Hipotermi pada neonatus adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh berbagai keadaan terutama karena tingginya konsumsi oksigen dan penurunan suhu ruangan. …Full description
Hipotermi pada neonatus adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh berbagai keadaan terutama karena tingginya konsumsi oksigen dan penurunan suhu ruangan. …Deskripsi lengkap
PATO PATOFI FISI SIOL OLOG OGII HIPO HIPOTE TERM RMIA IA Fungsi termoregulasi mengalami perubahan selama dilauan tindaan anestesi dan
meani meanisme sme ontro ontroll terhad terhadap ap tempera temperatur tur setelah setelah dilau dilauan an tinda tindaan an anestes anestesii bai bai umum umum maupun regional aan hilang. Seorang anestesiologist harus mengetahui management ontrol termoregulasi pasien. Tindaan anestesi men!ebaban gangguan "ungsi termoregulator !ang ditandai ditandai dengan dengan peningatan peningatan ambang respon terhadap panas dan penurunan ambang respon terhada terhadap p dingin dingin.. Hampir Hampir semua semua obat obat ‐obat obat aneste anestesi si mengga menggangg nggu u respon respon termor termoregu egulas lasi. i. Temperatur inti pada anestesi umum aan mengalami penurunan antara #$% ‐#$&o' selama satu (am pertama anestesi !ang diuur pada membran timpani. Sedangan pada anestesi spinal dan epidu epidural ral menuru menuruna nan n ambang ambang )asoon )asoonstri strisi si dan menggi menggigil gil pada pada tinga tingatan tan !ang !ang berbeda$ aan tetapi uurann!a urang dari %$* o' diband dibanding ingan an anestes anestesii umum umum dimana dimana penguuran dilauan di atas etinggian etinggian blo +,han!$ -%##
Gambar 2.4. Hubungan anestesi dengan penurunan core temperatur.6
Pemberian obat loal anestesi untu sentral neura/is tida langsung berinterasi dengan pusat ontrol !ang ada di hipotalamus dan pemberian loal anestesi intra)ena pada dosis eui)alen plasma le)el setelah anestesi regional tida berpengaruh terhadap termoregulasi. Meanisme gangguan pada termoregulasi selama anestesi regional tida dietahui dengan (elas$ tapi diduga perubahan sistem termoregulasi ini disebaban pengaruh bloade regional pada (alur in"ormasi termal a"eren +,han!$ -%##.
Gambar 2.5. Ambang termoregulator pada manusia normal (tidak teranestesi).
Gambar 2.6. Ambang termoregulator pada manusia yang teranestesi.
Pada anestesi spinal aan menurunan ambang menggigil sampai dan pada inti hipotermi pada (am pertama atau setelah dilauan anestesi spinal aan menurun seitar #0 -o'$ hal ini berhubungan dengan redistribusi panas tubuh dari ompartermen inti e peri"er dimana spinal men!ebaban )asodilatasi. Pada anestesi spinal ter(adi menggigil di atas bloade dari loal anestesi disebaban arena etidamampuan ompensasi otot di ba1ah etinggian bloade untu ter(adin!a menggigil. Sama seperti pada anestesi umum$ hipotermia ter(adi pada (am pertama anestesi$ atau setelah dilauan tindaan anestesi spinal. Hal ini ter(adi arena proses redistribusi panas inti tubuh e peri"er oleh )asodilatasi !ang disebaban bloade anestesi spinal +,han!$ -%##. Ter(adin!a hipotermia tida han!a murni arena "ator bloade spinal itu sendiri tapi (uga arena "ator lain seperti 2airan in"us atau 2airan irigas i !ang dingin$ temperatur ruangan operasi dan tindaan pembedahan. Pasien aan mengalami penurunan temperatur tubuh oleh
arena ter(adi redistribusi panas di ba1ah etinggian blo ditambah pemberian 2airan dengan suhu !ang rendah aan memberian impliasi !ang tida bai pada pasien !ang men(alani pembedahan terutama pasien dengan usia tua arena emampuan untu mempertahanan temperatur tubuh pada eadaan stress sudah menurun +,han!$ -%##. Pemberian obat loal anestesi !ang dingin seperti es$ aan meningatan e(adian menggigil dibandingan bila obat dihangatan sebelumn!a pada suhu 3%% o'$ tetapi penghangatan ini tida berlau pada pasien !ang tida hamil arena tida ada perbedaan (ia diberian dalam eadaan dingin atau hangat. Menggigil selama anestesi regional anestesi dapat di2egah dengan mempertahanan suhu ruangan !ang optimal$ pemberian selimut dan lampu penghangat atau dengan pemberian obat !ang e"eti"itasn!a sama untu mengatasi menggigil pasa anestesi umum +,han!$ -%##. Ter(adin!a hipotermia selama regional anestesi tida dipi2u oleh sensasi terhadap dingin. Hal ini menggambaran suatu en!ataan bah1a persepsi dingin se2ara sub(eti" tergantung pada input a"eren suhu pada ulit dan )asodilatasi peri"er !ang disebaban oleh regional anestesi. Setelah ter(adi redistribusi panas tubuh e peri"er pada indusi anestesi umum dan regional$ hipotermia selan(utn!a tergantung pada eseimbangan antara pelepasan panas pada ulit dan metabolisme panas !ang aan melepas panas tubuh. Selama anestesi spinal terdapat dua "ator !ang aan memper2epat pelepasan panas dan men2egah timbuln!a perubahan temperatur inti !ang terlihat setelah anestesi 4 pertama$ dengan menurunan ambang )asoonstrisi !ang digabungan dengan )asodilatasi pada tungai ba1ah selama blo ter(adi. Oleh arena itu ehilangan panas terus berlangsung selama anestesi spinal mesipun meanisme ati)itas e"etor berlangsung di atas etinggian blo. Hal ini terlihat hususn!a pada ombinasi antara anestesi umum dan epidural. 5edua$ anestesi spinal menurunan ambang )asoonstrisi selama tindaan anestesi dan meningatan rata‐rata sensasi dingin bila dibandingan han!a dengan anestesi umum sa(a arena )asoonstrisi !ang se2ara uantitati" terpenting pada estremitas ba1ah dihambat oleh bloade itu sendiri +,han!$ -%##. Menggigil merupaan meanisme pertahanan terahir !ang timbul bila meanisme ompensasi !ang lain tida mampu mempertahanan suhu tubuh dalam batas normal. Rangsangan dingin aan diterima a"etor diterusan e hipothalamus anterior dan memerintahan bagian e"etor untu merespon berupa ontrasi otot toni dan loni se2ara teratur dan bersi"at in)olunter serta dapat menghasilan panas sampai dengan *%%6 diatas basal. Meanisme ini aan dihambat oleh tindaan anestesia dan pemaparan pada lingungan !ang dingin dan dapat meningat pada saat penghentian anestesia +,han!$ -%##.
Penurunan la(u metabolisme !ang disebaban oleh hipotermia dapat memperpan(ang e"e anestesi sedangan menggigil !ang men!ertain!a aan meningatan onsumsi osigen #%%6 ‐ *%%6 dan meningatan resio angina dan aritmia pada pasien dengan pen!ait ardio)asuler. Morbiditas !ang mungin ter(adi dan telah dilaporan 2uup bermana adalah peningatan ebutuhan metaboli +hal ini dapat membaha!aan pada pasien dengan 2adangan hidup !ang terbatas dan !ang berada pada resio e(adian oroner$ menimbulan n!eri pada lua$ meningatan produsi 'O -$ den!ut (antung$ memi2u )asoonstrisi dan dengan demiian meningatan resistensi )asular$ teanan darah$ dan )olume (antung seun2up sehingga ter(adi peningatan teanan intraouler dan intraranial. Sebagai tambahan$ resio perdarahan dan in"esi lua bedah aan meningat pada pasien hipotermi. 5arena alasan‐alasan itulah$ mempertahanan pasien pada suhu normal merupaan bau pera1atan +,han!$ -%##.
,AFTAR P7STA5A ,han!$ R. -%##.
Chapter II. http488repositor!.usu.a2.id8bitstream8#-39&*:;<8--*;:898