Pedoman Penyusunan Publikasi DDA DD A
Pedoman Penyusunan Publikasi DDA DD A i i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
PEDOMAN PENYUSUNAN PUBLIKASI DAERAH DALAM ANGKA No. Publikasi: 03220.1602 Publikasi: 03220.1602 Katalog: 1303032 Katalog: 1303032 Ukuran Buku: 17,6 Buku: 17,6 cm X 25 cm Jumlah Halaman: viii Halaman: viii + 109 halaman Naskah: Stask Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Stask Gambar Kulit: Subdirektorat Subdirektor at Publikasi dan Kompilasi Stask Diterbitkan oleh: © Badan Pusat Stask Dicetak oleh: Badan Pusat Stask Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Pu sat Stask
Kata Pengantar
D
alam rangka memenuhi data yang beragam, baik data stask dasar, stask sektoral, dan stask khusus sesuai amanat Undang-Undang No.16 Tahun 1997 tentang Stask, maka BPS di ngkat provinsi maupun kabupaten/k kabupaten/kota ota sampai dengan kecamatan melakukan kegiatan penyusunan data melalui Daerah Dalam Angka (DDA). Publikasi DDA merupakan referensi bagi pemerintah daerah dalam membuat perencanaan pembangunan di daerahnya. Untuk menjaga kualitas dan standardisasi publikasi DDA yang dihasilkan oleh BPS baik di provinsi, kabupaten/kota maupun kecamatan, maka disusun buku ”Pedoman Penyusunan Publikasi Daerah Dalam Angka”. Diharapkan dengan tersedianya buku pedoman ini akan dapat dihasilkan publikasi DDA yang berkualitas baik dari sisi isi maupun tampilan. Buku pedoman ini merupakan rujukan bagi BPS daerah dalam membuat publikasi DDA. Buku Pedoman ini merupakan penyempurnaan dari buku pedoman sebelumnya yang diterbitkan pada tahun 2010 dan 2014. Buku ini memuat berbagai informasi mulai dari perkembangan DDA hingga bagaimana teknis penyusunan publikasi DDA. Di akhir buku pedoman ini juga disajikan tabel-tabel template template yang yang akan menjadi acuan dalam pembuatan tabel-tabel DDA.
Kepada semua pihak yang telah berparsipasi dalam penyusunan buku pedoman ini kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. kasih. Semoga bermanfaat untuk peningkatan standardisasi publikasi DDA di masa yang akan datang.
Jakarta, Januari 2016 Depu Bidang Metodologi dan Informasi Stask
Dudy Saefudin Sulaiman
iii i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Daftar Isi Kata Pengantar ............................................................................................... .......... Daar Isi .................................................................................................... ............... Daar Gambar .................................................................................................. ....... Daar Lampiran ................................................................................................. ......
iii v vi vii
Bab I Pendahuluan ................................................................................................... 1.1 Perkembangan DDA dan Tuntutan Kualitas ........................................... 1.2 Proses Pembuatan DDA dan Diseminasi ............................................... 1.3 Dasar Hukum DDA ................................................................................. 1.4 Maksud dan Tujuan ............................................................................... 1.5 Ruang Lingkup .......................................................................................
1 1 2 6 6 6
Bab II Substansi Daerah Dalam Angka ...................................................................... 2.1 Gambaran Umum DDA .......................................................................... 2.2 Keabsahan Data ..................................................................................... 2.3 Penyajian Stask Deskripf...................................................................
7 7 9 9
Bab III Teknis Penyusunan Publikasi DDA ................................................................. 3.1 Tata Letak, Desain Gras, dan Bahasa ................................................... 3.2 Sistemaka Penyusunan DDA ................................................................ 3.3 Teknis Penyusunan Tabel, Grak, dan Narasi ........................................
11 11 16 25
Bab IV Penutup ................................................................................................ ........ Daar Pustaka .................................................................... ......................................
31 33
Lampiran ................................................................................................. .................
35
v i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Daftar Gambar Gambar 1. Margin DDA ........... .............................................................................. 11 Gambar 2. Contoh Kover Depan .............................................................................. 14 Gambar 3. Contoh Kover Belakang ........................................................................... 15 Gambar 4. Contoh Punggung Buku .......................................................................... 16 Gambar 5. Contoh Halaman Prancis ...................................................................... 18 Gambar 6. Contoh Halaman Katalog ....................................................................... 19 Gambar 7. Contoh Peta Wilayah ............................................................................. 19 Gambar 8. Contoh Foto Kepala BPS ........................................................................ 20 Gambar 9. Contoh Kata Pengantar .......................................................................... 21 Gambar 10. Contoh Daar Isi .................................................................................. 21 Gambar 11. Contoh Penjelasan Umum .................................................................... 22 Gambar 12. Contoh Penjelasan Teknis .................................................................... 25 Gambar 13. Contoh Ulasan ...................................................................................... 26 Gambar 14. Komponen Tabel .................................................................................... 26 Gambar 15. Contoh Tabel ........................................................................................ 27
vi i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Daftar Lampiran Lampiran 1 Format Tabel untuk Provinsi Dalam Angka ............................................ 31 Lampiran 2 Format Tabel untuk Kabupaten Dalam Angka .................................. ..... 71 Lampiran 3 Pembabakan untuk Kecamatan Dalam Angka .................................. ..... 105
vii i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Pendahuluan
1
1.1 Perkembangan DDA dan Tuntutan Kualitas Pada mulanya, di tahun 1970-an, Daerah Dalam Angka (DDA) disusun dengan maksud menyediakan informasi bagi pemerintah daerah (pemda) dan masyarakat untuk dipakai dalam pengambilan keputusan serta bahan pembantu dalam penelian di perguruan nggi. Ternyata, di luar dugaan semula produk tersebut mendapat sambutan cukup baik dari pengguna data. Melihat hasil ini, kantor stask kabupaten/kotamadya termovasi untuk meniru hal tersebut pada ngkat kabupaten/kotamadya. Lahirlah DDA ngkat II, mula-mula hanya beberapa saja akhirnya secara bertahap diiku oleh semua ngkat II seluruh Indonesia. Tidak berhen sampai di situ saja DDA ngkat kecamatan kemudian menyusul, juga secara bertahap. Lahirnya DDA dak sia-sia. Hasil survei World Bank yang respondennya kepala BPS seluruh Indonesia menunjukkan bahwa data DDA memang dipakai oleh banyak pihak baik pemerintah maupun swasta. Satu survei lagi, yaitu Pilot Survei Kebutuhan Data BPS yang dilakukan BPS berkerja sama dengan Ikatan Perstaskan Indonesia dengan responden pengunjung perpustakaan BPS dan pemakai data yang mengunjungi unit kerja menguatkan lagi pernyataan bahwa DDA memang dibutuhkan oleh pengguna data. Hal ini dak mengherankan mengingat kenyataan bahwa data yang ada di dalam DDA berperan sebagai ukuran keberhasilan berbagai kegiatan. Setelah desentralisasi fungsi BPS daerah bertambah luas, selain bertugas melayani keperluan BPS pusat juga melayani kebutuhan pemda dalam upayanya membuat kebijakan, perencanaan, pemantauan, evaluasi, dan pembuatan keputusan dalam kegiatan sehari-hari.
Ini berar bahwa peranan data menjadi amat penng. Data yang kurang akurat, misalnya, bila digunakan dalam perumusan perencanaan akan menghasilkan rencana yang dak akan mencapai sasaran, apalagi kalau digunakan dalam perumusan kebijakan yang aspeknya lebih luas lagi. Sadar akan hal tersebut, BPS melakukan penilaian atas DDA yang sudah ada. Hampir semua penilai merasa bahwa informasi yang ditampilkan dalam DDA perlu dingkatkan lagi. Selain itu, BPS mencoba mendapatkan masukan dari pengguna data mengenai isi DDA yang ada. Hasilnya juga sama yaitu cakupan data DDA masih kurang dari yang diperlukan. Hasil Survei Kebutuhan Data BPS juga mengindikasikan hal serupa. Dengan demikian, dinilai bahwa sudah saatnya BPS menyempurnakan DDA yang ada. Untuk dapat melayani kebutuhan desentralisasi perlu diupayakan peningkatan data
1 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
DDA baik dari segi kuantas maupun kualitas serta frekuensinya. Karena perumusan kebijakan, pembuatan rencana, pemantauan, dan evaluasi ada di tangan pemda kabupaten/kota maka data yang diperlukan adalah data tentang wilayah lebih rendah yaitu kecamatan dan desa. Dalam hal ini data BPS dak banyak membantu karena data yang demikian hanya dapat dihasilkan oleh BPS dari sensus yang dilaksanakan sekali dalam sepuluh tahun. Sebaliknya data yang berasal dari administrasi sektor-sektor tersedia sepanjang tahun, sehingga sebagian besar isi DDA adalah data sektoral. Upaya perbaikan DDA sejalan dengan program BPS yakni menjadikan BPS daerah sebagai pusat rujukan stask. Dalam era desentralisasi sekarang ini kehadiran suatu pusat rujukan stask merupakan hal yang tak terelakkan. Namun ini pun dak mudah. Masih ada hal-hal yang perlu diperbaiki. Dulu sebelum desentralisasi, data kantor departemen (kandep), yang digunakan menyusun DDA kabupaten/kota dikirimkan ke kantor wilayah (kanwil), kepanjangan tangan di provinsi, kemudian dipakai untuk menyusun DDA provinsi. Dalam situasi seper ini tentu saja DDA provinsi konsisten dengan DDA kabupaten/kota. Setelah desentralisasi, aliran data dari kabupaten/kota ke provinsi terganggu karena dinas di kabupaten/kota bukan lagi merupakan kepanjangan tangan dinas di provinsi. Padahal DDA provinsi disusun dengan data yang diperoleh dari dinas provinsi, sedan gkan DDA kabupaten/kota disusun dengan data yang diperoleh dari dinas di kabupaten/kota. Tentu saja besar kemungkinan bahwa DDA provinsi dan DDA kabupaten/kota dak konsisten satu sama lainnya. Jadi kalau BPS daerah akan dijadikan sebagai pusat rujukan, maka aliran data yang terganggu harus dilancarkan kembali, dari dinas kabupaten/kota ke dinas provinsi dan atau dari dinas kabupaten/kota ke BPS kabupaten/kota kemudian dari BPS kabupaten/kota ke BPS provinsi.
1.2 Proses Pembuatan DDA dan Diseminasi 1.2.1 Perencanaan
2 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Pada umumnya tujuan pembuatan DDA adalah menghasilkan publikasi DDA yang sesuai dengan kehendak pengguna dan layak sebagai rujukan utama di daerah. Untuk itu perencanaan memegang peranan penng dalam menentukan tujuan, mengintegrasikan tujuan, dan pengawasan. Kega unsur tersebut diperlukan agar segala kegiatan pembuatan DDA itu esien dan pedoman bekerjapun ada. Dengan adanya tujuan tersebut dapatlah kemudian diletakkan kebijakan-kebijakan dasar yang berupa pemanfaatan instrumen pengumpulan data, pengolahan data, analisis, diseminasi, dan waktu penyelesaiannya.
Tujuan perencanaan dalam hal ini untuk mengembangkan suatu rencana pembuatan DDA secara menyeluruh yang eksibel dan opmal. Fleksibel berar dapat memenuhi permintaan pengguna dan sesuai dengan kemampuan yang ada, sedangkan opmal berar menggunakan sumber daya sebijaksana mungkin dengan anggaran yang tersedia. Faktor lain yang juga perlu menjadi perhaan antara lain: kepuasan pengguna, kepuasan staf dan kepala seksi IPDS yang bertugas mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis, serta mutu DDA yang dihasilkan.
Perencanaan berhubungan dengan penentuan jumlah dan kualitas data/informasi yang akan dikumpulkan untuk disajikan serta waktu penyelesaian pembuatan DDA. 1. BPS provinsi atau kabupaten/kota harus menentukan jalan terbaik agar memenuhi perkiraan penyelesaian pembuatan DDA dengan cara: Penyesuaian rata-rata waktu penyelesaian Penyesuaian ngkat penggunaan tenaga kerja Penyesuaian kemampuan SDM Kerja sama dengan instansi terkait (sektoral) Penyesuaian kelengkapan data atau variabel lain yang dapat dikendalikan • • • • •
2. Langkah-langkah yang perlu diambil dalam perencanaan pembuatan DDA adalah sebagai berikut: Memutuskan tujuan-tujuan perencanaan pembuatan DDA, yaitu untuk meningkatkan esiensi, efekvitas, kapasitas, serta memenuhi keinginan dan kebutuhan pengguna. Memilih proses (sistem) produkf yang relevan dan penentuan teknologi yang tepat. Menentukan jadwal terbit dan proses diseminasi DDA. Menyiapkan dan menyusun instrumen pengumpulan data berupa dummy tabel yang masih kosong untuk pengumpulan data. Memilih dan menunjuk petugas yang memiliki dedikasi nggi untuk melakukan kegiatan pengumpulan data. Melakukan koordinasi secara intensif dengan berbagai pihak, khususnya dengan dinas/lembaga/instansi sektoral terkait agar turut berparsipasi mensuplai data yang akan dikumpulkan oleh petugas. Melakukan penyesuaian sesuai perkembangan kebutuhan pengguna. •
•
• •
•
•
•
3. Dalam peningkatan efekvitas atau esiensi proses perencanaan pembuatan DDA, beberapa atau seluruh elemen proses berikut mungkin perlu diubah atau disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan pengguna, antara lain: Sumber data Desain DDA (keluaran) Desain pekerjaan Tahap-tahap pemrosesan yang digunakan Sistem pengawasan Peralatan dan teknologi • • • • • •
1.2.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan dalam proses pembuatan DDA yang penng, karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses pembuatan DDA akan berlangsung sampai mendapatkan hasil yang sudah ditetapkan. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan tujuan pembuatan DDA. Dengan teknik pengumpulan data yang benar, kita sudah mendapatkan strategi dan prosedur yang akan kita gunakan dalam mencari data di lapangan.
3 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Data yang dikumpulkan untuk pembuatan DDA sebagian besar berasal dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia di instansi/dinas/ badan sektoral, sehingga kita hanya mencari dan mengumpulkan. Data sekunder dapat kita peroleh dengan lebih mudah dan cepat karena sudah tersedia, hanya saja untuk mendapatkannya perlu ketekunan dan perhaan khusus, karena menyangkut unit kerja lain yang dak selalu mendukung proses pengumpulan data tersebut.
Untuk mendapatkan data yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembuatan DDA, diperlukan beberapa permbangan, diantaranya sebagai berikut: Jenis data harus sesuai dengan tujuan pembuatan DDA yang sudah ditentukan sebelumnya. Data sekunder yang dibutuhkan bukan menekankan pada jumlah tetapi pada kualitas dan kesesuaian, oleh karena itu petugas harus selekf dan ha-ha dalam memilih dan menggunakannya. Data sekunder biasanya digunakan sebagai pendukung data primer, oleh karena itu publikasi DDA dak hanya menggunakan data primer sebagai satu-satunya sumber informasi, tetapi juga menggunakan data sekunder untuk menyelesaikan pembuatan DDA. 1.2.3 Pengolahan Data Pengolahan data diawali dengan tahap penerimaan dokumen dari petugas pengumpul data di masing-masing bidang/bagian di BPS provinsi maupun seksi/subbagian BPS kabupaten/kota. Dokumen yang telah masuk langsung diberikan kepada staf khusus yang melakukan perekaman data.
Proses selanjutnya adalah proses pemeriksaan/eding, baik pemeriksaan/eding awal (pra-komputer) maupun eding setelah perekaman data (pasca komputer). Eding awal dilakukan terhadap dokumen yang masuk dari instansi sebelum dilakukan proses perekaman data. Pemeriksaan/eding awal dilakukan untuk melihat apakah ada data sektoral yang belum lengkap, dak valid dan konsisten yang perlu diperbaiki/dikoreksi. Pemeriksaan/eding dak hanya pada tabel tertentu, misalnya apakah isian di rincian jumlah pada masing-masing kolom atau jumlah pada baris sudah sesuai, tapi juga antartabel, misalnya konsistensi antara satu isian tabel tertentu dengan isian tabel lainnya yang saling berhubungan.
4 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Pemeriksaan kewajaran data juga dilakukan dengan melihat konsistensi data antarwaktu (data me series) yaitu dengan membandingkan data terkini dengan data tahun sebelumnya. Setelah pemeriksaaan awal dan data yang masuk dianggap sudah lengkap dan konsisten, maka dilakukan tahap selanjutnya yaitu perekaman data ( data entry ) ke media komputer. Dengan media komputer tersebut, petugas perekaman data langsung merekam data yaitu isian tabel-tabel yang diterima dari petugas pengumpul data, ke tabel-tabel yang yang sama di dalam komputer. Proses selanjutnya adalah pemeriksaan/eding pasca
komputer yang dilakukan setelah selesainya proses perekaman data. Proses ini di lakukan terutama untuk memaskan ada daknya kesalahan dalam proses perekaman data. Pemeriksaan dilakukan dengan membandingkan hasil keluaran (output) yang berupa print-out sementara hasil perekaman data dengan tabel-tabel isian dari instansi sektoral yang telah melalui proses eding awal. Jika terdapat kesalahan pada hasil print-out , petugas perekaman data diminta untuk langsung menggan data yang salah tadi dengan data yang benar. Kemudian, setelah data clean, tahap akhir dari pengolahan data adalah proses penggabungan/kompilasi data untuk menjadi sebuah publikasi DDA. 1.2.4 Analisis
Jenis analisis data yang dipilih hendaknya berupa analisis deskripf yang mampu menjabarkan fenomena yang terdapat dalam tabel dan grak. Kita dapat menganalisis data dengan bantuan tabel atau grak. Pada prinsipnya, semuanya itu hanyalah alat untuk membantu kita dalam menganalisis. 1.2.5 Diseminasi
Diseminasi adalah proses penyebarluasan informasi yang disampaikan dari satu k ke k lain dengan menggunakan berbagai media, baik media cetak, media elektronik, maupun media lainnya. Untuk menyampaikan informasi dibutuhkan komunikasi yang baik antara si pemberi informasi dan si penerima informasi. Tahap-tahap diseminasi data antara lain: Menetapkan yang hendak dikomunikasikan dengan tujuan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya. Menentukan audiens kepada siapa infomasi harus disampaikan: praksi, masyarakat, penyedia layanan, instansi/dinas/badan pemerintah, organisasi profesi, organisasi sukarela, pembuat kebijakan, media, publik, akademisi, dan lain sebagainya. Memilih sarana melalui publikasi (penerbitan) elektronik dan media massa. Memasarkan pesan bagaimana pesan seharusnya dinyatakan: dengan menggunakan format grak dan peragaan visual lainnya (harus jelas dan sederhana), permbangan satu penolakan tujuan komunikasi (apa yang baru? siapa yang dipengaruhi? apa pekerjaan yang terbaik? dsb). Menilai dampak dari pesan yang dibuat: apakah informasi telah dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi (evaluasi proses) dan apakah informasi itu mempunyai efek yang menguntungkan atas masalah atau kondisi yang menjadi perhaan (evaluasi dampak). •
•
• •
•
Kemasan dan Pendistribusian Publikasi Diseminasi publikasi DDA dikemas dalam bentuk media cetak (hardcopy ) maupun media elektronik (socopy ). Hasil publikasi tersebut dikirim oleh BPS daerah dalam bentuk socopy dan hardcopy ke BPS pusat dengan ketentuan sebagai berikut: Hardcopy dikirimkan hanya untuk publikasi Provinsi dalam Angka dan Kabupaten/Kota dalam Angka sebanyak 2 (dua) eksemplar. •
5 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
•
•
Socopy tahun terbit ≤ 2015 dikirimkan melalui email ke alamat socopy@ bps.go.id, sementara socopy tahun terbit ≥ 2016 di-upload ke sistem portal publikasi http://publikasi.bps.go.id/portalpublikasi. Publikasi DDA, hardcopy dikirimkan ke BPS pusat cq. Subdit Publikasi dan
Kompilasi Stask dengan waktu pengiriman sesuai arahan Surat Depu Metodologi dan Informasi Stask. 1.2.6 Evaluasi
Dalam proses pembuatan dan diseminasi DDA, hal yang dak boleh dilewatkan adalah pengevaluasian terhadap: Perencanaan (misalnya: jadwal penyusunan DDA mulai dari pengumpulan data sampai dengan diseminasi) Pengumpulan data (misalnya: ketersediaan data, kelengkapan data, dsb) Pengolahan data (misalnya: konsistensi data, kebenaran data [jumlah, rata-rata], dsb) Analisis (misalnya: kesesuaian antara narasi dengan data atau kesesuaian dengan data terkini [up to date ]) Diseminasi (misalnya: jadwal penerbitan, pengiriman, dsb) •
• •
•
•
1.3 Dasar Hukum DDA
Publikasi DDA disusun berdasarkan pada: • UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang Stask (khususnya Pasal 10, mengenai kompilasi produk administrasi) • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Stask 1.4 Maksud dan Tujuan
Tujuan umum pembuatan pedoman ini adalah terwujudnya DDA yang layak sebagai rujukan utama di daerah. Tujuan khusus adalah: i. Meningkatkan kemampuan SDM agar dapat menyusun DDA yang berorientasi kepada keperluan pengguna data. ii. Meningkatkan movasi instansi sektoral daerah untuk menghasilkan data yang berkualitas: akurat, lengkap, berkesinambungan, dan relevan. iii. Meningkatkan pemanfaatan data sektoral dalam perumusan kebijakan pembangunan di daerah. 1.5 Ruang Lingkup
6 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Publikasi DDA terdiri dari Provinsi Dalam Angka (PDA), Kabupaten/Kota Dalam Angka (KDA), dan Kecamatan Dalam Angka (CDA) yang diterbitkan dalam bentuk hardcopy maupun socopy . Publikasi PDA dan KDA dalam bentuk socopy sudah menjadi suatu kewajiban bagi BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota guna memperluas pilihan para pengguna data terhadap kemasan publikasi.
Substansi Daerah Dalam Angka
2
2.1 Gambaran Umum DDA 2.1.1 Kegunaan Data Stask dalam Perencanaan dan Evaluasi
Sulit membayangkan apabila suatu keputusan atau kebijakan diambil tanpa mengetahui situasi dan kondisi yang obyekf dari permasalahan yang dihadapi. Sebab jika demikian halnya, maka akan besar peluangnya bahwa keputusan atau kebijakan yang diambil dak memecahkan masalah atau sangat terbatas jangkauannya. Oleh karena itu, sebelum kebijakan diputuskan, suatu langkah yang amat penng adalah memberitahu situasi dan kondisi obyekf permasalahan yang dihadapi kepada para pengambil keputusan dan penentu kebijakan.
Ini menunjukkan penngnya peran data dan informasi stask karena melalui data dapat diperoleh gambaran tentang situasi dan kondisi obyekf yang diperlukan dalam proses perencanaan. Rencana program pembangunan mempunyai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan umumnya sangat spesik, di seap sektor kesejahteraan rakyat. Dalam konteks pemantauan, hasil dari program pembangunan yang diimplementasikan dapat dilihat dari keluaran (output ) dan dampak (outcome) yang dapat diukur. Indikator yang digunakan untuk itu adalah indikator yang sesuai dengan sasaran berkaitan dengan pelaksanaan program yang kemudian dibandingkan dengan sasaran yang ditetapkan, untuk mengetahui apakah program berjalan lancar atau dak. Pada tahap selanjutnya sasaran dan tujuan dapat dievaluasi sehingga memungkinkan suatu keputusan diambil, misalnya untuk program yang bersifat jangka panjang apakah akan diteruskan dengan melakukan perubahan dan modikasi yang diperlukan, atau keputusan lain harus diambil, misalnya, program dak perlu dilanjutkan karena dak mendapat tanggapan dari masyarakat. Dalam hal ini terjadi umpan balik yang memungkinkan suatu program terpaksa harus dihenkan kalau memang diperlukan atau disesuaikan agar sasaran dapat dicapai secara opmal. 2.1.2 Pendayagunaan Data Daerah Dalam Angka
Data yang disajikan pada ngkat kabupaten dan kota akan sangat membantu pelaksanaan tugas pemda provinsi dalam rangka pembangunan daerah, namun data yang diperlukan untuk pembangunan ngkat kabupaten adalah data ngkat kecamatan dan desa. Jenis data yang diperlukan dak saja data bidang sosial, tetapi juga data bidang ekonomi seper PDRB, stask pertanian, stask industri, dan stask keuangan. Data yang diterbitkan dalam DDA paling dak untuk DDA kabupaten/kota adalah data hasil pencatatan administrasi pelayanan instansi sektoral. Hanya sedikit data DDA kabupaten/ kota yang berasal dari BPS.
7 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Sebagai masukan dalam proses perencanaan pembangunan daerah, yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I/II (Bappeda Tingkat I/II) DDA harus diisi dengan data yang jenis dan ngkat penyajian yang sesuai, kalau dak maka bahan yang diperlukan untuk menyusun dan merancang pembangunan menjadi dak berar untuk bahan perencanaan. Karena itu, ngkat pendayagunaan DDA sangat tergantung pada jenis dan penyajian data yang diterbitkan di dalamnya. Satu hal yang dapat mempengaruhi pemanfaatan data DDA adalah ada atau dak adanya data pembagi berbagai indikator yang dipakai. Karena umumnya indikator terdiri dari pembilang dan penyebut, maka data DDA yang diterbitkan dak akan dapat digunakan dalam pemantauan dan evaluasi kalau data penyebut dak tersedia. 2.1.3 Penyelarasan Cakupan Data DDA dengan Kebutuhan Pembangunan
Tidak diragukan lagi bahwa data stask dibutuhkan dalam seap tahapan implementasi pembangunan, di antaranya untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan, untuk idenkasi masalah, untuk menetapkan sasaran pembangunan, dan untuk menetapkan kebijakan pembangunan di seap sektor. Oleh sebab itu penyelarasan cakupan DDA dengan kebutuhan pembangunan harus merujuk kepada hal-hal sebagai berikut: Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 Perencanaan pembangunan daerah merupakan rangkaian tahapan perencanaan nasional yang sistemak. Landasan hukumnya adalah Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). SPPN adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencanarencana pembangunan dalam jangka panjang (RPJP), jangka menengah (RPJM), dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di ngkat pusat dan daerah.
8 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Di seap sektor pembangunan yang ada dalam RPJM, sebelum rencana program dan sasarannya ditentukan, terlebih dahulu dilakukan evaluasi capaian pembangunan sektor tersebut. Pada tahapan inilah peran data BPS, khususnya data stask yang disajikan dalam DDA, sangat diperlukan karena yang dibahas adalah data output pembangunan. Dari penjelasan tersebut sangat jelas bahwa data stask, khusus data yang disajikan dalam DDA, sangat dibutuhkan untuk keperluan mengevaluasi kinerja seap bidang pembangunan yang dapat direkam dalam berbagai dokumen resmi pemerintah. Sebagai contoh, tujuan yang akan dicapai di bidang kesehatan adalah pengurangan angka kemaan bayi. Dari kajian data dan informasi sebelumnya disimpulkan bahwa yang dapat menerangkan penyebab utama kemaan bayi adalah status gizi ibu hamil yang rendah, jumlah penolong kelahiran oleh tenaga medis yang rendah, dan kasus tetanus pada bayi yang baru lahir. Maka program yang diduga diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut misalnya adalah penempatan tenaga bidan di desa. Untuk mengukurnya dapat menggunakan indikator banyaknya tenaga medis/bidan per 1000 wanita usia subur (1549 tahun) dan persentase wanita usia 15-49 tahun yang berstatus gizi baik. Selain itu, juga diperlukan evaluasi keberhasilan program pembangunan, dan sudah tentu untuk itu data stask yang dihasilkan melalui survei (Susenas, Sakernas, dsb),
sensus, dan survei antarsensus sangat diperlukan untuk menunjukkan output/outcome dari pembangunan kesehatan. Misalnya, diperlukan juga data indikator dampak program tersebut di atas, yaitu jumlah kemaan bayi, jumlah ibu hamil berstatus gizi buruk, dan jumlah kasus tetanus bayi baru lahir.
2.2 Keabsahan Data Untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan data yang telah terkumpul, perlu dilakukan pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan data didasarkan pada kriteria derajat kepercayaan (credibility ) dengan teknik trianggulasi, ketekunan pengamatan, pengecekan lapangan. Trianggulasi merupakan teknik pengecekan keabsahan data yang didasarkan pada sesuatu di luar data untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding terhadap data yang telah ada (Moleong, 2000). Trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi dengan sumber, yaitu membandingkan data hasil observasi, hasil pekerjaan petugas pengumpul dan hasil wawancara terhadap subjek yang ditekankan pada penerapan metode bantuan alat pada efekf membaca fakta. Ketekunan pengamatan dilakukan dengan teknik melakukan pengamatan yang diteli, rinci, dan terus-menerus selama proses pengamatan berlangsung, yang diiku dengan kegiatan wawancara secara intensif terhadap subjek agar data yang dihasilkan terhindar dari hal-hal yang dak diinginkan. Pengecekan kepada narasumber dilakukan dalam bentuk diskusi mengenai proses dan hasil penelian dengan harapan untuk memperoleh masukan baik dari segi metodologi maupun pelaksanaan pengumpulan data.
2.3 Penyajian Stask Deskripf Penyajian stask deskripf merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menggambarkan potret atau prol suatu wilayah seper publikasi DDA, baik secara komprehensif maupun secara sektoral berdasarkan data terakhir yang ada. Stask deskripf suatu wilayah merupakan gambaran yang dak saja berkaitan dengan gambaran komprehensif kemajuan yang telah dicapai, tetapi juga gambaran yang berkaitan dengan berbagai aspek sosial dan ekonomi. Penyajian stask deskripf yang dibuat dapat menggambarkan situasi daerah yang acap kali juga dapat mengembangkan permasalahan yang dihadapi daerah meskipun mungkin belum disadari. Informasi yang dikandung data bisa lebih dari satu macam interpretasi terhadapnya, bisa juga memberikan gambaran yang bermacam-macam, sehingga efekf daknya stask deskripf yang dibuat tergantung dari kejelian pembuat analisis. Penulisan stask deskripf dari seap DDA seyogyanya mengiku format berikut: 2.3.1 Gambaran Umum yang Diperoleh dari Data
Melalui data yang ada pada DDA dapat diperoleh keterbandingan data kabupaten/ kota dalam provinsi dengan data kabupaten/kota lain dengan melihat levelnya dan kedudukan relafnya (peringkat dalam skala provinsi). Disamping itu, juga dapat
9 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
diperoleh keterbandingan data (levelnya) suatu kabupaten/kota dengan data provinsi dan data kabupaten/kota tetangga dalam provinsi yang sama. Penng juga dikemukakan peringkat suatu kabupaten/kota menurut data dalam provinsi untuk memberikan gambaran tentang level upaya pembangunannya. Berikutnya yang perlu dibahas tentang indikator, seper angka harapan hidup, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, dan ngkat konsumsi per kapita. Pembahasan tentang indikator ini diarahkan pada target program berdasarkan level dari seap indikator dan apa implikasinya bagi kebijakan daerah. Pembahasan tentang jumlah penduduk dan pertumbuhannya, biasanya dalam lima tahun terakhir, adalah sangat penng karena dalam kerangka pembangunan manusia jumlah penduduk sesungguhnya merupakan beban dan sekaligus potensi. PDRB dan pertumbuhannya juga penng untuk dikemukakan dalam kaitannya dengan kemampuan daerah menciptakan kesempatan kerja. 2.3.2 Time Lag
Tahun yang tertera pada judul publikasi adalah tahun terbit (t).Untuk menjaga sifat publikasi DDA yang up-to-date, maka me lag data yang ditampilkan dak boleh terlalu lama dari tahun judul. Idealnya, tahun data adalah satu tahun sebelum tahun terbit (t-1). Sebagai contoh, DDA tahun 2014 berisi data-data tahun 2013.
10 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Teknik Penyusunan Publikasi DDA
3
3.1 Tata Letak, Desain Gras, dan Bahasa 3.1.1 Ukuran Buku dan Margin
Publikasi DDA dicetak dalam ukuran A5 (14,8 cm x 21 cm) dengan menggunakan format bolak-balik (double sides). Bentuk buku adalah tegak ( portrait ). Margin yang ditetapkan untuk publikasi DDA adalah sebagai berikut: a. Untuk halaman genap (sisi sebelah kiri) 2 cm dari tepi atas 1,5 cm dari tepi kiri 2 cm dari tepi kanan 2 cm dari tepi bawah b. Untuk halaman ganjil (sisi sebelah kanan) 2 cm dari tepi atas 2 cm dari tepi kiri 1,5 cm dari tepi kanan 2 cm dari tepi bawah
Gambar 1. Margin DDA
11 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
c. Header dan Footer Header yang digunakan untuk DDA adalah ± 1 cm dari tepi atas, sedangkan footer nya adalah ± 1 cm dari tepi bawah. Header dan footer terletak pada sisi luar halaman. Header berisi judul bab, sedangkan footer berisi judul publikasi. Header dan footer menggunakan huruf calibri dengan size 10 pt. Header ditulis dengan menggunakan huruf kapital, sedangkan footer menggunakan huruf kapital pada seap awal kata. Untuk DDA bilingual , header dan footer pada halaman ganjil menggunakan bahasa Indonesia sedangkan untuk halaman genap menggunakan bahasa Inggris. Halaman kosong, halaman pendahuluan, dan pembatas bab dak menggunakan header . Footer dak dicantumkan pada halaman kosong, halaman prancis, halaman katalog, peta wilayah, foto kepala BPS penerbit, dan pembatas bab. Ukuran buku yang ditetapkan untuk DDA adalah A5 (14,8 cm x 21 cm)
3.1.2 Jenis Kertas, Pencetakan, dan Penjilidan Kertas untuk kover DDA ditetapkan minimal dari jenis artcarton dengan gramatur 210-230 gram, sedangkan isi DDA menggunakan jenis kertas yang sejalan dengan penjilidannya, yaitu minimal HVS 70 gram atau 80 gram.
DDA secara umum dicetak menggunakan nta hitam, kecuali kover, peta wilayah, foto kepala BPS, dan grak. Penjilidan diupayakan memenuhi unsur-unsur kesesuaian, tampilan, ketahanan, dan pengalaman dimana kertas-kertas dak mudah lepas, tampilan buku dak kaku, dan tetap elegan. Halaman yang dicetak berwarna pada DDA adalah kover, peta wilayah, foto kepala BPS, dan grak. 3.1.3 Bahasa Publikasi PDA dan KDA wajib menggunakan dua bahasa ( bilingual ), Indonesia dan Inggris. Sedangkan untuk CDA bila memungkinkan juga menggunakan dua bahasa. Pada publikasi yang disajikan dalam 2 bahasa, tulisan dalam bahasa Inggris dicetak dengan huruf miring (Italic).
Penulisan harus diusahakan mengiku kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Contoh buku yang dapat digunakan sebagai rujukan antara lain Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
12 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
• PDA dan KDA wajib menggunakan 2 bahasa, Indonesia dan Inggris. • CDA seyogyanya disajikan dalam 2 bahasa. Bila belum memungkinkan, cukup menggunakan bahasa Indonesia saja. Bila publikasi menggunakan 2 bahasa maka secara keseluruhan harus menggunakan 2 bahasa.
3.1.4 Kover Kover DDA terdiri dari kover depan, kover belakang, dan punggung buku. 3.1.4.1 Kover Depan Kover depan DDA dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah. Bagian atas Hanya berisi nomor katalog. Nomor katalog diletakkan di kanan atas dan dan berjarak ± 2 cm dari tepi atas. Nomor katalog ditulis menggunakan font arial regular dengan size 8 pt. Nomor katalog untuk DDA adalah 1102001.xx, xx merupakan kode wilayah. Jika PDA maka xx berisi dua digit kode provinsi, jika KDA maka xx berisi empat digit kode kabupaten/kota, dan jika CDA maka xx merupakan tujuh digit kode kecamatan. • • •
Jika keseluruhan isi DDA disajikan dalam dua bahasa maka judul publikasi pada kover disajikan dalam dua bahasa juga. Nama wilayah dak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
Bagian tengah Hanya berisi judul publikasi, tahun judul, dan gambar/ilustrasi yang mencerminkan ciri khas daerah. Judul publikasi dibuat dalam 2 (dua) bahasa, Indonesia dan Inggris, jika keseluruhan isi DDA disajikan dalam dua bahasa. Jika keseluruhan isi DDA hanya disajikan dalam bahasa Indonesia maka judul publikasi DDA juga disajikan dalam bahasa Indonesia saja. Judul publikasi wajib mencantumkan wilayah administrasi, seper kata “provinsi“ atau “kabupaten/kota“ atau “kecamatan“ pada awal judul dan ditulis dengan menggunakan huruf capital each word . Penulisan judul dalam bahasa Indonesia (kecuali wilayah administrasi) menggunakan huruf kapital, sedangkan judul dalam bahasa Inggris menggunakan huruf capital each word . Nama wilayah dak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, contoh yang salah adalah Kalimantan Barat diterjemahkan menjadi West Kalimantan. Tahun judul adalah tahun terbit buku tersebut yang sesuai dengan kata pengantar. Penulisan tahun terbit dak perlu mencantumkan kata “Tahun”. Gambar/ilustrasi yang mencerminkan ciri khas daerah dalam hal ini dak termasuk peta daerah, karena peta daerah akan dimuat secara tersendiri dalam halaman pendahuluan. Yang tercakup dalam kriteria gambar yang mencerminkan ciri khas daerah antara lain adalah pakaian adat, bangunan/situs bersejarah yang ada pada daerah yang bersangkutan, budaya lokal, dan lain-lain yang dak mengandung unsur SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan). •
•
•
•
•
• • •
13 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Bagian bawah Hanya berisi logo dan nama BPS penerbit yang terletak ± 1 cm dari tepi bawah. Logo BPS harus sesuai dengan Perka BPS No 248 Tahun 2006 tentang Logo Badan Pusat Stask. Tidak diperkenankan menambahkan efek seper stroke, shadow, atau efek lainya pada logo BPS. Nama BPS penerbit ditulis di sebelah kanan logo BPS dan ditulis rata kiri. Tulisan nama BPS ditulis dalam dua baris, baris pertama “ BADAN PUSAT STATISTIK ”, sedangkan baris kedua merupakan nama wilayah. Untuk DDA bilingual, nama BPS dalam bahasa Inggris ditulis dalam satu baris pada baris kega. Tulisan nama BPS ditulis dengan menggunakan huruf arial black italic size 10 pt. Logo dan nama BPS diletakkan secara proporsional pada bagian tengah bawah. • •
• •
• •
Gambar 2. Contoh Kover Depan
14 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
3.1.4.2 Cover Belakang Hanya berisi logo kegiatan, slogan DATA MENCERDASKAN BANGSA, logo, nama, dan alamat BPS penerbit, serta barcode dan nomor ISSN. Logo kegiatan ialah logo sensus penduduk/sensus pertanian/sensus ekonomi. Logo kegiatan diletakkan pada pojok kanan atas. Periode pemasangan seap logo kegiatan adalah t-1 sampai dengan t-2 sensus berikutnya. •
•
•
Contoh:
Sensus ekonomi akan diadakan tahun 2016 dan sensus penduduk (SP) akan diadakan tahun 2020. Maka logo kegiatan sensus ekonomi 2016 (SE 2016)akan ditampilkan pada DDA 2015 (satu tahun sebelum tahun pelaksanaan SE 2016) sampai DDA 2018 (dua tahun sebelum pelaksanaan SP 2020). Selanjutnya mulai DDA 2019 menggunakan logo kegiatan SP 2020 begitu seterusnya.
Gambar 3. Contoh Kover Belakang
•
• •
• •
•
•
Slogan DATA MENCERDASKAN BANGSA dicantumkan pada tengah halaman secara proporsional. Tulisan slogan harus sesuai dengan contoh yang diberikan, baik font ataupun cara penulisannya. Tidak diperkenankan menambahkan abstraksi dan ilustrasi pada kover belakang. Logo, nama, dan alamat BPS penerbit diletakkan pada kiri bawah dengan jarak ± 1 cm dari tepi bawah. Kriteria logo BPS yang digunakan sesuai dengan ketentuan logo pada kover depan Tata cara penulisan nama BPS penerbit mengiku ketentuan seper yang terdapat pada kover depan. Ukuran font yang digunakan pada penulisan nama BPS di kover belakang adalah 8 pt. Alamat BPS penerbit dilengkapi dengan kode pos, nomor telepon, nomor fax, homepage, dan alamat e-mail . Alamat BPS penerbit diletakkan dibawah nama BPS dan ditulis rata kiri. Penulisan alamat BPS penerbit menggunakan huruf arial reguler ukuran 7 pt. Barcode ISSN ditampilkan di sudut kanan bawah dengan jarak ± 1 cm dari tepi bawah. Pada bagian atas barcode harus dituliskan nomor ISSN. Barcode dibuat dengan menggunakan tulisan hitam dan latar puh.
15 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
3.1.4.3 Punggung Buku
Apabila publikasi DDA mempunyai ketebalan minimal 0,8 cm (±150 halaman), maka pada punggung buku perlu dicantumkan logo BPS (tegak), judul publikasi, dan tahun judul (tegak). Kriteria logo BPS dan judul publikasi mengiku ketentuan pada kover depan. Logo yang ditampilkan adalah tanpa tulisan “ BADAN PUSAT STATISTIK ”. Judul publikasi pada punggung buku akan sangat bermanfaat bila publikasi tersebut dicari di antara sederetan publikasi yang disusun tegak.
Gambar 4. Contoh Punggung Buku
3.2 Sistemaka Penyusunan DDA
16 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Publikasi DDA, baik itu PDA, KDA, maupun CDA mempunyai sistemaka baku. Meskipun mempunyai format yang baku, namun yang membedakan diantara kega jenis DDA tersebut adalah pada halaman isi, dimana PDA mempunyai cakupan data yang lebih banyak dan luas dibandingkan KDA dan CDA. Begitu juga KDA, mempunyai cakupan data yang lebih banyak dan luas dibandingkan CDA. 3.2.1 Penomoran Halaman Penomoran halaman dan tata cara peletakan nomor halaman penng guna kenyamanan pembaca dalam melihat dan mencari sebuah halaman. Ketentuan mengenai penomoran halaman tersebut adalah sebagai berikut :
• •
•
• • •
•
•
Nomor halaman di letakkan posisi paling kiri pada bagian footer. Halaman bernomor ganjil selalu merupakan halaman yang berada pada sisi kanan buku. Halaman kosong tetap dihitung dalam penomoran halamannya walaupun nomor halaman dak tercetak pada halaman yang bersangkutan. Awal bab selalu dimulai dari halaman ganjil. Halaman pertama angka Romawi dimulai dari halaman Prancis (kover dalam). Halaman pertama angka Arab dimulai dari pembatas halaman antara halaman pendahuluan dan halaman isi sampai dengan halaman terakhir dari publikasi. Apabila bab sebelumnya berakhir pada halaman kanan (ganjil), maka sebelum masuk ke bab selanjutnya diberi halaman kosong yang dak perlu dituliskan nomor halamannya. Halaman Prancis, halaman katalog, peta wilayah, foto kepala BPS, pembatas bab, dan halaman kosong dak perlu dicantumkan nomor halaman tetapi tetap dihitung sebagai halaman.
3.2.2 Halaman Pendahuluan Halaman pendahuluan terdiri dari: a. Halaman rancis atau kover dalam b. Halaman katalog c. Halaman m penyusun* d. Peta e. Foto kepala BPS penerbit f. Kata pengantar g. Daar isi h. Daar tabel i. Daar gambar* j. Penjelasan umum (tanda-tanda, satuan, islah, dan daar singkatan) Undang-undang stask dak perlu ditampilkan catatan: * bersifat oponal
Halaman pendahuluan perlu ditata sehingga terdapat keseragaman baik dalam hal kandungan maupun urutan antarhalaman. Pada subbab ini akan dijelaskan tentang halaman pendahuluan menurut urutannya dalam publikasi. Halaman Prancis Halaman prancis atau kover dalam merupakan halaman pertama dalam halaman pendahuluan. Halaman prancis terletak pada halaman ganjil (sebelah kanan). Halaman prancis hanya berisi judul publikasi, tahun judul, dan gambar/ilustrasi seper kover depan (hanya memuat bagian tengah kover depan). Halaman ini berwarna gray scale.
17 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Gambar 5. Contoh Halaman Prancis
18 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Halaman Katalog Halaman katalog publikasi merupakan halaman kedua dari halaman pendahuluan. Halaman ini terletak pada halaman genap (sebelah kiri), di belakang halaman prancis. Halaman katalog berisi keterangan mengenai: a. Judul publikasi dan tahun judul b. Nomor ISSN c. Nomor publikasi Nomor publikasi sesuai dengan ketentuan pada pedoman penomoran publikasi. d. Nomor katalog, sesuai dengan nomor katalog di kover depan e. Ukuran buku f. Jumlah halaman Cantumkan jumlah halaman dengan angka Romawi + jumlah halaman dengan angka Arab, contoh: xi + 201. g. Penyusun naskah Penyusun naskah yang dicantumkan adalah sengkat eselon 3. h. Penyunng, bersifat oponal Penyunng yang dicantumkan adalah sengkat eselon 3. i. Pembuat gambar kover Pembuat gambar cover yang dicantumkan adalah sengkat eselon 3. j. Ilustrasi kover Merupakan keterangan gambar yang ditampilkan pada kover. k. Penerbit Sebelum tulisan nama penerbit, diberi lambang copyright (©). l. Pencetak m. Kalimat “Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersil tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Stask/Prohibited to announce, distribute, communicate, and/or copy part or all of this book for commercial purpose without permission from Stascs Indonesia”.
Keterangan tentang publikasi (bur a sampai dengan m) dalam bahasa Indonesia dicetak tebal (bold ).
Gambar 6. Contoh Halaman Katalog
Halaman Tim Penyusun Halaman m penyusun memuat nama-nama yang terlibat dalam penulisan publikasi sesuai dengan tugasnya (misal: editor, pengolah, penulis, dsb). Peta Wilayah Peta wilayah di letakkan pada halaman ganjil (sebelah kanan) setelah halaman katalog atau setelah halaman m penyusun (jika ada). Peta wilayah harus dicetak berwarna. Peta yang digunakan harus berupa sketsa, bukan peta satelit.
Gambar 7. Contoh Peta Wilayah
19 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Komponen yang terdapat pada peta wilayah antara lain: a. Judul peta Judul peta terletak pada bagian tengah atas halaman. b. Skala peta Skala peta merupakan angka yang menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya dipermukaan bumi. c. Arah mata angin Arah mata angin merupakan tanda pada peta yang menunjukkan arah utara, mur, selatan, atau arah daerah yang digambar. d. Inset Inset adalah peta kecil tambahan yang berguna untuk menggambarkan letak suatu wilayah pada satu ngkat administrasi yang lebih nggi. Pada PDA, inset menjelaskan posisi suatu provinsi di peta Indonesia. Pada KDA, inset menjelaskan posisi suatu kabupaten/kota di peta provinsinya. Sedangkan pada CDA, inset menjelaskan posisi suatu kecamatan di peta kabupaten/kota-nya. e. Legenda Keterangan yang berupa simbol-simbol pada peta agar peta mudah dimenger oleh pembaca. Foto Kepala BPS Foto Kepala BPS penerbit di letakkan pada halaman ganjil (sebelah kanan) setelah peta. Foto kepala BPS penerbit harus dicetak berwarna dengan latar belakang warna merah. Di atas foto dituliskan “Kepala BPS Provinsi/Kabupaten/Kota …” dan di bawah foto dicantumkan nama lengkap dengan gelarnya. Foto yang ditampilkan harus bersifat resmi. Gambar 8. Contoh Foto Kepala BPS KEPALA BPS KABUPATEN LAMPUNG TIMUR CHIEF OF STATISTICS OF LAMPUNG TIMUR REGENCY
20 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Ir. Anwar
Kata Pengantar Kepala BPS Provinsi/Kabupaten/Kota Kata pengantar Kepala BPS provinsi/kabupaten/kota dimuat sesudah foto kepala BPS dan berada pada halaman ganjil (sebelah kanan). Apabila kata pengantar ini dibuat
dalam dua bahasa maka kata pengantar dalam bahasa Inggris diletakkan pada halaman berikutnya. Pada bagian tengah atas halaman harus dicantumkan logo BPS. Kata pengantar harus ditandatangani oleh kepala BPS provinsi/kabupaten/kota. Penulisan nama kepala BPS harus menggunakan gelar tanpa NIP. Gambar 9. Contoh Kata Pengantar
Daar Isi, Daar Tabel, dan Daar Gambar
Susunan sesudah kata pengantar Kepala BPS provinsi/kabupaten/kota berturut-turut adalah daar isi, daar tabel, dan daar gambar. Halaman pertama daar isi, daar tabel, dan daar gambar berada di halaman ganjil (sebelah kanan). Daar isi memuat judul bab dan judul subbab berikut penomoran bab dan subbab. Daar tabel memuat judul tabel berikut penomoran tabel, demikian pula daar gambar. Gambar 10. Contoh Dafar Isi
21 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Penjelasan Umum Penjelasan Umum memuat: tanda-tanda, satuan yang digunakan, islah, dan dafar singkatan yang terdapat pada halaman isi. Gambar 11. Contoh Penjelasan Umum
3.2.3 Pembatas Bab Pembatas bab merupakan halaman yang membatasi antara satu bab dan bab lainnya dan antara halaman pendahuluan dan halaman isi. Ketentuan pembuatan pembatas bab adalah sebagai berikut: • Wajib dituliskan nomor dan judul bab • Dapat juga ditambahkan ilustrasi (gambar, foto,atau infogras) yang menggambarkan isi bab yang bersangkutan ( oponal ). • Nomor halaman, header , dan footer pada pembatas bab dak perlu dicantumkan. Dengan demikian nomor halaman mulai dicantumkan pada halaman bab yang bersangkutan. • Pembatas bab selalu dimulai dengan halaman ganjil. Halaman belakang dari pembatas halaman dikosongkan, penomoran dilanjutkan dan dicetak pada narasi bab, gambar/grak, dan tabel-tabel.
22 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
3.2.4 Halaman Isi Halaman isi dibagi menjadi 13 bab. Apabila tabel dalam satu bab jumlahnya sedikit (± 5 tabel), maka bab tersebut dapat digabungkan dengan bab sebelum atau sesudahnya asalkan masih sesuai. Halaman isi publikasi DDA secara umum mengacu pada format berikut:
BAB 1 Geogra dan Iklim 1.1 Geogra Luas wilayah, nggi wilayah, jarak antarwilayah, sungai dan gunung
1.2 Iklim Suhu udara curah hujan, kelembaban, tekanan udara, lama penyinaran matahari, kecepatan angin BAB 2 Pemerintahan 2.1 Wilayah administraf Jumlah kabupaten, kota, kecamatan, desa 2.2 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Komposisi anggota DRPD menurut jenis kelamin, fraksi, dan komisi 2.3 Pegawai Negeri Sipil BAB 3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan 3.1 Kependudukan Jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, distribusi penduduk, jumlah rumah tangga, migrasi 3.2 Ketenagakerjaan Jumlah penduduk yang bekerja, angkatan kerja, pencari pekerjaan, TPT, TPAK BAB 4 Sosial 4.1 Pendidikan Buta aksara, Angka Parsipasi Sekolah (APS), Angka Parsipasi Murni (APM), Angka Parsipasi Kasar (APK), sekolah, murid, guru 4.2 Kesehatan Sarana kesehatan, tenaga kesehatan, imunisasi, KB, penyakit 4.3 Agama Pemeluk agama, tempat peribadatan, jemaah haji, nikah, cerai, rujuk 4.4 Kriminalitas Tindak pidana, penyelesaian ndak pidana 4.5 Kemiskinan dan Pembangunan Manusia Penduduk miskin, garis kemiskinan, IPM 4.6 Sosial lainnya Bencana alam, penyandang cacat, pelayanan masyarakat BAB 5 Pertanian 5.1 Tanaman Pangan Luas lahan sawah, luas panen, produksi, produkvitas 5.2 Horkultura Luas panen, produksi 5.3 Perkebunan Luas tanaman, produksi, perkebunan besar, perkebunan rakyat 5.4 Peternakan Populasi ternak, populasi unggas 5.5 Perikanan Rumah tangga perikanan, produksi perikanan, perahu/kapal, luas area usaha budidaya perikanan
23 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
5.6 Kehutanan Luas kawasan hutan, produksi kayu
BAB 6 Industri, Pertambangan, Energi, dan Konstruksi 6.1 Industri Usaha, tenaga kerja, nilai tambah, biaya input, nilai output 6.2 Pertambangan Produksi pertambangan 6.3 Energi Listrik, gas, dan air minum : Perusahaan, produksi, penyaluran 6.4 Konstruksi Perusahaan BAB 7 Perdagangan Ekspor, impor
BAB 8 Hotel dan Pariwisata Pariwisata Wisatawan, TPK, lama menginap, akomodasi BAB 9 Transportasi dan Komunikasi 9.1 Transportasi Panjang jalan, kendaraan bermotor bermotor,, kereta api, angkutan udara, kapal pelayaran 9.2 Pos dan Telekomunikasi Kantor pos, sambungan telepon BAB 10 Keuangan Daerah dan Harga 10.1 Keuangan Daerah Pendapatan dan Belanja daerah 10.2 Bank, Kopera Koperasi, si, Pegadaian, Penanaman Modal 10.3 Harga Inasi, harga beberapa bahan pokok
BAB 11 Pengeluaran Penduduk dan Konsumsi Makanan 11.1 Pengeluaran Pengeluaran per kapita 11.2 Konsumsi Konsumsi kalori dan protein
24 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
BAB 12 Pendapatan Regional PDRB, laju pertumbuhan PDRB, distribusi BAB 13 Perbandingan antarprovinsi/kabupaten/kota/kecamatan
3.3 Teknik Penyusunan Narasi, Tabel, dan Gambar 3.3.1 Teknik Penyusunan Narasi Narasi untuk seap bab dimulai sesudah pembatas bab dan berada pada halaman ganjil. Narasi terdiri dari penjelasan teknis dan ulasan. Untuk DDA yang ditampilkan bilingual , narasi harus dibuat dalam dua kolom. kolom. Kolom sebelah kiri untuk bahasa Indonesia dan kolom sebelah kanan untuk bahasa Inggris. Narasi dalam bahasa Inggris dibuat dengan huruf miring (italic ( italic). Narasi dibuat dengan alignment rata kanan kiri ( jused ). ). Jarak antarbaris harus disesuaikan agar memudahkan dalam membaca. Penjelasan teknis
• • • • • • • •
Penjelasan teknis memuat konsep denisi variabel/indikator yang digunakan pada bab yang bersesuaian. Penjelasan teknis dapat juga menjelaskan tentang metodologi, jumlah sampel, sumber,, atau me reerence dari suatu variabel. sumber Diletakkan sebelum ulasan. Penjelasan teknis dibuat dengan font calibri 9. Judul pada bagian atas ditulis dengan huruf kapital. Dibuat dalam bentuk poin-poin (ada nomornya). Variabel atau indikator yang didenisikan harus dicetak bold . Untuk poin yang sama, penulisan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris harus sejajar. Gambar 12. Contoh Penjelasan Teknis
25 Ulasan
• •
•
Ulasan menguraikan secara singkat tentang isi bab. Ulasan sebaiknya menggunakan data yang tersedia pada tabel-tabel atau grak yang disusun. Ulasan ini dapat berupa gambaran umum mengenai semua variabel yang diteli, mengenai jumlah, persentase, dan penjelasan p enjelasan dari seap katego kategori ri variabel. Ulasan dibuat dengan font calibri calibri size size 9. 9.
i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
•
Ulasan dibuat pada halaman terpisah setelah halaman terakhir penjelasan teknis. Tidak harus dimulai dari halaman ganjil. Judul pada bagian atas ditulis dengan huruf kapital. Dibuat dalam bentuk paragraf. Pada awal seap paragraf dak perlu menggunakan indent . Jarak antar paragraf diberikan spasi. Gambar 13. Contoh Ulasan
• • •
3.3.2 Teknik Penyusunan Tabel Data dan informasi dapat dituliskan secara rinci dan lengkap dalam bentuk tabel. Sebuah tabel terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen Komponen-komponen tersebut adalah: Nomor dan judul tabel Judul stub, judul kolom Nomor kolom Stub Sel (isi tabel) Catatan (apabila diperlukan) dan sumber data Sebuah tabel selalu ditulis dalam halaman terpisah dari ulasan. Selain itu, seap tabel harus dikek pada halaman terpisah. • • • • • •
Gambar 14. Komponen Tabel
26 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
A. Nomor dan Judul Tabel Nomor dan judul tabel bisa dibuat rata kiri atau rata tengah asalkan konsisten dalam satu buku. Tabel diberi nomor sesuai dengan nomor bab, kemudian nomor subbab (jika ada), dan diiku dengan nomor urut dalam satu bab/subbab yang dituliskan dengan menggunakan angka Arab. Judul tabel diletakkan di atas tabel dengan diawali huruf kapital pada seap kata (kecuali kata sambung, kata penghubung, kata depan, dan parkel) tanpa diakhiri dengan tanda k. Hindari penggunaan singkatan dalam judul tabel. Judul tabel hendaknya mencerminkan isi tabel, jelas, singkat, menarik, dan akurat. Judul tabel harus mencakup tentang apa, dimana, dan kapan kondisi obyek yang digambarkan tabel yang bersangkutan. Walaupun ‘dimana dan kapan’ terkesan membosankan karena selalu disebut dalam seap tabel, sebaiknya hal tersebut tetap ditulis di seap tabel. •
•
•
• •
Judul tabel harus mencerminkan secara berurutan mengenai: apa, dimana, dan kapan dari isi yang digambarkan oleh tabel tersebut
•
•
Jika referensi waktu berada satu baris dengan judul tabel maka sebelumnya diberi tanda koma. Sebaliknya, jika referensi waktu berada pada baris yang berbeda dari judul maka dak perlu diberikan tanda koma. Jika tabel disajikan dalam dua bahasa maka judul tabel bahasa Inggris dicetak miring dan ditulis di bawah judul bahasa Indonesia.
Gambar 15. Contoh Tabel
27 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
B. Kolom dan Stub Tabel Penggunaan garis dalam sebuah tabel sangat perlu diperhakan. Garis horizontal diletakkan di atas judul kolom, mengapit nomor kolom, dan di bagian bawah tabel. Jenis garis yang digunakan di atas judul kolom dan bagian bawah tabel adalah double line. Sedangkan untuk garis horizontal lainnya menggunakan single line. Penggunaan garis horizontal pada seap baris akan memberi kesan terlalu penuh pada tabel, jadi perlu permbangan yang ha-ha. Garis verkal yang digunakan untuk memisahkan kolom yang satu dengan kolom yang lainnya sebaiknya dak perlu digunakan. Untuk pemisah antarkolom dapat menggunakan jarak/ space dengan memperhakan jumlah kolom. • Garis horizontal diletakkan di atas judul kolom, mengapit nomor kolom, dan di bagian bawah tabel • Garis verkal sebaiknya dak perlu digunakan • Huruf pertama seap kata (kecuali kata sambung, kata penghubung, kata depan, dan parkel) dalam judul kolom dan judul stub ditulis dengan huruf kapital
Lebar dan jumlah kolom suatu tabel sedapat mungkin opmal. Jumlah kolom yang banyak dalam suatu tabel digunakan jika dak menemukan cara yang lebih baik dalam menampilkan informasi. Jika jumlah kolom lebih banyak daripada baris, maka perlu dipermbangkan untuk memutar posisi keduanya. Sedapat mungkin suatu tabel diletakkan pada halaman yang sama, dak dipisah pada halaman yang berbeda sehingga lebih mudah dibaca. Selain lebar kolom, lebar tabel secara keseluruhan juga harus diperhakan. Keseragaman lebar tabel perlu diperhakan agar keselarasan dan keserasian dengan semua tabel-tabel yang ada di publikasi DDA tetap terjaga. C. Nomor Kolom Kolom harus diberi nomor, penomorannya dimulai dari kolom stub. Seap nomor kolom diapit oleh tanda kurung, sedangkan baris nomor kolom diapit oleh garis horizontal. Nomor kolom sebaiknya ditulis dengan ukuran font yang lebih kecil dari judul kolom.
28 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
D. Stub Stub terletak pada bagian kiri dari tabel dan digunakan untuk menginformasikan apa yang tertera pada masing-masing baris. Huruf pertama seap stub ditulis dengan huruf kapital (kecuali kata sambung, kata penghubung, kata depan, dan parkel). Jika tabel disajikan dalam dua bahasa maka stub yang dalam bahasa Inggris dicetak miring dan ditulis di bawah stub bahasa Indonesia atau ditulis dalam satu baris dengan bahasa Indonesia yang dipisahkan dengan garis miring (/). E. Isi Tabel Banyak dijumpai isian tabel yang kosong pada sebagian besar baris tabel, sebagian besar kolom tabel, dan bahkan pada keseluruhan adanya tabel-tabel yang isiannya kosong (white spots) sangat mengecewakan pembaca, karena tujuan pengguna DDA
adalah mencari informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, tabel-tabel seper ini harus dihindari. Umumnya white spots terjadi karena penyusun DDA memaksakan mengiku format tabel baku padahal data yang sesuai dengan format tersebut dak tersedia. Sebagai contoh, beberapa tabel yang isiannya merupakan data bulanan, padahal data yang tersedia hanya tahunan. Maka sebaiknya data disajikan secara tahunan saja. Selain itu, perlu diperhakan dalam penyusunan DDA, bahwa data yang disajikan harus memperhakan kesinambungan secara berkala (tahunan). Data yang menggunakan angka desimal menggunakan maksimal 2 (dua) angka di belakang koma. Pemisah angka ribuan menggunakan 1 (satu) spasi, sedangkan desimal menggunakan koma (,). Total dan atau rata-rata diletakkan di bawah data/angka dimana data tersebut dimasukkan. Total dan atau rata-rata seharusnya dipisahkan dari angka/data lain dengan memberikan jarak. •
•
•
F. Catatan dan Sumber Catatan digunakan jika ingin menjelaskan hal-hal tertentu agar dak menyesatkan pembaca. Bila sebagian besar tabel menggunakan catatan yang sama maka catatan tersebut dapat dinyatakan dalam penjelasan umum. Seap tabel harus dicantumkan sumber data. Catatan dan sumber diletakkan di bawah tabel. Apabila suatu tabel memiliki catatan dan sumber sekaligus, maka catatan diletakkan/dicantumkan terlebih dahulu sebelum sumber. Jika sumber berasal dari data primer, tuliskan nama sensus atau surveinya. Jika sumber adalah data sekunder, tuliskan nama instansi yang mengeluarkan data tersebut. 3.3.2 Teknik Pembuatan Gambar Grak berguna untuk menyampaikan data dengan lebih menarik, mudah dicerna, dan lebih jelas. Grak yang disajikan bisa berupa Grak Garis ( Line Chart ), Grak Batang (Bar Chart ), dan Grak Lingkaran ( Pie Chart ). Pada publikasi BPS, termasuk DDA, bagan, diagram, gambar, dan grak dikategorikan sebagai gambar dan dituliskan dengan judul ”Gambar”. A. Judul Gambar Gambar diberi nomor urut sesuai dengan nomor bab dan diiku dengan nomor urut dalam satu bab yang dituliskan dengan menggunakan angka Arab. Judul gambar diletakkan di atas gambar dan diawali oleh huruf kapital dan dak diakhiri dengan tanda k. Ketentuan lain dalam penulisan judul gambar mengiku ketentuan dalam penulisan judul tabel. B. Bentuk Gambar Bentuk gambar/grak yang disajikan hendaknya sesuai dengan aturan stask. Pemilihan bentuk gambar/grak ( bar chart , line chart atau pie chart ) harus disesuaikan dengan keadaan data. Bidang dalam gambar/grak batang yang menggunakan warna hitam puh dipergunakan arsiran yang cukup jelas perbedaannya. Gambar/grak garis yang
29 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
hitam puh, menggunakan garis yang jelas bedanya, dan sebaiknya jumlah garis dak terlalu banyak. Gambar/grak sebaiknya dibuat menggunakan dua dimensi. Namun jika terdapat nilai yang sangat kecil (rata dengan sumbu) maka dapat menggunakan gambar ga dimensi. C. Legenda Gambar Seap gambar yang menggunakan simbol maka seap simbol harus diberikan keterangan. Ukuran simbol dan keterangannya harus proporsional dengan ukuran gambar dan dapat dibaca dengan jelas. Besar huruf dalam penulisan legenda dan keterangan lain dak terlalu kecil. D. Skala dalam Sumbu Penulisan angka pada sumbu verkal sebaiknya dak menggunakan digit yang terlalu banyak. Misalnya, grak yang menggunakan 140000, 150000,...,180000 pada sumbu verkal. Sebaiknya menggunakan 140, 150,..., 180 dan satuan pada judul grak ditulis dalam ribuan. E. Catatan dan Sumber Catatan dan sumber diletakkan di bawah gambar. Ketentuan penulisan catatan dan sumber pada gambar mengiku ketentuan penulisan catatan dan sumber pada tabel.
30 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Penutup
4
S
alah satu upaya BPS untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat adalah dengan meningkatkan kualitas publikasi stask. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas publikasi adalah dengan membuatkan buku pedoman mengenai tata cara pembuatan publikasi yang baik. Pedoman pembuatannya secara umum sudah ada dan telah terbit pada tahun 1999. Khusus untuk publikasi Daerah Dalam Angka (DDA) yang dihasilkan oleh BPS provinsi dan kabupaten/kota, dibuat standarnya berdasarkan pengamatan dari DDA tahun-tahun sebelumnya. Alasan pembuatan standar ini agar dapat dilihat keterbandingannya antardaerah. Pedoman ini dapat dipakai sebagai rujukan bagi BPS daerah dalam menyusun DDA. Namun dalam penerapannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan data dan informasi pembangunan daerah dan ketersediaan data. Di samping itu, untuk memenuhi kebutuhan spesik daerah, dapat pula ditambahkan data dan informasi lain walaupun dak terdapat dalam Buku Pedoman Penyusunan Publikasi DDA ini. Pedoman Penyusunan Publikasi DDA yang belum sempurna ini baru merupakan satu sisi dari upaya mewujudkan tujuan pembuatan DDA. Tiga sisi lainnya yang perlu disempurnakan ketersediaannya adalah: (i) tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, (ii) tersedianya data yang berkualitas, dan (iii) adanya komitmen yang kuat dari pihak terkait; BPS, instansi sektoral, dan masyarakat, karena dak ada stask yang dapat diperoleh dengan mudah dan murah. DDA yang bagaimanapun lengkap dan bagusnya hanya akan bermanfaat selama stask yang ada di dalamnya digunakan secara posif dalam perumusan kebijakan, perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program-program pemerintah serta dalam pengambilan keputusan oleh masyarakat serta penelian oleh perguruan nggi dan berbagai lembaga penelian. Situasi ini ditemui di negara-negara yang sudah mempunyai apresiasi nggi terhadap data, karena itu sosialisasi akan penngnya data kepada seluruh jajaran pengambil keputusan di daerah harus terus-menerus dilaksanakan . Saran dari berbagai pihak akan menambah sempurnanya kualitas publikasi BPS, terutama DDA, baik dari segi tampilan maupun kualitas datanya. Selanjutnya pedoman standar ini bisa juga diterapkan pada publikasi DDA di ngkat kabupaten/kota dan kecamatan.
31 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Daftar Pustaka Eneste, Pamusuk. 2005. Buku Pintar Penyunng Naskah: Edisi Kedua. Jakarta: Obor. Miles, John. 1987. Design for Desktop Publishing: a guide to Layout and Typography on the Personal Computer. San Fransisko: Chronicle Books. Permana, Erry A, et al. 1993. Prinsip-Prinsip Penyusunan Huruf Cetak dengan Desktop Publishing . Jakarta: Dinasndo. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2008. Edisi Keempat: Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka dan Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Pu staka. Indonesia yang Disempurnakan . Jakarta: Balai Pustaka. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2004. Pedoman Umum Pembentukan Islah. Jakarta: Balai Pustaka. Pu staka. Rustan, Surianto. Layout Dasar dan Penerapannya . 2008. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Shah, Vimal Vima l P. P. 2006. Menyusun Laporan Penelian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sihombing, Danton. Tipogra dalam Desain. 2003. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
33 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Lampiran
35 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Lampiran 1 FORMAT TABEL UNTUK PROVINSI DALAM ANGKA 1. Geogra dan Iklim 1.1 Geogra
Tabel 1.1.1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXX, (n) Kabupaten/Kota
Luas (km2)
Persentase
(1)
(2)
(3)
Nama provinsi
100
Sumber:
Tabel 1.1.2 Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXX, (n) Kabupaten/Kota
Ibukota kab/kota
Tinggi (m)
(1)
(2)
(3)
Sumber:
Tabel 1.1.3 Jarak dari Ibukota Kabupaten/Kota ke Ibukota Provinsi di Provinsi XXX, (n) Kabupaten/Kota
Ibu kota kab/kota
Jarak Ke Ibukota Provinsi (km)
(1)
(2)
(3)
37
Sumber:
i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
1.2 Iklim
Tabel 1.2.1 Rata-Rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin, Curah Hujan, dan Penyinaran Matahari Menurut Stasiun di Provinsi XXX, (n) Stasiun
Uraian (1)
...
...
...
(2)
(3)
(4)
Suhu (oC)
Maksimum Minimum Rata-rata Kelembaban Udara (%) Maksimum Minimum Rata-rata Tekanan Udara (mb) Kecepatan Angin (knot)
Curah Hujan (mm 3) Penyinaran Matahari (%) Sumber:
Tabel 1.2.2 Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Provinsi XXX, (n) Bulan (1)
Suhu Udara ( oC)
Kelembaban Udara (%)
Maks
Min
Rata-rata
Maks
Min
Rata-rata
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Sumber:
Tabel 1.2.3 Rata-Rata Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari Menurut Bulan di Provinsi XXX, (n)
38 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Sumber:
Bulan
Tekanan Udara (mb)
Kecepatan Angin (knot)
Penyinaran Matahari (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
Tabel 1.2.4 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Provinsi XXX, (n) Bulan
Curah Hujan (mm3)
Hari Hujan
(1)
(2)
(3)
Sumber:
2. Pemerintahan 2.1 Wilayah Administraf
Tabel 2.1.1 Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXX (n) Kabupaten/Kota
Kecamatan
Desa
Kelurahan
(1)
(2)
(3)
(4)
nama provinsi Sumber:
2.2 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Tabel 2.2.1 Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Menurut Partai Polik dan Jenis Kelamin di Provinsi XXXX, (n)
Partai Polik (1)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
Jumlah Sumber:
Tabel 2.2.2 Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota (1)
Nama Provinsi Sumber:
39 Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
2.3 Pegawai Negeri Sipil
Tabel 2.3.1 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota (1)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 2.3.2 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Dinas/Instansi Pemerintah dan Jenis Kelamin di Provinsi XXX, (n) Jenis Kelamin Dinas/Instansi Pemerintahan (1)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
Jumlah Sumber:
Tabel 2.3.3 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Pendidikan Ternggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Provinsi XXXX, (n) Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir (1) Sampai dengan SD SLTP/Sederajat SMA/Sederajat Diploma I,II D III/Sarjana Muda Tingkat Sarjana/Doktor/Ph.d
40 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Jumlah Sumber:
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
Tabel 2.3.4 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Golongan Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Provinsi XXX, (n)
Golongan Kepangkatan
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(1)
Jumlah Sumber:
3. Kependudukan dan Ketenagakerjaan 3.1 Kependudukan
Tabel 3.1.1 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX, 2010, (n-1), dan (n) Kabupaten/Kota (1)
Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun (%)
Jumlah Penduduk (ribu) 2010
n-1
n
2010–n
(n-1)–n
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
2 digit
2 digit
Nama Provinsi Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
Tabel 3.1.2 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/kota di Provinsi XXXX, (n) Jenis Kelamin (ribu)
Kabupaten/Kota (1)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
Rasio Jenis Kelamin (5) Kol (2) / Kol (3)
Nama Provinsi Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
1 digit
41 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 3.1.3 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota
Persentase Penduduk
Kepadatan Penduduk per km2
(1)
(2)
(3)
Nama Provinsi
100,00
No digit
Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
Tabel 3.1.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi XXXX, (n) Jenis Kelamin
Kelompok Umur (1)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
0–4 5-9 … 70 – 74 75 +
Jumlah Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
3.2 Ketenagakerjaan
Tabel 3.2.1 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Provinsi XXXX, (n) Angkatan Kerja Kabupaten/Kota (1)
Bekerja
Pengangguran Terbuka
Jumlah
Bukan Angkatan Kerja
(2)
(3)
(4)
(5)
Nama Provinsi Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
42 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Jumlah (6)
Tabel 3.2.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Provinsi XXXX, (n) Jenis Kelamin
Kegiatan Utama
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(1) I. Angkatan Kerja 1. Bekerja 2. Pengangguran Terbuka II. Bukan Angkatan Kerja 1. Sekolah 2. Mengurus Rumah tangga 3. Lainnya Jumlah
Tingkat Parsipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Pengangguran Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
Tabel 3.2.3 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Ternggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Provinsi XXXX, (n) Angkatan Kerja
Pendidikan Ternggi yang Ditamatkan
Bekerja
(1)
(2)
Pengangguran Jumlah Terbuka (3)
Bukan Angkatan Kerja
(4)
(5)
Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Atas Kejuruan Diploma I/II/III/Akademi Universitas Jumlah
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
Tabel 3.2.4 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi XXXX, (n) Kelompok Umur (1)
Jenis Kelamin
43
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
15-24 ... 65+ Jumlah
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 3.2.5 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Provinsi XXXX, (n) Lapangan Pekerjaan Utama (1)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air 5. Bangunan 6. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 7. Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi 8. Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan Jumlah Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
Tabel 3.2.6 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Jumlah Jam Kerja Seluruhnya dan Jenis Kelamin di Provinsi XXXX, (n) Jumlah Jam Kerja Seluruhnya (1)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
0* 1-14 15-24 25-34 35-40 41+ Jumlah
44 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Keterangan : * Sementara dak bekerja Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
Tabel 3.2.7 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Jumlah Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Provinsi XXXX, (n) Jenis Kelamin
Jumlah Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama (1)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
0* 1-14 15-24 25-34 35-40 41+ Jumlah Keterangan : * Sementara dak bekerja Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
Tabel 3.2.8 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Provinsi XXXX, (n) Status Pekerjaan Utama (1)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
1. Berusaha sendiri 2. Berusaha dibantu buruh dak tetap/buruh tak dibayar 3. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 4. Buruh/Karyawan/Pegawai 5. Pekerja bebas 6. Pekerja keluarga/tak dibayar Jumlah Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
Tabel 3.2.9 Jumlah Pencari Kerja Terdaar Menurut Tingkat Pendidikan Ternggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Provinsi XXXX, (n) Pendidikan Ternggi yang Ditamatkan (1)
Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Atas Kejuruan Diploma I/II/III/Akademi Universitas Jumlah Sumber:
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
45 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
4. Sosial 4.1 Pendidikan
Tabel 4.1.1 Persentase Penduduk Usia 7–24 Tahun Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur Sekolah dan Parsipasi Sekolah di Provinsi XXXX, (n) Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Sekolah
Parsipasi Sekolah Tidak/Belum Pernah Sekolah
Masih Sekolah
(2)
(3)
(1)
Tidak Sekolah Lagi
Laki-laki 7-12 13-15 16-18 19-24 7-24 Perempuan 7-12 13-15 16-18 19-24 7-24
Laki-laki+Perempuan 7-12 13-15 16-18 19-24 7-24 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Kor
Tabel 4.1.2 Angka Parsipasi Murni (APM) dan Angka Parsipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan Provinsi XXXX , (n) Jenjang Pendidikan
APM
APK
(1)
(2)
(3)
SD/MI
46 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
SMP/MTs SMA/SMK/MA Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Kor
Tabel 4.1.3 Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio Murid-Guru Sekolah Dasar (SD) Menurut Kabupaten/kota di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota
Sekolah
Murid
Guru
Rasio MuridGuru
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kol(5)/ kol(8) Nama Provinsi Sumber:
Tabel 4.1.4 Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio Murid-Guru Madrasah Ibdaiyah (MI) Menurut Kabupaten/kota di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota
Sekolah
Murid
Guru
Rasio MuridGuru
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kol(5)/ kol(8) Nama Provinsi Sumber:
Tabel 4.1.5 Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio Murid-Guru Sekolah Menengah Pertama Menurut Kabupaten/kota di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota
Sekolah
Murid
Guru
Rasio MuridGuru
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kol(5)/ kol(8) Nama Provinsi Sumber:
Tabel 4.1.6 Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio Murid-Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Menurut Kabupaten/kota di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota
Sekolah
Murid
Guru
Rasio MuridGuru
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kol(5)/ kol(8) Nama Provinsi Sumber:
47 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 4.1.7 Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio Murid-Guru Sekolah Menengah Atas Menurut Kabupaten/kota di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota
Sekolah
Murid
Guru
Rasio MuridGuru
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kol(5)/ kol(8) Nama Provinsi Sumber:
Tabel 4.1.8 Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio Murid-Guru Madrasah Aliyah Menurut Kabupaten/kota di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota
Sekolah
Murid
Guru
Rasio MuridGuru
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kol(5)/ kol(8) Nama Provinsi Sumber:
4.2 Kesehatan
Tabel 4.2.1 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kabupaten/kota di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/ kota
Rumah Sakit
Rumah Bersalin
Puskesmas
Posyandu
Klinik/Balai Kesehatan
Polindes
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 4.2.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX, (n)
48 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tenaga Medis
Kabupaten/ Kota
Dokter
Perawat
Bidan
Farmasi
Ahli Gizi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 4.2.3 Jumlah Dokter Spesialis, Dokter Umum, dan Dokter Gigi Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan di Provinsi XXXX, (n) Unit Kerja
Dokter Spesialis
Dokter Umum
Dokter Gigi
(1)
(2)
(3)
(4)
Puskesmas Rumah Sakit
Jumlah Sumber:
Tabel 4.2.4 Persentase Perempuan Pernah kawin Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan anak Lahir Hidup (ALH) Menurut Kabupaten/Kota dan penolong proses Kelahiran di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/ Kota
Tenaga Kesehatan
Non Tenaga Kesehatan
Jumlah
Persentase Tenaga Kesehatan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
K (2) / K (4) x 100% 1 digit Nama Provinsi Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Kor
Tabel 4.2.5 Persentase Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi Menurut Kebupaten/Kota dan Jenis Imunisasi di Provinsi XXXX, (n) Jenis Imunisasi Kab./Kota (1)
BCG (2)
DPT
Hepas B
Polio
1
2
3
1
2
3
4
1
2
3
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
Nama Provinsi Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Kor
Campak (13)
49 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 4.2.6 Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak di Provinsi XXXX, (n) Jenis Penyakit
Jumlah Kasus
(1)
(2)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9. 10. Sumber:
Tabel 4.2.7 Jumlah Bayi Lahir, Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), BBLR Dirujuk, dan Bergizi Buruk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX , (n) Kabupaten/ kota
Bayi Lahir
(1)
(2)
BBLR
Gizi Buruk
Jumlah
Dirujuk
(3)
(4)
(5)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 4.2.8 Jumlah Ibu Hamil, Melakukan Kunjungan K1, Melakukan Kunjungan K4, Kurang Energi Kronis (KEK), dan Mendapat Tablet Zat Besi (Fe) di Provinsi XXXX, (n)-3–(n)
50 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tahun
Jumlah Ibu Hamil
Melakukan Kunjungan K1
Melakukan Kunjungan K4
Kurang Energi Kronis (KEK)
Mendapat Zat Besi (Fe)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(n) - 3 (n) - 2 (n) - 1 n Sumber:
Tabel 4.2.9 Jumlah Remaja Usia 15-24 Tahun yang Mendapat Penyuluhan Tentang Kesehatan Reproduksi (Kespro), HIV/AIDS, dan Keluarga Berencana (KB) Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi XXXX (kali), (n) Kabupaten/Kota
Penyuluhan Kespro
Penyuluhan HIV/AIDS
Penyuluhan KB
(1)
(2)
(3)
(4)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 4.2.10 Jumlah Kasus HIV/AIDS, IMS, DBD, Diare, TB, dan Malaria Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota
HIV/AIDS
IMS
DBD
Diare
TB
Malaria
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 4.2.11 Jumlah Klinik Keluarga Berencana (KKB) dan Pos Pelayanan Keluarga Berencana Desa (PPKBD) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota
KKB
PPKBD
(1)
(2)
(3)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 4.2.12 Jumlah Pasangan Usia Subur dan Peserta KB Akf Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX, (n) Peserta KB Akf
Kab./Kota
Jumlah PUS
IUD
MOW
MOP
Kondom
Implant
Sunkan
Pil
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Nama Provinsi Sumber:
51 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
4.3 Agama
Tabel 4.3.1 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Agama yang Dianut di Provinsi XXXX, (n) Kab./Kota
Islam
Protestan
Katolik
Hindu
Budha
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 4.3.2 Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX, (n) Kab./Kota
Masjid
Mushola
Gereja Protestan
Gereja Katholik
Pura
Vihara
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Provinsi Sumber:
4.4 Kriminalitas Tabel 4.4.1 Jumlah Tindak Pidana Menurut Kepolisian Resort di Provinsi XXX, (n)-2–(n) Kepolisian Resort
(n)-2
(n)-1
(1)
(2)
(7)
(n)
Sumber:
Tabel 4.4.2 Persentase Penyelesaian Tindak Pidana Menurut Kepolisian Resort di Provinsi XXX, (n)-2–(n)
52 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Sumber:
Kepolisian Resort
(n)-2
(n)-1
(1)
(2)
(7)
(n)
4.5 Kemiskinan Tabel 4.5.1 Jumlah Keluarga Menurut Kabupaten dan Klasikasi Keluarga di Provinsi XXX, (n) Keluarga Sejahtera
Kabupaten/Kota
Pra Sejahtera
I
II
III
III +
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Jumlah (7)
Sumber:
Tabel 4.5.2 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Provinsi XXXX, (n)-5 – (n) Tahun
Garis Kemiskinan
(1)
(2)
Penduduk Miskin Jumlah
Persentase
(3)
(4)
n-5 n-4 ....... n Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional
5. Pertanian 5.1 Tanaman Pangan
Tabel 5.1.1 Luas Lahan Sawah Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Pengairan di Provinsi XXXX (ha), (n) Kabupaten/Kota
Irigasi
Non Irigasi
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
Nama Provinsi Sumber: Laporan Stask Pertanian Tanaman Pangan Penggunaan Lahan
Tabel 5.1.2 Luas Lahan Tegal/Kebun, Ladang/Huma, dan Lahan Yang sementara Tidak Diusahakan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX (ha), (n) Kabupaten/Kota
Tegal/Kebun
Ladang/Huma
Sementara Tidak Diusahakan
(1)
(2)
(3)
(4)
Nama Provinsi Sumber: Laporan Stask Pertanian Tanaman Pangan Penggunaan Lahan
53 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 5.1.3 Luas Panen, Produksi, dan Produkvitas Padi Sawah dan Padi Ladang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX, (n)
Padi Ladang
Padi Sawah Kab./ Kota
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produkvitas (ton/ha)
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produkvitas (ton/ha)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Provinsi Sumber: Luas panen dari dinas pertanian melalui laporan stask pertanian tanaman pangan, padi. Produkvitas dari survei ubinan tanaman pangan
Tabel 5.1.4 Luas Panen, Produksi, dan Produkvitas Jagung dan Kedelai Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi XXXX, (n) Jagung
Kedelai
Kab./ Kota
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produkvitas (ton/ha)
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produkvitas (ton/ha)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Provinsi Sumber: Luas panen dari dinas pertanian melalui laporan stask pertanian tanaman pangan, palawija. Produkvitas dari survei ubinan tanaman pangan.
Tabel 5.1.5 Luas Panen, Produksi, dan Produkvitas Kacang Tanah dan Kacang Hijau Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX, (n)
Kacang Tanah
54 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Kacang Hijau
Kab./ Kota
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produkvitas (ton/ha)
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produkvitas (ton/ha)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Provinsi Sumber: Luas panen dari dinas pertanian melalui laporan stask pertanian tanaman pangan, palawija. Produkvitas dari survei ubinan tanaman pangan.
Tabel 5.1.6 Luas Panen, Produksi, dan Produkvitas Ubi Kayu dan Ubi Jalar Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX, (n)
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Kab./ Kota
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produkvitas (ton/ha)
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produkvitas (ton/ha)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Provinsi Sumber: Luas panen dari dinas pertanian melalui laporan stask pertanian tanaman pangan, palawija. Produkvitas dari survei ubinan tanaman pangan.
5.2 Horkultura
Tabel 5.2.1 Luas Panen Tanaman Sayuran Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Sayuran di Provinsi XXXX (ha), (n) Kabupaten/Kota
Bawang Merah
Cabe
Kentang
Kubis
Wortel
Petsai
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Provinsi Sumber: Dinas Pertanian melalui survei pertanian horkultura
Tabel 5.2.2 Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Sayuran di Provinsi XXXX (ton), (n) Kabupaten/Kota
Bawang Merah
Cabe
Kentang
Kubis
Wortel
Petsai
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Provinsi Sumber: Dinas Pertanian melalui survei pertanian horkultura
55 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 5.2.3 Produksi Buah-buahan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Buah di Provinsi XXXX (ton), (n) Kabupaten/Kota
Mangga
Durian
Jeruk
Pisang
Pepaya
Nanas
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Provinsi Sumber: Dinas Pertanian melalui survei pertanian horkultura
5.3 Perkebunan
Tabel 5.3.1 Luas Tanaman Perkebunan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Tanaman di Provinsi XXXX (ha), (n) Kabupaten/Kota
Karet
Kelapa
Kelapa Sawit
Kopi
Lada
Kakao
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 5.3.2 Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Tanaman di Provinsi XXXX (ton), (n) Kabupaten/Kota
Karet
Kelapa
Kelapa Sawit
Kopi
Lada
Kakao
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Provinsi Sumber:
5.4 Peternakan
Tabel 5.4.1 Populasi Ternak Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Ternak di Provinsi XXXX (ekor) (n)
56 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Kabupaten/Kota
Sapi Perah
Sapi Potong
Kerbau
Kuda
Kambing
Domba
Babi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 5.4.2 Populasi Unggas Menurut Kabupaten/kota dan Jenis Unggas di Provinsi XXXX (ribu ekor), (n) Kabupaten/Kota
Ayam Kampung
Ayam Petelor
Ayam Pedaging
Ik/Ik Manila
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 5.4.3 Produksi Daging Ternak Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Ternak di Provinsi XXXX (ton), (n) Kabupaten/Kota
Sapi
Kerbau
Kuda
Kambing
Domba
Babi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 5.4.4 Produksi Daging Unggas Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Ternak di Provinsi XXXX (ton), (n) Kabupaten/Kota
Ayam Kampung
Ayam Petelor
Ayam Pedaging
Ik/Ik Manila
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Nama Provinsi Sumber:
5.5 Perikanan
Tabel 5.5.1 Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten/Kota dan Subsektor di Provinsi XXXX, (n)-1 – (n) Kabupaten/Kota (1)
Nama Provinsi Sumber:
Perikanan Laut
Perairan Umum
Jumlah
57
(n)-1
(n)
(n)-1
(n)
(n)-1
(n)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 5.5.2 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten/Kota dan Subsektor di Provinsi XXXX (ton), (n)-1 – (n) Perikanan Laut
Kabupaten/Kota
Perairan Umum
Jumlah
(n)-1
(n)
(n)-1
(n)
(n)-1
(n)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(1)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 5.5.3 Jumlah Rumah Tangga Perikanan Budidaya Menurut KabupatenKota dan Jenis Budidaya di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota
Budidaya Laut
Tambak
Kolam
Keramba
Jaring Apung
Sawah
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 5.5.4 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten/Kota dan Subsektor di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota
Budidaya Laut
Tambak
Kolam
Keramba
Jaring Apung
Sawah
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 5.5.5 Jumlah Perahu/Kapal Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kapal di Provinsi XXXX, (n)
58 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Kabupaten/Kota
Perahu Tanpa Motor
Perahu Motor Tempel
Kapal Motor
(1)
(2)
(3)
(4)
Nama Provinsi Sumber:
5.6 Kehutanan
Tabel 5.6.1 Luas Kawasan Hutan dan Perairan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX (ha), (n)
Kab./Kota
Hutan Lindung
Suaka Alam dan Pelestarian Alam
(1)
(2)
(3)
Hutan Produksi
Terbatas
Tetap
Dapat dikonversi
Jumlah Luas Hutan
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 5.6.2 Produksi Kayu Hutan Menurut Jenis Produksi di Provinsi XXXX (m3), (n)-4 – (n) Tahun
Kayu Bulat
Kayu Gergajian
Kayu Lapis
(1)
(2)
(3)
(4)
(n)-4 (n)-3 (n)-2 (n)-1 (n) Sumber:
6. Industri, Pertambangan, Energi, dan Konstruksi 6.1 Industri
Tabel 6.1.1 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Klasikasi Industri di Provinsi XXXX (n) Klasikasi Industri
Perusahaan
Tenaga Kerja
(1)
(2)
(3)
10 Makanan 11 Minuman 12 Pengolahan Tembakau … 33 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan Jumlah Sumber:
59 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 6.1.2 Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja, Investasi, dan Nilai Produksi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota
Perusahaan
Tenaga Kerja
Investasi
Nilai Produksi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Nama Provinsi Sumber:
6.2 Energi
Tabel 6.2.1 Daya Terpasang, Produksi, dan Distribusi Listrik PT. PLN (Persero) pada Cabang/Ranng PLN Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota
Daya Terpasang (KW)
Produksi Listrik (KWh)
Listrik Terjual (KWh)
Dipakai Sendiri (KWh)
Susut/ Hilang (KWh)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 6.2.2 Jumlah Pelanggan Listrik Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX, (n)-4–(n) Kabupaten/Kota
(n)-4
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 6.2.3 Jumlah Pelanggan dan Air yang Disalurkan di Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota
Pelanggan
Air Disalurkan (m3)
Nilai (Rp)
(1)
(2)
(3)
(4)
60 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Nama Provinsi Sumber:
7. Perdagangan Tabel 7.1 Volume Dan Nilai Ekspor dirinci Menurut Jenis Komodi di Provinsi Muat XXXX, (n-1) dan (n)
Volume Ekspor (ton)
Nilai FOB (US $)
Jenis Komodi
(n) - 1
(n)
(n) - 1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah Sumber: Dokumen PEB, kantor POS, catatan instansi, survei perdagangan lintas batas laut
Tabel 7.2 Volume Dan Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan di Provinsi Muat XXXX, (n-1) dan (n) Negara Tujuan (1)
Volume Ekspor (ton)
Nilai FOB (US $)
(n) - 1
(n)
(n) - 1
(n)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah Sumber: Dokumen PEB, kantor POS, catatan instansi, survei perdagangan lintas batas laut
Tabel 7.3 Volume Dan Nilai Ekspor Menurut Pelabuhan Muat di Provinsi Muat XXXX, (n-1) dan (n) Pelabuhan Muat (1)
Volume Ekspor (ton)
Nilai FOB (US $)
(n) - 1
(n)
(n) - 1
(n)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah Sumber: Dokumen PEB, kantor POS, catatan instansi, survei perdagangan lintas batas laut
61 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 7.4 Volume Dan Nilai Ekspor dirinci Menurut Jenis Komodi di Provinsi Asal XXXX, (n-1) dan (n)
Volume Ekspor (ton)
Nilai FOB (US $)
Jenis Komodi
(n) - 1
(n)
(n) - 1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah Sumber: Dokumen PEB, kantor POS, catatan instansi, survei perdagangan lintas batas laut
Tabel 7.5 Volume Dan Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan di Provinsi Asal XXXX, (n-1) dan (n) Negara Tujuan (1)
Volume Ekspor (ton)
Nilai FOB (US $)
(n) - 1
(n)
(n) - 1
(n)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah Sumber: Dokumen PEB, kantor POS, catatan instansi, survei perdagangan lintas batas laut
Tabel 7.6 Volume Dan Nilai Ekspor Menurut Pelabuhan Muat di Provinsi Asal XXXX, (n-1) dan (n)
Pelabuhan Muat (1)
Volume Ekspor (ton)
Nilai FOB (US $)
(n) - 1
(n)
(n) - 1
(n)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah Sumber: Dokumen PEB, kantor POS, catatan instansi, survei perdagangan lintas batas laut
Tabel 7.7 Volume dan Nilai Impor Menurut Negara Asal di Provinsi XXXX, (n-1) dan (n)
62 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Volume Impor (ton)
Nilai CIF (US $)
Negara Asal
(n) - 1
(n)
(n) - 1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah Sumber: Dokumen Pemberitahuan Impor Barang
Tabel 7.8 Impor Menurut Pelabuhan Bongkar di Provinsi XXXX, (n-1) dan (n) Nilai CIF (US $)
Volume Impor (ton)
Pelabuhan (1)
(n) - 1
(n)
(n) - 1
(n)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah Sumber: Dokumen Pemberitahuan Impor Barang
8. Hotel dan Pariwisata 8.1 Hotel
Tabel 8.1.1 Jumlah Akomodasi Hotel Menurut Kabupaten/Kota Provinsi XXXX, (n-1) dan (n) Hotel
Tempat Tidur
Kamar
Kabupaten/ Kota
(n) - 1
(n)
(n) - 1
(n)
(n) - 1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Provinsi Sumber: Survei Perusahaan/Usaha Jasa Akomodasi
Tabel 8.1.2 Rata-rata Lama Menginap Tamu Asing dan Tamu Domesk Menurut Bulan di Provinsi XXXX (hari), (n) Bulan
Tamu Asing
Tamu Domesk
(1)
(2)
(3)
Jumlah Sumber: Survei Perusahaan/Usaha Jasa Akomodasi
Tabel 8.1.3 Persentase Tingkat Penghunian Kamar Hotel dan Akomodasi Lainnya Menurut Jenis Hotel dan Bulan di Provinsi XXXX, (n) Bulan
Hotel Berbintang
Hotel Nonbintang
(1)
(2)
(3)
Jumlah Sumber: Survei Perusahaan/Usaha Jasa Akomodasi
63 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
8.2 Pariwisata
Tabel 8.2.1 Jumlah Rumah Makan/Restoran Menurut Kabupaten/Kota Provinsi XXXX, (n)-3–(n) Kabupaten/Kota
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Nama Provinsi Sumber: Dinas xxxx
9. Transportasi dan Komunikasi 9.1 Transportasi
Tabel 9.1.1 Panjang Jalan Menurut Kabupaten/Kota dan Pemerintahan yang Berwenang Mengelolanya Provinsi XXXX (km), (n) Pemerintahan yang Berwenang Mengelola Kabupaten/Kota (1)
Negara
Provinsi
Kabupaten/Kota
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 9.1.2 Panjang Jalan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Permukaan Jalan Provinsi XXXX (km), (n) Jenis Permukaan Jalan Kabupaten/Kota (1)
64 Nama Provinsi i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Sumber:
Aspal
Tidak diaspal
Lainnya
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
Tabel 9.1.3 Panjang Jalan Menurut Kabupaten/Kota dan Kondisi Jalan Provinsi XXXX (km), (n)
Kondisi Jalan Kabupaten/Kota (1)
Baik
Sedang
Rusak
Rusak Berat
(2)
(3)
(4)
(5)
Nama Provinsi Sumber:
Tabel 9.1.4 Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kendaraan Provinsi XXXX, (n) Kabupaten/Kota
Mobil penumpang
B u s
Truk
Sepeda Motor
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Nama Provinsi Sumber:
9.2 Komunikasi
Tabel 9.2.1 Jumlah Kantor Pos Pembantu Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX (km) (n)-3–(n) Kabupaten/Kota
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Nama Provinsi Sumber:
65 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
10. Keuangan Daerah dan Harga 10.1 Keuangan Daerah
Tabel 10.1.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi xxx Menurut Jenis Pendapatan (ribu rupiah), (n)-3–(n) Jenis Pendapatan
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)1
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1.1 Pajak Daerah 1.2 Retribusi Daerah 1.3 Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 1.4 Lain-lain PAD yang Sah 2. Dana Perimbangan 2.1 Bagi Hasil Pajak 2.2 Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam 2.3 Dana Alokasi Umum 2.4 Dana Alokasi Khusus 3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 3.1 Pendapatan Hibah 3.2 Dana Darurat 3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Daerah 3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 3.6 Lainnya Jumlah Keterangan: 1Data APBD Sumber: Survei Stask Keuangan Daerah
66 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 10.1.2 Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi xxx Menurut Jenis Belanja (ribu rupiah) (n)-3–(n)
1. 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7
1.8 2. 2.1 2.2 2.3
Jenis Pengeluaran
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)1
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan Pemerintah Desa Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Jumlah
Keterangan: 1Data APBD Sumber: Survei Stask Keuangan Daerah
Tabel 10.1.3 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah Provinsi XXXX (ribu rupiah), (n)-1 dan (n) (n)-1
Kabupaten/Kota
Pendapatan (1)
(n) Belanja
Pendapatan
Belanja
(2)
(3)
Nama Provinsi Keterangan: 1Data APBD Sumber: Survei Stask Keuangan Daerah
67 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
10.2 Harga
Tabel 10.2.1 Indeks Harga Konsumen per bulan Menurut Kelompok Pengeluaran di Provinsi XXXX (2012=100), , (n) Bulan
Bahan makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
Sandang
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(n)
Tabel 10.2.1 Angka Indeks Harga Konsumen (2007=100) Perbulan Menurut Kelompok Pengeluaran Provinsi XXXX, (n) Lanjutan
Bulan
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
(1)
(6)
(7)
Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Umum
(8)
(9)
(n) Sumber : Survei Harga Konsumen
Tabel 10.2.2 Laju Inasi Harga Konsumen per Bulan Menurut Kelompok Pengeluaran di Provinsi XXXX (2012=100), (n)
68 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Bulan
Bahan makanan
(1)
(2)
(n)
Makanan Jadi, Perumahan, Air, Minuman, Rokok Listrik, Gas, dan dan Tembakau Bahan Bakar (3)
(4)
Sandang (5)
Tabel 10.2.2 Laju Inasi Harga Konsumen per Bulan Menurut Kelompok Pengeluaran di Provinsi XXXX (2012=100), (n)
Lanjutan
Bulan
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
(1)
(6)
(7)
Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Umum
(8)
(9)
(n) Sumber : Survei Harga Konsumen
11. Pengeluaran Penduduk dan Konsumsi Makanan Tabel 11.1 Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan di Provinsi XXXX, (n) Golongan Pengeluaran (rupiah)
Persentase Penduduk
(1)
(2)
< 150 000 150 000‒199 999 200 000‒299 999 300 000‒499 999 500 000‒749 999 750 000‒999 999 1 000 000‒1 499 999 1 500 000+ Jumlah
100,00
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, Maret
69 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 11.2 Rata-rata Pengeluaran dan Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Makanan di Provinsi XXXX, (n) Kelompok Makanan
Rata-rata Pengeluaran (rupiah)
Persentase Rata-rata Pengeluaran
(1)
(2)
(3)
Padi-padian Umbi-umbian Ikan/Udang/Cumi/Kerang Daging Telur dan susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan kelapa Bahan minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lainnya Makanan dan minuman jadi Rokok Jumlah Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, Maret
Tabel 11.3 Rata-rata Pengeluaran dan Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Bukan Makanan di Provinsi XXXX, (n) Kelompok Bukan Makanan
Rata-rata Pengeluaran (rupiah)
Persentase Rata-rata Pengeluaran
(1)
(2)
(3)
Perumahan dan fasilitas rumah tangga Aneka barang dan jasa Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala Barang yang tahan lama Pajak, pungutan, dan asuransi
70 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Keperluan pesta dan upacara Jumlah Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, Maret
12. Pendapatan Regional Tabel 12.1 Produk Domesk Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran di Provinsi XXXX (miliar rupiah), (n)-3–(n) Jenis Pengeluaran
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori
Ekspor Luar Negeri Dikurangi Impor Luar Negeri
Net Ekspor Antar Daerah Produk Domesk Regional Bruto Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
Tabel 12.2 Produk Domesk Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran di Provinsi XXXX (miliar rupiah), (n)-3–(n) Jenis Pengeluaran
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori
Ekspor Luar Negeri
71 Dikurangi Impor Luar Negeri
Net Ekspor Antar Daerah Produk Domesk Regional Bruto Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 12.3 Produk Domesk Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Provinsi XXXX (miliar rupiah), (n)-3–(n) Lapangan Usaha
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Produk Domesk Regional Bruto Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
Tabel 12.4 Produk Domesk Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Provinsi XXXX (miliar rupiah), (n)-3–(n) Lapangan Usaha
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Produk Domesk Regional Bruto Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
Tabel 12.5 Distribusi Persentase Produk Domesk Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Provinsi XXXX, (n)-3–(n) Lapangan Usaha
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
72 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Produk Domesk Regional Bruto Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
Tabel 12.6 Laju Pertumbuhan Produk Domesk Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Provinsi XXXX, (n)-3–(n) Lapangan Usaha
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Produk Domesk Regional Bruto Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
Tabel 12.7 Indeks Harga Implisit Produk Domesk Regional Bruto Menurut Lapangan Usahadi Provinsi XXXX (2010=100), (n)-3–(n) Lapangan Usaha
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Produk Domesk Regional Bruto Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
Tabel 12.8 Laju Implisit Produk Domesk Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha di Provinsi XXXX (2010=100), (n)-3–(n) Lapangan Usaha
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
73
Produk Domesk Regional Bruto Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 12.9 Produk Domesk Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX (miliar rupiah), (n)-3–(n) Kabupaten/Kota
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
Tabel 12.10 Produk Domesk Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstant 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX (miliar rupiah), (n)-3–(n) Kabupaten/Kota
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
Tabel 12.11 Persentase Kontribusi Terhadap Jumlah Produk Domesk Regional Bruto Seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX, (n)-3–(n) Kabupaten/Kota
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
74 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Jumlah Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
Tabel 12.12 Laju Pertumbuhan Produk Domesk Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstant 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi XXXX, (n)-3–(n) Kabupaten/Kota
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
13. Perbandingan Antarprovinsi Tabel 13.1 Jumlah Penduduk Menurut Provinsi di Indonesia (ribu), (n)-4–n Provinsi
(n)-4
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Indonesia Sumber :
Tabel 13.2 Laju Pertumbuhan Produk Domesk Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Provinsi di Indonesia (persen), (n)-4 – (n) Provinsi
(n)-4
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Indonesia Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
Tabel 13.3 Indeks Harga Konsumen Menurut Provinsi di Indonesia (2012=100), (n)-4 – (n) Provinsi
(n)-4
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Indonesia Sumber :
75 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 13.4 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Indonesia (ribu), (n)-4 – (n) Provinsi
(n)-4
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Indonesia Sumber :
Tabel 13.5 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi di Indonesia, (n)-4 – (n) Provinsi
(n)-4
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Indonesia Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
76 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Lampiran 2 FORMAT TABEL UNTUK KABUPATEN/KOTA DALAM ANGKA 1. Geogra dan Iklim 1.1 Geogra
Tabel 1.1.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab./Kota XXX, (n) Kecamatan
Luas (km2)
Persentase
(1)
(2)
(3)
Sumber:
Tabel 1.1.2 Tinggi Wilayah Di Atas Pemukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kab./Kota XXX, (n) Kecamatan
Ibukota kab/kota
Tinggi (m)
(1)
(2)
(3)
Sumber :
Tabel 1.1.3 Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten/Kota di Kab./Kota XXX (km), (n) Kecamatan
Ibukota Kecamatan
Jarak ke Ibukota Kabupaten
(1)
(2)
(3)
Sumber:
1.2 Iklim
Tabel 1.2.1 Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Relaf Seap Bulan di Kab./Kota XXX, (n) Bulan (1)
Sumber :
Suhu Udara ( oC)
Kelembaban Udara (%)
Maks
Min
Rata-rata
Maks
Min
Rata-rata
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
77 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 1.2.2 Rata-rata Tekanan Udara dan Kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari Menurut Bulan di Kab./Kota XXX, (n) Bulan
Tekanan Udara (mb)
Kecepatan Angin (knot)
Penyinaran Matahari (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
Sumber :
Tabel 1.2.3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kab./Kota XXX, (n) Bulan
Curah Hujan (mm 3)
Jumlah Hujan (hari)
(1)
(2)
(3)
Sumber :
2. Pemerintahan 2.1 Wilayah Administraf
Tabel 2.1.1 Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kab./Kota XXX, (n) Kecamatan
Desa
Kelurahan
(1)
(2)
(3)
Nama Kab./Kota Sumber :
2.2 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Tabel 2.2.1 Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Menurut Partai Polik dan Jenis Kelamin di Kab./Kota XXX, (n)
78 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Partai Polik (1)
Jumlah Sumber :
Anggota
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
2.3 Pegawai Negeri Sipil
Tabel 2.3.1 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Dinas/Instansi Pemerintah dan Jenis Kelamin di Kab./Kota XXX, (n) Jenis Kelamin Dinas/Instansi Pemerintahan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(1)
Jumlah Sumber :
Tabel 2.3.2 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Pendidikan Ternggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kab./Kota XXX, (n) Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(1) Sampai dengan SD SLTP/Sederajat SMA/Sederajat Diploma I,II D III/Sarjana Muda Tingkat Sarjana/Doktor/Ph.d Jumlah Sumber :
Tabel 2.3.3 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Golongan Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Kab./Kota XXX, (n) Golongan Kepangkatan (1)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
79 Jumlah Sumber :
i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
3. Kependudukan dan Ketenagakerjaan 3.1 Kependudukan
Tabel 3.1.1 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, 2010, (n-1), dan (n) Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun (%)
Jumlah Penduduk (ribu)
Kecamatan (1)
2010
n-1
n
2010–n
(n-1)–n
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
2 digit
2 digit
Nama Provinsi Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
Tabel 3.1.2 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten/kota XXXX, (n) Jenis Kelamin (ribu)
Kabupaten/Kota (1)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
Rasio Jenis Kelamin (5) Kol (2) / Kol (3)
Nama Provinsi
1 digit
Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
Tabel 3.1.3 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n)
80 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Kabupaten/Kota
Persentase Penduduk
Kepadatan Penduduk per km2
(1)
(2)
(3)
Nama Provinsi
100,00
No digit
Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
Tabel 3.1.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kelompok Umur (1)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
0–4 5-9 … 70 – 74 75 +
Jumlah Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
3.2 Ketenagakerjaan
Tabel 3.2.1 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kegiatan Utama (1)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
I. Angkatan Kerja 1. Bekerja 2. Pengangguran Terbuka II. Bukan Angkatan Kerja 1. Sekolah 2. Mengurus Rumah tangga 3. Lainnya Jumlah
Tingkat Parsipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Pengangguran Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
81 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 3.2.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Ternggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Angkatan Kerja
Pendidikan Ternggi yang Ditamatkan
Bekerja
(1)
(2)
Pengangguran Jumlah Terbuka (3)
Bukan Angkatan Kerja
(4)
(5)
Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Atas Kejuruan Diploma I/II/III/Akademi Universitas Jumlah
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
Tabel 3.2.3 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi XXXX, (n) Kelompok Umur (1)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
15-24 25-30 31-34 ... 65+ Jumlah
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
82 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 3.2.4 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Lapangan Pekerjaan Utama (1)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air 5. Bangunan 6. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 7. Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi 8. Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan Jumlah Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
Tabel 3.2.5 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Jumlah Jam Kerja Seluruhnya dan Jenis Kelamin di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Jumlah Jam Kerja Seluruhnya (1)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
0* 1-14 15-24 25-34 35-40 41+ Jumlah Keterangan : * Sementara dak bekerja Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
83 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 3.2.6 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Jumlah Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Jenis Kelamin
Jumlah Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama (1)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
0* 1-14 15-24 25-34 35-40 41+ Jumlah Keterangan : * Sementara dak bekerja Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
Tabel 3.2.7 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Status Pekerjaan Utama (1)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
1. Berusaha sendiri 2. Berusaha dibantu buruh dak tetap/buruh tak dibayar 3. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 4. Buruh/Karyawan/Pegawai 5. Pekerja bebas 6. Pekerja keluarga/tak dibayar Jumlah Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
84 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 3.2.8 Jumlah Pencari Kerja Terdaar Menurut Tingkat Pendidikan Ternggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Pendidikan Ternggi yang Ditamatkan
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(1)
Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Atas Kejuruan Diploma I/II/III/Akademi Universitas Jumlah Sumber:
4. Sosial 4.1 Pendidikan
Tabel 4.1.1 Persentase Penduduk Usia 7–24 Tahun Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur Sekolah, dan Parsipasi Sekolah di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Sekolah
Parsipasi Sekolah Tidak/Belum Pernah Sekolah
Masih Sekolah
(2)
(3)
(1)
Tidak Sekolah Lagi
Laki-laki 7-12 13-15 16-18 19-24 7-24 Perempuan 7-12 13-15 16-18 19-24 7-24 Laki-laki+Perempuan 7-12 13-15 16-18 19-24 7-24 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Kor
85 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 4.1.2 Angka Parsipasi Murni (APM) dan Angka Parsipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten/Kota XXXX , (n) Jenjang Pendidikan
APM
APK
(1)
(2)
(3)
SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Kor
Tabel 4.1.3 Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio Murid-Guru Sekolah Dasar (SD) Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
Rasio MuridGuru
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kol(5)/ kol(8) Nama Kabupaten/Kota Sumber:
Tabel 4.1.4 Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio Murid-Guru Madrasah Ibdaiyah (MI) Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
Rasio MuridGuru
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kol(5)/ kol(8) Nama Kabupaten/Kota Sumber:
Tabel 4.1.5 Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio Murid-Guru Sekolah Menengah Pertama Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n)
86 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
Rasio MuridGuru
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kol(5)/ kol(8) Nama Kabupaten/Kota Sumber:
Tabel 4.1.6 Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio Murid-Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
Rasio MuridGuru
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kol(5)/ kol(8) Nama Kabupaten/Kota Sumber:
Tabel 4.1.7 Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio Murid-Guru Sekolah Menengah Atas Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
Rasio MuridGuru
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kol(5)/ kol(8) Nama Kabupaten/Kota Sumber:
Tabel 4.1.8 Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio Murid-Guru Madrasah Aliyah Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
Rasio MuridGuru
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kol(5)/ kol(8) Nama Kabupaten/Kota Sumber:
4.2 Kesehatan
Tabel 4.2.1 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan
Rumah Sakit
Rumah Bersalin
Puskesmas
Posyandu
Klinik/Balai Kesehatan
Polindes
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Kab/ Kota Sumber:
87 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 4.2.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Tenaga Medis Kecamatan (1)
Dokter
Perawat
Bidan
Farmasi
Ahli Gizi
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Nama Kabupaten/ Kota Sumber:
Tabel 4.2.3 Jumlah Dokter Spesialis, Dokter Umum, dan Dokter Gigi Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Unit Kerja
Dokter Spesialis
Dokter Umum
Dokter Gigi
(1)
(2)
(3)
(4)
Puskesmas Rumah Sakit
Jumlah Sumber:
Tabel 4.2.4 Persentase Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi di Kabupaten/Kota XXXX, (n)-3–(n)
88 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Jenis Imunisasi
2012
2013
2014
2015
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
BCG Campak DPT 1 DPT 2 DPT 3 Polio 1 Polio 2 Polio 3 Polio 4 Hepas B 1 Hepas B 2 Hepas B 3 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Kor
Tabel 4.2.5 Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Jenis Penyakit
Jumlah Kasus
(1)
(2)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9. 10. Sumber:
Tabel 4.2.6 Jumlah Bayi Lahir, Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), BBLR Dirujuk, dan Bergizi Buruk di Kabupaten/Kota XXXX , (n)-4–(n) Tahun
BBLR
Bayi Lahir
(1)
(2)
Gizi Buruk
Jumlah
Dirujuk
(3)
(4)
(5)
(n)-4 (n)-3 (n)-2 (n)-1 (n) Sumber:
Tabel 4.2.7 Jumlah Ibu Hamil, Melakukan Kunjungan K1, Melakukan Kunjungan K4, Kurang Energi Kronis (KEK), dan Mendapat Tablet Zat Besi (Fe) di Kabupaten/Kota XXXX, (n)4–(n)
Tahun
Jumlah Ibu Hamil
Melakukan Kunjungan K1
Melakukan Kunjungan K4
Kurang Energi Kronis (KEK)
Mendapat Zat Besi (Fe)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(n)-4 (n) - 3 (n) - 2 (n) - 1 n Sumber:
89 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 4.2.8 Jumlah Remaja Usia 15-24 Tahun yang Mendapat Penyuluhan Tentang Kesehatan Reproduksi (Kespro), HIV/AIDS, dan Keluarga Berencana (KB) Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX (kali), (n) Kecamatan
Penyuluhan Kespro
Penyuluhan HIV/AIDS
Penyuluhan KB
(1)
(2)
(3)
(4)
Nama Kabupaten/ Kota Sumber:
Tabel 4.2.9 Jumlah Kasus HIV/AIDS, IMS, DBD, Diare, TB, dan Malaria Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan
HIV/AIDS
IMS
DBD
Diare
TB
Malaria
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Kabupaten/ Kota Sumber:
Tabel 4.2.10 Jumlah Klinik Keluarga Berencana (KKB) dan Pos Pelayanan Keluarga Berencana Desa (PPKBD) Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan
KKB
PPKBD
(1)
(2)
(3)
Nama Kabupaten/Kota Sumber:
Tabel 4.2.11 Jumlah Pasangan Usia Subur dan Peserta KB Akf Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n)
90 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Peserta KB Akf
Kec
Jumlah PUS
IUD
MOW
MOP
Kondom
Implant
Sunkan
Pil
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Nama Kab/Kota Sumber:
4.3 Agama
Tabel 4.3.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan
Islam
Protestan
Katolik
Hindu
Budha
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Kabupaten/ Kota Sumber:
Tabel 4.3.2 Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan
Masjid
Mushola
Gereja Protestan
Gereja Katholik
Pura
Vihara
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Kabupaten/ Kota Sumber:
4.4 Kriminalitas Tabel 4.4.1 Jumlah Tindak Pidana Menurut Kepolisian Sektor di Kabupaten/Kota XXX, (n)-2–(n) Kepolisian Sektor
(n)-2
(n)-1
(1)
(2)
(7)
(n)
Sumber:
Tabel 4.4.2 Persentase Penyelesaian Tindak Pidana Menurut Kepolisian Sektor di Kabupaten/ Kota XXX, (n)-2–(n)
Sumber:
Kepolisian Sektor
(n)-2
(n)-1
(1)
(2)
(7)
(n)
91 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
4.5 Kemiskinan Tabel 4.5.1 Jumlah Keluarga Menurut Kecamatan dan Klasikasi Keluarga di Kabupaten/Kota XXX, (n) Keluarga Sejahtera
Kecamatan
Pra Sejahtera
I
II
III
III +
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Jumlah (7)
Sumber:
Tabel 4.5.2 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten/Kota XXXX, (n)-5 – (n) Tahun
Garis Kemiskinan
(1)
(2)
Penduduk Miskin Jumlah
Persentase
(3)
(4)
n-5 n-4 ....... n Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional
5. Pertanian 5.1 Tanaman Pangan
Tabel 5.1.1 Luas Lahan Sawah Menurut Kecamatan dan Jenis Pengairan di Kabupaten/Kota XXXX (ha), (n) Kecamatan
Irigasi
Non Irigasi
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
Nama Kabupaten/Kota Sumber: Laporan Stask Pertanian Tanaman Pangan Penggunaan Lahan
92 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 5.1.2 Luas Lahan Tegal/Kebun, Ladang/Huma, dan Lahan Yang sementara Tidak Diusahakan Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX (ha), (n) Kecamatan
Tegal/Kebun
Ladang/Huma
Sementara Tidak Diusahakan
(1)
(2)
(3)
(4)
Nama Kabupaten/Kota Sumber: Laporan Stask Pertanian Tanaman Pangan Penggunaan Lahan
Tabel 5.1.3 Luas Panen Padi Sawah dan Padi Ladang Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan
Padi Sawah
Padi Ladang
(1)
(2)
(3)
Nama Kabupaten/Kota Sumber: Luas panen dari dinas pertanian melalui laporan stask pertanian tanaman pangan, padi.
Tabel 5.1.4 Luas Panen, Produksi, dan Produkvitas Jagung dan Kedelai Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Kabupaten/ Kota
93
Sumber: Luas panen dari dinas pertanian melalui laporan stask pertanian tanaman pangan, palawija. i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
5.2 Horkultura
Tabel 5.2.1 Luas Panen Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan dan Jenis Sayuran di Kabupaten/ Kota XXXX (ha), (n) Kecamatan
Bawang Merah
Cabe
Kentang
Kubis
Wortel
Petsai
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Kabupaten/Kota Sumber: Dinas Pertanian melalui survei pertanian horkultura
Tabel 5.2.2 Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan dan Jenis Sayuran di Kabupaten/ Kota XXXX (ton), (n) Kecamatan
Bawang Merah
Cabe
Kentang
Kubis
Wortel
Petsai
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Kabupaten/Kota Sumber: Dinas Pertanian melalui survei pertanian horkultura
Tabel 5.2.3 Produksi Buah-buahan Menurut Kecamatan dan Jenis Buah di Kabupaten/Kota XXXX (ton), (n) Kecamatan
Mangga
Durian
Jeruk
Pisang
Pepaya
Nanas
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Kabupaten/Kota
94 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Sumber: Dinas Pertanian melalui survei pertanian horkultura
5.3 Perkebunan
Tabel 5.3.1 Luas Tanaman Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman di Kabupaten/ Kota XXXX (ha), (n) Kecamatan
Karet
Kelapa
Kelapa Sawit
Kopi
Lada
Kakao
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Kabupaten/Kota Sumber:
Tabel 5.3.2 Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman di Kabupaten/Kota XXXX (ton), (n) Kecamatan
Karet
Kelapa
Kelapa Sawit
Kopi
Lada
Kakao
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Kabupaten/Kota Sumber:
5.4 Peternakan
Tabel 5.4.1 Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di Kabupaten/Kota XXXX (ekor) (n) Kecamatan
Sapi Perah
Sapi Potong
Kerbau
Kuda
Kambing
Domba
Babi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Kabupaten/Kota Sumber:
95 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 5.4.2 Populasi Unggas Menurut Kecamatan dan Jenis Unggas di Kabupaten/Kota XXXX (ribu ekor), (n) Kecamatan
Ayam Kampung
Ayam Petelor
Ayam Pedaging
Ik/Ik Manila
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Nama Kabupaten/ Kota Sumber:
Tabel 5.4.3 Jumlah Ternak yang Dipotong Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di Kabupaten/ Kota XXXX (ton), (n) Kecamatan
Sapi Potong
Kerbau
Kuda
Kambing
Domba
Babi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Kabupaten/ Kota Sumber:
5.5 Perikanan
Tabel 5.5.1 Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan dan Subsektor di Kabupaten/Kota XXXX, (n)-1 – (n) Kecamatan (1)
96 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Nama Kabupaten/Kota Sumber:
Perikanan Laut
Perairan Umum
Jumlah
(n)-1
(n)
(n)-1
(n)
(n)-1
(n)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Tabel 5.5.2 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan dan Subsektor di Kabupaten/Kota XXXX (ton), (n)-1 – (n) Perikanan Laut
Kecamatan (1)
Perairan Umum
Jumlah
(n)-1
(n)
(n)-1
(n)
(n)-1
(n)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Kabupaten/Kota Sumber:
Tabel 5.5.3 Jumlah Rumah Tangga Perikanan Budidaya Menurut Kecamatan dan Jenis Budidaya di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan
Budidaya Laut
Tambak
Kolam
Keramba
Jaring Apung
Sawah
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Kabupaten/Kota Sumber:
Tabel 5.5.4 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan dan Subsektor di Kabupaten/Kota XXXX (ton), (n) Kecamatan
Budidaya Laut
Tambak
Kolam
Keramba
Jaring Apung
Sawah
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama Kabupaten/Kota Sumber:
Tabel 5.5.5 Jumlah Perahu/Kapal Menurut Kecamatan dan Jenis Kapal di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan (1)
Nama Kabupaten/Kota Sumber:
97
Perahu Tanpa Motor
Perahu Motor Tempel
Kapal Motor
(2)
(3)
(4)
i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
5.6 Kehutanan
Tabel 5.6.1 Luas Kawasan Hutan dan Perairan Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX (ha), (n)
Kecamatan
Hutan Lindung
Suaka Alam dan Pelestarian Alam
(1)
(2)
(3)
Hutan Produksi
Terbatas
Tetap
Dapat dikonversi
Jumlah Luas Hutan
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Kabupaten/ Kota Sumber:
Tabel 5.6.2 Produksi Kayu Hutan Menurut Jenis Produksi di Kabupaten/Kota XXXX (m3) (n)-4 – (n) Tahun
Kayu Bulat
Kayu Gergajian
Kayu Lapis
(1)
(2)
(3)
(4)
(n)-4 (n)-3 (n)-2 (n)-1 (n) Sumber:
6. Industri, Pertambangan, dan Energi 6.1 Industri
Tabel 6.1.1 Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja, dan Nilai Produksi Menurut Klasikasi Industri di Kabupaten/Kota XXXX, (n)
98 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Klasikasi Industri
Perusahaan
Tenaga Kerja
(1)
(2)
(3)
10 Makanan 11 Minuman 12 Pengolahan Tembakau … 33 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan Jumlah Sumber:
6.2 Energi
Tabel 6.2.1 Daya Terpasang, Produksi, dan Distribusi Listrik PT. PLN (Persero) pada Cabang/Ranng PLN di Kab./Kota XXXX, (n)-4–(n) Tahun
Daya Terpasang (KW)
Produksi Listrik (KWh)
Listrik Terjual (KWh)
Dipakai Sendiri (KWh)
Susut/ Hilang (KWh)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(n)-4 (n)-3 (n)-2 (n)-1 (n) Sumber:
Tabel 6.2.2 Jumlah Pelanggan Listrik Menurut Kecamatan di Kab./Kota XXXX, (n)-4–(n) Kecamatan
(n)-4
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Nama Kab./Kota Sumber:
Tabel 6.2.3 Jumlah Pelanggan dan Air yang Disalurkan Menurut Pelanggan di Kab./Kota XXX, (n) Kabupaten/Kota
Pelanggan
Air Disalurkan (m3)
Nilai (Rp)
(1)
(2)
(3)
(4)
Nama Provinsi Sumber: PDAM
7. Perdagangan Tabel 7.1 Jumlah Perusahaan Menurut Bentuk Badan Hukum di Kab./Kota XXXX, (n)-4 – (n) Badan Hukum
(n)-4
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
PT CV/Firma Koperasi Perorangan Lainnya Jumlah Sumber:
99 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 7.2 Jumlah Pedagang Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan
Pedagang Besar
Pedagang Menengah
Pedagang Kecil
(1)
(2)
(3)
(4)
Nama Kab./Kota Sumber:
Tabel 7.3 Jumlah Sarana Perdagangan Menurut Jenisnya di Kabupaten/Kota XXXX, (n)-4 – (n) Sarana Perdagangan
(n)-4
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Pasar Toko Kios Warung Jumlah Sumber:
Tabel 7.4 Jumlah Koperasi Menurut Jenis Koperasi dan Kecamatan di Kab./Kota XXXX (n)-4 – (n) Kecamatan
KUD
KPN
KOPKAR
KOPPAS
Lainnya
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nama Kab./Kota Sumber:
8. Transportasi dan Komunikasi Tabel 8.1 Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya Menurut Klasikasi di Kabupaten/Kota XXXX (n)-4–(n) Tahun
100 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
(1)
Hotel Bintang 1
Bintang 1
Bintang 1
Bintang 1
Bintang 1
Akomodasi Lainnya
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(n)-4 (n)-3 (n)-2 (n)-1 (n) Jumlah Sumber: Survei Perusahaan/Usaha Jasa Akomodasi
Tabel 8.1.2 Rata-rata Lama Menginap Tamu Asing dan Tamu Domesk Menurut Bulan di Provinsi XXXX (hari), (n) Bulan
Tamu Asing
Tamu Domesk
(1)
(2)
(3)
Jumlah Sumber: Survei Perusahaan/Usaha Jasa Akomodasi
Tabel 8.3 Persentase Tingkat Penghunian Kamar Hotel dan Akomodasi Lainnya Menurut Jenis Hotel dan Bulan di Provinsi XXXX, (n) Bulan
Hotel Berbintang
Hotel Nonbintang
(1)
(2)
(3)
Jumlah Sumber: Survei Perusahaan/Usaha Jasa Akomodasi
Tabel 8.4 Jumlah Restoran/Rumah Makan Menurut Kecamatan di Kabupaten/Kota XXXX, (n)-1 dan (n) Kecamatan
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
Jumlah Sumber:
101 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
9. Transportasi dan Komunikasi 9.1 Transportasi
Tabel 9.1.1 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Pemerintahan yang Berwenang Mengelolanya di Kabupaten/Kota XXXX (km), (n) Pemerintahan yang Berwenang Mengelola Kecamatan
(1)
Negara
Kabupaten/ Kota
Kecamatan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
Nama Kabupaten/ Kota Sumber:
Tabel 9.1.2 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten/Kota XXXX (km), (n) Jenis Permukaan Jalan Kecamatan (1)
Aspal
Tidak diaspal
Lainnya
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
Nama Kabupaten/ Kota Sumber:
Tabel 9.1.3 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Kondisi Jalan Kabupaten/Kota XXXX (km), (n) Kondisi Jalan Kecamatan (1)
102 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Nama Kabupaten/ Kota Sumber:
Baik
Sedang
Rusak
Rusak Berat
(2)
(3)
(4)
(5)
Tabel 9.1.4 Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Kecamatan dan Jenis Kendaraan Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kecamatan
Mobil penumpang
B u s
Truk
Sepeda Motor
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Nama Kab/Kota Sumber:
9.2 Komunikasi
Tabel 9.2.1 Jumlah Kantor Pos Pembantu Menurut Kecamatan di Kab/Kota XXXX (km),(n)-3–(n) Kecamatan
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Nama Kab/Kota Sumber:
10. Keuangan Daerah dan Harga Tabel 10.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota xxx Menurut Jenis Pendapatan (ribu rupiah), (n)-3–(n) Jenis Pendapatan
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)1
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1.1 Pajak Daerah 1.2 Retribusi Daerah 1.3 Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 1.4 Lain-lain PAD yang Sah 2. Dana Perimbangan 2.1 Bagi Hasil Pajak 2.2 Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam 2.3 Dana Alokasi Umum 2.4 Dana Alokasi Khusus 3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 3.1 Pendapatan Hibah 3.2 Dana Darurat 3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah Lainnya 3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Daerah 3.5 Bantuan Keuangan dari Kabupaten/Kota atau Pemerintah Daerah Lainnya 3.6 Lainnya Jumlah Keterangan: 1Data APBD Sumber: Survei Stask Keuangan Daerah
103 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Tabel 10.2 Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota xxx Menurut Jenis Belanja (ribu rupiah), (n)-3–(n)
1. 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7
1.8 2. 2.1 2.2 2.3
Jenis Pengeluaran
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)1
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten/Kota/Kecamatan Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota/ Kabupaten/ Kota dan Pemerintah Desa Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Jumlah
Keterangan: 1Data APBD Sumber: Survei Stask Keuangan Daerah
11. Pengeluaran Penduduk dan Konsumsi Makanan Tabel 11.1 Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan di Kabupaten/Kota XXXX, (n)
104 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Golongan Pengeluaran (rupiah)
Persentase Penduduk
(1)
(2)
< 150 000 150 000‒199 999 200 000‒299 999 300 000‒499 999 500 000‒749 999 750 000‒999 999 1 000 000‒1 499 999 1 500 000+ Jumlah Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, Maret
100,00
Tabel 11.2 Rata-rata Pengeluaran dan Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Makanan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kelompok Makanan
Rata-rata Pengeluaran (rupiah)
Persentase Rata-rata Pengeluaran
(1)
(2)
(3)
Padi-padian Umbi-umbian Ikan/Udang/Cumi/Kerang Daging Telur dan susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan kelapa Bahan minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lainnya Makanan dan minuman jadi Rokok Jumlah Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, Maret
Tabel 11.3 Rata-rata Pengeluaran dan Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Bukan Makanan di Kabupaten/Kota XXXX, (n) Kelompok Bukan Makanan
Rata-rata Pengeluaran (rupiah)
Persentase Rata-rata Pengeluaran
(1)
(2)
(3)
Perumahan dan fasilitas rumah tangga Aneka barang dan jasa Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala Barang yang tahan lama Pajak, pungutan, dan asuransi Keperluan pesta dan upacara
105 Jumlah Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, Maret
i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
12. Pendapatan Regional Tabel 12.1 Produk Domesk Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten/Kota XXXX (miliar rupiah), (n)-3–(n) Lapangan Usaha
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Produk Domesk Regional Bruto Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
Tabel 12.2 Produk Domesk Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten/Kota XXXX (miliar rupiah), (n)-3–(n) Lapangan Usaha
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Produk Domesk Regional Bruto Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
Tabel 12.3 Distribusi Persentase Produk Domesk Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten/Kota XXXX, (n)-3–(n) Lapangan Usaha
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
106 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Produk Domesk Regional Bruto Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
Tabel 12.4 Laju Pertumbuhan Produk Domesk Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten/Kota XXXX, (n)-3–(n) Lapangan Usaha
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Produk Domesk Regional Bruto Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
Tabel 12.5 Indeks Harga Implisit Produk Domesk Regional Bruto Menurut Lapangan Usahadi Kabupaten/Kota XXXX (2010=100), (n)-3–(n) Lapangan Usaha
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Produk Domesk Regional Bruto Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
Tabel 12.6 Laju Implisit Produk Domesk Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten/Kota XXXX (2010=100), (n)-3–(n) Lapangan Usaha
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
107 Produk Domesk Regional Bruto Sumber : Diolah dari Hasil Sensus, Survei, dan Berbagai Sumber Lainnya
i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
13. Perbandingan AntarKabupaten/Kota Tabel 13.1 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Indonesia (ribu), (n)-4–n Kabupaten/Kota
(n)-4
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Nama Provinsi Sumber :
Tabel 13.2 Laju Pertumbuhan Produk Domesk Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Indonesia (persen), (n)-4 – (n) Kabupaten/Kota
(n)-4
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Nama Provinsi Sumber :
Tabel 13.3 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Indonesia (ribu), (n)-4 – (n) Kabupaten/Kota
(n)-4
(n)-3
(n)-2
(n)-1
(n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Nama Provinsi Sumber :
108 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D
Lampiran 3 PEMBABAKAN UNTUK KECAMATAN DALAM ANGKA Pembagian bab-bab dalam CDA sebagai berikut: Materi/Bab
Data Primer
Data (sektoral)
(1)
(2)
(3)
Geogra dan Iklim
-
Luas, kenggian, sungai, cuaca, suhu, angin, udara
Pemerintahan
-
Desa, Kelurahan, RT, RW
Kependudukan & Ketenagakerjaan
Jumlah penduduk, sex rao
Pendaar kerja
Sosial
Pendidikan, kesehatan, sosial lainnya
RS, medis, guru/murid, bencana alam
Pertanian
Pangan, kebun, ternak
Luas lahan, potong ternak
Industri, Pertambangan, Energi, dan Konstruksi
Perusahaan, tenaga kerja, distribusi air
Sebaran, tambang, pelanggan
Perdagangan
-
Distribusi antarpulau, antardaerah
Hotel, Pariwisata, Transportasi, dan Komunikasi
Wisman, hunian, inap
Panjang jalan, kendaraan, restoran
Keuangan dan Harga
-
PMA, PMDN, Pajak, Bank, KUD
109 i s a k i l b u P n a a k n g u s n u A y n m a e l P a n D a h m a o r d e e a P D