Publikasi pada Majalah Kedokteran Gigi (Dental Journal) FKG-Unair (Edisi
Khusus TIMNAS III), 2003, vol 36, hal. 81-87.
PEMANFAATAN FLAVONOID DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI
Oleh Ardo Sabir
Abstrak
Flavonoid merupakan kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas
yang karakteristiknya adalah struktur benzo-γ-piron, dan banyak terdapat
pada sel yang mengalami fotosintesis. Oleh karena itu, flavonoid terdapat
pada semua tumbuhan dan saat ini dikonsumsi dalam jumlah banyak pada diet
sehari-hari. Flavonoid mempunyai banyak manfaat dalam bidang nutrisi.
Selama berabad-abad, preparat yang mengandung flavonoid sebagai bahan yang
aktif secara fisiologis telah digunakan oleh masyarakat dan para klinisi
dalam upaya mengobati penyakit. Flavonoid mampu memodulasi aktivitas enzim
dan mempengaruhi berbagai sistem sel. Hal ini menyebabkan senyawa ini
memiliki kemampuan antibakteri, anti inflamasi, dan melindungi pembuluh
darah, dll. Artikel ini mendiskusikan mengenai struktur dan golongan
flavonoid, biosintesis flavonoid, farmakokinetik dan farmakodinamik
flavonoid, aktivitas biologis dari flavonoid, dan beberapa laporan mengenai
aplikasi terapi dari flavonoid di bidang Kedokteran Gigi. Artikel ini
mengulas kejadian yang penting dari segi ilmu biologi dasar yang diperlukan
untuk merangsang rasa keingintahuan para klinisi untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai aplikasi terapi dari bahan alam ini di bidang
Kedokteran Gigi. Kesimpulan dari artikel ini adalah bahwa flavonoid
memiliki beberapa aktivitas biologis. Pengaruh ini dapat digunakan sebagai
terapi. Namun demikian, publikasi laporan mengenai keberhasilan klinis
penggunaan flavonoid masih sedikit.Oleh karena itu, penggunaan flavonoid
didalam praktek kedokteran gigi masih merupakan tantangan bagi para
klinisi.
Kata Kunci: Flavonoid, Aktivitas Biologis, Potensi Farmakologis.
Bagian Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin
Makassar
THE USES OF FLAVONOIDS IN DENTISTRY
By Ardo Sabir
Abstract
Flavonoids are a widely distributed group of polyphenolic
compounds characterized by a common benzo-γ-pyrone structure, and are
ubiquitous in photosynthesizing cells. Therefore, it is widespread in the
plant kingdom and currently consumed in large amounts in the daily diet. A
myriad of nutritional benefits has been attributed to these phytochemicals.
For centuries, laymen and physicians have used preparations, which contain
flavonoids as the principal physiologically active constituents, in
attempts to treat human diseases. Flavonoids are capable of modulating the
activity of enzymes and affect the behavior of many cell systems,
suggesting that the compounds may possess significant antibacterial, anti-
inflammatory, and vascular protection activities etc. This article
discusses about the structure and classes of flavonoids, the biosynthesis
of flavonoids, the pharmacokenetics and pharmacodynamics of flavonoids,
biological activities of flavonoids, and the few existing report about the
therapeutic application of flavonoids in dentistry. This article has been
made to present the fundamental evidence from the basic biological sciences
which is required to stimulate the interest of clinicians to made further
investigation about the therapeutic application of these natural compounds
in dentistry. The conclusion from this article is that flavonoids possess
several biological activities. These effects may have therapeutic uses.
However, only a few reports were published about successful clinical use of
flavonid in dentistry. Therefore, the use flavonoid in dental practice is
still a challenge to clinicians.
Key Words: Flavonoids, Biological Activity, and Pharmacological Potency.
Department of Conservative Dentistry , Faculty of Dentistry,
Hasanuddin University,
Makassar
PENDAHULUAN
Flavonoid atau bioflavonoid merupakan suatu senyawa fenol yang
tersebar luas pada hampir semua tumbuh-tumbuhan (kecuali alga)1,2, dengan
penyebaran terbesar terdapat pada golongan Angiospermae1. Senyawa ini pada
tumbuhan disintesis dalam jumlah sedikit (0,5% - 1,5%)1,2. Lebih dari 4.000
flavonoid telah diidentifikasi pada tumbuhan tingkat tinggi dan rendah
hingga saat ini3.
Pada tumbuhan, flavonoid tidak hanya berperan sebagai pigmen yang
memberi warna pada bunga dan daun saja, namun juga sangat penting bagi
pertumbuhan, perkembangan, dan pertahanan tumbuhan3,4, misalnya sebagai
enzim inhibitor, prekursor bahan toksik, melindungi tumbuhan (dari bakteri,
virus, herbivora, radikal bebas, dan radiasi sinar ultraviolet), sebagai
agen kelasi terhadap logam-logam yang berbahaya bagi tumbuhan dengan
membentuk senyawa kompleks, berperan dalam fotosensasitasi dan transfer
energi, morfogenesis dari tumbuhan, proses fotosintesis, ekspresi gen
tumbuhan, dan sebagai regulator hormon pertumbuhan dari tumbuhan4-7.
Senyawa ini ditemukan pada buah-buahan dan sayuran sehingga dapat
dikatakan bahwa flavonoid merupakan unsur yang penting pada diet manusia8-
10. Minuman seperti teh, kopi, dan anggur juga mengandung sejumlah besar
flavonoid11. Oleh karena itu, flavonoid bukan hanya penting untuk tumbuh-
tumbuhan, tetapi juga bagi manusia. Flavonoid diperkirakan terdapat pada
tumbuh-tumbuhan sejak ribuan tahun lalu. Adanya interaksi antara manusia
dengan tumbuh-tumbuhan menyebabkan timbulnya minat para peneliti untuk
mengetahui aktivitas biokimia dan fisiologi dari senyawa ini4.
Penelitian secara in vivo maupun in vitro menunjukkan bahwa
flavonoid memiliki aktivitas biologis maupun farmakologis, antara lain
bersifat antibakteri12-14, anti inflamasi4,15-18, anti alergi4,
antikarsinogen19-22, antioksidan9-11,23, dan melindungi pembuluh
darah4,10,24-26. Penggunaan flavonoid dibidang Kedokteran telah banyak
dilakukan misalnya2,4,11,16,25,27-29: pada pengobatan diabetes mellitus,
penyakit inflamasi, penyakit alergi, kanker, infeksi yang disebabkan oleh
virus, tukak lambung, kardiovaskuler, dan osteoporosis. Sementara
penelitian maupun penggunaan flavonoid sebagai bahan terapi di bidang
Kedokteran Gigi masih sangat jarang dilaporkan2,29,30.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan artikel ini yaitu mencoba menjelaskan
mengenai struktur dan golongan flavonoid, biosintesis flavonoid,
farmakodinamik dan farmakokinetik flavonoid, aktivitas biologis dari
flavonoid, dan beberapa laporan mengenai aplikasi terapi dari flavonoid di
bidang Kedokteran Gigi.
MANFAAT YANG DIHARAPKAN
Artikel ini diharapkan menjadi dasar bagi para klinisi untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi flavonoid sebagai bahan
terapi di bidang Kedokteran Gigi mengingat penelitian mengenai hal tersebut
masih sangat sedikit dilakukan.
TINJAUAN PUSTAKA
STRUKTUR DAN GOLONGAN FLAVONOID
Nama "flavonoid" digunakan pertama kali oleh Geissman dan
Hinreiner31 sekitar 32 tahun yang lalu, yaitu untuk menamakan golongan
senyawa yang mempunyai struktur kerangka dasar C6 – C3 – C6 32. Setiap
bagian C6 merupakan cincin benzena yang dihubungkan dengan tiga atom karbon
(C3) yang merupakan rantai alifatis yang dapat pula membentuk cincin
ketiga. Ketiga cincin tersebut diberi tanda A, B, dan C untuk memudahkan
dalam pembahasan. Atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang
menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C serta angka beraksen untuk
cincin B (Gambar 1)1.
Gambar 1. Struktur umum flavonoid.
Sumber: Pustaka no 1.
Terdapat 2 macam istilah dengan pengertian yang berbeda, yaitu
flavonoid dan flavanoid. Istilah flavonoid berasal dari kata flavon atau
fenil 2 kromon yang mempunyai kerangka dasar ( piron, sedangkan istilah
flavanoid berasal dari kata flavan atau fenil 2 kroman yang mempunyai
kerangka dasar piran. Namun saat ini istilah flavonoid lebih umum digunakan
dari pada flavanoid31,32.
Flavonoid dikelompokkan menjadi 6 golongan, yaitu: flavon,
isoflavon, flavanon, flavonol, khalkon, dan antosianidin (Gambar 2)33.
Flavon Flavonol
Flavanon
Isoflavon Khalkon
Antosianidin
Gambar 2. Struktur dari golongan flavonoid.
Sumber: Pustaka no 33.
Penggolongan flavonoid ini berdasarkan pada perbedaan struktur
kimianya, yaitu perbedaan substituen cincin heterosiklik yang mengandung
oksigen dan perbedaan distribusi gugus hidroksil. Sebaliknya, perbedaan
oksigenasi pada atom C3 menentukan sifat, khasiat, dan tipe/golongan
flavonoid1.
BIOSINTESIS FLAVONOID
Semua jenis flavonoid saling berkaitan karena memiliki jalur
biosintesis yang sama yaitu kombinasi dari 2 alur yaitu alur asam sikimat
dan alur asetat malonat (Gambar 3)1.
Gambar 3. Hubungan antar jenis monomer flavonoid.
Sumber: Pustaka no 1.
Masing-masing jalur memasukkan prazat, yaitu senyawa turunan asam
sinamik (fenilpropan) yang dihasilkan dari sintesis asam sikimat yang
berperan sebagai senyawa awal untuk sintesis polyketide, dan residu 3 asam
asetat hasil sintesis asetat malonat4. Flavonoid yang pertama kali
terbentuk pada biosintesis adalah khalkon, sedangkan turunan-turunan
flavonoid lainnya diturunkan dari senyawa tersebut melalui hidroksilasi dan
reduksi1,4.
FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK FLAVONOID
Flavonoid dapat ditemukan pada hampir semua bagian tumbuhan,
termasuk daun, akar, kuncup, kayu, kulit kayu, tepung sari, nektar, bunga,
buah, dan biji. Senyawa ini di dalam jaringan tumbuhan, lazimnya ditemukan
dalam bentuk glikosida (terikat dengan molekul gula) atau aglikon (tidak
terikat dengan molekul gula1. Walaupun demikian, tiap bagian dari tumbuhan
mengandung flavonoid yang khas pula, misalnya anto- sianidin terdapat pada
buah, bunga, dan daun, sedangkan flavon terdapat pada bunga34.
Laporan mengenai adanya flavonoid pada hewan sangat sedikit,
misalnya pada lebah dan kupu-kupu. Flavonoid yang terdapat pada hewan
berasal dari tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanannya dan tidak
dibiosintesis didalam tubuh hewan tersebut1.
Oleh karena data mengenai farmakokinetik flavonoid khususnya pada
manusia masih sangat sedikit, dan tingkat kelarutan senyawa ini sangat
beragam, maka untuk memprediksi kecepatan flavonoid diabsorbsi pada
intestinum dan penetrasinya melalui permukaan kulit maupun mukosa masih
sukar dilakukan4,35. Penelitian menunjukkan bahwa bila flavonoid yang
terdapat pada makanan dalam bentuk ( glikosida, maka flavonoid tersebut
tidak dapat diabsorbsi. Dalam hal ini, hanya flavonoid dalam bentuk aglikon
saja yang dapat melewati dinding usus. Hidrolisis ikatan ( glikosida
terjadi hanya pada usus besar (kolon) oleh bakteri, bersamaan dengan
degradasi flavonoid yang terdapat pada makanan. Hal ini disebabkan karena
tidak ada enzim yang mampu memecah ikatan antara flavonoid dengan gula atau
mensekresikannya kedalam usus4. Senyawa flavonoid dalam bentuk aglikon pada
usus diabsorbsi bersama-sama asam empedu dan melalui epitel masuk kedalam
peredaran darah. Melalui vena porta, sebagian besar flavonoid akan menuju
ke hati yang merupakan organ utama tempat metabolisme flavonoid selain
dinding usus besar dan ginjal2,28. Metabolit flavonoid yang dilabel
misalnya 3,5-dihidroksifenilasetat dan 3-hidroksifenilasetat ditemukan pada
urine. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat residu
flavonoid yang terakumulasi didalam tubuh2.
Bila flavonoid diabsorbsi, maka terjadi peningkatan beberapa
fungsi biologis, antara lain sintesis protein, diferensiasi dan proliferasi
sel, serta angiogenesis4. Walaupun diketahui bahwa toksisitas flavonoid
sangat rendah, namun bila senyawa ini dikonsumsi secara berlebihan (dosis
tinggi), maka senyawa ini mungkin dapat berperan sebagai mutagen dan
menghambat enzim-enzim tertentu yang penting untuk metabolisme hormon36.
Oleh karenanya, para peneliti merekomendasikan dosis maksimal untuk orang
dewasa adalah 1 g/hari 2.
AKTIVITAS BIOLOGIS FLAVONOID
Penelitian secara in vivo maupun in vitro menunjukkan bahwa
flavonoid memiliki aktivitas biologis maupun farmakologis. Beberapa
aktivitas flavonoid yang diketahui hingga saat ini adalah: (1) bersifat
antibakteri13,14,37 , (2) bersifat anti inflamasi4,15-18, (3) bersifat
antialergi4, (4) bersifat antioksidan9-11,20,23, (5) bersifat melindungi
pembuluh darah4,10,24,25, dan (6) bersifat antikarsinogen8,19,21,22.
Flavonoid bersifat antibakteri karena mampu berinteraksi dengan
DNA bakteri. Hasil interaksi ini menyebabkan terjadinya kerusakan
permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom37-38. Mekanisme
lain dikemukakan oleh Mirzoeva dkk13, yang menyatakan bahwa flavonoid
bersifat antibakteri karena melepaskan energi tranduksi terhadap membran
sitoplasma bakteri dan menghambat motilitas dari bakteri. Namun Di Carlo
dkk4 menyatakan bahwa adanya kandungan gugus hidroksil yang dimiliki oleh
flavonoid menyebabkan senyawa ini bersifat antibakteri. Penelitian oleh
Estrela dkk39 menemukan bahwa ion hidroksil secara kimia menyebabkan
perubahan komponen organik dan transport nutrisi sehingga menimbulkan efek
toksik terhadap sel bakteri.
Sifat anti inflamasi dari flavonoid telah terbukti baik secara in
vitro maupun in vivo. Mekanisme flavonoid dalam menghambat terjadinya
inflamasi melalui 2 cara, yaitu: (1) menghambat pelepasan asam arakidonat
dan sekresi enzim lisosom dari sel netrofil dan sel endothelial15,17,18,
dan (2) menghambat fase proliferasi dan fase eksudasi dari proses
inflamasi4. Landolfi dkk15 melaporkan bahwa konsentrasi tinggi dari
beberapa senyawa flavonoid dapat menghambat pelepasan asam arakidonat dan
sekresi enzim lisosom dari membran dengan jalan memblok jalur
siklooksigenase, jalur lipoksigenase, dan fosfolipase A2, sementara pada
konsentrasi rendah hanya memblok jalur lipoksigenase. Terhambatnya
pelepasan asam arakidonat dari sel inflamasi akan menyebabkan kurang
tersedianya substrat arakidonat bagi jalur siklooksigenase dan jalur
lipoksigenase, yang pada akhirnya akan menekan jumlah prostaglandin,
prostasiklin, endoperoksida, tromboksan disatu sisi dan asam
hidroperoksida, asam hidroksieikosatetraienoat, leukotrin disisi
lainnya16,17,40.
Senyawa flavonoid bersifat anti alergi karena mampu menghambat
enzim fosfodiesterase pada siklus AMP dan enzim calcium-dependent ATPase.
Kedua enzim ini berperan dalam pelepasan histamin dari sel mast dan sel
basofil4.
Setiap sel aerob senantiasa membutuhkan oksigen dalam
metabolismenya agar sel tersebut dapat tetap hidup dan memperbanyak diri.
Hal ini menyebabkan pembentukan radikal bebas oksigen juga terjadi terus
menerus oleh karena pada metabolisme normal sel aerob akan dihasilkan
radikal bebas. Fenomena yang juga merupakan karakteristik dari spesies ini
dikenal dengan istilah "stress oksidasi". Flavonoid mempunyai kemampuan
antioksidan terhadap radikal bebas. Kemampuan antioksidasi dari setiap
flavonoid pada prinsipnya berdasarkan struktur dari senyawa ini, yaitu
kombinasi substituen yang terdapat didalam strukturnya10.
Terdapat 3 kelompok struktur yang penting untuk menentukan
kemampuan antioksidasi flavonoid mulai dari terlemah hingga menjadi terkuat
secara bertingkat, berturut-turut yaitu23: (1) struktur O (ortho)-
dihidroksi pada cincin B, yang akan menstabilkan radikal aroksil. Hal ini
terjadi akibat pengikatan hidrogen dan terjadinya dislokasi elektron, (2)
ikatan rangkap posisi 2,3 pada cincin B bersama-sama dengan 4-oxo
fungsional, yang bertanggungjawab atas dislokasi elektron dari cincin B,
dan (3) adanya gugus hidroksil pada posisi 3 dan 5 pada cincin B.
Pengaruh flavonoid pada pembuluh darah kapiler pertamakali
dilaporkan oleh Szent-Gyorgyi pada tahun 1938 yang mengisolasi flavonoid
dari buah jeruk dan menemukan bahwa senyawa ini memiliki aktivitas vitamin,
sehingga diberi nama vitamin P 10. Flavonoid berperan penting dalam menjaga
permeabilitas serta mening- katkan resistensi pembuluh darah
kapiler4,20,25, oleh karena itu flavonoid digunakan pada keadaan patologis
seperti terjadinya gangguan permeabilitas dinding pembuluh darah4.
Terjadinya kerusakan pembuluh darah kapiler akibat jejas menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga darah (terutama plasma darah)
akan keluar dari kapiler ke jaringan, diikuti dengan terjadinya respons
inflamasi. Flavonoid terutama bekerja pada endotelium mikrovaskular untuk
mengurangi terjadinya hiperpermeabilitas dan udem10.
Walaupun mekanismenya belum jelas4, beberapa peneliti menduga
bahwa aktivitas flavonoid terhadap pembuluh darah kapiler berkaitan erat
dengan kemampuan senyawa ini dalam menghambat adhesi platelet, agregasi
platelet, leukosit, dan enzim pembekuan darah15,25,26, walaupun daya hambat
dari masing-masing flavonoid berbeda-beda, tergantung dari tipe penyebab
dan struktur senyawa tersebut10. Mian dkk24 melaporkan bahwa fungsi
flavonoid dalam melindungi dinding kapiler dimediasi oleh 2 mekanisme,
yaitu: (1) terjadinya peningkatan proses biosintesis asam mukopolisakarida
substansi dasar dari jaringan ikat. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya
efek barrier dari endotelium melalui stabilisasi fosfolipid membran, dan
(2) adanya proses perbaikan pada pembungkus perikapiler mukopolisakarida.
Meningkatnya proses biosintesis asam mukopolisakarida substansi dasar
jaringan ikat ini menyebabkan terjadinya peningkatan pembentukan kapiler
baru dan serabut kolagen oleh flavonoid.
Akhir-akhir ini banyak peneliti yang melakukan penelitian secara
in vitro terhadap flavonoid pada tumbuhan, karena diduga merupakan senyawa
yang bersifat antikarsinogen, sehingga dapat digunakan sebagai agen
kemoprotektif pada penyakit kanker8,22,27. Kemampuan flavonoid untuk
mengikat radikal bebas dan mengabsorbsi sinar ultraviolet menyebabkan
senyawa tersebut berperan pada semua tahap karsinogenesis, yaitu pada tahap
inisiasi, dengan mencegah terjadinya kerusakan DNA sel normal5,22, tahap
proliferasi, yaitu dengan menghambat metabolisme sel tumor, seperti
sintesis protein, replikasi DNA pada sel tumor dan mengganggu aktivitas
dari beberapa enzim (kinase C, fosfolipase, fosfodiesterase) yang berperan
penting dalam proses pertumbuhan dan proliferasi sel tumor21,27,41, dan
pada tahap invasi, yaitu dengan menghambat motilitas dari sel tumor19.
PEMANFAATAN FLAVONOID SEBAGAI TERAPI
Pemanfaatan flavonoid telah digunakan sejak dulu kala sebagai obat
untuk mengobati berbagai macam penyakit di bidang Kedokteran, antara
lain2,4,11,16,25,27-29: pada pengobatan diabetes mellitus, penyakit
inflamasi, penyakit alergi, kanker, infeksi yang disebabkan oleh virus,
tukak lambung, kardiovaskuler, dan osteoporosis.
Sementara laporan/penelitian mengenai pemanfaatan flavonoid
sebagai bahan terapi di bidang Kedokteran Gigi masih sangat sedikit.
Beberapa laporan/penelitian mengenai pemanfaatan flavonoid dibeberapa
disiplin ilmu Kedokteran Gigi, antara lain: (1) bidang Periodontologi yaitu
pada pengobatan parodentosis yaitu suatu penyakit dimana terjadi inflamasi
pada jaringan periodonsium disertai adanya kerusakan jaringan ikat.
Flavonoid berperan dalam memperkuat dinding pembuluh darah kapiler sehingga
perdarahan yang timbul dapat berhenti, selain itu flavonoid juga berperan
sebagai anti inflamasi dengan cara menekan sintesis prostaglandin dan
menstimulasi hidroksilasi prolin. Prostaglandin diketahui merupakan
mediator inflamasi sehngga jaringan gingiva kembali normal2, (2) bidang
Bedah Mulut. Flavonoid berperan dalam mempercepat proses penyembuhan luka
pasca pencabutan gigi dengan cara mening- katkan/mempercepat proliferasi
sel fibroblas dan produksi serabut kolagen2,29. Selain itu, aplikasi
flavonoid juga dapat mengurangi rasa sakit yang timbul pasca ekstraksi gigi
dengan cara menghambat jalur siklooksigenase dan fosfolipase A2 sehingga
sintesis prostaglandin akan berkurang2, dan (3) bidang Konservasi Gigi.
Flavonoid berperan dalam meningkatkan regenerasi pulpa gigi melalui
kemampuannya menginduksi terbentuknya jembatan dentin pada perawatan kaping
pulpa langsung30. Hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa sifat yang
dimiliki oleh flavonoid yaitu: (a) kemampuan flavonoid dalam meningkatkan
proses mitogenesis, interaksi sel, dan adhesi molekul, yang diketahui
sangat penting pada proses proliferasi sel29, (b) reaktivitas flavonoid
yang sangat tinggi. Hal ini tercermin dari kemampuan flavonoid mengikat
logam-logam berat divalen untuk membentuk senyawa kompleks2, (c) kemampuan
flavonoid dalam menjaga permeabilitas dan meningkatkan resistensi pembuluh
darah kapiler terhadap jejas25,42, dan (d) adanya gugus hidroksil pada
struktur flavonoid menyebabkan flavonoid bersifat antibakteri4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa flavonoid
memiliki beberapa aktivitas biologis dan farmakologis penting yang dapat
mempengaruhi berbagai sistem. Pemanfaatan flavonoid didalam praktek
kedokteran gigi masih sangat terbatas oleh karena kurangnya dilakukan
penelitian. Oleh karena itu, artikel ini dapat menjadi dasar bagi para
peneliti melakukan penelitian-penelitian yang lebih mendalam mengenai
flavonoid, sehingga kemungkinan pemanfaatan yang lebih luas dari bahan alam
ini di bidang Kedokteran Gigi dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Markham KR. Techniques of flavonoid identification. London: Academic
Press Inc Ltd. 1982; pp.1-20.
2. Havsteen B. Flavonoids, a class of natural products of high
pharmacological potency. Biochem Pharmacol.1983; 32: 1141-8.
3. Harborne JB, Williams CA. Advances in flavonoid research since 1992.
Phytochemistry. 2000; 55: 481-504.
4. Di Carlo G, Mascolo N, Izzo AA, Capasso F. Flavonoids: old and new
aspects of a class of natural therapeutic drugs. Life Sci. 1999; 65: 337-
53.
5. Kootstra M. Protection from UV-B induced DNA damage by flavonoids. Plant
Mol Biol. 1994; 26: 771- 4.
6. Stapleton AE, Walbot V. Flavonoids can protect maize DNA from the
induction of ultraviolet radiation damage. Plant Physiol. 1994; 105: 881-
9.
7. Kostyuk VA, Potapovich AI, Vladykovskaya EN, Korkina LG, Afanas'ev IB.
In- fluence of metal ion on flavonoid protection against asbestos-
induced cell injury. Arch biochem Biophys. 2001; 385: 129-37.
8. Hertog MG, Hollman PCH, Katan MB. Content of potentially
anticarcinogenic fla- vonoids of 28 vegetables and fruits commonly
consumed in the Netherlands. J Agric Food Chem. 1992; 40: 2379-83.
9. Lee Y, Howard LR, Villalón B. Flavonoids and antioxidant activity of
fresh pepper (Capsicum annuum) cultivars. J Food Sci. 1995; 60: 473-6.
10. Benavente-García O, Castillo J, Martin FR, Ortuño A, Del Río JA. Uses
and pro- perties of Citrus flavonoids. J Agric Food Chem. 1997; 45: 4505-
15.
11. Vinson JA, Dabbagh YA, Serry MM, Jang J. Plant flavonoids, especially
tea fla- vonols, are powerful antioxidants using an in vitro oxidation
model for heart disease. J Agric Food Chem. 1995; 43: 2800-2.
12. Pepeljnjak S, Jalšenjak I, Maysinger D. Flavonoid content in propolis
extracts and growth inhibition of Bacillus subtilis. Pharmazie.1985; 40:
122-3.
13. Mirzoeva OK, Grishanin RN, Calder PC. Antimicrobial action of propolis
and some of its components: the effects on growth, membrane potential,
and motility of bacteria. Microbiol Res. 1997; 152: 239-46.
14. Park YK, Koo MH, Abreu JAS, Ikegaki M, Cury JA, Rosalen PL.,
Antimicrobial activity of propolis on oral microorganisms. Current
Microbiol. 1998; 36: 24-8.
15. Landolfi R, Mower RL, Steiner M. Modification of platelet function and
arachidonic acid metabolism by bioflavonoids. Biochem Pharmacol.1984; 33:
1525-30.
16. Gabor M. Anti-inflammatory and anti-allergic properties of flavonoids.
Dalam V Cody, E Middleton, JB Harborne, A Beretz (eds). Plant Flavonoids
in Biology and Medicine: Biochemical, Pharmacological, and Structure-
Activity Relationships. New York: Alan R Liss Inc. 1986; pp. 471-80.
17. Tordera M, Ferrandiz ML, Alcaraz MJ. Influence of anti-inflamatory
flavonoids on granulation and arachidonic acid release in rat
neutrophils. Z Naturforsch. 1994; 49: 235-40.
18. Dehmlow C, Murawski N, de Groot H. Scavenging of reactive oxygen
species and inhibition of arachidonic acid metabolism by silibinin in
human cells. Life Sci. 1996; 58: 1591-600.
19. Bracke ME, Vyncke B, Opdenakker JM, Foidart G, de Pestel GH, Mareel M.,
Effect of catechins and citrus flavonoids on invasion in vitro. Clin Exp
Metastasis. 1991; 9: 13-25.
20. Hertog MGL, Feskeens EJM, Hollman CH, Katan MB, Kromhout D. Dietary
anti- oxidant flavonoids and risk of coronary heart disease: de Zutphen
elderly study. Lancet. 1993; 342: 1007-11.
21. Huang YT, Kuo ML, Liu JY, Huang SY, Lin JK. Inhibitions of protein
kinase C and proto-oncogene expressions in NIH 3T3 cells by apigenin. Eur
J Cancer. 1996; 32A: 146-51.
22. Webster RP, Gawde MD, Bhattacharya RK. Protective effect of rutin, a
flavonol glycoside, on the carcinogen-induced DNA damage and repair
enzymes in rats. Cancer Lett. 1996; 109: 185-91.
23. Bors W, Saran M. Radical scavenging by flavonoid antioxidants. Free
Radical Res Commun. 1987; 2: 289-94.
24. Mian E, Curri SB, Lietti A, Bombardelli E. Anthocyanosides and the
walls of the microvessels: further aspects of the mechanism of action of
their protective effect in syndromes due to abnormal capillary fragility.
Minerva Med. 1977; 68: 3565-81.
25. Beretz A, Cazenave JP. The effect of flavonoids on blood-vessel wall
interactions. Dalam V Cody, E Middleton, JB Harborne, A Beretz (eds).
Plant flavonoids in biology and medicine II: biochemical, cellular, and
medicinal properties. New York: Alan R Liss Inc. 1988; pp. 187-90.
26. Shu-Huey T, Wun-Chang K, Feng-Nien K, Che-Ming T. Inhibition of
platelet ag- gregation by some flavonoids. Thromb Res. 1991; 64: 91-100.
27. Kandaswami C, Perkins E, Soloniuk DS, Drzewiecki G, Middleton E.
Antiprolife-rative effects of citrus flavonoids on a human squamous cell
carcinoma in vitro. Cancer Lett. 1991; 56: 147-52.
28. Hollman PC, Katan MB. Bioavailability and health effects of dietary
flavonols in man. Arch Toxicol Suppl. 1998; 20: 237-48.
29. Kim SJ, Lim MH, Chun IK, Won YH. Effects of flavonoids of Ginkgo biloba
on proliferation of human skin fibroblast. Skin Pharmacol. 1997; 10: 200-
5.
30. Sabir A. Pengaruh propolis Trigona sp terhadap pulpa gigi tikus pada
perawatan kaping pulpa langsung dan identifikasi flavonoidnya. Tesis.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 2001.
31. Soegihardjo CJ. Pemeriksaan kandungan flavonoid dan daya hepatotoksik
dari Souchus oleraceus L, Disertasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
1984; hal.1-4.
32. Pramono S. Pemisahan flavonoid. Yogyakarta: Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada. 1989; hal. 1-18.
33. Mabry TJ, Markham KR, Thomas MB. The systematic identification of
flavonoids. New York: Springer-Verlag. 1970; pp.12, 50-5.
34. Geissman TA. The chemistry of flavonoid compounds. New York: The Mac
Millan Co. 1962; pp.154-60.
35. Harborne JB. Phytochemical methods: a guide to modern techniques of
plant analysis. London: Chapman and Hall Ltd. 1973; pp. 52-5.
36. Skibola CF, Smith MT. Potential health impacts of excessive flavonoid
intake. Free Radic Biol Med. 2000; 29: 375-83.
37. Bryan LE. Bacterial resistance and suspectibility. Sydney: McGraw-Hill
Co. 1982; pp.20-4.
38. Wilson G. Kimia farmasi dan medisinal organic. edisi ke-8. terj oleh
Achmad Mustofa Fatah. Jakarta: Dirjen Dikti dan Kebudayaan. 1982; hal 25-
32.
39. Estrela C, Sydney GB, Bammann LL, Felippe Jr O. Mechanism of action
calcium and hydroxyl ions of calcium hydroxide on tissue and bacteria.
Brazil Dent J. 1995; 6: 85-90.
40. Yoshimoto T, Furukawa M, Yamamoto S, Horie T, Watanabe-Kohno S.
Flavonoids: potent inhibitors of arachidonate 5-lipoxygenase. Biochem
Biophys Res Communs. 1983;116: 612-18.
41. Hirano T, Oka K, Akiba M. Effects of synthetic and naturally occuring
flavonoids on Na+, K+-ATPase: aspects of structure-activity relationship
and action mechanisms. Life Sci. 1989; 45: 1111-7.
42. Detre Z, Jellinek H, Miskulin M, Robert AM. Studies on vascular
permeability in hypertension: action of anthocyanosides. Clin Physiol
Biochem.1986; 4: 143-9.
-----------------------