PEDOMAN ASESMEN PASIEN ( AP ) BAB I PENDAHULUAN
Proses asesmen yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang pengobatan pasien yang harus segera dilakukan dan kebutuhan pengobatan lanjutan untuk emergensi, efektif atau pelayanan terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah. Proses asesmen pasien adalah proses yang terus menerus dan digunakan pada sebagian besar unit kerja rawat inap dan rawat jalan. Asesmen pasien terdiri dari 3 proses utama , yaitu : 1. Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, social dan riwayat kesehatan pasien 2. Analisis informasi dan data termasuk hasil laboratorium dan “ Imaging Diagnostic” Diagnostic” (Radiologi) untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien 3. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah diidentifikasi. Pada saat pasien datang ke rumah sakit, staf terkait harus melaksanakan asesmen lengkap untuk menetapkan kenapa pasien datang ke rumah sakit. Asesmen dilakukan oleh setiap staf terkait berdasarkan lingkup profesi, perizinan, Undang undang, peraturan dan sertifikasi. Pada era zaman sekarang ini, rumah sakit membutuhkan informasi khusus dan prosedur untuk mendapatkan informasi, tergantung pada kebutuhan pasien dan jenis pelayanan yang harus diberikan, contoh; rawat inap atau rawat jalan. Agar asesmen kebutuhan pasien konsisten, maka kebijakan yang tepat ditetapkan harus dilaksanakan oleh setiap disiplin dalam lingkup profesi dengan kualifikasi yang telah ditetapkan. Pelaksanaan asesmen dapat mengacu pada formulir yang sudah ditetapkan rumah sakit, baik untuk rawat inap maupun rawat jalan. Pada setiap pasien dapat dilakukan asesmen oleh lebih dari dari 1 (satu) orang yang akan saling melengkapi dan dalam waktu yang berbeda. Hasil asesmen dari para staf dicatat dalam rekam medis yang dibuat secara terintegrasi dan berkesinambungan. Hasil dari asesmen adalah untuk dapat memahami kebutuhan pelayanan medis dan keperawatan pasien sehingga pelayanan dan pengobatan dapat dimulai. Untuk memulai pengobatan yang benar dan sesegera mungkin, asesmen harus diselesaikan sesegera mungkin. Temuan pada asesmen digunakan pada sepanjang proses pelayanan untuk mengevaluasi kemajuan pasien dan memahami kebutuhan pasien. Oleh karena itu sangat perlu bahwa asesmen medis, keperawatan dan asesmen lain yang berarti didokumentasikan dengan baik dan cepat serta mudah ditemukan kembali dalam rekam medis pasien
Lampiran SK No. 181/DIR/SK/RSBW/XII/2012 tentang kebijakan dan pedoman AP
Page 1
BAB II TUJUAN
1. Asesmen pasien dilakukan oleh setiap staf terkait sesuai lingkup profesi dan terdokumentasi secara sistematik dalam waktu yang berbeda pada lembar terintegrasi. 2. Pasien diberikan pelayanan sesuai kebutuhan pasien 3. Mutu pelayanan kesehatan yang diberikan menjadi lebih baik dan aman
Lampiran SK No. 181/DIR/SK/RSBW/XII/2012 tentang kebijakan dan pedoman AP
Page 2
BAB III ASESMEN PASIEN PASAL 1 KEBIJAKAN
1. RS Jantung Binawaluya merupakan rumah sakit khusus jantung, sehingga apabila ada pasien yang datang berobat dengan penyakit lebih dominan selain penyakit jantung maka pasien tersebut dirujuk ke Rumah Sakit Umum atau Rumah Sakit lain yang memadai pada saat kondisi stabil atau transportable untuk dirujuk. 2. Asesmen informasi harus diperoleh dari semua pasien rawat jalan maupun rawat inap dan didokumentasikan pada formulir yang telah ditetapkan. 3. Isi minimal asesmen setiap disiplin klinis sesuai formulir/ pedoman/ petunjuk teknis yang telah ditetapkan dengan merinci pada riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik 4. Asesmen e-asesmen hanya dilakukan oleh staf yang mempunyai kualifikasi sesuai keilmuannya/ profesinya/ sertifikasinya/ perizinannya 5. Pengkajian medis dilakukan oleh dokter pemeriksa pasien sesuai prosedur yang berlaku dan dicatat dalam rekam medis. 6. Asesmen awal keperawatan di IGD/ rawat inap dan rawat jalan dilakukan oleh perawat penerima pasien atau yang melakukan pemeriksaan pasien PASAL 2 ISI ASESMEN
1. Isi asesmen medis awal pasien, minimal mencakup :
Triage pada pasien IGD Anamnesis dan pada pasien IGD lebih dijabarkan pada : Keluhan Utama, Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Keluarga, Riwayat Pekerjaan dan Riwayat Alergi
Pemeriksaan fisik : keadaan umum, GCS (Glasgow Coma Scale), pemeriksaan kepala-dada-abdomen-ekstremitas sampai anus, status lokalis dan lain lain. 2. Isi asesmen keperawatan pasien IGD, minimal mencakup :
Triage pasien Anamnesis, pengkajian nyeri, Riwayat penyakit, riwayat alergi, riwayat flebitis, Glasgow Coma Scale Pemeriksaan tanda vital, palpitasi, distensi vena jugularis, capillary refilling
Status psikologis 3. Isi asesmen keperawatan pasien rawat inap, minimal mencakup :
Data umum : demografi, kondisi saat ini, riwayat penyakit, riwayat kesehatan, kebiasaan
Lampiran SK No. 181/DIR/SK/RSBW/XII/2012 tentang kebijakan dan pedoman AP
Page 3
Pengkajian fisik : kulit, kepala, mata, THT, gigi & mulut, jantung, paru paru, GIT, muskuloskletal, ekstremitas, persyarafan, istirahat & tidur, pengkajian nyeri
Proteksi : status mental, status psikologik, restrain, pengkajian resiko jatuh
Pengkajian aspek psikososial-spiritual dan ekonomi
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan penunjang
Daftar masalah keperawatan
Perencanaan pulang 4. Asesmen lanjutan pasien rawat inap dijabarkan atau mencakup SOAP (Subyektif, Objektif, Analisis dan Perencanaan) yang didokumentasikan dalam formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
S = keluhan pasien/ kondisi yang terlihat O = gejala/ tanda yang ditemukan pada pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan penunjang A = kesimpulan/ diagnosis dari “S” dan “O” di atas
P = rencana tindak lanjut atau pengobatan 5. Pada keadaan gawat darurat, asesmen medis dan keperawatan dapat dibatasi pada kebutuhan dan kondisi yang nyata dan dicatat dalam rekam medis 6. Apabila tidak ada waktu untuk mencatat riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik dari seorang pasien gawat darurat yang perlu operasi/ tindakan segera maka dibuat catatan pada diagnosis pra operatif/ pra tindakan sebelum tindakan dilaksanakan.
PASAL 3 KERANGKA WAKTU ASESMEN
1. Terhadap kerangka waktu penyelesaian asesmen yang dilakukan di IGD, sesuai dengan triage yang telah ditetapkan rumah sakit 2. Asesmen awal keperawatan pada pasien rawat inap, waktu yang ditetapkan untuk penyelesaiannya adalah 60 (enam puluh) menit atau 1 (satu) jam 3. Asesmen awal medis harus dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari 24 (dua puluh empat) jam setelah pasien dirawat atau lebih cepat karena kondisi pasien PASAL 4 RE-ASESMEN
1. Asesmen medis awal sebelum pasien rawat inap, atau tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari 30 (tiga puluh) hari, atau riwayat medis telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik telah diulangi 2. Untuk asesmen kurang dari 30 (tiga puluh) hari, setiap perubahan kondisi pasien yang signifikans, sejak asesmen dicatat dalam rekam medis pasien pada saat masuk rawat inap. Lampiran SK No. 181/DIR/SK/RSBW/XII/2012 tentang kebijakan dan pedoman AP
Page 4
PASAL 5 PENETAPAN DIAGNOSIS
1. Diagnosis awal atau diagnosis sementara dan kebutuhan pelayanan medis diperoleh dari hasil asesmen awal dan dicatat dalam rekam medis 2. Kebutuhan pelayanan keperawatan ditetapkan melalui asesmen keperawatan yang didokumentasikan atau dicatat dalam rekam medis pasien PASAL 6 DOKUMENTASI DAN INFORMASI
1. Temuan para pemberi pelayanan pasien pada asesmen harus segera dicatat dalam rekam medis pasien dalam lembar Perkembangan Pasien Terintegrasi yang dibuat secara berurutan sesuai urutan waktu sehingga mereka yang memberi pelayanan kepada pasien tersebut dapat menemukan dan mencari kembali data tersebut di rekam medis pasien 2. Hasil asesmen medis setiap pemeriksaan diagnostik pasien yang direncanakan operasi dicatat dalam rekam medis sebelum tindakan anestesi atau bedah. 3. Staf medis, keperawatan dan staf lain yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien, bekerjasama menganalisis dan mengintegrasikan asesmen pasien 4. Pasien dan keluarganya diberi informasi tentang rencana pelayanan dan pengobatan serta diikutsertakan dalam keputusan tentang prioritas kebutuhan yang perlu dipenuhi.
PASAL 7 ASESMEN LANJUTAN
1. Kebutuhan pasien disusun skala prioritasnya berdasarkan hasil asesmen 2. Apabila pada asesmen awal ditemukan adanya kebutuhan asesmen lanjutan pada bidang gizi atau rehabilitasi medis atau pelayanan lain terkait dengan kemampuan fungsi yang independen atau pada kondisi potensial maka pasien tersebut dilakukan skrining lebih dalam dengan acuan formulir skrining gizi atau formulir skrining rehabilitasi medis. 3. Formulir skrining gizi dan formulir skrining rehab ilitasi medis dibuat berdasarkan criteria dari para dokter spesialis di RS Jantung Binawaluya untuk ditetapkan rumah sakit.
Lampiran SK No. 181/DIR/SK/RSBW/XII/2012 tentang kebijakan dan pedoman AP
Page 5
PASAL 8 SKRINING KHUSUS
1. Pasien yang memiliki resiko dengan masalah gizi menurut criteria akan dikonsul untuk asesmen tersebut 2. Pasien yang memerlukan asesmen fungsional sesuai criteria akan dikonsulkan untuk asesmen tersebut 3. Setiap pasien rawat inap atau rawat jalan diskrining untuk rasa sakit dan dilakukan asesmen sesuai prosedur manajemen nyeri. PASAL 9 ASESMEN POPULASI LANJUT USIA
1. Pada saat tiba di atau pulang dari rumah sakit, pasien tersebut harus disediakan kursi roda untuk mobilisasinya 2. Pemindahan posisi pasien (kursi - bed atau pindah antar bed ) harus dibantu staf rumah sakit dengan hati hati untuk mencegah terjadinya cedera atau resiko jatuh 3. Apabila pasien tersebut dirawat inap harus didampingi keluarga dalam ruangannya, kecuali dirawat di ICCU keluarga menunggu di ruang tunggu 4. Lakukan penilaian dan tindak lanjut sesuai prosedur pasien resiko jatuh dan catat dalam rekam medis pasien PASAL 10 ASESMEN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR
1. Pasien yang mempunyai penyakit menular (missal KP aktif, cacar dll.) harus dirawat di ruangan isolasi atau ruangan dengan fasilitas 1 (satu) tempat tidur per kamar 2. Prinsip keselamatan pasien diterapkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan PASAL 11 ASESMEN PASIEN YANG AKAN MENINGGAL
1. Penatalaksanaan pasien menjelang kematian dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan 2. Pasien dalam proses meninggal dan keluarganya dilakukan asesmen dan re-asesmen untuk adanya elemen elemen berikut :
Gejala mau muntah atau kesulitan pernafasan
Faktor faktor yang meningkatkan dan membangkitkan gejala fisik
Manajemen gejala saat ini dan hasil respon pasien
Orientasi spiritual pasien/ keluarga dan kalau perlu keterlibatan kelompok agama
Lampiran SK No. 181/DIR/SK/RSBW/XII/2012 tentang kebijakan dan pedoman AP
Page 6
Keprihatinan atau kebutuhan spiritual pasien dan keluarga, seperti putus asa, penderitaan atau beban pengampunan Status psikososial pasien dan keluarga, kecukupan kemampuan apabila diperlukan perawatan di rumah. Cara mengatasi dan reaksi keluarga atas penyakit pasien Kebutuhan dukungan atau pelayanan sementara (respite services) bagi pasien dari keluarga dan pemberi pelayanan lain Kebutuhan alternative atau tingkat pelayanan lain
Faktor resiko bagi yang ditinggalkan dan cara mengatasi, potensi reaksi patologis atas kehilangan 3. Temuan dalam asesmen mengarahkan pelayanan yang diberikan dan didokumentasikan dalam rekam medis.
PASAL 12 PERENCANAAN PASIEN PULANG
Perencanaan untuk pemulangan bagi pasien dapat dimulai segera setelah pasien diterima sebagai pasien rawat inap melalui proses identifikasi
Lampiran SK No. 181/DIR/SK/RSBW/XII/2012 tentang kebijakan dan pedoman AP
Page 7
BAB IV LABORATORIUM PASAL 1 PELAYANAN
1. Pelayanan laboratorium diadakan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan semua jenis pemeriksaan sesuai dengan standar nasional, undang undang dan peraturan 2. Pelayanan laboratorium dapat dilakukan dalam 24 (dua puluh empat) jam sehari 3. Pelayanan laboratorium di luar rumah sakit dipilih berdasarkan reputasi yang baik dan pasien diberitahu bila ada pemeriksaan laboratorium di luar rumah sakit 4. Segala informasi yang disampaikan ke pasien harus dicatat dalam rekam medis pasien. PASAL 2 KEAMANAN & KESELAMATAN
1. Pelaksanaan kegiatan laboratorium dilakukan dengan memperhatikan keamanan dan keselamatan sesuai program keselamatan pasien rumah sakit 2. Penanganan dan pembuangan bahan berbahaya sesuai prosedur yang telah ditetapkan 3. Prinsip 6 (enam) sasaran Keselamatan Pasien diterapkan dalam setiap kegiatan pelayanan PASAL 3 PELAKSANAAN TES
1. Mereka yang melaksanakan tes dan membuat interpretsasi hasil adalah staf terlatih, terampil dan berpengalaman 2. Unit laboratorium di supervise oleh coordinator ruangan yang cukup berkualifikasi (qualified ) dan berpengalaman dan bertanggung jawab kepada Kepala Pelayanan Klinik Laboratorium terhadap pengawasan dan pelaksanaan kegiatan harian PASAL 4 LAMA PEMERIKSAAN
1. Lama pemeriksaan laboratorium adalah waktu yang dibutuhkan dari saat sampel/ specimen diterima petugas laboratorium sampai keluarnya hasil tes laboratorium. 2. Untuk pemeriksaan darah:
Biasa
: maksimal 6 jam
Cito : maksimal 1 jam 3. Untuk pemeriksaan khusus (analisa gas darah dan Hb) :
Biasa
: 2 - 3 jam
Lampiran SK No. 181/DIR/SK/RSBW/XII/2012 tentang kebijakan dan pedoman AP
Page 8
Cito : 15 – 30 menit 4. Untuk pemeriksaan kultur darah maksimal 5 hari 5. Pemeriksaan lain sesuai kebutuhan 6. Pemeriksaan diluar rumah sakit sesuai aturan pihak luar rumah sakit.
PASAL 5 PELAPORAN NILAI KRITIS
1. Nilai kritis adalah hasil tes yang secara signifikan diluar batas normal yang beresiko tinggi dan dapat mengancam kehidupan pasien 2. Pelaporan, penetapan nilai kritis, pencatatan dan monitoring nilai kritis dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan PASAL 6 PERALATAN
Pengelolaan peralatan laboratorium dilakukan sesuai program pemeliharaan peralatan rumah sakit. PASAL 7 REAGENSIA
1. Penetapan regensia esensial dan bahan lain dibuat sesuai kebutuhan dan sepengetahuan serta persetujuan supervisor dan penanggung jawab laboratorium 2. Semua reagensia dan cairan diberi label yang lengkap dan akurat 3. Pengadaan, pendistribusian dan evaluasi dari reagensia dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. PASAL 8 NILAI RUJUKAN NORMAL
1. Untuk setiap pemeriksaan, laboratorium telah menetapkan nilai rujukan normal yang selalu disertakan pada setiap laporan hasil pemeriksaan, begitupun terhadap hasil pemeriksaan dari laboratorium rumah sakit luar. 2. Nilai rentang/ rujukan normal tersebut disesuaikan dengan geografi dan demografi rumah sakit serta dievaluasi dan direvisi secara berkala apabila metode pemeriksaan berubah
Lampiran SK No. 181/DIR/SK/RSBW/XII/2012 tentang kebijakan dan pedoman AP
Page 9
PASAL 9 PENANGGUNG JAWAB LABORATORIUM
1. Pelayanan laboratorium klinik dipimpin/ diarahkan oleh seorang yang kualifikasinya sesuai dengan pelatihan, keahlian dan pengalaman sesuai dengan ketentuan undang undang dan peraturan 2. Pimpinan pelayanan laboratorium RS Jantung Binawaluya adalah seorang dokter ahli patologi klinik yang memiliki tanggung jawab professional atas fasilitas dan pelayanan leboratorium serta dapat memberikan konsultasi atau pendapat medis dengan kewajiban mencakup :
Mengembangkan, menerapkan dan menjaga terlaksananya kebijakan dan prosedur
Pengawasan administrasi
Menjaga terlaksananya program control mutu
Memberi rekomendasi pelayanan diluar laboratorium
Memonitor dan mereview semua pelayanan laboratorium PASAL 10 KONTROL MUTU
1. Untuk dapat memberikan pelayanan laboratorium yang unggul maka perlu dibuat program control mutu yang mencakup :
Validasi metode tes untuk akurasi, presisi, rentang yang dapat dilaporkan
Surveilans harian dari hasil oleh staf lab.berkualifikasi memadai
Langkah koreksi cepat bila dijumpai ada kekurangan
Pengetesan reagensia
Dokumentasi dari hasil dan langkah koreksi 2. Control mutu dari pelayanan laboratorium baik di dalam maupun dari luar rumah sakit dilakukan minimal setiap semester 3. Penanggung jawab laboratorium bertanggung jawab atas control mutu , mereview hasil control mutu dan melakukan langkah langkah atas dasar hasil control mutu 4. Laporan hasil control mutu laboratorium diserahkan kepada pimpinan untuk digunakan dalam penyampaian kerjasama atau pembaharuan perjanjian.
PASAL 11 TES KEMAMPUAN
1. Tes kemampuan dilakukan dengan melakukan perbandingan hasil laboratorium individual dengan laboratorium lain yang menggunakan metode yang sama 2. Laboratoium ikut serta dalam program tes kemampuan atau alternatifnya untuk semua pelayanan dan tes spesialistik
Lampiran SK No. 181/DIR/SK/RSBW/XII/2012 tentang kebijakan dan pedoman AP
Page 10
PASAL 12 LAIN LAIN
1. Apabila dibutuhkan ahli bidang diagnostik lain diluar penyakit jantung (missal : parasitologi, virology atau toksikologi) maka RS Jantung Binawaluya akan merujuk pemeriksaan tersebut ke Rumah Sakit lain yang mempunyai fasilitas tersebut sesuai prosedur rujukan yang telah ditetapkan 2. Rumah Sakit yang dapat dijadikan tempat rujukan pemeriksaan tersebut pada poin 1 (satu) di atas adalah :
RS Jantung Harapan Kita
RSCM
RS Premier Jatinegara
Lampiran SK No. 181/DIR/SK/RSBW/XII/2012 tentang kebijakan dan pedoman AP
Page 11
BAB V RADIOLOGI PASAL 1 PELAYANAN RADIOLOGI DAN DIAGNOSTIK
1. Pelayanan dilakukan sesuai standar nasional , Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 780/ MenKes/ Per/ VIII/ 2008. 2. Pelayanan Rontgen di RS Jantung Binawaluya dapat dilakukan 24 (dua puluh empat) jam setiap harinya. 3. Untuk kegiatan pelayanan MSCT dilakukan dengan jadwal yang telah ditetapkan, namun apabila dibutuhkan pelayanan yang segera, ada petugas yang dapat dihubungi dan dapat melaksanakakn pelayanan yang dibutuhkan. 4. Pelayanan radiologi dilakukan cukup akurat dengan tata ruang dibuat senyaman mungkin untuk memenuhi kebutuhan pasien. 5. Apabila karena suatu hal, pelayanan dilakukan di luar rumah sakit, maka pasien dan atau keluarganya harus diinformasikan. PASAL 2 PIMPINAN RADIOLOGI
1. Pelayanan radiologi dan diagnostik imaging dipimpin oleh seorang dokter spesialis radiologi 2. Tanggung jawab Pimpinan radiologi, mencakup :
Mengembangkan, melaksanakan, mempertahankan kebijakan dan prosedur
Melakukan pengawasan administrasi yang sudah ditetapkan untuk dilaksanakan
Mempertahankan (maintaining ) setiap program control mutu yang perlu
Memberikan rekomendasi pelayanan radiologi dan diagnostik imaging diluar
Memonitor dan mereview semua pelayanan radiologi dan diagnostik imagaing PASAL 3 KEAMANAN DAN KESELAMATAN
1. Keamanan radiasi bagi staf radiologi, pasien dan karyawan merupakan bagian dari program keselamatan pasien rumah sakit. 2. Pelaksanaan pelayanan radiologi dan penanganan serta pembuangan bahan infeksius dan berbahaya harus sesuai prosedur yang sudah ditetapkan.
Lampiran SK No. 181/DIR/SK/RSBW/XII/2012 tentang kebijakan dan pedoman AP
Page 12
PASAL 4 PELAKSANA KEGIATAN
1. Pelaksanaan pemeriksaan diagnostik – imaging dan pemeriksaan di ruangan/ bed side dilakukan sesuai prosedur yang ditetapkan rumah sakit. 2. Penanggung jawab pelaksanaan kegiatan MSCT ditetapkan hanya 1 (satu) orang petugas yang siap dihubungi dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam 3. Jumlah staf yang bertugas sesuai kondisi dan mencukupi kebutuhan pasien. PASAL 5 PELAPORAN
Waktu pelaporan hasil pemeriksaan radiologi dan diagnostik imajing sesuai prosedur yang telah ditetapkan PASAL 6 X-RAY DAN PERBEKALAN 1. X-ray film dan perbekalan lain yang diperlukan ditetapkan rumah sakit 2. Proses pemesanan, penyimpanan dan pendistribusian dilakukan seefektif mungkin sehingga selalu tersedia setiap dibutuhkan 3. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan akurat maka semua perbekalan dievaluasi secara periodic dan diberi label lengkap. PASAL 7 CONTROL MUTU
1. Untuk dapat memberikan pelayanan radiologi dan diagnostik imaging yang unggul maka perlu dibuat suatu system/ program control mutu yang mencakup :
Validasi metode tes untuk akurasi dan presisi
Pengawasan harian hasil pemeriksaan imaging oleh staf penanggung jawab unit
Langkah perbaikan cepat bila ditemukan kekurangan
Pengetesan reagensia dan cairan (bila ada)
Pendokumentasian hasil dan langkah perbaikan 2. Terhadap pelayanan radiologi dan diagnostik diluar rumah sakit maka dibuat ketentuan sbb :
Dilakukan review hasil control mutu setiap semester Coordinator unit Radiologi bertanggung jawab untuk menilai hasil control mutu unit radiologi diluar rumah sakit dan melakukan tindak lanjut
Lampiran SK No. 181/DIR/SK/RSBW/XII/2012 tentang kebijakan dan pedoman AP
Page 13
Coordinator unit radiologi membuat laporan tahunan data control mutu kepada Pimpinan Rumah Sakit untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan membuat perjanjian kerjasama atau pembaharuan perjanjian. PASAL 8 KONSULTASI DIAGNOSTIK SPESIALISTIK
1. Apabila dibutuhkan ahli bidang diagnostik lain diluar penyakit jantung (missal : MRI, Spesialis Radiologi Onkologi, Kedokteran Nukllir dll.) maka RS Jantung Binawaluya akan merujuk pemeriksaan tersebut ke Rumah Sakit lain yang mempunyai fasilitas tersebut sesuai prosedur rujukan yang telah ditetapkan 2. Rumah Sakit yang dapat dijadikan tempat rujukan pemeriksaan tersebut pada poin 1 (satu) di atas adalah :
RS Jantung Harapan Kita
RSCM
RS Premier Jatinegara
Lampiran SK No. 181/DIR/SK/RSBW/XII/2012 tentang kebijakan dan pedoman AP
Page 14
BAB VI PENUTUP
Pelayanan pasien merupakan suatu kegiatan asesmen pasien sejak pasien datang ke rumah sakit hingga kepulangannya. Disisi lain pelayanan di rumah sakit merupakan suatu kegiatan yang saling terkait satu dengan lainnya seperti gelang rantai yang tidak terputus. Dengan demikian dapat dibayangkan apabila dalam proses kegiatan pelayanan pasien ada terjadi hal hal yang tidak diinginkan atau tidak memuaskan pasien akan sangat mempengaruhi proses selanjutnya. Akibat yang ditimbulkan dapat dalam derajat ringan sampai berat seperti tuntutan hukum atau pencitraan rumah sakit yang buruk. Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik tentunya pelaksanaan kegiatan pelayanan yang dilakukan harus sesuai prosedur atau pedoman yang telah ditetapkan. Asesmen harus dilakukan sesuai ketentuan yang telah dibuat dan disepakati. Dengan pelaksanaan asesmen yang baik diharapkan akan memberikan hasil yang baik dan dapat memberikan kepuasan bagi pasien. Dengan adanya pedoman asesmen pasien ini, diharapkan pelaksanaan pelayanan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan ketentuan yang ada dalam pedoman dan prosedur ini.
Jakarta, 05 Desember 2012
Dr. Dewi Yuliawati, MARS Direktur.
Lampiran SK No. 181/DIR/SK/RSBW/XII/2012 tentang kebijakan dan pedoman AP
Page 15