Teaching Physical Education for Learning (Judith E. Rink), dan Beberapa Referensi Lain A.
Pengertian Pe Pedagogi Ol Olahraga da dan Ek Eksistensinya
Secara definisi ilmu yang mempelajari tentang proses belajar mengajar olahraga s ecara umum (di sekolah maupun di luar sekolah) seperti tersebut di atas disebut bidang ilmu Pedagogi Olahraga, Pedagogi Olahraga dapat diartikan sebagai cabang disiplin ilmu pengetahuan olahraga (sport science) yang membahas tentang pengeta huan-pengetahuan dan keterampilan-keterampilan dasar mengajar yang sangat diperl ukan bagi para pengajar dalam melakukan melakukan pembelajaran olahraga sehingga peserta didik dapat belajar dan meraih tujuan pembelajarannya. Keberadaan Pedagogi olahraga kini sudah cukup diakui dan diterima oleh komunitas internasional olahraga yang dibuktikan dengan diselenggarakannya program konfer ensi internasional oleh Aliance American for Health, Physical Education, Recreat ion, and Dance (AAHPERD) dengan fokus kajian utamanya adalah disiplin ilmu kurik ulum dan pembelajaran. Keterkaitan antara kurikulum dan pembelajaran dalam konte ks pedagogi tersebut dapat diilustrasikan seperti tertera pada gambar berik
Pedagogi olahraga olahraga harus dipandang dalam konteks yang luas, meliputi : gerak (mo vement), badan (body), permainan (play), penampilan (performance), kesehatan (he alth), dan waktu senggang (leisure time) untuk kesejahteraan hidup manusia Haag (1994:3) dalam Suherman (2009:1), sedangkan menurut Síedentop (1990) dalam Suherma n (2009:3) mengemukakan sebagai berikut: "sport pedagogy is the international la bel for the field known in the United States as teacher education or curriculum and instruction. Sport pedagogy is the study of the processes of teaching and co aching, of the outcomes of such endeavors, and of the content of fitness, physic al education, and sport programs." "pedagogi olahraga merupakan label internasio nal untuk bidang yang dikenal di Amerika Serikat sebagai pendidikan guru atau ku rikulum dan pengajaran pedagogi olahraga adalah studi tentang proses pengajaran dan pelatihan, pelatihan, dari hasil hasil dari usaha-usaha tersebut, tersebut, dan isi kebugaran, pendidi kan jasmani, dan program olahraga. B.
Pe n d i d i k a n J a s m a n i
Pendidikan Jasmani didefinisikan dalam beberapa pandangan, pertama, sering dis ebut pandangan tradisional, menganggap bahwa manusia itu terdiri dari dua kompon en utama yaitu jasmani dan rohani (dikhotomi). Pandangan terhadap pendidikan jasmani seperti itu dapat kita amati pada Undang-Undang no empat tahun 1950 Bab VI pasal sembilan sebagai berikut,
Defınisi yang relatif sama, juga dikemukakan oleh Pangrazi dan Dauer (1992) sebag ai berikut, "Physical education is a part of the general educational program tha t contributes, primarily through movement experiences, to the total growth and d evelopment of all children. Physical education is defined as education of and th rough movement, and must be conducted in a manner that merits this meaning". Apa bila definisi pendídikan jasmani ini dielaborasi dan dikaitkan dengan kurikulum pe ndidikan jasmani yang berlaku di Indonesia dewasa íní (Kurikulum Tingkat Satuan Pend idikan/ KTSP), penulis mengilustrasikannya seperti dalam gambar berikut ini.
Gambar 1.2 Ilustrasi Penjabaran Difinisi Penjas Dalam PBM Defnisi pendidikan jasmani di pandang secara holistik ini mendapat dukungan da ri para ahli pendidikan jasmani lainnya. Misalnya, Siedentop (1990) mengemukakan , "Modern physical education with its emphasis upon education through the physic al is based upon the biologic unity of mind and body. This view sees life as a t otality". Wall dan Murray (1994) mengemukakan hal serupa dań objek yang lebih spes ifik, "Children are complex beings whose thoughts, feelings, and actions are con stantly in a state of flux. Because of the dynamic nature of children as they gr ow and mature, change in one element often affects the others. Thus, it is a 'wh ole' child whom we must educate, not merely the physical or bodily aspect of the child.. Menurut Lutan (2001:62) konsep pendidikan jasmani berfokus pada sosialisasi atau pembudayaan via aktivitas jasmani, permainan, dan atau olahraga. Proses sosiali sasi berarti pengalihan nilai-nilai budaya dari begerasi tua ke generasi yang le bih muda. Maksud dari pernyataan tersebut adalah seluruh adegan pergaulan anta ra pendidik/guru dan peserta didik/siswa bersosialisasi yang bersifat mendidik. C. Tu j u a n P e n d i d i k a n J a s m a n i Walaupun tujuan pendidikan jasmani seringkali dídefınsikan dalam redaksi yang berbed a-beda dan setiap ahlí pendidikan (Heteríngton, 1910; William, 1930; Adam, 1959; Wes ton, 1962), namun semua tujuan tersebut pada dasarnya dapat diklasifıkasikan ke da lam empat katagori tujuan seperti yang dikemukakan oleh Bucher (1964), yaitu: 1. Perk Perkem emba bang ngan an fisi fisik. k. Tuju Tujuan an ini ini b ber erhu hubu bung ngan an deng dengan an kema kemamp mpua uan n m mel elak akuk ukan an ak tivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tu buh seseorang (physical fitness). 2. Perk Perkem emba bang ngan an gera gerak. k. Tuju Tujuan an ini ini b ber erhu hubu bung ngan an deng dengan an kema kemamp mpua uan n m mel elak akuk ukan an ge rak secara efektif, efısien, halus, índah, sempurna (skillful). 3. Perk Perkem emba bang ngan an men menta tal. l. Tuj Tujua uan n in berh berhub ubun unga gan n den denga gan n kem kemam ampu puan an berp berpík íkir ir dan dan m enginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lín gkungannya. 4. Perk Perkem emba bang ngan an sosi sosial al. . Tuj Tujua uan n ini ini berh berhub ubun unga gan n den denga gan n kem kemam ampu puan an sisw siswa a dalaur menyesuaikan din pada suatu kelompok atau masyarakat. Namun demikian, untuk melihat lebih jauh tentang aktivitas-aktivitas dalam suatu program pendidikan jasmani, ada baíknya kalau kita menyimak pendapat Síedentop (199 0) sebagai berikut: "the activities themselves are not as important as is what t hey are used to accomplish. This is why this model has always been referred to a s education through the physical". D. P e n d e k a t an P r o g r a m P e n d i d i k a n J a s m a n i Sehubungan dengan penentuan pendekatan , khususnya di Amerika, dan di beberapa n egara lain telah banyak bermunculan pendekatan pendekatan program program untuk meraih tujuan-tuju tujuan-tuju an pendidikan jasmani. Beberapa jenis program berikut deskripsi sederhana dań masi ng-masing program yang banyak digunakan tersebut (Suherman, 2009) antara lain ad alah sebagai beńkut: 1. Move Moveme ment nt Educ Educat atio ion. n. Pend Pendek ekat atan an ini ini pada pada dasa dasarn rnya ya meru merupa paka kan n pend pendek ekat atan an y ang lebih menekankan pada penguasaan keterampilan. 2. Fitn Fitnes ess s Appr Approa oach ch. . Fitn Fitnes ess s appr approa oach ch íní íní p pad ada a dasa dasarn rnya ya mer merup upak akan an pen pende deka kata tan n ya ng lebih menekankan pada peningkatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan k ualitas kesegaran jasmani anak didiknya. 3. Acad Academ emic ic-D -Dis isci cipl plin ine e Appr Approa oach ch. . Pend Pendek ekat atan an ín ín pada pada d das asar arny nya a meru merupa paka kan n pend pendek ek atan yang lebih menekankan pada penguasaan pendidíkan jasmani secara mendalam: bag aimana memelíhara gaya hidup yang sehat, mengisi waktu senggang, menjadi pelayan a
tau pengguna program fitness dan pendidikan jasmani di masyarakat. Pendekatan ín l ebih banyak digunakan pada lembaga-lembaga pendidikan keolahragaan, misal: FPOK. 4. Soci Social al-D -Dev evel elop opme ment nt Mode Model. l. Pend Pendek ekat atan an mi mi pada pada das dasam amya ya mer merup upak akan an pend pendek ekat ata a n yang lebih menekankan pada perkembangan individu dan sosial anak didik. Salah satu contoh model dan pendekatan mi dikembangkan oleh Donald Hellison (1973, 197 8, 1982) dengan istilah "teaching responsibility through physical activity" deng an menerapkan konsep "levels of affective development". 5. Spor Sport t E Edu duca cati tion on Mode Model. l. Pend Pendek ekat atan an ini ini p pad ada a d das asam amya ya meru merupa paka kan n p pen ende deka kata tan n yang lebih menekankan pada pemeliharaan dan peningkatan nilai-nilai murni olahra ga kompetitif seperti yang sering dilakukan di luar lingkungan sekolah. 6. Adve Advent ntur uree-Ed Educ ucat atio ion n Appr Approa oach ch. . Pen Pende deka kata tan n in in pada pada das dasar arny nya a mer merup upak akan an pend pend ekatan yang lebih menekankan pada aktivias-aktivítas petualang yang penuh resiko d alam lingkungan yang lebih bersifat alami (mísal, naik gunung, cross country, camp ing). 7. Ecle Eclect ctic ic Appr Approa oach ch. . Pen Pende deka kata tan n i ini ni pada pada dasa dasany nya a m mer erup upak akan an pend pendek ekat atan an yang yang merupakan perpaduan atau kombinasi dan semua pendekatan tersebut di atas. E.
Perti ertimb mban anga gan n Pelak elaksa sana naan an Progr rogram am Pendi endidi dika kan n Jasm Jasman ani i
Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan program pendidikan jas mani seperti dikemukakan oleh Graham, dkk. (1993) sebagai berikut. 1. Premis Program Pendidikan Jasmani. Tiga premis program pendidikan jasmani : a. Prog Progra ram m p pen endi didi dika kan n j jas asma mani ni dan dan p pro rogr gram am olah olahra raga ga memp mempun unya yai i t tuj ujua uan n y yan ang g b be e rbeda Tujuan utama pembuatan program tersebut adalah menyediakan dan memberikan berbag ai pengalaman gerak untuk membentuk fondasi gerak yang kokoh yang pada akhirnya diharapkan dapat berdampak terhadap pemilihan gaya hidup yang aktif dan sehat. b Anak-anak bukanlah 'miniature' orang dewasa Anak-anak membutuhkan program yang secara khusus dibuat sesuai dengan minat dan kebutuhannya. c
Anak-anak yang kita ajar sekarang tidak akan menjadi dewasa sekarang Penguasaan berbagai keterampilan gerak dasar oleh para siswa akan mendorong perk embangan dan perbaikan berbagai keterampilan fisik yang lebih kompeks, yang pada akhirnya akan membantu siswa memperoleh kepuasan dan kesenangan dalam melakukan aktivitas fisiknya 2. Karakteństik Program Pendidikan Jasmani Beberapa karakteristik program pendidikan jasmani dikemukakan oleh Graham, dkk. (1993), sebagai berikut:
Tabel 1.1 Karakteństik Program Pendidikan Jasmani KO M P ON E N S E S U A I K UR A N G S E S U A I Kurik urikul ulum um Kurik uriku ulum lum mem memp punya unyai i ru ruang ang lin ling gkup kup dan dan susu susuna nan n mat mate eri yang yang didas idasa a rkan pada tujuan (jangka panjang dan jangka pendek) yang layak untuk semua anak didik. Kurikulum tersebut meliputi keseimbangan antara penglaman skill, konep, g ames, educational gymnastikc, irama dan tari yang ditunjukan untuk memperluas pe ngembangan aspek pengetahuan , gerak, sikap, dfan kebugaran semua siswanya. Kurikulum miskin miskin akan pengembangan tujuan serta didasarkan terutama terutama pada minat, perhatian, kesenangan, kesenangan, dan latar belakang gurunya bukanya berdasar pada anak d idiknya, misal, terdiri dari sejumlah permainan olahraga untuk orang dewasa. m e m b an t u m em b e rí k a n pengalaman dan perasaan puas dan
s e n a ng s e b a g a i a k í b a t d an pa r t is i p as i s e c a r a t er a t e s d a l a m pendidikan jasmani kepada semua siswa.
d i r a sa k a nn y a p ad a w ak t u m e l a ku k a n ak t i v i t a s pendidikan jasmani. R a t a - r a t a k e b e r h as i l a n S i s w a d i b e r i k es e m p a t a n y an g sebanyak-banyaknya untuk berlatih skill dengan rata-rata keberhasilan ya n g ti n g gi ya n g d i s e s u a i k an denga engan n tingk ingkat at perke erkem mbang bangan an keterampilan ge geraknya. Siswa d i s u r u h u nt u k melakukan aktivítas-aktívítas yang terlalu mudah atau terlalu sukar yang dapat menyeba bkan mereka bosan, frustasi, atau melakukannya dengan salah. Ju m l a h s i s w a Ju m l a h s i s w a d al a m p el a j ar a n penjas adalah sama dengan jumlah Siswa dalam kelas (misal, Ia) yang sebenamya. Ju m l ah s i s w a da l a m pelajaran penjas lebíh dan jumlah siswa dalam kelas ya n g se b e na r n ya , m is a l , mengajar siswa sekaligus yang jumlahnya terdiri dari tiga kelas. Keíku eíkuts tser erta taan an sis siswa wa Sisw Siswa a meng mengik ikut uti i pe pela laja jara ran n penj penjas as s e c a ra t e r a t e s s e s u a i d en g a n ja d w a l n y a ka r e n a m er e k a me n y ad a r i ba h w a p en j a s m e n i pa k a n b a g i a n d ar i pe n d id i k an n y a s e ca r a ke s e l u n u ha n . S is w a m en g i ku t i p el a j a ra n lain karena alasan-alasan lain atau sebagai hukuman atas perbuatannya dalam pela jaran penjas. Pr o p or s i ak t i f b e l a ja r S e m u a si s w a t er l i b a t d al a m aktivitas belajar yang mendorong mereka untuk terus-menerus aktif tanpa hares di awasi gurunya. Lingkungan belajar dibuat sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan siswa agar te tap aktif terlibat dalam semua pengalaman belajar yang diberikannya. Proporsi jumlah waktu aktif belajar sangat terbatas sebab si s w a ha r u s me n u n gg u gi l i ra n , me m i l i h t ea m , t e r b at a s n y a p e r a l at a n , a ta u karena permaínan, misal gugur, yang pada umumnya siswa yang lamban yang gugur. Secara singkat, beberapa karakteristik program pendidikan jasmani yang berkualit as tersebut antara lain ditandai oleh: a. Deve Develo lopm pmen enta tall lly y appr approp opri riat ate e prac practi tice ces s (DAP (DAP) ) maks maksud udny nya a adal adalah ah pro progr gram am-p -pro ro gram latihan atau aktivitas gerak yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan g erak anak didik yang sedang belajar. Program latihan atau aktivitas gerak yang s esuai ini harus mampu mengakomodasi setiap perbedaan karakteristik dan perubahan kapasitas gerak ke arah yang lebih baik dan setiap individu seperti status perk embangan, pengalaman gerak sebelumnya, kondisi kesegaran jasmani dan keterampila nnya, bentuk badan, dan usia pelaku.
b. Inst Instru ruct ctio iona nall lly y appr approp opri riat ate e prac practi tice ces s maks maksud udny nya a adal adalah ah car caraa-ca cara ra pen penya yamp mp aian latihan atau aktivitas gerak yang secara pedagogis sangat efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan, yang diambil dari hasil-hasil penelitian atau pengalaman yang memadai yang memungkínkan semua anak didik memperoleh kesempatan d an keberhasilan belajar secara optimal. F. Ke b e r h a s i l a n P r o g ra m Salah satu definisi keberhasilan mengajar yang dapat kita jadikan rujukan dikemu kakan oleh Graham (1992). la mengemukakan bahwa defınisi keberhasilan mengajar tid ak hanya sekedar memelihara siswa aktif berolahraga, senang, dan segar pada saat dan setelah melakukan pengajaran. 1. Ta r g e r p a d a S i s w a Komponen keberhasilan mengajar yang paling pokok adalah siswa itu sendiri. Apabi la guru berikut program yang diberikannya berhasil, maka hal ini akan tercermin pada pencapaian target siswa. Apa yang dimaksud target siswa? Istilah mi dalam k urikulum KTSP setara dengan istilah komptetensi. Dengan demiklan target siswa sa ngat beragam yang meliputi a) target lulusan yang sering disebut standar kompete nsi lulusan (SKL) baik per satuan pendidikan maupun per satuan pelajaran, b) tar get semesteran dan tahunan yang sering disebut Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD), dan c) target silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Salah satu contoh pernyataan target siswa dan dalam negeri yang berlaku di Indon esia adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran pendidikan jasmani s ebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan yang isinya adalah sebagai berikut. 1) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SD/ MI a) Memp Mempra rakt ktek ekka kan n g ger erak ak dasa dasar r l lar ari, i, lomp lompat at, , d dan an jala jalan n d dal alam am perm permai aina nan n s sed eder erh h ana serta nilaí-nlaí dasar sportivitas seperti kejujuran, kerjasama, dan lain-lain. b) Memp Mempra rakt ktek ekka kan n g ger erak ak ritm ritmik ik meli melipu puti ti sena senam m p pag agi, i, sena senam m k kes eseg egar aran an jasm jasman ani i (SKJ), dan aerobik. c) Memp Mempra rakt ktek ekka kan n g ger erak ak keta ketang ngka kasa san n s sep eper erti ti keta ketang ngka kasa san n d den enga gan n d dan an tanp tanpa a a ala la t, serta senam lantai. d) Memp Mempra rakt ktek ekka kan n ger gerak ak dasa dasar r ren renan ang g dal dalam am berb berbag agai ai gaya gaya ser serta ta nila nilaíí-ni nila lai i yan yan g terkandung di dalamnya. e) Memp Mempra rakt ktek ekka kan n l lat atih ihan an kebu kebuga gara ran n d dal alam am bent bentuk uk meni mening ngka katk tkan an daya daya taha tahan n k kek ek uatan otot, kelenturan serta koordinasi otot. f) Memp Mempra rakt ktek ekka kan n ber berba baga gai i ket keter eram ampi pila lan n gera gerak k dal dalam am kegi kegiat atan an pen penje jela laja jaha han n di di luar sekolah seperti perkemahan, piknik, dan lain-lain. g) Mema Memaha hami mi buda budaya ya hidu hidup p seh sehat at dala dalam m ben bentu tuk k men menja jaga ga kebe kebers rsih ihan an din din dan dan ling ling kungan, mengenal makanan sehat, mengenal berbagai penyakit dan pencegahannya ser ta menghíndarkan din dań narkoba. 2) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SMP/Мs a) Memp Mempra rakt ktek ekka kan n v var aria iasi si dan dan k kom ombi bina nasi si tekn teknik ik dasa dasar r p per erma main inan an, , o ola lahr hrag aga a s ser er ta atletik dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya b) Memp Mempra rakt ktek ekka kan n sena senam m lant lantai ai dan dan iram irama a deng dengan an alat alat dan dan tanp tanpa a alat alat. . c) Memp Mempra rakt ktek ekka kan n tek tekni nik k ren renan ang g den denga gan n gay gaya a dad dada, a, gaya gaya beba bebas, s, dan dan gay gaya a Pun Pungg gg ung. d) Memp Mempra rakt ktek ekka kan n t tek ekni nik k k keb ebug ugar aran an deng dengan an jens jens lati latiha han n b beb eban an meng menggu guna naka kan n a ala la t sederhana. e) Memp Mempra rakt ktek ekka kan n keg kegia iata tann-ke kegi giat atan an di luar luar kela kelas s sep seper erti ti mela melaku kuka kan n per perke kema mah h an, pejajahan alam sekitar dan piknik. f) Mema Memaha hami mi buda budaya yabh bhid idup up seha sehat t dala dalam m keh kehid idup upan an seha sehari ri-h -har ari i sepe sepert rti i per peraw awat ata a n tubuh serta lingkungan, mengenal berbagai penyakit dan cara penyegahannya sert a menjauhi narkoba. 3)
Pendi endidi dika kan n Jas Jasmani mani, , Olah Olahra raga ga dan Keseh esehat atan an SMP SMP/Мs /Мs
a) Memp Mempra rakt ktek ekka kan n kete ketera ramp mpil ilan an per perma main inan an dan dan ola olahr hrag aga a deng dengan an men mengg ggun unka kanp nper erat at uran. b) memp mempra rakt ktek ekka kan n rang rangka kaia ian n sena senam m lant lantai ai dan dan iram irama a sert serta a nila nilaii-ni nila lai i yang yang t erkandung di dalamya. c) Memp Mempra rakt ktek ekan an perk perkem emba bang ngan an meka mekani nik k s sik ikap ap tubu tubuh, h, kebu kebuga gara ran n j jas asma mani ni sert serta a a ktivitas lainya d) Memp Mempra rakt ktek ekan an gera gerak k rit ritmi mik k yan yang g mel melip iput uti i sen senam am pagi pagi, , sen senam am aero aerobo bok k ser serta ta aktivitas lainya. e) Memp Mempra rakt ktek ekan an kegi kegiat atan an dida didala lam m a air ir sepe sepert rti i r ren enan ang, g, perm permai aina nan n d dia iair ir sert serta a kese;lamtan diar. f) Memp Mempra rakt ktek ekan an keg kegia iata tann-ke kegi giat atan an dil dilua uar r kela kelas s sepe sepert rti i mela melaku kuka kan n perk perkem emah ahan an , penjelajahan alam sekitar,mendekati gunung ,dan lain-lain g) mema memaha hami mi buda budaya ya hidu hidup p s seh ehat at dala dalam m k keh ehid idup upan an seha sehari ri-h -har ari i s set eta a p per eraw awat atan an t ubuh serta lingkungan yang sehat, mengenal penyakit dan cara penyegahanya serta serta menghindari narkoba dan HIV. Sementara itu, contoh target siswa dari luar negeri penulis ambilkan dari perkum pulan Guru pendidikan jasmani dan olahraga. USA(nasional assocation for sport an d Phsysical Education /Naspe ). Merumuskan terget umum pendidikan jasmani den gan diberikan label terciptanya individu yang terdidik secara fisik (physical fo r sport and physically educated person), dengan ciri-ciri sebagai berikut: Individu yang terdidik secara individu adalah : Memiliki keterampilan –keterampilan yang berguna untuk melakukan bermacammacam kegiatan fisik. 1. Berg Berger erak ak deng dengan an meng menggu guna naka kan n kons konsep ep-k -kon onse sep p kes kesad adar aran an tubu tubuh, h, kesa kesada dara ran n rua rua ng, usaha dan hubunganya. 2. menu menunj njuk ukka kan n kema kemamp mpua uan n dal dalam am anek aneka a rag ragam am kete ketera ramp mpil ilan an man manip ipul ulat atif if, , lok lokom omo o tor, dan non lokomotor. 3. menu menunj njuk ukka kan n kema kemamp mpua uan n meng mengko komb mbin inas asik ikan an ket keter eram ampi pila lan n mani manipu pula lati tif, f, loc locom omot ot or dan non-locomotor baik yang dilakukan secara perorangan maupun dengan orang l ain. 4. menu menunj njuk ukka kan n kema kemamp mpua uan n pada pada anek aneka a raga ragam m bent bentuk uk akti aktivi vita tas s jasm jasman ani. i. 5. menu menunj njuk ukka kan n peng pengua uasa saan an pada pada bebe bebera rapa pa bent bentuk uk akti aktivi vita tas s jasm jasman ani. i. 6. memi memili liki ki kema kemamp mpua uan n ten tenta tang ng baga bagaim iman ana a car caran anya ya mem mempe pela laja jari ri ket keter eram ampi pila lan n ba ba ru. Bugar secara fisik 7. meni menila lai, i, meni mening ngka katk tkan an, , dan dan memp memper erta taha hank nkan an kebu kebuga gara ran n jasm jasman anin inya ya. . 8. mera meranc ncan ang g p pro rogr gram am kese kesega gara ran n j jas asma mani ni sesu sesuai ai deng dengan an prin prinsi sip p l lat atih ihan an teta tetapi pi tidak membahayakan. Berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasma 9. berp berpar arti tisi sipa pasi si dal dalam am pro progr gram am pem pembí bína naan an kes keseh ehat atan an mel melal alui ui akt aktiv ivit itas as j jas asma mani ni min. 3 x per minggu. 10. 10. memi memili lih h dan dan seca secara ra tera teratu tur r ber berpa pati tisi sipa pasi si dala dalam m akt aktiv ivit itas as jasm jasman ani i pad pada a ke ke hidupan sehari-hańya. Mengetahui akibat dan manfaat dan keterlibatan dalam aktivit as jasmani. 11. 11. meng mengid iden enti tifi fika kasi si man manfa faat at, , pen pengo gorb rban anan an, , dan dan kewa kewaji jiba ban n yan yang g ber berka kait itan an deng deng an teraturnya partisipasi dalam aktivitas jasmani. 12. 12. meny menyad adar ari i aka akan n fak fakto tor r res resik iko o dan dan kese kesela lama mata tan n yan yang g ber berka kait itan an deng dengan an tera terat t urnya partispasi Balam aktivitas jasmnai 13. 13. mene menera rapk pkan an kon konse sepp-ko kons nsep ep dan dan pńn pńnsi sipp-pń pńns nsip ip pen penge gemb mban anga gan n kete ketera ramp mpil ilan an ger gerak ak. . 14. 14. mema memaha hamí mí bahw bahwa a h hak akek ekat at seha sehat t t tid idak ak seke sekeda dar r f fis isik ik yang yang buga bugar. r. 15. 15. meng menget etah ahui ui atur aturan an, , str strat ateg egi, i, dan dan per peril ilak aku u y yan ang g har haras as dip dipen enuh uhi i p pad ada a akt aktiv ivít ít as jasmani yang dipilih. 16. 16. meng menget etah ahui ui bahw bahwa a par parti tisi sipa pasi si dala dalam m akt aktiv ivit itas as jasm jasman ani i dap dapat at memp memper erol oleh eh da n meningkatkan pemahaman terhadap budaya majemuk dan budaya internasional 17. 17. mema memaha hami mi bahw bahwa a akt aktiv ivit itas as jas jasma mani ni mem membe beń ń pelu peluan ang g untu untuk k men menda dapa patk tkan an kes kesen enan ang g an, menyatakan diri pribadi, dan berkomunikasi. Menghargai aktivitas jasmani dan kontńbusinya terhadap gaya hidup yang seh at.
18. 18. meng mengha harg rgai ai hubu hubung ngan an deng dengan an oran orang g lai lain n yan yang g dip diper erol oleh eh dari dari part partis isip ipas asi i da da lam aktivitas jasman 19. 19. horm hormat at terh terhad adap ap pera peratu tura ran n yan yang g ter terda dapa pat t dal dalam am akti aktivi vita tas s jas jasma mani ni seba sebaga gai i cara untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang hayat. 20. 20. meni menikm kmat ati i per peras asaa aan n bah bahag agia ia yang yang dipe dipero role leh h dan dan part partis isip ipas asi i ter terat atur ur dala dalam m aktivitas jasmani 2. T a r g e t p ad a G u r u Apabila target pada siswa tercapai maka target pada gurupun akan cenderung terca pai, yaitu guru mendapatkan kepuasaan dan kesenangan. Namun demikian, sering sek ali guru penjas kurang puas hanya dengan mencapai target pada siswa dan mendapat penghargaan dari pihak luar saja. contoh banyak para guru Penjas mempunyai tuju an tambahan sebagai berikut: a. ingi ingin n m mey eyak akin inka kan n k kep epal ala a s sek ekol olah ah, , g gur uru u b bid idan ang g s stu tudi di, , d dan an peke pekeTa Ta admi admins nstr tra a sí akan pentingnya Penjas bagi siswa sehingga dengan demíkían pelajaran Penjas akan di anggap penting dan tidak akan diganti atau dibebaskan hanya karena ada kegiatan lain seperti: kunjungan ke sekolah lain, ke musium, ke kebun binatang, atau diga nti oleh kegiatan¬kegiatan lain yang intinya menyepelekan pelajaran Penjas. b. ingi ingin n men menda dapa patk tkan an pera perala lata tan n yan yang g leb lebih ih bany banyak ak dan dan leb lebih ih baik baik untu untuk k pel pelaj aj aran Penjas. c. ingi ingin n men menda dapa patk tkan an fasi fasili lita tas s yan yang g ama aman, n, yang yang betu betull-be betu tul l han hanya ya dibu dibuat at untuk digunakan dalam pelajaran Penjas. Dengan demikian guru yang baik akan memperoleh kepuasan dan keberhasilan mengaja r síswanya dan juga keberhasilan meyakinkan semua pihak yang bertanggung jawab ata s berlangsungnya keberhasilan Pendidikan Jasmani di sekolah. 3. Ta r g e t p a d a S e k o l a h Salah satu tanggung jawab penting daň guru dalam mengajar adalah menemukan cara-ca ra mengajar yang dapat memberi sumbangan terhadap pencapaian tujuan dan program sekolah secara menyeluruh. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program penajs dapat dilihat pada gambar berikut ini : Tabel 1.2 Faktor-Faktor Keberhasilan Program Pengajaran Penjas di Sekolah SI S W A GU R U S E K O L AH - k e te r a mp i l a n g e r a k - a n t us i a s - d e w a n p en g u ru s - s i k a p (a t t i t u d e s ) - p l a nn i n g p en d i di k a n - k e s e g a r a n ja s m a u - d i s ip l i n - p e r al a t a n - r a s a p er c a y a d i r i ( s e l f - k u r ik u l um - g u r u k e la s co n f id e n ce ) - is isi pe pelajaran -jadwal se sekolah - p e ng e t ah u a n - p e r s o n a l k a ra k t er i s ti k - f a s i l i t as - p a rt i s i p a s i - i n t e r a k si d e n g a n s i s w a - j a d w a l m e n g aj a r - n i l a i (v a l u e s ) - h a r ap a n - k e p al a s e k o l a h - k e rj a s am a - p e n i l a i an - j u m l a h s i s w a/ k e l a s - k e pu a s an - o r a ng t u a s is w a - feedback G. Pedag edagog ogi i Ola Olahr hrag aga a Kai Kait tanny annya a de dengan ngan PBM PBM Pen Pendi didi dika kan n Jas Jasm mani ani Pengertian pedagogi olahraga tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa dalam ist ilah pedagogi olaraga terkandung juga istilah kurikulum dan pengajaran. Kurikulu m pada dasarnya adalah seperangkat pengalaman belajar untuk para siswa yang disu sun sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara pengajaran di dala mnya mengandung istilah mengajar dan belajar. Mengajar dapat diartikan sebagai perilaku profesional yang ditunjukkan oleh guru sebagaimana terlibat dalam pekerjaannya. Tugas utama mengajar adalah membantu m embeń pegalaman belajar kepada siswa agar tumbuh dan berkembang dalam hal keteramp
ilan, Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang disebabkan ole h pengalaman daripada disebabkan oleh sesuatu yang bersifat pembawaan atau ketur unan (Siedentop, 1991) dalam (Suherman,2010). Sudah barang tentu tidak semua per ubahan perilaku siswa merupakan akibat dan pengalaman belajar yang diberikan ole h gurunya pada waktu mengajar. Manusia dapat juga belajar dari kesalahan. Pedagogi menghubungkan tindakan-tindakan guru dengan "student outcomes". Apabila di sana terdapat pedagogi maka "students outcomes" tertentu harus diperoleh. Le bih tegas lagi Siedentop (1991) dalam (Suhereman, 2009) 2009) mengatakan "No outcomes , no pedagogy!", secara harfıah istilah itu mungkin dapat dikatakan "tidak ada has il, berarti mengajarnya tidak menggunakan ilmu pedagogy". Sehubungan dengan itu, ada baiknya kita menyimak kata-kata orang yang sam sepert i diatas sebagai berikut: “This does not suggest that teaching car or should be vi ewed as a mechanistic enterprise. Nor does it suggest that there is no room in e ffective teaching for personal style, inventiveness,or intuition. Efftive teache rs artistically orchestrate a set of highly developed skill to meet the specific demands of a learning setting”, Dalam bahsa indonesia., peryataan itu mungkin dap at diartikan sebagai brekut,”Hal ini tidak memberi kesan bahwa mengajar dapat atau seharusnya dipandang dipandang sebagai sebuah usaha mekanis. Dalam mengajar mengajar yang efektif efektif tidak ada tempat bagi gaya mengajar yang bersifat individual, temuan sepintas l alu, dan intuisi. Guru-guru yang efektif secara artistik menyusun sejumlah keter amplilan yang dikembangkan secara mapan untuk memenuhi kehbutuhan-kebutuhan khus us dari lingkungan pembelajranya”. Untuk lebih jelasnya keterkaitan pedagogi olahraga dengan proses belajar mengaja r, dapat dilihat pada gambar 1.4 berikut ini:
Sementara itu Siedentop (1990) memandang beberapa bidang garapan pedagogi olahra ga dań sudut praktis melalui pandangan para pendidik pendidikan jasmani baik yang terlibat langsung sebagai pengajar pendidikan jasmani di sekolah-sekolah maupun yang terlibat sebagai pendidik di pergunuan tinggi yang menghasilkan calon guru yang akan mengajar pendidikan jasmani, sebagai berikut: Tabel Bidang Garapan Praktis Pedagogi Olahraga Dalam Konteks Proses Belajar Mengajar Bidang Bidang garapa garapan n Pertan Pertanyaa yaan n yang yang seri sering ng diaj diaju u Perila Perilaku ku guru guru -Jenis -Jenis feedba feedback ck apa yang yang dibe diberik rikan an oleh oleh para para guru guru -Apakah perilaku guru mengajar di SD berbeda dengan Guru di SMP atau SMU? -Berapa lama waktu yang dihabiskan guru dalam berbagai jenis aktivitas mengajar. -Apa perbedaan perilaku mengajar dan melatih Perilaku siswa m e t o d e m e n g a j ar a pa y a n g p a l i ng e f e k t i f ? Apakah si siswa me menyenangi da dan me menghargai pe pendidikan j asmani? baga bagaim iman ana a sisw siswa a meng mengha habi bisk skan an wakt waktun unya ya dala dalaro ro pela pelaja jara ran n pend pendid idik ikan an jasm jasman an i? berap erapa a ba banyak nyak kese kesemp mpat atan an belaj elajar ar yang ang bai baik k dip diper erol oleh eh kelom elompo pok k sis siswa wa pin pint ar dan kurang? bagaimana siswa berperilaku selarna pelajaran Penjas? Ef e k ti v i ta s gu r u • apa perbedaan guru dan pelatih yang efektif dan tidak ef ektif? m e t o d e m e n g a j ar a pa y a n g p a l i ng e f e k t i f ? bagaimana gu guru pe pemula me mengatasi ma masalah ya yang mu muncul dalaro me mengajar Pe Penjas pa pada ta tabun-tahun pe pertanra? karakteristik apa yang membuat guru dan pelatih menjadi l e b i h e f ek t i f ? Masala-masalah gu r u karakteristik apa yang membuat guru dan pelatih menjadi
m a s a l a h a p a y a n g mu n c ul p a d a g u r u y a n g s e l a l n m e n g a j a r ju g a m e l a t í h ? b a g a i m a n a g u r u m e ng a t as i ke l e ph a n m e n ga j ar n y a tujua ujuann-tu tuju juan an apa apa yan yang g dih dihar arap apka kan n ole oleh h gur gurun unya ya ter terhada hada ana anak did didik ikny nya? a? Ku r i ku l u m b a g a i m a n a i d e al n y a k u r i k u l u m Pe n d i d i k a n J a s m a n i 9 k e n p a o r a n g b e r p a r t i s í p a s í d a l a r o P e n ja s ? tujuan apa yang diperoleh guru dan mengajarnya? bagaimana sebaiknya fi fitness di diprogramkan? basil ap apa ya yang di diperoleh da dan yo youth-sport pr programs? Beberapa Penelítian di Bidang Pedagogi Olabraga Meskipun Pedagogi Olahraga adalah bidang ilmu yang paling muda usianya dibanding ilmu-ilmu lain yang berada dalam naungan Sport Science seperti: sport psycholog y, sport sociology, kinesiology, motor learning, exercise physiology, dan sport humanities (Síedentop, 1990), namun perkembangannya sangat pesat sekali. Penemuan-penemuan yang merupakan basil dan penelitian-penelitian baik yang bersi fat deskriptif, eksperimen, maupun kualitatif telah memberikan banyak sumbangan terhadap perkembangan disiplin tersebut. Diantara banyak penelitian yang dilakukan dalam lingkup Pedagogi Olahraga, beb erapa diantaranya diantaranya sebagai berikut. berikut. Anderson dan Baretta (1978) mengungkap mengungkap tenta ng aktivitas guru dan siswa dalam PBM Pendidikan Jasmani di sekolah-sekolah, "Wh at's going on in the gym". Síedentop, Tousignant, dan Parker (1982) meneliti tenta ng Academic Learning Time-Physical Education (ALT-PE). Zakrajsek, Darst, dan Man cini (1989) mengembangkan instrumen-instromen observasi untuk keperluan peneliti an dalam PBM Pendidikan Jasmani yang sampai sekarang instrumen tersebut. Janmma, French, dan Horvak (1984); McKenzie dan Wurzer (1988) meneliti tentang pengguna an teknik-teknik seperti: time out, behavior games, dan contingency contracting secara teratur terhadap siswanya dalam rangka mengembangkan manajemen dan disipl in siswa. Luke (1989) meneliti model pengajaran Penjas yang memfokuskan pada man ajemen kelas dan disiplin siswa. Canter (1976), Sander (1989), dan Hí11(1990), men gembangkan model manajemen kelas dan pembinaan disiplin assertif dalam PBM Pendi dikan Jasmani yang sering disebut sebagai model "Canters' Assertive Discipline". Penelitian untuk mengembangkan aspek yang sama seperti di atas juga dilakukan o leh Siedentop (1994) dengan istilah "sport education" dan Hellison (1995) dengan istilah "teaching responsibility through physical activity" melalui penerapan k onsep "levels of affective development". Model¬model pengajaran pendidikan jasmani seperti itu, sekarang ini banyak digunakan di sekolah-sekolah dalam PBM Penjas di Amerika karena bisa diterapkan (Graham, 1992.)
I.
PE M B A H A S A N D A N C R OS C E K
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Pusat Kesegaran Jasmani Depdiknas beberap a tahun terakhir diperoleh informasi bahwa hasil pembelajaran Penjas di sekolahsekolah secara umum hanya mampu memberikan efek kebugaran jasmani terhadap kuran g lebih 15 persen dari keseluruhan populasi peserta didik (Ditjora, 2002). Temuan yang diperoleh tersebut tersebut adalah, bahwa Kurikulum yang ada serba perilaku motorik, tidak memasukkan unsur kognitif-reflektif, socio-motor dan afektif dala m ruang lingkupnya; Terlalu melingkupi, seolah-olah semua materi “memungkinkan” untu k diimplementasikan di sekolah tanpa memperhatikan kondisi dan kemampuan sekolah ; Berorientasi pada model kurikulum yang menekankan penguasaan teknik dasar dan keterampilan olahraga. Dari segi pelaksanaan dapat ditemukan beberapa hal sebaga i berikut: Tidak terlihat adanya pengayaan pendekatan, gaya, metode, model serta strategi pembelajaran; Penjas terperangkap oleh paradigma dan orientasi tunggal “Pembinaan Usia Dini Pelatihan Olahraga;”Guru Penjas tidak lagi santun, tetapi lebi h berwajah keras dan relatif penuh “hardikan;”Proses belajar tidak lagi bersifat pen gasuhan dan tugas ajar tidak lagi berasas pada praktik pengembangan yang disesua
ikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik atau developmenta lly appropriate practise (DAP) . Tentu menjadi pertanyaan, mengapa mutu hasil pembelajaran penjas di Indonesia bi sa sedemikian rendah? Apakah karena faktor guru yang juga kualitasnya rendah? atauk ah disebabkan faktor lain seperti sarana dan prasarana yang tidak memadai? Atauk ah semua kelemahan ini harus dialamatkan pada kurikulum yang tidak relevan, sert a kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat dalam hal pentingnya pendidi kan jasmani? Menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas tentu tidak mudah. Diperluka n penelusuran cermat yang melibatkan berbagai alat telaah multidisipliner, baik yang melibatkan tinjauan dari aspek filosofis, sosiologis, psikologis, budaya, e konomi serta politik. Namun dalam wilayah praksis, kita dapat mendekati permasal ahan ini dalam hubungannya dengan kemampuan guru dan kurikulum yang diberlakukan dalam program Penjas di Indonesia. Kemampuan guru harus ditelusuri dari segi ni lai acuan (value orientation) (Jewet and Bain, 1995) mereka terhadap\ program ya ng menjadi tanggung jawabnya selama ini, sedangkan masalah kurikulum dapat dikaj i dalam kaitannya dengan kemampuan sebuah kurikulum sebagai sebuah dokumen dalam memberikan keleluasaan kepada guru untuk melakukan interpretasi dalam hal pelak sanaannya. Jika kita berkaca pada perspektif sejarah, maka dapat dimaklumi bahwa kualitas p enjas di Indonesia dapat menjelma menjadi bentuknya yang sekarang. Menginterpret asikan konteks sejarah perkembangan penjas dan olahraga nasional kita, dapat did uga bahwa telah terjadi perubahan paradigma Penjas di masa lalu, yang terjadi pa da tahun 60-an. Kala itu, para founding fathers bangsa kita mencoba memanfaatkan olahraga sebagai alat strategis dan sekaligus politis untuk keluar dari rasa re ndah diri kolektif sebagai bangsa yang baru merdeka setelah sekian abad terjajah dan terbodohkan secara sistematis. Keyakinan yang berkembang adalah bahwa olahr aga dapat menjadi bukti bahwa bangsa kita memiliki potensi dan kemampuan yang sa ma dengan bangsa lain, yang ditunjukkan melalui bisa berkiprahnya bangsa Indones ia dalam berbagai event olahraga regional dan internasional. Dengan keyakinan tersebut, penjas di tingkat satuan pendidikan pun diubah paradi gmanya, bukan lagi sebagai alat pendidikan, melainkan dipertajam menjadi alat un tuk membantu gerakan olahraga sebagai penegak postur bangsa, agar lebih banyak l agi bibit-bibit olahragawan yang bisa dipersiapkan. Akibatnya, seperti yang dapa t kita saksikan sekarang, Penjas kita lebih berorientasi pada prestasi olahraga daripada sebagai proses sosialisasi dan mendidik anak melalui olahraga. Demikian kuatnya paradigma prestasi olahraga dalam Penjas kita, sehingga dewasa ini para digma tersebut masih kuat digenggam oleh para guru Penjas. Dalam kondisi demikia n, pembelajaran sering berubah menjadi aktivitas yang dalam kategori Sue Bredeka mp (1993) merupakan program yang Undevelopmentally Appropriate Practice (UAP), p adahal yang seharusnya berlangsung adalah program yang Developmentally Appropria te Practice (DAP). Dengan paradigma yang salah tersebut, program olahraga dalam pembelajaran pendid ikan jasmani lebih menekankan pada harapan agar program tersebut berakhir pada t erpetiknya manfaat pembibitan usia dini. Alasannya cukup jelas, karena landasan untuk mencetak olahragawan unggul di kompetisi tingkat internasional merupakan s atu-satunya alur pikir yang sejalan dengan semangat revolusi besar Bung Karno. P endeknya, penggunaan olahraga di sekolah bukanlah dipandang sebagai alat pedagog is, melainkan lebih dihargai sebagai alat sosialisasi olahraga kepada peserta di dik. Sebagai konsekuensinya, ruang lingkup pendidikan jasmani menjadi menyempit; seol aholah terbatas pada program memperkenalkan anak pada cabang-cabang olahraga for mal, seperti olahraga permainan, senam, atletik, renang, serta beladiri. Akibat lanjutannya, aktivitas jasmani yang tidak termasuk ke dalam kelompok olahraga (s
port) mulai menghilang, seperti tarian, gerak-gerak dasar fundamental, serta ber bagai permainan sederhana yang sering dikelompokkan sebagai low-organized games. Dalam lingkup mikro pembelajaran, terjadi juga pergeseran cara dan gaya mengajar guru, yaitu dari cara dan model pengasuhan serta pengembangan nilai-nilai yang diperlukan sebagai penanaman rasa cinta gerak dalam ajang sosialisasi, berubah m enjadi pola penggemblengan fisik dan menjadikan anak terampil berolahraga. Umumn ya, guru lebih berkonsentrasi pada pengajaran teknik dasar dari cabang olahraga yang diajarkan (pendekatan teknis), sambil melupakan pentingnya mengangkat suasa na bermain yang bisa menarik minat mayoritas anak (Light, 2004). Wajar jika guru melupakan anggapan dasar bahwa penjas adalah untuk semua anak (Dauer and Pangra zy, 12th Ed. 2003), sehingga tidak benar-benar dilandaskan pada prinsip pemberia n tugas yang disesuaikan dengan kemampuan anak atau DAP. Hal lain yang juga turut terimbas oleh paradigma tadi adalah menghilangnya suasa na pedagogis dalam pembelajaran Penjas. Penjas yang seharusnya menjadi wahana yang strategis untuk mengembangkan self esteem (kepercayaan diri) anak, pada gilirann ya justru berubah menjadi ‘ladang pembantaian’ kepercayaan diri anak. Banyak bukti y ang mendukung alur pemikiran demikian, terutama ketika hakikat tentang bagaimana anak belajar dalam psikologi belajar modern sudah semakin diyakini kebenarannya . Ketika guru menggeser pola pembelajaran menjadi pola pelatihan, maka tugas ger ak dan ukuran-ukuran keberhasilannya pun bergeser menjadi keterampilan dengan kr iteria yang formal, kaku, dan tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan a nak. Dalam kondisi tersebut, guru hanya menetapkan satu kriteria keberhasilan, y aitu ketika gerakan yang dilakukan anak sesuai dengan kaidah-kaidah teknik dasar yang sudah dibakukan. Hanya sedikit anak yang biasanya mampu menguasai keteramp ilan dengan kriteria tersebut, sehingga anak yang lain masuk ke dalam kelompok y ang gagal. Akibatnya, dalam banyak proses pembelajaran, anak akan lebih banyak m erasakan pengalaman gagal daripada pengalaman berhasil (feeling of success). Sec ara tidak disadari, profil guru Penjas pun berubah dari yang semula santun dan b ersifat mengasuh, bergeser menjadi profil keras dan angker serta menyepelekan ke pribadian anak (Mahendra, 2006). Banyak guru yang percaya bahwa pembelajaran ola hraga harus berlangsung dalam suasana keras, bahkan cenderung kasar, karena diya kini termasuk upaya mendidik karakter yang kuat dan teguh. Celakanya, muncul pul a kecenderungan guru dalam memberi atribut atau julukan yang negatif pada anak d ikaitkan dengan kelemahan anak dalam hal gerak atau dengan kondisi fisik anak it u sendiri. Tidak jarang, misalnya, guru menyebut anak dengan panggilan yang kura ng pantas atau sebutan lain yang jauh dari ‘membangkitkan’ self esteem. Berdasarkan berbagai pernasalahan yang telah diuraikan di atas, maka upaya apa dengan harapan dapat mengakomodir kepentingan peserta didik yang sesuai dengan k ebutuhan pertumbuhan dan perkembangannya, agar tujuan dari proses pembelajaran p endidikan jasmani dapat memberikan pengalaman gerak yang sesuai (DAP) untuk peni ngkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Berdasarkan study literatur yang dilakukan oleh penulis adanya kesesuaian terhadap permasalahan dengan yang terja di melalui konsep yang akan dibahas berikut. Keberadaan Pedagogi olahraga kini sudah cukup diakui dan diterima oleh komunitas internasional olahraga yang dibuktikan dengan diselenggarakannya program konfer ensi internasional oleh Aliance American for Health, Physical Education, Recreat ion, and Dance (AAHPERD) dengan fokus kajian utamanya adalah disiplin ilmu kurik ulum dan pembelajaran. Keterkaitan antara antara kurikulum dan pembelajaran pembelajaran dalam kont eks pedagogi tersebut dapat diilustrasikan seperti tertera pada gambar berikut
Pedagogi olahraga olahraga harus dipandang dalam konteks yang luas, meliputi : gerak (mo vement), badan (body), permainan (play), penampilan (performance), kesehatan (he alth), dan waktu senggang (leisure time) untuk kesejahteraan hidup manusia Haag (1994:3) dalam Suherman (2009:1), sedangkan menurut Síedentop (1990) dalam Suherma
n (2009:3) mengemukakan sebagai berikut: "sport pedagogy is the international la bel for the field known in the United States as teacher education or curriculum and instruction. Sport pedagogy is the study of the processes of teaching and co aching, of the outcomes of such endeavors, and of the content of fitness, physic al education, and sport programs." "pedagogi olahraga merupakan label internasio nal untuk bidang yang dikenal di Amerika Serikat sebagai pendidikan guru atau ku rikulum dan pengajaran pedagogi olahraga adalah studi tentang proses pengajaran dan pelatihan, pelatihan, dari hasil hasil dari usaha-usaha tersebut, tersebut, dan isi kebugaran, pendidi kan jasmani, dan program olahraga.
II. KESIMPULAN Pedagogi olahraga olahraga harus dipandang dalam konteks yang luas, meliputi : gerak (mo vement), badan (body), permainan (play), penampilan (performance), kesehatan (he alth), dan waktu senggang (leisure time) unruk kesejahteraan manusia. Pedagogi olahraga merupakan kunci keberhasilan proses belajar mengajar olahraga karena pedagogi merupakan jembatan antara perilaku guru, siswa dan hasil. Bebera pa bidang garapan pedagogi olahraga diantaranya meliputi proses guru dalam menga jar, siswa dalam belajar, isi pengalaman belajar, dan hasil yang bersifat jagka pendek (short term) maupun jangka panjang (longterm). Temuan-temuan dalam bidang pedagogi olahraga telah banyak member sumbangan terhadap perkembangan kualitas proses dalam mengajar dan melatih olahraga.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Suhe Suherm rman an, , Ada Adang ng (200 (2009) 9), , Revi Revita tali lisa sasi si Pen Penga gaja jara ran n dala dalam m Pen Pendi didi dika kan n Jasm Jasman ani i , CV. Bintang Warli Artika, Bandung. 2. Erin Erink. k. E, Judi Judith th (199 (1993) 3) Teac Teachi hing ng Phys Physic ical al Educ Educat atio ion n for for Lear Learni ning ng, , Sco Scon n E dition Mosby, Sout Carolina. 3. Sied Sieden ento top, p, Dary Daryl l (19 (1991 91) ) Dev Devel elop opin ing g Tea Teach chin ing g Ski Skill lls s in in Phy Physi sica cal l Edu Educa cati tion on , Third Edition, London, Toronto, Mayfield Publishing Company. 4. Abdu Abdulj ljab abar ar, , B (201 (2011) 1) Modu Modul l Peda Pedago gogi gi Olah Olahra raga ga, , Seri Seri kons konsep ep dan dan Pen Pend d Ekatan Pengajaran, Prodi PJKR, Jurusan Pendidikan Olahraga, FPOK Universitas Pen didikan Indonesia. 5. Depa Depart rtem emen en Pend Pendid idik ikan an Nasi Nasion onal al, , Bad Badan an Pene Peneli liti tian an dan dan Pen Penge gemb mban anga gan n , Pus Pusa a t Kurikulum, Naskah Akademik 2007.