1. Faktor Lingkungan fisik
a. Kondisi fisik rumah
Rumah adalah struktur fisik, orang menggunakan untuk tempat berlindung yang dilengkapi beberapa fasilitas yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani baik untuk keluarga maupun individu.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping pangan dan sandang, agar rumah dapat berfungsi sebagai tempat tinggal yang baik diperlukan beberapa persyaratan. Rumah sehat harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain :
1) Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan fisik dasar dari penghuninya. Hal-hal yang perlu diperhatikan di sini ialah :
a) Rumah tersebut harus terjamin penerangannya yang dibedakan atas cahaya matahari dan lampu.
b) Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna, sehingga aliran udara segar dapat terpelihara.
c) Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipertahankan suhu lingkungan.
2) Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan kejiwaan dasar dari penghuninya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : a) Terjamin berlangsungnya hubungan yang serasi antara anggota keluarga yang tinggal bersama.
b) Menyediakan sarana yang memungkinkan dalam pelaksanaan pekerjaan rumah tangga tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.
3) Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari penularan penyakit atau berhubungan dengan zat-zat yang membahayakan kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a) Rumah yang di dalamnya tersedia air bersih yang cukup.
b) Ada tempat pembuangan sampah dan tinja yang baik.
c) Terlindung dari pengotoran terhadap makanan.
d) Tidak menjadi tempat bersarang binatang melata ataupun penyebab penyakit lainnya.
4) Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya kecelakaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a) Rumah yang kokoh.
b) Terhindar dari bahaya kebakaran.
c) Alat-alat listrik yang terlindungi.
d) Terlindung dari kecelakaan lalu lintas (Azwar, 1996).
Kondisi fisik rumah berkaitan sekali dengan kejadian malaria, terutama yang berkaitan dengan mudah atau tidaknya nyamuk masuk ke dalam rumah adalah ventilasi yang tidak di pasang kawat kasa dapat mempermudah nyamuk masuk kedalam rumah. Langit-langit atau pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari kayu, internit maupun anyaman bambu halus sebagai penghalang masuknya nyamuk ke dalam rumah dilihat dari ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah. Kualitas dinding yang tidak rapat jika dinding rumah terbuat dari anyaman bambu kasar ataupun kayu/papan yang terdapat lubang lebih dari 1,5 mm² akan mempermudah nyamuk masuk ke dalam rumah (Darmadi, 2002).
b. Lingkungan rumah
Lingkungan fisik yang diperhatikan dalam kejadian malaria adalah jarak rumah dari tempat istirahat dan tempat perindukan yang disenangi nyamuk Anopheless seperti adanya semak yang rimbun akan menghalangi sinar matahari menembus permukaan tanah, sehingga adanya semak-semak yang rimbun berakibat lingkungan menjadi teduh serta lembab dan keadaan ini merupakan tempat istirahat yang disenangi nyamuk Anopheles, parit atau selokan yang digunakan untuk pembuangan air merupakan tempat berkembang biak yang disenangi nyamuk, dan kandang ternak sebagai tempat istirahat nyamuk sehingga jumlah populasi nyamuk di sekitar rumah bertambah (Handayani dkk, 2008).
belukar didekat sarangnya. Jarak terbangnya dapat mencapai 1,5 km, tetapi mereka jarang terdapat jauh dari sarangnya. Terbangnya pada malam hari untuk menghisap darah. (Iskandar dkk, 1985)
2) Anopheles balabacensis
Anopheles balabacensis ditemukan sepanjang tahun baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Pada musim hujan tempat perkembangbiakan spesies tersebut adalah di aliran mata air yang tergenang, di genangan-genangan air hujan di tanah, dan di lubang- lubang batu. Sering didapatkan juga pada parit yang alirannya terhenti. Pada musim kemarau sumber air tanah berkurang sehingga terbentuk genangan-genangan air sepanjang sungai. Genangan-genangan air tersebut dimanfaatkan sebagai tempat perkembangbiakkan Anopheles balabacensis. Nyamuk dewasa lebih suka menghisap darah manusia dari pada darah binatang (Barodji dkk, 2001).
3) Anopheles maculatus
Spesies nyamuk ini umumnya berkembangbiak pada genangan-genangan air tawar jernih baik di tanah seperti di mata air, galian-galian pasir atau belik, genangan air hujan maupun genangan air di sungai yang berbatu-batu kecil yang terbentuk karena sumber air kurang sehingga air tidak mengalir dan menggenang di sepanjang sungai serta mendapat sinar matahari langsung. Perilaku menghisap darah baik di dalam maupun di luar rumah paling banyak sekitar pukul 22.00. Spesies ini pada siang hari ditemukan istirahat di luar rumah pada tempat-tempat yang teduh antara lain di kandang sapi dan kerbau, di semak-semak, di lubang-lubang di tanah pada tebing dan lubang-lubang tempat pembuangan sampah. Selama penangkapan pada siang hari tidak pernah menemukan Anopheles maculatus istirahat di dalam rumah (Boesri dkk, 2003).
2. Faktor Perilaku
Upaya pencegahan penyakit malaria salah satunya adalah melalui pendidikan kesehatan masyarakat, dan tujuan akhir dari pendidikan kesehatan masyarakat adalah perubahan perilaku yang belum sehat menjadi perilaku sehat, artinya perilaku yang mendasarkan pada prinsip-prinsip sehat atau kesehatan. Pendidikan yang diberikan kepada masyarakat harus direncanakan dengan menggunakan strategi yang tepat disesuaikan dengan kelompok sasaran dan permasalahan kesehatan masyarakat yang ada. Strategi tersebut mencakup metode/cara, pendekatan dan tekhnik yang mungkin digunakan untuk mempengaruhi faktor prediposisi, pemungkin dan penguat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi perilaku (Machfoedz dkk, 2005).
Strategi yang tepat agar masyarakat mudah dan cepat menerima pesan diperlukan alat bantu yang disebut peraga. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima pesan semakin banyak dan jelas pula pengetahuan yang diperoleh ( Depkes RI, 1999).
Praktik atau perilaku keluarga terhadap upaya mengurangi gigitan nyamuk malaria adalah:
a. Kebiasaan menggunakan kelambu
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menggunakan kelambu secara teratur pada waktu malam hari dapat mengurangi kejadian malaria. Penduduk yang tidak menggunakan kelambu mempunyai resiko 6,44 kali terkena malaria (Barodji 2000).
b. Kebiasaan menghindari gigitan nyamuk
Untuk menghindari gigitan nyamuk digunakan obat semprot, obat poles atau obat nyamuk bakar sehingga memperkecil kontak dengan nyamuk (Depkes RI, 1992).
c. Kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari
Nyamuk penular malaria mempunyai keaktifan menggigit pada malam hari. Menurut Lestari (2007) nyamuk Anopheles paling aktif mencari darah pukul 21.00-03.00. Menurut Darmadi (2002) kebiasaan penduduk barada di luar rumah pada malam hari antara pukul 21.00 s/d 22.00 berhubungan erat dengan kejadian malaria, karena frekuensi menghisap darah jam tersebut tinggi.
2.2 Teori Participatory Learning and Action
Participatory Learning and Action (PLA) secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah metodologi pendekatan program pengembangan masyarakat. Metode ini menyediakan alat/teknik yang bisa digunakan masyarakat dampingan untuk melakukan pengkajian keadaan dirinya, menganalisis dan kemudian merencanakan tindakan. Juga untuk bisa melakukan penilaian terhadap pencapaian hasil atau tujuan kegiatan-kegiatannya. Participatory Learning and Action (PLA) adalah metodologi pendekatan pembangunan (pengembangan masyarakat) yang mengadopsi konsep pembelajaran masyarakat. Tokoh pengembang Participatory Learning and Action (PLA) adalah Robert Chambers dari Inggris, yang menyatakan bahwa salah satu sumber atau akar Participatory Learning and Action (PLA) adalah pemikiran Paulo Freire tentang pendidikan kritis atau pendidikan pembebasan yang mengartikan pembelajaran masyarakat sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Participatory Learning and Action (PLA) merupakan metoda penilaian keadaan secara partisipatif, yang dilakukan pada tahapan awal perencaanaan kegiatan. Melalui Participatory Learning and Action (PLA),dilakukan kegiatan-kegiatan:
1. Pemetaan-wilayah dan kegiatan yang terkait dengan topic penilaian keadaan.
2. Analisis keadaan yang berupa:
Keadaan masa lalu, sekarang, dan kecenderungannya di masa depan
Identifikasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan alasan-alasan atau penyebabnya.
Identifikasi (akar) masalah dan alternatif-alternatif pemecahan masalah
Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau analisis strength, weaknes, opportunity, and threat (SWOT) terhadapsemua alternatif pemercahan masalah
3. Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling layak atau dapat dihandalkan (dapat dilaksanakan, efisien, dan diterima oleh sistem sosialnya).
4. Rincian tentang sakeholders dan peran yang diharapkan dari para pihak, serta jmlah dan sumber-sumber pembiayaan yang dapat diharapkan untuk melaksanakan program/kegiatan yang akan diusulkan/direkomendasikan.
Participatory Learning and Action (PLA) sebagai metodologi pengembangan program, mencakup hal yang lebih luas: yaitu kerangka konseptual, prinsip-prinsip, nilai ideologis, visi yang ingin dicapai, serta metode/teknik yang dapat digunakan untuk mengaplikasikan pemikiran tentang partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
2.3 Pemberdayaan Masyarakat
2.3.1 Definisi Pemberdayaan
Pemberdayaan dapat diartikan sebagai suatu pelimpahan atau pemberian kekuatan(power) yang akan menghasilkan hierarki kekuatan dan ketiadaan kekuatan, seperti yang dikemukakan Simon (1993) bahwa pemberdayaan merupakan suatu aktvitas refleksi, suatu proses yang mampu diinisiasikan dan dipertahankan hanya oleh agen atau subyek yang mencari kekuatan atau penentuan diri sendiri (self-determination).
Sulistiyani (2004) menjelaskan lebih rinci bahwa secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Berdasarkan beberapa pengertian pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif pemecahannya dengan mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimiliki secara mandiri.
2.3.2 Proses Pemberdayaan
Proses Pemberdayaan. Proses pemberdayaan adalah suatu siklus atau proses yang melibatkan
masyarakat untuk bekerjasama dalam kelompok formal maupun nonformal untuk melakukan kajian masalah, merencanakan, melaksanakan, dan melakukan evaluasi terhadap program yang telah direncanakan bersama. Proses pemberdayaan diukur melalui (a) kualitas dan kuantitas keterlibatan masyarakat mulai dari kegiatan kajian atau analisis masalah, (b) perencanaan program, (c) pelaksanakan program, serta (d) keterlibatan dalam evaluasi secara berkelanjutan.
2.4 Metode Pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan Participatory Learning and Action (PLA)
Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan kesatuan proses yang berkelanjutan melalui kegiatan Participatory Learning and Action (PLA),yang melibatkan partisipasi masyarakat untuk melaksanakan pembangunan di wilayahnya sendiri sesuai dengan potensi yang mereka miliki sendiri, melalui kegiatan aksi dan refleksi yang berkelanjutan.
Didalam pelaksanaannya, Participatory Learning and Action (PLA) dilaksanakan sebagai berikut :
Kegiatan pengumpulan data dasar, dilaksanakan dengan menggabungkan teknik penilaian desa secara cepat ( Rapid Rural Appraisal/RRA) yang dilakukan oleh orang luar dan survey mandiri yang dilakukan sendiri oleh masyarakat melalui Community Self Survey/CSS
Kegiatan perencanaan merupakan kegiatan yang dilakukan melalui kegiatan penilaian partisipatif atau Participatory Rural Appraisal /PRA
Kegiatan aksi merupakan "proses belajar" yang terus menerus dan dilaksanakan dalam bentuk pelatihan (in door dan out door) yang kait mengaik secara berkelanjutan, dengan menggunakan metode pendidikan orang dewasa yang partisipatif ( Participatory/Training method)
Refleksi dilakukan juga oleh masyarakat dalam bentuk pemantauan dan evaluasi kegiatan melalui Participatory Assasement for Monitoring and Evaluation
BAB 3
PEMBAHASAN
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat atau komunitas merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerement) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran,kemauan,dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan secara bertahap,adapun tujuan dalam pemberdayaan masyarakat adalah :
Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan individu,kelompok dan masyarakat
Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka
Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya tindakan atau perilaku sehat
Upaya pengendalian malaria dengan melibatkan pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian malaria dilakukan dengan pendekatan Participatory Learning and Action (PLA) yakni kegiatan memberikan pembelajaran ke masyarakat untuk dapat mengambil tindakan dalam pengendalian malaria,tindakan tersebut yaitu :
Masyarakat mampu mengenali masalah dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan terutama malaria di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit malaria dan terdapatnya rencana kegiatan masyarakat difokuskan dalam bentuk intervensi lingkungan
Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi masyarakat setempat
Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan terutama malaria dengan melakukan tindakan pencegahan
Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus menerus melalui berbagai macam-macam kegiatan seperti kelompok desa, dasa wisma, PKK atau kelompok pemuda
Prinsip pemberdayaan masyarakat :
Menumbuhkankembangkan potensi masyarakat
Mengembangkan gotong royong masyarakat
Menggali kontribusi masyarakat
Menjalin kemitraan
Desenrtralisasi
Peran petugas kesehatan dalam upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan Participatory Learning and Action (PLA) dalam menurunkan kejadian malaria adalah :
Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat
Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut
Mengalihkan pengetahuan , ketrampilan dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional
Indikator hasil pemberdayaan masyarakat :
Input meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan pemberdayaan
Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan ,frekuensi pelatihan yang dilaksanakan , jumlah tokoh masyarakat yang terlibat dan pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan
Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat, jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang kesehatan
Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam menurunkan angka kesakitan malaria
BAB 4
KESIMPULAN
Pemberdayaan masyarakat merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan yang bertujuan untuk memandirikan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan status kesehatannya menjadi lebih baik dengan menggunakan prinsip pemberdayaan dimana petugas kesehatan berperan memfasilitasi masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan , kemauan dan kemampuannya untuk memelihara dan meningkatkan status kesehatannya.
Strategi penggerakan dan pemberdayaan masyarakat yaitu dengan Participatory Learning and Action (PLA) yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, meningkatkan kesadran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pekayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah, mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembengunan kesehatan, mengembangkan berbagai bentuk pembangunan kesehatan yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat dan mengembangkan sumber daya yang dimiliki masyarakat secara terbuka (trnasparan)
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah. 2012. Bioecological study of Anopheles spp. as a basic for developing of malaria
vector control strategies in the South Halmahera District, North Maluku. Disertasi.Sekolah Pasca Sarjana IPB Bogor
Arsin, Arsunan. 2012. Malaria di Indonesia, Tinjauan Aspek Epidemiologi. Masagena Press,Makassar
Dalimunthe, Letanan.2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam
Program Pencegahan Penyakit Malaria di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan
Depkes RI. 2003. Modul Entomologi Malaria. Depkes RI, Jakarta
Dinkes Malut. 2010. Pedoman Pelatihan Fasilitator Participatory Learning and Action (PLA).
Dinkes Malut dan Unicef. Ternate
Erdinal, dkk. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Kecamatan
Kampar Kiri Tengah Kabupaten Hampar Tahun 2005-2006. Makara Kesehatan, Vol.10,No.2 LGSP. 2010. Fasilitasi yang Efektif . USAID. Jakarta
Malaria Center Halsel. 2013 Laporan Tahunan Program Malaria 2012. Malaria Center, Labuha
Rahmawati dkk. 2012. Evaluasi Manajemen Lingkungan Pengendalian Vektor Dalam Upaya
Pemberantasan Penyakit Malaria di Kota Ternate. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia. Vol 11 No 2/ Oktober 2012 Siahaan, Rumanti. 2008. Determinan Tindakan Masyarakat Dalam Pemberantasan Malaria diKecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan. .Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan
Soedarto. 2011. Malaria. Sagung Seto, Jakarta
Sucipto, Cecep Dani. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Gosyen Publishing, Yogyakarta