VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan potensi antibiotika dengan tujuan untuk mengetahui besarnya potensi sampel terhadap antubiotika standar. Suatu antibiotik akan menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri pada konsentrasi tertentu. Dalam percobaan kali ini, pengujian dilakukan dengan metode penetapan dengan lempeng silinder, yaitu metode yang menggunakan perforator untuk membuat lubang pada media agar yang berisi berisi biakan bakteri pada cawan petri. Pada lubang tersebut akan diisikan larutan antibiotik yang akan diujikan sesuai dengan konsentrasi tertentu. Potensi yang dapat ditentukan dengan mengukur zona bening pada media agar yang dihasilkan dari penghambatan oleh antibiotik. Bakteri yang digunakan dalam pengujian harus merupakan biakan murni. Biakan murni adalah bakteri yang diambil dari alam secara langsung kemudian dibiakan, bukan dari bakteri yang diisolasi dari laboratorium klinis seperti dari sampel darah, feses, atau urin. Antibiotik yang digunakan pada praktikum kali ini adalah adal ah Rifampisin Rif ampisin dan bakteri yang digunakan adalah Bacillus subtilis.
Sebelum memulai praktikum, dilakukan perencanaan pengenceran dan perhitungan konsentrasi. Penentuan dosis dilakukan berdasarkan data di Farmakope Indonesia. Pada Farmakope tertulis dosis yang digunakan dalam uji potensi adalah sebesar 5,0 g/ml. Pengambilan Rifampisin dilakukan menggunakan mikropipet. Mikropipet adalah alat yang digunakan untuk mengambil cairan dalam volume sangat kecil (L) secara akurat dan presisi. Cawan petri yang sudah berisi media agar yang sudah mengandung bakteri diberi garis yang membagi menjadi 6 bagian sama besar. Setiap bagian tersebut diberi tanda baku tinggi, baku menengah, baku rendah, sampel tinggi, sampel menengah, dan sampel rendah untuk mempermudah pengamatan. Zona baku tinggi dan sampel tinggi diletakkan bersebrangan, karena jika dua dosis tinggi diletakkan berdampingan dikhawatirkan akan menyulitkan pengamatan karena zona bening yang bersinggungan. Kemudian pada setiap bagian di cawan petri dibuat lubang dengan perforator. Sebelum digunakan, perforator harus difiksasi
untuk disterilkan dan didinginkan agar tidak merusak media agar serta tidak membunuh bakteri yang telah dibiakan pada media agar. Setelah terbentuk lubang pada tiap bagian di cawan petri, selanjutnya dimasukkan antibiotik Rifampisin yang telah diencerkan ke tiap-tiap lubang pada 6 bagian di cawan petri sesuai dengan labelnya. Pengisian antibiotik dilakukan dari dosis rendah ke dosis tinggi. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi perubahan konsentrasi yang besar jika ada larutan antibiotik yang tertinggal pada tip pipet saat dilakukan perubahan pengambilan dosis. Pengambilan antibiotik dilakukan menggunakan mikropipet dengan tip pipet yang berbeda untuk larutan baku dan larutan sampel. Tip pipet yang sudah selesai digunakan dimasukkan ke dalam desinfektan. Seluruh prosedur dilakukan di dekat api agar tetap aseptis dan menghindari kontaminasi. Seluruh prosedur dilakukan tiga kali (triplo). Setelah seluruh bagian cawan petri terisi antibiotik dengan dosis sesuai label, cawan petri dibungkus kertas koran kemudian diinkubasi selama 18-24 jam dengan suhu 37 0C. Setelah diinkubasi, daerah bening yang terbentuk diamati dan diukur diameternya menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran, didapatkan diameter daerah bening pada media agar. Dari data pengamatan, terlihat diameter daerah bening pada lubang berisi antibiotik dosis tinggi lebih besar daripada daerah bening pada lubang yang berisi antibiotik yang berisi dosis rendah.Hal tersebut berarti bahwa dosis tinggi lebih mampu menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis. Dari diameter hambat atau daerah bening yang terbentuk, selanjutnya dilakukan penghitungan potensi antibiotik sampel terhadap antibiotik standar. Hasil perhitungan menghasilkan potensi antibiotik Rifampisin sampel terhadap antibiotik Rifampisin baku (standar) adalah sebesar 73,28 %. Menurut Farmakope, potensi antibiotik yang baik adalah mendekati 100 %, sedangkan nilai potensi yang didapat dari hasil perhitungan pada pengujian kurang dari angka 100 %. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1. Kerja yang kurang aseptis sehingga dapat menyebabkan masuknya kontaminan sehingga mempengaruhi hasil diameter hambat atau daerah bening yang terbentuk.
2. Antibiotik yang digunakan sudah kadaluwarsa sehingga kerjanya dalam menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri tidak optimal.